Friday 4 September 2015

Rini Keponakan Pembantuku yang nakal (1)


Kisah ini kembali terulang ketika keluarga gw membutuhkan seorang pembantu lagi. Kebetulan saat itu mbak Dian menganjurkan agar keponakannya Rini yang bekerja disini, membantu keluarga ini. Mungkin menurut ortu gw dari pada susah susah cari kesana kesini, gak pa pa lah menerima tawaran Dian ini. Lagian dia juga sudah cukup lama berkerja pada keluarga ini. Mungkin malah menjadi pembantu kepercayaan keluarga kami ini.
Akhirnya ortu menyetujui atas penawaran ini dan mengijinkan keponakannya untuk datang ke Jakarta dan tinggal bersama dalam keluarga ini.
Didalam pikiran gw gak ada hal yang akan menarik perhatian gw kalau melihat keponakannya. “Paling paling anaknya hitam, gendut, trus jorok. Mendingan sama bibinya aja lebih enak kemutannya.” Pikir gw dalam hati.
Sebelum kedatangan keponakannya yang bernama Rini, hampir setiap malam kalau anggota keluarga gw sudah tidur lelap. Maka pelan pelan gw ke kamar belakang yang memang di sediakan keluarga untuk kamar tidur pembantu.

Pelan pelan namun pasti gw buka pintu kamarnya, yang memang gw tahu mbak Dian gak pernah kunci pintu kamarnya semenjak kejadian itu. Ternyata mbak Dian tidur dengan kaki mengangkang seperti wanita yang ingin melahirkan. Bagaimanapun juga setiap gw liat selangkangannya yang di halus gak di tumbuhi sehelai rambutpun juga. Bentuknya gemuk montok, dengan sedikit daging kecil yang sering disebut klitoris sedikit mencuat antara belahan vagina yang montok mengiurkan kejantanan gw. Perlahan lahan gw usap permukaan vagina mbak Dian yang montok itu, sekali kali gw sisipin jari tengah gw tepat ditengah vaginanya dan gw gesek gesekan hingga terkadang menyentuh klitorisnya. Desahan demi desahan akhirnya menyadarkan mbak Dian dari tidurnya yang lelap.

“mmmm....sssshh.....oooohh, Donn... kok gak bangun mbak sih. Padahal mbak dari tadi tungguin kamu, sampai mbak ketiduran.” Ucap mbak Dian sama gw setelah sadar bahwa vaginanya disodok sodok jari nakal gw. Tapi mbak Dian gak mau kalah, tanpa diminta mbak Dian tahu apa yang gw paling suka.
Dengan sigap dia menurunkan celana pendek serta celana dalam gue hingga dengkul, karena kejantanan gw sudah mengeras dan menegang dari tadi.
Mbak Dian langsung mengenggam batang kejantanan gw yang paling ia kagumi semenjak kejadian waktu itu.
Dijilat jilat dengan sangat lembut kepala kejantanan gw, seakan memanjakan kejantanan gw yang nantinya akan memberikan kenikmatan yang sebentar lagi ia rasakan. Tak sesenti pun kejantanan gw yang gak tersapu oleh lidahnya yang mahir itu. Dikemut kemut kantong pelir gw dengan gemasnya yang terkadang menimbulkan bunyi bunyi “plok.. plok”. Mbak Dian pun gak sungkan sungkan menjilat lubang dubur gw. Kenikmatan yang mbak Dian berikan sangat diluar perkiraan gw malam itu.

“Mbak....uuuh. enak banget mbak. Trus mbak nikmatin kont*l saya mbak.” Guyam gw yang udah dilanda kenikmatan yang sekarang menjalar.

Semakin ganas mbak Dian menghisap kont*l gw yang masuk keluar mulutnya, ke kanan kiri sisi mulutnya yang mengesek susunan giginya. Kenikmatan yang terasa sangat gak bisa gw ceritain, ngilu. Hingga akhirnya pangkal unjung kont*l gw terasa ingin keluar.

“Mbak... Donny mau keluar nih...” sambil gw tahan kont*l gw didalam mulutnya, akhirnya gw muncratin semua sperma didalam mulut mungil mbak Dian yang berbibir tipis itu.
“Croot... croot... Ohhh... nikmat banget mbak mulut mbak ini, gak kalah sama mem*k mbak Dian. Namun kali ini mbak Dian tanpa ada penolakan, menerima muncratan sperma gw didalam mulutnya. Menelan habis sperma yang ada didalam mulutnya hingga tak tersisa. Membersihkan sisa sperma yang meleleh dari lubang kencing gw. Tak tersisa setetespun sperma yang menempel di batang kont*l gw. Bagaikan wanita yang kehausan di tengah padang gurun sahara, mbak Dian menyapu seluruh batang kont*l gw yang teralirkan sperma yang sempat meleleh keluar dari lubang kencing gw.

Lalu dengan lemas aku menindih tubuhnya dan berguling ke sisinya. Merebahkan tubuh gw yang sudah lunglai itu dalam kenikmatan yang baru tadi gue rasakan.
“Donn... mem*k mbak blom dapet jatah... mbak masih pengen nih, nikmatin sodokan punya kamu yang berurat panjang besar membengkak itu menyanggah di dalam mem*k mbak....” pinta mbak Dian sambil memelas. Mengharapkan agar gw mau memberikannya kenikmatan yang pernah ia rasakan sebelumnya.
“Tenang aja mbak... mbak pasti dapat kenikmatan yang lebih dari pada sebelumnya, karena punya saya lagi lemes, jadi sekarang mbak isep lagi. Terserak mbak pokoknya bikin adik saya yang perkasa ini bangun kembali. Oke.”

Tanpa kembali menjawab perintah gw. Dengan cekatan layaknya budak seks. Mbak Dian menambil posisi kepalanya tepat di atas kont*l gw, kembali mbak Dian menghisap hisap. Berharap keperkasaan gw bangun kembali. Segala upaya ia lakukan, tak luput juga rambut halus yang tumbuh mengelilingi batang kont*l gw itu dia hisap hingga basah lembab oleh air ludahnya.
Memang gw akuin kemahiran pembantu gw yang satu ini hebat sekali dalam memanjakan kont*l gw didalam mulutnya yang seksi ini. Alhasil kejantanan gw kembali mencuat dan mengeras untuk siap bertempur kembali.
Lalu gw juga gak mau lama lama seperti ini. Gw juga mau merasakan kembali kont*l gw ini menerobos masuk ke dalam mem*knya yang montok gemuk itu. Mengaduk ngaduk isi mem*knya.
Gw memberi aba aba untuk memulai ke tahap yang mbak Dian paling suka. Dengan posisi women on top, mbak Dian mengenggam batang kont*l gue. Menuntun menyentuh mem*knya yang dari setadi sudah basah. kont*l gw di gesek gesek terlebih dahulu di bibir permukaan mem*knya. Menyentuh, mengesek dan membelah bibir mem*knya yang mengemaskan. Perlahan kont*l gw menerobos bibir mem*knya yang montok itu. Perlahan lahan kont*l gw seluruhnya terbenam didalam liang kenikmatannya. Goyangan pinggulnya mbak dian membuat gw nikmat banget. Semakin lama semakin membara pinggul yang dihiasi bongkahan pantat semok itu bergoyang mempermainkan kont*l gw yang terbenam didalam mem*knya.

“uh... Donn. Punya kamu perkasa banget sih. Nikmat banget....” dengan mimik muka yang merem melek menikmati hujaman kont*l gw ke dalam liang senggamanya.

“mem*k mbak Dian juga gak kalah enaknya. Bisa pijit pijit punya saya... mem*k mbak di apain sih... kok enak banget.”

“Ih... mau tahu aja. Gak penting diapain. Yang penting kenikmatan yang diberikan sama mem*k mbak sama kamu Donn....” sahut mbak Dian sambil mencubit pentil tetek gw.

“Donn... ooohh.... Donn.... mbak mmmmauu kluuuuaaarr... ooohh.” Ujar mbak Dian sambil mendahakkan kepalanya ke atas, berteriak karena mencapai puncak dari kenikmatannya. Dengan lunglai mbak Dian ambruk merebahkan tubunya yang telanjang tepat di atas badan gw. Untung saja posisi kamar mbak Dian jauh dari kamar kamar saudara dan ortu gw. Takutnya teriakan tadi membangunkan mereka dan menangkap basah persetubuhan antara pembantu dengan anak majikannya. Gak kebayang deh jadinya kayak apa.
Lalu karena gw belum mencapai kenikmatan ini, maka dengan menyuruh mbak Dian mengangkatkan pantatnya sedikit tanpa harus mengeluarkan batang kont*l gw dari dalam liang kenikmatannya. Masih dengan posisi women on top. Kembali kini gue yang menyodok nyodok mem*knya dengan bringas. Sekarang gw gak perduli suara yang keluar dari mulut mbak Dian dalam setiap sodokan demi sodokan yang gw hantam kedalam mem*knya itu.

“Donn.... kamu kuat banget Donn... aaah... uuuhhh... ssshhhh.... ooohhh...” erangan demi erangan keluar silih berganti bersama dengan keringat yang semakin mengucur di sekujur badan gw dan mbak Dian.
“Truuuus... Donn... sodok trusss mem*k mbak Doooonn. Jangan perduliin hantam truuuss.” Erangan mbak Dian yang memerintah semakin membuat darah muda gw semakin panas membara. Sekaligus semakin membuat gw terangsang.
“Suka saya ent*t yah mbak... kont*l saya enak’kan... hhmmm.” Tanya gw memancing birahinya untuk semakin meningkat lagi.
“hhhhhmmmm... suka....sssshhh... banget Donn. Suka banget.” Kembali erangannya yang tertahan itu terdengar bersama dengan nafasnya yang menderu dera karena nafsu birahinya kembali memuncak.
“Bilang kalau mbak Dian adalah budak seks Donny.” Perintah gw.
“Mbak budak seks kamu Donn, mbak rela meskipun kamu perkosa waktu itu.... Ohhhh... nikmatnya kont*l kamu ini Donn.”

Semakin kencang kont*l gw ent*tin mem*knya mbak Dian. Mungkin seusai pertempuran ranjang ini mem*knya mbak Dian lecet lecet karena sodokan kont*l gw yang tak henti hentinya memberikan ruang untuk istirahat.
Merasa sebentar lagi akan keluar, maka gw balikkan posisi tubuh mbak Dian dibawah tanpa harus mengeluarkan kont*l yang sudah tertanam rapi didalam mem*knya. Gw peluk dia trus gw balikin tubuhnya kembali ke posisi normal orang melakukan hubungan badan.
Gw buka lebar lebar selangkangan mbak Dian dan kembali memompa mem*k mbak Dian. Terdengar suara suara yang terjadi karena beradunya dua kelamin berlainan jenis. “plok... plok...” semakin kencang terdengar dan semakin cepat daya sodokan yang gw hantam ke dalam liang vaginanya. Terasa sekali bila dalam posisi seperti ini, kont*l gw seperti menyentuh hingga rahimnya. Setiap di ujung hujangan yang gw berikan. Maka erangan mbak Dian yang tertahan itu mengeras.

Sampai saatnya terasa kembali denyut denyutan yang semula gw rasakan, namun kali ini denyut itu semakin hebat. Seakan telah di ujung helm surga gw. Gw tahan gak mau permainan ini cepat cepat usai. Setiap mau mencapai puncaknya. Gw pendam dalam dalam kont*l gw di dalam lubang senggamanya mbak Dian.

Tiba tiba rasa nikmat ini semakin.... ooohhh....ssshhhh...


Denyut denyut itu semakin menjadi... tanpa dapat gw tahan lagi. Akhirnya.
“Mbak... Donn... mau kluuuarr nih.....”
“Donn... jangan dicabut keluarin didalam saja, jangan sia sia in sperma kamu sampai terbuat. Kluarin di dalam aja Donn.” Seru mbak Dian yang mengharapkan agar gw memuncratkan didalam liang senggamanya itu.
“Aaaahh..... Crooot... Croot.” Akhirnya sperma gw keluar didalam liang senggama mbak Dian. Bagi mbak Dian sperma yang gw krucil.netkan di liang kewanitaannya sangat nikmat sekali, berbeda dengan mantan suaminya yang dulu.
Karena banyaknya sperma yang keluar. Ketika gw cabut kont*l gw dari lubang kewanitaan mbak Dian. Sedikit demi sedikit mengalir keluar dari selah selah belahan bibir vagina mbak Dian sperma yang tadi gw keluarin.
“Thank’s yah mbak. Mbak Dian kembali lagi menyalurkan hasrat saya untuk menyetubuhi mbak Dian yang ke sekian kalinya.” Ucap gw kepada mbak Dian sambil merebahkan badan gw yang lemas terkuras karena pertempuran yang membawa kenikmatan ini.
“Mbak yang minta terima kasih Donn. Bukannya kamu, kamu sudah mau memberikan kenikmatan yang slalu mbak dambakan ini.” Kata mbak Dian sambil meraih kembali batang kont*l gw yang sudah tergulai lemas.
“Mbak suka yah sama kont*l saya... nanti bangun lagi loh. Apa mbak Dian mampu meladeni hercules ini kalau nanti dia bangun kembali.” Goda gw ke mbak Dian sambil meremas remas gunung kembarnya yang berukuran 36 B itu dengan puting yang mungil seperti wanita yang belum menikah.
“Ihh.... kamu kuat banget sih. Bisa mati kalau kamu hantam lagi punya mbak sama tongkat ajaib kamu ini. Tadi saja mbak sudah berkali kali mencapai puncaknya. Sedangkan kamu hanya dua kali.”. “Donn... mungkin sungguh beruntung sekali bila nanti wanita yang menjadi istri mu.” Kata mbak Dian yang mengakui keperkasaan tongkat “Dewa Cabul” ini.
“hahahaha.... habisnya tubuh mbak sungguh mengiurkan bila hanya dipandang saja, kan lebih nikmat lagi bila dirasakan langsung.” Tawa gw.


