Kala itu aku numpang kost di rumah temanku yang sudah berkeluarga, 
sedang seorang gadis adik temanku kebetulan numpang juga di rumah itu, 
sebagai pengasuh anak-anak temanku itu, berhubung suami istri bekerja.
Pada awalnya aku memandang gadis itu Nani namanya, biasa-biasa saja, 
maklum aku walaupun sudah cukup dibilang dewasa (27) tetapi sekalipun 
belum pernah mengenal wanita secara khusus apalagi namanya pacaran, 
maklum orang tuaku menekankan menuntut ilmu lebih utama untuk masa 
depan. Apalagi setelah aku selesai kuliah dan langsung bekerja, aku 
merasa berhasil menikmati hasilku selama ini. Itu sekedar background 
kenapa gadis itu aku pandang biasa saja, karena dia hanya lulus SD 
sehingga aku kurang peduli bila aku menyadari tingkat pendidikanku 
sendiri.
Namun dari hari kehari Nani si gadis itu selalu melayaniku menyediakan 
makan, menjaga kebersihan kamarku, dan bahkan mencuci bajuku yang 
terkadang tanpa aku minta walaupun aku sebenarnya biasa mencuci sendiri,
 namun adakalanya aku cukup sibuk kerja, sehingga waktuku terkadang 
serasa di buru-buru.
Rupanya gadis itu sedikit menaruh hati, tapi aku tidak tanggap sekali. 
Terlihat dari cara memandangku, sehingga aku terkadang pura-pura 
memperhatikan ke arah lain. Sampai pada suatu saat, dimana temanku 
beserta anak istrinya pulang kampung untuk suatu keperluan selama 
seminggu, sedangkan adik perempuannya karena harus menyediakan makan 
setiap kali untukku, tidak diikutkan pulang, sehingga tinggal aku dan si
 gadis Nina itu di rumah.
Rupanya kesendirian kami berdua menimbulkan suasana lain di rumah, dan 
hingga pada suatu pagi ketika gadis itu sedang menyapu kamarku yang 
kebetulan aku sedang bersiap berangkat kerja, masuklah gadis itu untuk 
menyapu lantai. Sebagai mana posisi orang menyapu, maka saat gadis itu 
membungkuk, aduhh…, rupanya perh yang sedang bercermin tersapu juga oleh
 pemandangan yang menakjubkanku. Dua buah melon yang subur segar 
terhidang di depanku oleh gadis itu, dengan sedikit basa basi gadis itu 
menyapaku entah sadar atau tidak dia telah menarik perhatianku karena 
payudaranya yang tidak terbungkus BH, kecuali dibalut baju yang 
berpotongan dada rendah. Dengan tidak membuang kesempatan aku nikmati 
keindahan payudara itu dengan leluasa melalui cermin selama menyapu 
dikamarku.
Menjelang dia selesai menyapu kamarku, tiba-tiba dia dekap perutnya 
sambil merintih kesakitan dan muka yang menampakkan rasa sakit yang 
melilit. Dengan gerak refleks, aku pegang lengannya sambil aku tanya apa
 yang dia rasakan. Sambil tetap merintih dia jawab bahwa rasa mules 
perut tiba-tiba, maka aku bimbing dia ke kamarnya dengan tetap merintih 
memegangi perutnya sampai ditempat tidurnya. Kusuruh dia rebahan dan 
memintaku untuk diberikan obat gosok untuk perutnya. Segera aku ambilkan
 dan sambil berjaga dia gosok perutnya dari balik blousenya.
Tetapi tiba-tiba saat menggosok lagi-lagi dia mengerang dan mengaduh, 
sehingga membuatku sedikit panik dan membuatku segera ikut memegangi 
perutnya dan sambil ikut mengurut juga. Dan nampak sedikit agak 
berkurang rintihannya, sambil masih tetap kuurut perutnya. Kepanikanku 
mulai hilang dan aku mulai sadar lagi akan keindahan payudara gadis itu 
bersamaan dengan bangkitnya perasaan gadis itu selama aku urut tadi 
mulai menelusuk ke tubuhnya merasakan kenikmatannya juga dan dengan 
tiba-tiba tanganku dipegangnya dan dibimbingnya tanganku ke taman 
berhiaskan buah melonnya yang subur segar dan aku turuti saja kenikmatan
 bersama ini untuk mengusap buah melon yang tidak terbungkus itu, dan 
tanganku terus menelusup diantara buah-buah itu sambil memetik-metik 
putingnya.
