Kisah ini terjadi dua tahun yang lalu yaitu ketika masih umur 22 tahun 
dan masih kuliah di tahun ke-tiga. Dalam libur Natal selama seminggu, 
sepupu jauhku (anak dari sepupu mamaku) dari Semarang datang berkunjung 
ke sini untuk menghadiri undangan pernikahan sekalian mengisi liburan. 
Namanya Yessica, dia lebih muda dua tahun dariku dan sedang kuliah tahun
 kedua di sebuah PTS di kotanya. Setelah lama tidak bertemu, hampir 
tujuh tahunan aku sendiri agak pangling ketika menjemputnya di bandara, 
soalnya penampilannya sudah jauh berbeda. Dia yang dulunya pemalu dan 
konservatif kini telah menjadi seorang gadis belia yang modis dan 
mempesona setiap pria, tubuhnya putih langsing dengan perut rata, 
rambutnya juga hitam panjang seperti gadis Sunsilk. Dia tiba di sini 
sekitar pukul tujuh malam, dari bandara aku langsung mengajaknya makan 
malam di sebuah kafe. Ternyata dia enak juga diajak ngobrol karena kami 
sama-sama cewek gaul, padahal waktu kecil dulu kami tidak terlalu cocok 
karena waktu itu dia agak tertutup.
Keesokan harinya aku mengajaknya jalan-jalan menikmati kota Jakarta 
serta sempat berkenalan dengan Ratna dan cowoknya yang kebetulan bertemu
 waktu lagi shopping di TA. Royal juga saudaraku yang satu ini, 
belanjaannya banyak dan semuanya bermerk, aku saja sampai geleng-geleng 
kepala melihatnya. Malamnya sepulang dari undangan yang diadakan di 
sebuah restoran mewah di ibukota, aku langsung menjatuhkan diri ke kasur
 setelah melepaskan gaun pestaku dan menyisakan celana dalam pink saja. 
Aku rebahan bugil di ranjang merenggangkan otot-ototku sambil menunggu 
Yessica yang sedang memakai kamar mandi, dia tadi minum alkohol lumayan 
banyak, kemungkinan dia muntah-muntah di dalam sana kali pikirku.
"Yes, sekalian ambilin kaos gua di gantungan baju di dalam dong," 
pintaku ketika dia keluar limabelas menit kemudian, matanya nampak sayu 
karena pengaruh alkohol dan kelelahan.
Dia memberikan kaos itu padaku lalu memintaku membantu melepaskan kait 
belakang gaun malamnya. Setelah memakai kaos, aku membuka kait dan 
menurunkan resleting gaunnya. Yessica pun memeloroti gaunnya sehingga 
nampaklah dadanya yang montok, ukurannya tidak beda jauh dengan milikku,
 cuma putingnya lebih kecil sedikit dari punyaku. Hanya dengan bercelana
 dalam G-string dia berjongkok di depan kopornya mencari pakaian tidur.
"Kenapa Ci? Kok ngeliatin gua terus, jangan-jangan lu..?" katanya 
nyengir karena merasa kulihat terus tubuhnya sambil 
membanding-bandingkan dengan tubuhku.
"Yee.. Nggak lah yaw!! Dasar negative thinking aja lo ah!" ujarku sambil tertawa.
Malam itu, sambil berbaring kami ngobrol-ngobrol, pembicaraan kami cukup
 seru dari masalah fashion, kuliah, cinta dan sex sehingga bukannya 
tertidur, kami malah larut dalam obrolan dan canda-tawa. Terlebih lagi 
ketika memasuki topik seks dan aku menceritakan secara gamblang 
kehidupan seksku yang liar, dia terkagum-kagum akan keliaranku dan 
kelihatannya dia juga terangsang.
Namun ketika gilirannya bercerita, suasana jadi serius, di sini dia 
menceritakan dirinya sedang ribut besar dengan pacarnya yang selingkuh 
dengan cewek lain, aku dengan penuh perhatian mendengarnya curhat 
padaku. Nampak matanya berkaca-kaca dan setetes air mata menetes dari 
matanya yang sipit, dia memeluk bantal lalu menangis tersedu-sedu 
dibaliknya. Sebagai wanita yang sama-sama pernah dikhianati pria, aku 
juga mengerti perasaannya, maka kurangkul dia dan kuelus-elus 
punggungnya untuk menenangkannya. Aku berusaha keras menghiburnya agar 
tidak terlalu larut dalam kesedihan dan memberikan air putih padanya.
