- mbak, mau kubantu ? - suara Ratih terdengar saat masuk ke kamar kostku.
- Walah ya jangan repot2, ini kan cuma ngebongkar titipan orang - sahutku
Sambil mengeluarkan macam2 kripik dari dalam kardus2 besar yang baru datang.
- kubantuin makan, maksudku - sambung Ratih cekikikan.
Sambil tersenyum aku mengeluarkan juga pakaian yang terlipat rapi dari kardus2 itu juga.
Ratih tidak bisa diam melihatku mengeluarkan isi paket dari kerdus. 
Kubiarkan sesaat Ratih ikut mengatur memisahkan makanan kering, keripik,
 pakaian dan buku2. Aku teringat sesuatu, tapi terlambat...
- Eih ?!? - Ratih memperhatikan 3 dvd di tangannya.
Movie porno koleksiku ketahuan!!
Ratih berdiri menghindar saat kucoba merebut dari tangannya. Ratih malah
 naik ke tempat tidurku, bersandar dan membolak balik gambar di 
covernya. Biarlah, kupikir Ratih juga sudah dewasa. Baru 2 semester 
berjalan sekolah menengahnya, Ratih sudah termasuk dewasa menurutku. 
Jika ternyata belum melihat hal2 seperti itu .. ya berarti masih lugu 
dan poloslah dia.
- mbak Windy punya film begini ? pinjem ya mbak - katanya bangkit dari tempat tidurku langsung berjalan cepat ke pintu.
- hati2 menyimpannya. - seruku sambil melanjutkan unpacking isi kardusku.
Lama juga memilah isi kardus dan menatanya ke lemari, meja dan kulkas 
kecilku. Setelah semuanya rapi, kuambil kaos longgar dan celana pendek, 
handuk serta perlengkapan mandiku.
Setelah mandi aku keluar kamar mandi, berjalan terus keluar kamarku 
sambil mengeringkan rambutku dengan handuk. Beberapa langkah setelah di 
depan kamar Ratih, kuketuk pintunya.
Dengan lilitan handuk membungkus pinggang hingga pahanya, Ratih 
membukakan pintu dan langsung menarik tanganku masuk ke dalam kamarnya. 
Dikuncinya pintu dan kembali memegang tanganku, menarikku ke depan 
tvnya. Seperti perkiraanku, Ratih masih melihat dvdku tadi.
Masih tertayang seorang pria kulit gelap telanjang dan dua gadis asia 
setengah telanjang sedang beraksi di ruang kantor. Pria itu berlutut di 
depan gadis si rambut panjang yang duduk di kursi dengan paha terbuka 
lebar, kaki yang satu di atas meja. Dengan cepat pria itu menggoyang 
pantatnya maju mundur sementara si rambut panjang mencengkeram tangannya
 ke atas, memegang sandaran kursi di belakang kepalanya sambil berteriak
 seperti kesakitan. Branya telah terbuka menggantung di tangan kirinya. 
Buah di dadanya bergoyang seirama dengan kayuhan pantat si pria. 
Yang rambut pendek berusia belasan tahun terbaring di meja, dengan rok 
seragam sekolahnya telah tersingkap ke atas. Pahanya terbuka lebar, 
kakinya diatas meja, sementara kepala pria itu mencium dan menjilat 
pangkal paha gadis itu. Tangannya pun ikut bermain di sana.
Ratih diam saja saat kuberjalan ke kulkasnya, membuka dan mengambil 
setangkai anggur. Kututup kulkas dan memutar tubuhku menghadap tempat 
tidur, memperhatikan Ratih. Ia tak berkedip melihat tv, duduk di tepi 
tempat tidur, kaki kirinya di atas kaki kanannya, terlihat sedikit 
bergoyang. Terlihat pantatnya juga sedikit bergoyang memutar.
Ratih hanyut dengan tontonannya. Sambil tersenyum aku duduk di selahnya 
sekarang. Kuperhatikan dadanya naik turun agak cepat. Kubiarkan Ratih 
menonton movie itu sampai si pria berdiri dan menghadap meja, ke arah 
gadis sekolah rambut pendek itu. Pria itu mulai menggoyang pantanya lagi
 maju mundur di tengah pangkal paha yang terbuka lebar di atas meja.
