Satu waktu ada om yang ngajak ku kencan. Aku si iya aja, soalnya omnya 
asik si, mana keren lagi orangnya. Aku diajaknya ke apartmentnya. Aku 
hanya mengenakan rok mini terusan yang tipis. “Masuk yuk”, katanya 
sambil mengunci pintu apartmentnya. Dia lalu masuk ke kamar dan menukar 
pakeannya dengan  baju mandi, "biar santai", katanya. Dia menyiapkan 
makanan yang dibelinya ketika menjemputku.  Aku diajak makan, "Blon 
makan kan Nez". Kita makan  sambil ngobrol. Selesai makan aku 
membantunya mencuci peralatan makan, Karena dia tinggal sendiri dia 
aprtmentnya. Aku gak nanya2 kenapa sendiri, bukan urusanku kan. 
Dia duduk disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya, langsung tangannya
 memeluk pundakku. Karena pakeanku tipis, maka bra dan CDku berbayang. 
Dia mulai merayuku “Kamu seksi sekali Nez". "Masak si om, Inez kurus 
gini". "Itu bukan kurus Nez, tapi langsing, proporsional lah badan kamu,
 makanya aku bilang kamu sexy", katanya sambil mengelus tanganku. Tangan
 lainnya mulai mengelus2 pundakku. Aku tidak menjawab, kepalaku 
kusenderkan dipundaknya. rokku yang tipis tersingkap sehingga betis dan 
pahaku terbuka, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak 
tau. “Nez kakimu mulus sekali ya”. “Ah.. om bisa aja.” Kurasakan 
tangannya mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya,
 napsuku makin lama makin berkobar. “Nez, aku jadi terangsang, gimana 
nih?”  Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal 
paha dekat memekku yang terbungkus CD. astaga! ternyata dibalik baju 
mandinya dia tidak mengenakan CD sehingga kontolnya yang membesar dan 
tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak 
melihat kontol besar dan panjang yang berdiri keras penuh dengan 
tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin 
rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan napsuku. Dia 
membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku 
dengan lembut. Kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut
 dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh 
napsu. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kontolnya menempel di 
pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke toketku. Dia meremas 
toketku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi 
kurengkuh tubuhnya, kuusap 
punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi 
rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik
 pakean dan braku, remasan jarinya sangat ahli, kadang pentilku 
dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.Nafasku makin 
memburu ketaku dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, dia tersenyum 
dibelainya wajahku. 
“Nez kamu cantik. Bagaimana Nes? kita teruskan?” tangannya masih 
mengusap rambutku, aku tak menjawab.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah 
melucuti pakean dan bra ku, aku inggal mengenakan CD, dia juga telah 
telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, kontolnya 
panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya CDku
 yang telah basah sejak tadi. “Wow, jembutmu udah basah gitu, kamu pasti
 sudah napsu banget ya Nez”. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku 
lebar-lebar. Kulihat memekku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat 
lembab, itilku terasa sudah membesar dan memerah, memekku telah 
terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi setiap barang yang akan masuk.
 Dia membungkuk, menciumi jembutku dan mulai menjilat bagian kiri dan 
kanan memekku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser 
makin ke atas ke arah itilku, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih 
kenikmatan. Beberapa lama dia menggeserkan 
lidahnya di atas itilku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa 
terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan
 ke kanan. Tiba-tiba dia melakukan sedotan kecil di itilku, kadang 
disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat 
luar biasa, gerakanku makin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Inez mau 
keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk nyampe, 
tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari memekku. 
Dia menarikku bangun dan menyorongkan kontolnya kemulutku. ”Gantian ya 
Nez.. aku ingin kamu ngisep kontolku.” Ku genggam kontolnya, terasa 
penuh dan keras dalam genggamanku. Dia sudah terlentang disofa dan 
posisiku membungkuk siap untuk mengulum kontolnya. Napsuku sudah sampai 
puncak. Kutelusuri kontolnya dengan lidahku dari pangkal sampai ke 
kepalanya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Nez…” Kemudian
 kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal 
kontolnya kuelus dengan jariku. Suara desahannya membuatku tidak tahan 
menahan napsuku. 
Kusudahi permainan di kontolnya, aku sudah setengah jongkok di atas 
tubuhnya, kontolnya persis di depan memekku. “Om, Inez masukin ya, Inez 
pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. Kupegang kontolnya, kutempelkan 
pada bibir memekku, kusapu-sapukan sebentar di itilku dan kepala 
kontolnya kumasukan ke memekku, aku hampir terbang. Beberapa detik aku 
tidak bergerak, tanganku masih memegangi kontolnya, ujung kontolnya 
masih menancap dalam memekku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam 
memekku. Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kontolnya yang
 sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan itilku. Kudorong 
pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh kontolnya
 sudah melesak dalam memekku. Kukocokkan kontolnya naik-turun, kujepit 
kontolnya dengan otot dalam, kusedot ke dalam, kulepas kembali 
berulang-ulang. “Oh.. Nez kamu hebat, jepitan memekmu nikmat sekali”.  
toketku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih. 