Beberapa saat kemudian tangisnya mulai mereda, dengan masih sesegukan dia memanggil namaku.
"Hh-mm.. Apa?"
"Ci, tadi lu bilang lu pernah bikin film bokep pribadi kan ya (adeganku yang disyuting Verna, baca 'Pembalasan Verna')?"
"Mm.. Iya, so what?" jawabku sambil mengangguk.
"Boleh gua liat nggak, hitung-hitung penghilang stress.. Boleh ya?"
"Ehh.. Eh.. Gimana ya? Sekarang?" aku bingung karena risih juga kalau film pribadiku dilihat orang lain.
Akhirnya karena didesak terus dan mengingat sama-sama cewek ini, akupun 
menyerah. Kunyalakan komputer di seberang ranjangku dan mengambil 
VCD-nya yang kusimpan di lemari. Yessica adalah orang pertama di luar 
geng-ku yang pernah menonton vcd ini. Gambar di layar komputer 
memperlihatkan diriku sedang dikerjai para tukang bangunan, serta adegan
 seks massal dimana Verna juga belakangan ambil bagian didalamnya 
membuat jantung kami berdebar-debar. Yessica nyengir-nyengir ketika 
melihatku yang tadinya berontak akhirnya takluk dan menikmati diperkosa 
oleh empat kuli bangunan itu.
"Hi... hi... hi... Malu-malu mau nih yee!" godanya yang kutanggapi dengan mencubit pahanya.
Aku merasakan vaginaku becek setelah menonton film yang kubintangi 
sendiri itu, kurasa hal yang sama juga dialami oleh Yessica karena waktu
 nonton tadi dia sering menggesek-gesekkan pahanya.
"Ci, gua juga mau dong bikin bokep pribadi kaya lu" pintanya yang membuatku kaget.
"Ngaco lu, jangan yang nggak-nggak ah, nanti gua dibilang ngerusak anak orang lagi, nambah-nambah dosa gua aja!" aku menolaknya.
"Aahh.. Ayolah Ci, lagian gua juga sudah nggak perawan ini, sudah basah jadi tanggung sekalian aja mandi"
"Jangan Yes, gua nggak enak ke lu"
"Ayolah, gua cuma mau ngebales aja kok, Napoleon juga membalas 
berselingkuh waktu tahu istrinya selingkuh, itu baru adil, ya kan" 
katanya sok sejarah.
"Ya.. illah.. Napoleon aja sampai dibawa-bawa, kalaupun gua mau, bikinnya sama siapa, cowoknya mana?"
"Di villa aja Ci, penjaga villa lu masih kerja di sana kan? Sekali-kali gua mau coba gimana rasanya kontol kampung nih, please"
Karena didesak terus dan dia sendiri yang minta, maka akupun terpaksa 
menyetujuinya, lagian aku sendiri sudah lama tidak berkunjung ke sana, 
pasti Pak Joko dan Taryo senang apalagi aku ke sana membawa 'barang 
baru'.
Kami tidur sekitar jam duabelas dan bangun jam delapan pagi. Setelah 
sarapan, kami mengemasi barang bawaan, lalu pamit pada mamaku 
memberitahukan bahwa kami akan ke villa. Aku memakai baju untuk suasana 
rileks berupa halter neck merah yang memperlihatkan punggungku dipadu 
dengan celana pendek jeans yang ketat. Yessica memakai gaun terusan mini
 yang menggantung sejengkal di atas lutut, rambutnya yang panjang diikat
 ke belakang dengan jepit rambut Tare Panda. Kami berangkat dari Jakarta
 sekitar jam sepuluh dan tiba di tujuan jam satu lebih, gara-gara 
liburan yang menyebabkan jalan agak macet.
