Kamis, September 2024
11.10PM
Suite Room -*Amsterdam Marriott Hotel
Oud West, Amsterdam, Belanda
'F... FUCK! Mmnhh...!'
Tubuh Natalie mengencang saat penisku menghantam rahimnya dengan kuat. 
Desahannya memenuhi ruangan. Tubuhnya yang matang dan seksi mengkilat 
bersimbah keringat, meliuk, bergerak naik-turun di atas tubuhku. Aku 
meremas pantatnya yang montok. Penisku terus menghujam vaginanya.
"Mmnnhh.. Nat... Natt... Mmmhh..." desahku. Vaginanya mengencang, menjepit penisku semakin keras.
"Oh Sh... Shit... Shiit... Nhh... Adiit..." Natalie mendesah makin kuat.
 Aku mulai merasa tubuhnya gemetar... Tanda sebentar lagi ia akan 
kembali mencapai klimaks.
"Mau... Nngh... Keluar...?" tanyaku. Natalie mengangguk cepat-cepat.
"Fuck.. Oh Dit... DIT! Gue... Ku... Arrr.... Ngggghhh!" Natalie melenguh
 kencang-kencang saat mencapai orgasme nya yang keempat malam itu. 
Cairan vaginanya menyemprot-nyemprot keluar. Tubuhnya mengencang, 
kemudian terkulai lemas di atasku.
Aku masih belum puas. Kuangkat tubuh Natalie dan kubalikkan hingga 
tertelungkup. Tanpa disuruh, ia mengangkat pantatnya, menungging.
"Shit... Why are you so strong..." umpatnya sambil nyengir. Aku terkekeh
 sambil mengarahkan penisku yang masih sekeras batu ke arah anusnya.
"Sekali lagi masih bisa lah..." kataku.
Dengan kuat kutusukkan penisku ke dalam anusnya. Natalie mengerang, 
menikmati. Anusnya seperti menyedot penisku kuat-kuat. Enak sekali.
"Mmhh... Mhhh! Nghh... Natalie... Nat... Natt..." desahku seirama dengan hujaman penisku.
"Ohh.. Ohh... Oh! Aaahh..." Natalie tak banyak berkata-kata.
Pinggul wanita ini bergerak seirama tusukanku yang semakin lama semakin 
cepat, semakin kuat. Anusnya mengencang. Kuremas pantatnya yang montok, 
kutampar sekali-sekali. Natalie mendesah, mengerang, melenguh keenakan.
"Anjrit Dit... Gue... Oh... Shh... Shit... I'm... Cumming... Cumm..."
"Mnhh.. Wait Nat... Gue juga... Wait... Mmmhh.. Nat... Naat!"
"Aah... Aaah... Mmmmhhh!"
Kami orgasme bersamaan. Aku meledakkan spermaku berkali-kali ke dalam 
anusnya, kemudian mencabut dan menyemprotkannya ke atas pantat, 
pinggang, dan punggung Natalie, seolah tak berhenti-berhenti.
Kurobohkan tubuhku di sebelah Natalie. Kami berdua terengah-engah, berusaha mengatur nafas.
"You're crazy you know that..." bisiknya sambil terengah.
"Hh... Haha... So are you..." jawabku. Natalie tertawa lelah. Kami 
memejamkan mata. Penisku ngilu sekali rasanya keluar empat kali.
Sudah hampir sebulan aku tinggal di Amsterdam. Sekitar pertengahan tahun
 ini, sebuah perusahaan pembuat film dewasa ternama dari Amerika 
mendekatiku dan memintaku untuk menyutradarai sekaligus melakukan 
shooting proyek film dewasa produksi terbaru mereka. Ini adalah produksi
 besar, melibatkan banyak pornstar kelas dunia. Nilai kontraknya sangat 
menggiurkan, tapi aku harus menyelesaikan proses shooting ini dalam 
waktu dua bulan, dan harus dilakukan di Amsterdam, Belanda. Awalnya aku 
mengira Cherry, Vany, Ella, dan anak-anak tidak akan mengizinkanku... 
Tapi ternyata mereka sangat mendukung. Mereka sepakat berkata bahwa ini 
kesempatan yang jarang tiba, dan sayang jika disia-siakan.
Akhirnya, pertengahan bulan Agustus yang lalu, aku berangkat ke Belanda,
 ditemani Ella, anak sulungku dari Vany yang sekarang berusia 15 tahun. 
Ella yang sedang liburan sekolah musim panas akan tinggal selama 
seminggu di Amsterdam, menemani (dan tentunya memenuhi kebutuhan 
seksual) ayahnya, sebelum kembali ke Tokyo dan kembali bersekolah.
Setibanya di Amsterdam, kami terkejut karena dijemput di bandara oleh 
Natalie Anneke Setiawan, teman keluarga kami. Natalie adalah orang 
Indonesia campuran Belanda, seusiaku, teman satu almamater dengan aku 
dan Cherry dulu saat berkuliah di Singapura, dan salah satu dari sangat 
sedikit orang yang mengetahui cerita-cerita seru di keluargaku.
Natalie adalah seorang wanita cantik, tinggi semampai sekitar 175cm, 
berambut coklat tua panjang bergelombang, dan berkulit kuning langsat 
mulus. Untuk wanita berusia tiga puluh empat tahun, Natalie bisa 
dibilang sangat seksi: Badannya masih langsing ideal, dengan dada yang 
pas besarnya (36D), dan paha yang luar biasa jenjang. Natalie tak pernah
 menikah, tapi tak pernah membatasi diri untuk berhubungan seksual 
dengan siapa pun yang dianggapnya layak menikmati tubuh indahnya... 
Termasuk diriku.
Usut punya usut, ternyata Natalie adalah salah satu petinggi di 
perusahaan yang mengontrakku, dan saat tahu bahwa teman lamanya yang 
akan menyutradarai dan mengurus shooting proyek terbesar mereka, ia 
ngotot mau menjadi produser dan mengawasi proses produksi di Belanda. 
Akhirnya, sampailah ia di Amsterdam, bertemu dengan teman lamanya, dan 
menjadi guide serta host yang sangat baik bagi aku dan Ella. Seminggu 
kemudian, saat Ella akhirnya pulang ke Tokyo, Natalie pun mengambil alih
 'tugas' Ella, dan memuaskanku dengan sangat luar biasa.
