Gw gak mau permainan seks gw dengan Rini dengan hanya terpaku pada satu 
posisi bercinta. Tapi gw mau memberikan Rini segala variasi bercinta 
dari kamasutra yang pernah gw baca di salah satu website di internet.
Sekarang posisi gw dengan Rini seperti 69. namun posisi ini bukan 
seperti posisi senggama yang pada umumnya. Posisi kepala Rini sekarang 
adalah di bawah dengan posisi gw duduk di sofa ruang keluarga. Jadi 
persisnya kaki Rini sekarang mengantung di atas dan mengapit kepala gw 
yang sedang melahap liang mem*k Rini yang masih halus tak ditumbuhi oleh
 seutas bulu sekalipun.
Memang aroma perawan sungguh beda. Aroma harum begitu merangsang ingin menjilatinya.
Dengan kedua tangan gw menahan pinggang Rini agar posisi liang 
kewanitaannya tetap di hadapan gw. Sedangkan Rini mengoral batang 
kemaluan gw dengan sangat lahapnya. Rambutnya terurai turun menyapu 
hingga ke lantai. Setiap kali lidah gw menyapu klitorisnya, maka Rini 
pasti mengapin kepala gw dengan keras. Seakan menahan sesuatu yang ingin
 keluar. Gw gak perduli... apa yang dirasakan Rini. Maka dengan grutal 
gw buka liang kewanitaannya dengan lidah gw dan menyelipkan diantara 
kedua belah daging yang mengapit klitorisnya. Sesekali gw sodok sodok 
dengan lidah gw yang menyentuh bagian yang paling sensitif wanita.
“Uuuuhhhh... kak ..... Rini gak tahan... mau kencing....Oooohhh....” 
desah Rini yang bingung dengan rasa yang menjalar tubuhnya kini.
Gw tahu dia hampir mencapai puncaknya. Maka dengan gerakan yang lebih 
kuat gw korek korek liang kewanitaannya dengan lidah gw yang bermain di 
dalam mem*knya. Mengisap klitorisnya. Mengigit kecil dan menarik 
klitorisnya dan akhirnya.....
“Kaaakkkk..... oooohhhh. Riiinni gak tahan lagiiii. Aaaaakkkkhhhh.” 
Desah Rini di barengi dengan mengakunya sekujur tubuhnya. Hingga 
akhirnya mengalir sejumlah cairan benih di selah selah bibir mem*knya 
yang montok itu.
Namun sungguh diluar dugaan gw sendiri. Ternyata Rini dengan cepat dapat
 kembali meningkat staminanya. Kembali meminta ingin merasakan 
kenikmatan yang gw pernah janjikan.
Dengan sigap, gw suruh Rini jongkok tepat diselangkangan gw, sedangkan 
gw tetap duduk di atas sofa. Kemudian gw minta Rini kembali mengoral 
kejantanan gw. Dengan mengikuti segala arahan yang gw berikan. Rini 
mengoral kejantanan gw dengan ekspresi muka yang sangat merangsangkan 
gw. Lalu gw pegang kepalanya dengan menjambak rambutnya yang panjang. 
Semakin menderu nafas gw, gw coba menahan kont*l gw dalam posisi hingga 
terasa banget kepala kont*l gw masuk sampai tengorokan Rini. Oh my 
God.... rasa dan sensasi yang ditimbulkan lebih nikmat dibandingkan 
ketika gw ngent*tin mbak Dian.
Setiap gesekan yang terjadi, memberikan sejuta sensasi yang nikmat 
sekali. Hingga tak terasa gw pun ikut mendesah karena rasa nikmat yang 
sangat sangat enak ini.
Gw gak mau ada tangan gw yang nganggur, dengan tangan sebelah kiri gw 
remas buah dada Rini yang bergelantungan layaknya buah pepaya yang siap 
untuk dinikmati kematangannya.
“Trus Rini hisap trus. Jilat.... enak... ssssshhhhh..... sempit banget 
mulut loe Rin... sssshhhhh.” Guyam gw memerintah Rini untuk semakin 
semangat meningkatkan gerakan naik turun.
“Oh my God.... that very Good darling.... yeah, do it again. Suck more 
my dick.” Kata gw, setika Rini semakin bringas melahap batang kont*l gw.
“Ooohh.... sit. I’m coming.... I’m coming. fu*k.” Crooot.... crooot....
Akhirnya muntah juga lahar panas berwarna putih memenuhi rongga 
mulutnya. Tanpa sempat Rini menghindar dari cairan kenikmatan gw itu.