"Sudah siap lu Yes? Kalau mau berubah pikiran belum telat sekarang, tapi
 kalau mereka sudah ngerjain lu, gua nggak bisa apa-apa lagi" tanyaku 
ketika sudah mau dekat.
"I'm ready for it, lagian gua juga mau tahu rasanya diperkosa itu kaya apa" katanya yakin.
Kamipun sampai ke villaku, Pak Joko membuka pintu garasi beberapa saat setelah kubunyikan klakson.
"Waduh Neng, sudah lama kok nggak ke sini.. Bapak kangen nih!" sapanya menyambut kami.
"Iya Pak.. habis Citra sibuk banget sih di Jakarta, kalau libur baru 
bisa main," kataku, "O.. Iya Pak, kenalin itu sepupu Citra, namanya 
Yessica"
Pak Joko terkagum-kagum memandang Yessica yang baru saja turun dari 
mobil, Yessica juga mengangguk dan tersenyum padanya. Kusuruh Yessica 
meletakkan dulu tasnya di kamar sementara kami mengeluarkan barang, 
setelah dia masuk, Pak Joko berbicara dengan suara pelan padaku.
"Eh.. Neng, Neng Yessica itu boleh dientot apa nggak, habis nge-gemesin banget sih, ayunya itu loh"
"Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng langsung mikirnya gitu"
"Duh, maaf-maaf Neng kalau nggak boleh, Bapak khilaf Neng"
"Nggak kok Pak, Bapak nggak salah, justru dia yang ngajak ke sini minta 
digituin, malah minta disyuting lagi Pak, Bapak mau kan disyuting, 
tenang aja Pak buat koleksi pribadi kok"
Pria setengah baya itu menunjukkan ekspresi senang mendengar jawabanku, 
dia langsung bergegas mau menemui Yessica untuk langsung mulai. Tapi 
buru-buru kutahan dengan menarik lengannya.
"Eh.. Sabar-sabar Pak nanti dulu dong, kita harus cari suasana dulu biar
 lebih hot, lagian kita lapar nih mau makan siang dulu, Bapak sekalian 
ikut makan aja yah" kataku sambil menyerahkan sekotak ayam goreng KFC 
dan menyuruhnya menyiapkan nasi.
"O iya Pak, si Taryo ada nggak? Mau manggil dia juga nih" tanyaku pada Pak Joko yang sedang beres-beres.
"Wah kurang tahu tuh Neng, telepon aja dulu"
Aku pun lalu menelepon vila sebelah, baru kujawab teleponnya setelah 
beberapa kali di sana bilang 'halo.. Halo.. Siapa ini?' untuk mengenali 
suaranya. Setelah yakin itu suara Taryo aku lalu mengundangnya ke sini 
dan mengutarakan maksudku. Tentu dia senang sekali ditawari seperti itu,
 tapi dia cuma bisa menemani hari ini saja karena dia bilang besok siang
 majikannya mau datang berlibur. Ketika kututup telepon, dibelakangku 
Yessica baru saja turun dari tangga lantai atas.
"Ngapain aja lu, lama amat beresin barang, yuk makan dulu, lapar nih!" kataku.
"Duh sori tadi sakit perut, kepaksa setor dulu ke WC deh"
Aku memberi usul bagaimana kalau kita makan di taman belakang dekat 
kolam renang saja, mumpung cuaca juga bagus, juga kusuruh Pak Joko 
menggelar tikar seperti piknik. Ketika lagi beres-beres bel berbunyi, 
itu pasti Taryo pikirku. Aku menyuruh Pak Joko meneruskan beres-beres 
sementara aku ke depan membukakan pintu.
Taryo, si penjaga villa tetangga, muncul di depan pintu dan langsung 
memelukku begitu pintu kututup. Kami berpelukan dengan bibir saling 
berpagutan, tangannya mengelusi punggungku turun hingga berhenti di 
pantat, di sana dia remas bokongku yang montok. Serasa sepasang kekasih 
yang sudah lama tidak bertemu dan saling melepas rindu saja deh, what.. 
Taryo jadi kekasihku? Nggak lah yaw.. Just as sex partner!
