Kami tinggal di sebuah rumah kontrakan. Aku seorang siswi SMU swasta di 
Surabaya, aku memang tidak terlalu cantik, tetapi kulitku putih mulus. 
Kedua orang tuaku tinggal di Jakarta dengan kedua adikku. Kebetulan saat
 ini adalah liburan sekolah, jadi aku sama sekali tidak punya kegiatan. 
Liburan kali ini aku sedang malas pulang.
Aku mempunyai kebiasaan yang agak aneh, yaitu aku suka apabila ada 
orang, apalagi dari golongan tukang becak, tukang sampah, tukang 
bangunan, maupun para penjual makanan dan minuman, memperhatikan 
payudaraku. Dan untuk ukuran anak seusiaku, ukurannya terlalu besar, 
yaitu 40C, tetapi agak menggantung, dengan puting berwarna merah 
kecoklatan, karena sering kupelintir-pelintir. Ada saja caraku menarik 
perhatian mereka. Kalau aku memanggil bakso, aku sengaja tidak memakai 
BH, sehingga putingku menonjol dari balik kaosku. Orang belakang rumahku
 sedang membangun rumah, sehingga banyak tukang di sana. Aku sengaja 
berolah raga lompat tali tanpa memakai BH di halaman belakang, sehingga 
payudaraku bergoyang kesana-kemari, dan tentu saja hal ini diperhatikan 
oleh tukang-tukang itu.
Setelah puas berolah raga, kaosku menjadi basah oleh keringat, sehingga 
payudara dan juga putingku terlihat jelas dari balik kaos. Aku memanggil
 seorang penjual minuman keliling. Tentu saja itu membuat dia 
tercengang, karena melihat payudaraku yang besar ini dengan jelas dari 
balik kaosku yang basah. Setelah selesai minum, aku bertanya, "Berapa 
mas?" tanyaku, dia tidak menjawab, hanya terdiam dan mengagumi keindahan
 payudaraku.
Lalu aku pura-pura menjatuhkan uang dan mengambilnya. Spontan saja 
payudaraku ini bergelantungan dengan indahnya, dan terlihat sebagian 
dari lubang leher kaosku. Sesaat kemudian dia menjawab, "Mbak, kalo 
dibayar pake itu gimana?" katanya sambil dengan agak ragu-ragu menunjuk 
payudaraku. Masih dalam posisi menunduk dan sebagian payudaraku 
terlihat, aku berkata "Apa, pake ini?" sambil kutarik lubang leher 
kaosku ke bawah, sehingga payudara besar milikku terlihat seluruhnya. 
Dia hanya bisa menelan ludah, lalu kemudian menjawab "Iya." Aku kemudian
 berdiri tegak lagi. Sambil pura-pura berpikir, aku menyilangkan tangan 
dan menjepit kedua payudaraku dengannya, tidak ada pilihan lain bagi 
payudaraku selain mencuat ke depan dengan indahnya, dengan kedua puting 
berwarna kecoklatan yang semakin mencuat keluar. Hal ini membuat penjual
 minuman itu semakin terangsang dan tak sabar menunggu jawabanku. Lalu 
kujawab "Iya deh Mas." Lalu kami berdua masuk setelah penjual minuman 
itu memasukkan barang dagangannya.
Setelah berada di dalam ruang tamu, aku bilang begini "Mas, netek dulu 
ya?" Kepalanya langsung kutuntun untuk masuk ke dalam kaosku. Dengan 
ganasnya dia kulum kedua putingku bergantian, dan kadang-kadang 
digigitnya. Sambil mengulum putingku dia meremas-remas payudaraku, dan 
terkadang dia menarik-narik putingku dengan gigitan giginya. "Aaahh", 
lirihku. Kunikmati kuluman-kulumannya. Sesaat kemudian kusuruh dia untuk
 berhenti sebentar. Kubuka baju dan celana beserta celana dalamku, dan 
kuambil tali rafia. Kuikat kedua pangkal payudaraku, sehingga payudaraku
 terjepit dan semakin terdorong ke depan. Hal ini membuat darah tidak 
dapat mengalir ke payudaraku, sehingga warnanya berubah menjadi agak 
kebiru-biruan. Lalu kusuruh dia untuk mengulum putingku lagi. Aku tidak 
dapat merasakan kuluman-kulumannya. Tetapi rasanya lain jika kulihat dia
 mengulum dengan ganasnya, meskipun aku tidak dapat merasakannya.
