Kisah ini bermula pada saat aku pulang kantor. Namun sebelum itu, aku 
perkenalkan diri dahulu, namaku Idan, itu hanya nama panggilan, dan tak 
usah ku sebutkan jelasnya. Umurku 28 tahun, dan di umur ini, aku telah 
meraih S2 dan bekerja menjadi manager di sebuah perusahaan di Bandung 
Hidupku lumayan berkecukupan, rumah yang cukup besar di sebuah kompleks,
 dan mobil pribadi merupakan raihan atas kerja kerasku. Namun, meski 
sudah banyak yang kuraih, aku belum juga memiliki istri. Bukan tidak 
laku, wajahku yang lumayan dan tubuhku yang juga lumayan, banyak 
perempuan yang mendekati. Namun, pengalaman burukku dengan mantan 
kekasih yang meninggalkanku tanpa alasan, menjadikan aku trauma untuk 
berpacaran. Walhasil aku tak juga dapat calon istri.
Namun, meski begitu, namanya laki-laki memiliki birahi yang cukup 
tinggi. Bahkan, aku rasakan birahiku sangat tinggi, hampir setiap hari, 
harus saja aku keluarkan mani ku sendiri. Sampai lima kali, baru aku 
benar2 puas. Karena di rumah hanya sendirian, kadang ketika santai aku 
tak pakai baju maupun celana di rumah. Coli pun bisa kulakukan bebas 
dimana saja. Kadang di depan tv, kamar, dapur dan dimanapun aku mau. 
Namun, aku tak jua berkehendak memiliki pacar atau istri, "jajan" juga 
tak pernah, aku hanya bisa bermain sendiri. Sampai umurku yang segini, 
aku hanya pernah satu kali ML, dengan pacarku yang akhirnya memutuskan 
pergi. Kadang terpikir untuk jajan, karena untuk pacaran aku malas, tapi
 selalu buru2 ku urungkan niatku untuk soal itu.
Namun kehidupanku berubah sejak saat pulang dari kantor, sore itu. 
Ketika ku pacu kuda besiku di jalan menuju pulang, aku sempat terhenti 
oleh kemacetan di perempatan. Saat itu, banyak sekali peminta-minta 
mendatangi mobilku. Aku memberikan receh ke setiap peminta-minta yang 
datang. Lalu, kemudian aku didatangi oleh seorang pengamen. Ia seorang 
gadis, suaranya merdu dan kelihatan lihai memainkan gitarnya. Meski 
dengan baju yang kumal, aku melihat ada kecantikan yang tersembunyi 
dibalik debu-debu yang menempel di mukanya. Ia kelihatan pucat seperti 
sakit, namun tetap mengamen dengan sepenuh hati.
Aku sedikit terkagum dengan suaranya itu, juga merasa iba dengan pucat 
mukanya. Kemudian aku buka jendela kaca mobilku. "Neng, udah 
nyanyinya..kasian, sakit yah?" tanyaku iba. "Iya a, nuhun 
(terimakasih)," saat ku beri uang selembar sepuluh ribu. Karena iba, 
akupun kembali memanggilnya lagi dengan maksud membawanya ke dokter. Ia 
yang sedikit berjalan lemah dan tertatih, aku ajak masuk ke mobilku. 
"Hayu neng, tenang sama aa dibayarin dokternya, kasihan.." kataku 
mengajak. Sejenak ia ragu, namun akhirnya mau juga karena mungkin tidak 
tahan karena sakitnya.
Setelah Ia masuk mobil dan lampu hijau, akupun memacu kembali mobilku 
namun tujuanku berbeda: ke dokter. Di mobilku, aku sempat tanya-tanya 
anak yang berpakaian kaos ketat kekecilan dan celana pendek jeans itu.
"Neng, namanya siapa?" tanyaku memecah keheningan yang sempat hinggap.
"Fitri a, nuhun ya a.." jawabnya.
"Iya tenang aja Fitri, kasihan.. udah lama ngamen?"
Dari percakapan itu akhirnya akupun tau bahwa Fitri sudah mengamen satu 
tahun. Ibu bapaknya sudah meninggal, tinggallah ia bersama kakaknya. 
Namun kemudian kakaknya pergi dengan laki-laki dan tak pernah kembali. 
Fitri terpaksa menghidupi dirinya sendiri dengan mengamen. Umur Fitri, 
15 tahun yang beberapa bulan lagi 16 tahun. Ia mengaku sejak pagi tidak 
enak badan, karena dari kemarin belum juga makan. Ia memaksakan diri 
untuk mengamen agar dapat uang untuk hidup.
Tak berapa lama, akupun sampai di sebuah klinik. Aku daftarkan Fitri 
untuk diperiksa. Kata dokter, dia hanya dehidrasi dan kurang makan. 
Diberinya resep vitamin, dan obat lainnya yang aku tidak begitu 
mengerti. Setelah itu, aku ajak Fitri untuk makan, karena kebetulan 
akupun belum makan sejak siang tadi. Setelah habis makan, akupun kembali
 memacu kuda besi, menuju perempatan tadi. Dari obrolan di rumah makan, 
Fitri ini anak yang menyenangkan dan penurut. Sopan tak seperti layaknya
 anak jalanan yang berwatak keras. Dengan seketika akupun menyukai gadis
 manis ini. Di mobil aku sempat berbincang, "Fit, udah aja kerja di 
rumah aa? Fitri mah tugasnya Cuma jagain rumah aa, bersih-bersih, masak 
dan ngurusin yang ada di rumah aa, ntar sama aa digaji tiap bulan, makan
 dan yang lainnya aa yang tanggung," kataku menawarkan kepada Fitri. Tak
 lama Fitripun menyetujui, toh iapun sudah tak punya siapa-siapa dan 
sudah lelah ngamen di jalanan.