"Mmhh.. Jangan sekarang ah, mau makan dulu, yuk sekalian gua kenalin 
sama sepupu gua!" aku melepaskan pelukannya sebelum dia bertindak lebih 
jauh lagi mau memelorotkan celanaku.
"Ehehehe.. habis kangen banget sama neng sih, apalagi neng tambah cantik
 kalau rambutnya kaya sekarang" katanya sambil mengomentari rambutku 
yang sudah lebih panjang dari yang dulu (kini sudah menyentuh bahu) dan 
kembali kuhitamkan.
Aku memberikan piring dan sendok garpu padanya dan mengajaknya ke taman.
 Disana Pak Joko dan Yessica juga baru menyendok nasi dan fried chicken 
ke piringnya. Kami mulai makan dalam suasana santai, obrolan nakal 
mereka meramaikan suasana, malah sekali aku hampir tersedak karena 
tertawa. Taryo menenangkan dengan menepuk-nepuk punggungku dan dadaku, 
ujung-ujungnya tetap meremas payudaraku.
"Apa sih pegang-pegang malah tambah kesedak tahu!" omelku sambil menepis tangannya.
Pelan-pelan Yessica mulai terbiasa dengan suasana seperti ini, dengan 
keudikan kedua orang ini, bahkan dia pun mulai berani jawab waktu 
ditanya aneh-aneh oleh mereka.
"Tuh, pahanya satu lagi, habisin aja Pak!" tawarku.
"Paha? Mana paha?" celoteh si Taryo pura-pura bego sementara tangannya meraih pahaku.
Langsung kutampik lagi tangannya dan disambut gelak-tawa. Setelah semua 
selesai makan limabelas menit kemudian kusuruh Pak Joko dan Taryo 
membersihkan perangkat makan dan mencucinya dahulu sekalian menunggu 
makanan di perut turun.
"Dah nggak risih lagi kan, habis ini kita action nih, siap nggak?" tanyaku pada Yessica.
"Siapa takut, lagian gua seneng bisa ngebales si brengsek itu, biar dia 
tahu cewek juga bisa selingkuh, apalagi gua selingkuhnya sama orang yang
 nggak pernah dia duga" tegasnya.
"Tuh mereka sudah beres Yes, showtime" kataku melihat kedua penjaga 
villa itu keluar, "Pak Joko, tolong handycamnya masih di meja dalam"
Pak Joko pun masuk lagi dan keluar membawa handycamnya. Kami duduk 
melingkar di tikar, aku memberi instruksi bak seorang sutradara. 
Kuperingatkan pada kedua pria itu agar tidak menyentuhku dulu selama aku
 mensyuting, agar hasilnya maksimal, tidak goyang seperti hasil syuting 
Verna.
Setelah semua siap, keduanya merapatkan duduk mereka pada Yessica, terlihat dia agak nervous dibuatnya.
"Santai aja Yes, ntar juga enjoy kok" saranku.
Kamera kunyalakan, tanpa disuruh lagi keduanya sudah mulai duluan. Pak 
Joko meletakkan tangannya di paha Yessica yang duduk bersimpuh, tangan 
itu merabai pahanya secara perlahan dan menyingkap roknya. Taryo di 
sebelah kanan meremas payudaranya, sepertinya agak keras karena Yessica 
meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya menjilati leher 
jenjang Yessica, ke atas terus menggelikitik kupingnya dan menyapu 
wajahnya yang mulus.
Tangan Pak Joko sudah masuk ke dalam rok Yessica yang tersingkap, 
diremasinya kemaluannya yang masih tertutup celana dalam putih tipis 
yang memperlihatkan bulu kemaluannya. Pria kurus itu juga membuka 
resleting celananya hingga penisnya yang sudah tegak menyembul keluar, 
lalu tangan Yessica digenggamkan padanya dan disuruh mengocoknya. Bibir 
mungilnya dipagut oleh Taryo, mereka berciuman dengan hot, lidah mereka 
keluar saling jilat dan belit. Sambil berciuman Taryo menurunkan 
resleting punggung Yessica lalu memeloroti bajunya lewat bahu, juga 
disuruhnya Pak Joko memeloroti yang sebelah kiri, setelahnya bra-nya 
mereka lucuti pula. Kini payudara montok saudaraku yang cantik ini 
terekspos sudah.
Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya dengan liar dan ganas, pipinya 
sampai kempot menyedot benda itu, aku mendekatkan handycam untuk lebih 
fokus ke momen itu.
"Gimana Pak? Manis nggak susunya?" tanyaku sambil mensyuting.
"Mantap neng, ini baru pas susunya!" dia melepas sebentar emutannya 
untuk berkomentar lalu kembali menyusu dan mengorek-ngorek kemaluannya, 
tangan lainnya mengelusi punggung Yessica.
Taryo masih terus menciuminya, lidahnya terus menyapu rongga mulutnya, 
begitu pula Yessica juga dengan liar beradu lidah dengannya. Jempol 
Taryo menggesek-gesek putingnya diselingi pencetan dan pelintiran. 
Yessica sendiri makin intens mengocoki penis Pak Joko sehingga penjaga 
villaku ini terpaksa menghentikannya karena tidak mau buru-buru keluar. 
Kini dia suruh sepupuku merunduk (sehingga posisinya setengah berbaring 
ke samping) dan mengoral penisnya. Dengan bernafsu, Yessica melayani 
penis Pak Joko dengan mulut dan lidahnya, mula-mula dia jilati buah 
pelir dan batangannya dengan pola naik-turun, sampai di kepalanya 
sengaja dia gelitik dengan lidahnya dan dikulum sejenak. Pemiliknya 
sampai mengerang-ngerang keenakan sambil meremasi payudaranya yang 
menggantung.
Taryo menarik gaun itu ke bawah hingga lepas, menyusul celana dalamnya. 
Setelah menelanjangi Yessica, dia melepaskan bajunya sendiri. 
Diobok-oboknya vagina Yessica dengan jari-jarinya, liang itu pun semakin
 becek akibat perbuatannya, cairannya nampak meleleh keluar dan 
membasahi jarinya.
"Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!" desah Yessica disela-sela aktivitas menyepongnya.
Kemudian Pak Joko rebahan di tikar dan dia suruh Yessica naik ke 
wajahnya, rupanya dia mau menjilati vaginanya. Gantian sekarang Taryo 
yang dikaraoke, penisnya yang hitam berurat dan lebih besar dari Pak 
Joko dikocok-kocok oleh Yessica yang sedang mengemut pelirnya. Dia 
menyentil-nyetilkan lidahnya pada lubang kencingnya sehingga Taryo 
mengerang nikmat.
"Ayo dong Neng, masukin aja, jangan cuma bikin geli gitu" kata Taryo 
sambil menekan penis itu masuk ke mulutnya, lalu wajahnya pun dia tekan 
dalam-dalam saking tidak sabarnya sehingga mata Yessica membelakak 
karena sesak. Dia meronta ingin melepaskan benda itu dari mulutnya, tapi
 tangan Taryo yang kokoh menahan kepalanya.
"Sudah dong Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati tercekik dia, kontol lu
 kan gede" bujukku agar Taryo memberinya sedikit kelegaan.
"Non Yessicanya seneng kok Neng, tuh buktinya!" tangkis Taryo 
memperlihatkan Yessica yang kini malah memaju-mundurkan kepalanya 
mengoral penisnya, tapi kepalanya tetap dipegangi sehingga tidak bisa 
lepas.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang tengah asyik mengulum penis 
Taryo, mulutnya penuh terisi oleh batang besar itu sehingga hanya 
terdengar desahan tertahan. Kemudian kuarahkan ke bawah mengambil adegan
 Pak Joko sedang melumat vaginanya, dia menjulurkan lidahnya menyapu 
bibir vaginanya. Tangan kanannya mengelus-elus pantat dan pahanya yang 
mulus, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati payudaranya.
Ekspresi keenakan Yessica terlihat dari gerak pinggulnya yang 
meliuk-liuk. Lidah Pak Joko menjilat lebih dalam lagi, dipakainya dua 
jari untuk membuka bibir vaginanya dan disapunya daerah itu dengan 
lidahnya. Kemaluannya jadi tambah basah baik oleh ludah maupun cairan 
vaginanya sendiri. Walaupun terangsang berat aku masih tetap mensyuting 
mereka sambil sesekali meremas payudaraku sendiri, kemaluanku juga sudah
 mulai lembab.