Kami bekerja bersama dengan sangat baik, dan tanpa terasa, setengah 
proses produksi sudah berjalan dengan sempurna. Malam itu, kami 
menikmati malam kami berdua setelah sehari penuh menghabiskan seluruh 
tenaga untuk shooting, dan setelah hampir dua jam saling memuaskan, kami
 tergeletak lemas di ranjang.
"So... Lu kosong ga Saturday?" tanyaku, mengatur jadwal 'meeting' berikutnya.
"Saturday... Wait let me check," ujarnya sambil meraih smartphone dan 
kacamatanya yang terletak di meja kecil di samping ranjang. Tubuhnya 
yang indah masih tertelungkup. Aku pun bangkit, menciumi punggung 
temanku ini dengan lembut. Natalie membuka kalendernya.
"Oh no... Sorry... Gue musti ke Frankfurt besok sampe Senin depan," keluh Natalie. Aku nyengir. Memang wanita sibuk.
"Right... Gue sendirian this weekend berarti," kataku pura-pura merajuk. Natalie tertawa.
"Uuu... Kecian... Adit cuma masturbasi doang ya weekend ini," katanya 
sambil memegang pipiku dengan kedua tangannya, sok imut. Aku tertawa dan
 mengecup bibir temanku ini.
"Rese lu..." ujarku. Natalie terkekeh dan merebahkan dirinya ke ranjang.
 Telentang. Aku masih mengagumi tubuhnya yang sungguh indah, kumainkan 
jemariku di kedua dadanya yang montok dan putingnya yang coklat tua dan 
menantang.
"Untung ada gue lu... Kalo ga bakal bosen di sini dua bulan," katanya.
"Ya sih... Thank you, Nat," kataku setuju. Kusedot putingnya perlahan. 
Natalie mendesah, membelai-belai rambutku lembut. Tiba-tiba ia tertegun.
"No... Wait. I've got an idea!" katanya setengah berpikir. Kuangakat wajahku dari dadanya, menatap matanya yang indah.
"Clar!" ujarnya.
"Who?"
"Clar... Clarissa." katanya bersemangat.
*"
 Hah?" tanyaku. Bingung. Natalie tak menjawab, tapi ia segera membuka
 folder foto smartphone-nya, mencari hingga menemukan sebuah foto, dan 
langsung menunjukkannya padaku: Foto seorang gadis sangat cantik, mirip 
Natalie.
"Siapa nih?
My
 Lets just say shes my niece. Keponakan gue. Cakep kan?"
"Cakep sih... Kenapa emangnya dia?"
"Ya ga kenapa-kenapa... Dia butuh ekstra uang buat kuliah," jawab Natalie tanpa dosa.
Aku terdiam sejenak, kata-kata Natalie tak langsung menyatu di pikiranku. Sedetik kemudian aku tersadar.
"Ohhh! Ya ampun Nat keponakan sendiri di jual sih..." ujarku.
"Loh! Apa sih! Dia emang mau jadi pornstar juga... Cuma belom ketemu 
kesempatan... Nah siapa tau weekend ini bisa ngobrol sama salah satu 
sutrarada film dewasa paling beken dari Jepang... Ya ga sih," papar 
Natalie panjang, masih dengan wajah serius dan dengan tatapan tanpa 
dosa. Aku menatap temanku ini dan tertawa. Sedetik kemudian, Natalie pun
 tertawa juga.
"Ya... Kalo mau diajak bersenang-senang juga boleh," tambahnya sambil tertawa.
"Lu parah sih keponakan sendiri..." kataku pura-pura tak percaya, sambil
 menatap foto Clarissa. "Umur brapa nih? Cakep banget..."
"Tebak," kata Natalie. Aku termenung sebentar.
"20? 21?" tebakku. Natalie menggeleng.
"Tujuh belas," jawabnya. Mataku terbelalak.
"Hah? Sumpah lu tujuh belas? Dewasa amat tampangnya!" kataku. Natalie tertawa.
"Ya... Tinggi, lagi. Lebih tinggi dari gue. Se lu gitu pendek dikit lah," jawab Natalie.
"Gila-gila..."
Kutatap kembali layar handphone itu. Memang cantik sih keponakan temanku
 ini. Tapi apakah etis bersetubuh dengan keponakan temanku sendiri, yang
 tidak pernah mengenalku sebelumnya?
"... Berapa?" tanyaku akhirnya. Natalie menyebutkan sebuah harga, cukup tinggi.
"Tapi I guarantee... Worth every penny," tandas temanku. Aku menimbang-nimbang.
"... Okelah. Siapa tau beneran juga bisa direkrut jadi pornstar," jawabku mengiyakan.
Natalie nyengir, merebahkan dirinya di sampingku dan mengecup pipiku.
"Oke... Besok gue kontek dia," katanya. Saat itu tangannya merogoh ke selangkanganku, menyentuh penisku dengan lembut.
"Eh... Eh... Ini apa-apaan nih!?" kataku pura-pura protes. Natalie nyengir nakal.
"Yakin gamau lagi? Ini tegang begini..." katanya seraya mengocok penisku perlahan.
Aku tertawa, mengecup bibirnya.
"Dasar..." bisikku sambil menaiki temanku.
***
Sabtu, September 2024
08.49 PM
Suite Room -*Amsterdam Marriott Hotel
Oud West, Amsterdam, Belanda
'Clar udah jalan. Have fun. Treat my girl nice okay?'
Aku tersenyum membaca pesan singkat dari Natalie. Kulihat jam di 
dinding, sudah menunjukkan pukul 8.49 malam. Sekitar sepuluh menit lagi 
kencanku malam ini akan datang.
Bekerja di Belanda tanpa ditemani Cherry, Vany, Ella, atau Grace 
tentunya membuatku gelisah, karena ada satu 'kebutuhan' yang tidak 
terpenuhi. Selama hampir sebulan ini, Natalie setia menemaniku. Ia 
tentunya adalah seorang pemandu wisata yang luar biasa karena Amsterdam 
adalah kota kelahirannyaNatalie tahu setiap restoran dan tempat hangout
 yang terbaik di kota ini, tapi selain itu wanita ini juga sangat lihai
 di atas ranjang. Ia seperti kombinasi yang pas antara dada montok Vany 
dan pantat seksi Cherry, dipadu dengan wajah sangat cantik Grace. Aku 
tersenyum memikirkan betapa kecanduannya aku terhadap wanita-wanita 
semacam ini
 Kemana pun aku pergi selalu aku tak dapat lepas dari 
mereka.