Tak jadi ke perempatan, akupun memacu kuda besiku, menuju Rumah. Sampai 
dirumah, aku kenalkan setiap sudut rumah, mana yang mesti bersih, mana 
yang mesti beres dan tempat masak, kebetulan ia bisa masak. Aku yang 
biasa makan diluar, cukup gembira dengan kedatangan Fitri yang artinya 
bisa memasak untukku. Akupun memberinya uang belanja untuk makan malam, 
aku tambah dengan uang yang bisa ia beli untuk dirinya sendiri. Setelah 
itu aku antar Fitri ke kamarnya di belakang dekat dapur. Akupun 
menyuruhnya mandi dahulu setelah itu belanja, akupun pamit ke kamarku 
untuk beristirahat dan mandi.
Setelah mandi, akupun nongkrong depan televisi. Fitri yang selesai mandi
 dan bergegas ke tempat belanja tak jauh dari rumah, menyempatkan diri 
melewat didepanku dan pamit. "A, aku berangkat ya," ujarnya memecah 
konsentrasiku menonton. Bukan main, setelah Fitri mandi, tiba tiba aku 
lihat Fitri begitu cerah, ia kelihatan cantik setelah mandi, tak kumal 
seperti tadi. Mukanya kuning langsat dan cukup mulus, bibirnya mini, 
rambut sebahu, dan deg, aku langsung berdebar kala melihat payudaranya. 
Di mobil tadi, ia tak seperti ini, tadinya kumal, dan pucat, namun 
setelah mandi dikasih makan dan minum obat, seketika ia berubah segar 
kembali dan jadi kelihatan cantik.
Aku melongo melihat Fitri kali ini, dengan kaosnya yang masih tak 
diganti yang kekecilan, payudaranya membusung membuat kontolku sontak 
berdiri. Betapa beruntungnya aku ternyata dapatkan anak manis ini ada 
dirumahku. Aku yang melihat baju dan celananya yang masih sama, memberi 
uang tambahan kepadanya. "Fit, kamu beli baju yah, buat kamu yang 
pantes, beli celananya sekalian," kataku, dan uangnya ia terima. "Mmmh,,
 a, boleh Fitri belikan juga daleman nggak?," katanya ragu dan malu 
malu. Karena uang yang kuberi pasti cukup, langsung aku iyakan, dan 
lantas aku menyadari payudaranya yang membusung itu tanpa dilapisi bra.
Fitri segera bergegas pergi meninggalkanku yang konak karenanya. Aku 
mulai berfikir, bagaimana caranya aku menikmati tubuhnya yang indah itu.
 Akupun memainkan kontolku, namun aku tahan, aku ingin mengeluarkannya 
di memek Fitri.
Cukup lama juga Fitri belanja kebutuhan makanan dan pakaian. Sampai 
hampir maghrib baru ia datang. "A, tadi wortelnya ga ada, sama Fitri 
ganti lobak aja yah?" katanya kepadaku yang sedang mengambil air di 
dapur. "Iya gapapa fit, udah beli baju teh? Ganti bajunya atuh," sambil 
ku sunggingkan senyumanku kepadanya. "Iya a, Fitri juga mau mandi lagi, 
gerah," katanya pamit kepadaku lalu menuju kamarnya. Aku kembali 
menonton tv, namun sempat melihat goyang pinggulnya saat berjalan menuju
 kamarnya. Namun ia tak jadi kekamar, balik lagi kedapur menghampiriku 
yang sedang memperhatikan pantatnya yang semok. "Ah, nanti aja a 
mandinya, tanggung kan Fitri mau masak dulu,"katanya berbalik. Tak 
sadar, aku yang saat itu hanya menggunakan boxer, kontolku mencuat di 
celana, karena sudah tegang melihat pantat Fitri. Sempat kulihat dia 
melirik ke arah kontolku, namun segera mengubah pandangannya ke sayuran.
Akupun pergi meninggalkannya, dengan sedikit puas. Kembali ku menonton 
tv, selama menonton aku tak konsen, terus memikirkan dan meyakinkan 
bahwa malam ini maniku mesti keluar di memek Fitri.Toh ia sudah jadi 
pelayanku, dan harus melayani kebutuhan seksualku juga. "A..makanan 
sudah jadi!" teriak Fitri dari dapur, akupun bergegas datang. Bukan 
main, Fitri yang sudah mandi dan ganti baju ternyata kelihatan jadi 
lebih cantik dari sebelumnya. Dia membeli rok kain, dan baju berkancing.
 Penampilannnya sungguh membuat kontolku nyut-nyutan.
Aku mengajaknya makan bersama, sambil ku curi curi pandang ke 
payudaranya yang besar. Entah apa ukurannya, aku tak begitu mengerti. 
Yang jelas, susunya besar untuk ukuran gadis kecil umur 16 tahun. Selama
 makan kami ngobrol-ngobrol dan bercanda, serasa pengantin baru. 
Beberapa kali Fitri ku goda dan ku puji, dia malu, seringnya dia 
mengucapkan terimakasih padaku, dan tak tahu bagaimana membayar 
kebaikanku. Seusai makan Fitri masuk ke kamarnya. Kamar yang tak ada 
kuncinya, karena aku yang pegang.
Setelah menonton tv, akupun kekamarku. Jam sudah menunjukkan pukul 
sepuluh malam. Aku tak bisa tidur, membayangkan terus Fitri yang kini 
ada di rumahku. Karena tak tahan, akupun memberanikan untuk ke kamar 
Fitri, aku ingin menikmati tubuhnya malam ini. Dengan mengendap-endap, 
aku masuk ke kamar Fitri yang tak jauh dari kamarku juga. Perlahan, aku 
buka pintu yang tak ada kuncinya itu. Kulihat Fitri sudah tergolek, 
tertidur. Roknya sedikit tersingkap sampai lutut. Dadanya naik turun 
perlahan seiring hembus nafasnya.