Dia mengocokkan kontolnya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus,
 dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus 
ke bawah sehingga kontolnya masuk semua ke memekku. Luar biasa 
nikmatnya. Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, 
toketku menempel didadanya, perutku merekat pada perutnya. Kudekap dia 
erat-erat. Tangan kirinya mendekap punggungku, sedang tangan kanannya 
mengusap-usap pantatku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih 
kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan kontol besarnya 
meyodok-nyodok dari bawah.
Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan 
akhirnya meledak. Kutekan memekku ke kontolnya, kedutannya keras sekali,
 nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam memek terasa cairan 
hangat, menyemprot dinding rahimku. Beberapa menit aku terdiam di 
atasnya, dan kontolnya masih menyesaki memekku. Kurasai memekku masih 
berkedut dan makin lemah. Dia menyentuh bibirku dengan bibirnya. Aku 
tidak menyia-nyiakannya. Dengan cekatan pula kujulurkan lidah kecilku 
untuk dinikmati dan kami saling berpagutan ketat. Kuhisap mulutnya dia 
juga membalas tangkas sampai aku hampir kehabisan nafas. “Om, nikmat 
banget deh kont0l om, besar, panjang, keras lagi, memek Inez sampe sesek
 rasanya”. “Aku belum ngecret Nez”. 
Kemudian dia meremas2 toketku. Pentilku tak luput dari jarinya dan 
kurasakan pentilku mulai mengeras lagi. “Om, enjot lagi dong”. Dia 
membalikkan posisi sehingga dia sekarang diatas. Perlahan dia 
menggerakkan pantatnya kebelakang dan kedepan, aku mulai kegelian dan 
nikmat. Kubantu dengan ikut menggerakkan pantatku berputar, Dia 
mengerang menahan laju perputaran pantatku, rupanya dia juga kegelian 
kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar 
tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku
 menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak 
berputar lagi tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi 
gerakanku berulang dan kurasakan bijinya menyentuh pantatku, licin dan 
geli. Rupanya dia termasuk kuat juga berkali-kali kontolnya menggocek 
memekku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan 
semakin meradang. Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin 
tinggi, kakiku mengamit pinggangnya dia semakin tidak leluasa untuk 
bergerak sehingga aku bisa mengaturnya, tetapi dia belum ngecret juga. 
Memekku berbunyi kecepek2 saat kontolnya mengucek habis didalamnya aku 
kegelian hebat, tiba-tiba aku merasakan getaran hebat dalam tubuhku, Aku
 mengerang, aku menyerah aku tidak dapat menahan segala kenikmatan ini, 
“Terus om…Inez mau nyampe lagi”, gerakanku semakin kencang dan toketku 
bergoncang membuat dia tambah bernafsu mengentotiku. Pinggulku terangkat
 saat merasakan puncaknya, memekku terasa becek sekali,nafasku 
tersengal-sengal, badanku terasa lemas. 
Belum lagi reda rasa nikmatku dia menarik kontolnya keluar dari memekku.
 Melihat kontolnya yang besar itu membuat napsuku bangkit kembali lalu 
dengan reflek kugenggam dan dengan lincah kumasukkan kepalanya kedalam 
mulutku, kukocok lagi, sambil kuhisap kuat-kuat dan dengan cepat mulutku
 maju mundur untuk mencoba merangsang agar pejunya cepat ngecret. 
Mulutku mulai payah 
tapi peju yang kuharapkan tak juga keluar. 
Aku tersentak merasakan dia menarik kontolnya agak keras menjauh dari 
mulutku dan dengan sigap dibukanya memekku dengan tangan kiri dan tangan
 kanan menuntun kontolnya yang gede menuju memekku. Didorongnya 
perlahan, dia melihatku sambil tersenyum dan bleeesssss, digenjotnya 
kuat pantatnya kedepan hingga kontolnya kembali menghunjam semuanya 
kedalam memekku. Aku menjerit. Aku berusaha mengejan sehingga kontolnya 
merasa kupijit pijit. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan 
keras dan cepat. Tidak lama kemudian dipeluknya tubuhku sambil 
mengerang. “Nez, .. aku mau ngecret”. “Keluarin aja om didalem biar 
makin nikmat”, dan akhirnya pejunya menyemprot didalem memekku, 
kurasakan ada semburan hangat dimemekku. Dia memelukku erat demikian 
pula aku. Dia tersenyum puas. “Nez, gak pernah aku merasakan memek kecil
 seperti punyamu ini, enak banget memijit kontolku sampai nggak karuan 
rasanya, aku puas Nez”. 
