Ivo tak menjawab, sebagai gantinya ia meraih kepala Ino, dan segera 
melahap bibir Ino, mereka saling hisap dan memilin lidah mereka. Ivo 
sudah mendapatkan kembali gairahnya. Ia ingin mendapatkan orgasme lagi. 
Memeknya berusaha memijat kontol keras yang masih nyaman bersemayam 
tanpa bergerak sedikitpun. Namun klitoris Ivo tergesek pangkal kontol 
Ino. Membuat ia meliuk keenakan..
ehmmm... leguhnya ditengah hisapan bibir Ino. Sementara ia merasakan 
tangan Ino mengusap-usap dadanya yang sudah mengeras lagi putingnya. Ia 
memindahkan mulutna mengecup lembut puting itu, sejenak kemudian kecupan
 itu berubah jilatan dan hisapan, membuat Ivo menggeliat kegelian
ouchhh, No.... desah Ivo. Tangannya merengkuh pantat Ino, menekan 
jari-jarinya disana. Ino mengangkat pantatnya, yang otomatis 
mengeluarkan kontolnya dari lubang memek Ivo.
ihhh,,,, Ivo mendesis kegelian di atas ranjang kamar Ino.
Ivo merenggutkan wajahnya. Tangannya kembali menarik pantat Ino, yang 
terasa semakin kejal. Ivo menaikkan bokongnya, mengejar kontol Ino 
dengan mulut memeknya yang sudah merekah dan semakin basah itu. 
Sementara Ino sendiri sulit bergerak, setelah --dengan paha dan 
tungkainya-- Ivo menggelung dirinya. Ino pun amblas lagi, yang otomatis 
membuat kontolnya menerobos kencang (lagi) masuk ke memek Ivo. Tanpa 
tertahan lagi. Dan....mereka siap mengarungi lagi kenikmatan ragawi ini.
ehhs
.mmmmh Ivo teriak tertahan. Geli gatal memeknya terlintasi kontol
 Ino yang semakin mengkilat tersibah air pelicin di dalam rongga 
vaginanya. 
uhhh
 nikmatnya Vo, leguhnya, meningkahi Ivo yang menggeliat 
melengkungkan badannya menahan sensasi rasa kenikmatan bercinta  
terlarang ini. Lengkungan tubuh sahabatnya ini membuat  toket kencangnya
 melesak keluar. Putingnya seakan-akan mengejek Ino, dan berkata : Ayo 
jilati dan hisapi aku
 