Gadis itu mulai merintih nikmat, dan erangan halus dan memberi isyarat 
tanganku untuk terus dan terus memilin puting buahnya yang semakin 
menegang. Baru aku sadari bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting 
gadis yang menegang bila sedang terangsang dengan erangannya yang 
membuat penisku yang dari tadi ikut mengeras tambah menekan di dalam 
celanaku yang sebenarnya sudah siap untuk berangkat kerja, namun untuk 
sementara tertunda. “Eehh… Mas.. gelii.. tapi nikmat, aahh.. eehmm 
aduuhh nikmat mass..” Posisi dia saat itu sambil duduk membelakangiku, 
dan tiba-tiba dia menyandar ke dadaku sambil menengahkan mukanya dan 
mulutnya mengendus-endus leherku.
Tanpa buang waktu, mulutku pun kuenduskan ke lehernya dan selanjutnya 
mulut kami saling berpautan, saling mengulum dan saling menjulurkan 
lidah dengan penuh nafsu, sementara tanganku terus menyusuri buah-buah 
yang subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang tangan gadis itu
 mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan ditandai 
kegairahannya untuk melepas kaitan rok bawahannya dan dilanjutkan ke 
kancing-kancing blousenya.
Kembali kesadaranku tertegun untuk pertama kali aku menikmati keutuhan 
tubuh seorang gadis yang hanya mengenakan CD-nya. Namun untuk saat itu 
juga aku terperanjat, “Eiitt, Nina ini sudah jam delapan, aku harus 
berangkat kerja wahh, aku terlambat”, kataku. Kami saling tertegun 
pandang dan saling senyum tertahan dan kemudian kami berpeluk cium, 
sambil aku berkata, “Entar aku berangkat dan aku segera kembali, hanya 
untuk minta ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana?”.
“He.. eh, Mas entar kita terusin lagi ya Mas, tapi janji lho, ehh tapi Mas?”.
“Kenapa Nan…” tanyaku.
“Mas kemot dulu dong buah dadaku, ntar baru boleh berangkat”.
Achh lagi-lagi kenikmatan yang tak bisa ditunda pikirku, dengan 
“terpaksa” aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah 
dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di kedua buah dadanya, 
sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku. Kami saling melepas 
pelukan yang seolah adalah kerinduan yang selama ini lama terpendam.
Kebetulan kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku 
tempati. Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat diterima atasanku, 
segera aku bergegas pulang lagi. Ketika aku sampai dirumah, yang memang 
setiap harinya sepi pada jam-jam kerja, maka menambah kegairahanku waktu
 aku membuka pintu depan yang tidak terkunci, dan langsung kukunci saat 
aku masuk. Tetapi pintu-pintu kamar tertutup. Maka yang pertama aku tuju
 adalah kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti baju kerjaku dengan maksud
 akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja.
Aku buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan 
celana dalamku, tiba-tiba dari belakang, Nina si gadis itu sudah di 
belakang mendekapku dan ohh, menakjubkan…, rupanya sedari tadi dia aku 
tinggalkan, dia tidak lagi kenakan bajunya sambil terus menunggu di 
kamarku. Maka kembali kenikmatan pagi itu aku teruskan lagi, dengan 
saling meraba dan dengan ciuman yang penuh nafsu dan kami masing hanya 
mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit kami bisa saling bergesekan
 merasakan dekapan secara penuh, sementara kami berpelukan dan mulut 
berciuman, penisku merasakan keempukan tonjolan daging di selangkangan 
Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang penisku.
Sedangkan dadaku merasakan tonjolan buah dadanya yang lembut dan torehan
 puting susunya di dadaku. Tanganku bergerak dari punggungnya beralih ke
 pantatnya yang bulat untuk aku remas-remas, sedang tangannya tetap 
memegang leher dan kepalaku dengan mulut, bibir dan lidah saling 
mengulum. Lama kami pada posisi berdiri “Eeehh… mmaas eehh eegh enaak 
sayang ngg…, teruss, teruss… gelii… egghh eenaak” erangnya yang setiap 
saat keluar dari mulutnya.
Kegairahan pagi itu kami lanjutkan di lantai kamarku untuk saling 
berguling dan tetap saling peluk menaikkan gairah petting kami yang 
pertama kali di lantai kamarku. Maklum kamar indekost dengan tempat 
tidurku yang seadanya dan pas-pasan yang pasti kurang pas untuk 
kegairahan petting yang memuncak di pagi itu.