"Emmh.. Emmhh.. Angghh!" Yessica mendesah tertahan dengan mata merem-melek, tangannya meremasi rambut Pak Joko di bawahnya.
Cairan bening meleleh membasahi vaginanya dan mulut Pak Joko. Pak Joko 
makin mendekatkan wajahnya ke selangkangannya dan menyedot vaginanya 
selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuh Yessica menggelinjang 
hebat dan sepongannya terhadap penis Taryo makin bersemangat. Puas 
menikmati vagina, Pak Joko menarik keluar kepalanya dari kolong Yessica.
 Dia mengambil posisi duduk dan menaikkan Yessica ke pangkuannya. 
Tangannya yang satu membuka lebar bibir vaginanya sedangkan yang lain 
membimbing penisnya memasuki liang itu.
Taryo cukup mengerti keadaannya dengan membiarkan Yessica melepas 
penisnya yang sedang dioral untuk mengatur posisi dulu. Yessica 
menurunkan tubuhnya menduduki penis Pak Joko hingga penis itu melesak ke
 dalamnya diiringi erangan panjang. Pak Joko juga melenguh nikmat akibat
 jepitan vagina Yessica yang kencang itu. Aku mendekatkan kamera ke 
selangkangan mereka agar bisa meng-close-up adegan itu. Yessica mulai 
naik-turun di pangkuannya, payudaranya diremasi dari belakang oleh Pak 
Joko.
Kembali Taryo memasukkan penisnya ke mulut Yessica yang langsung 
disambut dengan jilatan dan kuluman. Kurang dari lima belas menit, Taryo
 sudah mengerang tak karuan sambil menekan kepala Yessica.
"Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!" demikian erangnya panjang.
Pipi Yessica sampai kempot mengisapi sperma Taryo, namun hebatnya belum 
nampak setetespun cairan itu meleleh keluar dari mulutnya, padahal di 
saat yang sama Pak Joko juga sedang menggenjotnya dari bawah. Hingga 
erangan Taryo berangsur-angsur mereda, dia pun mulai melepas penis itu 
dan menjilati sisa-sisa sperma di batangnya. Penis Taryo kelihatan 
sedikit menyusut setelah menumpahkan isinya.
"Wuihh.. Gile bener sepongan Neng Yessica nggak kalah dari Neng Citra" komentarnya.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang sedang menjilati sisa-sisa 
sperma di penis Taryo dengan rakus. Sambil men-charge penisnya, Taryo 
bermain-main dengan payudara Yessica, kedua bongkahan kenyal itu dia 
caplok dengan telapak tangannya dan dihisapi bergantian. Kulit payudara 
yang putih itu sudah memerah akibat cupangan Taryo. Suara erangan 
sahut-menyahut memanaskan suasana.
Yessica terus menaik-turunkan tubuhnya dengan bersemangat, semakin lama makin cepat dan mulutnya menceracau tak karuan.
"Oohh.. Aauuhh.. Aahh!" lolongnya dengan kepala mendongak ke langit 
bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang, didekapnya kepala Taryo 
erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan payudaranya. Momen indah
 ini terabadikan melalui handycamku dan terus terang aku sendiri sudah 
terangsang berat dan ingin segera bergabung, tapi sepertinya belum 
saatnya, nampaknya mereka berdua sedang getol-getolnya menggarap Yessica
 sebagai barang baru daripada aku yang sudah sering mereka kerjai.
Yessica ambruk di atas tubuh Pak Joko dengan penis masih tertancap. Pak 
Joko mendekapnya dan mencumbunya mesra, lidah mereka berpaut dan saling 
menghisap. Kini Taryo yang senjatanya sudah di reload meminta 
gilirannya. Pak Joko pun menurunkan Yessica dari tubuhnya dan ke dalam 
mengambil minum. Kedua pergelangan kaki Yessica dipegangi Taryo lalu dia
 bentangkan pahanya lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisnya ke 
bahu, Taryo menyentuhkan kepala penisnya ke bibir vaginanya.