Sesaat kemudian aku disuruhnya bertumpu pada kedua tangan dan kakiku. 
Dia membuka celananya dan menyuruhku untuk mengulumnya. Batang 
kemaluannya berwarna coklat gelap, dan bentuknya lucu, agak tertunduk 
dan miring ke kanan. Tanpa ragu kukulum batang kemaluannya. Kusedot 
sambil kugigit-gigit, "Hmmphh", kupermainkan batang kemaluannya dengan 
mulutku, sebentar saja spermanya sudah keluar, langsung saja kutelan 
sampai habis. Tapi aku tak peduli, setelah kukeluarkan sebentar, 
langsung kumasukkan lagi kemaluannya ke mulutku, dan kusedot lagi, 
"Mmpph.. aahh.." payudaraku yang sejak tadi bergelantungan, terus 
menerus diremas oleh penjual minuman itu, kedua putingnya ditarik-tarik 
seperti sedang memerah susu, hanya bedanya dia sedang memerah susu Mei, 
bukan susu sapi (iya kan?). Ikatan tali rafia tadi dilepasnya, sehingga 
darah kembali mengalir ke payudaraku, dan aku dapat merasakan kembali 
remasan-remasannya. Untuk kedua kalinya spermanya keluar ke dalam 
mulutku. Sebelum kutelan, kutunjukkan kepadanya sperma yang ada di 
mulutku. Dia menghentikan remasannya sejenak. Melihat spermanya ada di 
mulutku membuatnya lebih terangsang.
Setelah menelan spermanya, aku bertanya, "Mas, tidak pingin ngerasain 
anusku?" Tanpa ragu dia langsung menyuruhku untuk tengkurap dengan 
pantat diangkat tinggi. "Sebentar Mas, aku ambil mentega dulu, ya?" 
Sebelum anusku disodok, aku memintanya untuk melumuri seluruh badanku 
dengan mentega, dari atas sampai ke bawah, termasuk lubang anusku. 
Melihat tubuhku yang mengkilat oleh mentega, dia menjadi semakin tidak 
sabar dan langsung menyodok anusku. Sambil merasakan nikmatnya batang 
kemaluannya di dalam duburku, aku meremas-remas payudaraku yang menjadi 
licin oleh mentega.
Sekitar 10 menit kemudian, kurasakan spermanyanya keluar di dalam 
duburku. Dia tampak puas sekali. Kami berdua tergeletak di atas karpet.
"Mbak, enak banget rasanya. Lain kali boleh lagi tidak?"
"Kenapa harus lain kali? Sekarang aja kenapa?"
"Wah, nggak kuat Mbak."
"Ya udah deh, tapi jangan pulang dulu, aku mau minta tolong, mau tidak?"
"Minta tolong apa sih?" tanyanya.
Aku beranjak dari karpet dan pergi ke halaman samping, dan mengajak 
anjing herder yang selama ini setia menjagaku. Setelah sampai ke ruang 
tadi, aku bilang, "Mas, aku mau tanya, payudaraku besar tidak sih?"
"Wah, kalo itu sih bukan payudara lagi, tapi udah tuueeteek.."
"Iya? Makasih loh Mas atas pujiannya. Tapi aku masih ngerasa kalo 
payudaraku ini kurang besar. Mas mau tidak tiap hari mijetin payudaraku 
ini, biar tambah besar lagi, ya?"
"Iya deh, tapi Mbak juga harus mau ngemut kontolku tiap hari, biar tambah panjang."
Karena aku memang suka menghisap kemaluan laki-laki, maka syarat yang 
dia berikan sama sekali tidak membuatku keberatan, sehingga aku 
menjawab, "Boleh, siapa takut?"
"Oh ya, ini anjingku, temen main setiaku."
Mungkin karena tidak tahu maksudku, dia bertanya, "Temen main apa Mbak?"
"Main ini.." kataku sambil menidurkan anjingku.
Aku melirik ke arahnya, kemudian pelan-pelan kukulum batang kemaluan anjingku itu. Dia tampak tercengang.
"Loh Mas, kok diam? Ayo dong pijetin payudaraku", kataku.