“Kak kok di keluarin di dalam mulut Rini sih, iiihh kan jorok nih....” 
omel Rini sambil berjalan ke arak kamar mandi di lantai dua rumah gw 
yang gak jauh dari situ. Dengan tanpa mengenakan kembali dasternya Rini 
membersihkan mulutnya dari bekas muntahan sperma gw yang hampir memenuhi
 seluruh ruang didalam mulutnya.
Entah setan apa yang datang. Ketika melihat Rini yang sedang menungging 
membersihkan mulutnya. Hasrat seks gw kembali bergejolak ketika melihat 
lipatan daging yang terhimpit antara pahanya yang montok putih 
merangsangkan.
Sekejap langsung gw jongkok di belakang Rini tepat di bawah pantatnya 
yang bulat itu. kemudian mulai menjilat liang kewanitaannya yang tadi 
mengoda untuk kembali di jamah lagi.
“Kak.... Rini kan lagi bersihin mulut Rini nih... ssssshhhh.... nanti 
dulu dong. Uuuuuhhh....” ujar Rini yang masih dengan posisi menungging 
membelakangi gw.
Tanpa menghiraukan Rini berkata apa. Gw terus menjilati liang kewanitaan Rini.
“Rini kakak masukin yah punya kak kedalam mem*k kamu...” pinta gw dengan mengambil posisi doggie style.
“Mmmmhh.... plan... pelan yah. Kak. Rini baru kali ini di jamah sama 
laki laki.” Pinta Rini. Memberitahukan bahwa dirinya masih perawan dan 
belum terjamah oleh laki laki manapun.
Tanpa kembali menjawab pertanyaannya lagi. Gw suruh Rini memegang 
wastafel di hadapannya dan merenggangkan kedua kakinya agak lebar. 
Karena sebentar lagi hercules perkasa ini akan menerobos gerbang surga 
yang didambakan laki laki manapun.
Dengan tangan sebelah kanan mengenggam batang kont*l gw. Mengesek 
gesekkan kepala kont*l gw pada bibir mem*knya yang masih malu malu 
mereka itu. perlahan lahan dengan dibantu cairan yang keluar dari sela 
sela mem*knya, secara langsung membantu melancarkan kont*l gw untuk 
menerobos masuk dan sesegera mungkin merasakan kehangatan mem*knya Rini.
Perlahan gw dorong batang kont*l gw hingga membuat kedua bibir mem*k 
Rini ikut tertekan kedalam. Terpampang muka Rini yang meringis menahan 
sakit ketika benda tumpul berurat hendak memaksa masuk kedalam liang 
kewanitaan yang selama ini slalu Rini jaga.
Dengan susah payah, akhirnya kepala kont*l gw berhasil masuk. Perlahan 
gw tekan kembali dengan sedikit keras dengan tangan gw sebelah kiri 
memeras buah dadanya yang putih serta puting susu yang mengeras 
meruncing ke depan.
“Tahan yah Rin... ini hanya pertamanya saja yang sakit. Nanti setelah 
punya kak masuk ke dalam mem*k kamu. Bukan sakit yang akan kamu rasakan 
lagi, tapi kenikmatan yang pernah sebelumnya kak janjikan kepada kamu 
tadi.” Rayu gw untuk menenangkan sakit yang ia derita saat kont*l gw 
akan menerobos liang surganya.
Rini tak menjawab perkataan gw. Hanya menganggukkan kepalanya dan 
sesekali menatap ke arah gw yang sekarang akan menyetubuhinya lebih 
lanjut.
“Aaaakkkhh.... kkaakk... saaakkkit. Kak. Sakit banget.” Teriak Rini 
setelah seluruh batang kont*l gw berhasil menembus gerbang yang tadi 
menintip malu malu.
Namun gw gak akan menyia yia kan usaha gw yang tadi begitu susahnya menerobos mem*knya.
Pelan pelan gw tarik batang kont*l gw hingga hanya menyisakan 
setengahnya di dalam dan kembali menekam batang kont*l gw masuk kedalam 
lagi. Gw lakukan berkali kali biar mem*k Rini bisa menyesuai benda asing
 yang menganjal di tengah tengah rongga sempit yang masih perawan itu. 
selama 3 menit lebih gw lakukan pengadaptasian di mem*knya Rini. Bisa gw
 liahat di pantulan kaca wastafel ada tetesan air mata yang mengalir di 
kedua pipi halusnya. Namun selang beberapa menit kemudian bukan isak 
tangis yang kini terdengar namun desahan yang mirip terdengar kini.
