Cinta Bersemi di Kos Baru
Banyak orang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah dalam 
kehidupan usia muda. Semua pengalaman baru dan keisengan seringkali 
muncul di waktu SMA. Mungkin saja yang menjadikan masa SMA menjadi 
begitu berkesan untuk dikenang adalah kebersamaan serta pengalaman baru 
dalam proses pendewasaan yang membawa kita kepada pribadi saat ini. 
Mulai dari menyontek, membolos, hingga hal hal lain yang dilakukan 
secara bersama, dimana hal hal tersebut belum tentu bisa didapatkan di 
masa masa berikutnya.
"KRINGGG... KRINGGG.... KRINGGGG....!!!!!!!!" 
Bel sekolah berbunyi dengan lantangnya, waktu menunjukkan pukul 13.45 
WIB pertanda kegiatan sekolah sudah berakhir. Semua siswa berhamburan 
keluar dari dalam kelasnya, suasana di salah satu SMA di Bekasi itu 
sangat ramai, banyak siswa memadati parkiran motor mereka hendak pulang 
kerumah, ada juga yang masih duduk duduk didepan kelas memanfaatkan 
waktu untuk saling mengobrol dengan teman. Namun lain halnya dengan para
 siswa Kelas XII (dulu kelas III SMA), mereka harus mengikuti jam 
tambahan dari sekolah terlebih dahulu  sebagai bentuk persiapan 
menghadapi Ujian Nasional. Disela sela 15 menit waktu istirahat sebelum 
jam jam tambahan dimulai, Cecil memanggil Neta yang sedang berjalan ke 
Koperasi untuk mengambil fotokopian materi pelajaran.
"Netaaaa... Siniiiii....!!!" Teriak Cecil pada Neta, dan seketika itu Neta berbalik dan berjalan menghampiri sahabatnya.
"Kenapa Cil, teriak teriak gitu manggil gue...?? Eh bentar... ini kenapa
 lo malah nenteng tas gini?? Hari ini kan ada jam tambahan..??" Tanya 
Neta dengan heran, melihat Cecil yang sedang membawa tas slempang 
branded miliknya.
"Eh, iya Net... gue mau bolos dulu jam tambahan..." jawab Cecil dengan singkat.
"Hah?? Kenapa emang?? Bukannya tadi dikelas ga ada tanda2 lo mau bolos jam tambahan??"
"Iyaaa beb, barusan si Miko sms gue kalo dia pulang kerumah katanya sih 
kangen sama gue, jadi dia bela belain balik dari Bandung buat ketemu 
sama gue..." Cecil mecoba menjelaskan pada Neta. 
"Buseeet dah.... kenapa ga ntar malem apa besok aja sih ketemunya?? Trus
 nanti gue pulangnya nebeng siapa dong? Huuuufff.." Neta menggerutu, 
karena biasanya ia pulang selalu nebeng motor bareng sahabatnya itu.
"Nah itu beb yang gue mau omongin sama lo... sorry banget ya, soalnya 
Miko malem ini juga harus balik lagi ke Bandung, jadi gue cuma bisa 
ketemu sama dia siang ini juga. Emmm, lo pulangnya minta dijemput bokap 
lo aja deh... gimana??" 
"Huuufff... gini nih orang kalo udah ama cowoknya trus lupa deh sama 
temennya... hmmm. Ya udah deh tar gue telpon bokap gue.." jawab Neta 
dengan cemberut.
"Hehehe... jangan gitu dong beb, makanya lo tu cari cowok lagi, ga capek
 apa ngejomblo dari semester kemarin... " Ledek Cecil, sembari memeluk 
sahabatnya yang sedang cemberut itu.Seketika itu Cecil pergi 
meninggalkan sekolahnya dengan diam diam supaya tidak ketahuan guru 
kalau dia membolos jam tambahan.
Waktu menunjukan pukul 15.00 WIB, pertanda jam tambahan hari Selasa 
sudah selesai. Dengan pandangan mata yang kurang fresh dan tampak 
kelelahan, para siswa keluar dari dalam kelasnya menuju parkiran motor 
untuk segera pulang dan berisitirahat dirumah. Namun Neta tampak sedang 
sibuk menelpon didepan kelasnya, ia menelpon ayahnya yang sedang 
dikantor. Berkali kali ia menelpon namun tidak diangkat, hingga akhirnya
 ia mengirim pesan singkat kepada ayahnya untuk minta dijemput 
disekolah. Beberapa saat kemudian ayah membalas pesan singkatnya. 
"Mf sayang,,papa lagi meeting sama klien,,jd br bs jemputnya jam 5 nti,,gmn gpp?" 
Dengan perasaan yang tidak karuan, akhirnya Neta terpaksa harus menunggu
 ayahnya sampai jam 5 sore, memang hanya itu satu satunya jalan agar 
bisa pulang kerumah.  Tak henti hentinya Neta menggerutu dalam hati.
Ditengah kegalauan hatinya, tiba tiba ada seorang cowok tinggi yang 
sedang berjalan menenteng tas ransel menuju ke arah parkiran motor. 