Beberapa hari kemudian. Sepulangnya gw dari rumah temen gw di bilangan Mangga Dua, Jakarta Utara. Gw di kejutkan dengan sesosok hadirnya wanita yang memiliki paras ayu dengan mata yang bulat, seakan akan mengambarkan paras muka yang sangat mengiurkan bila di setubuhi. Bibir yang tipis merah merona bukan karena memakai lipstik, samar samar terlihat tumbuh bulu halus di pinggir bibir yang menantang untuk dicium. Memiliki postur tinggi badan sekitar 165cm, berkulit putih mulus. Memiliki rambut panjang hitam lurus sebahu, rambut halus yang tumbuh disekujur lengan putihnya pun menjadi sebuah pesonanya. Memiliki lingkaran dada 36 C yang membuat hati laki laki ingin melihat gundukan daging yang terbungkus itu secara langsung, didukung penuh dengan bongkahan pantatnya yang semok bagaikan buntut mobil BMW yang menungging kebelakang bila berjalan. Goyangannya begitu akan mengoda hati laki laki yang menatap pantulan pantatnya yang sungguh menawan itu.
Terbayang sepintas ingin menikmati tubuh indah itu meski bagaimana caranya, terlintas juga bila Rini menolak maka bakalan gw ambil jalan memperkosanya.

“Donn... kok ngelamun aja sih. Sudah makan blom, sana makan mbak Dian masak enak tuh hari ini. Katanya sih menu masakan yang paling kamu suka.”. “Sana makan dulu, jangan bengong...” tegur ibuku yang membuyarkan lamunan fantasi seks gw dengan Rini saat itu.
Akhirnya Rini mulai berkerja menjadi pembantu di keluarga gw. Sehari hari Rini suka pakai daster sedengkul. Terkadang kalau Rini lagi membersihkan ruangan keluarga, suka gw curi liat goyangan pantatnya yang bulat menantang untuk diremas itu. sekali kali kalau dia sedang menunduk membersihkan meja kaca diruangan tersebut. Terlihat dengan jelas buah dadanya yang menyembur ingin keluar dari BH yang ia gunakan, entah karena kekecilan atau buah dadanya yang terlalu besar untuk anak seusia Rini yang sekarang beranjak 17 tahun.
Hingga gw nekat untuk memenuhi hasrat setan gw ini.

Pernah waktu itu ketika keadaan rumah sedang kosong. Nyokap ke Bandung ada acara arisan ibu ibu. Bokap sibuk dengan urusannya sendiri di kantornya yang terletak di kawasan perkantoran Sudirman, Jakarta. Kakak gw masing masing sudah menikah dan punya keluarga masing masing. Sedangkan mbak Dian sendiri ijin pulang kampung untuk menengok anaknya hasil dari mantan suaminya. Sebelum pulang mbak Dian meminta untuk menyetubuhi dirinya sebelum nanti ia merindukan “tongkat ajaib” ini bila nanti di kampungnya. Begitulah mbak Dian kalau menyebut adik gw dengan sebutan itu. Mungkin ini juga gue anggap kesempatan emas bagi gw, karena saat ini keadaan rumah kosong hanya tinggal gw dan seorang wanita belia putih merangsang untuk segera menikmati bongkahan daging yang terbelah dan masih terbungkus rapi di balik celana dalam Rini. Serta dua gunung kembar yang jelas jelas hampir loncat dari rumahnya yang kekecilan.

Siang itu gw pura pura tidur di kamar gw, karena gw tahu jam berapa dia bersihin kamar gw, jamberpa dia nyapu dan jam berapa saja kalau Rini akan mandi.
Waktu itu gw tidur hanya mengenakan CD ketat yang secara otomatis membentuk lekukan lekukan di luar CD gw. Rini biasanya masuk kedalam kamar gw dengan mengetuknya terlebih dahulu, lalu akan masuk bila sudah gw iya kan.
Pertama tama dia kikuk lihat gw tidur terlentang dengan hanya mengenakan CD saja. Terlebih lagi Rini suka melirik nakal kearah selangkangan gw yang saat itu makin tegang kala lihat Rini memakai daster dengan lubang leher yang agak melebar dan tinggi daster yang Rini kenakan juga amatlah minim sekali. Lebih tepatnya daster itu di sebut dengan baju tidur terusan tanpa lengan tangan. Mengaitkan antara sisi depan dan belakang hanya dengan seutas ikatan tali berwarna putih.
Melihatnya saja membuat tangan gw terasa gatal sekali ingin cepat cepat menerkam tubuh sintal itu dan menindihinya di bawah tubuh gw. Merasakan seluruh jengkal tubuhnya, terutama merasakan membelah durian kampung rasa kota metropolitan.

Sekitar 20 menit kemudian, tiba tiba Rini meninggalkan sapu yang di tangannya, tergeletak di bawah lantai. Perlahan lahan gw perhatiin gerakkannya yang mulai serba salah itu. Mengendap endap Rini berjalan menghampiri gw yang pura pura tertidur di atas ranjang gw yang berukuran no 1. Kemudian ditatap seongkongan batang yang tersembunyi menantang di balik Cd yang gw pakai.
Dalam hati gw, akhirnya dugaan gw tentang wanita berbulu halus di lengan dan pahanya ternyata benar. Bahwa memiliki hasrat seks yang tinggi untuk merasakannya.
Dengan posisi Rini berdiri di sisi ranjang, mulai perlahan tangannya ia julurkan mendekati punya gw yang tersembunyi itu. Di usap usap batang kont*l gw seirama. Naik... turun... yang terkadang diselinggi dengan pijatan kecil pada katong pelir dan usapan halus di kepala kont*l gw yang membengkak karena tegang dan keluar dari sisi atas CD yang gw pakai itu.
Hati hati dia mulai menarik ke dua sisi atas CD gw, pelan pelan hingga membebaskan hercules yang sedari tadi ingin keluar.
Digenggam batang kont*l gw dengan tangan kanannya dan mulai memainkan batangnya sambil menaik turunkan tangannya di barengi jilatan jilatan kecil yang menyapu permukaan kepala kont*l gw yang terlihat mengkilap membengkak karena rangsangan yang diberikan oleh Rini lewat jilatan jilatan lidahnya yang sangat nikmat itu. lama lama semakin beringas Rini melahap batang kont*l gw hingga masuk semuanya ke dalam mulutnya. Terasa sekali ujung batang kont*l gw mneyentuh hingga kerongkongannya. Terkadang digigit kecil pada helm surga gw. Akibatnya geli seperti ingin kencing.
Tak hanya itu. samar samar terlihat tangan sebelah kirinya mulai terselip diantara dasternya dengan kaki yang terbuka agak tertekuk pada lututnya. Rintihan demi rintihan silih berganti, seperti sudah tak memperdulikan keberadaan gw yang sedang ia nikmati. Akhirnya memang gw akui sendiri permainan yang Rini lakukan sangat nikmat sekali, melebihi bibinya yang slama ini gw anggap paling pro dalam hal seperti ini. Erangan gw akhirnya keluar juga dari sekian lama gw tahan agar dia nikmatin dulu hal yang ia lakukan terhadap hercules gw.

“Rin... kamu sedang apa... kok celana dalam saya kamu buka. Dan bukannya kamu sedang membersihkan kamar saya.” Pura pura gw kaget dan memergoki Rini sedang mengoral kont*l gw.

Mungkin karena malu karena tertangkap basah mengoral anak majikannya yang sedang tidur. Rini langsung keluar dengan muka yang merah karena malu. Gw pun gak tinggal diam, gw susul Rini yang keluar tanpa berkata apa apa. Terlihat di ruangan tengah. Rini sedang duduk sambil menutup mukanya karena kejadian yang tadi itu. perlahan gw mendekati Rini dan duduk sebelah kiri sampingnya.

“Kenapa Rin... kok malahan diam saja.” Tanya gw dengan nada yang sopan teratur, seakan seorang dosen fakultas yang bertanya kepada mahasiswi yang bersalah.

“Rini... malu sama kakak...” jawab Rini dengan masih menutup muka cantiknya. Dengan sedikit rambut halus yang tumbuh di atas bibir merah tipisnya.

“Kenapa malu... apa karena tadi Rini mengoral kakak yah... kalau boleh kakak tahu. Kamu tahu hal itu dari mana Rin...” tanya gw kembali sekedar ingin tahu pengalamannya tentang oral kelamin laki laki.

“mmmmhh... Rini pernah nonton dirumah temen Rini. Rini lihat cewek menghisap punya laki lakinya dengan begitu enaknya.” Jawab Rini dengan sejujur jujurnya menceritakan pengalamannya tentang hal mengoral.

“Trus kenapa tadi... saat kak Donny sedang istirahat. Kenapa kamu membuka celana dalam kakak dan mengoral kemaluan kakak dengan begitu nikmatnya.” Tanya gw yang seperti mengintrogasi seorang tersangka pembunuhan tingkat kakap.

“Habis... punyanya kakak gede banget dan membentuk diluar celana kak Donny. Rini pertama tama hanya penasaran saja ingin melihat bentuk punya kak Donn... tapi, Rini gak tahu. Tiba tiba Rini ingin sekali memasukkan punya kak Donny kedalam mulut Rini. Layak seperti film yang pernah Rini tonton di rumah teman Rini itu.” jawab Rini dengan begitu polosnya ingin tahu dan merasakan menghisap kelamin laki laki.

“Trus sekarang Rini masih pengen... atau mau rasa yang lebih dari yang tadi Rini lakukan terhadap kak Donny barusan.” Tanya gw dengan mengusap usap paha putihnya yang terlihat hingga pangkal pahanya.

Rini bagaikan terkunci bibirnya untuk menjawab penawaran gw itu. hanya dengan menganggukna kepalanya yang berartikan iya.
Perlahan gw kecup bibir tipis yang sempat membuat gw ingin sekali merasakan nikmat bibir gadis berumur 17 tahun yang sekarang terpampang dihadapan gw.
Dengan lembut gw mengecup bibir Rini, perlahan gw sapu setiap detail bibir itu. lembut, halus, seperti makanan agar agar. Perlahan gw menurunkan celana gw bersamaan dengan CD yang tadi sempat Rini turunin.
Gw tuntun tangan kirinya menuju hercules yang telah siap sedari tadi bertahan ingin ikut merasakan kembali usapan dan hisapan gadis 17 tahun ini lagi.
Di usap usap batang kont*l gw yang menegang dengan keras, bersamaan dengan nafas yang semakin meninggi karena didera nafsu darah perawan yang belum terjamah oleh laki laki. Tak ingin kalah dengan kegiatan tangan Rini, kini tangan gw mulai mengusap lembut gunung kembar yang membusung menantang untuk diremas oleh tangan perkasa. Tanpa gw perintah atau gw kasih petunjuk. Rini dengan kesadarannya membuka daster berserta bra kekecilan yang menutupi buah dadanya yang berukuran 36 C dengan pentil merah kecil menantang ingin sesegera di hisap dan mungkin di gigit kecil.
Sesaat langsung gw tarik tubuh mungil itu ke dalam jangkauan dekapan gw. Dengan sigap gw hisap puting susu Rini yang menantang dan ternyata telah mengeras sedaritadi. Rini ternyata tak ingin hanya dia seorang yang merasakan kenikmatan ini bila pasangannya tak merasakan kenikmatan ini juga.
Disambar batang kont*l gw tegang mnegacung tegak berdiri, berirama dengan desahan suaranya. Rini memanjakan kont*l gw dengan sangat lembut. Seakan akan tahu benda yang kini ia genggam sekarang adalah pusaka seseorang yang sekarang memberikan ia kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Uuuuhh....ssshhh... uuuuuhhhhh.... Kak... uuuuuhhh. Enak banget kak... Uuuuuhh...” desah Rini tanpa melepaskan genggamannya dari batang kont*l gw. Seakan akan takut kehilangan tongkat pusaka warisan nenek moyang.

“Rin... enakkan. Kak Donny gak bohongkan... ini hanya pemanasan saja. Nanti... nanti permainan yang sesungguhnya Rini akan merasakan melayang ke surga tingkat tertinggi.” Seru gw memancing agar birahi Rini semakin terbakar dengan omongan gw.

“HHmmm... enak kak... enak... uuuuuhhhh....uuuuhhhh....kak. berikan Rini kenikmatan yang kakkkaak jannnjiiin iiiituuuu...” seru Rini dibarengi dengan desahan yang tertahan

november rain

Papa Maya telah meninggal. Mamanya cantik dan seksi karena keturunan Italy-Medan, walaupun sudah berumur 36 tahun saat sedang memperkenalkan calon Papa Maya yang umurnya baru 29 tahun, cakep dan kaya. Anak pertamanya bernama Rina baru kelas 2 SMA dengan tinggi 165 berwajah cantik dan berkulit putih bersih, dan Maya dalam usianya yang ke 15, masih duduk di kelas 3 SMP, walaupun tidak secantik Rina tapi wajahnya oval, sangat manis dengan tubuh yang sangat seksi. Sedangkan yang terkecil bernama Lita kelas 1 SMP, masih sangat kekanak-kanakan.

Frans, calon Papa tersebut adalah orang yang sangat mengasyikkan dan baik hati, sehingga Maya dan saudaranya tidak keberatan dengan pilihan Mamanya. Suasana keluarga begitu nyaman setelah 3 bulan pernikahan Mama mereka. Lita yang paling bungsu begitu dekat dan lekat dengan Frans, seakan memang Papa kandungnya.

