Di siang hari yang terik itu, Nina tergesa-gesa turun dari taksi yang 
ditumpanginya. Setelah membayar ongkos taksi, nina buru-buru melangkah 
mendekati pagar tinggi besar sebuah rumah mewah di bilangan jakarta 
tersebut dan menekan belnya dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama, 
seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menuju pagar untuk 
menyambutnya.
“Eh, neng nina. Bibi kirain siapa.”
“Iya bi, cepetan dong panas nih.”
“Iya iya neng masuk..”
Nina dengan segera melenggang masuk kedalam rumah tanpa ba-bi-bu. Ia 
mengibas-ngibaskan kerah seragam SMA nya setibanya didalam, berusaha 
mengusir rasa gerah di tubuhnya. Bi rumi pun tak selang lama ikut masuk 
kedalam dan mengunci pintu.
“Orang-orang belom pada pulang ya?” tanya Nina lagi begitu masuk kedalam
 rumah “Belom neng, tapi tadi non Cynthia udah bilang kok neng Nina mau 
dateng. Cuman ada mas Tomi aja yang udah pulang sejam yang lalu. Paling 
lagi di kamarnya.
“Oh gitu, yauda deh. Saya ke kamarnya Cynthia yah bi. Disana aja ngadem.”
“Iya neng, bibi lanjut masak ya.’
Dan bi rumi pun menghilang ke belakang, menyisakan nina sendirian. Nina 
pun dengan santai melenggang ke lantai dua menuju kamar Cynthia. Nina 
dan Cynthia sudah bersahabat sejak lama sedari SD dan SMP. Bahkan ketika
 mereka berpisah sekolah di SMA persahabatan mereka masih tetap erat. 
Sedari SD hingga SMP Nina kerap bermain ke rumah Cynthia. Tak jarang di 
akhir minggu Nina menginap disana, jadi seisi rumah sudah menganggap 
Nina seperti keluarga sendiri.
Setibanya ia di kamar Cynthia, Nina segera melempar tasnya ke lantai dan
 menjatuhkan badannya di kasur. Cythia sendiri masih ada les tambahan 
hingga jam 4 sore sehingga ia belum masih akan pulang hingga beberapa 
jam kedepan. Nina sendiri sebelumnya sudah berencana untuk bermain ke 
rumah pacarnya. Namun karena satu dan lain hal, rencana berduaan 
tersebut gagal dan akhirnya Nina memilih untuk menghabiskan waktu saja 
di rumah Cntyhia. Dengan kesal, Nina hanya memboalk-balik hapenya saja 
untuk membunuh waktu namun hal tersebut malah membuat ia makin kesal. 
Akhirnya ia pun bangkit dari kasur dan beranjak keluar dari kamar.
Baru saja ia melongok keluar pintu, matanya tertuju kearah pintu kamar 
Tomi diseberang kamar Cynthia yang ternyata sedikit terbuka. Karena 
tidak ada kerjaan, Nina pun memutuskan untuk mengisengi Tomi saja. Tomi 
sendiri adalah adik Cynthia satu-satunya yang terpaut jarak beberapa 
tahun. Saat itu Tomi sudah menginjak kelas 3 SMP, namun badannya tinggi 
besar mungkin karena ia rajin berlatih basket sedari SD. Bahkan kini 
tomi juga rajin berolahraga di Gym sehingga membuat badannya yang sudah 
tinggi menjulang semakin kekar. Meski ia akui Tomi sudah jauh berbeda 
dari yang dulu, namun tetap saja di mata Nina, Tomi adalah anak kecil 
ingusan yang selalu jadi bahan kejahilan dirinya dan Cynthia.
Sambil berjingkat-jingkat Cynthia menghampiri kamar Tomi dan melongok 
sedikit kedalam diantara celah pintu. Nampak Tomi tengah duduk didepan 
meja komputer membelakangi pintu sembari mengenakan headphone. Nina pun 
mengendap-endap mendekati Tomi yang kala itu hanya mengenakan boxer yang
 terpaku didepan komputer. Namun ketika ia baru hendak menepuk bahu 
Tomi, Nina tercekat melihat layar komputer Tomi. Nina baru tersadar Tomi
 ternyata sedari tadi tengah menonton film porno di komputernya. Ia 
nampak begitu berkonsentrasi bahkan hingga tak menyadari Nina sudah 
berada tepat di belakangnya. Nina mengurungkan niatnya sebentar dan 
bergeleng-geleng sendiri menahan geli melihat tingkah polah Tomi yang 
sedang bernapas tak beraturan. Kini bahkan tangan kiri Toni mulai 
bergerak merabai gundukan boxernya sendiri. Saat itulah Nina segera 
ambil tindakan dan menepuk kedua bahu Tomi sambil berteriak kencang.
“HAYO LAGI NGAPAIN!”
Tomi nyaris terjengkang kebelakang sangking kagetnya. Headphone nya 
bahkan ikut terbelit ketika ia terjungkal sangking kagetnya. Dengan 
cepat Tomi mematikan layar komputernya dan berdiri dengan terengah-engah
 dengan wajah pucat pasi. Nina tertawa tergelak hingga terduduk di kasur
 Tomi.
“K-kak Nina ngapain sih! Ngagetin orang aja!!” Ujar Tomi masih sambil terbata-bata.
“Lagian elu sih Tom, nonton bokep serius banget sampe ga sadar gue masuk.” Jawab Nina lagi di sela-sela tawanya.
Tomi tampak memerah padam wajahnya, ia hanya bisa berdiri mematung di samping komputer seperti tengah di strap.
“Emang seru banget gitu bokepnya? mana coba gue pengen liat kaya apa.” Ujar nina lagi sambil beranjak mendekati layar komputer.
“Eh Eh! ngapasin sih kak Nina! u-udah deh keluar aja, gangguin orang aja
 nih!” sembur Tomi sambil berusaha menghalang-halangi Nina.
“Ah berisik lu Tom, mana cepet gue pengen liat. Daripada lo gue aduin ke
 kakak lo coli di kamar? baru tau rasa lo.” ancam Nina sambil terkekeh.
Tomi tak bisa berkutik mendengar ancaman Nina. Wajahnya jadi pucat pasi,
 namun ia tak berani bergeming di sebelah nina. Nina dengan santai 
menghidupkan layar komputer kembali dan memutar video porno tersebut. Di
 lain pihak Tomi kini kian resah sambil terus menggaruk-garuk kepalanya 
yang tak gatal, bercampur antara gelisah dan malu.