Sekitar sepuluh menit kemudian, tepat jam 9 malam, aku mendengar bunyi 
bel pintu suiteku. Kurapikan kemejaku, dan aku berjalan ke arah pintu, 
membukanya perlahan. Sesosok gadis sangat cantik berdiri di ambang pintu
 kamar suite ku. Jika tantenya tidak memberitahuku usianya terlebih 
dahulu, aku pasti akan menebak umurnya lebih tua... Tapi aku tahu gadis 
ini baru 17 tahun... Hanya sedikit lebih tua dari Ella, anak sulungku.
Tinggi menjulang kira-kira 178cm, dengan kulit yang berwarna putih 
kemerah-merahan--sedikit terlalu putih untuk ukuran orang Indonesia, 
hidung yang mancung, dan rambut panjang bergelombang yang burgundy 
gelap, bibirnya yang penuh dan seksi membentuk senyuman yang sangat 
manis. Saat aku melihat senyum itu, hatiku luluh. Hampir aku tidak tega 
melanjutkan malam ini. Senyumnya manis dan polos sekali, seolah anak ini
 tanpa dosa. Tiba-tiba, ia mengulurkan tangannya, membuyarkan lamunanku.
"Clarissa," ujarnya, memperkenalkan diri. Suaranya merdu, agak berat. 
Aku menyambut jemarinya yang lentik dan sangat lembut dan membalas 
senyumannya.
"Adit," kataku. Aku menarik lengannya dengan lembut untuk masuk ke dalam kamar suite ku. "Mari masuk..."
Clarissa berjalan masuk dengan anggun. Tubuhnya dibalut dengan dress 
berwarna merah pas badan, menunjukkan setiap lekuk tubuhnya yang sangat 
langsing. Dadanya bulat dan cukup besar--kira-kira 34D menurutku--tapi 
tidak berlebihan. Saat ia berjalan melewatiku, aku dapat mengagumi 
pantatnya yang montok dan penuh, menonjol cantik dari balik dressnya. 
Hanya satu kata untuk menggambarkan Clarissa: pas. Tidak berlebihan, 
tapi jelas tidak kurang sama sekali. Entah kenapa, jantungku 
berdebar-debar.
Clarissa duduk di sofa dan membuka sepatunya. Aku duduk di sebelahnya. 
Wangi sekali gadis ini... Parfum mahal. Yah... Sesuai memang dengan 
tarifnya.
"Mau minum apa Clar?" tanyaku. "Teh? Kopi? Liquor?"
"Hmm... I don't mind Whiskey kalo Om punya," jawabnya. Aku mengangguk 
dan beranjak ke bar, mengambil dua gelas kosong, menaruh beberapa es 
batu ke dalamnya, dan menuangkan whiskey terbaikku. Dalam hati aku 
membatin... "Gila.. Dia manggil gue Om!" Yah... Seumuran Ella sih... Dan
 aku teman tantenya... Sudah layak dan sepantasnya.
Kuangsurkan gelas itu ke Clarissa sambil kembali duduk di sebelahnya. Ia
 menyorongkannya untuk toast kecil, dan kami menyeruput sedikit whiskey.
 Clarissa tersenyum.
"So... Kamu sekolah di sini?" tanyaku memulai pembicaraan.
"Iya aku kuliah. Kebetulan ada Mami jadi bisa sekalian ikut tinggal di 
sini" ceritanya dengan renyah. Aku tersenyum. Cara Clarissa berbicara 
pun mirip dengan Natalie
 Tunggu.
Mami?
Iya
 Lho, Mami ga kasih tau?
Kasih tau apa? tanyaku semakin bingung.
Kalau aku anaknya Mami
 Mami Natalie kan yang teman Om? jawab Clarissa polos.
I
 Iya. Natalie temanku.. Tapi dia ga bilang kalau kamu anaknya! Dia bilangnya kamu keponakannya! ujarku.
Clarissa tertawa terbahak-bahak, tawanya renyah sekali.
Hahaha
 Yaampun
 Mami ga enak kali kalo bilang aku anaknya
 katanya di sela-sela tawanya.
Astagah
 Ini sih aku yang jadi ga enak
 Kenapa dia ga bilang sama aku!
 dalam hati aku mengumpat temanku
 Gila juga, dia menyodorkan anaknya 
sendiri untuk menemani pria lain!
Hahaha
 Jangan ga enak Om
 Aku emang mau koq
 Dan aku dengar Om adalah 
salah satu sutradara Adult Movies paling terkenal di Jepang
 Dan aku 
emang pengen banget jadi pornstar
 Ya siapa tau, Om
 jawab Clarissa 
lancar. Aku akhirnya terkekeh.
Hehehe.. Belum pernah aku denger ada anak yg sesemangat kamu untuk 
masuk ke bisnis ini, kataku. Clarissa tersenyum cantik lagi.
Ya
 Dari aku kecil ya aku taunya Mami kerja in this industry
 And she 
cares for me a lot, so
 Well.. I want to continue the tradition, kata 
Clar lancar.
Wah tapi aku harus ngomong sama Natalie sih
 Dia ga pernah cerita dia 
punya anak lho
 Dan anak secantik kamu, kataku jujur. Pipi Clar merona.
Hehe memang ga banyak orang yang tahu, katanya. Sebuah pertanyaan timbul dalam hatiku.
Um
 Papimu? tanyaku. Clarissa nyengir, tapi aku melihat ada yang berubah di matanya.
Mmm
 Mami ga pernah cerita banyak tentang Papi
 jawabnya, suaranya 
menjadi serius. Yang aku tahu
 Papi is an American
 And he left my mom 
when she was pregnant, when she was my age
 17 years old. I think that 
was before she got to know you in Singapore? So.. Yea
 I never met him.
Ah
 Okay
, sudah kuduga.
Clarissa menyeruput whisky nya sedikit lagi. Suara denting es batu 
dengan gelas kristal menggema di tengah keheningan tak nyaman yang 
memenuhi ruangan. Aku salah memilih topik pembicaraan, sepertinya.
Mmm
 Om
 Mami
 Udah ngomong tentang harganya? tanya Clarissa. Aku terkejut ditanyai blak-blakan begitu.
Oh.. Oh iya bener! Bentar ya Om transfer sekarang, kataku tergesa. 
Kuambil smartphoneku dan kubuka aplikasi mobile banking dari bank ku di 
Belanda. Clarissa berdiri perlahan dari sofa.