Aku mengendap mendekati Fitri, memandangi lekuk tubuh gadis yang 
berperawakan tinggi sekitar 157 cm, dengan dada yang besar dan kulit 
mulus kecoklatan. Namun, pahanya yang sedikit terbuka, kulitnya berbeda,
 kuning mulus tanda yang kecoklatan hanya terbakar matahari. Wajahnya 
ayu, manis, dan lucu. Perlahan aku daratkan tanganku di dadanya. Bukan 
main besarnya, lembut juga, aku remas pelan susunya yang besar itu dari 
luar bajunya yang baru. Kenyal, dan ranum karena masih ABG dan ternyata,
 bra yang dibelinya tadi tak ia pakai untuk tidur!. Wah semakin 
menikmati aku meremas susunya yang lama-lama menjadi padat. Roknya 
perlahan aku singkap, naik, naik, memperlihatkan gundukan memeknya yang 
ditutup celana dalam yang masih baru. Warnyanya putih, namun sedikit 
tipis, memperlihatkan lekuk belahannya yang cukup tembem.
Puas ku remas susunya, akupun mendaratkan tanganku di memek Fitri. Aku 
korek belahan memeknya yang masih tertutup celana dalam. Ia sedikit 
bergerak, gerak, ku tak khawatir dia terbangun, toh  kami hanya berdua 
di rumah besar ini. Akupun perlahan memelorotkan celananya hinggga 
lutut. Pahanya mulus, kuning langsat. Memeknya mulus dengan bulu bulu 
halus yang mulai tumbuh. Tak membuang waktu aku mulai mengelus memeknya.
 Memeknya kenyal, belahannya sedikit lembab. Aku korek-korek memeknya, 
itilnya kubuka dan ku elus perlahan. Memek abg memang mulus, membuatku 
sangat terangsang. Aku terus-terus mengelusi memeknya yang lembut. 
Pantatnya sedikit bergeser ke kanan ke kiri saat aku memainkan memeknya 
yang lembut.
Saat ku melihat wajahnya, ternyata Fitri sudah terbangun. Ia 
memandangiku dengan muka sayu. Tanganku masih di memeknya, dan aku 
senyum kepadanya. "Fit, aa pengen ngewe Fitri yah? Boleh kan?" sambil ku
 mainkan memeknya. Fitri hanya memandangiku, ia jelas sudah tahu maksud 
perkataanku, aku terus senyum padanya, dan perlahan menganggukkan 
kepalanya masih dalam keadaan terlentang. "Pelan ya, a.." katanya pelan,
 hanya itu yang keluar dimulut Fitri. Akupun langsung buka boxerku, dan 
kontolku yang tegang langsung mengacung.
Aku naik ke ranjang Fitri. Memandang matanya yang ia juga memandangiku. 
Sambil sesekali melihat kebawah ke kontolku yang berdiri tegak. Ia 
memandangiku saat aku beringsut menuju sela antara kedua pahanya, seolah
 menanti perlahan apa yang akan terjadi pada dirinya. Aku tak hendak 
melama-lama, tak mau foreplay dulu karena yang dikepalaku ingin segera 
menikmati memek sebelum Fitri berubah pikiran. Perlahan aku arahkan 
kontolku yang berukuran standar, ke sela memeknya yang sempit. Tangan 
Fitri masih tak bergerak terlentang. Mata Fitri terus memandangi wajahku
 yang tengah mencoba memasukkan kontolku ke memeknya.
"Tahan ya fit," saat kepala kontolku mulai menyelip di belahan memeknya.
 Akupun menopang tubuhku dengan kedua tangan disamping ketiak Fitri. 
"Aaaaccchhh.." desahku saat mulai masuk perlahan ke memek Fitri yang 
sempit. "mmmmhhhhhhhhh.." desah fiitri, mata yang asalnya memandangi 
wajahku, naik keatas bersembunyi seiring tusukan kontolku di memeknya. 
"aaachhh.." "awwhh, sakit a,," kata Fitri saat kontolku mulai bergerak 
dan menabrak selaput daranya. "aaaaacchh..ssshh, sakit memeknya 
a,,gamuat kontol aa.." katanya sambil meringis. "Ntar juga masuk sayang,
 aaahh memek Fitri sempit, enak..aaacchh" kataku sambil mendorong 
kontolku lebih masuk ke memek Fitri.
"aaaaarggghh.. aa...ssshhh..haahh.." desah Fitri saat perawannya ku 
bobol. Akupun menghentikan entotanku, membiarkan memek Fitri beradaptasi
 dengan kontolku yang sudah melesak ke memeknya. Akupun memeluk Fitri, 
mencumbui pipinya, memaguti mulutnya. Tak lupa payudaranya ku remas, ia 
hanya mendesah pelan. "A, sakit memek aku," katanya sambil berbisik. 
"Ntar juga enak Fit, tiap hari ku aa ewe nya, Fitri mesti biasa di ewe 
ku aa.." kataku, sambil mencium bibirnya yang mungil. "Iya a," jawabnya 
sambil mengangguk pelan. Memeknya berkedut kedut, meremas remas 
kontolku. Fitri sedikit tersenyum, namun sudut matanya berair, keluar 
saat perawannya ku robek.
Akupun mulai memaju mundurka kontolku di memek Fitri. "aaah..aahh,, 
memek kamu enak fit, aahh ahh sshh ahhh.." "aaachh iya a,,,sshh enaakkhh
 ahh ahh ahh... memek aku jadi enak..shhh ahh" balas Fitri menikmati 
entotanku. "Oochh, enak ngewe kamu fit.. shh ahh ahh..."aku mulai 
mempercepat kocokanku di memeknya. "a, ewenya pelanin a.. aahh memek 
Fitri masih sakit..ahh sshh ahh.." kata Fitri merespon entotanku yang 
menjadi cepat. "Tahan ya sayang, uuhh shh ahh ahh..." sambil kupelankan 
entotanku di memek Fitri, gadis cantik 16 tahun ini.