Dia mulai meremas-remas payudaraku sambil tetap menunjukan pandangannya 
ke arahku yang mulai asyik menghisap batang kemaluan anjingku itu.
"Mas, tolong ambilkan terong di dapur dong", pintaku.
Dia menuju ke dapur, dan kemudian segera kembali dengan terong yang 
lumayan besar. Tanpa membuka mulutku, karena masih keenakan menghisap, 
salah satu tanganku menunjuk ke arah anusku. Dia rupanya mengerti. 
Karena masih ada sisa-sisa mentega dan peju, maka tak sulit baginya 
memasukkan terong itu ke dalam anusku, lagi pula aku memang sering 
melakukannya. Satu tangan penjual minuman itu meremas-remas payudaraku 
secara bergantian, sedangkan tangan yang satunya lagi memainkan terong 
itu di dalam anusku. Keluar, masuk, keluar masuk, "Aaahh", enak rasanya.
 Aku semakin giat mengulum batang kemaluan anjing tersayangku. Sesaat 
kemudian anjingku mengeluarkan air maninya di dalam mulutku. "Hmmhh", 
kumainkan spermanya di mulutku, seperti orang yang sedang berkumur.
Penjual minuman tadi masih melakukan tugasnya dengan giat. Dengan 
isyarat tanganku, aku memintanya untuk berhenti. Aku berbalik ke 
arahnya, menunjukkan air mani anjingku yang masih ada di dalam mulutku. 
Dia bertanya, "Mbak mau telan itu?"
Dengan tersenyum kuanggukkan kepalaku, kemudian kutelan habis air mani anjingku itu. Dia hanya terpaku melihat tingkahku itu.
"Mas, aku mau tidur dulu ya? Tolong pijetin payudaraku, ya?" kataku.
Lalu aku menuju ke sofa dan tidur. Aku mulai tertidur sambil merasakan 
remasan-remasan tangannya. Saat aku membuka mataku, penjual minuman itu 
masih memijat-mijat payudaraku.
"Udah Mas, terima kasih ya?" kataku sambil beranjak bangun dari sofa.
Dia menghentikan kegiatannya.
"Mbak, yang Mbak bilang tadi jadi tidak?"
"Yang apa?"
"Katanya aku disuruh mijetin payudaranya Mbak tiap hari?"
"Ooh itu, ya jadi dong, tapi sekarang Mas pulang dulu ya, soalnya 
sebentar lagi Siti sama Jono pulang, tadi mereka kusuruh jaga toko", 
alasanku, kalau tidak begitu dia tidak pulang-pulang.
"Ya deh Mbak, besok lagi ya?" aku menganggukkan kepalaku.
Kupakai lagi celana dan kaosku. Kuantar dia sampai keluar dari pagar. 
Aku masuk lagi ke rumah, lalu aku mandi. Payudaraku agak memar, mungkin 
karena dari tadi diremas-remas oleh penjual minuman itu.
Masih dalam keadaan telanjang bulat dan basah, aku keluar mencari 
anjingku, rupanya anjingku masih ada di ruang tamu. Kuajak anjingku 
masuk ke dalam kamar mandi. Kunyalakan shower-nya, di bawah pancuran 
shower itu aku bercinta lagi dengan anjingku. Kutidurkan dia, tanpa 
pikir panjang kukulum lagi kemaluannya sambil kukocok, kusedot-sedot, 
dan kadang-kadang agak kugigit-gigit, anjing kesayanganku itu 
kelihatannya sangat menikmati sedotan-sedotanku. Beberapa saat setelah 
itu, kurasakan spermanya mulai muncrat di dalam mulutku. Kupercepat 
kocokan tanganku dan kemaluannya kusedot dengan lebih kuat, sampai 
akhirnya spermanya keluar semua di dalam mulutku. Aku berdiri sebentar 
untuk mematikan shower-nya. Aku duduk di lantai kamar mandi, dan 
memandangi kedua payudara indahku. Sperma anjingku yang masih ada di 
mulut, kukeluarkan dan kutumpahkan ke atas payudaraku. Kuratakan sperma 
anjingku ke seluruh payudaraku, sampai payudaraku kelihatan mengkilat 
dan licin. Kuremas-remas payudaraku, dan kadang-kadang kutarik-tarik 
putingku. Karena payudaraku besar, aku bisa mengulum putingku sendiri, 
kujilat-jilat payudaraku, kurasakan nikmatnya sperma seekor anjing yang 
melumuri sepasang payudara berukuran 40C ini.