Walaupun vagina itu sudah basah, tapi karena penis Taryo termasuk besar,
 lebih besar dari Pak Joko, Yessica meringis dan mengerang kesakitan 
saat liang senggamanya yang masih rapat diterobos benda hitam itu, 
tubuhnya tegang sambil meremasi tikar di bawahnya, mungkin dia belum 
terbiasa dengan penis seperti itu. Taryo sendiri juga mengerang nikmat 
akibat himpitan dinding vaginanya
"Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih, asoy!" erangnya ketika melakukan penetrasi.
Aku sebagai juru kamera sudah terlalu menghayati sampai tak sadar kalau 
tangan kiriku menyelinap lewat bawah bajuku dan memijiti payudaraku 
sendiri, kuputar-putar putingku yang sudah mengeras dari tadi. Taryo 
mulai menggerakkan penisnya perlahan yang direspon Yessica dengan 
rintihannya. Pak Joko kembali dari dalam, dia bersimpuh di samping 
mereka lalu meletakkan tangan Yessica pada penisnya. Dia menikmati 
penisnya dipijat Yessica sambil meremas payudaranya.
Taryo menaikkan tempo permainannya, disodoknya Yessica sesekali 
digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya 
meremasi pantatnya yang montok. Yessica semakin menggeliat keenakan, 
desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat bukan sakit. Pak Joko
 merundukkan badannya agar bisa menyusu dari payudaranya, diemut-emut 
dan ditariknya puting itu dengan mulutnya.
Sekitar limabelas menit kemudian mereka berganti posisi karena Pak Joko 
juga sudah mau mencoblos lagi. Kali ini tanpa melepas penisnya Taryo 
mengangkat tubuh Yessica, dia sendiri membaringkan diri di tikar 
sehingga Yessica kini diatasnya. Kemudian Pak Joko menyuruhnya agar 
mengangkat pinggulnya, Yessica lalu mencondongkan badannya ke depan 
sehingga pantatnya menungging dan payudaranya tepat di atas wajah Taryo.
"Bapak tusuk di pantat yah Neng, tahan yah kalo agak sakit" kata Pak Joko meminta ijin.
"Jangan terlalu kasar yah Pak, saya takut nggak tahan" kata Yessica dengan suara lemas.
"Engghh.. Pak!" erangnya saat Pak Joko memasukkan telunjuknya ke 
anusnya, lalu dia masukkan juga jari tengahnya sambil diludahi dan 
digerak-gerakkan untuk melicinkan jalan bagi penisnya.
Setelah merasa cukup, Pak Joko mulai memasukkan barangnya ke sana, 
kelihatannya cukup susah sehingga dia harus pakai cara tarik ulur, 
keluarin satu senti masukkan tiga senti sampai menancap cukup dalam dan 
setelah setengahnya lebih dengan sedikit tenaga dia hujamkan hingga 
mentok.
"Akkhh.. Sakit..!!" erangannya berubah jadi jeritan ketika pantatnya dihujam seperti itu.
Kedua penjaga villa ini bagaikan kuda liar menggarap kedua liang 
senggama sepupuku, kedua tubuh hitam yang menghimpit tubuh putih mulus 
itu seperti sebuah daging ham diantara dua roti hangus, mereka sudah 
bermandikan keringat dan nampak sebentar lagi akan mencapai puncak. Aku 
sejak tadi sibuk berpindah sana-sini untuk mencari sudut yang bagus.
Yessica mulai mengejang dan mengerang panjang menandai klimaksnya. Tapi 
kedua penjaga villa itu tanpa peduli terus menggenjotnya hingga beberapa
 menit kemudian. Mereka mencabut penisnya dan menelentangkan Yessica di 
tikar. Mereka cukup mengerti permintaan Yessica agar tidak membuang di 
dalam karena sedang masa subur, Pak Joko menumpahkan ke wajah dan 
mulutnya, sedangkan Taryo ke perut dan dadanya. Meskipun masih lemas, 
Yessica tetap menggosokkan sperma itu ke badannya. Ketiganya rebahan dan
 mengatur kembali nafasnya.