Dia memelukku lama sekali sambil beristirahat, terus dia mengajakku ke 
kamarnya. “Terusin diranjang ya Nes”, katanya sambil mencabut kontolnya 
dari memekku. Lemes saja kontolnya sudah besar, gak heran kalo ngaceng 
menjadi besar banget dan panjang lagi. Dia masuk ke kamar mandi, sedang 
aku tergolek diranjangnya.Keluar dari kamar mandi, dia berbaring 
disebelahku. Kembali dia mengulum bibirku kuat- kuat. Kupegang kontolnya
 sambil kukocok pelan2. Gak lama kemudian, kontolnya mulai mengeras 
lagi. Luar biasa orang ini, baru ngecret sudah bisa ngaceng lagi. Aku 
jilati kontolnya lagi, dia mulai menggelinjang dan melenguh. Mulai dari 
ujung kugerakkan masuk dan keluar dengan mulutku dia semakin tidak 
karuan juga geraknya. Semakin cepat dan semakin cepat. Kuhisap semakin 
kuat dan kuat, dia pun semakin keras erangannya. Dia mulai mengelus 
memekku sehingga mulai basah kembali. 
Mulutku masih penuh kontolnya dengan gerakan keluar masuk. Sesekali 
diremasnya toketku saat dia merasa geli yang hebat. Kulepas mulutku dan 
kukocok kontolnya naik turun. Kuhisap lagi berulang-ulang. Aku terus 
berusaha, mulutku mulai payah, kugoyang-goyang bijinya, dia kegelian dan
 mengucek 
memekku dalam dalam. “ahh…om, geli”, kataku sambil melepaskan kontolnya dari mulutku. 
Kelihatannya dia sudah pengen mengentoti aku lagi. Dimainkan pentilku, 
aku mendesah keenakan, setiap ciuman ditubuhku membuatku geli dan 
membuat napsuku kembali meningkat. Kurasakan jarinya bergerak makin liar
 di dalam memekku, membuatku juga semakin liar, desahan dan eranganku 
makin keras. Pantatku sedikit-sedikit terangkat karena jarinya, 
sedangkan toketku sedang di lahapnya, dicium, di jilat, dan dikulum 
pentilnya, ah nikmat sekali rasanya, beberapa kali dia mengecup daerah 
sekitar dada dan leherku, “Om, Inez udah nggak tahan nih”. “Nez, sekal 
sekali pantatmu.” katanya sambil meremas pantatku. Aku tersenyum “suka 
kan,…?” aku menggerakkan pantatku seperti meledeknya agar dia lebih 
bernafsu, lalu dia menindihku, kurasakan sedikit demi sedikit kontolnya 
masuk kememekku. “Om, besar sekali”, aku menyukainya, kontolnya yang 
besar dapat membuatku terlena, “ah enak banget om”. Dia terus 
menggoyangkan pantatnya dan aku berusaha menandingi gerakannya, tetapi 
aku merasa kewalahan. Satu tangannya meremas toketku, membuat nafsuku 
terus memuncak hingga ke ubun-ubun. “Enak om terus om” kurasakan aku 
hampir nyampe, aku tidak bisa menahan lagi, pantatku makin naik, 
“om…Inez nggak tahan ahhhh” aku mendesis seiring dengan gerakanku yang 
melemah, aku lemas sekali rasanya tulangku hampir lepas, akan tetapi 
segalanya bercampur rasa nikmat. 
“Kenapa capek yah?” aku mengangguk, nafasku terengah-engah dadaku turun 
naik. “tapi aku belum ngecret, sebentar lagi yah”, perlahan tapi pasti 
kontolnya kembali disodok2an kedalam memekku. Goyanganku makin liar 
membuat dia juga mendesah-desah keenakan. Kedua tangannya meremas-remas 
kedua toketku, napsuku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah 
makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta. Aku merasa tidak 
dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku 
mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan 
liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku 
teredam oleh ciumannya. Mengetahui 
aku sudah mau nyampe lagi, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga 
kontolnya menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak. Tubuhku 
bergetar hebat dan jeritanku terdengar, perasaan itu berlangsung selama 
beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya. 
Aku hanya bisa pasrah saja ditindihnya. Dengan lembut dia mengecup 
keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, 
mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, kenikmatan 
ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding 
memekku. Toketku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, 
kedua pahaku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan 
sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan
 diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, 
wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. 
Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat 
lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. 
ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak 
berbulu itu sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Aku kembali
 nyampe. 
Memekku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera
 ngecret, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang 
nyampe. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia 
menghujamkan kontolnya. Tanpa melepas kontolnya, dia bangkit berlutut di
 antara kedua pahaku dan 
menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia 
meneruskan mengocok memekku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena 
leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap.”Aku udah mau ngecret 
Nez” desahnya dengan mempercepat enjotannya. Enjotannya makin cepat 
sampai akhirnya dia mengerang keras dan pejunya menyemprot deras didalam
 memekku. “Om enak benget deh”, aku lemes. “Iya Nez, aku juga nikmat 
banget ngecret dimemek kamu. Kamu abg ternikmat yang pernah kuentotin 
Nez". Dia mencabut kontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian
 aku tertidur kecapaian.
Ketika aku terbangun hari sudah terang, dia sudah tidak ada di ranjang. 