Sambil Om transfer
 Aku siap-siap dulu ya
 katanya merdu. Aku suka sekali suaranya.
Silakan, jawabku senang. Clarissa tersenyum cantik sekali dan berjalan
 perlahan ke kamar mandi. Dari belakang aku kembali mengagumi pantat 
gadis cantik ini
 Benar-benar pas. Sangat pas.
Sambil mentransfer jumlah yang sudah disepakati ke rekening Clarissa, 
aku mengirimkan pesan singkat ke temanku yang sedang di Jerman.
Lu ga bilang dia anak lu! Dasar gila
Aku nyengir sambil menantikan balasannya. Aku berjalan perlahan ke arah 
kamar tidur ruangan suite itu dan merebahkan diriku di ranjang, 
memejamkan mata. Aku tak tahu apa yang harus aku harapkan dari Clarissa
 Penampilan fisiknya sangat sempurna
 Tapi berpuluh tahun pengalaman 
mengajariku bahwa fisik saja tidak menjamin performa di atas ranjang.
Smartphone-ku bergetar, tanda balasan dari Natalie sudah masuk. Aku mengangkat gadget tipis itu.
Ngantuk ya Om?
Suara merdu Clarissa menggugahku dari lamunan. Aku membuka mata, dan 
langsung terbelalak melihat gadis ini. Kubuka mataku dan menatap pemilik
 suara merdu itu. Clarissa berdiri di ambang pintu kamar tidurku dengan 
mengenakan lingerie latex berwarna merah terang, sangat kontras dengan 
kulitnya yang seputih susu. Lingerie ini sangat ketat menutupi area-area
 vital dari tubuh indahnya, sangat tipis sehingga membuat putingnya 
menyembul dan belahan vaginanya terlihat dari balik kain, dan sangat 
terbuka hingga membuatku dapat melihat hampir seluruh tubuh gadis ini
 
Hanya puting dan vaginanya saja yang tertutup. Aku merasakan celanaku 
sangat menyempit.
Oh my God, Clar
 Youre an angel, ujarku jujur. Clarissa kembali 
memberiku tawa mungil renyahnya itu. Ia bergerak perlahan, seksi sekali,
 menaiki ranjang dan merangkak ke arahku yang masih setengah berbaring.
So
 Kata Mami
 Om
 Cukup
 desahnya sambil membelai tonjolan di selangkanganku dengan jemarinya yang lentik 
 Besar.
Well
 Jangan percaya Mami
 jawabku setengah berbisik. Wajahnya yang 
cantik sudah sangat dekat dengan wajahku. 
 Buktiin sendiri.
Clar kembali tertawa kecil, dan perlahan, ia mendekatkan bibirnya yang 
penuh ke bibirku. Bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut, dan kami 
berciuman, sangat perlahan, sangat menikmati. Sambil terus melumat 
bibirku, tangan kanan Clarissa dengan ahli membuka kancing dan 
retsleting celanaku, dan perlahan, ia merogoh ke dalam celana dalamku, 
mengeluarkan penisku yang sudah sangat tegang.
Perlahan, Clar melepaskan ciumannya. Ia menoleh ke bawah, melihat 
penisku yang ada di gengaman tangannya, dan aku melihat keterkejutan di 
matanya saat melihatnya.
Wow
 Om
 Kayaknya kalo dalam hal ini aku perlu percaya Mami deh
 ujar Clar. Aku nyengir.
Jadi Mami ga bohong ya, kataku. Clar nyengir dan menggelengkan kepalanya.
Ini
 Besar banget sih
 desahnya. 
 Berapa senti?
Tebak, ujarku jahil.
Clar tertawa kecil, Mmm
 Ini sih
 Tiga puluh?
Tiga satu, jawabku. Mata Clar membelalak.
Aku tertawa dan menariknya lembut mendekatku, dan kami berciuman lagi; 
lebih ganas kali ini. Clar memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, dan 
segera kubelit dengan lidahku. Tangan kanannya mengusap penisku dan 
mengocoknya sangat perlahan-lahan, dari pangkal ke kepala, dan sangat 
perlahan kembali lagi ke pangkal
 Begitu terus. Belum pernah aku di 
handjob seperti ini!
Kami terus berciuman, semakin lama semakin panas, lidah kami saling 
membelit. Aku melepas ciuman. Clar perlahan menaikiku, meletakkan 
penisku di antara selangkangannya yang membuka lebar. Pahanya yang 
jenjang dan mulus menjepitku dengan lembut.
You can touch me if you want
 godanya. Aku merasa penisku berdenyut 
setiap kali mendengar suaranya yang sangat merdu. Aku tersenyum dan 
perlahan mulai meletakkan tanganku di atas pahanya
 Mulus sekali.
Tanganku bergerak perlahan ke belakang, menikmati bongkahan pantatnya 
yang bulat. Kuremas dengan kuat pantat Clarissa yang montok. Clar 
menggigit bibir bawahnya sambil tersenyum nakal, dan mulai 
perlahan-lahan membuka kancing kemejaku, dan dengan lembut, jemarinya 
yang lentik membelai dadaku.
Sembari tanganku naik dari pantat ke pinggang Clarissa yang sangat 
ramping, gadis ini mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur 
perlahan-lahan, seperti sedang menaiki kuda. Penisku merasakan sensasi 
gesekan yang sangat nikmat.
Mmmhh
 Clar
 desahku. Clarissa nyengir manis sekali, dan menundukkan 
tubuhnya, menciumi leherku dengan lembut, menjilatinya. Aku merasa 
seperti aliran listrik menjalar di seluruh tubuhku.
Aku kembali menggerakkan tanganku semakin ke atas, menuju gunung 
kembarnya yang sangat indah. Namun, belum sempat aku menyentuhnya, Clar 
meliuk, dan mengarahkan ciumannya semakin ke bawah perlahan-lahan. Dari 
leher, ke dada, ke perut, ke pinggang
 Hingga akhirnya ia berhenti 
persis di atas penisku yang sudah tak sabar menunggu. Clar mengangkat 
matanya menatapku, seolah meminta izin.
Go ahead
 Send me to heaven, kataku. Aku sudah tak sabar. Clar 
nyengir, dan dengan sangat lembut, ia memasukkan penisku ke dalam 
mulutnya. Bibirnya yang tebal mengatup, membungkus sempurna penisku, dan
 mulai perlahan-lahan bergerak turun hingga menyentuh pangkalnya. Aku 
tak dapat melukiskan betapa enaknya blowjob ini dengan kata-kata.