“Ih gila lu Tom, nontonin yang dijilat-jilat begini cewenya. Lagi 
belajar ya lu buat pacar lu?” celoteh Nina asal. Tomi yang makin salah 
tingkah yang justru membuat Nina makin bersemangat untuk mengusilinya.
Tomi bergerak cepat menutup pintu kamarnya, takut bila nanti bi rumi 
ikut memergoki kesialannya. Dalam hati ia berkata jangan sampai berita 
memalukan ini sampai ke telinga cynthia atau bahkan mamanya.
“Duh udah dong kak Nin, please ampun kak..” mohon Tomi. Tetapi Nina diam
 saja sambil terus tersenyum-senyum jahil menatapi layar komputer tak 
menghiraukannya.
“Ckck.. ga nyangka gue Tom, lo ternyata bejat banget ya. Liatnya sampe 
yang kencing-kencing gini.. ihhh..” celoteh Nina lagi. Tomi makin 
memerah kupingnya mendengar ocehan Nina.
Dalam hati Nina memuji juga selera Tomi. Video yang diputar Tomi 
diam-diam agak membuat Nina hanyut juga. Apalagi rencana Nina berduaan 
dengan pacarnya hari ini gagal, membuat Nina makin gemas saja melihat 
adegan porno didepan matanya. Sekilas Nina melirik Tomi yang berdiri 
mematung di sebelahnya. Baru kali ini setelah sekian lama Nina melihat 
Tomi setengah telanjang seperti itu. Melihat perut rata Toni, sekelebat 
pikiran kotor Nina bergejolak.
“Yauda deh Tom, lo lanjutin gih kegiatan menjijikan lo itu.”
Sejenak Tomi bernapas lega mendengar perkataan Nina.
“Tapi, siap-siap aja ya kena omel sama kakak lo. Hahaha..”
“Yaaah.. please kak Nin, jangan dong kak.” Mohon Tomi seraya menarik lengan seragam Nina dengan wajah sangat memelas.
“Ih jangan pegang-pegang!” tukas nina sombong.
“Ayo dong kak please jangan kak.. apa aja deh Tomi kasih, kak nina laper? mau pizza? Tomi pesenin ya?” rayu Tomi sengit.
“Ngga lah ya, gue ga semudah itu di rayu..” balas nina lagi sembari berpikir. Selang beberapa saat Nina kembali berucap.
“Oke deh gini, lo ga akan gue bilangin. Tapi sebagai hukumannya… Lo 
harus coli disini, sekarang. Biar lo kapok. Haha..” ujar Nina jahil.
Tomi termangu tidak mempercayai perkataan Nina. Nina berusaha sekuat 
tenaga tidak tertawa kala ia memperhatikan ekspresi Tomi. Dalam hati 
Nina sedikit berdebar-debar jug menunggu respon Tomi.
“Ayo gimana? Mau ngga? kalo ga yaudah.” Ancam nina lagi sembari berakting melangkah pergi.
“I-iya kak! tunggu bentar please tunggu..” cegah Tomi.
Nina berdiri bercakak pinggang memandangi Tomi dengan pongah sambil 
tersenyum kecil. Tomi nampak ragu dan hanya bisa menunduk lemas.
“Ayo cepet, lama banget lu ah Tom. Pilih mana, coli ditempat apa kena sidang sekeluarga?” Bentak Nina nina lagi mengancam.
Tomi terdiam beberapa saat, dan kemudian ia pun mulai menggapai 
pinggiran boxernya. Nina memperhatikan pergerakan Tomi dengan seksama. 
Perlahan masih penuh dengan keragu-raguan, Tomi memelorotkan Boxernya 
dengan sangat hati-hati. Mata nina membelalak manakala matanya menangkap
 perut bawah Tomi yang melengkung berbentuk V. Nina berpikir dalam hati 
“Gila seksi juga ototnya untuk ukuran anak SMP. Pasti karena ikut-ikutan
 nge-Gym.”
Tomi sempat berhenti sesaat sebelum menurunkan boxernya lebih jauh 
kebawah. Sebelah tangannya menangkup kemaluannya malu-malu sembari 
tangan sebelahnya lagi memeloroti boxernya sendiri hingga ke dengkul dan
 kemudian ke mata kaki. Wajah Tomi memerah padam tak sanggup membalas 
pandangan Nina sama sekali. Kini Tomi berdiri tanpa sehelai benangpun 
tak jauh dari Nina yang duduk dengan santai di depan meja komputer.
“Hihihi.. mana cepet, ayo buruan.” Pekik Nina girang tatkala Tomi usai 
menanggalkan boxernya. Tomi masih hanya diam mematung seperti maling 
yang tertangkap basah oleh warga, berdiri telanjang bulat menunggu 
hukuman.
“N-ngapain kak, udah dong Tomi udah kapok..” Mohon Tomi lagi dengan suara lemas.
“Pake nanya lagi, cepet buruan kocok, hihi.” ujar nina cuek sembari terkikik geli.
Tomi dengan sangat perlahan mulai merabai kemaluannya sendiri meski 
masih ditutup sebelah tangannya. Diraba-rabainya sendiri penisnya yang 
tak kunjung mengeras.
“Mana kok ga bangun-bangun sih? Malu ya? Ahaha..” goda Nina lagi. 
“Pokoknya kalo sampe ga bangun juga, bakal gue aduin ke Kakak sama 
nyokap lo.. “ Ujar nina mengancam.
Mendengar ancaman Nina otomatis Tomi berusaha sekuat tenaga memfokuskan 
diri. Ditengah-tengah usahanya Tommy melihat secercah harapan. Dari 
posisi dirinya bediri saat itu ia dapat mengintip dengan jelas belahan 
dada Nina dari yang duduk lebih rendah tepat di hadapannya. Daging yang 
mulus dan lembut tertutupi bra hitam itu lumayan membantu ereksi Tommy.
Nina dengan seksama melirik mata Tomi yang tertuju di celah seragamnya. 
Ia sudah biasa dengan pandangan seperti itu, baik di sekolah maupun 
dijalan, ia sudah hapal mata jelalatan lelaki macam itu. Namun kali itu 
Nina memilih untuk diam saja membiarkan tomi untuk melirik sesukanya, 
apalagi ia melihat penis tomi kian menegak keras. Nina pun makin lama 
makin tidak sabar, dengan cuek akhirnya ia membuka dua kancing teratas 
di seragamnya sehingga terpampanglah jelas payudaranya.
“Nih udah gausah ngintip-ngintip segala. Baek kan gue? daripada kelamaan. Udah buruan kocok cepet!” hardik nina.
