Sekujur tubuhnya menggigil merasakan nikmatnya lidah yang tertanam di 
lubang vaginanya, lidah yang dapat ia perlakukan sesuka hatinya. Seolah 
ada 'penis' kecil tertanam di lubang kemaluannya. Ia menggigil merasakan
 sensasi nikmat yang luar biasa dalam terpaan dinginnya angin malam yang
 berembun. Bulu-bulu roma di sekujur tubuhnya merinding ketika merasakan
 lahapnya lidah dan mulut lelaki itu menghisap-hisap, menanti lendir 
orgasme yang akan tumpah dari vaginanya.
"Aarrgghh.., hasshh.., hasshh.., aarrgghh, aarrgghh, aarrgghh..!" rintihnya berkepanjangan ketika 'menumpahkan' orgasmenya.
Ia masih merintih-rintih bekepanjangan ketika merasakan liarnya lidah 
lelaki itu menjentik-jentik bibir dalam vaginanya. Lidah itu masih rajin
 bergerak seolah belum terpuaskan dengan segumpal lendir yang telah 
mengalir dari lubang vaginanya.
Theo masih menjilat-jilat. Sesekali mengulum bibir luar vagina gadis 
yang masih terengah-engah itu. Ia pun merasakan nikmat yang luar biasa 
ketika merasakan lendir orgasme gadis remaja itu mengalir ke 
kerongkongannya. Mungkin karena dinginnya terpaan angin, lendir orgasme 
yang ditelannya terasa lebih hangat dari biasanya. Paha yang menekan 
pipinya pun terasa lebih hangat. Dan.., hentakan-hentakan pinggul itu 
lebih liar dari biasanya!
"Ooh Theo, nikmatnya!" desah Debby sambil menatap bola mata lelaki yang 
masih dijepitnya di pangkal pahanya. Jari-jari tangannya mengusap-usap 
dahi dan rambut lelaki itu. Dibelai-belainya dengan mesra. Bibirnya 
tersenyum bahagia.
"Sekarang kita ke kamar yuk!" sambungnya sambil mengangkat pahanya dari pundak lelaki itu.
Di atas 'king size bed' tergeletak tubuh telanjang seorang gadis belia. 
Tubuh itu tergeletak dengan pose yang sangat menantang. Satu kaki 
terbujur lurus di atas kasur, dan yang sebelah lagi menekuk setengah 
terbuka mengangkang. Dan bibir gadis itu tersenyum manis. Merekah. Di 
cermin besar di dinding, bayangan tubuh indah itu terpantul seutuhnya. 
Seolah ada dua gadis belia yang sedang telanjang atas tempat tidur. Theo
 menaiki tempat tidur dan menjatuhkan dadanya di antara kedua belah paha
 gadis belia itu. Lalu dengan gemas, diciumnya pusar gadis itu.
"Theoo, geli!"
Theo tersenyum sambil mengangkat kepalanya. Tapi tak lama kemudian 
diulang-ulangnya mencium hingga membuat gadis belia itu menggelinjang 
beberapa kali. Lalu ia merasakan dua buah lengan yang menarik dagu dan 
rambutnya. Dengan menggunakan kedua siku dan lututnya, ia merangkak 
hingga wajahnya terbenam di antara kedua buah dada gadis itu. Dikecupnya
 lekukan buah dada yang putih itu. Lidahnya sedikit menjulur ketika 
mengecup. Kecupan basah. Ia tak merasa puas bila lidahnya tak merasakan 
kehalusan kulit buah dada gadis belia itu.
Tak lama kemudian, lidahnya melata menjilat buah dada yang sebelah 
kanan. Diulangnya beberapa kali hingga buah dada itu mulai basah tersapu
 air liurnya. Ia berhenti sejenak untuk menatap keindahan puting di 
pucuk buah dada itu. Lalu tangannya kirinya bergerak mengusap bagian 
bawah buah dada itu, kemudian bergerak ke arah atas sambil meremas 
dengan lembut. Sesaat ia menahan nafas menikmati kekenyalan buah dada 
itu di telapak tangannya. Remasannya membuat puting itu terlihat semakin
 tinggi. Menggemaskan. Dan dengan cepat dikecupnya puting buah dada yang
 masih kecil itu. Dikulumnya sambil mengusap-usapkan tangan kanannya di 
punggung gadis itu.