Aku dapat merasakan kepala penisku menyentuh ujung belakang bagian dalam
 tenggorokan Clar. Aku tahu penisku masuk sudah memenuhi rongga mulutnya
 dan hampir seperempat leher gadis ini, tapi hebatnya, ia tidak tersedak
 sedikit pun. Sambil kebali menatapku, Clar mengangkat kepalanya 
perlahan-lahan, kembali bibir tebalnya membelai penisku. Aku 
memejamkan mata menikmati.
Ohh
 Clar
 Clarissa
 Mmnhh
Clar mulai mempercepat gerakannya naik-turun. Lidahnya bermain di bagian
 bawah penisku. Blowjob yang sekelas ini hanya pernah aku rasakan dari 
satu orang: Grace, mantan pacarku. Tanganku membelai rambutnya yang 
merah tua. Aku tahu aku tak akan tahan lama dibeginikan terus.
Mmhh
 Clar
 NnnnnAAAHH!
Clar melepas sedotannya dan penisku menembakkan sperma berkali-kali ke 
wajah cantiknya. Clar memejamkan mata rapat-rapat sambil tersenyum, 
senyum yang membuat hidungnya berkerut, imut sekali. Saat aku selesai 
menembakkan spermaku, wajahnya sudah berlumuran putih. Clar nyengir 
manis, mengambil sisa-sisa cairan putih kental itu dengan jemari 
lentiknya, dan melumatnya semua dengan mulutnya sampai habis. Seksi 
sekali. Penisku masih tegang sekali, bahkan rasanya semakin tegang.
Om
 Koq masih tegang sih
? tanyanya. Aku menangkap nada terkejut yang asli dari suaranya. Aku tertawa.
Baru sekali sih ga ada apa-apanya, Clar
 Yuk lanjut!
Kubalikkan badannya hingga terlentang di ranjang, dan perlahan, kubuka 
lingerie merahnya. Dadanya yang indah terpampang di depanku; dadanya 
bulat dan montok, putih mulus, dengan puting yang cukup kecil berwarna 
merah muda. Vaginanya tercukur bersih, tidak ada bulu sedikit pun. Aku 
mengagumi keindahan tubuh gadis ini sambil tersenyum.
Ayo Om
 Koq diem aja sih
 desahnya menggoda.
Aku nyengir. Tak menunggu disuruh dua kali, aku menciumi leher Clarissa.
 Clar memejamkan mata, menikmati. Ciumanku turun ke dadanya yang montok.
 Tanganku sudah tak sabar meremas keduanya; perlahan kuremas dada gadis 
ini, tebal dan penuh rasanya. Aku menyadari satu hal: Kulit Clar 
sangatlah mulus; seperti menyentuh sutra rasanya.
Mhh
 Om
Kedua tanganku meremas dadanya semakin kencang. Jemariku memainkan putingnya yang mengeras, membuat Clar menggelinjang keenakan.
Mmhh! Mnnhh
 Oo
m!
Clar
 Om sedot ya
Clar mengangguk. Mukanya mulai merona merah. Kusedot puting kirinya 
terlebih dahulu, lidahku memain-mainkannya di dalam mulutku. Clar 
menggigit bibir bawahnya. Rupaya payudara gadis ini sangat sensitif.
Ngahh
 Aa
 Aahh
 Omm
 Oommm
Tangan kanan Clar mencengkeram rambutku sementara yang kiri menarik 
seprei kuat-kuat. Desahan nafasnya semakin berat. Aku menyedot putingnya
 dan meremas dadanya lebih kuat lagi. Clar tak tahan.
Aaahh
 AAHH
 MNNHH!
Tubuh Clar menegang beberapa detik, kemudian melemas. Orgasme pertamanya berakhir, membuat dirinya gemetar.
Clar
 Kamu baru dimainin toketnya aja udah orgasm gimana
? godaku. Clar nyengir malu, mukanya merah padam.
Mmhh
 Gatau Om
 Hhh
 Hhh
 Biasanya ga gitu
 Barusan kenapa
 Hhh
 Enak banget tiba-tiba, katanya sambil ngos-ngosan.
Boleh lanjut? aku meminta izin. Clar mengangguk kuat sambil tersenyum.
Aku meneruskan ciumanku turun semakin ke bawah; menikmati kelembutan 
kulitnya turun ke perutnya yang rata dan kencang, ke pangkal pahanya, 
dan akhirnya berhadapan dengan vaginanya yang pink dan tembem. Indah 
sekali.
May I?
Sure
 Sure Om
 Please
Aku membenamkan wajahku di selangkangan Clarissa. Vaginanya sudah basah 
sekali berkat orgasme tadi, dan sekarang aku menjulurkan lidahku ke 
dalamnya, menjilati bagian dalam dinding vaginanya dengan bersemangat.
Nnngg
 Nhhhh
 Aahh.. Aaaah! Omm
 O
 Ohhh
 Clar mendesah dan melenguh 
dengan nikmat. Seingatku, aku belum pernah mendengar desahan semerdu 
ini. Tubuh Clarissa mengejang lagi, dan sebentar kemudian aku merasakan 
wajahku tersiram cairan bening segar yang menyemprot dari dalam vagina 
gadis ini.
Aku mengangkat dan mengelap mukaku dengan selimut. Clar menatapku dengan
 matanya yang besar dan indah, yang sekarang terlihat sayu setelah dua 
kali orgasme. Aku tersenyum, bergerak ke atas tubuhnya, mendekatkan 
wajahku ke miliknya. Clar membelai wajahku, jemarinya yang lentik 
menelusuri jenggot tipis di pipi dan daguku.
I love your smile, bisikku sambil mengecup bibirnya. Clar memamerkan senyumnya yang cantik.
Just my smile
? desahnya menggoda. Aku mendengus.
 Your everything
 kataku. Penisku menyenggol bibir vaginanya, sudah tak sabar.
Im yours, Om
 bisik gadis ini di telingaku. Tangannya menggenggam 
penisku, mengarahkannya ke dalam vaginanya. Kepala penisku menyentuh, 
kemudian menembus vaginanya perlahan. Vany memejamkan mata dan memelukku
 erat-erat.