Tomi langsung melotot matanya melihat payudara yang begitu bulat, 
terjuntai secara cuma-cuma didepan matanya. Otomatis penis tomi menegang
 maksimal disuguhi pemandangan sebegitu indah. Nina pun ikut terbelalak 
melihat tegangnya penis tomi. Untuk ukuran anak smp penis tomi bisa 
menyamai milik randi kekasihnya. Bahkan terlihat lebih melengkung keatas
 dan lebih gendut dari milik randi. Tak terbayang apabila SMA nanti atau
 kuliah bisa sebesar apa penis tomi. Nina jadi menelan ludah diam-diam.
“Stop stop. Stop dulu. Sekarang lu diem Tom. Gue pengen liat segede apa.”
Tomi yang sudah mulai tegangan tinggi terpaksa diam istirahat ditempat 
karena komando Nina. Dengan posisi itu Nina bisa meneliti betapa 
gagahnya penis tomi di depan mukanya itu. Tomi berdebar-debar gorgi 
manakala nina mendekatkan wajahnya hingga nyaris tinggal sejengkal 
jaraknya dari acungan penisnya sendiri. Warnanya yang kemerahan dan 
berurat membuat Nina salut juga apalagi dalam jarak sedekat itu tentu 
semakin gagah terlihat. Tomi jadi mengkhayal apabila nina mengoral 
penisnya seperti di film porno. Ahhh.. betapa bahagianya tomi apabila 
itu terjadi.
“Hmm.. yaudah cepet sekarang kocok lagi!” perintah Nina lagi. Ia hampir 
saja terceplos memuji penis tomi usai ia memandanginya lekat-lekat tadi.
Tomi pun dengan ogah-ogahan mulai mengocok lagi penisnya didepan nina. 
Agak kecewa juga tomi karena harapannya tadi tidak menjadi kenyataan.
“Pokoknya harus keluar ya. Gue gamau kalo ga keluar.” Tambag nina lagi.
“S-susah Kak. A-abisnya gue ga ada bahan lagi..” Kilah tomi malu-malu.
“Heh? Emang ini kurang? Udah bagus-bagus ya lu gue kasi belahan toket. Malah nawar lagi. Dasar lu ya..” Bentak Nina.
“E-eh j-jangan marah gitu dong. Kan kak nina suruh keluarin. Kalo emang 
turun lagi emang Tomi bisa kontrol? Hayo..” Ujar tomi lagi berusaha 
membela diri.
“Hm. Sok banget lu nawar-nawar. Emang lu mau apaan? Awas aja ya kalo gue
 suruh buka CD juga. Gue OGAH. Mending lo gue aduin sekarang ke 
Cynthia.” Balas nina lagi.
“N-ngga ngga kak nin, ga itu kok. Hmm.. apa ya.. Buka itu aja deh..” Jawab tomi terbata-bata.
“Buka apaan?” Tanya nina lagi tidak sabar.
“Turunin branya aja kak nin. Dikit aja, b-biar tomi on lagi.” Tawar tomi malu-malu.
Sial, pikira Nina terdiam sesaat. Nina sebenarnya masih agak penasaran 
ingin melihat penis tomi hingga ejakulasi nanti, namun mendengar tawaran
 Tomi nina jadi menimbang-nimbang sendiri permintaan tersebut.
“Oke, fine. Sebelah aja tapi ya. Dan dengan satu syarat. Maksimal 10 
menit. Ngga keluar juga, lo gagal.” Ucap nina menyetujui permintaan 
toni.
Tomi mengangguk-angguk cepat girang. Nina dengan agak kesal membuka 
seluruh kancingnya dan menurunkan sebelah tali bra nya. Tomi dengan 
gugup mengintip-intip tak sabar. Nina melirik sedikit kearah tomi, dan 
dengan perlahan meloloskan tali branya, dan mengeluarkan sebelah 
payudaranya dari balik cup bra. Mata tomi melotot nyaris copot 
memandangi nanar payudara nina yang menggantung bebas di udara, serta 
pucuk payudaranya yang berwarna merah kecoklatan.
Gairah tomi bangkit lagi. Dikocok-kocoknya penisnya dengan semangat 
tanpa disuruh. Nina terkekeh melihat ekspresi wajah tomi yang begitu 
cabul. Ia tahu apa yang diinginkan tomi. Dengan genit nina makin 
mencondongkan sebelah payudaranya yang terpampang menantang tomi. Lalu 
dengan lembut nina menjawil sendiri puting susunya dengan telunjuknya, 
dan mendesah kecil.
“Aduh.. geliiiii….”
Tomi makin kesetanan melihat aksi Nina. Dengan napas menderu ia berbisik ke nina.
“Terus kak nin, colek lagi kak.. Cubitin kak…”
Nina tersenyum nakal mendengar permohononan tomi. Dengan perlahan Nina 
mencubit putingnya yang kenyal dan memuntirnya perlahan sembari seraya 
mendesah  manja.
“Awh, Tom.. uuunnnch…”
Nina menggeliat manja sengaja memancing birahi tomi lebih lagi. Sialnya 
hari itu memang Nina sedang agak horny, apalagi rencananya untuk 
bercinta dengan Randi juga batal. Maka itu rangsangan di putingnya itu 
dan show tomi didepannya diam-diam malah ikut memancing nafsunya 
sendiri. Kini bahkan nina keterusan untuk mencubit-cubit mesra putingnya
 sendiri sembari asyik menonton onani tomi.
Ditengah gelora nafsu tomi melihat tatapan nina yang juga kini agak 
sayu. Bak ditimpa durian runtuh, kini tomi melihat nina melepaskan cup 
bra yang satu lagi, dan menggelitiki putingnya yang satunya lagi hingga 
kini nina asyik memainkan kedua puting susunya didepan tomi.
“Ouh kak nina, seksi banget kak.. Terus kak cubit kak.. Mmhh. enak ya kak?” Pancing tomi.
Nina tak menggubris bisikan tomi dan terus asyik merangsang dirinya 
sendiri. Nafsunya kini sudah bangkit, celana dalamnya terasa begitu 
hangat oleh hawa nafsunya sendiri. Tenggorokan nina terasa kering akibat
 gairahnya yang sudah naik. Nina mengumpat dalam hati karena ia jadi 
ikut terangsang. Nina menjadi gemas sekali oleh penis tomi. Tapi ia 
masih berusaha menahan diri. Rasanya ingin ia langsung menyambar dan 
mengisap penis tomi hingga ke tenggorokannya dan menelan habis sperma 
tomi. Pasti legit sekali rasanya, pikir nina dalam hati.