"A, shh ahh... a..sshh ahhh kontol aa gede... shh ahh ahhh" racau Fitri.
 "A, udahan ngewenya a, sshh ahh.. Fitri pengen pipis.. ahh.. udah 
ngewenya ah...sshh ahhh ahhh" katanya lagi. Aku yang sadar Fitri hendak 
orgasme, malah mempercepat entotanku di memeknya. "Ahhh ahhh sayang sok 
pipisin aja..shh ahh ahh gapapa..shh ahhhh ahhh ah" sambil ku percepat 
mengocok memek sempitnya. Akupun merasa gak kuat menikmati jepitan memek
 abg Fitri yang sempit ini. "ahh ahhh ahhh.. aa, Fitri pengen 
pipis..sshhh iiiihhhhhhhhshshhhh" akhirnya Fitripun orgasme pertamanya, 
terasa kontolku disiam dan diremas hangat. "uuuuhhhhhhhhhhh... haahh 
haaahh haaahh...iiiihhhhh" desah Fitri sambil berorgasme dan memelukku 
erat.
Memek Fitri mulai licin dan semakin enak, aku mulai tak tahan untuk 
menyemprotkan mani ku di memeknya. Secara otomatis aku semakin 
mempercepat entotanku di memek Fitri. "oohh oohh sayaang...fitt.. ahhh 
ahh ahhhhhhh" aku terus bersemangan menggenjot memek Fitri dan Fitri 
sudah lemas menikmati orgasmenya. Tak lama akupun hendak muncrat 
"aaahhhh fitt, aa bucaatt.. shhh aahhhhhhh aarrgghh" dan crot berkali 
kali maniku tersemprot di memek Fitri. Akupun memeluknya erat, memagut 
liar bibir Fitri yang mulai hari ini menjadi pelayan seks ku.
Kita lama saling berpelukan. Lalu melepaskan pelukan, dan aku berbaring 
disampingnya dengan sama-sama setengah bugil. Aku masih pakai kaos, 
diapun masih pakai baju, namun roknya tersingkap sampai perut karena 
memeknya aku ewe. "Fit, enak nggak ku aa di ewe?" tanyaku sambil memeluk
 Fitri. "Enak a, Fitri baru pertama kali ewean, enak, aa ge hebat..nuhun
 aa.." kata Fitri tersenyum puas. "Fit, selama di rumah, layanin aa ya 
kalau aa pengen ngewe Fitri?" Kataku. "Iya a, kalau aa lagi pengen 
ngewe, Fitri ga akan nolak ngasih memek Fitri buat aa," katanya sambil 
tersenyum puas. Akupun menciumnya mesra dan melampiaskan hasratku lagi 
di memek Fitri sampai pagi.
Sore itu, aku baru pulang dari kantor. Bekerja seharian membuat badanku 
pegal. Ditambah macet dijalanan, sekaligus panas menyengat, membuat 
kepalaku sedikit pening. Tubuhku lemas, konsentrasiku buyar karena 
banyak yang kupikirkan. Satu satunya yang membuatku masih bersemangat 
adalah satu ingatan: Fitri menunggu dirumah. Setelah kuparkirkan 
mobilku, aku berjalan sedikit lunglai, lelah.
Begitu membuka pintu, secara tiba-tiba semangatku pulih kembali. Saat 
itu, Fitri sedang membersihkan meja dengan hanya memakai kaos longgar 
milikku, dan celana dalam tipisnya. Tiba-tiba kontolku langsung berdiri 
melihat Fitri jongkok dengan hanya memakai celana dalam. Terlihat 
belahan memeknya, samar samar tergaris di celananya. Pantatnya 
bergoyang-goyang saat mengelap meja.
Sebentar dia menoleh kebelakang melihatku membuka pintu, "Udah pulang 
a?" katanya, sambil kembali mengelap meja dan membuat pantatnya 
goyang-goyang. Aku tak menjawab, namun langsung memelorotkan celanaku. 
Sekaligus celana dalam, sehingga kontolku langsung tersembul berdiri 
tegak. Perlahan aku mendekati pantat Fitri yang masih nungging mengelap 
meja. Perlahan aku tarik celana dalamnya, hingga paha. Fitri tak 
bereaksi, dan masih saja mengelap meja ruang tamu yang sebetulnya telah 
bersih.
Sambil Fitri meneruskan pekerjaannya, akupun meneruskan mengerjainya. 
Perlahan ku arahkan kontolku ke celah memek Fitri yang nungging. Fitri 
mulai berhenti, merasakan sedikit-demi sedikit kepala kontolku menyeruak
 memeknya yang lembut. "ssshh...uuuccchh.. aa pengen ngewe Fitri," 
bisikku sambil sedikit menekan kontol ke memeknya. "mmhh, aa...sshh.." 
desah-desah tertahan yang hanya terdengar dari mulut Fitri. Karena 
saking nafsunya, begitu kepala kontolku masuk ke liang memek Fitri, 
secara tiba-tiba aku dorong kontolku sekaligus masuk ke memek Fitri. 
Fitri sedikit terdorong, membuat meja tergeser, "aahhh..aa iiihh.. 
pelanin ngewenya, masih sakit memek aku," ujar Fitri bersungut-sungut 
memprotes. "Hihi.. maafin fit, aa ga tahan pengen ngewe Fitri," aku 
diamkan kontolku di dalam, menikmati jepitan memeknya yang sempit.