Suatu hari Sabtu yang takkan dilupakan, Maya pulang pagi karena ada rapat sekolah. Di rumah biasanya cuma ada Rina yang masuk sekolah siang, jadi Maya yang kecapekan setelah pelajaran olah raga langsung masuk kamarnya di lantai 2. Selang beberapa saat Maya merasa haus dan saat mengambil minum dia baru sadar kalau dia tidak melihat Rina. Maya ke kamar Rina untuk melihat keberadaan Rina, namun sebelum mengetuk pintu dia tertegun mendengar suara asing dari kamar Rina. Penasaran, Maya mengambil kursi dan mengintip dari lubang angin di atas pintu kamar Rina. Dilihatnya Rina dan seorang cowok yang tampaknya adalah pacar Rina sedang bergurau layaknya orang bergulat.

Mereka tertawa cekikikan saling menggelitik, namun tiba-tiba tawa mereka berhenti saat cowok itu mengecup bibir Rina pelan. Rina yang terkejut hanya memandang sesaat kemudian membalas lembut. Mendapat reaksi tersebut sang cowok melancarkan ciuman mautnya sampai Rina mendesah, membalas perlakuan lidah cowoknya yang menari dalam rongga mulutnya. Saat si cowok mengecup leher jenjang Rina, perlahan Maya melihat tangan si cowok mengusap dada Rina perlahan dan meremas lembut.

Rina tampak semakin bernafsu dan tak keberatan saat tangan si cowok menelusup ke dalam kaosnya dan meremas lebih keras payudara Rina yang ranum, bahkan desahan Rina semakin panjang. Mulut Rina terpekik lirih ketika kaosnya terangkat, ternyata kaitan branya sudah lepas sehingga dua bukit itu terpampang dengan indahnya, dan mulut cowoknya pun menjilati puting susunya bergantian. Sambil menjilati, tangan si cowok ganti berpindah mengelus paha Rina yang tertutup kulot selutut, menyingkap kulot sepangkal paha tersebut sehingga memamerkan paha putih mulus Rina. Sedangkan tangan Rina mengangkat kaos cowoknya dan membelai dada cowok itu dengan penuh nafsu. Namun tiba-tiba Rina memegang "adek" si cowok lalu dengan isyarat Rina meminta cowoknya rebahan. Rina membuka ritsluiting celana panjang si cowok dan mulai mengulum kemaluannya yang tiba-tiba tegak mengacung keluar, maju mundur dan sesekali menjilati ujung kemaluan cowoknya sampai cowoknya mendesah kenikmatan.

Kaki Maya masih bergetar tak mengerti ketika melihat cairan putih keluar dari kemaluan cowok Rina dan menumpahi muka Rina, membuat cowok Rina tampak tegang. Lalu dengan hati-hati Maya turun dari kursi dan mengembalikan kursi ke tempatnya, lalu berlari kecil menuju kamarnya. Usai menutup pintu masih terbayang kenikmatan kakak dan pacarnya saat bercumbu. Perlahan tangannya masuk ke dalam celana dalam dan menggosok kemaluannya perlahan, Maya tetap tidak mengerti mengapa tampak begitu nikmat. Sampai akhirnya Maya tertidur.

Ketukan di pintu membangunkan Maya, ternyata hari telah sore dan Mama membangunkannya untuk mandi. Karena masih shock dengan kejadian tadi pagi, Maya minta ijin untuk menginap di rumah Inge, teman akrabnya. Mama mengijinkan asal jangan sampai minggu sore, takut mengganggu belajar untuk hari Senin. Maya menyanggupi dan berangkat dengan taksi tanpa menelpon Inge karena sudah terbiasa menginap di sana.

Rumah Inge cukup besar, tetapi bonyoknya (orangtuanya) jarang ada di rumah dengan kesibukan masing-masing. Saat kaki Maya melangkah masuk, dia sempat terheran dengan sebuah mobil jip yang terparkir di halaman rumah Inge. Setelah menekan bel, Inge keluar dengan muka surprise.
"Kebetulan sekali, ada beberapa temanku yang akan menginap di sini. Ayo masuk, kuperkenalkan," tukas Inge cepat.
"Bonyokmu?" Tanya Maya, yang dijawab Inge dengan mengangkat bahu, lagi-lagi bepergian.

Maya melangkah masuk dan diperkenalkan dengan 3 cowok dan 2 cewek. 2 cowok, Robby dan Jody, sudah kelas 2 SMA, sedangkan Andhy adalah teman sekelas Inge. Inge dan Maya adalah teman SD, tapi SMP mereka terpisah. 2 cewek yang lain, Adri dan Shinta, adalah teman sekelas Inge juga. Bertujuh mereka bercanda sambil sesekali makan snack yang disediakan Inge. Menjelang tengah malam, Inge mengajak mereka ke ruang tengah dan mengeluarkan sebotol sampanye milik Papanya, ternyata dalam rangka jadiannya dengan Andhy. Maya menolak minum untuk kedua kalinya saat tenggorokannya terasa terbakar, Inge hanya tertawa sambil memeluk Andhy. Namun begitu teringat pada kejadian di rumah, Maya menenggak beberapa teguk sampai kepalanya pusing. Dan Maya pun tergeletak, saat lamat-lamat dia mendengar suara house musik membahana. Pasti kerjaan Inge, pikirnya. Inge memang korban kurang perhatian, apalagi dia anak tunggal.

Entah berapa lama dia tak sadar saat tiba-tiba perutnya mual dan muntah tepat di bawah sofa. Lampu ruang tengah telah berganti temaram, namun dia sempat melihat Inge dan Andhy berpelukan tanpa baju sehelaipun di lantai dengan kemaluan melekat erat dan wajah puas. Maya tertegun. Oh tidak lagi, pikirnya. Dengan dipaksakan dia berjalan menuju kamar Inge, namun sampai di pintu bukanlah pemandangan yang diharapkan. Tampak Shinta telentang telanjang merintih dan mendesah dengan separuh badan di atas tempat tidur sedang Robby tampak sedang berusaha memasukkan kemaluannya ke lubang vagina Shinta yang tampak kecil. Suara Shinta terpekik kesakitan saat tiba-tiba Robby mendorong masuk, menyobek selakangan Shinta sampai berdarah, lalu meneriknya keluar perlahan-lahan.

Sesaat tadi Maya melihat Shinta kesakitan, tetapi semenit kemudian yang dilihat justru Shinta mendekap Robby erat sambil mendesah keenakan. Goyangan-goyangan mereka menggugah nafsu Maya, sehingga Maya berbalik dan mencoba melangkah ke kamar utama, pikirannya berharap semoga dia tidak melihat satu pasang yang lain bercumbu, Jody dan Adri. Dan Maya pun menghela nafas lega saat dilihatnya Adri terkapar mabuk di sudut ruangan yang ia lewati. Maya memasuki kamar utama dan akan melempar tubuhnya ke atas tempat tidur ketika tiba-tiba ia ingin muntah lagi dan bergegas menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar.

Setelah muntah untuk kesekian kalinya, Maya mendengar siraman di WC dan baru sadar bahwa Jody sedang memandangnya dari atas WC, rupanya ia sakit perut. Kaki Maya tertahan melangkah ke luar saat tangan Jody memeluk dari belakang dan mencium lehernya. Maya ingin berontak, tapi rasa penasaran dan perasaan yang timbul akibat ciuman Jody membuatnya malah memejamkan mata. Tangan Jody dengan sangat bernafsu meremas dada Maya dari belakang, lalu menarik kaos Maya keluar dari kepalanya. Lunglai rasanya kaki Maya saat tangan Jody juga melepas bra dan meremas payudara yang belum tumbuh sempurna dengan leluasa. Disela kenikmatan yang Maya rasakan dia merasa ada tonjolan menusuk pantatnya, bagian bawah tubuh Jody telanjang!

Maya terkejut saat Jody menggendongnya keluar dari kamar mandi dengan mulut yang menghisap-hisap payudaranya bergantian, kanan kiri. Benar-benar suatu kenikmatan bagi Maya, membuatnya tak sadar saat Jody merebahkannya ke tempat tidur dan membuka celana dan CDnya tanpa melepas hisapan di dada Maya. Sesaat Jody melepas ciumannya dan membuka kaosnya sendiri, dan Maya pun melihat kemaluan Jody yang tegak lurus, membuat Maya ingin memegang. Jody memejamkan mata ketika Maya memegang adeknya dan mengecupnya lembut, lalu Jody membalikkan tubuh sehingga mereka melakukan posisi 69.

"Mmmngh, trus Jod.. enak..!", desah Maya tak tertahan. Jody semakin mencium vagina Maya, mencari klitoris Maya dan menjilatinya bernafsu. Maya semakin belingsatan dan mengocok kemaluan Jody sambil menghisapnya membuat Jody mengerang.
"Aaahh, aku pe..ngen.., aahh..", pekik Maya saat merasakan ada dorongan kenikmatan yang kuat ingin keluar dari lubang kemaluannya, Maya orgasme sembari menyedot "adek" Jody keras-keras yang ternyata juga menyebabkan Jody mengeluarkan sperma mengisi penuh mulut Maya. Maya yang sedang orgasme tidak mempedulikannya, terus menggelinjang sampai beban itu terlepaskan.

Maya terbangun ketika ada sinar matahari yang masuk dalam kamar. Sudah jam 1 siang, dilihatnya Jody mendengkur keras disisi ranjang yang lain dengan telanjang bulat. Cepat-cepat dia bangun dan berpakaian, setelah itu dia keluar kamar dan melihat Inge dan Andhy tetap berpelukan dang posisi yang berbeda, mungkin mereka melanjutkan kembali. Setelah merapikan diri, Maya bergegas menelpon taksi dari HP-nya seraya bersyukur tidak kehilangan kehormatannya.

Saat di dalam taksi dia menerima SMS bahwa Rina dan Lita sedang ada di Mall dan mengajaknya, namun Maya malas mana badan terasa hancur. Sampai di rumah dalam keadaan terkunci, Maya membuka pintu dari kunci yang terletak di tempat tertentu, kemudian mandi menyegarkan tubuh dan mengisi perutnya yang keroncongan. Setelah mengunci pintu, Maya masuk kamar berniat melanjutkan tidur. Namun belum sempat matanya terpejam, didengarnya mobil Papa barunya datang. Tampaknya hanya berdua dengan Mama sebab tidak terdengar suara Kakak dan Adiknya.

Tiba-tiba suara hening sekali membuat Maya curiga dan keluar dari kamar, menuruni anak tangga yang kedua dan Maya langsung menunduk menyembunyikan badan ketika didengar langkah berat menuju ke arahnya, dilihatnya Mama berciuman sambil membuka pakaian Frans yang kemudian dibalas oleh Frans dengan melucuti pakaian Mama. Maya tak bisa bergerak bersembunyi di balik pagar tangga karena mereka berada tepat dibawahnya.

"Masih mau lagi..?", suara Mama terdengar menggoda. "Aaaw..!", jerit Mama kemudian saat Frans menjawab dengan jilatan di selangkangan Mama. Mama tak bisa berdiri dan menjatuhkan diri di sofa, mendesah dan menjerit pelan sambil meremas susunya sendiri. Maya terbelalak melihat ukuran kemaluan Papa barunya yang sangat besar, hampir 20 cm, dan mencabik vagina Mamanya dengan suara decak yang keras. Desahan dan erangan keduanya silih berganti, berganti posisi dengan gaya hewan, sambil berdiri, dengan mulut sama-sama ternganga nikmat. Maya terpana melihat keduanya, walaupun capek mau tak mau perasaan aneh itu muncul lagi. Maya ingin tidak melihat tapi ini jauh lebih seru dari yang telah ia lihat. Tiba-tiba terdengar jeritan mereka bersamaan membuyarkan lamunan Maya, dan Maya melihat keduanya roboh tak bertenaga. Cepat-cepat Maya beranjak tak bersuara, dan entah perasaannya atau tidak, dia sempat melihat Frans mengedipkan mata kepadanya.

Seminggu setelah itu Maya masih mencoba melupakan setelah Inge merengek-rengek minta maaf karena Maya merasa di jebak. Namun Maya menganggap semuanya udah lewat dan dia berbaikan lagi dengan Inge. Maya pun mengajak Inge untuk menginap di rumahnya sekedar untuk menghibur diri, Inge bersedia.
Sore hari Inge datang dengan membawa berbagai macam coklat kesenangan Maya, sesaat sebelum Frans datang. Frans masuk rumah dan sempat melirik Inge yang memakai celana pendek dan kaos U can C, apalagi Inge menghormat sambil menunduk menampakkan belahan dadanya.

"Baru pulang kantor, Om?" Tanya Inge berbasa-basi.
"Nggak. Ntar balik lagi, hanya ambil barang Mamanya Maya, dia harus ke luar kota 2-3 hari."
"Lho Papa nggak ikut?" Tanya Maya.
"Nggak, Papa lagi ada proyek yang nggak bisa ditinggalin." Jawab Frans sambil tersenyum masuk kamar.
"Papamu cakep, aku mau.." bisik Inge, langsung dibalas cubitan oleh Maya.

Jam sepuluh malam Maya tidak dapat menahan kantuknya, tapi Inge masih ingin nonton TV jadi Maya tidur naik ke lantai 2 untuk tidur duluan. Rina dan Lita sudah tidur dari tadi. Hampir tengah malam saat Frans datang dan membuka pintu, dilihatnya Inge lagi asyik menonton TV sambil tengkurap, memperlihatkan paha putih mulus di bawah celana pendeknya dan bentuk pantat yang indah.

"Belum tidur?" Tanya Frans.
"Eh, Om, belum nih lagi seru filmnya," jawab Inge hanya menoleh sebentar tanpa merubah posisi nonton. Frans masuk kamar berganti piyama lalu kembali ke ruang TV, melihat tubuh gadis 15 thn tengkurap tanpa beban.
"Bagus ya?" Tanya Frans sambil duduk di sebelah kaki Inge dan memandang lekat punggung Inge mencari siluet tali bra, tak ada.
"Drama sih, tapi kadung tahu ceritanya," jawab Inge tanpa menoleh.
"Kecil-kecil kok nonton begituan," goda Frans saat ada adegan making love sesaat.
"Kita udah ngerti lagi. Biasa Om, anak sekarang," lagi-lagi Inge cuek.