“Kak nin, tomi pegel nih kak tangannya..” ujar tomi lirih. “Bantuin dong
 kak nin gantian, pleasee…” ujar tomi mencoba peruntungannya.
Nina melirik tomi tajam. Sial sekali tomi seakan tahu pikiran dalam 
kepalanya. Diantara gelombang nafsu seperti ini, ia jadi galau 
terombang-ambing. Brengsek! Pikir nina dalam hati.
“Hm! Sial lu tom. Sini cepet!” jawab nina singkat sembari berusaha tetap cool.
Tomi berbunga-bunga seakan bermimpi di siang bolong. Dengan gugup ia 
melangkah mendekat, mencodongkan pinggulnya kedepan. Nina pun tak kalah 
gugup menjelang tangannya menyentuh batang keras tomi. Tomi 
menggelinjang pelan penuh kenikmatan ketika tangan nina menggengam 
penisnya. Nyaris saja tomi ejakulasi merasakan halusnya tangan nina. 
Nina mendesis gemas sembari menyapu jengger tomi dengan jempolnya. Nina 
jadi terkesima oleh diameternya yang ternyata nyaris tak muat dalam 
genggamannya. Terasa betapa kokoh dan kerasnya penis tomi dalam 
genggamannya.
Dengan pelan nina mulai mengocok penis tomi naik dan turun. Tomi 
menggigit bibirnya sendiri tak kuasa menahan kenikmatan. Nina menjadi 
makin bersemangat oleh desahan tertahan tomi. Ingin rasanya ia 
cepat-cepat melihat ejakulasi tomi. Nina meludahi tangannya sendiri 
untuk melicinkan kocokannya. Tomi terbelalak dan mendengus nafsu melihat
 kebinalan nina seperti itu.
“Awghh… k-kak nin.. Enak bangettt… suerr…” ceracau tomi.
CLOK!
CLOK!
CLOK!
CLOK!
Bunyi kulit pelir tomi bergesekan dengan telapak tangan nina yang basah 
oleh liurnya sendiri. Nina bahkan menambahkan liurnya lagi dan langsung 
meludahkannya keatas kepala penis tomi demi melicinkan lagi kocokannya.
“Kak nin, j-jilat dikit dong kak.. Aku dah mau keluar nihh.. Sshmmmm” rayu tomi lagi.
Shit, pikir nina dalam hati. Sebenarnya memang nina sedari tadi sudah 
terpancing untuk melakukan hal tersebut, namun tentu nina tidak mungkin 
merendahkan harga dirinya dan meminta duluan, Apa kata dunia? Tapi kini 
posisinya tomi sudah meminta, jadi nina berpikir apakah ia akan 
mengiyakan permintaan tomi atau tidak. Namun dilain pihak nina juga 
begitu ingin mengecap sperma tomi di mulutnya. Akhirnya didesak oleh 
nafsu birahi, nina mencondongkan kepalanya maju.
“Hmmhh.. sialan lu tom! errrghh.. sini deh cepet! Slurp… mhhhhmmm… chuppp..”
Nina dengan sekejap langsung mengemut kepala penis tomi dan mengisapnya 
bak permen lolipop. Tomi mengejang-ngejang keenakan. Baru kali itu ia 
merasakan nikmat seperti itu. Sapuan lidah dan hisapan nina 
melambungkannya ke awang-awang. Dilain sisi nina juga menikmati 
mengisapi batang penis milik tomi itu. Bagaimana nina harus membuka 
mulutnya lebar-lebar demi memasukkan batang penis tomi kedalam mulutnya.
“Fuwaaahhmmm… mhmhhhhhmm… slrrrpppp…”
Nina melepahkan pelir tomi dan menyapunya ke seluruh permukaan bibirnya.
 Digenggamnya penis tomi dan dijilatnya batang tomi mulai dari pangkal, 
hingga ke pucuk helmnya, diakhiri dengan kuluman dalam mulutnya, membuat
 tomi kocar kacir. Nina mengeluarkan pengalamannya demi membuat tomi 
bertekuk lutut, sialnya tomi bisa begitu kuat menahan orgasmenya hingga 
nina harus berupaya ekstra.
Akhirnya tomi tak bisa lagi menahan orgasmenya. Diujung sisa 
perlawanannya, tomi tiba-tiba menjambak rambut panjang nina dengan 
kencang, dan menghentakkan pinggulnya dalam-dalam. Nina yang samasekali 
tidak siap hanya bisa mencengkram pinggul tomi ketika penis gagah tomi 
terdorong melesak jauh kedalam tenggorokannya. Tomi dengan gilanya 
menggagahi tenggorokan nina tanpa ampun, membuat nina tersedak dan 
terbatuk-batuk hebat.
Bak di dalam video porno hardcore, nina hanya bisa pasrah tenggorokannya
 diperkosa tomi. Diantara keberingasan itu nina anehnya malah makin 
terangsang, diam-diam ia menyukai perilaku beringas tomi ini. Makin ia 
terbatuk-batuk sesak napas, makin nikmat rasanya hingga basah sendiri 
celana dalam nina.
“Hmmmmmhhh! Makan nih peju gue… ssshhghghggg….gggghhhhh…….”
Tomi meregang sembari membenamkan pelirnya dalam-dalam di mulut nina. 
Cairan sperma tomi yang berlimpah membanjiri rongga mulut dan 
tenggorokan nina. 1,2,3,4, kali penis tomi berkedut-kedut menyemburkan 
benihnya seakan mulut nina adalah rahim yang hendak dibuahinya. Nina 
yang kehabisan napas, tersedak oleh pelir, dan sperma hanya bisa pasrah 
dalam kenikmatan. Dan ketika tomi usai menuntaskan orgasmenya, ia 
mencabut penisnya serta merta dan terhuyung kebelakang terduduk di kursi
 komputernya lagi.
“OHOK! OHOKK!!! HOEKK!!!... FYUHHHH… aahgghhhh… ohok.. Ohok…”
Nina terbatuk-batuk hebat ketika paru-parunya yang nyaris meledak diisi 
kembali oleh oksigen. Ludah, dahak, serta sprerma kental dimuntahkan 
olehnya ke lantai. Nina mengelap bibirnya yang belepotan campuran 
berbagai cairan, dan juga mengelap butiran airmatanya yang menetes ke 
pipi. Tomi tak lagi sanggup berdiri dan hanya bisa terduduk sembari 
mengelap penisnya menggunakan tissue.