Setelah puas dengan payudaraku, aku mengambil posisi tengkurap, sambil 
begitu tangan kananku menarik kaki anjingku sampai dia mendekat dan 
akhirnya kupegang kemaluan anjingku dan mengarahkannya ke duburku, dan 
dengan animal instinct-nya, anjingku memainkan batang kemaluannya di 
dalam duburku. "Aaahh.. hhmmpph.. aahh", masuk, keluar, masuk, keluar, 
"Aaahh". Kedua kaki depannya bertumpu pada punggungku. Kocokannya cepat 
sekali, kemaluannya menggesek-gesek dinding lubang pantatku dengan 
gerakan yang cepat, rasanya, "Aah.. aahh.. aahh.." Aku tidak sabar lagi,
 aku ingin merasakan batang kemaluan anjingku di liang kemaluanku.
Aku memang sudah tidak perawan. Gara-gara godaan yang kulakukan terhadap
 para tukang becak di dekat rumahku, aku diperkosa oleh mereka. Aku 
disuruh melayani nafsu mereka yang sudah tidak terbendung lagi. Waktu 
itu mereka berlima, sedang menunggu pelanggan mereka di persimpangan 
jalan dekat rumahku. Pada saat itu aku sengaja memakai kaos tipis 
berwarna putih, dan seperti biasa aku tidak memakai BH, sehingga 
putingku terlihat menonjol dan warnanya terlihat samar-samar dari balik 
kaos. Jarak antara rumah dengan persimpangan jalan itu tidak begitu 
jauh, dan kebetulan saat itu keadaan di sekitarnya memang sedang sepi. 
Aku setengah berlari menghampiri mereka. Payudaraku tentu saja tidak 
bisa diam, dan bergelantungan ke segala arah. Setelah berada di dekat 
mereka, aku meminta salah seorang dari mereka untuk mengantarkan aku ke 
toko kecil dekat rumahku, sebenarnya hal ini hanya kujadikan alasan.
Waktu naik becak, aku sengaja naik dengan posisi agak membungkuk 
menghadap ke tukang becak itu, sehingga sebagian payudara besarku 
kelihatan menggantung, baru kemudian aku berputar untuk duduk. Setelah 
sampai aku membeli sesuatu, kemudian naik lagi ke becak dan memintanya 
untuk mengantarkan aku pulang. Jalan menuju rumahku memang jelek, banyak
 lubangnya, sehingga becaknya bergoyang-goyang, ini membuat payudaraku 
juga bergoyang-goyang. Kami pulang melewati para tukang becak yang dari 
tadi menunggu pelanggan, dan mungkin karena melihat payudaraku yang 
bergoyang-goyang itu membuat mereka tidak dapat menahan nafsu. Kulihat 
mereka mengikuti. Beberapa rumah di dekat rumahku memang rumah kosong, 
sehingga keadaan di sekitar rumahku memang sepi sekali. Setelah sampai, 
aku turun dan membayar tukang becak itu. Baru saja aku berbalik, mulutku
 sudah disekap dari belakang, dan payudaraku diremas dengan kasar. Orang
 yang menyekapku itu mengancamku untuk tetap diam, kalau tidak aku akan 
dibunuhnya. Aku menurut saja, karena takut dengan ancamannya. Aku 
dibawanya masuk ke rumah kosong di sebelah rumahku.
Ternyata setelah kulihat, dia adalah tukang becak yang tadi, dan dia 
ternyata tidak sendiri, keempat temannya juga bersamanya, mereka masih 
sibuk memasukkan becak-becak mereka ke halaman rumah kosong itu. Setelah
 selesai, mereka menyusul masuk. Tanpa berkata apa-apa, mereka semua 
membuka celananya. Kemaluan mereka semua berwarna coklat gelap, dengan 
urat-urat di sekelilingnya. Melihat itu aku menjadi takut sekali, tetapi
 aku tidak berani melawan, karena takut dibunuh. Mereka semua maju ke 
arahku dan menyuruhku untuk membuka semua bajuku, kuturuti kemauan 
mereka dengan sangat terpaksa.