Aku bangun dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan sikat gigi. 
Keluar dari kamar mandi, dengan bertelanjang bulat, aku keluar kamar. 
Kuliat di meja makan sudah tersedia sarapan, rupanya si om menyiapkan 
semua itu buatku. Ada bubur ayam dan beberapa potong sandwich. Tersedia 
juga susu dan orange juice digelas. Juga ada note disamping makanan. 
"Inez sayang, makasi banyak buat malem yang sangat nikmat, kapan2 aku 
kontak kamu lagi ya buat mengulangi malam nikmat lagi. Temenku minta 
ngentotin kamu juga. Kamu ladenin dia ya". Wah aku dioperin ke temennya 
rupanya, dah janjian kayanya, cuma dia gak bilang ke aku aja. Ya udah, 
karena laper aku lahap aja semua yang dia sediakan. Sehabis makan, ku 
liat2 isi apartmennya. Gak besar si cuma di balkonnya ada pool kecil. 
Aku ke pool, ku baring2 aja di dipan lebar bermatras, masi telbul. 
Karena masi pagi, matahari belum tinggi, kerasa masi sejuk hawanya 
sehingga aku jadi ngantuk dan tertidur lagi. 
Gak tau aku tertidur beberapa lama, aku terbangun karena ngerasa 
dipannya bergerak. Mataku silau kerna matahari dah tinggi. Aku liat ada 
om2 lagi, ini toh temen si om yang semalem. Aku segera duduk. Keren si, 
dia napsu banget ngeliat aku telanjang gitu. “Nez, temenku bilang dia 
nikmat banget ngentot sama kamu, memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi 
kepingin ngerasain diempot juga”, katanya sambil mencium pipiku. Matanya
 membelalak menatap bodiku. “Wah Nez, kamu napsuin banget". "Masak si 
om", aku basa basi aja jawabnya. "Iya kamu imut, semua serba imut, tapi 
napsuin banget". 
Dia langsung merengkuh dan merebahkan tubuhku didipan. Bibirku 
dilumatnya, aku mengimbangi kuluman dibibirku dengan permainan lidah. 
Beberapa saat kemudian ciumannya berpindah ke leherku. Sambil menciumi 
leherku, toketku diremasnya, pentilku ditekan-tekan dan 
dipelintir-pelintir sehingga mengeras. ”Om buka pakeannyanya ya”. Tanpa 
menunggu persetujuannya, aku membuka kancing bajunya satu2 kemudian 
melepas bajunya. iket pinggangnya giliran berikutnya, ritsluitingnya 
kuturunin dan kuplorotin celananya. kontolnya yang besar dan panjang 
juga berdiri tegak dengan keras. Kayanya gedenya sama deh ma kontol yang
 semalem ngobrak ngabrik memekku. 
Dia memeluk tubuhku sambil kembali mengulum bibirku, aku mengimbangi 
kulumannya sambil memeluknya. Toketku menekan kedadanya, pentilku terasa
 keras sekali. Ciumannya turun keleherku, aku mendongakkan daguku agar 
dia dapat mencium leherku dengan bebas. “Om, Inez sudah kepingin 
dientot, om”. Dia tidak menjawab tapi langsung menciumi lembah diantara 
kedua toketku. Kemudian pentil kanan diemutnya dengan penuh napsu. Aku 
menggelinjang, “Om ngilu”. Rintihanku itu semakin membangkitkan 
napsunya. Diremas nya toket kiriku dengan gemas, sementara pentil 
kananku dimainkan dengan ujung lidahnya. Pentilku kadang digencet dengan
 tekanan ujung lidah dengan gigi. 
Kemudian secara mendadak disedot kembali pentil kananku kuat-kuat sambil
 menekan dan memelintir pentil kiriku. Aku semakin menggelinjang sambil 
mendesah-desah. Dia tidak puas dengan hanya menggeluti toket kananku. 
Kini mulutnya berganti menggeluti toket kiriku. Sementara tangannya 
meremas-remas toket kananku kuat-kuat dia menyedot kuat-kuat pentil 
kiriku. Dia memijit-mijit dan memelintir-pelintir pentil kananku, gigi 
dan ujung lidahnya menekan-nekan pentil kiri, tangannya meremas toket 
kanan dengan sekuat-kuatnya. “Om… nakal deh… ngilu om… geli…”. 
Setelah puas dengan toketku, dia meneruskan permainan lidah ke arah 
perutku. Mulutnya berhenti di daerah pusarku. Dia mengecupi bagian 
pusarku. Sementara kedua telapak tangannya menyusup ke belakang dan 
meremas-remas pantatku. Sambil kembali menciumi kulit perutku di sekitar
 pusar, tangannya mengelus-elus pahaku. Elusannya pun ke arah dalam dan 
merangkak naik. Sampailah jari-
jarinya di tepi kiri-kanan bibir luar memekku. Tangannya pun 
mengelus-elus memekku dengan dua jarinya bergerak dan bawah ke atas. 
