Ada 5 bahasa cinta: pujian, hadiah, waktu, pelayanan, dan sentuhan. 
Kalau kita bisa mempraktekkan 5 bahasa cinta ini dg baik kpd pacar, 
pasangan, dan atau selingkuhan kita, sukseslah kita. Ini saya praktekkan
 kepada Lastri.
Sejak saya memahami apa itu 'bahasa cinta', affair saya bersama Lastri 
jalan terus hingga kini. Apa bahasa cinta Lastri? Ternyata bahasa cinta 
dia adalah sentuhan. Saya berhasil menggali isi hatinya dari 
obrolan-obrolan kami yg intens dari waktu ke waktu.
Bagaimana dengan bahasa cinta dari isteri saya? Bahasa cinta isteri saya adalah hadiah dan quality time alias waktu.
Jadi gitu ya kalau mau sukses hubungan kita sama orang, disamping tahu 
kepribadian dia, tinggal pahami saja apa bahasa cinta dia itu. Lastri yg
 berkepribadian sanguinis-plegmatis, bahasa cintanya adalah sentuhan.
Silakan baca awal perkenalan singkat saya dengan Lastri, klik: disini.
2018. Baru-baru ini.
Jam masih menunjukkan pk 2 lebih. Baru saja sy mau ngontak isteri, tiba2
 ada panggilan masuk dr nomor tak dikenal +62838****. Ini nomor kalau 
enggak dari anak buah pasti dari salah satu selingkuhan. Ternyata benar.
 Tak disangka, ia dari Lastri. "Assalamu'alaikum. Maaf Om, ini Lastri. 
He he."
Saya baru ingat, dia kemarin cerita, dapat hp baru, hadiah dr seorg pamannya. "Save nomorku, ya Oom."
"Wah, keren sekali! Baru dpt handfon, langsung nelpon. Hebat! Eh, udah makan siang belum?"
"Belum, Om. Kenapa nih?"
"Makan bareng yu! Oom tunggu di tempat biasa ya." Kami sdh punya tempat 
biasa ketemuan yg engga jauh dari dari tempat tinggal kami 
masing-masing.
"Oke, Om. Setengah jam lagi, aku sampai disana."
"Sip. Mau kupesenin minum apa?"
"Cokelat dingin aja. Makasih ya Om. Daag!"
Blm ada setengah jam Lastri sudah datang. Manis sekali dia, pakai 
sweater hoodie, daleman kaos oblong, dan perawakan tubuh khas bocah 
kampung: rambut panjang hitam kecokelatan dan kulit eksotik (sering main
 panas2an), tinggi semampai (165 cm), hidung pesek, mata sipit.
Dan demikian yang terjadi kami ngobrol ngalor ngidul dari kegiatan dia 
selama seharian sekolah. Dia SD kelas 7 di SMP dekat rumah. "Ada pe-er?"
 tanya saya. "Ada, Om. Ajarin ya ntar?"
"Iya. Tapi besok aja ya. Atau ntar malem?"
"Iya, ntar malem. Di kontrakan Om ya."
"Iya."
Tiba-tiba aku kepikiran ingi ngajak Lastri nonton movie di XXI. "Eh, 
nonton Dilan yu di XXI? Mumpung ada jamnya nih sekitar jam 4-an."
"Ohya? Mau dong?"
"Sip. Cakep! That's my girl." sambil mengusap-usap sayang ke kepalanya.
Alhasil, kami saat itu juga langsung sepakat untuk kencan di XXI. 
Setelah menghabiskan dan membayar minuman dan makan siang kami 
masing-masing, kami langsung tancap gas naik motor, boncengan menuju 
XXI.
Sampai di XXI, kami langsung menuju loket. Di loket kami ternyata tidak 
kebagian tiket. Soldout. Akhirnya kami mengubah rencana dari nonton 
Dilan ke nonton Black Panther.
Setelah puas nonton, kami berdua pulang. Sampai di rumah masing-masing 
sekitar jam 7 malam. Jarak tempat tinggal saya dan orang tuanya Lastri 
ada sekitar 50 meter-an. Kami pulang dengan mengambil jalan yang 
berbeda. Lastri saya drop di gang yang satu, dan saya masuk pada gang 
yang berbeda. Segini pun kami sudah sangat menjaga kerahasiaan affair 
kami.
Sampai di rumah kontrakan saya, sudah ada Pa Acep, kakeknya Lastri. Saban sore dia kerap nongkrong di beranda. "Halo, Pa Acep!"
"Halo, Pa Bos! Baru pulang?"
"Iya, Pa. Gimana kabar--sehat?"
"Alhamdulillah. Sehat."
Begitulah saban sore saya pulang ke kontrakan, selalu ada Pa Ace yang 
menyambut. "Pa Ace, tadi saya ketemu Lastri di gang sana. Katanya dia 
mau main kesini, numpang ngerjain pe-er. Boleh ya Pa?"
"Boleh, he he he. Makasih ya Nak!"
"Alhamdulillah. Iya, Pa. Sama-sama."
Sekitar pukul 8-kurang, Lastri datang. Dia datang sama 1 orang 
sepupunya, "Om, aku ngajak sepupuku Ines, mau numpang internetan 
katanya. ..."