"Kau murid yang cantik sekali," kata Theo sambil mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.
Debby tersenyum. Ia senang mendengar pujian itu. Dirangkulnya leher guru
 matematika yang disayanginya itu dengan tangan kirinya, kemudian 
diciumnya bibir lelaki itu dengan mesra. Dihisapnya lidah yang menyusup 
ke bibirnya. Dihisapnya sambil mengait-ngaitkan ujung lidahnya. Tak lama
 kemudian, tangannya kanannya bergerak ke arah pangkal paha lelaki itu. 
Setelah mengusap-usap beberapa kali, digenggamnya batang kemaluan lelaki
 itu. Lalu diarahkannya cendawan batang kemaluan itu ke celah di antara 
bibir vaginanya yang mulai berlendir.
"Ambil hadiahnya, Theo," bisik gadis itu sambil mengusap-usapkan cendawan itu ke bibir vaginanya.
Theo menarik nafas panjang merasakan kelembutan dan kehangatan di ujung 
batang kemaluannya. Untuk pertama kalinya lendir dari celah bibir vagina
 gadis belia itu mengolesi ujung cendawannya. Batang kemaluannya menjadi
 semakin keras. Urat-urat berwarna hijau di kulit batang kemaluannya 
semakin membengkak. Setelah menunjukkan kesabarannya selama sebulan, 
kesabaran mencumbui vagina gadis itu hanya dengan lidahnya, ternyata 
kesabarannya membuahkan hasil. Gadis itu akhirnya memberikan hadiah 
istimewa yang akan membawanya ke pintu surga dunia. Hadiah istimewa yang
 tak pernah diduganya akan diberikan oleh salah seorang muridnya.
Theo sedikit menekan pinggulnya agar cendawan itu terselip di bibir 
vagina yang berwarna pink itu. Ia menatap wajah gadis belia itu ketika 
merasakan pinggul yang ditindihnya menggeliat. Dengan tambahan tekanan 
yang lebih keras, cendawan batang kemaluannya akhirnya terselip. Ia 
menahan nafas ketika merasakan hangat dan sempitnya bibir vagina itu 
menjepit cendawan kemaluannya. Setelah sebulan bersabar, akhirnya vagina
 yang segar ini dapat kumiliki, katanya dalam hati. Lalu ia mulai 
menciumi leher gadis itu. Dadanya direndahkan hingga menekan kedua buah 
dada gadis itu. Ia sengaja melakukan hal itu karena ingin merasakan 
kekenyalan buah dada itu ketika menggeliat. Ia yakin gadis itu akan 
mengeliat-geliat ketika ia mendorong batang kemaluannya lebih dalam.
"Ohh.., Theo." Theo menciumi telinga gadis itu.
"Belit pinggangku dengan kakimu, Sayang," bisiknya di sela-sela ciumannya.
Tangan kirinya meremas buah dada gadis itu, sedangkan tangan kanannya 
mengelus-elus paha luar yang baru membelit pinggangnya. Lalu ia 
mendorong batang kemaluannya lebih dalam. Sesak! Perlahan-lahan ia 
menarik sedikit batang kemaluannya, kemudian mendorongnya. Hal itu 
dilakukannya beberapa kali hingga ia merasakan cairan lendir yang 
semakin banyak mengolesi cendawan kemaluannya.
Sambil menghembuskan nafas berat, didorongnya batang kemaluannya lebih 
dalam hingga ujung cendawannya menyentuh sesuatu. Ia menahan gerakan 
pinggulnya ketika melihat gadis belia itu meringis. Ia tak ingin 
menyakiti murid yang sangat disayanginya itu. Selain itu, tubuhnya 
sendiri pun bergetar merasakan sempitnya lubang vagina itu. Dadanya 
berdebar-debar ketika ia membiarkan ujung kemaluannya bersentuhan dengan
 selaput tipis yang sebentar lagi akan dirobeknya.