“Gimana Rin... masih sakit gak punya kamu.” Tanya gw memastikan rasa 
yang kini ia rasakan tanpa menghentikan penestrasi kedalam liang 
kewanitaannya.
“Kak... kak. Agak lebih cepat dan agak keras dong tekannya. Enak... 
sekarang enak kak.” Ujar Rini memberikan izin gw untuk melanjutkan ke 
tahap selanjutnya.
Lalu tanpa melanjutkannya gw mempercepat sodokan kont*l gw ke dalam 
mem*knaya yang seirama dengan goyangan pantat Rini yang mendorong 
pantatnya yang putih bulat itu ke belakang.
Sodokan demi sodokan gw pompa terus menerus ke mem*k perawan yang sempit
 itu. terasa sekali di sekujur batang kont*l gw timbul rasa ngilu yang 
begitu amat sangat nikmatnya.
Semakin lama gw percepat irama pompaan kont*l gw yang diiringi desahan 
haus seorang wanita yang baru pertama kali merasakan surga dunia.
“uuuuhhh.... ssshhhh.... kak. Lagi kak. Lebih keras.” Pinta Rini yang merasa kurang kencang menyetubuhinya.
“Gila nih perawan, segini kencangnya gw hantam pake kont*l gw, dia 
bilang kurang!!!!” umpat gw dalam hati yang merasa heran atas hasrat 
seks yang terpendam dalam diri Rini ini.
Mungkin karena terasa terkuras tenaga yang ada didalam badan gw ini. 
Akhirnya gw minta kepada Rini untuk mengubah posisi ngent*tnya. Gw 
gendong Rini merapat ke dinding rumah gw. Dengan kedua tangan Rini 
melingkar di leher gw. Kedua kakinya melingkar dipinggang gw seperti 
anak kecil yang sedang ingin memanjat pohon. Dengan cepat ia meraih 
batang kont*l gw dan meletakkan kembali ke dalam liang kewanitaannya. 
Seakan akan tak mau sampai kenikmatan yang tadi ia rasakan terputus 
sebelum ia mencapai puncak kenikmatannya yang selanjutnya. Dengan gaya 
mengendong Rini dan sambil berjalan menuju ke dalam kamar gw yang 
pertama kali Rini mengoral kont*l gw tadi.
Merebahkan tubuh mungil Rini yang mengiurkan itu di atas ranjang gw. 
Berusaha untuk tidak merubah posisi keberadaan kont*l gw yang sudah 
menancap didalam mem*knya.
Dengan mengangkat kedua kakinya dan menaruhkannya di atas bahu gw, 
membuat lebih leluasa kont*l gw untuk keluar masuk mem*knya Rini.
“Dah gak sakit lagi’kan... enak’kan sekarang rasanya. Eeehhhhmmm... 
eeehhhhmm.... enak Rin. Kalau kakak sodok mem*k Rini kayak gini.” Tanya 
gw terhadap Rini dengan posisi setengah tertindih oleh badan gw.
Rini hanya menatap gw yang sedang memompanya sambil mengigit tipis bibir
 bawanya yang mungil. Dengan menganggukkan kepala dan mengucap usapkan 
kedua tangannya pada dada gw yang bidang.
Namun ada satu ekspresi muka Rini yang buat gw sungguh sungguh 
terangsang banget. Saat gw hentakin dengan keras batang kont*l gw ke 
dalam liang kemaluannya. Saat itu paras ayunya semakin merangsangkan 
dengan bibir mungil nya yang membuka sedikit, seperti mengharapkan rasa 
nikmat yang lebih.
“Rin... mem*k kamu memang sungguh nikmat sekali... beda sekali dengan 
mem*knya mbak Dian.” Kata gw dengan tanpa sadar mengucapkan kata kata 
itu.
Dengan paras muka kaget, Rini menatap gw yang masih terus memompa 
mem*knya dengan cepat. Namun Rini hanya diam tanpa mempersoalkan bahwa 
gw juga sudah pernah mencicipi liang kenikmatan bibinya Dian.
Selang beberapa menit. Rini meminta agar merubah posisi senggamanya 
menjadi women on top. Alasannya ia lebih menikmati bila liang 
kewanitaannya ditikam oleh kont*l gw dari bawah. Sensasi yang akan ia 
rasakan lebih nikmat dibandingkan dengan gaya sebelumnya.
