Part 4
“Pak bowo, kita ke 23 dulu ya?” perintah ku pada supir sepulang ngantor sore itu.
“Siap pak! Hehehe... Ada apa pak kok hari ini semangat sekali?”
“Sebenarnya selama beberapa tahun ini ada masalah yang selelu mengganjal
 di pikiran saya, tapi terhitung kemaren udah ada solusinya...”
Supir ku Bowo segera memacu merci kebanggaanu ku menuju kastil rahasia 
itu, dimana selir ku berada. Sambil menunggu tiba di tujuan ku baca 
pesan yang dikirim dokter kepercayaan ku, Dr. Ivan, dia sudah ku beri 
tahu segala sesuatu tentang rencana ku ini, dia pulalah yang 
kupercayakan untuk memonitor kesehatan sekaligus membantu persalinan Dea
 kelak. Aku tak perlu takut dia membocorkan rahasia ku, selain karena 
dia itu sahabat karib ku sejak SMA dia juga gemar bermain wanita, bisa 
dibilang kami setipe lah....
“Tadi pagi sudah cek Dea. Gile, nemu dimana lu barang bagus gini? Klo lu
 bukan temen baik gue udah gue sikat nih anak? Hihi... kapan2 gue 
cicipin bisa ya?
(Serious Matter) Menurut gue Za, anak seumur Dea cukup gampang buat 
hamil, tapi masa kehamilan dan persalinan bakal berat, kemungkinan 
keguguran dan prematur  juga lebih tinggi. Jadi harus dijaga fisik dan 
emosinya.
Klo gw perhatiin tu anak sedih + trauma (ya pantesan aja sih, lu main 
sukanya pake nafsu binatang gitu!! Hehehe...). That’s not good. Za! Klo 
lu serius soal pengin punya anak dari dia, jangan buat dia strees dengan
 cara apapun.
Tadi gue dah titipin obat penyebur ama tejo, itu efeknya ningkatin 
libido juga. Satu pil sehari aja dah cukup. Saran gw sebelum ngentot aja
 minumnya, reaksinya cepet kok”
Wah, cukup serius nih. Entah bagaimana aku harus buat Dea betah disana. 
Ah, klo tidak salah dia kemarin bilang masih mau sekolah, tidak masalah 
akan kucarikan guru privat yang bisa jaga rahasia untuk mengajarnya 
setiap hari. Ini mungkin juga baik untuk putra ku, ku dengar bangsa 
Yahudi menganjurkan para ibu hamil untuk mengerjakan soal2 matematika 
ketika hamil, itulah slah satu penyebabnya mereka memiliki otak 
cemerlang. Tapi yang jelas aku harus cari guru wanita, tidak lucu klo 
aku sampai kecolongan. Lalu dengan menggunakan link ku aku bisa beri dia
 ijasah.
Lalu terpikir juga oleh kalau Dea bisa saja kesepian. Bi minah pembantu 
tua itu satu-satunya yang bisa diajak Dea berinteraksi. Disana ada PC 
yang tersambung internet (e-mail, sosmed, dan cara komukasi lain 
diblokir). Tapi kurasa itu blum cukup. Ketika sedang kupikir2 solusinya 
tanpa terasa aku sudah sampai di 23.
Segera ku datangi Tejo untuk mengambil obat titipan Ivan, dan masuk ke 
dalam. Di dalam kutemukan dea duduk melamun di meja makan. Dia blum 
sadar aku ada di belakangnya. Kuperhatikan Gadis manis itu dari 
belakang, dia memakai kaos putih longgar yang memperlihat sedikit kedua 
pundaknya dan rok putih selutut, rambutnya di ponny tail ke belakang 
memperlihatkan lehernya yang kecil, lalu di belakang tampak tali simpul 
BH hitamnya, sepertinya dia sedang mengenakan BH model bikini tali 
dengan 2 simpul (1 di leher, 1 di punggung). Melihat leher putih itu 
membuat libido ku naik.
“lagi ngelamunin apa sayang?” bisik ku di telinga kirinyanya
Dea kaget dan berdiri berusaha menjauh dari ku namun dengan sigap 
kutangkap kedua pundaknya, ku rasakan dia sedikit bergetar  ketakutan. 
Wah ini nih yg tadi dibilang Ivan, pokoknya jangan sampai dia ketakutan 
sampe depresi. Hari ini aku main pelan aja deh. Segera kusasar pangkal 
leher dea dari belakang.