“Cuhhh… hhhh...hh… brengsek lu tom.. Hhh.hhh..” umpat nina disela-sela napasnya masih dengan suara serak.
Tomi buru-buru bangkit dan mengambil tissue bersih demi membantu 
mengelap bibir nina yang masih tidak karu-karuan. Tomi dengan penuh 
perhatian membantu mengelap sisa-sisa kebrutalannya tadi. Nina dengan 
pandangan kesal melirik tajam ke arah tomi.
“Maap kak… tomi kebawa suasana.. Maap yaah .Abis kak nina hebat banget 
sih nyepongnya. Tomi jadi ga kuat..” Ujar tomi sambil malu-malu
“Ga kuat sih ga kuat, tapi ga langsung deephtroat juga kali gue kan 
kaget. Untung aja ga keluar semua makan siang gue tadi.” dengus nina 
kesal.
“Iya deh maap ya kak nin, nanti besok-besok ga gitu lagi deh.. Janji. Hehe” rayu tomi.
“IH, enak aja besok-besok lagi. Sorry ya.. Cukup sekali ini. Huuu..” cibir nina sembari masih tersengal-sengal.
“Jangan gitu dong kak nih, haha. Enak kan kontol tomi? Buktinya kak nina
 ngisepnya menghayati banget tadi..” ujar tomi sambil tersenyum-senyum.
“Halah, kepedean lu tom. Namanya orang sange ya pasti menghayati lah…” cerocos nina lagi.
“Hoooooo jadi tadi sange juga toh? Kesian dong kak nin belom keluar.. 
Karena tomi baik, sini gantian tomi bantuin, Kak.” goda tomi sambil 
tersenyum-senyum girang.
“EH EH mo ngapain lu tom? Ih lepass!”
Tomi segera merengkuh tubuh nina dan merebahkannya ke kasur. Terasa kini
 oleh nina betapa badan tomi yang jauh lebih besar ketimbang tubuhnya 
dan dapat dengan mudah menahannya di kasur. Tomi dengan agak memaksa 
menciumi telinga dan leher nina. Bahkan tangannya tomi juga kini ikut 
menggerayangi dada nina.
“Tom.. tom udah tom udah, iya iya ampun ampun. Oke oke damai pliss..” mohon nina berusaha menghentikan serangan tomi.
“Kenapa kak nin? Hmmmm...mmmuach… kan tomi cuman pengen bantuin kak nina
 aja, ga enak dong tomi tadi udah keluar duluan kak nina belom.. 
Mmmmwach..” ujar tomi terus menyerang tengkuk nina. Nina merasakan penis
 tomi sudah agak mengeras lagi menyenggol pahanya.
“Oke, oke deh, lo boleh bantuin dengan satu syarat.. Tapi lo jangan 
masukin ya tom. Lo jilatin aja ya… okeee? Hmmm..” kilah nina berusaha 
menghindar, nina merasa terpaksa menyerah ketimbang tomi terus 
menyerangnya dan malah membuat dirinya makin lengah.
“Hmmmm.. Muach.. Okedeh… hehe. Sini kak tomi jilatin kak.” ujar tomi bersemangat beranjak melepaskan cengkramannya.
Nina menghela napas mengatur napasnya lagi. Nyaris saja nina pasrah oleh
 serangan tomi. Tomi nampak begitu bersemangat tersenyum-senyum membuat 
nina geleng-geleng kepala. Nina dengan agak ogah ogahan menanggalkan 
roknya hingga jatuh ke lantai. Ia rapatkan pahanya dalam-dalam agar tomi
 tidak bisa melihat bercak basah dicelana dalam pink nya.
“Eh, eh, kak kok langsung sih? Nanti dong santai.. Hehe. Tomi pengen 
jilat yang ini dulu..” Ujar tomi seraya meraba payudara nina. Sialan 
pikir nina, kali ini malah keadaan berbalik dirinya yang dimanfaatkan 
tomi.
Dengan masih tersenyum-senyum cabul, tomi merabai payudara nina. 
Ditariknya lagi nina hingga ia jatuh terduduk diatas kasur. Tomi dengan 
lembut menjawil puting susu nina dari balik bra.
“Eghmmm..”
Nina menahan bibirnya rapat-rapat agar tidak kelepasan mendesah. Tomi 
tentu tak akan pikir dua kali untuk memanfaatkan nina habis-habisan. 
Kini dua telunjuk tomi bermain di kedua puting susu nina yang kenyal. 
Nina tetap berusaha cool duduk di tepi ranjang. Tomi beralih kebelakang 
nina, dan mulai mencubit pelan dan memuntir-muntir puting nina lembut. 
Untunglah pikir nina, karena tomi jadinya tidak bisa melihat ekspresi 
nina yang mulai agak terpejam-pejam dimainkan putingnya oleh tomi.
Tomi terus memancing desahan nina untuk keluar. Dari posisi belakang, 
tomi dengan diam-diam kembali menciumi leher nina penuh nafsu. Nina tak 
kuasa menggelinjang merinding tatkala tomi mempermainkan tubuhnya 
seperti itu. Secara naluriah nina melingkarkan lengannya kebelakang 
merangkul leher tomi. Tomi begitu girang melihat gelinjang manja tubuh 
nina dipelukannya. Selama ini dia hanya bisa bermimpi bercinta dengan 
wanita lebih tua, dan sekarang khayalannya jadi kenyataan, apalagi 
dengan Nina teman kakaknya yang paling seksi dan menjadi imajinasi 
onaninya selama ini.  
“Mhhmm.. Tom, gila ah tom geli banget gue….” ceracau nina dalam kenikmatan.
Tomi dengan giatnya terus mencubit, menjawil, mengusap, dan menarik 
puting nina yang makin kenyal. Lidahnya menari-nari dileher dan kuping 
nina membuatnya bergetar keasyikan. Nina tak habis pikir bagaimana anak 
smp ini bisa mencumbuinya sebegitu hebat seperti kekasihnya sendiri.
Kemudian secara perlahan sebelah tangan tomi merayap kebawah dan 
membelai paha nina. Nina yang sudah tipis kesadarannya hanya mengikuti 
bimbingan tangan tomi untuk membuka kedua pahanya. Tomi mendesis gemas 
merasakan hangat dan basahnya celana dalam nina. Nina menoleh kearah 
tomi dan segera memagut bibir tomi penuh nafsu ketika jemari tomi 
merabai kemaluannya lembut.
“Ahh.. anget banget kak. Enak ya dimainin tomi?” tanya tomi mesra.