"Sakit, Theo!"
"Tahan sedikit ya, Sayang."
Theo kembali menarik batang kemaluannya hingga hanya ujung cendawan 
kemaluannya yang terselip di bibir luar vagina sang gadis. Lalu 
didorongnya kembali perlahan-lahan. Diulangnya beberapa kali. Ia diam 
sejenak mengamati raut wajah yang cantik itu ketika ujung kemaluannya 
kembali menyentuh selaput tipis itu. Mata gadis itu setengah terpejam, 
tetapi bibirnya sudah tidak meringis.
"Debby, nanti dorong pinggulnya, ya," katanya sambil menarik kembali batang kemaluannya.
Lalu diciumnya bibir gadis itu dengan lahap. Ia tak ingin mendengar 
gadis itu menjerit ketika ia mendorong kembali batang kemaluannya. 
puting buah dada gadis itu diremasnya dengan jempol dan jari 
telunjuknya. Dan ketika merasakan gadis itu mendorong pinggulnya, dengan
 cepat didorongnya pula batang kemaluannya.
"Hmm.., hhmm..!" gumam gadis itu sambil mengisap lidah Theo sekeras-kerasnya.
Ia hanya dapat bergumam ketika merasakan batang kemaluan Theo menghunjam
 ke dalam lubang vaginanya. Sekejap, tiba-tiba ia merasakan nyeri ketika
 batang kemaluan itu menembus selaput di lubang vaginanya. Ia 
menggeliat-geliat berusaha untuk melepaskan diri. Tapi semakin ia 
menggeliat, batang kemaluan itu masuk semakin dalam. Akhirnya ia pasrah,
 diam tak bergerak!
Theo menahan gerakan pinggulnya. Ia telah mendapatkan hadiah yang 
dijanjikan gadis itu. Tapi ia tidak ingin egois. Ia tidak ingin melihat 
gadis belia itu meringis kesakitan ketika memberikan hadiahnya. Ia akan 
membuat gadis itu bahagia dan turut menikmati memberiannya. Oleh karena 
itu, ia menghentikan gerakan pinggulnya. Sesaat, ia hanya membelai-belai
 rambut di dahi gadis itu. Lalu mengecup keningnya dengan mesra. Tak 
lama kemudian, bibir gadis itu dikecupnya dengan lembut. Dikulumnya 
dengan penuh perasaan. Ia baru menarik batang kemaluannya perlahan-lahan
 setelah merasakan lidah gadis itu menyusup ke dalam mulutnya.
Setelah menyadari tak ada perubahan di raut wajah gadis itu, Theo 
kembali membenamkan batang kemaluannya perlahan-lahan. Kali ini ia hanya
 mendengar gadis itu mendesis beberapa kali sambil merangkul lehernya 
erat-erat. Ia pun merasakan dua buah kaki yang semakin erat membelit 
pinggangnya. Ia masih tetap mendengar gadis itu mendesis ketika menarik 
batang kemaluannya.
Setelah menarik nafas panjang, dan tak sanggup lagi menahan 
kesabarannya, ia menghentakkan pinggulnya sedalam-dalamnya hingga 
pangkal pahanya bersentuhan dengan pangkal paha gadis itu. Ia mendesah 
beberapa kali ketika merasakan seluruh batang kemaluannya terbenam ke 
dalam vagina gadis itu. Bahkan ia merasakan ujung kemaluannya menyentuh 
mulut rahim gadis belia itu. Sejenak ia diam tak bergerak. Ia sengaja 
membiarkan batang kemaluannya menikmati sempitnya lubang vagina itu. Ia 
terpejam merasakan remasan lembut di batang kemaluannya ketika vagina 
itu berdenyut.
"Aarrgghh.., ooh, ohh..," rintih debby ketika seluruh batang kemaluan 
lelaki yang disayanginya itu telah terbenam ke dalam lubang vaginanya.
