Entah mengapa, semakin sering aku melakukan making love dengan 
seseorang, membuat kehidupan sex aku semakin baik aja. Dan entah 
semuanya itu semakin bisa aku nikmati. Mungkin semua ini adalah dampak 
dari terlalu tingginya libiloku sehingga saat aku mood, tidak jarang 
setelah pulang kerja aku melakukan dengan teman kantorku.
Aku selalu bersyukur mempunyai kelebihan dalam urusan bercinta. Ditambah
 Pengetahuan sex aku yang aku dapatkan dari film bf, buku-buku sampai 
obrolan-obrolan dengan teman di kantorku, membuat aku semakin bisa 
menyelami tentang apa itu sex. Sehingga aku benar-benar fasih dalam 
menerjemahkan apa yang aku dapat dari pengetahuan tentang sex. Itu 
terbukti dengan keluarnya banyak pujian dari para teman making love aku.
 Rata-rata mereka sangat puas saat bercinta denganku, dan mereka 
menemukan, merasakan dan menikmati sesuatu yang sebelumnya belum pernah 
mereka rasakan dalam masalah sex.
*****
Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita karir, yang 
entah bagaimana ceritanya wanita karir tersebut mengetahui nomor 
kantorku.
Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon lineku 
berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari 
seorag wanita yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.
"Hallo, selamat siang joko," suara wanita yang sangat manja terdengar.
"Helo juga, siapa ya ini?" tanyaku serius.
"Namaku Karina," kata wanita tersebut mengenalkan diri.
"Maaf, Mbak Karina tahu nomor telepon kantor saya dari mana?" tanyaku menyelidiki.
"Oya, aku temannya Yanti dan dari dia aku dapat nomor kamu," jelasnya.
"Ooo.. Yanti," kataku datar.
Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Yanti 
adalah seorang wanita karir yang juga 'mewarnai' kehidupan sex aku.
"Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?" tanyaku.
"Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama kamu," jelas Karina.
Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal lama.
 Suara Karina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana
 bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk 
fisiknya, Karina membuyarkan lamunanku.
"Hallo.. Joko, kamu masih disitu?" tanya Karina.
"Iya.. Iya Mbak.." kataku gugup.
"Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?" tanyanya menggodaku.
"Nggak kok, malahan mikirin Mbak Karina tuh," celetukku.
"Masa sih.. Aku jadi GR deh" dengan nada yang sangat menggoda.
"Joko, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?" tanya Karina.
"Boleh aja Mbak.. Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu," jawabanku semangat
"Oke deh, kita ketemuan dimana nih?" tanyanya semangat.
"Terserah Mbak deh, Joko sih ngikut aja?" jawabku pasrah.
"Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa senayan," katanya.
"Oke, sampai nanti joko.. Aku tunggu kamu jam 18.30," sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.
Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda 
itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja 
menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke
 kantor untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku 
pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya 
prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku 
bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin 
karena aku nggak mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, 
kan aku menjadi nggak pede dengan hal seperti itu.
Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai 
dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald 
seperti yang dikatakan Karina. Aku segera mengambil tempat duduk disisi 
pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea 
pertokaan tersebut.
Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada 
seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku, 
wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan 
juga cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha 
menjelajahi pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa 
lagi abgian depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, 
ditambah dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok 
mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya 
diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi 
siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang 
indah itu.
Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku 
berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja 
dengan aku.
"Maaf apakah kamu Joko?" tanyanya sambil menatapku.
"Iy.. Iyaa.. Kamu pasti Karina," tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.
Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku 
terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas 
tangaku dengan penuh perasaan.
"Silahkan duduk Karina," kataku sambil menarik satu kursi di depanku.
"Terima kasih," kata Karina sambil tersenyum.
"Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja sih?" tanyaku.
"Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Joko," jelasnya.
"Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah kamu?" kataku sambil tersenyum.
Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, 
kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali 
bicara yang 'menyerempet' ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, 
menambah cantik saja wajahnya yang semakin matang.
Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Karina adalah seorang 
wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Karina adalah seorang pengusaha 
dan kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.
"Karin, kamu kenal Yanti dimana?" tanyaku.
Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering online 
bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga 
kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil 
menjelaskan dengan penuh semangat.
"Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih," tanyaku penuh penasaran.
"Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa dia nggak 
mau memberi tahu kamu sebelumnya," Jawabnya penuh pengertian.
"Ooo, begitu.." kataku sambil manggut-manggut.
"Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari,
 sampai urusan kantorku selesai," jelasnya tanpa aku tanya.
"Sebenarnya tadi Yanti juga mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga
 jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya dia bisa dateng," 
jelasnya kembali.
"Memangnya Mbak Karina menginap dimana nih?" tanyaku penasaran.
"Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H.."jelasnya.
"Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?" tanyaku menyelidik.
"Ya sendirilah, Joko.. Makanya saat itu aku tanya Yanti," katanya
"Tanya apa?" tanyaku mengejar.
"Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta," katanya.
"Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu," lanjutnya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat 
sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam.
 Dan toko pun sudah mulai tutup.
"Jok.. Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?" tanyanya.
"Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian," kataku.
Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera 
meluncur ke hotel H.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa 
Senayan. Aku dan Karina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan
 sesampainya di depan kamarnya, Karina menawarkan aku untuk masuk 
sejenak. Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa 
berontak ketika berjalan dibelakangnya.
Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang 
asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya. 
Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Karina 
pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan
 tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b) 
sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga 
berpayudara yang sama besarnya bernama Dahlia(36b). Dan mereka pun 
mempersilahkan aku duduk.
Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian 
mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali 
pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera 
bangun dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang
 bulat terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara 
yang besar, Karina pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai 
nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku 
mencoba menghentikannya.
Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan yang
 pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan. Setelah itu Karina pun 
langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam 
aku pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun 
beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya. 
Sedangkan Miranda mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok 
dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa 
sadar aku pun mendesah.
"Aaahh enak Mir, terus Mir hisap terus, aahh.."
Sedangkan Dahlia menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku 
semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun 
mulai menjilati vagina Karina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia 
bisa merasakan permaianan yang aku buat. Karina pun menjerit keras 
sambil berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.
Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Karina sedangkan 
Dahlia mencium bibir Karina agar tidak berteriak ataupun mendesis. 
Setelah beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai 
menegang dan dia pun mendesah.
"Jok.. Akuu mauu keeluuarr."
Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun 
langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun 
langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Karina, perlahan-lahan aku 
masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam 
vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan 
sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku 
lakukan dan Karina pun mulai mendesah nggak karuan.
"Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt.."
Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia mulai berkicau lagi.
"Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh.."
Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua 
kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku 
mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali 
mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih 
tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir 
cairan Karina yang menempel pada penisku, sedangkan Dahlia menghisap 
vaginanya Karina yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh 
nafsunya.
Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah. 
Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak 
langsung masuk. Bless.. Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya 
Miranda. Dia pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti 
itulah dia mulai mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak 
karuan menahan sensasi yang diberikan oleh Miranda.
Dahlia pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan 
Karina mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat 
goyangannya yang membuat aku mendesah.
"Aaahh enak Mir.. Terus Mir.. Goyang terus Mir.. Lebih dalam lagi Mir.. Aaahh sstt"
Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,
"Mir.. Aku.. ingiin keeluuaarr"
Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa 
kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun 
masih mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang
 dan terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama 
keluarlah cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung 
mengeluarkan penisku yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka
 pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku, 
Dahlia pun langsung menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir 
cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti 
kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama 
aku mulai memeluk Dahlia dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai 
turun ke lehernya yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari 
diatasnya.
"Ooohh.. Joko.. Geelli.." desah Dahlia.
Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.
Miranda dan Karina mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara 
mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya 
sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang 
masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku 
gigit puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang
 lagi dan dia medesah.
"Aaahh enak sekali Jok.. Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt.."
Dahlia pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan 
setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok,
 menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali 
menyerangnya langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan 
disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang 
kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi,
 lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
"Ssstt.. Jok.. Nikmat sekali.. Ughh," rintihnya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku 
diujung clitorisnya. Gerak tubuh Dahlia yang terkadang berputar-putar 
dan naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang 
vaginanya.