Dengan mata terpejam, aku meremas-remas toketku sendiri. Perlahan dia 
menyibakkan bibir memekku dengan ibu jari dan telunjuknya mengarah ke 
atas sampai itilku menongol keluar. Wajahnya bergerak ke memekku, 
sementara tangannya kembali meremas toketnya. Dia menjilati itilku 
perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil 
satu tangannya memlintir pentilku “Om… betul di situ om… di situ… enak 
om,” aku mendesah-desah sambil merem-melek. Dia meneruskan permainan 
lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dari lubang pantat sampai
 ke itilku. Itu menyebabkan memekku mulai berlendir, sebagian lendirnya 
mengalir hingga mencapai lubang pantatku. Sesekali pinggulku bergetar. 
Di saat bergetar itu pinggulku diremas kuat-kuat sambil ujung hidungnya 
ditusukkan ke memekku. “Om… enak sekali om…,” aku 
mengerang dengan kerasnya. 
Dua jari tangannya lalu dimasukkan ke memekku. Setelah masuk hampir 
semuanya, jarinya dibengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup 
terasa agar kena G-spotku. Aku menjerit sambil menyentakkan pantat ke 
atas sampai-sampai jari tangannya yang sudah terbenam di dalam memekku 
terlepas. Dia segera memasukkan kembali dua jarinya ke dalam memekku dan
 melakukan gerakan yang sama. Kali ini dia mengimbangi gerakan jarinya 
dengan permainan lidah di itil. Itilku semakin menonjol sehingga gampang
 baginya untuk menjilat dan mengisapnya. Itilku digelitiki dengan lidah 
serta diisap-isap perlahan, aku semakin keras merintih-rintih sementara 
pinggulku menggial ke kiri-kanan. “Om…,” hanya kata-kata itu yang dapat 
kuucapkan karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi. Permainan
 jari-jari dan lidahnya di memekku semakin bertambah ganas. Aku sambil 
mengerangerang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat kuraih.
 Meremas rambut dan bahunya, dan meremas toketku sendiri. “Om.. Inez 
sudah tidak tahan lagi… Masukin kontolnya om… sekarang 
juga om…!“ Namun dia tidak perduli. Sengaja dia mempermainkan aku 
terlebih dahulu. Dia mau membuatku nyampe, sementara dia masih segar 
bugar. Kemudian kocokan dua jari tangannya di dalam memekku semakin 
dipercepat. Gerakan jari tangannya ke atas-bawah, sementara ibu jarinya 
mengusap-usap dan menghentak-hentak itilku. Gerakan jari tangannya di 
memeku yang basah itu sampai menimbulkan suara. Aku merintih 
terputus-putus. Dia mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah aku
 mampu bertahan sambil menjerit-jerit. Toket semakin kencang dan licin, 
sedang pentilnya berdiri dengan tegangnya. 
Akhirnya aku mengejang hebat. Pantat kuangkat tinggi-tinggi. Mataku 
membeliak-beliak dan menjerit, “Om …!“ Dua jarinya yang tertanam di 
dalam memekku terjepit oleh dindingnya dengan kuat. Beberapa detik 
kemudian aku terbaring lemas. Mataku terpejam, aku baru saja nyampe. 
Kocokan jari tangannya dimemekku berhenti. Dia membiarkan jarinya 
tertanam dalam memekku sampai jepitan memekku terasa lemah. Setelah 
lemah. jari tangannya dicabut dari memekku. Cairan memekku yang 
terkumpul di telapak tangannya dijilatnya sampe bersih.
Ketegangan kontolnya belum juga mau berkurang. Dia pun mulai menindih 
tubuhku, sehingga kontolnya tergencet oleh perut bawahku. Sementara 
bibirnya kembali mengulum-kulum kembali bibirku,tangannya meremas-remas 
toketku dan mempermainkan pentilnya. Aku kembali membuka mata dan 
mengimbangi serangan bibirnya. Tubuhku kembali menggelinjang-gelinjang 
karena menahan rasa geli dan ngilu di toketku. Setelah puas 
melumat-lumat bibir. dia menyusuri leherku hingga akhirnya mencapai 
belahan toketku. Wajahku kemudian menggeluti belahan toketku, sementara 
kedua tangannya meremas-remas kedua toketku. Dia menggesek-gesekkan 
wajahnya di belahan toketku. Kemudian bibirnya bergerak ke atas toket 
sebelah kiri. Diciumi dan dimasukkannya pentilku 
kedalam mulutnya. Sambil menyedot-sedot pentil kiriku, dimainkan dengan 
lidahnya. “Om… geli,“ aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke 
kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya. Sementara tangannya meremas-remas
 toket kananku jari telunjuk dan ibu jarinya memlintir pentilku. Dia 
semakin 
gemas. Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan 
sebelah kanan. Pentilku kadang disedot kuat-kuat, kadang dicepit dengan 
gigi atas dan lidah.Aku mendesis-desis keenakan. Napsu sudah kembali 
tinggi. Mataku sampe terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kini 
semakin sering frekuensinya. 
Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan keduanya. Kutangkap 
kontolnya yang sudah ngaceng itu. “Om… Kont0l om besar sekali” ucapku 
sambil meremasremas perlahan kontolnya. “Om. kita ngentot yuk” ajakku 
penuh napsu. Kutarik wajahnya mendekat ke wajahku. Kulumat bibirnya 
dengan ganas. Dia pun tidak mau mengalah. Bibirku dilumatnya dengan 
penuh nafsu, sementara aku 
didekap dengan kuat. Punggungku diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian 
dia menindih tubuhku. Kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan 
perut bawahnya. Bibirnya kemudian melepaskan bibirku, dan mengecup 
daguku dan kemudian leherku. Kontolnya menekan dan menggesek-gesek 
pahaku. Puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke toketku. Dengan gemas
 dan ganas dia 
membenamkan wajahnya ke belahan toketku, sementara kedua tangannya 
meraup kedua toketku. Daerah toketku beserta pentilnya masuk dalam 
mulutnya. Dia melahap ujung toketku dan pentilnya dengan bernafsu, 
pentilku dikulum-kulum dan dimainkan dengan lidahnya. “Om… geli… geli 
…,“ kataku. Dia tidak perduli. Dia terus mengulum-kulum pentilku sampe 
menjadi keras, sementara toket sebelah kanannya diremasnya kuat-kuat. 
Hal tersebut dilakukannya secara bergantian antara toket kiri dan kanan.
 Sementara kontolnya semakin menekan dan menggesek-gesek di kulit 
pahaku. Aku semakin menggelinjang-gelinjang. Dia semakin bernafsu dan 
semakin ganas mengisap-isap dan meremas-remas 
toketku. Akhirnya dia melepaskan toketku dari gelutan mulut dan tangannya. 
Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya 
membimbing kont0lnya untuk mencari memekku. Dia memutar-mutarkan dahulu 
kepala kontolnya dijembutku. “Om… masukkan seluruhnya om… masukkan 
seluruhnya… ” Kuraih kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku kubuka 
agak lebar. “Kontol om besar dan keras sekali, om…,” kataku sambil 
mengarahkan 
kepala kontolnya ke memekku.
Sesaat kemudian kepala kontolnya menyentuh bibir memekku yang sudah 
basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, kontolnya 
ditekan masuk kememekku. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di 
dalam memekku. Dia menghentakkan gerak masuk kontolnya. “Oom… teruskan 
masuk, om, enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes atas 
tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkannya kontolnya masuk 
kememekku hanya sebatas kepalanya saja, namun kontolnya hanya digetarkan
 saja. Sementara bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leher, 
lengan tangan dan ketiakku yang bersih dari bulu ketiak. Aku 
menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Geli… Terus masuk, om…” 
Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat. Dan… satu… 
dua… tiga! Kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memekku dengan
 sangat cepat dan kuatnya. Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku 
sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. “Auwww!” pekikku. Dia 
diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam memekku 
tanpa bergerak sedikit pun. “Enak om… ” kataku sambil meremas 
punggungnya dengan keras. 
Dia mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk memekku. “Bagaimana Nez?” 
tanyanya. “Enak sekali. Kontol om besar dan panjang sekali…sampai-sampai
 menyumpal penuh seluruh penjuru memek Inez,” jawabku. Dia terus memompa
 memekku dengan kontolnya perlahan-lahan. Kontolnya kuremas-remas dengan
 otot-otot memekku sejalan dengan genjotannya. Kemudian dia mengangkat 
kontolnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut dari memekku, 
dia mengambil posisi agak jongkok. dia meletakkan kedua betisku di 
bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua toketku. Masih 
dengan kocokan kontol perlahan di memekku, tangannya meremas-remas 
toketku. 
Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara perlahan. 
Pentilku semakin mengeras, aku pun merintih-rintih keenakan. Mataku 
merem-melek, “Om, geli… … terus om, kontol om membuat memek Inez terasa 
enak sekali… Nantinecret di dalam saja… Inez sedang tidak subur…” Dia 
mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di memekku. Dia 
meningkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di memekku. “Sssh… . Nez… 
enak sekalii memekmu” “Ya om, Inez juga merasa enak sekali… terus om, 
terusss…” Dia makin meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya 
di memekku. “Om… terus…Inez hampir nyampe om…sedikit lagi… kita keluar 
sama-sama ya om…,” Dia mengayuh terus. “Om..,” rintihku sambil memegang 
kedua lengan tangannya. “Enak om.. Mau keluar om… mau keluar… 
ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Memekku dengan sangat kuatnya 
menjepit kontolnya. Aku meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya 
dan berteriak tanpa kendali: keluarr…!” Mataku membeliak-beliak dan 
tubuhku mengejang. Dia pun menghentakan genjotannya. Kontolnya yang 
tegang luar biasa dibiarkan diam tertanam dalam memekku. Aku memejam 
mata beberapa saat dalam menikmati puncak orgasme. Kedua kakiku lalu 
diletakkan kembali di atas dipan dengan posisi agak membuka. 