Nina menjawab dengan pagutan yang sangat mesra di bibir tomi sembari 
badannya menggigil merinding ketika tomi terus menjamahi kemaluannya. 
Tomi yang juga sudah gemas menelusupkan tangannya masuk kedalam celana 
dalam nina. Nina yang kalap menjambak rambut tomi dan menciumnya makin 
dalam ketika jemari tomi mengusap bibir vagina nina yang berlendir.
“Ssshh.. Itilnya tom, itilnya mainin plis..” Mohon nina.
“Ini yah? Ini kak? Hmmm?”
“Aggghhh tommm….”
Nina meringis penuh kenikmatan sewaktu ujung jari tengah tomi menelusup 
diantara celah vaginanya dan mencolek tonjolan berkerudung di sudut atas
 kemaluannya. Badan nina bergetar seakan dialiri listrik dari ujung 
kepala hingga ujung kaki manakala Tomi menjawili mesra klitoris Nina. 
Kini bahkan kedua kaki nina berjinjit mengangkang di pinggir kasur 
membuat tomi makin leluasa mengerjainya.
“Ahmmm… gila tom enak bangettt.. Terusin tomm… kocokin memek gue tommm…”
Tomi segera memasukkan jari tengahnya kedalam rongga kemaluan nina. 
Sangking basahnya dengan mudah jari tomi menelusup masuk. Tomi baru kali
 itu merasakan bentuk isi vagina. Sungguh licin, berdaging, dan tentu 
saja basah. Tomi mengorek-ngorek penuh rasa ingin tahu isi dalam vagina 
nina. Kini posisi mereka berdua kembali berpindah, nina merebahkan diri 
diatas kasur mengangkang sementara tomi diantara kedua kakinya terus 
mengorek-ngorek vagina nina.
“Tooom.. Gilaa...tommm...auhh terus tommm…. Mhmhh..”
Nina merengek-rengek liar ketika tomi memasukkan jari kedua kedalam 
vagina nina dan kemudian menyeruput klitoris nina dengan sedapnya.
“Shrrrrppppppptttt…..”
Nina menggelinjang binal dibuatnya. Disodok-sodokannya jari tomi kedalam vagina nina dengan beringas.
“YESH!! UGHH FUCK.. Kasarin gue tom, kasarin tomm.. Ouggghhh fuck me!”
Tomi tersenyum girang luar biasa mendengar teriakan garang nina ketika 
ia menyodokkan tangannya dengan kasar. Tomi merasa kedua jarinya 
diremas-remas kencang oleh dinding vagina nina. Nina mengerang seperti 
anjing sekarat ketika tanpa diduga-duga nina menyemburkan cairan encer 
dari dalam kemaluannya. Tomi terbelalak kaget ketika nina terus menerus 
mengencingi tangan dan kasurnya habis-habisan hingga kasurnya basah 
menggenang.
Dan akhirnya nina melepaskan jepitan pahanya dan melepaskan tangan tomi 
yang basah kuyup hingga ke lengannya. Baru kali itu tomi merasakan 
sendiri sensasi squirting yang selama ini hanya bisa ia tonton di film 
bokep. Nina megap-megap mencari napas sehabis mengeluarkan orgamse yang 
begitu dahsyat. Tomi membiarkan Nina beristirahat sejenak mencari udara 
dan menikmati sisa sisa klimaksnya. Hingga akhirnya Nina kembali sadar 
dan melirik lembut kearah Tomi.
“Sini Tom..” Panggil nina lembut.
Tomi mendekat diatas tubuh nina dan kemudian secara naluriah nina 
melingkarkan kedua kakinya di pinggang tomo, dan mencumbui bibir tomi 
mesra. Nina sendiri merasa takjub tomi bisa membuatnya orgasme sekencang
 itu. Bahkan kekasihnya sendiripun jarang-jarang bisa membuatnya seperti
 itu.
“Belajar darimana lo kaya gitu? Kebanyakan nonton bokep lu ya.. Hihi.” Ujar nina sembari tetap mendekap manja tomi.
“Hehe, iya dong tapi ada untungnya kan? Buktinya tomi bisa bikin kak nin muncrat ampe segitunya..” kelakar tomi.
“Huu.. hoki lu bisa bikni gue begini.. Cowo gue aja gabisa. Mmwachh..” Ujar nina lagi sembari kembali mencumbu tomi manja.
“Haha.. berarti lebih jago tomi dong dari pacarnya kak nina? Kalo gitu 
pacaran sama tomi aja kak.. Tomi entot tiap hari deh janji..” rayu tomi 
nakal.
“Haha geer lu tom, emang siapa yang mau dientot sama lo?”
“Yakin gamau dientot kak? Udah keras lagi nih kak… tinggal bless aja..”
Tomi terus merayu nina sembari menggesek-gesekkan penisnya ke bibir 
vagina nina. Sesekali kepala penisnya menggesek klitoris nina membuat 
nina kembali menggelinjang geli. Terkadang bahkan kepala penisnya 
menggoda nyaris merangsek masuk kedalam vagina nina yang sudah merekah 
dan sangat licin. Sembari keduanya terus bercumbu mesra tidak 
memperdulikan waktu.
“Emang lu bisa masukin tom? Yakin ga salah lobang?” goda nina sambil tersenyum genit.
“Wah meragukan nih. Bener ya? Tomi masukin nih… hmmmmm..”
“Coba aj--eggngnggghhhh….”
Nina seketika meringis ketika kepala penis tomi masuk tepat sasaran 
kedalam vagina nia masih dalam posisi mereka tetap berpelukan seperti 
tadi. Tomi tersenyum penuh kemenangan melihat nina meringis keenakan. 
Hanya dengan sekali dorong, setengah penis tomi sudah merangsek masuk 
kedalam liang vagina nina. Tomi merasa birahinya naik lagi dengan cepat 
merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan seumur hidup.
 Semua kenikmatan onani yang ia rasakan tak sebanding dengan nikmatnya 
vagina asli.
“Tomiii.. kok langsung masuk sihhh.. kak nina belom siap..” Protes nina 
dengan manja. Nadanya sangat lembut tak seperti yang tadi-tadi.
“Tadi kak nina nantangin.. sshhh.. Tomi masukin lagi yah? ughh..” ujar 
tomi mendesis-desis keenakan penisnya dijepit vagina nina.
Tomi dengan perlahan menggerakan pinggulnya maju menekan penisnya masuk 
lebih dalam ke vagina nina. Nina merengkuh leher tomi kencang merasakan 
batang kokoh itu masuk semili demi semili kedalam rongga kemaluannya. 