"Ayo! Emut kontolku!" kata salah seorang dari mereka. Dengan agak 
ragu-ragu dan takut kumasukkan kemaluannya ke mulutku. Kepalaku dipegang
 dan digerakkan maju mundur. "Ayo! Kayak ngemut permen gitu loh, kalo 
enggak tak bunuh kamu!" bentaknya. Aku menjadi semakin takut, dan 
menuruti kemauannya. Kukulum batang kemaluannya seperti kemauannya 
dengan kedua tangannya masih di kepalaku. Beberapa saat setelah itu 
kurasakan cairan kental dengan rasa yang sangat aneh keluar dari 
kemaluannya. Ingin rasanya aku muntah, tetapi apa daya, kedua tangannya 
memegang erat kepalaku. "Ayo, jangan muntah!" Dengan perasaan jijik 
kutelan spermanya sampai habis. Hal ini berlangsung sampai kelima tukang
 becak itu mengeluarkan spermanya di mulutku, dan semua sperma yang 
keluar di mulutku, kutelan habis semuanya. Lama-kelamaan aku menikmati 
hal ini.
Kemudian aku diperintahkan untuk bertumpu pada kedua tangan dan kakiku. 
Di bawahku diselipkan sebuah meja panjang yang kaki-kakinya pendek, yang
 ada di dekat kami. Sebelum aku bertumpu pada kedua tangan dan kakiku, 
seorang tukang becak sudah dalam posisi telentang di atas meja itu. Dia 
memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku dengan paksa. 
Untuk pertama kalinya liang kemaluanku dimasuki oleh kemaluan laki-laki,
 kemaluan seorang tukang becak. Pertama rasanya memang sakit, perih, 
tetapi beberapa saat setelah digesek-gesek terus oleh batang 
kemaluannya, aku mulai dapat merasakan kenikmatan itu. Seorang tukang 
becak lagi dengan posisi bertumpu pada lututnya sudah berada di depanku 
dan memintaku untuk mengulum kemaluannya. Dari belakang, seorang tukang 
becak dengan posisi yang juga bertumpu pada lututnya, menyodokkan 
kemaluannya ke dalam anusku. Sementara dua tukang becak lainnya 
meremas-remas kedua payudaraku dengan sangat kasar. Kemaluan kedua 
tukang becak yang dimasukkan ke dalam liang kemaluan dan anusku bergerak
 keluar masuk dengan kasarnya. Karena merasakan nikmatnya kedua batang 
kemaluan mereka, aku semakin menikmati kemaluan tukang becak yang sedang
 kukulum.
Aku semakin agresif, kukulum kemaluannya dengan gerakan yang cepat, 
maju, mundur, maju, mundur. Sampai-sampai tukang becak yang kemaluannya 
kukulum menjambak rambutku, dan tangannya ikut menggerakkan kepalaku. 
Pada saat yang bersamaan, ketiga tukang becak yang memainkan kemaluannya
 di tubuhku berhenti, kelihatannya mereka sudah mau keluar. Aku disuruh 
duduk di lantai, kemudian aku disuruh membuka mulutku. Mereka bertiga 
memintaku untuk mengocok kemaluan mereka secara bergantian tepat di 
depan mulutku. Dua tukang becak yang lain sedang sibuk menghisap puting 
payudaraku, tiap orang menguasai satu dari sepasang payudaraku. Sambil 
menghisap, mereka meremas-remas payudara yang mereka kuasai dengan kedua
 tangannya, seperti seorang bayi yang sangat kehausan.
Sesaat kemudian sperma ketiga tukang becak tadi keluar, muncrat ke dalam
 mulutku, dan sebagian lagi muncrat ke wajahku. Tanpa diperintah, 
kutelan sperma mereka. Sekarang gantian dua tukang becak yang tadi 
menghisap puting susuku, memaksaku untuk menghisap batang kemaluan 
mereka berdua secara bergantian. Seperti seorang anak kecil yang kalau 
makan es berlepotan, aku yang berlepotan sperma di wajahku mengulum 
kemaluan mereka berdua secara bergantian dengan agresif. Sambil kukocok,
 kuhisap-hisap batang kemaluan mereka dengan hisapan yang kuat. Sebentar
 saja mereka kelihatan sudah tidak kuat, melihat itu kubuka mulutku 
lebar-lebar, kemudian kukocok dengan cepat kedua kemaluan mereka di 
depan mulutku. "Crut.. crut.. crut.. crut.." sperma mereka masuk ke 
dalam mulutku. Langsung saja kutelan habis. Kujilat sisa-sisa sperma 
yang masih menempel di sekitar mulutku.