Ia merasakan pedih dan nikmat di sekujur tubuhnya. Rasa yang membuat 
bulu-bulu roma di sekujur tubuhnya meremang, yang membuat ia terpaksa 
melengkungkan punggungnya. 
Kuku-kuku jari tangannya menancap di punggung lelaki itu ketika ia 
merasakan biji kemaluan Theo memukul lubang duburnya. Ia semakin 
melengkungkan punggungnya menjauhi kasur ketika lelaki itu menarik 
batang kemaluannya. Ia tak mampu bernafas ketika merasakan nikmatnya 
saat bibir dalam vaginanya tertarik bersama batang kemaluan itu.
Tak ada lagi pedih yang tersisa. Hanya ada nikmat yang menjalar dari 
vaginanya, nikmat yang membuat punggungnya terhempas ke atas kasur 
ketika lelaki itu kembali menghunjamkan batang kemaluannya. Ia menggigit
 bibirnya meresapi kenikmatan yang mengalir dari klitorisnya. Klitoris 
yang tergesek ketika gurunya yang jantan itu menghunjamkan batang 
kemaluannya. Kenikmatan itu membuat ia terengah-engah karena hanya 
mendapatkan sedikit udara setiap kali ia menarik nafas.
Theo mendesah setiap kali mendorong batang kemaluannya. Seumur hidupnya,
 Ia tak pernah merasakan ada vagina yang menjepit batang kemaluannya 
sekeras itu. Vagina sempit yang membuat telapak tangannya harus menekan 
kasur sekeras-kerasnya ketika ia menarik batang kemaluannya. Akhirnya ia
 tertelungkup di dada gadis itu. Tangannya menyusup ke balik punggung 
dan menggenggam kedua bahu gadis itu. Ia terpaksa hanya mengandalkan 
lututnya untuk menekan kasur agar ia tetap dapat mengangkat dan 
mendorong pinggulnya. Ia hampir tak mampu membendung air maninya lebih 
lama lagi. Dipandangnya pangkal pahanya. Air mani di kantung biji 
kemaluannya terasa semakin meronta-ronta ketika ia melihat bibir luar 
vagina mungil itu ikut terbenam setiap kali ia mendorong batang 
kemaluannya.
"Aarrgghh.., Debbyy..!" desah Theo.
Nafasnya mendengus-dengus. Kelopak matanya terbeliak-beliak. Telinganya 
mendengar bunyi "plak" setiap kali ia menghunjamkan batang kemaluannya. 
Bunyi yang sangat mesra itu terdengar setiap kali pangkal pahanya beradu
 dengan pangkal paha gadis belia itu. Bunyi itu semakin keras terdengar 
setiap kali gadis itu mengangkat pinggulnya untuk menyongsong batang 
kemaluannya yang menghunjam.
"Aarrgghh.., Debby, aaku.. Aaku.."
"Theoo.., aarrgghh..!"
Theo tak mampu lagi mengendalikan air mani yang meronta-ronta. Tekanan 
air mani di kantung biji kemaluannya terasa sangat kuat. Ia masih 
mencoba bertahan. Tapi semakin lama vagina yang menelan kemaluannya 
terasa meremas semakin kuat. Remasan yang berdenyut-denyut, seolah ingin
 menghisap air mani yang tertahan di batang kemaluannya.
"Aarrgghh.., aarrgghh.., aku pipiiss..," raung Theo ketika merasakan air maninya menerobos lubang saluran kemaluannya.
Ia menghunjamkan pinggulnya sekeras-kerasnya agar ujung cendawannya 
tertanam sedalam-dalamnya ketika air maninya menerobos ke luar dari 
kantung biji kemaluannya. Ia mencengkeram kedua bahu gadis itu dengan 
erat saat ia pun merasakan gigitan manja di bahu kanannya..
"Theoo, aarrgghh.., aarrgghh.., Debby pipiiss jugaa..!" rintih gadis 
belia itu ketika merasakan air mani yang sangat panas 'menembak' mulut 
rahimnya!
Akhirnya setelah sang gadis mempersembahkan hadiah istimewanya untuk sang kekasih, mereka tidur berpelukan.
TAMAT
No comments:
Post a Comment