Dia kembali menindih tubuhku dengan mempertahankan agar kontolnya yang 
tertanam di dalam memekku tidak tercabut. “Om… om luar biasa nikmatnya… ”
 Dia kembali mendekap tubuhku, kontolnya mulai bergerak keluar-masuk 
lagi di memekku, namun masih dengan gerakan perlahan. Namun sekarang 
gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi. “Oom langsung 
memulainya lagi… Sekarang giliran oom.. ngecretin peju oom didalam memek
 Ines.” Bibirnya mulai memagut bibirku dan melumat-lumatnya dengan 
gemasnya. Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat badannya, tangan
 kanannya meremas-remas toketku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai 
dengan gerak maju-mundur kontolnya di memekku. “Enak oom, terus… ” 
Sambil kembali melumat bibirku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan 
kontolnya di memekku. Pengaruh adanya cairan di dalam memekku, Aku tidak
 henti-hentinya menrintih kenikmatan. Kontolnya semakin tegang. Dia 
melepaskan 
tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini dari ketiakku 
menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Tanganku pun memeluk 
punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. 
Keluar-masuknya kontolnya ke dalam memekku sekarang berlangsung dengan 
cepat dan berirama. Setiap kali masuk, kontolnya dihunjamkan keras-keras
 agar menusuk memekku 
sedalam-dalamnya. Di saat bergerak keluar memek, kepala kontolnya 
dijaganya agar tetap tertanam di memekku. Dia terus menggenjot memekku 
dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tanganku meremas punggungnya
 kuat-kuat di saat kontolnya dihunjamkan masuk sejauh-jauhnya ke 
memekku. 
Memekku berkedut2, mengempot kontolnya “Nez… Enak sekali … Memekmu enak 
sekali… Memekmu hangat sekali… jepitan memekmu enak sekali…” “om… terus 
om”, enak oom..” Tiba-tiba dia pun mengenjotkan kontolnya ke memekku 
dengan semakin cepat dan keras. Setiap masuk ke dalam, kontolnya 
berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan 
sebelumnya. Karena 
menahan rasa nikmat yang luar biasa aku terbata-bata: “om…! Inez mau 
keluar lagi… Inez ke-ke-ke…” Aku tidak mampu lagi menahan jebolnya 
pertahananku.“keluarrrr…!” Tubuhku mengejang dengan mata 
membeliak-beliak. Dia juga melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku
 sekuat-kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku, dan pejunya 
muncrat dengan derasnya, menyemprot memekku yang terdalam. Kontolnya 
yang terbenam semua di dalam memekku terasa berdenyut-denyut. Beberapa 
saat lamanya dia dan aku terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. 
Kontolnya menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa kedalam memekku. 
Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan tubuhnya dan tubuhku 
pun mengendur kembali. Dia kemudian menciumi leherku dengan lembutnya, 
sementara tanganku mengusap-usap punggung dan rambutnya. “Oom…..enak 
sekali.” Sebagai jawaban, bibirku dikecupnya. Dalam keadaan tetap 
telanjang, kami berdekapan erat di atas dipan. Dia kemudian mencabut 
kontolnya dari memekku dan masuk ke dalam. 
Kita masuk kembali ke kamar. Dia masuk ke kamar mandi dan terdengar 
shower dinyalakan. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak 
ditutup. Aku berusaha merapikan ranjang yang kusut banget setelah 
pergumulan semalem. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan dia
 keluar masi ber telbul. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya 
membasahi tubuhku. Keluar dari 
kamar mandi, dia berbaring diranjang dan melotot melihat bodiku. Aku 
duduk disebelahnya diranjang. Langsung saja kugenggam kontolnya. Dia 
melenguh seraya menyebut namaku. Aku mendongak melirik kepadanya. Nampak
 wajahnya meringis menahan remasan lembut tangannku pada kontolnya. 
Tanganku mulai bergerak turun naik menyusuri kontolnya yang sudah 
teramat keras. Kuat banget staminanya, padahal belum brapa lama dia baru
 membanjiri memekku dengan peju angetnya yang banyak banget. 
Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap kepala kontolnya yang sudah 
licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kembali dia melenguh 
merasakan ngilu akibat usapanku. Kocokanku sudah semakin cepat. 
Kurasakan tangannya menggerayang ke arah toketku. Dengan lembut dia 
mulai meremas-remas toketku. Tanganku menggenggam kontolnya dengan erat.
 “Nez, kamu memang cantik banget”, Pentilku dipilin2nya. Aku masukan 
kontolnya kedalam mulutku dan mengulumnya. Tangannya dengan leluasa 
menggerayangi toketku, kurasakan bibirnya mulai menciumi toketku. 
Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kulumanku pada kontolnya semakin 
mengganas sampai-sampai dia terengah-engah merasakan kelihaian permainan
 mulutku. 