Dengan leluasa tangan kami saling bergerak ke buah dada, penis, puting 
dan satu hal selama ini yang jadi obsesiku adalah keinginan yang 
terpendam untuk mengemot puting bila melihat buah dada wanita yang 
sedemikian montok dan menggairahkan, maka aku tumpahkan obsesiku pada 
kenikmatan pagi itu untuk pertama kalinya. “Mass sayang terruss kemot 
pentilku.. mmaass gelii, geelii,… eehm Mas nikmat.. terus jilatin 
pentilku teruss aku peengin di jilatin terus pentilku..”. Dengan penuh 
gairah pertama aku puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan semakin 
menegang dan demikian juga dengan penisku, sambil aku gesek-gesekkan ke 
tonjolan daging di selangkangannya.
Aku kembali agak kaget ketika batang penisku merasa basah saat aku 
gesekkan di tonjolan daging selangkangan Nina yang masih memakai CD, 
yang bahkan penisku sendiri belum mengeluarkan cairan sperma. Maka 
sambil mulutku mengemot dan menjilati puting susunya, tanganku mencoba 
meraba selangkangan Nina diantara belahan daging, namun tiba-tiba dia 
memekik “A’aa ehh jangan dulu Mas nggak tahan gelinya”.
Maka sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali meremas buah 
dadanya sambil memilin-milin putingnya “Mass… he’eh begitu kemotin 
pentilku teruss.., susuku diremass-re’eemas… e’eenak eeh… ehghhm… yangg 
geli…”. Penisku terus aku gesek-gesekkan dicelah selangkangan Nina, 
“eeh,,eehh… eehh… eehh… eeheh… eh”. Demikian lenguhannya setiap aku 
gesek selangkangannya.
“Mas… tarik CD-ku dan lepaskan celanamu…”, sampai pada ucapan Nina 
tersebut maka sementara kami lepas pergumulan itu sambil aku dengan ragu
 dan deg-degan menarik pelan-pelan CD-nya yang masih dalam keadaan 
telentang sementara aku duduk dan dia mulai angkat kakinya ke atas saat 
CD-nya mulai bergeser meninggalkan pantatnya, sambil terus kutarik 
perlahan-lahan dengan saling berpandangan mata serta senyum-senyumnya 
yang nakal, maka aku dihadapkan dengan sembulan apa yang disebut 
clitoris yang ditumbuhi rambut-rambut halus sedikit keriting dan 
bllaass, lepas sudah CD-nya tinggalah celah rapat-rapat menganga semu 
pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir dari lubang kenikmatan
 itu.
“Nin.. kenapa sih” tanyaku nakal, “Apanya… Mas” sahutnya sambil senyum, 
“Kalau dikemot-kemot payudaranya sama pentilnya tadi”. “Aduh rasanya 
geli banget, rasanya kaya mau mati saja tapi nikmat iih geli”. “Enggak 
sakit dikemot dipentilnya tadi” tanyaku, “Enak.. Mas, rasanya pingin 
terus, kalau sudah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya pingin 
dikemot bareng-bareng sama mulut Mas.
Terus di liang kewanitaanku jadi ikut-ikutan geli nyut-nyutan sampai aku
 eeghh.. hemm gimana yach bergidik. hhmm” akunya. “Terus pingin lagi 
nggak dikemot-kemot?” tanyaku penasaran. “Iiih… Mas nakal, ya.. Pingin 
lagi dong”, sambil tangannya merayap ke selangkanganku yang masih pakai 
CD, memencet penisku yang menonjol dan juga meremas. “Kalau adik Mas 
rasanya gimana tuh kalau kupegang-pegang gini?, geli nggak?” 
keingin-tahuannya besar juga. “Sama nikmat rasanya, pengin terus 
dielus-elus sama Nina terus, geli eh-eh… eh” dengan penasaran dia 
mengesek-gesek pas lubang penisku, jadi geli rasanya.
“Kalau ininya dipegang-pegang gini gimana Mas?” sambil dia pegang dan 
raba-raba buah pelirku.” Yah nikmat juga” tegasku sambil aku elus-elus 
pahanya yang tidak begitu putih tapi mulus. “Eh.., Mas tadi kutipu, 
pura-pura sakit, habis Mas kelihatannya cuek saja”, sambil dia senyum 
nakal menggoda. Brengsek juga nih anak batinku, nekat juga ngerjain aku.
 “Mas.. selama seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah, terus gimana
 enaknya Mas?” tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku yang tetap 
tegak sedang aku memilin-milin puting susunya yang juga tetap tegang, 
“Kita kelonan terus saja seminggu ini siang ataupun malam”.