Tiba-tiba Frans merasa pantat Inge sedikit bergesek ke kiri dan kekanan, lalu Frans sadar bahwa Inge terbawa suasana adegan film yang memang seharusnya gak layak ditonton seumuran Inge. Sedikit lagi, pikir Frans. Frans berdiri mengambil soft drink dan kembali duduk di sebelah Inge, lalu pura-pura tak sengaja minuman sedikit tumpah ke paha Inge sehingga Inge kaget dan hendak bangun.

"Ups, maafin Om. Udah tetap tiduran aja, Om bersihkan," sahut Frans cepat-cepat dan menahan tubuh Inge agar tetap tiduran. Inge kembali keposisinya, membiarkan Frans mengusap ceceran soft drink di pahanya. Tangan Frans membersihkan ceceran dengan lembut, lama-kelamaan menjadi belaian yang semakin naik menuju pangkal paha. Inge menggeliat geli tapi membiarkan tangan Frans membelai.
"Om.." Seru Inge tiba-tiba ketika dirasakan lidah Frans menjilati pahanya geli.
"Biar gak lengket," jawab Frans singkat sambil meneruskan jilatannya.

Inge merasakan geli kenikmatan, kepalanya tidak lagi mendongak menonton tapi menunduk mendesah. Tangan Frans membelai-belai pantat Inge sementara lidahnya menjilati paha Inge. Sedikit pantatnya dia angkat ketika Frans memeloroti celana pendeknya, meneruskan lidah menuju pantat Inge. "Ah.., Om.." desah Inge saat lidah Frans bermain di permukaan vaginanya yang masih tertutup celana dalam. Jari jempol Frans memijit-mijit bagian depan vagina Inge, merasakan nafsu Inge yang semakin besar membuat vaginanya semakin basah. Frans membalikkan tubuh Inge menjadi telentang dan menjilati klitoris Inge sementara tangannya bergerak ke dalam kaos buntung Inge meremas payudara bersamaan. "Om.. Geli.. Enak.." Inge sesekali menggelinjang. Frans mendudukkan Inge dan melepas kaos Inge sehingga telanjang bulat, mengangkat tubuh Inge jongkok ke pangkuannya dan menjilati payudara Inge. Kemaluan Frans menyembul di belahan piyamanya, menyentuh kulit vagina Inge dan Inge bergerak maju mundur menggesek-gesek. "Om, masukin.." Pinta Inge memelas.

Tanpa melepas kuluman di puting Inge, tangan Frans membuka tali piyamanya sehingga bagian depan tubuhnya terbuka. Tangan Inge menjamah kemaluan Frans dan menuntun menuju lobang kemaluannya, dan bless.. kemaluan Frans masuk pelan-pelan saat Inge menekan. Mulut Inge ternganga merasakan besarnya kemaluan Frans, sedkit tekanan hanya separuh kemaluan Frans yang dapat masuk. Inge mengangkat pantatnya dan menekannya kembali berulang-ulang sambil bergoyang sampai kemaluan Frans bersisa sedikit yang tidak masuk. Frans merasakan kenikmatan jepitan vagina Inge dan mempercepat kocokannya. Inge memeluk Frans dan menekan kuat-kuat sebelum akhirnya menjerit tertahan pertanda orgasme.

Tubuh Inge berkelojotan di atas tubuh Frans yang menikmati orgasme Inge. Lalu Frans mengocok lagi walaupun Inge masih belum sadar dari orgasmenya. Saat Inge membuka mata, Frans tersenyum, lalu Inge menundukkan kepala dan mulai mengulum kemaluan Frans. Frans memejamkan mata menikmati kuluman Inge, dijilati sampai ke testis dan disedot dalam-dalam. Lalu Inge mengocok dengan mulutnya, dan Frans mengerang memuncratkan sperma ke leher dan dada Inge.
"Makasih Om, Inge suka," ujar Inge sambil mencium pipi Frans lalu memakai pakaian kembali dan naik ke lantai 2 menuju kamar Maya. Frans masih terhenyak merasakan sisa-sisa kenikmatan dari sahabat anak tirinya. Namun tujuannya belum tercapai seluruhnya.

Maya terheran melihat Inge masih mendengkur padahal hari sudah siang, dia tidak mengira Inge talah menikmati Papa tirinya. 2 hari kemudian Maya ijin pulang dari sekolah karena gak enak badan. Ketika tiba di halaman rumahnya dia melihat cowok kakaknya keluar rumah dengan muka merah, pasti mereka sedang bertengkar. Maya tak suka mencampuri masalah orang lain, jadi dia cuek saja dan masuk ke dalam rumah. Saat Maya melewati kamar Rina didengarnya kakaknya menangis, namun langkahnya tertahan ketika ada suara lawan bicara Rina yang sangat dikenalnya, Frans.

"Sudahlah, cowok gak hanya dia. Biarkan saja, nanti juga kembali," suara Frans lagi-lagi terdengar. Maya tidak mengerti mengapa Frans tidak kerja, dan rasa penasaran Maya membuatnya melongok ke kamar Rina yang pintunya sedikit terbuka. Dilihatnya Rina memeluk Frans sambil menangis, kaosnya yang kedodoran tampak lusuh habis bertengkar, tampak tali bra hitam Rina terlihat. Frans balas memeluk sambil mengusap punggung Rina. Anak tirinya yang satu ini memang yang paling cantik, bulan depan berumur 17.

Dengan kaos kedodoran, Frans dapat mengintip belahan dada Rina yang montok, sekitar 34B. Paha putih Rina tampak membayang di balik kulot tipis yang sedikit tersingkap. Frans menahan nafsunya sambil terus mengusap punggung Rina, mengusap-usap di sekitar tali bra Rina dan seolah tanpa sengaja melepas kaitan branya. Rina tertegun saat tali branya lepas, bagaimanapun dia tadi sedang horny saat cowoknya kelepasan memanggil nama cewek lain. Lalu Rina memandang Frans lekat-lekat, mendekati wajah Frans dan menciumnya. Frans membalas ciuman Rina seolah sayang, tapi ketika bibir Rini berkutat semakin dalam, Frans membalasnya tanpa sungkan.

Tangan Frans tidak lagi mengusap punggung Rina dari luar, tapi sudah masuk ke dalam kaos Rina dan menyingkap kaos Rina ke atas lalu akhirnya menariknya hingga lepas. Rina hanya diam saja saat Frans mendorong tubuh Rina rebah di atas ranjang, membuka bra hitam Rina dan mulai mencium leher Rina sementara tangannya membelai dan meremas payudara indah Rina.
"Pa..," desah Rina keenakan. Frans terus menciumi dan menjilati leher Rina, lalu turun menuju belahan dadanya dan menggoda dengan jilatan-jilatan kecil di puting susu Rina sehingga Rina memeluk kepala Frans menekan ke dadanya.

Tangan Frans mulai menurunkan kulot dan celana dalam Rina sampai terlepas, kemudian membelai paha putih mulus Rina sampai pangkal paha. Rina membuka kemeja Frans, dan meremas tonjolan di celana Frans. Frans menghentikan ciumannya saat Rina membuka sabuk celananya dan memelorotkan celana panjang Frans. Lalu Rina membelai kemaluan Frans yang keras berotot di balik celana dalam, mengecup kepala kemaluan Frans yang mengintip di pinggiran celana dalam Frans sebelum akhirnya memasukkan ke mulutnya setelah membuka celana dalam Frans. Frans membelai rambut Rina seraya meremas payudaranya saat kepala Rina naik turun di selangkangan Frans. Sesekali Rina menjilati kemaluan yang semakin lama semakin membesar sampai tak cukup lagi Rina mengulum sampai pangkal.

Saat Rina berhenti melakukan aktifitasnya karena tergengah-engah dan mengambil nafas, Frans balas mulai menciumi vagina Rina yang masih perawan. Lidahnya mencari klitoris yang masih tersembunyi dan menjilatinya sampai Rina merintih-rintih. Sebuah daging kemerahan yang terlihat di belahan daging selakangan Rina dijilatinya, sedikit ditarik dengan bibirnya, sampai muncul sebuah lubang kecil tanda terangsangnya Rina di kemaluannya, dan Frans membelainya deng lidahnya sambil memasukkan ujung lidahnya. Rina menggelinjang tak keruan, keringat bercucuran namun kenikmatan terasa begitu menggoda.

"Aaahh.. Pa,.. A.. ku.., keluar..," erang Rina tiba-tiba menekan kepala Frans semakin dalam ke vaginanya dan menjepitnya dengan paha. Frans menarik sedikit klitoris Rina dengan bibir sehingga Rina merasakan orgasme yang cukup lama. Lalu Rina tergeletak lemas.

Frans bangun memandang keindahan gadis 17 tahun yang sangat elok itu. Kedua kaki Rina dilebarkan sampai kemaluan Rina yang berwarna kemerahan sangat mengundang. Frans menempelkan ujung kemaluannya ke lobang kemaluan Rina dan menekan sedikit demi sedikit. "Auh.. Pa, sakiit..," jerit Rina tertahan saat kemaluan Frans mulai menerobos kemaluan Rina. Frans langsung menindih Rina, menciumi bibirnya dan meremas kedua payudara Rina namun tidak menggerakkan kemaluannya, setidaknya dengan ujung yang tepat Frans tinggal menekan saja setelah pas waktunya.

Rina mulai terhanyut kembali oleh cumbuan Frans dan mulai terangsang kembali. Sedikit demi sedikit justru Rina yang bergoyang memperlancar masuknya kemaluan Frans. Namun karena terlalu besar, hanya separuh kepala saja yang masuk. Dan Frans mulai menekan pelan-pelan, "Mmmphh..," jerit Rina tertahan bibir Frans saat Frans menekan kemaluannya menerobos selaput dara Rina, bless.. Frans mendiamkan sejenak, membiarkan Rina tenang dulu.

Rina mengerenyit menahan sakit, namun lidah Frans dimulutnya dan remasan di payudaranya mulai mengurangi rasa sakitnya. Setelah wajah Rina tampak tenang, Frans mengoccok sekali dan lagi-lagi Rina melenguh, baru setelah 4-5 kali kocokan Rina mulai terpejam tenang menikmati dan menggoyangkan pantatnya pelan-pelan. Frans menyodok pelan namun pasti, menembus semakin dalam sampai Rina mendesah panjang saat kemaluan Frans benar-benar tenggelam seluruhnya. Desahan-desahan dan erangan saling menyusul di antara keduanya, mencucurkan keringat sebesar butir jagung.

"Enak.., terusin.., lebih ce.. pat.." pinta Rina. Frans mempercepat kocokannya membuat Rina menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri kenikmatan, lalu memeluk Frans erat-erat dan menggigit dada Frans sambil berkelojotan.
Frans membalikkan tubuh Rina menjadi tengkurap, menciumi belakang leher Rina sambil mengelus payudara Rina dari belakang lalu ciuman Frans terus turun sampai ke pantat Rina. Frans mengangkat pantat Rina dan meletakkan guling di bawahnya lalu dengan posisi Rina yang tengkurap Frans mulai menembak lubang kemaluan Rina dari belakang.

Rina yang lemas hanya memejamkan mata menikmati terobosan kemaluan besar Frans, rasa sakit yang tadi dirasakannya telah berganti. Tak lama Rina terangsang kembali dan menggoyang serangan dari belakang itu, melenggak-lenggokkan pantat sampai Frans keenakan dan cepat-cepat menarik kemaluannya keluar lalu memuncratkan sperma di punggung Rina. Frans jatuh lemas sambil memeluk Rina, dan setelah istirahat Frans bercinta lagi dengan Rina habis-habisan dengan berbagai pose.

Maya sudah sejak tadi masuk kekamarnya. Walaupun dia shock karena melihat Papa Tirinya bercinta dengan kakaknya, Maya tak bisa memungkiri kalau dia juga terangsang. Namun rasa tak enak badan Maya akhirnya menang sehingga Maya jatuh tertidur. Maya jatuh sakit sudah dua hari tidak bangun dari tempat tidur. Ingatannya tentang Rina membuatnya malas bicara dengan kakaknya, walaupun Rina tetap tak berubah.

Pada hari ketiga sakitnya mulai membaik, panasnya sudah mendingan. Setelah makan malam, Maya memanggil Lita untuk diambilkan obat tapi yang muncul adalah Frans yang mengatakan bahwa yang lain sedang nonton TV. Karena Maya tetap dingin pada Frans, akhirnya Frans mengambilkan obat Maya dan menyuruhnya istirahat. Tengah malam, Frans memastikan semua tertidur terutama Maya yang telah ditukar obatnya oleh Frans dengan obat tidur. Frans berjinjit menuju kamar Maya dan mengunci dari dalam. Dilihatnya Maya tidur pulas, setengah selimutnya tersingkap menampakkan paha seksi di belahan piyama tidurnya.

Maya memang tidak secantik Rina, tapi tubuhnya yang bongsor mampu membangkitkan gairah lelaki manapun. Dengan rileks Frans membuka tali piyama Maya, membelai tubuh Maya yang masih tertutup bra dan celana dalam. Lekak-likuk kemaluan Maya terlihat di tengah kain celana dalamnya. Frans membuka bra dan celana dalam Maya sehingga telanjang, lalu dia juga membuka piyamanya dan berdiri telnjang dengan kemaluan mengacung. Frans naik ke tubuh Maya dan menciumi leher Maya, lalu turun ke payudara, ke paha, dan kembali ke pangkal paha sampai akhirnya ke kemaluan Maya yang begitu lembut, dengan bulu-bulu halus yang lembut.