“ih.. ih.. ih..” racau Dea kegelian
Tidak tinggal diam  ku elus perutnya lalu turun masuk ke rok dan 
menumukan 2 simpul CD Dea, dengan cepat ku tarik lepas kedua simpul itu,
 CD hitam itu pun jatuh diantara kedua kaki dea. Aku turun lagi kebawah 
ke meki sempit itu dan kutemukan clitnya dan kupermainkan. Dea mengeliat
 ku perlukakukan seperti itu. Diam-diam kuambil satu tablet obat dari 
Ivan dan kuletakkan diatas lidah ku. Kemudian tanpa peringatan kulumat 
bibir Dea, memasukan lidah ku kemulutnya, lalu memaksa Dea menelan Pil 
kesuburan itu. Dea tampak tersedak menelan pil itu.
“Itu tadi apa om?”
“Pil ajaib, biar cepet bunting.”
Kukeluarkan kontolku yang mulai mengeras, lalu kuarahkan tangan kanan 
Dea untuk mengocoknya. Dea yang masih polos hanya mengocok sekenanya 
saja. Kuserbu lagi leher jenjang itu sehingga punuh cupangan, Sedangkan 
tanganku naik lagi ke punggungnya melepas simpul BH disana, BH itu 
sekarang hanya mengantung bebas di leher Dea. Kemudian kedua tangan 
kuarahkan ke dadanya, kurasakan pentilnya sudah tegang, mungkin efek 
obat tadi.
“huh.. uh.. uh... uh.. ah... ih” desah Dea geli sambil membusungkan 
dadanya tidak tahan dengan serbuan ku di tetenya. Tanpa sadar dia 
semakin cepat mengocok penisku hingga nyaris keluar tapi ku tahan.
Dengan cepat kulepas rok dea, sekarang dia hanya mengenakan kaos 
sedangkan BHnya hanya tergantung di leher. Ku perintahkan dia berbaring 
telungkup di meja makan, kaki jinjit menjuntai ke lantai. Kuarahkan 
kontolku mekinya, ku rasakan meki itu sudah cukup basah karena serangan 
bertubi-tubi ku tadi.
“oh.. ohh.. uhhh..” Kurasakan sensasi kontol ku perlahan masuk senti demi senti kedalam kehangatan meki Dea.
“ MMMmmhhhhh....” erang Dea
Ku pegang pinggul dea, dan ku pompa memeknya dengan kecepatan tinggi.
“plok... plok... plok... plok... plok...” suara pantat dea dan pahaku beradu
“uuu... Uh... mmmm.... ah aha OOMMM.... uh... Geli.. uh.. memek Dea ggeelliiiii.... iihh.....”
Dea mulai tidak malu-malu untuk mengerang-erang nikmat, liangnya juga 
semakin becek, selama 15 menit ku genjot Dea sebelum kutumpahkan Peju di
 liang nikmat itu.
“Ohh.. OOOMMMMM........” Dea orgasme
Kucabut kontolku yang belepotan lendir putih. Dea tampak terengah-engah 
dengan tatapan sayu memandangku lalu kontolku yang masih ereksi, dia 
mengerti itu artinya kontol ku ini menuntut lebih.
Segera kugendong dia menuju kamar, dan ku rebahkan tubuhnya di ranjang. 
Kulepas seluruh pakaian ku. Ku lucuti semua pakaian yang tersisa di 
tubuh dea. Ku timpa tubuh mungil itu dengan tubuh besar ku, kuterkam 
tete dea, kuremas-remas tete kiri sedangkan tete kanan ku kulum semauku,
 begitu juga sebaliknya. Kotol ku yang yg semakin keras digesek-gesek ke
 liang nikmat Dea, ku tekan-tekan kepalanya ke clitnya. Dea hanya 
ber-uh-uh saja dari tadi meski ku rasa liangnya mulai membanjir kembali.
Tak ingin membuang waktu lama, kaki Dea segera ku kangkangkan dan kuhajar lagi Liang kenikmatan itu.
“MMMHHH..... em... emm...emmm....” erang Dea menerima serangan kontol ku
Tidak sampai 10 menit kemudian Dea merasakan tanda-tanda orgasme, 
Erangannya semakin keras, kakinya menjepit pinggangku, sedangkan 
tangannya meremas sprei kasur dan menarik-nariknya sampai acak-acakan. 