Kebetulan kerjaku selama ini hanya sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia 
menggoda “Terus nanti kalau kelonan terus Mas nanti nggak ada yang 
nyediain makan gimana dong”. “Yah nggak usah makan asal kelonan terus 
sama Nina entar kenyang”. Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan 
diciuminya bibirku sambil lidahnya dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil 
melepas dia berkata “Mas kita kelonan lagi yuk sampai sore, terus nanti 
mandi bareng”.
Tanganku mulai mengelus clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya 
dan kembali dia telentang di lantai dan aku mulai menindihnya “Mas.. 
kalau gini terus aku rasanya mau pingsan kenikmatan eehh… M eghhmm… 
aduuh… nikmat Mas di memekku.. geli rasanya teruuss eeghh… eghh”. Dan 
aku rasakan clitorisnya semakin basah, dan dengan lahapnya jari tengahku
 aku cabut dari clitnya untuk kujilati jariku dan aku rasakan nikmat 
gurihnya lendir seorang perempuan pertama kalinya. “Eeehh.. eennak… 
aahh.. aahh uuhhgg uughhg uuhh… ehhehh” saat jariku kembali menelusup 
kedalam lubang clitorisnya.
Lenguhan mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian 
meningkat tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan 
penisku ke lubang senggamanya. Maka sementara aku tahan walupun penisku 
pun juga sudah semakin basah oleh lendirku juga. Aku mulai merayap 
kebawah selangkangannya dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa 
dia sadari karena matanya terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat
 lidahku mulai menjilat lubang clitorisnya, kembali dia terpekik
“aahhuughh huu… hu… egghh aduh… eggh nikmat, aduhh aku gimana nih Mass 
aahh aku nggak kuat, Mass… Mas.. eghh.. egh hhgeehh… Mas.” sambil dia 
aku perhatikan pantat, paha, perut dan kakinya seolah kejang seperti 
kesakitan tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia 
tekan kuat ke selangkangannya sambil terus berteriak “hehehggheh ahh… 
ehhehh… huhh… mass… aku.. akuu rasanya… eghh” dan dia bangkit sambil 
menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarr, penisku menantang tegak
 “Mas masukkan Mas.. eeghheghh” dan dia angkat kakinya sambil telentang 
dia bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku
 memasuki clitorisnya. “Mas.. kocok Mas eghh Mas yang dalam… kocok terus
 selangkanganku aduhh eghh Mas enakk”.
Sambil menekuk kaki, sementara tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat
 tubuhku aku tindihkan dan kuamblaskan penisku ke lubang yang sedari 
tadi sudah menunggu, dan aku rasakan sedotan lubang yang sangat kuat 
pada batang penisku yang rasanya dikemot-kemot. “Eehhgehhg… teruss. 
teruss Mas… maass nikmat kocok terus aduuh rasanya aku nggak kuat mass 
ada yang keluar eghh.. eeghh. eehhgg aduuhh.. mass…” “ahhgg-agh… Nani 
aku aduh egghh, Nani rasanya memekmu ngemot eghh eehhmm… nikmat… terus 
sedot” “Mass nikmat… sekali nikmat… dalam sekali. Aahh aduh… hhaghhah 
Mass.., aku mau keluarrr”. “Aku juga Nan… ahhgh aku sudah mau keluar.. 
ahgghhah”.
Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot sedot 
penisku sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku dan saat
 itu aku merasa dia terlepas dari penisku, dia bangkit dan menyongsong 
batang penisku dengan mulutnya menyambut semburan spermaku sambil 
tangannya menggosok lubang clitorisnya, ditimpali dengan lenguhannya 
yang tidak beraturan dimulutnya “Cppokklep.. plekk.. clepk.. clkek.. 
cslckek” bunyi mulutnya mengemot dan menyedot penisku sementara aku 
terasa bergetar dan tenagaku berangsur-angsur lemas, sampai dia 
menjilati sisa sperma pada penisku dengan bersih.
Sesaat kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang
 tidak terasa telah jam 3 sore, dan baru kemudian bangun dengan badan 
terasa agak pegal. Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan 
remasan masih dalam keadaan tanpa busana. Akhirnya kami mandi bersama 
dengan air yang sebelumnya kami siapkan.
Itulah pengalaman pertama kaliku menikmati hubungan seks dengan seorang gadis kampung bernama Nani.
      
     
     
No comments:
Post a Comment