Semua dilakukan Frans tanpa tergesa karena dia benar-benar ingin menikmati tubuh Maya. Ciumannya di kemaluan Maya membuat Maya sedikit bergerak tapi tidak bangun, sehingga pelan-pelan Frans mulai menjilati lubang kemaluan Maya. Maya mulai menggeliat saat Frans menjilati klitoris Maya yang merah muda, suatu refleks alam sadar atas rangsangan Frans. Frans menjilati sampai puas, sampai kemaluannya tegang berotot mengacung. Frans menempelkan ujung kemaluannya ke lubang kemaluan Maya dan mulai mendorong, sedikit demi sedikit kemaluan Frans masuk, dan Frans meringis nyeri karena kemaluannya terjepit rapat.

"Ooohh..," tiba-tiba Maya mendesah membuat Frans terdiam, terasa darah keperawanan Maya menetes mengalir menyentuh pangkal kemaluannya. Tapi begitu melihat mata Maya yang masih terpejam, Frans meneruskan usahanya mendorong-dorong. Dengan sedikit mengocok, kemaluan Frans masuk semakin dalam, dan Frans pun menikmati saat kemaluan Maya tampaknya sudah dapat menerima tamu asing yang menikmatkan, sehingga Frans mengocok kemaluan Maya sedikit keras. Beberapa saat tampak reaksi Maya ikut menggoyang, yang lama-lama menjadi terlihat Maya begitu menikmati walaupun matanya terpejam.

Maya sendiri sedang bermimpi bertemu Jody dan mengajaknya kencan di sebuah danau. Saat sedang berenang tiba-tiba Jody menciumi seluruh tubuhnya seperti di rumah Inge, membuat Maya terangsang hebat dan mengajak Jody bercinta. Ternyata bercinta begitu mengasikkan, sangat nikmat.
"Terusin Jod.. Ah, ee.., nak.. banget!" Frans terkejut mendengar ucapan Maya, tapi dia tak ambil pusing dan terus menggenjot kemaluan Maya yang sangat legit dan sempit. Frans malah tampak berusaha mengimbangi goyangan-goyangan Maya yang gila-gilaan, begitu nikmat, sampai Frans pun ingin segera mengeluarkan cairan yang mengisi penisnya.

Tiba-tiba saat Frans menekan untuk terakhir kalinya, Maya membuka mata. "Papa?? Oh.., enak.." dan mata Maya membelalak menyisakan putih tanpa bola mata bersamaan dengan orgasme Frans yang menyemprotkan ke dalam rahim Maya. Frans terdiam beberapa saat menunggu reaksi Maya, tapi Maya terlalu kelelahan dan justru memeluk Frans. Ketika Frans menarik diri dan memakaikan pakaian Maya setelah membersih darah keperawanan Maya, Maya sudah tertidur.
Esoknya Maya tak mengerti apakah semalam mimpi atau tidak, yang dia tahu sakitnya semakin parah. Lita menjadi teman satu-satunya dirumah karena Mamanya tetap sibuk dengan urusan kantor. Sore itu Lita bercerita banyak tentang sekolahnya dan teman-temannya. Lalu dia pamit pergi mandi saat didengarnya suara Frans memanggil. Lita berlari menghampiri Frans dan loncat ke gendongannya.

"Jadi ya, Pa, mandiin Lita? Please?" rengek Lita yang begitu manja pada Frans.
"Oke, tapi janji jangan kasih tau Mama. Ntar dia marah udah gede kok minta dimandiin," jawab Frans sambil menggendong Lita menuju kamar utama. Lita mengacungkan 2 jari tanda setuju, meloncat masuk ke kamar utama dan membuka baju. Frans mengunci pintu kamar dan memandang anak tirinya yang bungsu, sudah kelas 1 SMP tapi masih manja minta ampun, padahal mulai tampak tanda-tanda kewanitaan dalam diri Lita. Payudaranya mulai membusung dan mulai memakai bra ukuran kecil, dan yang pasti sama dengan saudara-saudaranya, Lita memiliki kecantikan yang mempesona.

Lita sudah berendam di bak mandi saat Frans masuk ke kamar mandi hanya memakai celana pendek. Lita menyambutnya dengan menyemprotkan air ke Frans yang di balas oleh Frans, lalu Frans pun ikut masuk ke bak mandi. Setelah capek bercanda, Frans mulai menggosok tubuh Lita dengan sabun. Payudaranya masih menguncup, tapi pinggulnya sudah terbentuk, bahkan sudah tumbuh bulu-bulu di sekitar kemaluan Lita.

"Kenapa sih, Pa? Apanya yang enak sih?" Frans terkejut dan sadar bahwa tangannya dari tadi meremas-remas payudara yang belum tumbuh itu. Frans Cuma tersenyum, tapi kemaluannya mulai berdiri.
"Itu yang bangun apa, Pa? Lita boleh liat ya?" sahut Lita tiba-tiba memegang kemaluan Frans yang masih terbungkus celana pendek. "Ih, kok bisa keras ya? Tadi kan nggak?"
"Udah, ah. Sini Papa handukin biar gak masuk angina," bujuk Frans sambil mengangkat tubuh Lita dari bak mandi dan mengusap tubuhnya dengan handuk sambil menggendongnya menuju kamar.
"Boleh kan Pa, Lita lihat? Itu yang sering dipake Mama," Frans tersentak. "Lita juga heran kok Mama suka banget digituin sama Papa, apalagi kalo burungnya Papa udah masuk ke 'itu'nya Mama, kayaknya enak banget'" ujar Lita polos.
"Kok Lita tahu?" Tanya Frans mencoba menghindar saat tangan Lita mencoba menangkap kemaluannya.
"Lita pernah liat Papa dan Mama gituan, malem-malem waktu Lita pengen dianter pipis. Liat dong!" Frans tak bisa menolak lagi saat Lita memelorotkan celana pendeknya dan memegang kemaluan Frans yang bertambah tegang. "Hihi, lucu. Pa, coba Papa merem deh," pinta Lita. Walau tak mengerti Frans memejamkan mata sambil duduk di tepi tempat tidur, lalu tersentak saat membuka mata Lita sedang mengulum kemaluannya. "Enak ya, Pa? sama Mama digituin kan?" Frans mengangguk dan mendorong kepala Lita menuju kemaluannya lagi. Kuluman Lita begitu natural, walaupun terkadang Frans meringis karena tergigit tapi rasanya nikmat sekali. Tiba-tiba Lita melepas kulumannya.

"Pa, Lita mau dimasukin ke sini kayak Mama, kayaknya enak," ujar Lita sambil menunjuk kemaluannya.
"Bener mau? Nggak langsung enak loh!" Anggukan Lita langsung membuat Frans mengangkat tubuh Lita, merebahkan ke tempat tidur, dan menciumi lubang kemaluan Lita yang masih sempit. Lita melonjak-lonjak kegelian, tapi setelah dipegangi oleh Frans dia menahan geli dan memegangi tangan Frans erat-erat.
"Pa, kok jadi enak ya?" Lita mulai mendesah dan memajukan pantatnya maju mundur. Frans sudah tidak tahan lagi, dia mulai memasukkan kemaluannya ke lubang vagina Lita yang kecil.
"AAwww.. sakiit, Pa!!" Frans sudah hilang akal dan menutup mulut Lita sampai terdengar bunyi sobeknya selaput dara muda dan darah yang bercucuran. Lita mulai menangis. Frans mengocok lagi pelan-pelan sampai Lita terdiam dan dapat menahan sakit. Walaupun tidak dapat memasukkan seluruh kemaluan, Frans merasakan jepitan yang sangat nikmat. Lita mulai menggelinjang saat Frans mengocok pelan-pelan dan tiba-tiba Lita mengejang, "AAhh..fiuh, sakit, Pa, tapi enak!" ujar Lita lemas. Frans tidak tega dan akhirnya melepas kemaluannya. Sudah cukup baginya.

Tuesday 25 August 2015

Ponakan ku ketagihan peting

Aku yg kini baru saja lulus kuliah dan sudah bekerja serta menikah dengan pacar smu ku dulu diwaktu aku masih duduk dibangku kuliah semester 6, namu aku menikah bukan karena pacarku hamil, namun karena orang tua istri saya yg meminta kita berdua agar segera cepat menikah.

Kini aku tinggal di suatu kota kabu paten di daerah jawa tengah, kami sudah sekian tahun menikah blm diakruniai serorang anak, hubungan saya dan istri pun cukup harmonis.

Hingga suatu hari, kakak pertamaku yg perempuan menghubungiku bahwa aku dimintainya untuk mencarikan sekolah untuk ponakanku sebut saja windi, dikarenakan dia sudah tidak betah lagi sekolah di tempatnya windi sekolah, karena kebetulan windi sekolah di sekolah pelayaran dimana kurikulumnya semi militer, windi sudah tidak sanggup lagi atas semua perlakuan seniornya yg sok disiplin dan sok militer itu, windi yg masih bersetatus pelajar kelas 1 sma itu ahirnya pindah ke smu yg kucarikan di kotaku, ibunya meminta agar windi dapat ikut denganku dan dengan alasan agar jika ibu windi akan nengok neneknya windi atau tepatnya adalah ibu ku dan kakaku, kakakupun bisa mampir dan menjenguk windi, karena kakaku adalah seorang wanita yang super sibuk dengan bisnisnya.

Singkat cerita, windi hari demi hari sudah mulai sekolah dan tinggal di rumahku. Saya sangat menyayanginya sebagai mana paman menyayangi ponakannya, kebutuhan sekolah uang sakupun sering kuberikan agar dia nyaman dan betah tinggal dirumahku, semakin hari semakin lama windi merasa makin akrab dengan aku dan istriku, hingga suatu malam saat aku tidur terlelap dengan istriku tiba2 pintu kamarku diketuk oleh seseorang, kira2 jam 00:30 dan aku pun bangun dan lekas membuka pintu kamar, tika2 kulihat windi seperti orang yg tidak dapat bernafas dan hanya mengenakan daster tipis tanpa BH hingga puting susunya pun terlihat jelas olehku, namun pikiranku kacau tidak menghiraukan pemandanag yg ada di depanku payudara yang kencang dan lumayan besar kira2 ukurannya 34D, sambil terbatah2 dia bicara bahwa dirinya sesak nafas dan dia ternyata memiliki asma sejak kecil, lalu aku segera membangunkan istriku dan berusaha memberikan pertolongan pertama dengan air hangat dan obat2 seadanya, dia bicara bahwa sebenarnya jika dia sedang kumat asmanya dia harus diuap agar segera reda asmanya, saya panik dan bingung bukan main, harus dibawa kemana anak ini, dan tiba2 terbesit dipikiran ku, oh iya aku pernah belajar tentang ilmu pengobatan dan tenaga dalam waktu di bangku kuliah dulu, aku tahu bagian mana yg harus aku pijit, aku minta ijin ke istriku dan aku menerangkan bahwa yg akan ku pijit adalah bagian tangan punggung dan dada, istriku pun mengijinkan ku bahkan tidak sedikit curiga atau hawatir kepadaku akan pijitan2 tersebut.

Ahirnya mulailah aku memijit windi mulai dari tangan punggung dan bahu menggunakan minyak kelapa agar licin denga cara memasukan tangan ku dari atas dan posisiku berdiri di belakang punggungnya yang duduk kasur lantai membelakangiku, cukup lama kupijit bagian tersebut hingga istrikupun tertidur pulas di depan windi, setelah kira2 40 menit ku pijat bagian tangan punggung dan bahu, aku meminta ijin kepada windi untuk memijat bagian dadanya, dan windi pun mempersilahkannya.

Dengan posisi ku masih berdiri di belakang windi Perlahan2 windi mukai agak lega dan nafasnya sepertinya mulai panjang dan santai, aku pijit perlahan di atas tetenya hingga kebelahan dadanya yaitu tepat dibelahan tetenya, aku pun bertanya kepada windi "enak win? Bagai mana sekarang? Lebih baikan" windi hanya mengangguk, aku pun terus memijitnya dan berkata "win kamu juga harus tunjukin diamana tempat yg paling enak dipijit? Jadi om tahu, jika diposisi tersebut sakit namun enak bilang ya" seruku, lalu windi pun hanya meng angguk.

Hingga ahirnya, pada saat saya meletakan kedua tangan ku tepat di tengah tetenya windi pun berbicara " nah disitu om sakit tapi enak sekalu... Lega rasanay" ahirnya aku pin semakin memberanikan diri untuk menyentuh susunya sebebas mungkin hingga tanganki bergerak membuat lingkaran pada susu kanan dan kirinya, windi tidak banyak berbicara, namun saat tanganku menyentuh putingnya windi segera menggigit bibir bawahnya, kukira itu hanya kebetulan namun ku coba kembali ku sentuh bagian putingnya windi pin kembali melakukan ekspresi yang sama. Sebenarnya aku penasaran seperti apa susu dan puting windi karena aku hanya merasakan empuknya dan sedikit keras jika aku menyentuh susu windi, ahirnya setan pun memasuki piliranku,

Dengan alasan agar gampang memijit kusuruh windi berputar badan menghadapku dan mengangkat dasternya hingga dadanya terbuka, windi pun seraya mengikuti perintahku, perlahan dia berputar badan dan membuka dasternya hingga buah dadanya yang putih dengan puting warna ping kencang menantang itu benar2 terlihat jelas di depanku, aku pun menambahkan minyak kelapa pada tanganku dan membasuhkannya ke seluruh dada dan susu windi secara rata hingga licin dan nampak mengkilat sekali susunya terkena minyak kelapa tersebut.

Lalu aku duduk di hadapannya dan mulailah memijit dada dan tanganku memutar2 susu kanan dan kirinya, kedua tanganku kutemukan berlainan arah di belahan susunya dan ku kerakan kebawah memutari bentuk susunya yang indah, sesekali kulewati buting susunya dan sepoitan windi pun menggigit bibir bawahnya, tak sadar windi yang membuka dasternya dan hingga terlihat susunya dihadapanku, celana dalamnya pun yg tipis merah muda dan ketat menontonkan buntuk lubang wagina yang amat jelas, tak disadari aku yang makin kesetanan memainkan susu windi dengan dalih mengobati asmanya semakin geregetan dan tak sadar bosisi duduku yg sila ini jempol kaki kananku tepat menempel pada vaginanya yg tertutupi celana dalam.