Sekarang kuganti cemilanku dengan minuman ringan dari kulkasnya. Belum 
habis minumanku, pria itu telah berteriak, memegang batang kemaluannya 
yang mengeluarkan cairan putih memenuhi wajah gadis itu.
Kuperhatikan Ratih, duduk tegak, tangannya menopang tubuhnya di tempat tidur. Kakinya sedikit terbuka pahanya.
Sekarang!! Dengan cepat kuraih handuk yang melilit bawah tubuhnya, 
kutarik lepas menyingkap bawah tubuhnya yang sekarang terlihat jelas. 
Ratih tidak mengenakan apa2. Ia terkejut.
- Eih!! mbak Windy!!
Tangannya bergerak menutup pangkal pahanya. Saat akan berdiri, kutahan tangannya, sambil terseyum aku berkata
- jangan ributlah, toh punya kita sama. - suaraku menenangkannya.
Ratih mulai tersenym dan kembali duduk tenang.
- tapi punyaku bulunya jarang mbak, masih halus. - tangannya membelah menyisir rambut bawahnya perlahan.
- kalau punyaku sudah banyak keluar, tapi sering kucukur. enak kalau mulai tumbuh lagi, geli2 gimana gitu.
Aku berdiri sekarang menghadap Ratih. Dengan santai kuturunkan sedikit 
calana pendekku, terlihat jelas Ratih memperhatikan milikku. Lalu ia 
membandingkannya sebentar dengan miliknya.
- ah mbak Windy sudah dewasa, dada mbak sudah bagus bentuknya.
- kalau dadaku cuma segini - Ratih kemudian mengangkat baju atasnya, terlihat bra cup nya yang agak kedodoran.
Kutarik ke atas kaosku, kulepaskan sekarang lewat kepala. Setelah 
meletakkan kaosku di atas tempat tidur, kupegang bagian bawah kedua buah
 dadaku, sedikit kuremas dan sedikit kuangkat ke atas, sedang kucoba 
kutontonkan pada Ratih.
- punya mbak Windy bagus. mungkin paling bagus diantara anak2 kist sini. - katanya pelan.
- besar, maksudmu ? - jawabku tertawa geli
lalu kuputar bagian belakangku menghadap cermin, menurunkan lebih ke bawah celana pendekku.
- semoga pantatku juga indah ya - komentarku
- padat mbak, apa yang itu disebut bahenol ? - tanya Ratih
- hihihi - tak tahan ku tertawa geli dengan komntarnya. senang juga mendengarnya.
Aku menungging sekarang, memperlihatkan dengan jelas kedua lubangnya di cermin.
Ratih duduk bergeser, ikut memperhatikan apa yang tampak di cermin.
Kutarik celanaku ke atas sekarang, lalu kududuk lagi disebelahnya.
- punyamu sudah basah ? - tanyaku
- apanya mbak ?
- ya yang di bawah pusarmu, terasa basah gak ?
- enggak tau - jawab Ratih.
Ia kini bergerak mundur sedikit di tempat tidur. Lututnya diangkat ke 
atas, kedua kakinya di atas dipan sekarang, pahanya dibuka lebar-lebar, 
mempertontonkan pangkal pahanya. Kedua tangannya membantu membukanya 
hingga kini terkuak. Kulit dalamnya yang merah muda sekarang terlihat 
jelas, agak berlendir.
- sudah pingin pipis ? - tanyaku lagi.
- tadi pingin sih, tapi bukan pingin pipis rasanya. enggak tau gimana gitu - jelas Ratih.
- tapi sudah basah kan ?
Kuambil handuk dan mengusap pangkal pahanya. Ratih diam saja. Kupijit perlahan sekarang.
- sudah mencoba memasukan ke lubangnya ? - tanyaku lagi perlahan
- apaan ? apa maksud mbak Windy ?- tanyanya
- mungkin jarimu kau masukan ?
- tadi memang pingin memegangnya, terasa enak terus keterusan memegangnya. - jelasnya
- makanya kulepaskan celanaku biar enak mengusapnya - jelasnya lagi.
Terlihat pantat Ratih mulai sedikit bergoyang goyang. Aku tidak menghentikan usapan dan pijitanku.
- enak diusap ? - tanyaku lagi.
- tadinya sih - jelas Ratih.
- kalau sekarang ?