Aku elus pantat Fitri, elus rambut Fitri yang lagi nungging. "Ahh.. enak
 banget Fit,," kataku memuji. Terasa, Fitri ngempot-ngempotin memeknya 
yang terganjal kontolku. "ahh..iya empotin terus sayang.. mmhh.. enak 
banget,," ceracauku menikmati empotan memeknya. "Ssshh.. hihi.. enak nya
 a? mmhh..sok atuh ewe lagi a..jgn diem.." ujarnya, sambil menekan 
pantatnya kebelakang. "aah..aahh sshh ahh,,sempit memek kamu Fit,,shh 
ah.." desahku sambil memaju mundurkan kontolku menusuk memek Fitri. 
"oohh..aa.. aah enak aa.. pelanin dulu..mmhh enak kontol aa.." desahnya.
 "Iya sayang, ku aa ewe lalaunan (sama aa di entot pelan-pelan) 
aacch..ssshh.." aku meneruskan memaju mundurkan kontolku ke memeknya.
"aahh.. aa.. sshh ahhh.. cepetin a.. enak aa.. ssshh aahh.. 
iiihhh..aa..." Fitri mendesah sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang
 tengah ku sodok. "uuchh...sayang.. memekna enak banget..uuchh,, 
aahhh..." aku merem melek menikmati memek abg yang super sempit dan 
nikmat ini. "aaahh.. sshhh ahhh.. aa cangkeul ih.. ewean na di kasur yu 
atuh.. sshh ahh ahh.." Fitri mulai pegal dan minta ngentotnya diteruskan
 di kasur. "ahh...sshh kela..bentar lagi keluar da,, uuchh ssh ahh.." 
aku mempercepat kocokanku di memek Fitri masih dalam posisi yang sama. 
Kasihan karena pegal, akupun mempercepat entotanku agar cepat keluar. 
"aah.. aa.. Fitri lemes a di ewe kaya gini mah,,,shhh ahh ahh.."  
tangannya memegang pinggir meja menahan tubuhnya yang sintal, 
"ahh..tahan sayang, enak ga ku aa di ewe gini? Aah ahh ahh.." sambil 
terus ku percepat entotanku. "Ya enak a.. tapi pegel ihhhhh...aahh 
aaahh.." desahnya.
Kurasakan mani ku sudah mulai ingin muncrat. "Plak..plak..plak.." suara 
beradunya pahaku dengan pantatnya mendominasi di rumah yang sepi ini. 
"ahh.. fit, aa mau keluar fit.. ahhhh ahhhh...oooochhhh" dan crott! 
Akhirnya seluruh maniku hari ini muncrat semua di memek Fitri. Aku 
memeluknya dari belakang, menahan tubuh Fitri yang hampir ambruk 
kelelahan aku entot. "aaahhh,, anget aa.. ngecrot a di memek Fitrinya?" 
tanyanya sedikit bergetar. "haaah,,, iya udah say.." aku hanya 
memeluknya erat dari belakang, dengan posisi sekarang berdiri, dan Fitri
 sedikit menunggingkan pantatnya setengah berdiri.
Lama aku menikmati muncratnya maniku di memek sempit Fitri. Akhirnya 
kontolku mengecil dan terlepas dari memeknya. "aa ih nakal.. kalo pengen
 ngewe Fitri teh bilang dulu atuh..kan kaget ujug-ujug ditubruk 
aja..hehe" protesnya lalu tersenyum manis. "aa teu tahan atuh Fit liat 
pantat Fitri lagi nantang gitu, jadi ku aa ewe weh cepet-cepet," kataku 
sambil mencium keningnya. "hehe.. iya sih a, Fitri juga sengaja da ga 
pake celana.. da pasti kalo aa pulang, Fitri di ewe ku aa.. jd biar 
gampang pake cd aja.. hehe" katanya sambil melet-melet lidah. "Tapi 
kirain Fitri aa mau ngewe di kasur, eh, malah langsung ditubruk, padahal
 Fitri udah siapin tempat tidurnya, biar aa nyaman ngewe Fitrinya," 
Fitri lalu memelukku, aku mencium ubun-ubunnya.
"Ya udah, aa mandi dulu nya.. Fitri mau mandi ga? Cangcutnya ga usah 
dipake..ntar ku aa ewe lagi memeknya abis mandi," kataku sambil ku iseng
 ku pegang memeknya. "Dingin atuh a, tapi iya deh.. ntar aja mandinya 
Fitri mah ari mau di ewe lagi mah.. kagok ai aa.." sambil meneruskan 
membereskan meja yang sedikit acak-acakan akibat pertarungan tadi. 
Akupun bergegas ke kamar mandi, peluhku bercucuran akibat menikmati 
tubuh Fitri. Kulihat di belahan memek Fitri meleleh cairan peju ku. 
Bahagia dan ada sedikit bangga juga melihat memek Fitri yang belepotan 
oleh pejuku sendiri. Aku hanya tersenyum, lalu mengambil celanaku dan 
langsung ke kamar mandi.
Setelah mandi dan berpakaian, aku keluar kamar. Kulihat Fitri sedang 
menonton tv di atas karpet. Celana dalamnya tak Fitri pakai, hanya 
kaosnya yang kebesaran yang dia pakai. Terlihat di mukanya yang manis, 
tersungging senyuman melihat acara talkshow. Melihat itu, kontolku 
berdiri lagi, tak bosan-bosan rasanya ingin menikmati memek Fitri lagi. 
Meskipun, tadi peju ku sudah keluar banyak. "Fit, udahan nontonnya, ku 
aa mau di ewe heula (sama aa mau di entot dulu).." ujarku kepada Fitri. 
"Iya sok aja a.. ewe aja memek Fitri, tp Fitri smbil nonton ya a.." 
katanya sambil masih menonton tv.
Tak apalah, biar dia nonton, yang penting aku menikmati memeknya lagi 
malam ini. Aku buka celanaku, aku lempar sekenanya. Aku langsung ikutan 
duduk di karpet yang memang agak tebal itu. Aku langsung menciumnya, 
mata Fitri masih melihat ke layar televisi. Aku langsung membaringkan 
Fitri di karpet. Matanya masih belum juga lepas dari layar televisi. 