Kulihat ekspresi wajah windi yg sepertinya makin membaik dan berubah menjadi ke enakan kucoa menggerak2an cepolku ke vaginanya gungga kurasakan ada daging kecil yg embuk tersentuh oleh cempol kakiku, sepontan windi meletakan tangannya kelantai di belakng pantatnya seolah2 dia merasakn kenikmatan yg luar biasa, aku pun makin berani, kini aku tidak lagi melakukan pijitanku melainkan meraba dan meremas2 susu windi namun windi pun menikmatinya, istriku yg tertidur dari tadi pun tidak tebangun sedikit pun walau tubuhnya terkuncang dan tersentuh oileh tangan windi,

Windi perlahan2 mengeluarkan suara desahannya eehhhhh... Oooohhhh.... Heeemmmmm... Kuteruskan jempol kakiku menyelinap dlam sela CD nya... Ooohhh... Desah windi halus.

Windi memejamkan matanya lalu kuberanikan diri membasahi jari. Tengah tangan kiriku dengan minyak kelapa dan sepontan tanganku masuk ke dlam CD nya dan kudapati itil windi yg sudah basah kurasakan, kerus ku mainkan itinya erangan windi makin menguat aaahhhhh... Oooohhhh.... Oooommmmm... Kutanyakan "kenapa win saki?" Dia hanya menggelengkan kepalanya, lalu juteruskan sentuhan di itil windi dan sekali kutambahkan minyak di jariku, makin lijin windi pun makin bergelinjang kenakan, susunya kuremas dan putingnya ku mainkan menggunakab tangan kanan dan tangan kiriku bermain di itil vaginanya.

Ooohhhh... Tak lama kemudian tiba2 cuuurrrrrr.... Seperti air kencing lumayan deras keluar dari vaguina windi dan windi pun mengerang lumayan agak keras untung saja istriu tidak terbangun.

Hingga ahirnya akupun menyudahi permainan itu dan seolah2 aku hanya memijit windi secara provesional dan anehnya windi pun seolah2 tidak melakukan hal yg barusaja terjadi, dan dia hanya terdiam dan berucap "makasih ya om atas pijitannya, nanti biarin om aku aja yg beresin bekas minyaknya"

Yg ada di pikiranku, dia tadi mimpi atau tidak tau atau lupa atau kenapa ya... Kenap seoilah2 windi tidak tahu apa yg barusan terjadi?

Ahirnya untuk mengetesnya aku coba sentuh susunya dan agak sedikit meremas, dia ber ekspresi sepertinya tidak mau diperlakukan seperti itu sambil cemberut. Aneh... Sungguh aneh dipikiranku.

Hingga ahirnya pagi puntiba dan windi pun tidak masuk sekolah karena alasan masih kurang fit badannya walaupun nampaknya asmanya sudah tidak kelihatan membuat nafasnya sesak, lalu siangharinya istriku mengantarnya ke dokter praktek langganan keluargaku.

Hari pun berganti dan 2 minggu sudah berlalu, singga suatu malam tiba2
Tok tok tok "pintu kamarku diketuk kembali"
Aku : Iya sebentar "kubuka pintu dan ternyata windi dengan nafas yg begitu berat yg ada di hadapanku" kambu lagi win?
Windi : iya om... Sesek banget nafas aku...
Aku : ya sudah duduk sini di kasur lantai depan tv biar om ambil minyak kelapa dulu
Windi : iya om...
Sambil windi berlahan menuju kasur depan lantai, aku pun masuk kembali kekamar dan mengambil botol minyak kelapa.

Windi yg sekarang mengunakan rok pendek dan kaos seperti biasa sudah tidak mengenakan lagi BH-nya kini sudah duduk diatas kasur lantai depan tv. Lalu aku duduk di depannya seraya berkata
Aku : gimana win sesek bgt
Windi : iya ommm ngik ngik ngik " terdengar sekali suara nafasnya"
Aku : kamu buka deh baju kamu
Windi : begini om? Sambil mengangkat kaosnya hingga susunya terluhat.
Aku : kalo kamu mau buka aja semua jado om gampang mijitn)
Windi : baik om
Sambil membuak bajunya kulihat seperti oarang yg nafsu berat namun malu2
Aku : nah gitu
Windi hanya tersenyum
Windi : om jangan pake minyak bisa ga?
Aku : kenapa win?
Windi : gak papa sih...
Aku : klo gak pake minyak nanti ngurutnya susah kan peret jadinya
Windi : ohhh okedeh ommm
Ahirany aku mulai membalurkan minyak kemapa itu mulai dari punggung dan kupijat seperti biasa hingga ahirnya mendarat kedadanya, dan mulailah gerakan2 yg pernah kulakukan ku kerakan kembali.

Aku : win, kamu emang enak jika om belai susu kamu?
Windi : enak om, aku ngerasa relak banget om
Aku : loh aku kan gak mijitin kamu kalau seperti ini "sambil ku remas susunya dan kumainkan putingnya"
Windi : iya om tapi aku rilek banget om, nafasku pun semakin lega rasanya jika om begitu.
Aku : ohh begitu ya, berarti kamu tadi minta gak pake minyak karna seperti ini ya?
Windi : iya om... Kalau om gak pakai minya om cukup remas2 susu windi windi juga rilek om.
Aku : trus gimana mau kamu?
Windi : terserah om.
Aku : kamu mau klo om enyot susu kamu?
Windi : kalau itu bikin aku rilek dan sesak nafasku reda apa aja yg om lakuin aku mau aja om, yang penting aku cepat sembuh dari sesak nafasku om.
Aku : ok kalau begitu, om ambil tidu dulu ya buat elap minyak yang ada di tete kamu
Windi : iya om, cepet ya... Aku kesiksa banget sama sesak nafas ini.
Aku pun bergegas mengabil tisu dan ku lap seluruh minyak yang ada di dada dan susu windi
Aku : udah win sekarang udah bersih, kamu maunya diapain?
Windi terserah om.. Bikin aku rilek
Aku : aku isep ya puting kamu
Windi : iya om ga papa
Aku : emang kamu sering begini ya?
Windi : ngga om... Aku baru merasakan ini sama om. Dulu aku selalu sembuh jika sudah di uap om, aku jg heran kenapa kemarin kok aku sembuh juga di pujit dama om.
Aku : klo emang enak kok kemarin kaya gak terjadi apa2 dan om coba pegang tete kamu lagi seolah2 kamu marah dan g mau?
Windi : aku jaim aja om, padahal aku enak banget, aku takut om marah balik marahin aku.
Aku : ohhh gitu dasar kamu ya... Nanti om jilat deh memek kamu mau kan?
Windi : terserah ommm... Pokoknya bikin aku rilek seenak mungkin, karena dari kejadian 2 minnggu kemarin aku tahu dengan cara ini aku bisa sembuh tanpa obat dokter
Aku : ok kalo gitu buka celana dalam kamu win biar om gampang
Windi : siapa bilang aku pake cd?
Aku : nah nah nah udah niat nih kayanya? Mang gak takut om perkosa kamu?
Windi : ihhh... Capedeh jawab pertanyaan om, dibilang om apain aja terserah yg penting bagi windi, windi cepet bebas dari sesak nafas yg menyiksa saat ini om. Udah deh cepetan, windi udah g tahan pengin sampe ngecrot lagi om.
Aku : lah kamu ini pengin sembuh apa pengin ngecrot sih sebenernya?
Windi : dua2nya om, tanggung soalnya "sambil tersenyu" jujur om aku sering liat om sama tante ML loh, makanya aku jadi nafsu juga lama2, aku juga liat kalo om peting sama tante om jilat memek tante juga iihhh... Jadi pengen..
Aku : ya udah sini gak usah banyak ngomong, untung om gak bangunin tante tadi, kalau tante tau bisa berabe nih.
Windi : tenang om rahasia dijamin

Ahirnya kau mulai menjilatu puting susu windi, windi pun tersenyum dan memejamkan matanya ooohhh... Ooommm... Enak banget ooommm... Ooohhh... Windi sembari saya jilat dan enyot tetenya dia memainkan jarinya di vaginanya, ooohhh ooommm terus ommm... Cupang aku dong ommm... Ooohhhh... Lalu ku cupang beberapa titik merah pun bersemayam di susunya yang putih kenyal dan lumayan besar itu oohhh... Ooommm... Hingga ahirnya kucium dan kucupamg lehernya hingga membekas titik merah di lehernya ooohhh... Ommm nakal serunya...

Perlahan2 ciuman2 mendarat di perut windi dan tak lupa kutinggalkan bekas cupangan di perutnya dan sesaat kemudian windi pun nerebahkan tubuhnya dan mengangkangkan pahanya hingga vaginanya merekah indah tanpa bulu dan berwarna merah didalamnya, langsung saja tanpa pikir panjang, aku jilati memeknya dan kumainkan itilnya ooohhhh... Ooommm... Ooohhhh... Hheeemmmm... Ayo sayang terus sayang... Oohhhh... Kumasuk2kan lidahku di lubang vaginanya yang amsih perawan itu ooohhh... Ooommm... Ooohhh enak banget aku mau keluar ooohhh... Ooommm.. Aku memng saat itu kerasukan setan namun aku masih berfikir kasihan kepada ponakanku windi dan aku taktega jika perawannya kurenggut, jari tanganku pun hanya sebatas itil kumainkan, tak berani kiranya kumasukan ke lubang vaginanya, ku tak mau perawan ponakanku hilang.

Ooohhhh... Ooommm... Ooohhhh... Aku mau keluar ooohhh... Ooohhh... Proooottttt.... Cairan seperti air kencing itu pun keluar denga deras dan windi tergeletak lemas,
Aku : sudah win?
Windi : sudah om... Om hebat banget, nafasku tidak sesak lagi om, aku nikmat lagi, makasih om.
Aku : ya syukur deh jalau begitu, tapi ngomong2 itu cupangan dileher gimana y? Kelihatan banget win.
Windi : gampang om. Nanti aku kerikan aja dileher biar kelihatannya itu merah kerikan om.
Aku : ohhh.. Ya syukur kalo bisa atasi mah,
Windi : om aku juga pengen bikin om enak boleh ga?
Aku : udah ah nanti tante kamu bangu liat malah repot.
Windi : oh ya uedah deh. Makasih ya ommm...
Ahirnya aku pun bergegas ke kamar dan windipun pulang kekamarnya.
Tak tahan menahan nafsu ahirnya ku lampiaskan kepada istriku tercinta.

Hingga ahirnya windi dan aku pun menjadi ketagihan peting, aku tanpa diminta oleh windi untu mengobati sesak nafasnya aku sering datang kekamarnya saat istriku sedang kepasar dan aku sedang libur dan berdua dengan windi.

Hingga suatu saat, saat istriku pagi hari pamit pergi kepasar, dan tak lama kemudian saat aku lagi nonton tv, windi keluar dari kamar mandi hanya mengenakn handuk, tadinya aku berusaha cuek, namun tiba2 windi lewat di depanku dan menjatuhkan anduk yg di kenaknnya untuk menutupi tubuhnya dan seraya tidak terjadi apa2, setelah dia tepat didepan kamar tidurnya dia meledeku dengan upppsss... Yah om anduk ku jatuh kok ga diambilin? Aku pun langsung nafsu melihat tubuh windi yg hanay mengenakn anduk kecil di kepalanya dan tanpa satu helai benangpun du tubuhnya, susunya yg padat besar putih dan mengairahkan itu dan memeknya yang belum ditumbuhi rambut membuatku gemas dan langsung kuambil handuk yg terjatuh dan aku bergeas mengejar windi yg mengodaku di depan pintu kamar, windi pun mengetahui aku lari mengejarnya dia pun segera lari kedalam kamarnya, dan akupun ahirnya menemukan tubuh windi dan kupeluk dia kucium dia

Langsung kuerbahkan tubuhnya dikasur sambil tak hentinya aku mengulum putingnya yang mengemaskan itu, tubuhnya wangi sabun dan rambutnya harum, dan aku bun seperti biasa mengenyot2 puting nya hingga windi merengah ooohhh... Ooomm terus ommm... Ooohhh,,,, aku pun segera menjilati memek perawannya yang putih wangi bersih tanpa bulu itu oooohhh... Ooommm... Ooohhh... Terus ooommm... Ooohhh... Kujilati kusedol itulnya dia pun menjerit aaahhhh... Ooommm enak banget om apakan itilku ooommm... Aku baru merasakan yang seperti ini.. Aku teriam saja danterus kujilati memeknya dan ku sedot2 itinya, lubang vagina pun kumasukan lidahku oooohhhh... Erangan windi. Ommm masukin jari dong seru ana, ngga annn... Jangan nanti selaput dara kamu sobek dan kamu gak perawan lagi... Ooohhhh... Seru windi. Gak papa ommm... Tetap saja aku berusaha tidak menuruti apa permintaanya,,, oohhh... Ooomm... Aku pengin ngerasain ML sama om... Ooohhh... Aku pengin ngerasain disodok titit ommm... Ooohhh... Aku gak tahan ooo... Ooohhhh... Prooootttt.... Ahirnya windi pun mencapai klimaks nya. Dan merebahkan tubuhnya lemas dikasur, saya beranjak untuk segera pergi dari kamar ponakanku ini sebekum setan merasuku lebih banyak lagi dan merubah pikiranku memerawani ponakanku, tapi tiba2 tanganku di tarik oleh windi dan dilimatnya bibirku, di paksanya aku buka baju olehnya dan celanaku pun di pelorotkan oleh windi, kini kita berdua tanpa sehelai benag pun, anak langsung memegang batang tititku yg memang dari tadi sudah tegang, dengan ragu2 dia masukan kedlam mulutnya tititku ini, di kumatnya, dihisap, disedot ooohhh..m erangan ku pun tak terhindarkan, ooohhh... Di kocoknya tititku oohhh... Syang kamu kok pintert sih tanyaku. Dia hanya tersenyu, terus dikocok2nya tititku secara cepat dan sesekali memasukan kedalam mulutnya dan tiba2 crot crot crot air maniku pun tumpah di atas susu windi ooohhh... Nikmat laur biasa... Windi pun mencoba menjekatkan dan mencium ujung penisku yg masih mengeluarkan air mani, serasa dia ingin tahu aroma seperma... Namu tak lama ekspresi wajahnya manyun setelah menghirup aroma seperma dimana windi seolah2 mengekspresikan ketidak enaknnya aro seperma itu. Namaun airmani ku yg tumpah diatas susunya dia balurkan ke seluruh susunya dan dia pin merebahkan tubuhnya sepertinya kelelahan, dan aku segera berpakaina kembali dan kubersihkan semua air maniku dikamar mandi agar istriku tercinta tidak mengetahui hal yg baru sja terjadi.