Ratih diam, mencoba menikmati usapanku di bawah perutnya.
Kugeser dudukku sekarang, mendekat. kubelai rambutnya, kusisir perlahan. sesekali kuusap juga telinganya. Ratih diam, menatapku.
Sekarang tanganku tanpa handuk membelai pangkal paha Ratih, bagian 
sensitif wanitanya, perlahan naik turun, sesekali membuka lipatannya 
menyentuh tonjolan kecil di dalamnya.
Ratih memjamkan mata. nafasnya mulai terdengar jelas berirama agak cepat.
Kakinya kubuka lebar2, dengan tangan kiriku kupercepat usapan di pangkal paha Ratih.
- hsss ... mbaaak - Ratih mendesis, merebahkan tubuhnya di tempat tidur sekarang.
Kugerakkan tangan kananku ke arah dadanya sekarang. Perlahan kuangkat 
cup penutup buah di dadanya. kuusap-usap ujung kecil di buah dadanya.
- hmmm ... hssss - Ratih bersuara tak jelas
Tangannya memegang tanganku yang di dadanya. Hanya memegang. Aku 
sekarang meremas buah di dada Ratih yang masih ranum itu. Tangan kiriku 
kupercepat mengusap pangkal pahanya.
Ratih mulai melepaskan nafasnya pendek berirama cepat sambil bersuara
- haah!! haah!! haah!!
Kupercepat tangan kiriku mengusap daging kecil di celah2 pengkal paha Ratih.
Perlahan jari tengahku mengusap sekeliling lubang kecil di bawahnya. Sesekali mencoba masuk
- mbaak!! Haah!! Haah!! mbak Windyyy!! haah!!
Dengan ibu jari tangan kiriku aku kini mengusap daging kecilnya, 
sementara jari tengahku mencoba masuk ke lubang bawahnya. semakin cepat 
gerakanku, Ratih kini bergoyang pantatnya. Terus bergoyang mengikuti 
iramaku.
Telah masuk setengah jari tengahku di dalam pangkal paha Ratih. Mulai 
basah jariku itu, tapi tetap tertahan tak bisa masuk lebih jauh.
Dengan jangkauan sedikit masuk ke dalam itulah aku menggerakkannya keluar masuk
Semakin cepat, cepat, lebih cepat, kutambah kecepatannya ...
- mbaaaak Windyyyyy !! - Ratih menyebut namaku dengan menjerit kecil
Tubuhnya bergetar. Bukan bergoyang seperti tadi, tapi bergetar, 
mengejang, otot pangkal pahanya menegang, tangan keduanya menangkap 
tanganku yang bergerak cepat di bagian bawah tubuhnya.
Kemudian diam tak bergerak, kecuali nafasnya naik turun seperti berlari kecil.
Tanganku sudah diam sekarang.
- basah ya ? aku ngompol ya ? tadi seperti pipis rasanya ...
Kuambil handukku tadi, kuusap lagi ke bagian penting Ratih itu.
- enak Ratih?!?
- hmmm ... gimana ya rasanya ... - jawabnya masih telentang.
- punyaku juga sedikit basah lho
Ratih bangkit, duduk sekarang. menatapku lalu memperhatikan bawah pusarku.
- terus aku musti gimana ? - tanyanya
- coba kau ganti dan putar film dvdku. yang India ya ?
Aku beranjak dari tempat tidur ke meja rias Ratih. Ratih dengan cepat 
mengganti dvd dengan film yang kumaksud. Kuraih sisir sikat Ratih yang 
dari karet lunak, kududuk lagi di dipan.
kuraih remote dvd, dan kupilih scene yang paling tengah.
Langsung tampil seorang pemuda keturunan India yang telah telanjang 
bulat, mengikat wanita berdarah India juga yang kini telanjang bagian 
bawah tubuhnya. Wanita berambut pendek seperti lelaki itu menangis di 
tepi tempat tidur, kedua tangannya terikat di satu sudut atas tempat 
tidur.
Kugesekkan pangkal sisir sikat Ratih pada pangkal pahaku berulang ulang.
Ratih yang memperhatikan kegiatanku juga mulai duduk sambil sesekali melihat film itu.