"Joko.. Gila banget lidah kamu.." rintihnya
"Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan.." pintanya.
Paha Dahlia dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk 
menjilatnya. Dahlia menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat 
yang bergejola dihatinya.
"Oohh.. Joko, aku nggak tahan.. Ugh.." rintihnya.
"Joko cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih," pintanya.
Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk 
itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan 
sekali hentak.
"Bleest.." kepala penisku menggoyang vaginanya Dahlia.
"Aowww.. Gila besar sekali Jok.. Punya kamu," Dahlia merintih.
Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dahlia mengelinjang hebat 
danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang 
luar biasa dibatang kemaluanku.
"Joko.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh," pinta Dahlia.
Dahlia terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan 
penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Dahlia 
membantu pinggulnya untuk berputar-putar.
"Joko.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh," kepalannya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.
Beberapa saat kemudian Dahlia seperti orang kesurupan dan ingin memacu 
birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, 
disaat Dahlia semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku 
kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang 
kemaluanku terasa sekali mengoyang dinding vagina Dahlia.
"Joko.. Terus.. Sayang.. Jangan berhenti.." Dahlia meminta.
Permainanku benar-benar memancing birahi Dahlia untuk mencapai kepuasan 
birahinya. Sesaat kemudian, Dahlia benar-benar tidak bisa mengontrol 
birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.
"Joko.. Aakuu.. Kelluuaarr.. Aaakkhh.. Goyang sayang," rintih Dahlia.
Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Dahlia semakin tak terkendali.
"Jok.. Ooo.. Aaammpuunn," rintihnya panjang.
Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam 
hingga mentok dilangit-langit vagina Dahlia. Aku merasakan semburan 
cairan membasahi seluruh penisku.
Dahlia yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih 
berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Dahlia, sekarang 
menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung 
aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya Dahlia.
"Ooohh.. Joko.. Kamu.. Memang.. Ahli.." katanya sambil merintih.
Kedua tanganku mencengkeram pinggul Dahlia dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.
"Dahlia.. Vagina kamu memang enak banget," pujiku.
"Kamu suka minum jamu yaa kok seret?" tanyaku.
Dahlia hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan 
penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh 
vagina Dahlia dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. 
Permainan sexku diterima Dahlia karena ternyata wanita tersebut bisa 
mengimbangi permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.
"Dahlia.. Aku mau.. Keluar.."kataku mendesah.
"Aku juga sayang.. Ooohh.. Nikmat terus.. Terus.." Dahlia merintih.
"Joko.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasakan semprotan.. Kamu.." pintanya.
"Iya sudah.. Ooogh.. Aaakhh.." rintihku.
Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Dahlia semakin kencang, semakin 
cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak 
bersama-sama.
"Joko.. Aku.. Aku.. Ngaak kkuuaatt.. Aaakhh" rintih Dahlia.
"Aku juga sudah.. Ooogh.. Dahh," aku merintih.
"Crut.. Crut.. Crut.." spermaku muncrat membanjiri vaginanya Dahlia.
Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar 
dicelah vagina Dahlia. Setelah beberapa saat kemudian Dahlia membalikkan
 tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.
"Joko, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa" kata Dahlia merintih.
"Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja," kataku merendah.
"Kamu luar biasa.." Dahlia tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya
 yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.
Segera aku palingkan wajahku ke arah Karina dan Miranda, ternyata mereka
 sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak
 kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 
jam aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang 
mengulum batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun
 menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan 
kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang 
kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena 
pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.
Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh 
mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali 
didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik 
didalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air dipancurkan shower 
membuat tubuh mereka yang molek bersinar diterpa cahaya lampu yang 
dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan
 sabun cair dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok 
keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang nakal memilih 
punting mereka.
"Ughh.. Joko.." mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan puntignya yang memerah.
Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan 
entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan 
mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat
 memburu birahinya yang tidak kenyang.
Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus 
berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun 
mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku 
meninggalkan Hotel H.. Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah 
ditinggalkan oleh permainan tadi.
E N D
      
     
     
No comments:
Post a Comment