Hingga akhirnya dirasa batang penis tomi tertanam seluruhnya dalam 
vagina nina. Tomi berdiam sejenak menikmati sensasi seluruh penisnya 
yang terbungkus rongga vagina nina. Begitu juga nina yang 
menggeliat-geliat merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis tomi. 
Terasa begitu nikmat selisih diameter antara penis tomi dibanding milik 
kekasihnya, dimana vagina nina belum pernah merenggang selebar itu 
sebelumnya.
“Gede banget tom…” bisik nina tanpa sadar oleh rasa takjub. Tomi jadi 
besar kepala mendengar pujian seperti itu, apalagi ini adalah pengalaman
 seks dia yang pertama.
Dengan percaya diri tomi mulai menggenjot nina dibawahnya. Tomi dengan 
cepat mampu beradaptasi dan menggerakkan pinggulnya maju mundur 
berirama.
POK.
POK.
POK.
POK.
POK.
Bunyi tamparan daging bertemu daging menggema di ruangan. Diselingi juga
 bunyi nafas tersengal-sengal dan desahan lirih manja dua insan yang 
bersama-sama mereguk kenikmatan. Tomi dengan fokus menghantamkan 
pinggulnya maju mundur, membuat nina dibawahnya makin kalang kabut. 
Keringat menetes deras di tubuh mereka, begitu juga cairan pelumas yang 
merembes makin banyak keluar dari sela-sela bibir kemaluan nina.
“Sshh.. sini kak nin gantian kak, entotin tomi yah.. hehe..” Ujar tomi sembari merengkuh badan nina.
Masih dalam posisi missionary, tomi merengkuh badan nina yang masih agak
 setengah fly. Kini posisinya nina duduk dipangku diatas tomi 
berhadap-hadapan dengan tomi berada dibawah. Nina dengan cepat 
beradaptasi dan mulai menggerakkan bagian bawahnya yang masih tertancap 
penis tomi.
“Ughhh.. dalemm..” bisik nina manja.
Dalam posisi berpangkuan seperti itu terasa penis vertikal tomi menancap
 dalam. Nina mulai menggerakkan pinggangnya naik turun sekenanya karena 
masih lemas terasa pahanya. Tomi dengan sabar memegangi kedua bongkah 
pantat nina dan membimbingnya bergerak naik turun. Dengan giat nina 
menunggangi tomi sambil terus meracau dan mendesah.
Tomi yang masih belum puas bermain dengan nina, menggiring nina ke 
pinggir kasur dan mengaitkan kedua tangannya dibawah kaki nina. Nina 
yang lemas hanya bisa pasrah kebingungan ketika tomi serta merta dengan 
gagahnya menggendong nina didalam dekapannya.
“Ahhg tomm, mo ngapain..?”
tomi tak menjawab dan hanya langsung memposisikan penisnya lagi di bibir
 kemaluan nina. Dengan sekejap tomi kemudian mampu melesakkanya lagi 
dalam-dalam ke kemaluan nina masi dalam posisi berdiri menggendong nina 
seperti itu.
“AUGH!!”
Nina melolong antara ngilu dan nikmat ketika tomi lagi-lagi 
menghantamkan pinggulnya kedepan. Nina hanya bisa berpegangan kuat-kuat 
di leher tomi saat badannya terayun-ayun kedepan dan belakang. 
Memanfaatkan gravitasi, tomi mengayun nina maju mundur. Badan nina 
terombang-ambing terus menerus dihantam oleh tomi yang beringas seperti 
kuda liar. Baru terasa oleh nina betapa tomi sudah jauh berbeda dari 
yang dulu. Bocah kecil ingusan itu kini telah berubah menjadi pria 
dewasa yang mampu mempermainkan dirinya seperti boneka seks dengan 
mudahnya.
Nina bergetar kejang-kejang manakala kemaluannya kembali mulai berkedut 
kencang, menandakan dirinya nyaris mencapai orgasme lagi. Nikmat yang 
menjalar di seluruh bagian bawah tubuhnya, ditambah lagi posisinya yang 
masih mengangkang dalam gendongan tomi makin membuat kakinya mati rasa. 
Sedangkan tomi masih dengan gagahnya menggendong nina dalam posisi 
berdiri. Badannya yang berotot berkilat-kilat oleh derasnya keringat 
yang mengucur.
“Tom.. Tomii… TOMI!!”
Nina memekik kencang memanggil nama tomi manakala akhirnya banjir deras 
dari dalam rahim nina kembali tercurah kencang. Pinggul dan pantat nina 
mengejan-ngejan dan meliuk-liuk manakala curahan air kembali menyembur 
dari sisa-sisa sela pinggir vaginanya yang tertancap keras batang tomi. 
Tomi dengan santai menikmati tumpahan air yang mengalir membasahi paha 
hingga kakinya. Tomi tersenyum melirik ekspresi nina yang begitu 
keenakan diterjang orgasme, matanya terpejam-pejam dan bibirnya setengah
 menganga dengan rambut terurai basah oleh keringat.
Tomi dengan perlahan kembali menelentangkan nina di kasur yang nyaris 
melorot karena tak sanggup lagi menyangga dirinya di pelukan tomi. Nina 
yang masih mengambang diantara kesadaranya hanya bisa terkangkang pasrah
 lemas diatas kasur. Baju seragam putihnya sudah kusut tak karuan, 
seperti pula rambutnya yang kusut oleh keringat. Vaginanya yang 
senantiasa masih berkedut menggembung, yang meski masih mengkilat basah,
 namun merah merona oleh sodokan tak henti-henti dari tomi. Tomi dengan 
bangga menyaksikan hasil kemenangannya atas Nina, melihat dirinya yang 
terkulai lemah seperti pelacur yang habis diperkosa semalaman. Gairah 
tomi kembali bergelora ketika membayangkannya.
“Kok udah lemes? Masih belom selesai loh. Tomi masi belum keluar lagi 
nih..” Ujar tomi seraya membaringkan badan disebelah nina dan mengelus 
rambutnya yang berantakan. Nina mendengking pelan menghindari usapan 
tangan Tomi di kepalanya seolah berusaha menampik rayuan tomi, badannya 
terasa sangat lelah, dan selangkangannya terasa amat pegal. Rasanya nina
 enggan untuk meladeni nafsu bejat tomi yang ternyata diluar dugaan nina
 itu. Dengan gemas tomi menjambak rambut Nina dan berbisik kasar.