Aku ikut merasakan nikmatku saat pemuda itu memasukan tongkat kehidupan 
di bawah pusarnya dengan paksa ke gadis yang terikat itu. Bersaamaan itu
 juga masuklah pangkal pegangan sisir sikat Ratih ke dalam lubang 
bawahku. Terasa sesak lubangku dipenuhi pangkal sisir itu yang semakin 
masuk, semakin lebar pangkal sisir itu.
- AArhhhhh!! - aku merasakan nikmat saat kutarik dan kumasukan lagi berulang-ulang
Ratih di sebelahku mulai mengusap bawah perutnya juga, mengikuti 
iramaku. Ratih duduk terbuka lebar lagi sambil memperhatikanku dan tv 
bergantian.
Nikmat yang kurasakan menambah sensasi kami berdua saat wanita di tv 
mulai berteriak2 menangis menjerit-jerit. Sisir itu telah cepat keluar 
masuk membantuku mencapai nikmat yang kucari.
Ratih mulai mengerakkan jemarinya ikut2 memasuki lubangnya sendiri.
Tambah cepat nafasku saat melihat Ratih mulai bergoyang menikmati usahanya.
Wanita di tv terlihat megejang, sementara pemuda itu menghentikan 
kegiatannya tuk berganti posisi, menduduki paha wanita itu dan mencoba 
memasuki lubangnya dengan pusaka miliknya.
- haaah!! mbaaak!! - Ratih merintih, saat tanganku ikut meremas dadanya. 
Aku bergerak cepat, menggeser dudukku mendekati Ratih.
- haah!! bantuin Ratih!! haah - seruku
Kudekati tangan Ratih yang menyangga tubuhnya, kuraih dan kuarahkan ke 
sisirnya sendiri yang keluar masuk di lubang kenikmatanku.
Ratih yang sekarang ikut memegang sisir itu, melai mengikuti irama tanganku. 
- haah!! haah!! yang cepat!!
Sekarang kubiarkan Ratih sendiri yang melakukannya. Kubuka pangkal 
pahaku lebar2 menghadapnya, kuangkat sedikit lubangku, kini Ratih mulai 
mempercepat tusukannya.
- HAAAAHHH!! - suaraku keluar saat tanganku bergerak,
mengusap dan menekan daging kecil di dalam lipatan bawah tubuhku. Ratih 
tetap menusukku dengan irama yang kurasa bertambah lama bertambah cepat.
 Nikmat dan sensasi yang luar biasa, terbawa suara di tv yang nyaring. 
Benar2 terasa penuh lubangku saat Ratih membenamkannya, dan terasa 
nikmat sensasinya saat Ratih menarik dan membenamkannya lagi dengan 
cepat.
Tak kuasa aku menahan getaran dan kejangnya otot di seluruh tubuhku saat puncak nikmat yang kucoba raih itu datang ...
- AAAAAAAAAAAARRRRGGGHHHH !!!!
Betul2 serasa mengeluarkan kepuasan yang tiada tara melalui bawah tubuhku ...
Kubiarkan Ratih menusuk lubangku beberapa kali, lalu kutahan dengan kedua tangannku mencoba menghentikannya. 
Tangan Ratih yang satu masih menusukkan jemarinya ke lubang miliknya 
dengan cepat sekali. Ia terlihat ingin juga menikmati puncak 
permainannya. Tak beberapa lama sebelum sempat kubantu ...
- hah!! hah!! HAHH!! HHAAAA!! HAAARRGHHH!!! MBAAAAAAAAKKKK!!!
tubuhnya menegang, bergetar sesaat, perutnya naik turun cepat, kemudian 
merangkulku. Kami berbaring sekaarang, aku tertindih tubuhnya yang penuh
 keringat. Masih merangkulku dan menyandarkan kepalanya, terdiam tak 
bergerak.
Bebearpa saat kemudian Ratih sesenggukan menangis ...
- huhuuu - berbisik ia dalam tangisnya
- aku sudah tidak perawan lagi ya? Huuu huuu ... - 
Kuangkat tanganya yang dipakainya sendiri, kuperhatikan ada lendir membasahinya dan sedikit merah ...
- entahlah Ratih, aku tidak yakin itu darahmu, tetapi tenang sajalah, 
kau sudah memdapat apa yang kau cari tadi - bisiku perlahan ...
