...Dan kami berciuman.
Sama seperti French kiss kita yang pertama, ciuman demi ciuman ku 
daratkan dengan penuh penghayatan di bibir dia, lidah kami pun saling 
membelit. Suara cepakan dan cecapan terdengar dari bibir dan lidah kami 
dalam balutan air ludah yang kami pertukarkan serta berpadu dengan nafas
 kami yang saling memburu oksigen di sela sela jeda longmarch kegiatan 
silat lidah kami. Namun bedanya kali ini dia dengan berani memeluk 
bahuku dan mengusap-usap tengkukku seiring ritme yang tercipta di antara
 kami, sedangkan tanganku mengelus, meremas dan menjelajahi pantat 
mungilnya serta mendorong dorongnya ke depan untuk menggesekkan 
selangkangan kami. Dia menanggapinya dengan semakin merapatkan tubuhnya 
ke tubuhku.
Foreplay yang panas dan romantis
Kegiatan saling belit itu berlangsung agak lama, aku memang sangat 
menikmati moment ciuman dengannya dan tidak ada alasan untuk tergesa 
gesa. Namun seiring waktu, ciumanku kupadu dengan cecapan dan jilatan ke
 leher dan telinga latri. Latri seperti tidak mau kalah, ciumannya pun 
mendarat bertubi tubi di wajah dan leherku.
Sejenak kurenggangkan jarak tubuh kami, wajah kami pun menjauh. Kutatap 
matanya, latri balas menatapku. Sekian lama kami membisu dan bertukar 
pandang. Mengatur nafas. Mengatur ritme. Dan aku menanyakan sekali lagi 
kehatiku, benarkah aku menginginkan ini?
Tiba tiba latri melengkungkan badannya ke belakang, dia menggunakan 
tanggannya untuk menyangga tubuhnya dengan menumpukannya ke ke-dua 
lututku. Dada kecil itu sekarang tersaji dengan menantang di depan 
mataku, dia menatapku seakan menantang. Dan dia tersenyum, misterius, 
aneh sekaligus menggairahkan. Latri sejenak melirik dadanya sendiri lalu
 kembali menatapku. Masih dengan senyuman menantang.
Menerima tantangan itu, tanpa menunggu lama lagi, kususupkan wajahku ke 
dadanya, ku kenyot kedua buah dada kecil itu dari balik kaos dan BHnya 
yang masih terpasang. Sejenak bermain di permukaan dadanya, tanganku 
mulai menelusup ke balik bajunya. Dia mendesah, dengan masih 
melengkungkan badannya ke belakang. Suara desahannya semakin menjadi.
Mulutku bermain main di perut datarnya ketika kedua tangganku 
menyingkapkan kaosnya. Latri mendesah lagi, lalu membantuku untuk 
membuka bajunya sendiri. Payudara kecil itu masih terlindung BH berwarna
 krem, tapi salah satu putingnya sudah sedikit mengintip keluar dari BH 
kecil yang ternyata masih sedikit kegedean buatnya. Puting itu cerah, 
berwarna merah muda segar dan menantang, wujudnya sebesar ujung jari 
kelingking serta tampak sudah mengeras. Semerta merta kudaratkan lidahku
 dengan gerakan menyapu ke atasnya.
“aaaaagggghhhhh…” latri mendesah panjang seiring sentuhan lidahku di permukaan putingnya
Sejenak kemudian, BH nya sudah tanggal di lantai sedangkan sapuan dan 
jilatan itu sudah berubah gaya menjadi kenyotan dan empotan halus. Kedua
 tangannya yang tadinya bertumpu di lututku berpindah ke leherku, sambil
 bergelayutan mesra. Aku menyapu seluruh permukaan payudara kecilnya 
dengan bibir dan lidahku. Tanganku melingkar dipinggul kecilnya untuk 
membantunya mempertahankan posisi itu. Sengaja ku pertahankan untuk 
menyentuhnya seringan mungkin agar muncul efek geli yang berdasarkan 
pengamatanku dari rangsangan-rangsangankuku beberapa saat tadi, aku 
ketahui semakin mengangkat birahinya. Latri semakin menggeliat geliat 
liar. beberapa saat kemudian, tubuhnya mengejang menyentak nyentak, 
kakinya yang sebelumnya menjuntai mengapit erat pinggulku di sertai 
pekikan keras.