Tak menunggu lama, Ino yang memang belum meraih puncak kenikmatannya 
sendiri, segera mengulum puting Ivo dengan keras dan kasar, lidahnya 
ditempelkan sedemikan rupa seperti kuas cat tukang yang sedang mengecat 
dinding. Bagai kucing yang menjilati bulu-bulunya. Berulang-ulang Ino 
menguaskan lidahnya, membuat Ivo menjerit-jerit keenakan.
ouchhh No
ahhhhccchhh
 desisnya tergial-gial. Ino sendiri membuat 
variasi kuluman, kuasan dan hisapan yang seakan-akan menelan habis toket
 Ivo. Ivo semakin menggila ketika Ino yang menyerbu toket Ivo bagai 
serigala yang memangsa anak kijang itu, juga mulai menurun-naikkan 
bokongnya
Akk aduhhh
ekhhhsss. gelombang kenikmatan sebegitu cepat menyerbu, 
bagai tsunami membabasbingkaskan seluruh aliran darah Ivo. Seketika itu 
juga.
Ino, kamu memanghhhss gah
akhss No..mhss Ivo gagal menyelesaikan 
kalimat yang ingin ia ungkapkan, betapa gagahnya sahabatnya ini. 
Kenikmatan itu menerobos terus-menerus melolosi jiwa dan raganya yang 
sudah sedemikian haus cumbuan lelaki. Dan Ino berhasil memerankan itu.
Percumbuan ini semankin panas dan kedua insan yang berpeluh keringat 
ini, semakin tak mampu menahan gelombang kenikmatan yang merayapi 
kelamin dan seluruh tubuh mereka sendiri. Ino terus menjejalkan tongkol 
keras berurat miliknya itu ke dalam liang vagina Ivo, yang semakin licin
 dan basah. Dan pemandangan indah tersaji, kala Ino menjejalkan batang 
kerasnya dan menekan ke bawah, maka Ivo dengan sigap menggoyangkan 
panggulnya dan menaikkannya. Gerinjal otot vaginanya ia jepitkan kala 
tongkol Ino menerobos. gesekan ini membuahkan sensansi nikmat tiada 
tara...
aihsss
.hhh leguh Ino
Ouhhh
nikmat No, emhhhh
aihhh aihhhsss akh Ivo membanting kepalanya ke
 kiri dan kanan, ia dilanda sensasi kenikmatan tiada tara.
Clop..clop, plak-plak...clop-plak
 Bunyi dan irama pertemuan kelamin 
pria dewasa dan wanita matang ini semakin cepat dan tegas. Di antara 
bunyian itu, desis dan desah nikmat bermandi suara kecupan-hisapan Ino 
di leher, toket, pundak, dan telingga Ivo juga menjadi lantunan lagu 
birahi tak henti, semakin cepat dan penuh gairah mengejar kenikmatan 
ragawi sejoli ini.
Keringat Ivo membuncah ketika ia merasa kedutan otot di vaginanya 
semakin tak mampu otaknya kendalikan. Ia tak sanggup lagi memberikan 
perlawanan terhadap tusukan bergelombang Ino. Sesekali ia melihat ke 
bagian bawah tubuhnya, yang sedang dihajar Ino itu. Ia pasrah menerima 
kejutan-kejutan kenikmatan dan sensasi geli-geli ngilu nikmat. 
aduhhh
. Gila. Enaknya No
msss racaunya. Ia meraih kepala Ino memaksa bibir Ino masuk ke dalam mulutnya
mmpphhh
.mmphhh
. 
Dalam kondisi seperti itu Ino malah mempercepat sodokannya. Ivo tergial melepaskan mulutnya dari mulut Ino. 
Ahhhhkkkssss
. Teriaknya.
Ino terus mempercepat sodokannya. Ia mulai merasakan gelombang nikmat 
yang tak terkira memasuki perlahan di batangnya bergerak ke arah kepala 
tongkolnya. hal ini membuat Ivo terjerit-jerit di bawahnya.
No
.Ihhhhhh
. ahhhhh
..No
hhhhhssss.. leguhnya tanpa terkendali. 
Sebentar kemudian tubuhnya melengkung gelombang orgasme itu tak mampu ia
 tahan, otaknya tak mampu bekerja untuk sekedar memerintahkan agar itu 
tertunda. Ino mengangkat bokongnya menyambut satu sodokan Ino, sebelum 
akhirnya Ia, tercekat, terdiam sesaat, mengejang. Ia menahan nafasnya 
untuk menyosong kenikmatan tiada tara itu
ekhhhhhkkk
No
 otot vaginanya berkedut berkali-kali, Ivo terengah-engah.
Melihat Ivo sudah mencapai orgasmenya, yang tanpa babibu itu, Ino 
bukannya berhenti menggenjot, ia hanya mengurangi kecepatan goyangannya,
 namun itu hanya sebentar. Sesaat, ketika Ivo mulai bisa menarik nafas 
lagi di tengah keterengahannya menikmati ujung-ujung orgasmenya, Ino 
kembali tancap gas. Sontak hal ini membuat Ivo, mendelik dan menganga. 
Kenikmatan itu menggila lagi. Tak pelak, rambut, punggung dan sprai 
kasur menjadi sasaran kemarahan jari lentiknya menahan deru sensasi 
kenikmatan yang terus bergelombang menghempaskan.
Ino sudah tak peduli dengan kondisi Ivo yang melenting tak tertahankan 
di bawah tubuhnya. Ia ingin mengejar orgasmenya sendiri. Genjotannya 
semakin kuat dan cepat. Menusuk dalam, tanpa ada lagi variasi panjang 
pendek. Panjang dan dalam...
Ouh, ah..hahhh
 dengus Ino penuh nafsu. 
"No.. ampphunnnsss..." Ivo serasa mau pingsan dilanda sensasi yang sudah lama tak ia rasakan ini.
Bulir-bulir rasa geli gatal dan ngilu di tongkol Ino sudah berubah 
membesar bagai gelombang nan dahsyat, menerjang ke seluruh pembuluh 
darahnya, mulai mendesak-desak otot perutnya dan menahan tarikan 
nafasnya. Membuat otot perutnya seakan tertekan dan menarik otot 
panggulnya semakin menekan dan bekerja lebih keras. Rasa nikmat itu, 
membuatnya seakan putus asa. Tongkol semakin membengkak. Semakin lama 
semakin tak tertahan rasa geli enak itu, semakin menggila pula goyangan 
panggulnya. Serbuan ini membuat Ivo terbanting-banting menahan hempasan,
 sementara Ino semakin tak mampu menahan laju sensasi itu. Ino merasakan
 pergulatan birahi ini sudah mendekati ujungnya.
 