Setelah beberapa lama kami berpelukan, aku mulai meninggalkannya di 
tempat tidur, merapikan celanaku dan mengenakan kaosku. Kuambil 
handukku, dan bergerak keluar kamarnya, masuk lagi ke kamarku tuk mandi 
lagi.
-----
- Begitu deh mas ceritanya - berbisik Windy perlahan
- Lu gila ya Windy, cerita detail begitu ke gue ? - tanyaku perlahan sambil tersenyum.
- Lah, kan mas sendiri yang ingin dengar ceritanya.
- Iya, tapi aku sekarang kan bingung mau ke mana. Pelabuhanku sekarang 
sedang ke Manado, yang lain di Singapore dengan bossnya. Yang lain 
sedang terbang dengan flight maskapainya. Kemana kapal selamku musti 
berlabuh? Ah dasar kau sukanya bikin pusing - kutatap matanya.
Kusandarkan badanku ke kursi, kutarik kedua tanganku menopang kepalaku.
Windy menggeser kursinya, dari hadapanku tadi, sekarang kursi yang 
beroda itu telah berada di sebelahku. Sambil mendekatkan wajahnya ia 
tersenyum sambil berbicara perlahan :
- asyik kan ceritanya ?
- Untung gak ada yang dengar ceritamu tadi. - kataku sambil memperhatikan kiri kanan.
- Hari Sabtu begini, kantor ini biasanya sepi mas. Jarang ada yang lembur sampai sore begini.
- Kalau bukan karena menemani mas membackup data akuntasi perusahaan ini tiap hari Sabtu, aku juga gak bakal ke sini mas.
- Lah, bukannya tiap minggu kamu ke sini ngeberesin pembukuan ?
- hiyo hiyo. terserah deh mas. tapi sekarang pokoknya sepi. tenang aja. office boy kan sekarang doyan maen facebook mas.
- mas aja yang freelance di sini tidak memperhatikan. mas cuma hari2 tertentu sih datang ke kantor kami.
Kulirik Windy sekarang. Ia masih memajukan tubuhnya ke arahku. Terlihat 
bibir merah mudanya yang basah, kemeja atasnya yang ketat sekarang 
memperlihatkan belahan dadanya yang indah.
Matanya menatapku tak berkedip. Windy memperhatikan mataku melirik dadanya, turun ke paha seakan menelanjangi tubuhnya.
Kuturunkan tanganku sekarang, dengan jarak dekat begini kuraih rambut di atas telinganya.
Kusisir pelahan kebelakng. Windy bergerak mendekat, meletakakan tangannya dipahaku.
Segera kutarik kepala Windy, kucium bibirnya, kuhisap dalam2, lidahku juga mencoba melumat rongga mulutnya.
Kuhentikan ciumanku, terlihat mata Windy terpejam dan sedikit terbuka mulutnya.
- Di mana ruang meetingmu ? - kubertanya sambil mengajak Windy berdiri, menarik tangannya.
Windy berjalan cepat ke arah ujung ruangan yang luas ini. Kulewati 
lorong kerja disekitar meja kerja karyawan kantor ini. Di salah satu 
meja yang komputernya menyala terlihat pemuda yang sedang mengetik di 
keyboard, berinteraksi dengan monitornya yang menampilkan facebook. 
Office boy sedang sibuk sendirian sekarang.
Pintu paling ujung telah terbuka, dan Windy menahannya menungguku masuk.
Setelah melewatinya, terdengar pintu tertutup perlahan dan kudengar suara kunci diputar.
Sekarang ku berdiri menghadap meja besar di ruangan kecil ini. Terlihat 
Windy bergerak cepat menutup gorden jendela di dua sisi ruangan ini. 
Meskipun siang, terasa remang cahaya yang masuk sekarang.
Windy berjalan ke arahku, memutari meja sekarang. Tangannya bergerak 
melepaskan kancing baju atasnya. Sesampai di depanku Windy hanya 
mengenakan bra, memperlihatkan buah di dadanya yang besar dan indah 
tertopang bra gelapnya. Ia kini duduk di atas meja menghadapku.
tangannya kebelakang sesaat, kemudian terlihat rok bawahnya mulai longgar pinggangnya.
Sambil mendekat, kubuka resleting celanaku jeansku.
Kuraih kedua tangannya dan kutarik menyuruhnya turun meja. Rok bawahnya sekarang terlepas saat Windy berdiri menghadapku.
