Kami memasuki rumah pada jam 22.30. latri sedikit limbung di dukunganku 
karena mungkin sedikit mabok. Mabok? Yup, seperti kebiasaanku saat makan
 di laluna, aku pasti membuka wine untuk menemani tenderloin black 
pepper sauce yang ku pesan. Dan dia bersikeras untuk ngerasain wine. 
Sudah ku bilang itu mengandung alcohol, tapi dia maksa. Setelah seteguk 
melewati tenggorokannya, dia bilang enak juga, ujung ujungnya kita open 
sampai dua botol. Buat anak yang (mungkin) seumur umur belum pernah 
minum alcohol, hasilnya ya teler. Fuih… emang badung ni anak!
Memasuki ruang tamu, aku tidak sabar menuntun langkahnya yang terhuyung,
 segera tubuh mungil itu aku gendong. Matanya yang setengah sadar, 
menatap manja kepadaku sambil tersenyum. Pikiranku mulai kacau. Entah 
kenapa dada kecil yang melengkung di boponganku dan sentuhan paha pada 
lenganku membuat libidoku terbakar. Kegilaanku tersulut, niatku untuk 
tidak sampai menidurinya karena sudah aku anggap anak sendiri aku 
khawatir akan segera pupus.
“pah…” panggilnya
“iya …” jawabku, masih menggendongnya
“malam ini latri bobo di kamar papa ya?” pintanya menggoda
“kamu mabuk…” kataku pendek
“mabuk cinta…” desahnya sambil menggeliat mengeratkan pelukannya kepadaku
Eh?
Aku geleng geleng kepala, mengabulkan keinginnannya aku menggendongnya 
berbelok ke kamarku. Sesampainya di sana langsung aku rebahin ke 
ranjangku. Ranjang yang sudah menjadi saksi bisu kebejatanku dalam 
menggumuli wanita wanita selain istriku. Tubuh mungil itu tergeletak 
pasrah di sprei putih dalam terangnya lampu kamar yang memang sengaja 
aku nyalain semua. Menghindari aura romantis apapun yang bakalan 
mematahkan niatku untuk menjaganya. 
“kamu mabok lat…cepat tidur, biar besok tidak pusing kepala…” bisikku lirih
“iya pah…aku mabuk…aku mabuk cinta pah…cinta sama papah…aku sayang 
papah…peluk aku pah…please…” jawabnya sambil menggeliat lalu 
mencengkeram bahuku kuat kuat
Aku melepaskannya dengan lembut lalu beringsut sambil garuk garuk 
kepala. Setengah mati aku menahan libidoku untuk tidak segera menggumuli
 dia dan menyodokkan kontolku ke lobang memeknya yang pastinya masih 
sempit dan legit. Aku bertahan mati matian. Tapi…kanapa aku bertahan 
mati matian? Rasa sayang kah? Ini gila! Ini membuatku gila! Dan semua 
kegilaan ini…Arrrgh!!
Latri sudah mulai tenang, aku membelai kepalanya, dan menatapnya lekat 
lekat lalu aku (entah dorongan dari mana) mengecup keningnya. Dia 
tersenyum. Kali ini harus aku akui lagi man! Senyumannya emang 
manis…lalu kelopak matanya yang memang sudah sayu itu perlahan menutup, 
sedetik kemudian desisan nafas halus sudah terdengar dari hidungnya. Dia
 tertidur. Aku geleng geleng, lalu tertawa sendiri. Keluar dari kamar 
aku menghampiri kulkas dan mengambil satu botol air dingin. Ku teguk 
sampai setangah sedangkan setangahnya lagi aku siramkan ke kepalaku.
---
Selimut itu ku benerin, karena aku masih merasa dingin dan belum ingin 
bangun. Di dalamnya aku masih menggeliat dengan enggan, bersiap untuk 
tidur lagi, ya karena aku tahu hari itu aku libur…sampai guyuran 
kesadaran itu menghampiriku. Aku terlonjak. Siapa yang menyelimutiku? 
Seingatku semalam, setelah mati matian bertarung dengan libidoku 
sendiri, aku keluar untuk minum air dingin dan mengguyur kepalaku, lalu 
aku merebahkan diri di sofa. Yap ini sofa yang sama dengan semalam, 
hanya plus selimut. Aku tersenyum menyadari kemungkinannya. Latri.
“eh, papah sudah bangun?” suara latri terdengar
Ternyata dia sudah mandi dan mulai bersih bersih rumah. Itulah salah 
satu yang membuat kami sayang sama dia, latri ni di luar usianya yang 
masih seumur jagung, dia rajin dan bertanggung jawab. Bahkan pada saat 
kita menawarkan untuk melanjutkan SMA aja di kota ini, dia menolak, dia 
bilang dia ikut keluarga kita untuk kerja dan membantu kami, bukan untuk
 merepotkan. Akhirnya kita sepakat untuk mengikutkan dia ke program home
 schooling. Dengan ijazah nantinya setara SMA. Karena kita semua sayang 
dia. Sayang dia…mmm, kukira baru baru ini kata itu memiliki arti 
tersembunyi antara aku dan dia…or is it cuman buatku? GILA!!!
“yap…papah mau mandi dulu…” ujarku singkat sambil melompat bangun dari 
sofa ruang tengah, tempat aku tertidur semalam. Ough…kepalaku pusing 
banget, lemungkinan besar hasil kolaborasi antara alcohol, dinginnya 
guyuran air es dan nahan libido semalem. Kombinasi yang sadis!
“pah…” panggilan latri menghentikan langkahku
Aku melirik lalu berbalik dan mengangkat alisku, isyarat kepadanya untuk
 melanjutkan perkataannya. Terlihat rambutnya yang sedikit berombak 
masih basah sehabis keramas, dia memakai kaos putih agak longgar 
berpotongan leher lebar dengan hotpants pantai yang longgar pula. Seger 
cuy…
“latri…minta maaf, kalau semalam…merepotkan…dan…berlaku tidak 
sopan…yang…mungkin bikin papah tidak berkenan…latri gak tau kenapa latri
 berani berlaku seperti itu…maafin ya pah…”
“mmm…enak aja minta maaf gitu aja…kamu harus di hukum…” kataku bercanda sambil senyam senyum dan mengangkat-angkat alis
Latri tersenyum, lalu sambil mengangkat-angkat alis juga menirukanku, dia bilang “latri siap di hukum apapun pah…”
“apapun? Hmm…ntar deh papah pikirin hukumannya…” Aku berbalik sambil jual mahal
Dari sudut mata kulihat dia tersenyum genit sambil menjulurkan lidah. Awas ya!
No comments:
Post a Comment