Hari demi hari... Aku sering melakukan hal tersebut dengan ponakanku, hingga dia lulus sma namun perawannya masih terjaga, tak sedikitpin jariku atau kemaluanku memasuki memeknya, dan kini ana telah lulus kuliah dan menjadi dokter, rutinitas itu berahir begitu saja dan kini aku telah memiliki 4 anak dari rahim istriku sendiri.

TAMAT.

vita si adik iparku

Namaku beny(bukan nama sebenarnya) sebetulnya aku memiliki ijazah S2 perguruan tinggi ternama di indonesia tapi aku tidak menggunakan disiplin ilmu yang aku miliki dan justru aku malah lebih memilih menjadi tekhnisi handphone yang walau pada awalnya hanya sekedar iseng belajar dari internet dan membaca buku, tapi justru sampai sekarang aku sudah melahirkan tekhnisi2 handal yang tersebar di negri tercinta, dan sekarang ini aku sudah berkeluarga dan mengembangkan usaha mulai dari service, jual – beli, aplikasi dan juga agen pulsa yang cukup sukses sehingga aku sudah mampu membeli sebuah ruko yang terbilang lumayan, usahaku di bantu istriku dan adik iparku yang masih SMA, dia sengaja kami suruh tinggal di ruko bersama kami dengan alasan sepulang sekolah bisa membantu istriku di toko karna aku bekerja di ruang lain yang aku sekat untuk ruang service..
Vita adik iparku tergolong gadis yang bongsor, memiliki tinggi badan sekitar 155, pantat yang bahenol dan meskipun sudah SMA dan tonjolan di dadanya sudah menggunung tapi dia masih tidak mau menggunakan yang namanya bra.. katanya malu, padahal aku kakak iparnya sering sekali menggoda bahkan sempat beberapa kali sengaja ku senggol buah dada yang baru tumbuh itu, tapi dia tetap saja masih belum mau menggunakan BH
Siang itu seperti biasa aku baru mau mandi dan ternyata mesin air tidak mau hidup, dari pada menunggu sampai sore dan yang pasti istriku bakal ngomel kalau mau mandi airnya gak ada terpaksa aku memanggilnya
“ mah tadi pagi mesin air hidup gak..?”
“Belum ngidupin mesin dari pagi, kan baru kemarin sore torn di isi!”
“vita udah pulang belum? Ngebantu naikin mesin”
“udah paling lagi ganti baju”vit bantu kakakmu naikin mesin air
Akupun kebelakang membuka tutup sumur dan menyiapkan peralatan!, buatku memperbaiki semua peralatan rumah aku anggap gampang karna memang hobyku sejak kecil utak atik mesin…
“kenapa kak mesinnya” vita menggunakan kaos lengan pendek ketat dengan setelan celana leging menunjukkan seluruh bentuk tubuhnya dan memang seperti itulah dia yang masih polos..
“rusak makanya di naikin mau di betulin, dah yuk bantu” kami mengangkat pengait mesin air yang aku buat dari besi jadi gampang untuk menaik turunkan kalau ada kerusakan… akupun men cek apanya yg rusak sementara vita jongkok di depanku, sesekali kulirik bagian selangkangannya yg menunjukkan belahan vagina tercetak begitu jelas, spontan si dedek di dalam celana menggeliat, dan dia hanya terus memperhatianku yang sibuk memperbaiki mesin tanpa merubah posisi jongkoknya meskipun tanpa di sadari aku selalu melirik selangkangannya…
“udah vit, coba tes hidupin dulu saklarnya” aku menyuruhnya
“ok.. udah matiin lagi”
“udah bisa lagi kak?”
“udah yuk turunin lagi”
“udah vit ambilin air pake ember “ setelah ku anggap semua beres aku menyuruhnya mengambil air di bak mandi untuk mancing biar gak kemasukan angin.. dia berjalan ke kamar mandi belakang saat itu kembali ku lihat bongkahan pantatnya yg begitu menantang membuat adek di selangkanganku semakin mengeras tapi otak warasku tetap bertahan, sekembalinya dia menenteng ember yang penuh dengan air aku menyuruhnya memegangi pralon dan ku isi dengan air, setelah penuh ku hidupkan mesin tapi air belum bisa naik
“ini harus tutup dulu pralonnya pake tanganmu”
“gimana kak”
“ gini” akupun tak sengaja seperti memeluknya dari belakang karna posisi saklar di belakangnya karna ingin cepat dan otomatis pada saat itu si dedek menempel ketat di belahan pantatnya, tanpa dia sadari dan akupun tanpa sengaja menggesekan dedekku yg sudah tegang beberapa kali dan dengan buka tutup buka tutup telapak tangan pada pralon akhirnya air menyembur dan membasahi dia..
“aduh kak aku jadi basah semua nih!”
“gak papa sekalian mandi” sambil aku menuju ke saklar untuk mematikannya
Akupun menujun ke sebelah dia untuk menyambung peralon tapi aku ternyata mendapat rejeki saat melihat bagian depan vita yg basah, teteknya yg tumbuh seukuran genggaman tanganku terlihat jelas karna kain t-shirt tipis dan singlet yg di gunakan tak mampu menyembunyikannya saat basah…
Aku yang sudah sangat terangsang sejak melihat belahan yang tercetak di selangkangannya sejak tadi langsung berusaha untuk menjaili dia
“vit itu pentilnya kok masih kecil banget si?”dia tidak menyangka aku akan menekan pentil susunya yg sedari tadi di suguhkan untukku
“ih kakak jahat banget sih”di kaget setelah aku berhasil menekan pentilnya
“makanya pake BH dong biar kalo basah kayak gini gak nyeplak gitu”
“bodo amat wek” dia mencibirkan bibirnya karna malu… dan aku semakin gemas ingin menggesekkan kontol ke pantatnya..
Akupun mengatur siasat agar dia terangsang saat itu aku menggunakan celana boxer dan aku melangkah menuju kamar mandi dan melapaskan sempakku, hanya dengan menggunakan celana boker aku kembali tapi vita tidak melihat kontolku yang sudah tegang karna tertutup kaosku yang panjang, pralon yang sudah kusambung meskipun lemnya belum kering sengaja agar terlepas saat ada air meyembur, ku suruh vita menghidupkan mesinnya
“vit udah coba mesinnya hidupin “
Beberapa saat mesin menyala tanpa ada masalah dan akhirnya rencanaku berhasil, sambungannya terlepas dan menyembur ke arahku membuatku basah semua
“Hia ha ha sukurin….” Dia meledekku karna aku tersembur
“udah dong cepetan matiin aku basah nih”
“biarin biar tau rasa” dia meledekku dan pada saat itu istriku membuka pintu belakang
“ lho kok nyembur kemana mana gini sih pah?”
“ini sambungan peralonnya lepas, udah vit matiin mesinnya, eh depan jangan di tinggal dong”
“iya iya bawel amat sih” istriku meninggalkan kami kembali sambil menggerutu
Sementara vita hanya tersenyum senyum melihatku yang basah kuyup
Dan pura pura sibuk kembali menyambung peralon aku jongkok sedemikian rupa untuk memamerkan besarnya kontolku ke vita, dia yg awalnya hanya melihatku menyambung peralon akhirnya berhasil terperangkap melihat selangkanganku sambil melongo, aku yang mengetahuinya tertawa dalam hati sambil terus pura pura sibuk setelah beberapa saat sepertinya dia tidak berkedip akupun mengagetkannya
“vit kamu melongo liat apaan” sambil kulirik selangkanganku yang aku kedut kedutkan
“ah.. emhhh enggak kok kak” dia nampak gugup dan mukanya memerah
“ tolong itu dong kunci di bawahmu”
Aku kembali pura pura sibuk sambil sesekali kulirik dia yang diam diam melihat selangkanganku terus
“tadi lemnya belum kering jadi lepas sambungannya” aku menjelaskan ke dia tapi dia seperti tidak mendengar
“eh kamu ngeliatin ini ya” sambil ku genggam kontolku dari luar celana
“iya eh… enggak kok” dia berkelit dan mukanya semakin merah
“gak usah malu, kamu mau liat? Nih liat” aku mengeluarkan kontolku yang tegang dihadapannya
“ih kak beny porno banget sih, serem tau”
“kamu belom tau sih, ini tuh rasanya enak banget! Kalo kamu udah pernah ngerasain pasti ketagihan deh!” aku menggoyang goyangkan kontolku sementara meskipun dia melengos tapi kadang dia melirik
“akukan suka nyolek tetek kamu vit! Sekarang kalo kamu mau nyolek punya kakak silahkan aja, mumpung mbakmu di depan sibuk” aku menggapai tangannya untuk memegang kontolku tapi dia menolak
“nggak ah kak, serem, takut”
“kalo gak mau ya udah” akupun memasukkan kontolku kedalam celana dan aku tau dia melirik..
“ya udah kita terusin kerjaannya dulu vit” dia menggangguk dan meneruskan memperhatikanku yang merapikan sambungan peralon yang tadi sudah kuberi lem
Mukanya masih merah dan sesekali dia melirik selangkanganku yang dengan sengaja terus ku kedut kedutkan
“ok vit dah selesai” akupun membereskan peralatanku dan dia ikut membereskan ember dan membawanya ke kamar mandi setelah dia menghidupkan mesin air untuk mengisi tower..
Vita tidak langsung keluar kamar mandi dia menunggu air untuk mencuci tangannya yang kotor aku yang masih bernafsu menyusulnya pura pura ingin melihat airnya sudah bening apa belum…
“vit coba buka krannya airnya udah butek gak?” dia sedikit menungging saat itu aku dengan cepat menempelkan kontolku ke pantatnya sambil ku kedut kedutkan seolah olah ingin ikut melihat ke dalam bak air yang di bukanya
“ ih kak roy nempel nempelin gini sih” dia meng goyang goyangkan pantatnya
“nggak sengaja vit, tapi kok pantatmu anget banget sih”aku semakin menekan merapat ke beongkahan pantatnya
“kak udah dong geli nih” dia ingin beranjak
“eh ntar dulu tanggung enak banget nih”
“ih enaknya dimana lagi” dia mencibir”
“loh mosok kamu belum tau kalo bisa enak” aku diam diam mengeluarkan kontolku dari celana boxerku
“dari tadi gak enak tapi kak beny berat”
aku mulai menjepitkan kontolku di tengah tengah selangkangannya, sambil ku gesek gesekan terus kontolku tanpa di ketahuinya kalau kontolku sudah diluar celana
“kalo sekarang gimana vit?” dia sedikit melebarkan selangkangannya dan nampak sudah mulai merasakan lain
“ehm.. geli kak”
“tapi gelinya enak kan?” aku terus menggesek gesek lembut dan sudah terasa lembab di selangkangannya
“ihhh.. ya kak…. Ehh” dengan nafas yang mulai berat dan tanganku yang sedari tadi nganggur mulai ku gunakan untuk meraba perutnya dengan lembut sambil sedikit sedikit bergeser naik dan sudah mulai berada di atas teteknya meskipun hanya dari luar tapi sangat terasa kalau putingnya yang kecil mulai menegang, dan aku terus meraba lembut teteknya sampai sedikit meremasnya
“ehmm kak enak kak..ssssst” dia mendesis, aku perlahan menurunkan tanganku mencari pingiran leging yang di kenakan, dan dengan cepat ku tarik legingnya turun dan langsung kembali ku jepitkan kontolku ke selangkangannya
“aihhhh kak” dia kaget dan menjepit kontolku, tapi justru sangat nikmat kurasakan dan kembali kugesek gesekan, terasa sangat licin karna dia ternyata sudah melelehkan banyak cairan dari memeknya
“kenapa vit? Lebih enak ginikan?” aku terus mengesek gesekan kontolku
“ehhhhh iya kak… sst…. aduh ehhhnak………a.. ka”, aduh aku di apain sih kak kok ennnnak ginh…nih..”
“aku ngajarin kamu yang enak enak tapi kamu jangan bilang bilang mbakmu ya sayang” aku membisikan lembut sambil ku remas lembut teteknya
“iyyaaaaa khhhaaaaaak… aduh kak” dia menegang melonjak dan berdiri semakin merapatkan kakinya menandakan dia telah mencapai puncak pendakian, spontan saat itu kontolku terjepit kencang di selangkangannya dan akupun tak mampu menahan hingga hanya hitungan detik saat dia mencapai orgasmenya akupun memuncratkan pejuhku
“ohhh vit enak banget vit” crot crococot crot…. sekitar 5 tembakan keluar melewati depan jika dilihat orang seperti dia yang sedang kencing
Akupun lemas sama seperti vita, dan aku mengembalikan celananya yang tadi kuturunkan sampai ke lutut
“inget ya vit rahasia jangan sampe ada yang tau” dia tersenyum meninggalkanku sementara aku langsung mandi di kamar mandi bawah
Sambil mandi aku merasa senang telah berhasil orgasme dengan bantuan adik iparku yang montok meskipun tidak sampai melakukan penetrasi tapi aku cukup puas meskipun hanya dengan menggesekkan di luar vaginanya yang basah dan licin itu…