Kuraih kursi dan kuajak dia berlutu sementara aku duduk di kursi itu. 
Kuhadapkan kursi ke arahnya, kuperlebar ruang resletingku dengan menarik
 sampai ujung bawah, lalu kuturunkan celana dalamku. Kuraih pusakaku 
yang setengah berdenyut itu. Batang pusakaku kini telah menjulang keluar
 diantara delah resleting.
- hmmm - Suara Windy terdengar, saat meraihnya.
Geli dan nikmat langsung mengalir dalam aliran darahku saat Windy mulai 
memasukan dalam mulutnya. Kepalanya mulai maju mundur, dan tangannya 
mulai melepaskan kaitan ikat pinggangku. Dibukanya kancing atasnya dan 
kini dengan sedikit membungkuk Windy sekarang telah menaik turunkan 
kepalanya, menelan ujung pusakaku sampai terasa sangat geli sekarang.
Kusandarkan tubuhku, dan kuraih kepala Windy.
- oowwhh - tambah geli aku sekarang, saat mulutnya menjepit pusakaku sambil naik turun.
Kubiarkan ia memijit pangkalnya sekarang. Perlahan ia mulai mengurutnya 
ke atas dan menekannya ke bawah. Lalu bertambah cepat. Dan sekarang 
lebih cepat lagi.
Sungguh nikmat yang terkira di gedung ini kurasakan.
- iihh - aku terkejut
Rasa sensasi nikmatku bertambah saat Windy menhisapnya.
Terasa beberapa detik cepat berlalu, berlomba dengan gerakan Windy. 
Segera kulepas kekangan yang kutahan semenjak mendengar cerita Windy 
dari tadi. 
Ujung nikmatku telah sampai. Kubenamkan kepala Windy ke pangkuanku, tak 
kulepas saat kusemburkan energi di bawah pusarku. Windy memejamkan mata 
saat menghisap semua energiku, menelannya dan menyapu sisanya dengan 
lidahnya.
Bukan main ... ada kenangan baru aku di hari Sabtu ini.
- enak mas ? - Tanya Windy sambil mengusap mulutnya
- sebentar ya. - Windy berdiri, ke arah lemari kecil.
Dituangnya air di gelas dan meminumnya satu dua teguk. Kemudian disodorkan ke arahku.
Kusambut. Kuraih pergelangan tangannya yang memegang gelas. Aku berdiri 
dan memutar tubuhku sambil menarik Windy untuk duduk di kursiku tadi.
Windy meletakkan gelasnya di meja, dan langsung memegang kepalaku yang 
sudah menyeruduk masuk ke pangkal pahanya. Celana dalam hitamnya telah 
kutekan dengan wajahku menusukan hidungku ketengah tengahnya. Tercium 
wangi kainnya. Kugosok gosokkan mukaku ke situ. Berputar putar, naik 
turun, kiri kanan.
- huaaahh ... massss 
Perlahan tanganku ke pinggulnya, menarik ke bawah kain celaan dalamnya. 
kuturnkan sampai matakaki. Windy menggerakan sendiri kakinya hingga 
terlepas kain itu. 
Saat kuangkat kepalaku menatapnya, terlihat buah di dada Windy mulai 
menarik keinginanku meremasnya. Kubuka bra hitamnya. Kuremas2 keduanya. 
Windy mendesah.
Kuputar kursinya, Windy sekarang kurangkul dari belakang di tempat 
duduknya. Kuremas sekali lagi dadanya. Kupijat dan kuremas hingga 
keujungnya. Windy mengangkat kepalanya ke atas.
- haaahhhhsssss maassss
Kutarik kuajak berdiri dia sekarang. Kuangkat satu kakinya dan kunaikkan
 ke kursi. Kuremas pahanya. Kuremas atasnya sedikit. Perlahan remasanku 
naik, hingga ke paha bagian dalam di pangkalnya. windy menggigil
Perlahan remasan dan pijitanku sudah sampai ke pangkal pahanya. sudah 
sampai ke belahan bawah pusarnya. Kupermainkan daging kecil itu. Ia 
melenguh mengeluarkan udara lewat mulutnya.