Tanpa basa basi, aku langsung menindih tubuh Fitri yang semok. Aku 
arahkan kontolku masuk ke memeknya. Agak susah, aku cari cari lobangnya,
 dan meleset-meleset. "Mau dimasukin kemana aa ih, agak bawahan..nah itu
 liang memek mah.." sambil tangan kiri Fitri menuntun kontolku ke liang 
memeknya. "Sok ewe keun a, teken.." katanya begitu kepala kontolku masuk
 ke liang memeknya. 
Aku mulai melesakkan kontolku atas bimbingan tangan Fitri. "aaahh.. enak
 banget fit...uuuchh.." saat aku mulai menekan kontolku ke dalam 
memeknya. "mmmhh..aa ih..hhi..ewe pelan-pelan a.." mata Fitri kembali ke
 layar televisi, kepalanya yang tersandar di bantal sofa masih juga 
menonton tv dibalik bahuku. Sesekali tangannya memindahkan channel 
televisi. "aah..mmh.. suka banget ih aa ngewe Fitri teh.." katanya. Aku 
mulai memaju mundurkan kontolku di memeknya, sambil menindih Fitri dan 
memeluknya. "aacchh,, enak banget sih memek Fitri, aa pengen ngewe 
terus, aach ahh ahh...shh" kataku disela-sela desahan.
Kulihat matanya yang asalnya menonton tv, mulai merem melek menikmati 
genjotanku. Yang kulihat, hanya segaris mata putihnya saja saking 
menikmati entotanku di memeknya. "Ahhhh...aa..sshh aaaahhh... terus a.. 
cepet ewe lagi..aahh" desahan Fitri membuatku semakin bersemangat. Aku 
terus menikmati sodokan-sodokanku sendiri di memek Fitri yang masih juga
 sempit. Kami berdua kini tengah berdesah, saling mencium, dan bergumul 
menikmati persenggamaan kami. "aa..iihh..Fitri mau pipisss...aahhh 
iiihhhh..cepetin lagihh ngewenya..aaaaccchhhhhhhh," kaki Fitri 
dilingkarkan menjepit pantatku yang tengah menggenjotnya. Kurasakan 
jepitan dan pelukannya semakin erat menandakan ia akan orgasme, 
"aaaaachhhh aa....aaaaaaacccccchhhhhhhhhhhh.." Fitri lalu mengejang 
hebat seperti cacing kepanasan. Tangannya sedikit mencakar punggungku, 
dan kakinya menjepit erat pantatku.
Aku semakin bersemangat menggenjot memeknya. Tak terasa hampir satu jam 
lebih Fitri aku entot. Entah berapa kali Fitri mengejang terus. Kurasa 
air maniku yang hanya Cuma sisa, ingin segera memenuhi rongga memeknya 
yang kelewat nikmat. "aaahh,,,fiit, aa mau keluar.. enaakkhh ngewe kamu 
Fit...ssshh aaaaaccchhhhhh" aku semakin mempercepat entotanku di 
memeknya. "Fitri juga enak di ewe aa,,,sssshhh aaaaacchhhh kluarin 
aa...ssshh aaahhh,,,Fitrii lemesssshhhh..." pelukannya semakin erat.
"oooochhhh fiitt.. oooooooccch ooohhhhhh... aa keluuuarrrrhhhhh 
aaaaaahhhh..." dan crottt... semua maniku yang tersisa tumpah di mulut 
rahim Fitri. "aa......ooooooccccchhhhhhhh... huuuuhhh... aa hebat ih, 
ngewenya lama..uuchh Fitri ampe lemes," katanya dengan nafas yang 
menderu. Aku memeluknya erat mencium bibirnya, dan masih ku genjot 
sambil mengeluarkan semua maniku. "mmmuuaaacchh,, hooohh,,,aaaaahh ah 
ahhhhhh...enak bangettt sayang..huuhh.. aa puas banget sama kamu.. memek
 sempit kamu bikin aa ga tahan," kataku ngos-ngosan memuji kehebatan 
jepitan memek Fitri.
Kamipun berpelukan. Saling mencium.. saling meraba. "aa, makasih ya,," 
ucap Fitri sambil tersenyum manis. Kamipun saling ngobrol, lalu menonton
 tv bersama. Kadang ku mainkan memek lembutnya. Fitri hanya memelukku 
erat sambil menonton tv. Malam itu malam yang romantis. Meski tidak 
diteruskan ngentot lagi, kami berdua tertidur di karpet depan tv. Kami 
berdua tanpa celana, namun masih memakai kaos. Entah kenapa, sejak malam
 itu aku mulai mencintai Fitri, pembantu yang juga budak seks-ku.
Sejak beberapa kejadian terakhir aku ngewe sama Fitri, dan aku mulai 
mencintainya. Entahlah apa yang aku rasa, apakah betul aku mencintai 
dia, atau aku ketagihan menikmati memeknya. Yang jelas, kini aku bebas 
memakai Fitri kapanpun aku mau. Fitri sudah jadi budak pemuas nafsu 
birahiku yang tinggi. Kubayangkan berliter-liter mani akan tumpah di 
memeknya, dan lenguhan demi lenguhan akan menghiasi kehidupanku 
dengannya.
Seperti halnya sore itu. Saat aku pulang ke rumah, dari hariku yang 
panjang karena banyak pekerjaan, aku langsung dapat hadiah yang membuat 
lelahku hilang. Fitri sedang nyapu lantai rumah tanpa sehelai benang 
menempel di tubuhnya. Tubuh telanjang ABG yang semakin hari semakin 
cantik ini sontak membuat kontolku berdiri penuh. Tubuh mulus kuning 
langsat bergoyang-goyang seolah menggoda untuk dijamah. "eh, a udah 
pulang.." sambutnya, lalu kembali menyapu. "aduh, Fitri udah kepengen aa
 ewe nya.. udah telanjang gitu.. hehe.." kataku sambil memandangi 
tubuhnya yang indah.