Pelahan, aku merasakan penisku menerobos masuk ke dalam vaginanya; 
dinding vaginanya yang becek dan hangat membungkus penisku. Clar 
mengangakan mulutnya, seperti hendak mendesah keras atau mencari napas, 
tapi tak ada suara yang keluar. Aku terus menusuk ke dalam dengan 
perlahan, hingga akhirnya kepala penisku menyentuh mulut rahim Clarissa.
 Clar membelalakkan matanya. Seluruh tiga puluh satu sentimeter penisku 
telah memenuhi vaginanya.
O
 Omm
 You fill
 Me up
 katanya terbata. Aku mengecup bibirnya yang 
tebal. Aku menarik penisku sampai setengah keluar, kemudian dengan cepat
 dan sekuat tenaga menghujamkannya kembali ke dalam vagina Clar.

Mmnnhhh! Aaah! Aah! Omm
 Oh
. Aaahh
 Aaah
 Mnhh! desah Clar dengan kencang. Tangannya memeluk punggungku erat-erat.
Om! Omm
! Nggh! desahnya merdu. Aku mengecup, menjilati leher Clarissa
 yang jenjang. Clar menggelinjang, matanya terpejam, mulutnya menganga 
keenakan. Vagina Clar yang sangat hangat dan lembut seperti semakin lama
 semakin mengetat di sekeliling penisku. Enak sekali.
Mmh
 Clarr
 Clar
 So
 Good
 kataku sambil terus menggenjotnya. Clar 
merapatkan kedua tungkainya ke kanan-kiri pinggangku. Tanganku meremas 
kedua buah dadanya yang mulus dan montok, memainkan putingnya dengan 
jemariku.
Om
! Ahh.. Ahh
 Aaaahh! Annhh
. OOM! Clar menjerit. Aku merasakan 
penisku disiram cairan dingin. Clar baru saja orgasme lagi. Aku tak 
peduli, aku semakin mempercepat tusukanku. Vaginanya mengencang, 
menjepitku semakin erat. Aku tahu aku tak akan bertahan lama.
Clarr
 Clar
 Clar
 Mmmhh
. Om
 Mau
 Keluarr
 Nnnhh
 NNH!
Aku meledakkan spermaku banyak-banyak ke dalam vagina gadis ini. Saat 
kutarik penisku lepas, cairan putih meleleh dari dalamnya. Wajah Clar 
merah padam, tubuh indahnya bersimbah keringat. Aku jelas belum puas.
Oh my God
 Oh
 Omm
 Hhhh
. Clar terbata-bata mencari napas. 
Kumiringkan tubuhnya yang agak lemas ke sisi kanan. Aku beranjak ke 
belakangnya. Tanpa disuruh, Clar mengangkat tungkai kirinya dan 
menahannya dengan tangannya, menyediakan ruang bagiku.
Aku menusukkan lagi penisku ke dalam vaginanya. Basah sekali sekarang. 
Tanpa aba-aba, aku langsung menggenjot gadis ini. Tangan Clar 
mencengkeram seprei, menikmati. Kuremas-remas dadanya yang montok sambil
 menciumi lehernya yang jenjang.
Aaaahh
 Annhh
 Mmnhh
. Mhhh! Mhhhh!
Aku merasa penisku bahkan lebih mengeras lagi setiap kali mendengar Clar
 mendesah. Entah kenapa, suaranya seperti menyihirku. Indah dan merdu 
sekali. Jemariku memainkan putingnya, mencubitnya dan memutar-mutarnya 
perlahan. Clar sepertinya tidak tahan.
Mmhhh
 Mmhh
 Omm
 Oommmm
. Oommmm!
Cairan dingin putih kembali menyembur dari dalam vaginanya, kali ini 
lebih kencang sampai penisku terlepas. Clar terkulai lemas di ranjang. 
Tapi aku belum puas. Tenagaku sudah tidak sekuat dulu waktu remaja, tapi
 aku tahu aku masih bisa sekali lagi.
Kubelai paha Clar yang sangat mulus dari bawah ke atas, dan meremas 
pantatnya yang montok. Clar sepertinya mengerti apa yang aku inginkan, 
tapi tidak berani mengatakannya. Wajahnya meronah merah, kali ini karena
 malu. Aku nyengir. Sepertinya harus basa-basi dulu supaya dia tenang.
Kamu
 Kapan pertama kali ML?
Umur 13, Om
 jawabnya. Aku tersenyum.
Kamu dari umur 13 udah cantik gini? godaku. Clar tersenyum malu. Pipinya menjadi semakin merona.
Nanti minta Mami aja foto-foto pas aku kecil, katanya. Aku terbahak, lalu aku langsung masuk ke topik utama.
Kalo
 yang ini? Pertama kali kapan
? tanyaku, sambil perlahan membelai
 pantatnya. Sekarang muka Clar merah padam. Aku sudah tahu jawabannya.
Mmm
 
. Belum pernah
 Om
 katanya malu-malu.
 Mau? tanyaku. Clar terlihat ragu-ragu. Kupeluk gadis ini dengan 
lembut. Entah mengapa aku menyayanginya lebih dari sekedar teman seks, 
tapi seperti anakku sendiri.
Clar terdiam, kemudian tersenyum. Tiba-tiba aku melihat ada kilatan jahil di matanya.
 Mmm
 Mau deh, katanya manja sambil menjulurkan lidah. Tapi
 Ada satu syarat!
Apa? tanyaku.
 Aku boleh manggil Om
 Papi! ujarnya. Aku terbelalak.
Hah? Koq Papi? tanyaku, benar-benar terkejut.
Hahaha
 Yaa
 Aku dari kecil ga pernah kenal Papiku
 Dan selama ini 
cowo-cowo yang aku kenal kebanyakan cuma deketin aku karena aku cantik, 
atau karena badanku bagus
 Atau cuma sebatas clientku aja, jelasnya 
panjang-lebar.
Loh
 Aku juga kan kenalan kamu as a
 A client?
I know
 
 No, I dont know
 katanya, bingung. Kemudian Clar tertawa renyah.
Gatau
 Aku kayak
 Sejak Om buka pintu tadi, aku bisa ngerasain sayang yang beda, yang ga cuma nafsu, lanjutnya.
Aku terdiam. Bagaimana ia bisa membaca pikiranku?
Clar mengecup pipiku, tangannya membelai wajahku. Aku menatap matanya yang indah, dan senyumnya yang menyihir.
Jadi
 Boleh ga
 Papi? bisiknya dengan suara merdunya.