Setelah kejadian siang itu vita jadi lebih genit di depanku tentunya saat istriku sedang tidak di dekatku, tapi kalau istriku di dekatku dia seperti biasa saja…
Malam itu seperti biasa setelah toko tutup aku tetap masih sibuk di ruang kerjaku, karna memang seperti itulah aktivitasku, di depan komputer dan mengerjakan handphone handphone yang ku anggap rusak berat pada malam hari rasanya lebih tenang, dan setelah adzan subuh biasanya aku baru tidur, kalau jenuh aku browsing, berforum dan download film bokep terbaru. Istriku seperti biasa sebelum tidur membuatkanku kopi dan menemaniku ngobrol sambil facebookan menggunakan laptopku sementara vita biasanya berinternet menggunakan komputer depan alias komputer yang aku sediakan untuk konter
Saat aku sedang spaneng memikirkan permasalahn handpnone di depanku vita masuk ke ruang kerjaku yang tidak di tutup oleh istriku, “kak komputer depan kok eror terus sih?”
“paling kena virus! Dah nanti aku instal ulang” sementara istriku tidak menoleh sedikitpun karna spaneng sedang main poker dan vitapun menyusul istriku
“de serius banget si mbak? Pinjem laptopnya dong!”
“eit nanti dong lagi tanggung nih, yah kalah deh! Kamu punya chip gak vit”
“punya dong, tapi pinjem dulu!”
Aku hanya mendengarkan mereka sambil terus kerja
“pelit banget sih nih anak..”
“udah deh kak yang penting besok udah aku transfer deh”
“awas lo ya janji”
“iya suer” vita menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya
Dan istriku berdiri mendekatiku digantikan vita yang mengutak atik laptopku
Sekita jam sebelas istriku pamit “mas aku tidur ya”
“he eh” dia pergi setelah mencium pipiku
“eh kamu gak tidur vit?” istriku mendorong pelan bahu adiknya
“ntar dulu mbak baru juga mulai” istriku langsung keluar kamar kerjaku dan naik ke kamar, dia tidak mempermaslahkan adiknya yang memang selalu tidur malam
Karena suntuk memikirkan kerjaan aku berniat memperbaiki komputer konter tapi stelah berdiri dari kursiku timbul niat untuk menjaili kembali adik iparku yang montok ini…
Aku kembali duduk dan kurapatkan kursiku kedekatnya..
“menang gak?”
“belum kak”
Aku memperhatikannya bermain poker dan perlahan tanpa di ketahuinya kuremas teteknya
“ihhh” dia terperanjat dan menepis tanganku
“idih masih belum juga mau pake BH! Ntar kalo kebasahan kayak kemarin gimana?”seperti biasa kalau di ingatkan untuk menggunakan BH dia hanya menjulurkan lidahnya meledek
Akupun merubah posisi kebelakangnya karna kursiku menggunakan roda sementara dia hanya menggukan kursi plastik yang kami sediakan untuk pelanggan konter
“eh vit di laptop itu ada film bagus bagus kamu pengen liat gak?”
“film jorok ya kak”
“bukan, aku bosen sama film gituan!” akupun maju mendorongnya untuk menggapai mouse yang ku pasang di laptop, dan aku memutarkan film semi action, beberapa saat film berjalan dia terus memperhatikan, dan mungkin karna capek dia sedikit bersandar padaku
“duduk sini sama aku vit” dia tidak berkata apa apa dan langsung duduk merapat padaku, dan spontan kontolku bergeliat di dalam celana, dan kursi yang dia duduki di jadikan tumpangan kakinya, sampai adegan romatisnya pun keluar dia tetap bersandar padaku tanganku pu mulai meraba pahanya, karna saat itu dia menggunakan celana pendek kain model hawai yang longgar, dia seperti terhipnotis saat melihat adegan adegan mesra di layar laptopku sehingga membiarkan tanganku yang mulai mengelus ngelus memeknya, nafasnya sudah mulai berat
“vit kita kayak kemarin yuk” dia diam tapi saat ku bimbing untuk berdiri dia menurut akupun menurunkan celanaku dan kuturunkan celananyahingga terlepas, dan suruh dia kembali duduk tapi kali ini dia duduk di pangkuanku dengan menindihi kontolku yang ngaceng berat.. akupun menggoyang goyangkan pantatnya agar maju mundur dengan ku bimbing pinggulnya, hanya sebentar dia sudah menggesek gesekkan sendiri bibir luar memeknya ke batang kontolku, aku hanya menikmati sambilku masukkan tanganku kedalam tshirtnya meremas teteknya yang baru tumbuh
“enak ya vit?”
“banget kak ehmmm”
“Kalo di masukin kayak di film itu lebih enak lagi vit” mendengar kata kataku dia sedikit mengangkat pantatnya dan mencari agar kontolku masuk
“eh jangan gila kamu, nanti perawanmu ilang, aku gak mau merawanin kamu sayang” sambil ku kembalikan posisinya agar menggesek gesekkan memeknya saja, meskipun aku sangat ingin tapi aku tak ingin merusak masa depannya
Akupun seperti kurang puas dan ku suruh dia berdiri dan kujepitkan kontolku ke selangkangannya, dengan terjepitnya kontolku antara kedua belah paha dan mendapat pelumas dari dalam memeknya membuatku merem melek memaju mundurkan pantatku, tiba tiba aku sangat ingin menjilati memek adik iparku yang montok itu dan tanpa di ketahuinya aku jongkok di belakangnya dan ku renggangkan kakinya lebar kemudia ku jilati lubang memeknya yang sudah banjir
“Sssssssssssuuuuuuuuuhhhhhhhhh kak aku di apai in enak banget ehhhhhh”dia seperti kepedesan saat itu akupun membalikkannya dan mengangkat satu kakinya dan kuteruskan mengoral memeknya itilnya tak luput dari lidahku dan hanya dalam waktu singkat dia memekik dan seperti kehilangan keseimbangan saat dari dalam memeknya menyembur aku menadahi cairan kental dan asin tersebut dengan mulutku seketika itu juga kutelan diapun ngos ngosan sambil memejamkan matanya menikmati orgasmenya dan ku biarkan dia beberapa saat sambil duduk di kursiku dan mengocok kontolku sendiri, setelah dia membuka mata melihatku mengocok dia menggigit bibirnya
“jangan senyum dong gantian”
Dia tanpa banyak bicara jongkok di hadapanku dan memasukan kontolku yang hanya berukuran 17cm dan berdiameter 3,5 kedalam mulutnya, aku merem melek di buatnya, dia cepat sekali belajar dari film yang barusan ku setel untuknya, meskipun sesekali terasa terkena giginya tapi aku membiarkan…
Sampai akhirnya maniku mendesak ingin keluar dan ku tekan kepalanya saat maniku menyemprot, dia tersedak dan terbatuk tapi dia menelannya
“ih kaka jahat asin tau..!”
“punya kamu juga asin, tapi gurihkan sayang?” dia tersenyum sambil duduk di pangkuanku
Hari hari berikutnya kami selalu menikmati permainan tanpa di ketahui siapapun dan tanpa aku merusak keperawanannya, meskipun dia sangat ingin menikmati dan rela perawannya di jebol olehku tapi aku selalu memberi pengertian kepadanya bahwa jangan sampai nantinya suamimu mempermasalahkan keperawanannya
Dalam hatiku toh untuk menikmati lobang2 memek aku sudah memiliki kakakmu dan ibu mertuaku yang sejak istriku hamil tua sering menginap di ruko kami dan aku sudah berhasil menyodok memeknya yang legit

Menginjak kelas 2 SMU adik iparku semakin mekar dan menggiurkan saja terlebih karna hamper setiap harinya dia kulatih bercinta meskipun hanya mengesek gesekan batang kontolku ke bibir memeknya…da belum pernah sekalipun kumasukan kepala kontolku kedalam memeknya yang merah dan sempit itu

Sore itu istriku sedang di bawah dan aku sudah sangat kebelet ingin buang air besar akupun menuju kamar mandi di lantai atas, tapi ternyata ada adik iparku di dalam…
“vit masih lama gaak.? Udh kebelet nih..”
“masih kak, baru juga aku masuk..”
“aduh udah deh bukain aku mau be’ol dulu” diapun membuka kunci pintu dna ku langsung nyerobot masuk dan langsung duduk di closed…
“ih kakak gak sabaran banget sih, aku masih telanjang gini juga..!”
“udah kamu terusin aja mandinya aku be’ol juga gak gak ganggu”
“ogah ah bau..” dia menutup hidungnya sambil meraih handuk, karna pada saat aku nyerobot masuk tadi dia sudah bugil dan baru kusadari saat dia mengenakan handuk ternyata dia mecukur bulu jebutnya hingga bersih polos plontos, dan akupun jadi sedikit konak
“loh kapan nyukurnya tuh.. kok botak..?”
“barusan..! bagus gak..?” di membuka kembali handuknya dan menunjukkan padaku
“botak lucu”
“yey… punya kakak tuh yang botak” dia mendorongku, akupun tersenyum dan memutar handle untuk menyiram kotoran di closed dan meneruskan hajatku
“eh vit coba sini ku pegang rasanya gimana..?
“emang kak dian gak pernah di cukur ya kak.?” Aku menggeleng bohong padahal istriku selalu mencukur bersih jembutnya, dan niatku hanya ingin menjaili dia, aku meraba permukaan memekya dari atas sampai ke bibir memek bawah terus dan
“shhhhhhhhhh ahhhhhh kk………..aaaak ehhnnak……h”

Saat aku memainkan memek vita perlahan kontolku menggeliat dan berdiri, akupun segera cebok dan menyiram closed sementara vita melihatku dengan wajah memerah menahan nafsu, aku langsung membuka seluruh pakaianku dan ikutan bugil seperti dia..
“kita mandi bareng yuk vit..!” dia hanya diaam saat aku menariknya ke bawah siraman shower dan kuraba seluruh tubuhnya sambil menyabuni
“ssshhhh kak geli” dia mendesis seperti ular saat aku meremas teteknya yang montok itu
“kamu juga sabunin aku dong vit” smbil ku tuntun tangannya agar menyabuni kontolku yang berdiri kokoh dan siap perang
“kak udah tegang banget nih aku jepit kayak biasanya ya biar gak kelamaan nanti ketauan mbak dian” aku hanya mengangguk dan dia membelakangiku dan langsung menjepit kontolku di selangkangannya seperti biasa yang kami sering lakukan hanya menggesek pada bibir memeknya dan tidak sampai melakukan penetrasi
“okhhhh vit memek kamu dah basah banget licin anget ekhhhh” sambil kuremas teteknya yang sangat kenyal dan sekarang berukuran 34B
Selama ini hamper satu tahun kami selalu menikmati gesekan gesekan tpi masih tetap menjaga agar adikku tidak kehilangan keperawanannya tapi saat itu aku seperti tak juga dapat menemukan orgasmeku akhirnya kusuruh dia nungging
“vit kamu nugging yah… aku mau ngajarin kamu yang baru” diapun langsung menurutiku dank u tempelkan kepala kontolku ke bibir memeknya dan kumasukkan kepalanya
“ookhhhhsssssssss kak enak banget….!” Dia semakin mendesis tapi tujuanku hanya memasukkan kepalanya meskipun dia sudah seringkali berusaha untuk dapat merasakan kontolku masuk kedalam memeknya, tapi aku selalu bertahan dan saat itu aku menggapai sabun dan melumuri pantatnya dan perlahan kutuntun kepala kontolku ke lubng anusnya..
“ihhh kak jangan ah jorok…”
“gak papa sayang, dari pada perawan kamu ilang, ini juga enaak kok coba aja dulu ya ntar kalo gak enak kamu bilang” sambl terus ku tekan dan kutarik kepala kontolku yang sudah membuka pintu lobang pantatnya diapun diam dan mendesis dan
“ekkkkhhhhmm kak sakit…” dia terlonjak saat aku sudah memasukkan setengah batang kontolku kedalam memeknya, aku hanya mendiamkan dan menikmati empotan pantatnya yang masih merasa sakit sambil kuremas lembut teteknya dan ku mainkan pentilnya yang mengacung tegang…
Saat kurasa dia sudah mulai relax kupun mengayun pantatku menarik kontolku dan memasukkannya lagi secara perlahan dan lembut sambil tanganku berusaha memainkan clietorisnya dan akhirnya seluruh batang kontolku sudah mampu di terima seluruhnya oleh lubang anus adik iparku
“ssssssssshhhh enak banget pantat kamu vit.. ekhhhh…ngempot nghheeeemmpot…”
“aduh kak akkhhuuuu juga ngerasain eeehhhhnakkkkkk kkhhakh….. mahhuu keluar nih kakkkk”
“aku juga vit barreengg yah…ekhhhh…” aku semakin cepat menyodokkan kontolku yang hanya 16cm kedalam anusnya sambil terus ku mainkan memeknya sampai akhirnya…
“ookkkkkkkkhhhhhhhhhhhh vit kakak keluar… crot crot…..”kepala kontolku menembakkan mani sekitar enam kali didalam pantatnya yag saat itu juga dia mengalami orgasme yang dahsyat sampai mengalam squirt, akupun tidak menyangka hanya dengan mengentot anusnya dik iparku mengalami orgasme yang sedahsyat itu…
“aduh kak aku enak banget sampe lemesgk kuat diri….”
“ya udah kamu pakeanduk aku anter kekamartrus istirahat, nantiaku bilang ke mbakmu kalo kamu sakit”
Dia mengangguk dan setelah aaku berpakaian ku tuntun dia ke dalam kamarnya…
“tadi enak banget kak..” sambil dia mencium pipiku sementara aku hanya tersenyum karna aku juga puas….