Vo,,,, aku gak tahan lagihhhhhhhhhhmmmmssss
. Teriaknya tertahan
Ayo No sudahi
. Aku dah
ouhcccchhhhh emsss
. Akhhhhh
 Ivo melengkung lagi. 
Ivo orgasme lagi, sesaat sebelum satu hentakan terakhir Ino yang 
menyudahi semuanya. Satu sodokan kuat dan dalam, menghantarkan semburan 
kencang tak tertahankan, membanjiri lobang surga Ivo. Sodokan itu 
diterima Ivo dengan penuh kelegaan, Ia mengangkat bokongnya 
tinggi-tinggi. Ia orgasme lagi. Mereka berdua terdiam dan mengejang 
bersama... Sampai akhirnya semburan terakhir dari tongkol Ino yang 
bergerak pelan melepaskan dahaga terakhir dari percintaan yang penuh 
kegilaan dan nafsu duniawi. 
Ino menjatuhkan tubuh lelahnya di atas dada Ivo yang masih turun naik 
mengatur nafasnya, ia mengusap punggung sahabat yang telah memberikan 
kenikmatan tiada tara itu, peluh membuncah disitu. Ino mengecup lembut 
kedua pipi dan kening INo. Tongkol keras itu masih bersemayam di dalam 
liang yang sudah sangat merah dan banjir. Tanpa dipandu, mereka 
tersenyum
No, I love You
 bisik Ivo
Ino tersenyum. Ia mengecup lembut bibir Ivo, mereka berpagutan sebentar.
 Dua insan ini, saling memandag tanpa bicara.  Sepertinya mereka sibuk 
dengan pikiran masing-masing. Lama mereka menghilangkan rasa lelah dan 
nikmat itu. Peralahan Ino  merasakan tongkol bergerak menyusut dan 
perlahan lepas dari liang surgawi milik sahabatnya, teman curhat, teman 
kerjanya. Sesuatu yang juga tak pernah terbayang oleh oleh Ino.
.
Sementara siang itu terasa lembut, meski angin  dingin menusuk tapi 
terasa sejuk. Suhu mencapai 17 derajat Celcius. Indri sedikit kesal, Ino
 tak mengangkat telfonnya. Hampir satu jam ia mencoba menghubungi suami 
tercintanya itu, namun selalu gagal.  Musim semi sudah dipuncaknya, 
penghujung April semakin terasa dengan mulai merekahnya tulip yang 
berwarna warni. Indri mengayuh sepedanya dengan penuh harapan dan 
semangat. ia tersenyum lebar. 
Betapa tidak, ia berhasil mendapatkan sponsor untuk penelitiannya dan 
yang paling penting ia bisa membawa Ino menikmati musim semi ini. Ia 
menghentikan sepedanya diperempatan. Sebuah tram yang sarat penumpang 
melintas. Suaranya khas. Ting..ting..ting
 mengingatkan pengguna jalan
 lain untuk berhenti memberi keleluasan moda transportasi andalan di 
Kota dimana salah satu klub kebanggaan mereka, Feyenord itu ikut main di
 eredivisie
. 
Indri sudah mendekati tempat ia tinggal ketika sayup ia mendengar suara 
memanggilnya. Ia menoleh. Rupanya Joni, kolega satu kampusnya. Joni 
berasal dari sebuah kota di Sumatera. Wajahnya mengingatkan kita pada 
sosok actor kawakan Chow Yun Fat, hanya kulitnya lebih gelap dan 
rambutnya sedikit gondrong. 
Baru pulang Ndri
 sapanya. Indri tersenyum, sembari menggesekkan kartu
 untuk membuka pintu dormitory-nya itu. Indri dan Joni memang satu 
dormitory, Indri di Lantai tujuh sedangkan Joni di lantai sembilan. 
Mereka memang sudah akrab dan sering diskusi bersama. 
Indri memasukan sepedanya dan memarkir di lantai dasar. Joni menungguinya.
darimana kamu
 tanya Indri
biasalah, tadi dari kampus langsung ke mart, nyari makanan buat nanti malem. Tugasku masih lumanyan banyak yang belum kelar
 
eh, land policy mu udah kelar? tanya Indri. Joni menggelang
Ya itu termasuk salah satunya yang belum
 Joni terkekeh.
Mereka melangkah masuk ke lift. Terdiam saat lift mulai bergerak naik.
Indri malam ini aku ke flatmu ya...tolongin aku nyelesai-in, pola ruang dalam masa kerjaan Eropa..
hmmmmm
.gimana ya
? Indri agak ragu. Karena rencananya malam  ini ia mau phone-sex dengan Ino
Kita lihat nanti aja ya, atau aku e-mail saja tugas yang aku bikin, boleh kamu lihat, tapi jangan di copy paste ya
..
Okeh
 deh
Duluan ya Jon, entar aku kabari deh
 ujar Indri, ketika pintu lift terbuka di lantai flatnya
.
Oke
 daahhhh
.
      
     
     
No comments:
Post a Comment