Windy menarik tanganku. Ia beringsut sedikit ke meja, lalu duduk di meja
 menghadapku. Agak bergeser sedikit, ia sekarang mengangkat kedua 
kakinya di meja lebar itu. Windy melebarkan pahanya ke arahku. Terlihat 
rapi sisiran bulu bawahnya menutupi lipatan bagian vitalnya.
Windy merebhakan dirinya ke meja sambil bergerak menanti gerakanku selanjutnya.
Segera saja kutarik kursi duduk, menghadap meja, memeluk kedua pahanya 
dan membenamkan mukaku kebelahan tengah tubuh bawah Windy ...
- shayyhhaaanggg !!! hooooohhhhh!!! - serunya berulang ulang beberpa lama
Windy bergetar, saat kumulai menjiat bagian2 penting di area lubang itu.
- huuooh!! hah!! ssshhhh hhaah !!!
Windy terus mengeluarkan suara saat kujilat dengan lidahku yang bergerak cepat di situ. 
Kuturnkan tanganku dan mulai mengurut pusakaku yang mulai setengah tegang lagi itu.
- haah!! mass!! saa ... yaaang!!
Windy berceloteh tak jelas ...
Lidahku lebih cepat bergerak sekarang.
- yes mas !! huuuuh !!!
Kuhentikan jilatanku, aku berdiri sekarang.
- hhmmmm ... mmmm ... - Windy mengerang,
badannya bergoyang, menyodorkan lubang miliknya ke arahku. matanya terpejam, kedua tangannya meremas sendiri kedua buah dadanya.
Kutempelkan ujung pusakaku langsung di pintu masuk lubang Windy.
- hooh yes mas ... sekarang sayang ...
Kumasukkan kepala pusakaku ke lubang berlendir itu. kutarik lepas dan 
segera kumasukkan lagi kepalanya. berulang ulang dengan irama yang 
semakin cepat.
- hah!! hah!! haahhh!! - nafas Windy memburu gerakanku
beberapa saat kemudian, kumasukkan semua pusakaku, kubenamkan semua ke dalam lubang Windy.
- aaauuwwooooooooohh - mulut Windy makin bersuara memikat
Akhirnya kusaat kubenamkan dalam2 itulah aku segera melakukan getaran 
sedikit menarik dan dengan penuh memasukkannya. Kjulakukan sangat cepat 
iramanya, secepat gerakan drill bor yang sangat cepat itu.
- HAUW HAUW HAUW HAUW .... - suara Windy terdengar ikut bergetar cepar 
Kutambah getaranku dan kupercepat
Segera saja Windy bergetar, menggelijang, menegang otot perut dan 
pahanya, mulutnya terbuka tak bersuara ... kemudian tangannya mengangkat
 pahanya, ikut2 bergetar sesaat lagi ...
Kuhentikan kegiatanku, kubiarkan Windy meresapi nikmatnya di atas meja 
meetingnya. Kulepaskan pusakaku, dan kuremas2 tuk menjaga tetap tegang.
Kemuian kutarik kakinya turn meja, kuraih tangannya mengajak berdiri. 
kuputar badannya dan kuarahkan menungging, tangannya memegang pinggir 
meja. Kuarahkan pusakaku dan mulai kudororong memasuki lubang Windy 
sekali lagi. Windy mendesah sekali lagi. sampai ia berjinjit berdirinya,
 menopang tubuhnya dengan jari kakinya.
Kuteruskan kegiatanku menghujam lubang milik Windy dengan pusakaku, 
dengan sebentar sebentar berganti posisi. Dari menungging di pinggir 
meja, berpindah ke kursi, kemudian menungging di karpet. Hingga akhirnya
 Windy teelentang di karpet dengan kaki berlipat di atas tubuhnya, 
menahan tubuhku di atasnya yang naik turun secara cepat menindih Windy. 
Di posisi demikian aku merasakan kenikmatan memenuhi lubnag Windy dengan
 pusakaku, mengoyaknya, memutar dan bergetar cepat menekan pangkal 
pahanya.
Hingga akhirnya kucapai lagi ujung kenikmatan yang memuaskanku sekali lagi.
Lelah aku telentang di karpet ruang meeting itu tuk beberapa saat. 
Sampai kuingatkan Windy tuk memperhatikan cahaya luar gedung yang telah 
mulai gelap, senja mulai tiba. Waktunya tuk meninggalkan gedung ini.
- makan malam di kostku aja ya mas .... - tangannya masih memeluk erat salah satu tanganku.