Melihat itu pompaan kontol ku pada mekinya semakin dalam dan cepat,  
tubuh Dea kupeluk erat-erat, wajah kami berdua saling berhadapan.
Memandangi wajah innocent Dea, batin dan nafsu ku bergejolak, lihat 
wajah cantik ini, dia begitu muda, bahkan lebih muda dari anak ku, 
berbeda dengan anak ku yang entah berapa pria yang telah menikmatinya, 
gadis ini begitu suci dan sempurna, baru kemarin aku merenggut kesucian 
itu, dan saat ini aku sedang besetubuh dengannya, menggempur rahimnya 
dengan penis perkasaku, mendominasinya, tidak seberapa lama lagi aku 
akan menanamkan benihku sekali lagi, untuk menyatu dengannya, aku 
benar-benar beruntung menemukan gadis ini untuk jadi ibu putra ku.
“OH.. OH... OMMM.... DEAA..... PIIIIPIIISSSSS.........” desah dea orgasme
Namun Reza tak membiarkan Dea istirahat, karena meki Dea semakin basah Reza semakin meningkatkan frekuensi pompaannya.
Dea membuka matanya sedikit memandang Reza dengan tatapan lemah, Dea 
melihat seorang pria paruh baya yang sedang menggagahinya itu, pria 
seusia ini lebih cocok untuk jadi ayahnya, namun saat ini pria ini malah
 bernafsu untuk menghamilinya.
Tampak setitik air mata menetes dari mata Dea
“heh... heh.... kenapa nangis? Kamu sedih apa sayang?” Tanya Reza sambil terus menggenjot Dea
“mmhhh...... ah.. a...aa.... Ke... napa... Om perkosa Dea.... kaya... giniii...??” tanya Dea dengan susah payah.
“heh...he... Kamu blum ngerti juga? Om pengen kamu Hamil putranya Om.., Buat nerusin perusahaan Om”
“uh..mmm... tapi... uh.. Dea kan belum... Ah... Siap! Masih mau sekolah! ... AAHHH....”
“itu bisa diatur....... OOOhhhhh.....” Erang Reza
Reza semakin cepat memompa Dea, pelukannya semakin kencang. Reza 
menyerang mulut Dea, memaksa masuk lidahnya ke rongga mulut Dea, beradu 
dengan lidah didalam. Mendapat serangan seperti itu tubuh Dea ikut 
menegang. Reza lepaskan nafsu liarnya, nafsu primitif yang dimiliki 
pejantan dari segala mahluk hidup, nafsu untuk membuahi betinanya...
Kontol Reza semakin besar dalam memek sempit itu, genjotan semakin 
meningkat, berkali-kali menghentak titik terdalam dea, mendobrak masuk 
ke rahim Dea. Dea juga merasakan tanda-tanda orgasme, tubuhnya 
melengkung keatas, kakinya semakin kuat menjepit pinggul Reza, Tangan 
tak bisa diam mencengkeram punggung reza,
“Heh... He.... He.... Om nyampe... NIH OM BUNTINGIN KAMU!!” Reza orgasme...
“AAAKKKKKHHHHHHH.............” Dea ikut Orgasme hebat....
Kontol Reza mendobrak ke rahim Dea dan menyemburkan Peju kental itu hingga tumpah ruah.
"Hehe... Telen semuanya ya Dea sayang, Dea pinter,.... Biar cepet 
bunting, heheh..." goda reza lalu mengecup bibir mungil dea sejenak
"Uh.... Uh...." Desah Dea menikmati orgasmenya.
Dea lemas merasakan benda tumpul dibawah sana tengah menyebarkan 
kehangatan dalam tubuhnya, kehangatan itu menghasilkan rasa nyaman pada 
tubuh berkerigatnya yg diterpa dinginnya AC. Namun dalam hatinya ada 
kegelisahan, setelah apa yang terjadi pada dirinya 2 hari ini, Cuma 
masalah waktu baginya untuk mengandung anak Reza.
Dea pantas cemas, tanpa disadarinya Ovarium Dea pun berkontraksi, 
melepaskan Ovum yg telah subur ke rahim Dea. Siap dibuahi sperma Reza. 
Jutaan sperma berlomba-lomba menuju ovum. Slah satu sperma itu menembus 
ovum dan membuahinya, lalu terbelah dua, dan tertanam di rahim mungil 
Dea
No comments:
Post a Comment