Mungkin karena mereka melihatku sangat menikmati perkosaan ini, mereka 
menjadi tenang. Mau apa lagi, karena tidak bisa melakukan apa-apa, lebih
 baik kunikmati saja perbuatan mereka itu. Salah satu dari mereka 
kemudian berkata, "Mbak, jangan bilang siapa-siapa, ya?" aku hanya 
mengangguk sebagai tanda 'ya'. Kemudian mereka berlima keluar dari rumah
 kosong itu dengan tenangnya, dan meninggalkan aku di rumah kosong itu 
masih dalam keadaan telanjang bulat. Terus terang saja aku masih belum 
puas, tetapi ya mau apa lagi. Kupakai lagi baju dan celanaku, kemudian 
aku pulang.
Sesampainya di rumah aku langsung mandi. Sambil mandi aku membayangkan 
bagaimana rasanya kalau bercinta dengan anjing, karena kebetulan waktu 
itu ada tiga ekor anjing di rumahku, dan semuanya dari jenis anjing yang
 bertubuh besar. Belum selesai aku mandi, aku langsung keluar dengan 
keadaan telanjang bulat, aku tenang saja, karena kedua orang pembantuku 
seperti biasanya sedang menjaga toko dari pagi sampai sore. Aku berjalan
 menuju halaman samping, tempat dimana ketiga ekor anjingku berada. 
Dag-dig-dug, jantungku berdegup dengan kencang, seiring dengan nafsuku 
yang semakin memuncak. Kuhampiri mereka, kurangkul dan kubelai-belai 
tubuh mereka secara bergantian.
Pelan-pelan aku mendekat ke anjing yang paling besar badannya, 
kuelus-elus, kemudian aku mulai memegang kemaluannya. Kupijat-pijat 
sampai kemaluannya tegang, warnanya membuatku semakin terangsang. 
Pelan-pelan mulai kukulum kemaluannya, karena nafsuku yang sangat besar,
 aku sama sekali tidak merasa jijik. Kukulum kemaluannya dengan posisi 
bertumpu pada kedua tangan dan kakiku, dengan pantat yang sengaja 
kudongakkan ke atas, aku berpikir mungkin dengan begitu anjing yang 
lainnya mau menyodok entah itu anus atau liang kemaluanku, aku tidak 
peduli. Eh, benar, di saat aku keenakan menghisap, aku merasa ada yang 
menjilat-jilat kemaluanku, "Aaahh.." rasanya nikmat, sesaat kemudian 
kurasakan ada batang kemaluan yang menyodok liang kemaluanku. Dengan 
gerakannya yang khas, dia mainkan kemaluannyanya di liang kemaluanku. 
Wah, aku menjadi semakin lupa daratan. Entah berapa kali secara 
bergantian mereka memasukkan kemaluannya ke liang kemaluanku, demikian 
juga mulutku, semua sperma yang keluar dari kemaluan anjingku waktu 
kuhisap-hisap, kutelan sampai habis. Permainan kali itu, yang kulakukan 
dengan ketiga ekor anjingku itu membuat aku puas sekali.
Wah, kalau aku ingat peristiwa itu rasanya aku pingin lagi. Bayangkan, 
mulut, lubang kemaluan dan anusku dimasuki oleh batang kemaluan para 
tukang becak, ditambah lagi dengan payudaraku yang mereka 'siksa', dan 
kemudian aku bercinta dengan ketiga ekor anjingku.
Wah, sensasi yang kurasakan waktu itu luar biasa, aku benar-benar 
menikmatinya. Entahlah, mungkin aku mengalami sedikit gangguan, sehingga
 hal yang tidak wajar dapat membuatku merasa ketagihan. Tetapi memang 
rasanya luar biasa nikmat (kalau tidak percaya, coba sendiri, nanti kan 
tahu rasanya).
      
     
     
No comments:
Post a Comment