How can I say no
 kataku, menyerah. Tapi minta ijin Mami dulu ya!
Clar terbahak, mengangguk. Kami berciuman, lembut dan lama. Lidah kami saling membelit.
Clar membalikkan badannya, nungging di atas ranjang. Aku menyiapkan 
diriku di belakangnya, dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang 
basah. Clar menoleh, bingung.
Biar licin dulu, Clar
 jelasku. Clar tersenyum paham.
Setelah beberapa kali melumasi penisku dengan cairan vaginanya, aku 
melepas penisku dan mengarahkannya ke anus Clar. Perlahan, kugosokkan 
dulu batang penisku di belahan pantatnya yang montok, membiasakan pantat
 Clar dengan sensasi ini. Clar memejamka mata menikmati.
Perlahan, kedua tanganku meremas bongkahan pantat Clar dan 
melebarkannya. Dengan sangat pelan, ku tusukkan kepala penisku ke 
anusnya.
Relax ya, Clar
 kataku menenangkannya. Clar mengangguk.
Kedua jempolku menarik anusnya semakin melebar. Kepala penisku masuk 
perlahan diikuti dengan sedikit demi sedikit batangnya. Clar 
menggelinjang, ia membenamkan mukanya di bantal, menahan sakit. Tapi 
gadis ini cenderung kalem, sehingga ia tidak mengencangkan anusnya dan 
membuatnya menjadi lebih menyakitkan. Clar tetap rileks, dan 
perlahan-lahan, penisku mulai mengisi anusnya sampai penuh.
Saat seluruh penisku sudah memasuki anusnya, Clar menoleh ke arahku, 
mukanya merah padam. Ini sempit sekali, dan bongkahan pantatnya yang 
montok membungkus penisku dengan nikmat.
Ready? tanyaku. Clar mengangguk, agak ragu-ragu.
Tanpa disuruh dua kali, aku menarik penisku dari anusnya sampai setengah
 panjangnya, dan menghujamkannya ke dalam sekuat tenaga. Clar 
membelalakkan mata, dan lenguhan panjang keluar dari mulutnya.
Nnggggaaaaaahhhhhhh
.! Oohh! Oh Papi! Paaa
. pppiiii!
Aku menyerang pantat Clar kuat-kuat. Tanganku meremas, menampar pantat 
Clar dengan lembut. Clar kembali membenamkan wajahnya di bantal, suara 
jeritan dan desahannya teredam. Kedua jemarinya mencengkeram seprei 
kuat-kuat.
Mhh
 Mmhhh Clar
 Clar ini
 Enak
 Banget
 aahhh
Kuangkat tubuh gadis ini hingga terduduk di posisi reverse-cowgirl, 
punggungnya bersandar di dadaku. Tanpa disuruh, Clar mengangkat pahanya 
dan menghujamkannya kembali ke atas penisku berkali-kali. Tanganku 
merogoh kedepan, kembali memainkan dadanya. Aku mengecup, menjilati 
lehernya.
Ahhn.. Hahnnn.. Ahhnn
. Ahh.. Aaahh
 Pa
 Pii
 desah Clar tak karuan.
Aku melepas penisku dari dalam anusnya dan merebahkan diriku. Clar 
paham, langsung membalikkan badannya dan menaikiku. Tangannya sendiri 
yang membimbing penisku masuk ke dalam anusnya kembali. Aku meremas 
bongkahan pantat gadis ini sambil menghujam-hujamkan penisku dengan 
kuat. Sempit sekali, enak sekali.
Mmmmhhh! Mhh
 Papi
 Papi
 Mau
. Keluarr
. Mmhhh desahnya.
Bareng
 Bar
 Bareng ya
 ajakku. Clar mengangguk liar. Wajahnya merah 
padam. Keringat membasahi tubuh kami berdua. Klimaksku sudah dekat.
Clar
 Clar
 Mmhhhhh!
Oohh
 Papp
. Pappiiii!
Aku meledakkan spermaku banyak-banyak di dalam anusnya, sementara Clar 
squirting kencang ke atas perutku. Aku terus menembakkan spermaku hingga
 penisku tercabut dari anusnya.
Clar roboh di atasku, terengah-engah. Kami terdiam beberapa lama, 
mengatur nafas. Kupeluk tubuh jenjang Clarissa. Aku merasakan cairan 
putih mengalir perlahan dari vagina dan anusnya. Aku memejamkan mata, 
menikmati tubuh kami yang saling menempel, merasakan nafas kami yang 
tersengal-sengal.
Aku menoleh, mencari wajah cantik Clarissa. Matanya terpejam, mulutnya sedikit menganga. Ia sudah tertidur!
Tersenyum, dengan sangat hati-hati aku membalikkan tubuh Clar hingga 
telentang di ranjang, dan menyelimutinya dengan lembut. Kukecup kening 
gadis ini sambil berbisik.
I love you, Clar
Aku beringsut turun dari ranjang, ingin ke toilet untuk membersihkan 
diriku. Tapi lima jari lentik yang sangat mulus menyentuh pergelanganku 
dengan lembut. Aku menoleh, Clar membuka matanya sedikit, dan tersenyum 
sangat manis.
I love you too, Papi
 Dont leave
 bisiknya lembut.
Aku nyengir. Hatiku sudah benar-benar luluh. Kembali kunaiki ranjang dan
 kurebahkan diriku di sebelah Clarissa, dan sekali lagi
 Kami berciuman 
dengan lembut.
Senin, Oktober 2025
10.03AM
Studio Three
Amsterdam, Belanda
Ahh! Ah! Anhh! Anhh
!
Ohh
 Oh Shit
 Shannon
 Mmhh!
Ohh.. Mnnhh!
Joel mempercepat tusukannya ke dalam anus Shannon. Sementara itu Steve 
menghujamkan penisnya yang sangat besar ke dalam vagina Shannon dengan 
bersemangat. Di saat yang bersamaan, Ken meremas dada Shannon yang 
sangat besar, membuat susu menyiprat keluar, dan menjepit penisnya 
kuat-kuat. Tubuh Shannon bergerak seirama hantaman Joel dan Steve yang 
memasukinya bergantian. Tangan kanan dan kiri Shannon mengocok penis 
John dan Tony. Muka Shannon menunjukkan dirinya sudah sangat mendekati 
klimaks.
Are you
 Mmhh... About to
 Nhh... Cum, Shannon? tanya Steve.