"Iya a, da pasti kalo aa pulang pasti Fitri di ewe dulu ku aa,, jadi 
mending ga usah pake baju weh.." jawabnya dengan nada lempeng. "Fitri 
tau aja aa pengen ngewe..hhe" sambil ku peluk dia dari belakang dan 
meraba mengelus memeknya. "hehe,, iya sok atuh a,, ewe aja, Fitri pasti 
layanin aa terus, ini balas budi Fitri ke aa, yang udah ngijinin tinggal
 di rumah sebesar ini," Fitri memandangiku dengan sunggingan senyum. 
Senyumnya begitu teduh, pasrah dan sedikit terlihat sayu tanda dia juga 
ingin aku jamah. Aku bergegas membuka sabuk celanaku, memelorotkannya 
tak lupa celana dalamku juga, sehingga kontolku tegak bebas di depan 
memek Fitri.
"aa, mau ewean disini? Fitri udah siapin da kamarnya,, udah bersihin, 
bisi mau ngewe di kamar.." tawarnya. Aku tak peduli tawarannya, aku 
malah mulai mencari-cari liang memek Fitri dengan kontolku. Beberapa 
kali tergelincir, sedikit susah masuk ke liang memeknya sambil berdiri 
begini. "Kela a, bentar, sok masukin a..aduh pelan-pelan a..aaaw" 
katanya membimbing kontolku masuk ke memeknya. Blesss.. Akhirnya 
kontolku ku tekan dalam-dalam ke memek Fitriku yang cantik ini. "Aawhh..
 aa,,ihh..pelan atuh,,uucchh,, enak kontol aa..sshhh.." ceracaunya. Aku 
mulai menggenjot memeknya sambil berdiri.
"Ahh.. aa.. suka..ahh..aahhh ahhh..." Fitri terus mendesah menikmati 
seranganku di memeknya. "ahh sayang, memek kamu sempit bgt 
sih...uuchh.." aku menekan kontolku keatas, Fitri sedikit tersentak dan 
terdorong. "aaacchhh aa.. lalaunan.." sambil memelukku erat. Aku 
menggenjotnya terus, menikmati dinding memek Fitri yang mulai lihai 
aktif meremas kontol. "aahh.. pinter sayang, trus empotin..acchh..sshh 
ahhh.." aku menggenjot memeknya terus sampai dalam. "aahh.. aa..cepetin 
a.. shh ahh..agak cepet ngewenya..aahh" Fitri memelukku erat, menciumi 
leherku, kakinya mengangkang dan jinjit saat aku menekan kontolku lebih 
dalam.
"aah, aahh ahh.. memekku.. shh ahh... nikmatthh ahhh ahhh.." aku mulai 
mendongakkan kepalaku keatas menikmati lembutnya memek pelayanku ini. 
"aahh.. aa..uuuhh..aa atuh cepetin.. Fitri mau keluar.. ahhh ahh..aa, 
cepetin ewenya.." rintihnya yang menunggu aku menggenjot memeknya dengan
 cepat. Mendengar itu, akupun mulai terangsang untuk segera menyemburkan
 maniku di dalam memeknya. "iyah sayang...ooochh ooohhh ohhh... sshh 
ahhhhhhh..." aku mempercepat entotanku di memeknya. Baru beberapa detik 
aku genjot memeknya dengan rpm tinggi, Fitri berteriak sambil memelukku 
erat. "aaaacchhh aa....aaaaahhh.."
Tubuh Fitri melunglai, kepalanya mendongak keatas, hampir ambruk namun 
sempat kutahan.Terasa memeknya menyemburkan cairan membasahi kontolku 
yang masih aktif keluar masuk. Melihatnya begitu, akupun mulai ingin 
mengeluarkan mani di memeknya. Aku percepat genjotanku, agak sedikit 
kasar mengocok memeknya, karena begitu bernafsu dan berniat mengeluarkan
 semua maniku di memek Fitri. "aaahhhhh aaaaaahhhh...aaaahhh 
Fitriiiiiiiiiiii....aaaaaahhh..." crot...crooot...crooott.. begitu 
banyak maniku keluar di memeknya. Aku pun ikut lunglai memeluknya dan 
ambruk di lantai.
Kami berdua saling sahut menghela nafas. Menderu, ngos ngosan menikmati 
pergumulan kami sore ini. Fitri memelukku, dan aku menciumnya. Ciuman 
mesra dan pelukan hangat. Fitri hanya memejamkan matanya, menikmati 
ciumanku yang lembut. Aku pun melepaskan pelukanku, mencabut kontolku 
dari memeknya. "Aa, puas? Fitri mah lemes gini a.. hhi.. aa meni suka 
banget sih ginian? Hhi.." candanya begitu lucu dan menggoda, polos dan 
mengundang birahiku bangkit. "Kamu enak banget fit.. memeknya 
rapet..bikin aa pengen terus.." kami berdua saling berpelukan kembali.
Fitri yang lebih dulu bangkit, mulai menyeka maniku yang meleleh dari 
belahan memeknya. "A, ntar Fitri mau di ewe lagi gak? Kalau mau ewean 
lagi, Fitri gakan mandi dulu.. Fitri nyiapin makan buat aa dulu yah.." 
Fitri lalu meninggalkanku melangkah menuju dapur. Kulihat pantatnya 
melenggok lenggok, dan sekilas kulihat maniku meleleh di paha dalamnya. 