“Ayo. Gue masih pengen ngentotin memek lo nih. Mmmmuach..” Ujar tomi 
dengan nada mengancam seraya mencium paksa bibir Nina. Nina seketika 
ciut mendengar perkataan tomi barusan. Ia tak menyangka Tomi bisa 
membuatnya ketakutan seperti itu.
“Mmmggghh..! Udah tom.. Please..” Mohon nina sepenuh hati. Didorongnya 
tomi menjauh melepaskan ciuman mereka. Namun Tomi yang kini sudah 
berubah menjadi hewan buas, tak mengindahkan permohonan Nina. Tomi 
kemudian besimpuh dan dengan garangnya ia menarik kepala nina untuk 
menyuapkan batangnya yang masih keras kedalam mulut nina.
“MMFHGHGHHH!!”
Nina kembali gelagapan dipaksa menelan batang pelir tomi yang masih 
tegak perkasa. Dengan gagahnya Tomi mengangguk-anggukkan kepala nina, 
memaksa penisnya keluar-masuk dengan kasar di mulut nina.
“MMHHGHFFGG...MMMGGMHFF...MMH--FWAAHHH…”
Setelah puas melicinkan penisnya dengan liur nina, tomi pun mengangkat 
badan nina hingga nina bersimpuh didepannya. “PLAKKKK!!” tamparan keras 
mendarat di bongkahan pantat nina. “Anngggghh!” Nina meringis merasakan 
rasa panas di bokongnya. Lagi-lagi dengan gagahnya Tomi meraih pinggul 
nina, dan dengan tanpa ampun Tomi menelusupkan batangnya kembali kedalam
 kemaluan nina dengan kasar.
“NNGGHHH!”
Nina mendengus ngilu ketika dalam sekejap seluruh batang penis tomi 
kembali bersarang dalam kemaluannya. Tanpa basa-basi tomi segera 
menggenjot kemaluan nina sekua-kuatnya dan sekencang-kencangnya.
PLAK!
PLAK!
PLAK!
PLAK!
PLAK!
“Annnnghhhhhh ammmpuunn tommmm.. Amp--ngaaahhh!”
Nina terjungkal-jungkal kedepan seperti boneka tak bernyawa dipacu liar 
oleh tomi. Tomi dengan buasnya menghantam nina tanpa ampun, seakan-akan 
memang tengah memakai pelacur murahan. Dalam keadaan seperti itu nina 
malah kembali merasakan birahinya kembali naik. Diam-diam nina juga ikut
 menikmati sensasi kasar ala tomi terhadap dirinya yang baru pertama 
kali ini ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini kekasihnya selalu 
bercinta dengan sangat lemah lembut, dan jujur membuat nina agak bosan. 
Perilaku kasar dan beringas tomi ini berbeda 180 derajat dari yang biasa
 ia rasakan, dan anehnya nina malah lebih menikmatinya.
Tomi meraih rambut nina lagi dan menjambaknya kebelakang seperti tengah 
menunggangi seekor kuda. “Ahhhhhgg!” nina meringis dan mendongak 
mengikuti tarikan rambutnya. Tomi berdesis-desis menikmati tunggangan 
liarnya itu, sang kuda binal yang selama ini hanya jadi objek 
masturbasinya belaka.
“Shhhh..aahhh...ssshhhh…...sshhhhhhh…..uuuhhhh….yeaaahhh…”
Kini tomi bahkan meraih leher nina dan mencekiknya hingga badan nina 
ikut tertarik kebelakang Posisi badan mereka kini sama-sama berlutut 
dengan Tomi masih terus menghajar nina dari belakang tanpa ampun. Tomi 
mencekik leher nina kuat sembari lidahnya menyapu dan menghisap telinga 
nina dari belakang.
“Hmmmghh.. Sshh.. enak kan kak nina? Hmm? Enak ngga tomi entotin gini?!”
 Bisik tomi seraya masih tetap tangannya melingkar di leher nina. Nina 
yang kembali melayang-layang diterpa kenikmatan hanya bisa mengangguk 
lemah dengan mata setengah tertutup. Sebelah tangan nina bahkan 
melingkar kebelakang seolah berusaha memegangi pantat tomi, tak rela 
apabila tomi mengendurkan genjotannya. Nina begitu larut dalam 
kenikmatan hingga tak lagi mampu berkata-kata.
“Mau ngga tomi entotin tiap hari gini? Hah? Mau ngga? Jawab gue, perek!”
 Bisik tomi kasar. Panggilan kasar itu seakan melecut nina semakin 
keenakan. Semakin kasar tomi, semakin birahi Nina berkobar.
“Agh-agh-agh-m-mau-to-tom-agh-agh-agh” Jawab nina terbata-bata akibat guncangan kasar tomi menyetubuhi dirinya.
“Shh--aah… kalo gitu-shh--terima nih.. P-peju gue.. Urghhh!!”
Tomi dengan serta merta tak lagi berusaha menahan laju orgasmenya. 
Bendungan sperma yang sedari tadi ia tahan, ia curahkan semua kedalam 
rahim Nina. Nina dengan syahdu menerima semburan demi semburan cairan 
panas didalam liang kemaluannya, hingga titik terakhir. Dan akhirnya 
mereka berdua pun ambruk saling bertindihan. Dan tak lama keduanya 
sama-sama memejamkan mata dan terlelap.
Nina terbangun kaget dan langsung terduduk. Rasanya ia seperti baru 
terbangun sehabis minum semalaman. Badannya terasa remuk namun ia 
jugamerasa amat segar. Diliriknya handphone nya yang tergeletak jatuh ke
 lantai. 12 Misscall, dan puluhan pesan masuk dari kekasihnya. Ia 
samasekali lupa dengan kekasihnya yang tak kunjung mendapat kabar sedari
 tadi. Sejenak ia panik hendak beralasan apa nanti kepada kekasihnya, 
mana mungkin ia mengaku sehabis bercinta dengan adik temannya sendiri? 
Namun ketika ia menoleh kesamping, ia melihat tomi yang masih terlelap. 
Sekelebat aksi bercinta mereka selama 2 jam tadi kembali merasuk dalam 
ingatan nina. Dan entah mengapa Nina jadi tidak perduli dengan semua 
urusan yang lainnya. Dikecupnya bibir tomi lembut sambil ia tersipu malu
 dan nina pun kembali merebahkan diri disebelah tomi.
“Mhh.. kenapa kak nin? Dah bangun?” Ujar tomi yang setengah tersadar.
“Ngga, gapapa. Tidur lagi gih..” Balas nina manja, sembari merengkuh kekasih barunya itu didalam pelukannya.
FIN.
No comments:
Post a Comment