"Oh iya, main aja. Ayo. Ga usah sungkan ya. He he. Kalian suka minum 
apa--teh kopi cokelat soda sirop atau apa kek ambil aja di kulkas ya 
Lastri?"
"Asyik! Iya Om."
Dan demikianlah yang terjadi. Ines pamit pulang duluan karena tugas 
PR-nya sdh selesai. Tinggal Lastri yg belum, masih "nanggung" katanya. 
Perkataan 'nanggung' ke Ines diucapkan dengan nada biasa. Tapi perkataan
 'nanggung' itu dia ucapkan sambil diam-diam melirik dan mengerlingkan 
mata kepada saya.
Diluar rumah, suasana masih ramai dengan anak-anak yang pada main di 
lapangan badminton. Sdgkan Pa Ace sdh pulang, Ines juga pulang. Pintu 
depan rumah kami sengajakan tidak ditutup, tapi pintu kasa-nyamuk saya 
biarkan terbuka. Biasa, trik dan bikin alibi agar permesuman kami tidak 
tercium oleh warga sekitar.
Saya masih berada di dapur beresin meja makan. Dan tiba-tiba dari 
belakang, Lastri memeluk saya perlahan. Lalu saya memutar badan dan kami
 saling berhadapan, saya peluk dia juga. Dia memandang wajah saya dengan
 tatapan datar, tanpa senyum, tapi nafas dia naik-turun dan terdengar 
desahannya. "Om...!" ucapnya berbisik.
Kami langsung saling berciuman, saling tarik bibir, saling mengulum 
lidah. Kedua tangan saya meremas bongkahan pantatnya sambil menekan ke 
arah kontol saya yang sudah ereksi. Lastri merem-melek dibuatnya.
Aktivitas ciuman terus sampai ke arah leher, lalu ke payudaranya yang 
kecil, kemudian ke perut, sambil mengorek-korek pusarnya oleh lidah 
saya.
Belum puas rasa horni saya, saya tuntun Lastri ke meja makan. Lastri 
kemudian saya dudukkan di meja, lalu dibaringkan. Kakinya menjuntai 
kebawah. Celana joggernya saya perosotin berikut cangcutnya. Kedua 
kakinya saya kangkang lebar2. Memeknya tanpa jembut terpampang, merekah 
merah dan berkilat licin dengan lendirnya yg mulai keluar. Saya jilat 
klitoris dan vaginanya, tangan Lastri menjambak dan menekan keras kepala
 saya. Saya menahan napas. Saya merasakan denyutan vaginanya. Dia 
orgasme.
Kesempatan ini tdk saya sia2kan, saya buka kontol saya yang dari tadi 
ngaceng. Saya arahkan kontol saya ke vagina Lastri yang sudah becek. 
Saya tekan pelan2. Tidak ada penolakan dari Lastri. Kontol saya perlahan
 masuk ke memeknya. Slep! Slep! Slep! Begitu berimanya! Begitu licin dan
 terasa cengkeraman memeknya pada kontol saya. Tidak disangka, saya 
berhasil mendapatkan keperawanan Lastri malam ini. 10 menit berlalu, 
saya merasakan orgasme. Saya tarik kontol saya dari memek Lastri.
Lastri bangun dan turun dari meja. Dia meraih kontol saya. Kontol saya 
dikulum, disedot. Enggak ada satu menit muncratlah sperma saya di mulut 
Lastri.
Lega rasanya!
Lastri buru-buru membersihkan mulutnya. "Rasanya aneh ya Om." Kami tertawa bersama.
Sambil merapihkan rambut dan bajunya, Lastri mengungkapkan bahwa vagina 
dia terasa sakit dan tapi kerasa enak juga sekaligus. Saya bilang, itu 
biasa kalau untuk pertama kali ML.
"Iya, Om. ML enak banget. Lebih enak daripada ngocok-ngocok. Hi hi hi."
"Ah, ya Tuhan, aku mendapatkan keperawanannya." Ada rasa penyesalan, ada
 rasa kebanggaan, ada rasa takut, khawatir. Tapi, diatas itu semua, ada 
perasaan bahagia seperti orang yang menang. Ya, saya berhasil 
mendapatkan keperawanan seorang ABG dengan mulus setelah setahun lebih 
pendekatan dan silaturahmi.
Tapi beruntungnya, bagi Lastri, prestasi akademiknya bukannya enggak 
bagus. Memuaskan malah. Kedua orangtuanya belakangan ini senang sekali 
melihat Lastri bisa senang belajar dan sekolah. Perekonomian ayah dan 
ibu Lastri semakin baik. Ayahnya driver ojeg online, ibunya jualan 
gorengan dan kuweh dengan menitipkannya di beberapa warung makan dan 
beberapa kantin sekolahan. Salah satu anak mereka, Lastri, saya "garap" 
diam-diam dengan "baik" sebagai anak asuh saya.
Rahasia sex-affair saya dan Lastri tetap aman tersimpan rapat. Frekuensi
 ketemuan kami terpaksa dibuat sejarang mungkin. Keakraban kami tidak 
kami tunjukan ke publik. Sebatas hubungan baik sebagai tetangga.
Lastri pun kalau main ke rumah selalu membawa teman atau kerabatnya. 
Kadang saat kami lagi berduaan disitu selalu ada Pa Acep, kakeknya. 
dibuat sewajar mungkin.
      
     
     
No comments:
Post a Comment