Dia membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. 
Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami 
sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan 
sentuhan lembut di seputar memekku. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa 
sadar aku menjerit lirih. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan 
lidahnya di memekku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin 
membenamkan wajah itu ke dalam memekku. Kuakui ia memang pandai membuat 
napsuku memuncak. Kontolnya kemudian dikempit dengan toketku dan 
digerakkan maju mundur, sebentar. “Nez, kamu sungguh cantik. Bodimu 
yahud”, katanya sambil 
menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya. Kurasakan 
tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar 
membuka kedua kakiku yang tadinya merapat.
Dia menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. 
Kurasakan kontolnya ditempelkan pada bibir memekku. Digesek-gesek, mulai
 dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli 
dan nikmat. Memekku yang sudah banjir membuat gesekannya semakin lancar 
karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja 
melakukan itu. Apalagi saat kepala kontolnya itu menggesek-gesek itilku 
yang juga sudah menegang. “Om..?” “Napa Nez”, jawabnya seraya tersenyum 
melihatku tersiksa. “Cepetan..”. Ia sengaja mengulur-ulur dengan hanya 
menggesek-gesekan 
kontolnya. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku. “Inez sudah pengen dientot om..”. 
Aku melenguh merasakan desakan kontolnya yang besar itu. Aku menunggu 
cukup lama gerakan kontolnya memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. 
Maklum aja, selain besar, kontolnya juga panjang. Aku sampai menahan 
nafas saat kontolnya terasa mentok di dalam, seluruh kontolnya amblas di
 dalam. Dia mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga 
enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam memekku
 membuat kontolnya keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan
 gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama 
enjotannya. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan 
bertambah liar. Gerakanku 
sudah tidak beraturan karena yang penting bagiku enjotan itu mencapai 
bagian-bagian peka di memekku. Dia tahu persis apa yang kuinginkan. Dia 
bisa mengarahkan kontolnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada 
di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Kontolnya menjejal 
penuh seluruh memekku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga 
gesekan kontol itu sangat terasa di seluruh dinding memekku. Aku 
merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Aku 
mengakui keperkasaan dan kelihaian dia di atas ranjang. Yang pasti aku 
merasakan kepuasan tak terhingga ngentot dengannya. Dia bergerak semakin
 cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive. Aku 
meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara dia dengan gagahnya masih 
mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku 
semakin keras. Melihat reaksiku, dia mempercepat gerakannya. Kontolnya 
yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah 
basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Aku meraih tubuhnya untuk 
mendekapnya. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan
 erat. Kubenamkan wajahku di samping bahunya. 
Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai 
pantatnya dan menekannya kuat-kuat. Kurasakan semburan demi semburan 
memancar kencang dari dalam memekku. Aku meregang. Tubuhku 
mengejang-ngejang. “Om..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku 
saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya. Dia menciumi wajah
 dan bibirku. Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan 
kembali napsuku.
Kudorong tubuhnya hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan 
menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuemut kontolnya 
yang masih tegak itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. 
Tanganku mengocok-ngocok kontolnya. Kulirik dia kelihatannya menyukai 
tindakan ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung 
berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing 
berada di samping kiri dan kanan tubuhnya. Memekku berada persis di atas
 kontolnya. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kontolnya kubimbing memasuki
 memekku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan seluruh kontolnya. 
Selanjutnya aku bergerak seperti sedang 
menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak. Aku terus berpacu. Pinggulku 
bergerak turun naik. “Ouugghh.. Inez.., kamu luar biasa!” Pinggulku 
mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangannya mencengkeram 
kedua toketku, diremas dan dipilin-pilin. Ia lalu bangkit setengah 
duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menciumi pentilku. 
Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas. Kami berdua saling berlomba
 memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar 
menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi 
lengket satu sama lain.  Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat 
seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permainan kami 
semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah kembali tak karuan 
bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di 
lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. 
Kurasakan dia mulai memperlihatkan tanda-tanda. Aku semakin 
bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. 
Tak selang beberapa detik kemudian, akupun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan 
kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat.Aku terus 
memacu sambil menjerit-jerit histeris. Kurasakan tubuhnya mulai 
mengejang. Ia mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. 
Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan 
sampai terpental oleh 
goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami memekku.
 Semprotan pejunya begitu kuat dan banyak membanjiri memekku. Akupun 
rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan 
pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak 
kenikmatan berbarengan dengan dia. Tubuh kami bergulingan di atas 
ranjang sambil berpelukan erat. “Om.., nikmaat!” jeritku tak 
tertahankan. Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku 
lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang 
ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! Gila! Jeritku dalam hati. Belum
 pernah rasanya aku ngentot sampai sedemikian lamanya. Aku hanya bisa 
memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan. Aku merasa lelah setelah sekian
 kalinya dientot 2 lelaki sejak semalam, dan akhirnya tertidur dalam 
pelukan nya.
No comments:
Post a Comment