“aaaakkkkkkhhhhh…”
Lalu tubuhnya terhempas, kepalanya tersandar lemas di bahuku dengan kaki
 masih mengangkang, selangkangannya bergesekan dengan selangkanganku. 
Dadanya yang sudah mulai berkeringat menempel erat di dadaku. Terengah 
engah dia berusaha berkata…
“papaaaah…eehhh…hhhh…latttriiihh…eehhh…hehhh…hehhh  …” katanya sambil 
memelukku lebih erat. Badannya masih melejat lejet lemah lebih lanjut.
Kurasakan celana di atas memeknya basah kuyup, rupanya dia mendapatkan 
orgasme. Seperti bekas yang ku temukan di lantai beberapa saat setelah 
dia orgasme waktu masturmasi sambil mengintip aku dan istriku yang 
sedang bersenggama, ternyata dia jenis cewek basah. Lendirnya banyak 
banget. Jenis cewek kayak gini ini biasanya cepet banget orgasme, tapi 
juga langsung lemes setelahnya karena produksi hormone yang berlebih, 
tapi cepet panas lagi, sebagian besar cewek dengan type ini mampu 
menghandle multi orgasme, sebagian lagi langsung lemas setelah first-O. 
Tapi cewek jenis ini bisa di ajak longmarch apabila melakukan hubungan 
sex, karena lendirnya yang terus menerus keluar, jadi tidak membikin Mr.
 P lecet. Salah satu jenis cewek favoritku. Pernah aku menggarap ABG 
setype dengan dia, semalam mampu melayaniku tujuh kali, tapi esok 
paginya dia tepar. Dan dua hari kemudian meneleponku untuk mengajak 
ngesex lagi, gratis katanya…ketagihan dia rupanya. Hehehe…
“kamu sudah dapat orgasme lat?” kataku sambil tersenyum menatap matanya,
 tubuhnya sekarang sudah agak menjauh, sehingga kami dapat saling 
berpandangan. Tangannya masih bertengger di bahuku dan nafasnya masih 
ngos-ngosan. Kulirik dada kecil itu…kenceng. Ampun DJ! Mana tahan…
“ah, papa nakal…” jawabnya singkat smbil tersenyum juga di sela senggalan nafasnya
“pindah dalem yuk, di sini dah mulai terik mataharinya…” ajakku
“ayuk pah…”
“di kamar papah atau di kamarmu?”
“di kamarku aja pah…”
“napa?”
“biar keliatan papah yang nakalin latri…hihihihi…”
Aku mencubit hidungnya dan mulai berdiri sambil menggendongnya. Seperti 
menggendong anak kecil di depan, kakinya melingkar di pinggangku 
otomatis memek basahnya menempel ketat di kontol tegangku. Sedangkan 
tangannya menggelayut manja di leherku. Kepalanya dia sandarkan ke 
pundakku. Sengaja sambil menggendong aku remas remas pelan pantatnya 
sambil mengobel pelan daerah lobang pantat dan lobang memeknya. Sambil 
menyandarkan kepalanya ke pundakku, kudengar dia mendesis desis halus. 
Kurasakan cairannya tambah membanjir. Apalagi seiring langkah kakiku, 
kelamin kami saling menggesek dengan cara beradu yang (menurutku) 
erotis. Kontolku tambah kencang, libidoku naik, nafsuku sudah tak 
tertahankan. Kali ini, memeknya yang memang sudah tidak perawan itu 
pasti akan ku jelajahi setiap inci pada relung kenikmatannya.
“ackhhh…” erangnya pendek saat aku membaringkannya ke ranjangnya sendiri
 sambil dengan sengaja menyorongkan senjataku ke selangkangannya. 
Matanya, seperti sebelumnya, menatap, kali ini diantara senyum anehnya, 
latri meggigit kecil bibir bawahnya. Erotisme Lolita…ancurrr...
“aaahh…papah nakal…” desahnya lagi sambil tersenyum lebar
Aku meringis sambil mengangkat-angkat alisku dengan mimik om-om genit. Hehehe…
"peluk latri lagi pah..."
Hmmm...
No comments:
Post a Comment