"Gimana Yes, puas nggak?" tanyaku.
"Aduh Ci.. Lemes banget, kayak nggak bisa bangun lagi rasanya deh!" jawabnya lemas dengan sisa tenaganya.
"Gimana Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua belum dapat nih!" kataku pada kedua orang itu.
"Iya ntar Neng, harus isi tenaga dulu nih!" jawab Pak Joko.
"Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau minum nih haus!" kataku meninggalkan mereka dan menuju ke dalam.
Aku menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya. Setelah menutup 
pintu kulkas dan membalik badan tiba-tiba Taryo sudah di belakangku, 
kaget aku sampai gelas di tanganku hampir jatuh.
"Duh.. Ngagetin aja lu Tar, dateng nggak kedengeran gitu kaya setan aja!" omelku, "Ngapain? Mo minum?"
Tanpa berkata-kata dia mengambil gelas yang kusodorkan dan meminumnya. 
Aku melihat tubuhnya yang telanjang, penisnya dalam posisi setengah 
tegang, pelirnya menggantung di pangkal pahanya seperti kantung air. 
Setelah berbasa-basi sejenak aku mendekati dan memeluknya, berpelukan 
mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu lidah, saling jilat dan 
saling belit, kugenggam penisnya dan kupijati. Elusannya mulai turun 
dari punggungku ke bongkahan pantatku yang lalu dia remasi.
Kemudian kuajak dia ke ruang tengah lalu kupersilakan dia duduk di sofa.
 Aku berdiri di hadapannya dan melepas pakaianku satu persatu hingga tak
 menyisakan apapun di badanku dengan gerakan erotis. Aku berhenti tepat 
di depannya yang sedang duduk, nampak dia terbengong-bengong menyaksikan
 keindahan tubuhku, tangannya merabai paha dan pantatku.
"Neng cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe.." komentarnya terhadap 
bulu kemaluanku yang beberapa hari lalu kurapihkan pinggir-pinggirnya 
hingga bentuknya memanjang.
Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya mendekatkan kemaluanku 
sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti yang sudah kuduga, dia 
langsung melahapnya dengan rakus.
"Eemmhh.. Yess!" desahku begitu lidahnya menyentuh vaginaku.
Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas. 
Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri celah-celah kenikmatan pada 
kemaluanku. Aku mendesah lebih panjang saat lidahnya bertemu klitorisku 
yang sensitif. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin 
sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Sementara tangannya terus 
meremas pantatku dan sesekali mencucuk-cucuk duburku. Aku mengerang 
sambil meremas rambutnya sebagai respon permainan lidahnya yang liar. 
Puas menjilati vaginaku, dia menyuruhku duduk menyamping di pangkuannya.
 Dengan liarnya dia langsung mencaplok payudaraku, putingnya dikulum dan
 dijilat, tangannya menyusup diantara pahaku mengarah ke vagina. 
Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-ngorek
 lubang vaginaku.
Selain payudaraku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya 
sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya ketiakku yang 
beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah mencari
 penisnya, benda itu kini telah kembali mengeras seperti batu. Kuelusi 
sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan padaku. 
Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari vaginaku begitu dia 
keluarkan. Disodorkannya jarinya ke mulutku yang langsung kujilati dan 
kukulum, terasa sekali aroma dan rasa cairan yang sudah akrab denganku.
Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu 
setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya. Nafasku makin 
memburu ketika penis Taryo menyetuh bibir vaginaku.
"Cepet Tar, masukin yang lu dong, nggak tahan lagi nih!" pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar seolah menantangnya.
Karena mejanya pendek, Taryo harus menekuk lututnya setengah berjinjit 
untuk menusukkan penisnya. Aku menjerit kecil merasa perih akibat cara 
memasukkannya yang sedikit kasar. Selanjutnya kami larut dalam birahi, 
aku mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala atau menggigit 
jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua pergelangan kakiku, 
sehingga pantatku terangkat dari meja. Payudaraku terguncang-guncang 
mengikuti irama goyangannya yang kasar.
Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme panjang 
sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar.
No comments:
Post a Comment