- lah emang kau masak apa ? seharian kita di kantormu begini - candaku di dalam lift.
- kita di Tebet mampir ke McD lalu kita makan di kakamarku.
- Ok, aku ke pos satpam dulu nitip motorku tuk parkir lama ya.
Sesampai di kamar Windy di kostnya, bukannya makan pesanan makanan yang kami bawa,
Windy sudah berinisiatif melucuti pakaianku, berusaha membangkitkan 
garirahku dan kita bergumul di ranjangnya. Setelah aku dan Windy 
terlentang menikmati puncak kepuasan yang tercapai, rasa lapar kami 
datang lagi. Sambil makan, Windy menawariku menginap.
- ini kunci cadangan kamarku. - Windy menyodorkan anak kunci.
- besok malam mas masuk sini aja duluan kalau aku belum nyampai.
Lah, ini pemaksaan secara halus, pikirku. Kuterima kuncinya, dan 
menyalakan tv menyaksikan film lepas yang tayang malem itu. Setelah film
 selesai, Windy menggantinya dengan salah satu dvd nya. Dari covernya 
aku sudah bisa menebak, film apa yang bakal kulihat sekarang.
Ditengah film panas Windy itu terlihat Windy melepaskan lagi dasternya 
kemudian menciumi perutku dan bawah pusarku. Melepaskan celanaku dan 
mengulum lagi pusakaku. Akhirnya dibantu film dan usaha Windy itulah aku
 bisa mulai menyambut ajakan Windy lagi.
Terasa Windy seperti ketagihan dengan apa yang diperolehnya malam Minggu
 ini. Ia selalu menginginkanku memuaskannya, meskipun aku kelelahan. 
Kubantu Windy mencapai ujung pencapaiannya hingga terasa sampai energiku
 habis kuekspose malam itu.
Ditengah lelapnya tidurku, jam alarm Windy membangunkam kami di siang 
hari, segera aku bergerak hendak mandi. Belum sampai aku berdiri dari 
tempat tidur, Windy sudah merangkulku dari belakang dan tangannya turun 
ke arah bawah pusarku.
Fenomena pagi kaum laki2 inilah yang ternyata di tunggu Windy. Pusakaku 
memang sedang tegang dan kencang sekali saat bangun pagi ini. Ini juga 
yang selanjutnya membuat Windy merintih dan mengerang dalam usahanya 
mencapai kepuasannya. Windy duduk di bawah pusarku sambil menggesekan 
pangkal pahanya maju mundur, mememuhi lubangnya dengan pusakaku. Dan 
Windy berulang-ulang memulainya lagi meskipun ia telah mencapainya 
berulang ulang. Di pagi ini juga aku bisa memberitahu Windy melalui 
kemampuanku, jika aku bisa membantunya mencapai kenikmatan dan puncaknya
 berkali-kali sebanyak yang dia mau. Aliran darahku sedang lancar, 
konsentrasiku masih segar, nafasku dapat kuatur menjaga jantungku 
memompa tekakan darahku menstabilkannya. Selalu kupercepat gerakanku tuk
 menggetarkan lubang di bawah tubuh Windy, yang membuatnya senang 
menggelinjang mencapai kenikmatannya.
Hingga akhirnya Windy menyudahi ketagihannya, mencapai klimaks 
terakhinya saat di kamar mandi. Di depan tubuh Windy yang duduk di 
toilet itulah aku mengakhirinya. Kuhujamkan dengan cepat getaran 
pusakaku di pangkal pahanya yang terbuka lebar itu. Semprotan air hangat
 di shower yang kuarahkan ke bawah pusarnya membuatnya berteriak 
menggigil, bergoyang tubuhnya menggelepar, bergetar otot pahanya, 
tangannya dengan keras meremas pantatku. Kuakhiri juga nikmatku, 
mencapai kepuasanku dengan menyemburkan cairan energiku dalam lubang 
istimewa milik Windy yang terengah-engah.
Sudah berapa bulan aku melewatkan kesempatan seperti ini sejak betemu 
dan berkenalan dengannya? Kalau saja aku lebih sadar melihat peluang dan
 kesempatan.
Entahlah, tapi aku punya semangat hidup yang lebih tinggi lagi sekarang ..
No comments:
Post a Comment