Sepertinya Fitri gak peduli dengan itu,, ia terus saja berjalan menuju 
dapur. Aku bangkit, dan membaringkan tubuhku di sofa. Menonton tv, 
dengan tanpa kukenakan lagi celanaku. "Fit, ambilkan air putih yah.." 
teriakku kepada Fitri yang sedang di dapur.
Tak berapa lama akupun terlelap. Tubuhku lemas, tulang-tulang serasa 
copot, dan nafasku masih juga menderu. Entah berapa lama aku terlelap, 
tahu-tahu pantat Fitri sudah  ada didepan mukaku. Fitri nungging sambil 
menyajikan makananku di meja diantara sofa dan tv. Tanganku iseng 
mengelus belahan pantatnya, menyusuri dengan jariku hingga liang 
memeknya. Perlahan aku masukkan jariku ke memek Fitri. "aah.. aa, makan 
dulu ah.. nyo'o memek Fitri wae..," kata Fitri sambil masih menungging.
"nanti ah, aa pengen ngewe kamu lagi fit.." kataku sambil nyolokin 
memeknya. "ih, makan dulu aa, bisi sakit.." jawabnya. Aku malah membuka 
bajuku, hingga telanjang bulat. Aku tarik Fitri ke sofa, aku 
telentangkan tubuh telanjang mulusnya. Kubuka kakinya, dan aku 
memosisikan diri diantara belahan memeknya. "aa moal makan dulu?" , 
"nggak ah, aa pengen ngewe kamu dulu.. ewean dulu yah..", "ya udah atuh,
 jangan lama-lama nya,, makanannya keburu dingin.. sok masukin atuh ke 
memek.." kata Fitri dengan nada pasrah.
Aku pun mulai memeluknya..sambil kontolku mencari liang memeknya.. 
"aah.. aa, agak bawahan..iya..nah disitu.. sok agak teken.. ih..nah 
disana..masa belum inget juga sih dimana liang memek aku..aaahhh aahhhhh
 sshh ahhhh aa.." Fitri lalu mendesah-desah. Tak banyak bicara, aku 
menggenjot memeknya lagi, aahh begitu nikmat. "aah fiit.. enak 
fit...sshh ahh.. empotin lagi fit..aaahh sshh ahh.." ceracauku. "aah.. 
lemes aa.. ampun.. baru dua kali di ewe udah lemes gini,,aahh.. enak 
a.." Fitri kembali merintih menikmati genjotanku di memeknya.
"aah sayang, enak sayang aahh.." aku mencium Fitri dengan ganasnya, 
entotanku semakin cepat. "aahh aa.. cepet bucatin a.. aaahh..Fitri 
sayang aa... sshh aahhhh ahhhh,,," desah Fitri. "Fit, mau diatas? Aagghh
 agghh,,mmh," tawarku disela genjotanku. "Engga ah a.. Fitri lemes di 
ewe aja ku aa..bucatin a cepet..aaahhhh.. bucatin di memek 
lagii...aahhhh.. udah ga kuat aa.." melihatnya merintih pasrah 
menginginkanku menyudahi entotanku di memeknya, aku mulai iba dan segera
 mempercepat genjotanku untuk memuncratkan maniku.
"aah..tahan sayang, bentar lagi yah.. shh ahhh ahhh ahhh ahhh..aa 
cepetin nih,, ahhh ahhhhh" aku menjilat-jilat telinganya. "auuuhhh aa 
kuat banget aaahh..cepetin atuh aa.. udah gakuat Fitrinya,, lemes.. 
gakuat aa.. cepet keluarinn aaahhhhhhh.." "iya sayang...ini aa mau 
keluarin..tahan sayang oooohhh sshh ahhh ahhh.." "auuuuhhhh aa... 
lemessss aa.. Fitri sayang aa... aa bucatin atuh cepet,, aaaahhh..atuuhh
 keluariin sayaang... aaahh.. Fitri gakuat aa..aaahhh..linu memek 
Fitri.. cepet aa...plisss.. aaahhhh.." Fitri terus merintih memohon aku 
menyemprotkan maniku. "aaah sayang aggghhhh aaa mau keluar.. aa mau 
keluar tahaaann..." "iya aahhhhhhh,, cepet aa,,, cepeeetthhh aaaahhhhh 
ooooooooooohhhh..." dan crooott...crooot..croooott,,, maniku menyembur 
di memeknya yang sempit.
Saking nikmatnya, aku sampai memeluknya erat. "hooohhh..hooohh.. aa kuat
 banget ih.. Fitri lemes tau.. mana tiap hari layanin kontol 
aa,,huuuhhhh..." gerutunya. Aku mencabut kontolku yang mengecil, "hehe..
 Fitri mesti kuat layanin aa terus yah..jangan bosen kalo ku aa di 
ewe.." aku tersenyum kepadanya dan mengelus-elus keningnya. "iya aa,, 
Fitri pasti bakal layani aa terus.. biarpun lemes udahnya, Fitri pasti 
gakan nolak kalo aa pengen ngewe Fitri.. memek Fitri buat aa.." 
senyumnya begitu manis padaku.
Aku serasa meleleh mendengar dan melihat kepasrahannya kepadaku. Kamipun
 makan bareng dan masih juga telanjang berdua. Sesekali Fitri menyuapi, 
dan aku terus menjahili tubuhnya, mulai nyolokin memeknya,, meremas 
susunya, menciumnya, sesekai aku kenyot putingnya. "iih, aa mah nakal 
da.. udah makan dulu.. bisi pengen ngewe lagi gera,.. Fitrinya masih 
lemes tau.." protesnya saat ku cium lehernya. "hehe,,abis kamu nafsuin 
sih..mmuah.." aku mencium pipinya. "ahh.. pasti malem ini Fitri abis nih
 di bobol ku aa.. makanya kita makan dulu ih.. yang banyak, biar kuat.."
 katanya yang ingat bahwa malam ini malam sabtu, dan besok aku tak 
kerja.
No comments:
Post a Comment