Uh huh
 Ahh.. Ahh.. Shannon mengangguk berkali-kali.
Me
 Me too.. Mmhhnnhh
 kata Joel.
Yes, lets cum
. Mhh
 Together
 Mnnhh
. lenguh Ken.
Ngh!
 Aahh
 Fuck
 Ahh
Tangan Joel dan Steve membelai perut Shannon yang sangat buncit; 
kulitnya sangat mulus dan indah, terlihat sangat berkilau karena cahaya 
matahari dan minyak pelumas yang melumurinya. Shannon mencengkeram 
seprai erat-erat. Mukanya merah membara.
Im Cumming
 Ahhhh! Im Cumm
 ingg!
Nnhhhhh! Ahhhh!"
Joel meledakkan spermanya berkali-kali ke dalam anus Shannon. Beberapa 
detik kemudian Steve pun melakukan yang sama ke dalam vagina Shannon, 
diikuti oleh Ken di antara jepitan dadanya, dan John serta Tony yang 
menyemprotkan cairan putih ke muka cantik Shannon. Shannon mengejang 
saat mencapai orgasmenya, dadanya menyemprotkan air susu 
kencang-kencang, kemudian ia terkulai, melemas, sambil mendesah nikmat. 
Joel dan Steve cepat-cepat mencabut penis mereka, dan cairan putih 
kental mulai mengalir banyak-banyak dari dalam anus dan vagina Shannon.
***
And
 Cut! GREAT SHOT! Thats a wrap everyone! Thank you!
Seluruh crew bertepuk tangan. Aku baru saja menyelesaikan shooting 
adegan terakhir film dewasa produksi terbaruku. Joel Blake, Steve Long, 
Ken Harding, John Cummings dan Tony Strong, aktor-aktor film dewasa 
paling terkenal belakangan ini, memeluk Shannon, lawan main mereka, 
memakai kimono, berpamitan padaku dan tim produksi, kemudian segera 
berjalan menuju ruang ganti mereka. Para crew pun segera meninggalkan 
ruangan studio.
Aku berdiri, nyengir pada gadis cantik yang masih terkulai bugil dan 
bersimbah cairan putih di ranjang, dan berjalan mendekatinya. Gadis itu 
nyengir manis membalasku.
Hai Papi
Wonderful, Clar
 pujiku.
Shannon Silver adalah aktris film dewasa yang paling dicari di internet 
dalam 3 bulan terakhir, dengan puluhan judul film yang sudah terbit 
hanya dalam 9 bulan sejak debutnya. Wajahnya yang adalah perpaduan 
sempurna kepolosan dan keseksian, tubuhnya yang sangat elok natural, 
teknik seksnya yang luar biasa, dan suara desahannya yang merdu 
membuatnya langsung menjadi bintang di dunia perfilman dewasa 
internasional. Apalagi, film-filmnya yang dirilis belakangan ini 
menunjukkan tubuhnya yang sedang mengandung, membuatnya semakin montok 
dan seksi.
Tapi, aku mengenalnya sebagai Clarissa
 Gadis sangat cantik berusia 18 
tahun, anak perempuan teman baikku Natalie, yang sekarang memanggilku 
Papi atas seizin maminya. Dan
 Ya
 Clar sedang 8 bulan mengandung 
anakku.
Gimana tadi? tanyaku.
Good
 Cowo-cowo ini selalu beneran kerasa enaknya, kata Clarissa 
sambil tersenyum dan mengusap perutnya yang buncit. Aku memakaikan 
kimono putih kepadanya.
Tapi masih enakan Papi, ah
 Baby-nya lebih cocok sama papinya sendiri 
kayaknya, tambahnya sambil berbisik nakal. Aku tertawa kecil.
Good shot, Clar,
Kami menoleh, dan melihat Natalie berjalan masuk ke ruangan. Ia 
menghampiriku dan mengecup keningku, kemudian mencium pipi anak 
gadisnya.
Thank you, Mi
 kata Clarissa sambil nyengir. Natalie duduk di ranjang di sebelahku.
So
 Lunch? tanya Natalie menawarkan makan siang. Aku melirik arlojiku.
Masih jam segini baru brunch kali, Nat
 kataku. 
 Kan tadi udah breakfast?"
Apalah istilahnya
 Gue laper lagi pokoknya, kata Natalie. Clarissa tertawa.
Hahahaha
 Ya pasti laper terus lah
 Mami kan makan buat dua orang juga, ujarnya renyah.
Bener juga ya
 kataku sambil ikut tertawa. Aku membelai perut Natalie 
yang juga sudah buncit, 5 bulan membawa janinku di dalamnya.
Lu tuh ya, Dit
 Sekali jebret langsung Mami sama Anak loh jadi 
dua-duanya, kata Natalie seolah ngambek. Aku tertawa, kukecup bibir 
temanku ini, kemudian berpaling dan melakukan yang sama pada Clarissa.
Ya gimana
 Ibu sama anak dua-duanya super hot, kataku. Clarissa tertawa dan memukul lenganku.
Gapapalah, Mi
 Kan aku sekalian dapet adek juga, katanya manis. 
Jemarinya yang lentik merogoh selangkanganku dan mulai membelainya 
lembut. Aku merasa penisku mengeras.
Eh
 Eh
 Ini jadi makan ga? tanyaku panik.
Hmmh
 Aku koq masih pengen lagi, jawab Clar manja. Wah bahaya ini. Aku
 menoleh ke Natalie meminta bantuan, tapi aku terkejut melihatnya 
melepas sweaternya, menampilkan bra warna hitam berenda yang nampak 
kesulitan menahan dadanya yang 38DD, dan perutnya yang buncit 
menggiurkan.
Mmh
 Gue lebih laper ini sih, Dit sebenernya
 katanya menggoda. Aku 
menelan ludah. Natalie menarik lepas bra nya, menjatuhkan roknya, 
melepas celana dalamnya perlahan dan menarik kepalaku hingga wajahku 
terbenam di antara dadanya yang montok.
Makannya ntar aja ya, Pi
 bisik Clar yang sudah melepas kimononya dan 
celanaku, kemudian meletakkan penisku yang sudah sangat tegang di antara
 dadanya yang sudah mengembang hingga 36F karena penuh dengan susu. Saat
 Clar menekan kedua dadanya dan mulai men-titfuck-ku, air susu mengalir 
keluar dari kedua putingnya.
Mmnnhh
 Astagaaah kalian
"
No comments:
Post a Comment