Perlahan gw merubah posisi kembali. Namun kali ini terpaksa harus 
mencabut terlebuh dahulu bazzoka yang sudah tertancap di laras Rini.
Dengan berirama Rini mengoyangkan pantatnya yang bulat indah itu maju mundur, layaknya seseorang yang sedang naik kuda pacuan.
Ekspresi Rini kali ini membuat gw sungguh tergila gila akan perlakuan 
yang ia perbuat atas kont*l gw ini. Terasa sekali kont*l gw mengaduk 
seluruh isi liang kewanitaannya. Terkadang maju mundur, terkadang 
berputar putar seperti goyangan salah satu artis Inul daratista yang 
sedang goyang ngebor.
“Rin.... nikmat banget. Trusss Rin. Jangan berhenti.” Terasa kont*l gw 
akhirnya mendenyut denyut akan memuntahkan sesuatu dari pangkalnya. 
“Gila enak banget, mem*k kamu memang kakak akuin lebih nikmat 
dibandingkan dengan mbak Dian. Uuuuhhh... damn. Trus... Rin.” Umpat gw 
yang merasa akan mencapai puncaknya.
“Kak... Rini mau.... mmmmauu.... sssssshhh.... kkakak.... oooooohhh.... 
kkllluar.” Desah Rini yang memberitahukan gw ia mau mencapai puncaknya 
juga.
“Rin... tahan sebentar lagi... seddiiikkit lagi. Kita keluarin samamma yah....uuuhh.”
Semakinkencang goyangan yang dibuat oleh Rini. Dan akhirnya....
“Aaakkkhhh..... kakak.” Teriak Rini sambil merebahkan tubuhnya yang 
lemas terkuras di atas tubuh gw. Dengan posisi batang kont*l gw yang 
masih menancap didalam mem*knya. Karena Rini tak mampu menahan dorongan 
yang memaksa. Akhirnya Rini mencapai puncaknya terlebih dahulu. Dengan 
kencang gw hujam kont*l gw semakin cepat ke dalam mem*knya. Tanpa 
memperdulikan tubuh Rini yang sudah terbujur lemas di atas badan gw.
“Crooot.... Croot....” sperma gw muncrat semuanya didalam rahim Rini. 
Karena banyaknya sperma yang keluar memenuhi rahimnya hingga tak 
tertempung. Sperma yang gw keluarin itu mengalir melalui sela sela bibir
 mem*k Rini yang montok itu.
Tanpa mencabut bazzoka yang masih menancap. Gw biarkan Rini istirahat, 
tidur diatas badan gw layaknya seorang anak kecil yang tertidur karena 
kelelahan.
Dalam satu hari penuh gw setubuhi Rini terus menerus. Mumpung rumah gak 
ada siapa2. hanya Rini dan gw. Dari pagi hingga malam jam 9 malam 
sebelum seluruh anggota keluarga gw pulang ke rumah.
“Rin... terima kasih yah. Rini sudah mau kasih kakak keperawanan Rini.” 
Ujar gw mengucapkan terima kasih setelah melahap keperawanan yang nikmat
 itu.
“Rini juga sangat terima kasih sama kak Donny. Mau izinin Rini merasakan
 surga dunia yang begitu indah ini.” Jawab Rini sambil masih merebahkan 
kepalanya di dada gw.
Sungguh beruntungnya diri gw saat ini dan nanti kedepannya. Memiliki 
pemuas nafsu didalam rumah sendiri. Tanpa harus membayar sepeser uangpun
 kepada mereka. Permainan antara keponakan dan bibinya sungguh nikmat 
sekali. Hingga pernah gw lakuin bertiga. Saat seluruh keluarga gw pergi 
ke rumah saudara gw yang ada di surabaya. Kebetulan mereka menginap 
selama tiga hari dua malam disana. Bisa kebayang gak nikmatnya tidur 
didampingi dua wanita yang memiliki hasrat seks yang tinggi. Dalam satu 
hari gw bisa layanin mereka berdua sebanyak 7 kali. Itu juga harus gw 
bantu dengan telor ayam kampung dicampur dengan madu sebelum bertempur.
Di dapur... di ruang keluarga... di balkon lantai dua... huh, pokoknya 
dimana mereka berada, disana juga gw ent*tin Rini atau mbak Dian dengan 
sesuka hati gw.
Namun yang paling nikmat saat gw ent*tin Rini di Taman Rumah gw. Diatas rumput hanya di alasin oleh handuk putih.
Nikmatnya punya pembantu yang Hot seperti Mbak Dian dan Rini yang masih berusia 17 tahun ini.