Parkiran motor sekolah mereka letaknya tepat disamping kelas Cecil dan 
Neta. Cowok itu mendadak menghentikan langkahnya didepan Neta yang 
sedang duduk menunduk memainkan HP. Neta terlihat sangat gelisah dan 
berkali kali menggerutu dan hal tersebut membuat cowok itu sejenak 
berhenti didepan Neta.
"Hei Net...." Sapa cowok itu pada Neta yang sedang memainkan HP nya. Seketika Neta mengangkat mukanya dan menatap cowok itu.
"Eeee Toni yaaa..? Ada apa Ton?" Tanya Neta pada Toni. 
Penampilan Toni yang tinggi gagah dan lumayan tampan membuat Neta diam 
diam mengaguminya. Toni adalah tipikal cowok idaman Neta. Sebenarnya 
mereka berdua adalah teman satu kelas pada waktu kelas X namun Neta sama
 sekali belum menaruh kekagumannya pada Toni. Barulah waktu kelas XI 
Toni masuk sebagai anggota Paskibra, fisiknya menjadi lebih atletis dan 
nampak macho, itulah yang menjadikan Toni sebagai cowok idaman Neta.
"Kok lo duduk duduk sendirian disini? Engga pulang?" Tanya Toni.
"Umm... ini Ton, gue lagi nungguin papaku... tapi masih nanti jam 5 
sore, gila ya gue harus matung 2 jam gini disekolahan...huuuufff.." Neta
 kembali memasang wajah cemberutnya.
"Lah... lama amat Net nungguinnya , eh btw kok ga minta Cecil nemenin? Biasanya Cecil kan kemana mana sama elo Net?" 
"Asal lo tau ya Ton, ini tu gara gara si Cecil... dia tadi cabut jam 
tambahan buat nemuin Miko, cowoknya yang abis pulang dari Bandung, eee 
gue deh jadi korban.. biasanya kan gue pulangnya nebeng ama dia..." Neta
 nyerocos menumpahkan kekesalannya. 
Dalam hati Toni sedikit berpikir, "Oooo jadi Cecil cowoknya anak 
kuliahan... wah ini pasti lagi mesra mesraan nih, pasti mereka lagi 
ML..." Batin Toni dalam hati, pikiran pikiran mesumnya muncul saat itu 
juga begitu mendengar Cecil sedang menemui pacarnya, hal ini memang 
dikarenakan Toni sendiri juga sudah tahu tentang kelakuan Cecil dan ia 
sendiripun pernah mengalaminya. 
"Woiiii... ini patung siapa yang naruh sih ngalang alangin jalan aja!!" 
Sentak Neta pada Toni yang heran karena Toni malah bengong saat ia ajak 
bicara.
"Eeeee... sorry Net, sorry... heehee" Jawab Toni terbata bata.
"Mikirin apa sih Ton? Kok malah bengong aja..? diajakin ngobrol 
juga...hmmm" Tanya Neta dengan nada penasaran. Toni pun memutar otak dan
 akhirnya ia menjawab kecurigaan Neta.
"Oh, gini Net rumah gue kan jauh dari sekolah, hampir sejam sendiri gue 
dijalan... makanya sama nyokap gue disuruh nge kos, sekalian biar fokus 
buat Ujian Nasional..." Jawab Toni dengan yakin. Kemudian Neta langsung 
menyambar.
"Jadi lo sekarang ngekos Ton?" 
"Iya baru hari ini gue tempatin, kemarin gue udah naruh barang gitu deh,
 tapi belum gue tata masih brantakan, makanya gue mikir gimana coba cara
 ngerapiinnya..." Jawab Toni dengan mimik muka berpikir, menyembunyikan 
pikiran mesumnya.
"Wah asik ya ngekos, deket dari sekolah... bebas lagi, coba aja gue dibolehin ngekos ama nyokap..."
"Hahaha..." Toni tertawa, ia senang Neta tak mencurigai pikiran mesumnya.
"Eh, Ton lo kan lagi beres beres kosan lo tuh? nah gue lagi nganggur 
disini... gimana kalo gue bantu bantu lo aja itung itung nunggu 
jemputan...??" Sahut Neta yang sepertinya sudah menemukan ide untuk 
mengusir kegalauan dalam dirinya itu.
"Heh? Emang gapapa Net? Gue sih sebenernya seneng2 aja tapi tar malah jd ngrepotin elo lagi..." 
"Gapapa Ton, gue malah seneng kali gajadi matung sendirian disini... 
gimana? mau ya mau ya??" Neta justru meminta diajak ke kosan Toni untuk 
menata kamar kosnya. 
Dan akhirnya Toni pun setuju, mereka kemudian segera bergegas menuju ke 
parkiran motor dan Neta pun membonceng motor Toni menuju kosannya. Kosan
 Toni letaknya ada di belakang sekolah, jaraknya hanya lima menit dengan
 sekolah mereka. Memang menjelang Ujian Nasional banyak anak anak kelas 
XII yang memutuskan untuk ngekos dengan alasan rumah jauh, biar bisa 
fokus ujian, dan lain lain. Namun malah sebenarnya yang terjadi adalah 
mereka jadi banyak bermain, membolos dan bersenang senang karena merasa 
bebas dari pengawasan orang tua.
Sesampainya di kosan, Toni memarkirkan motornya dan setelah itu mereka 
berdua disambut oleh Ibu Kos, seorang janda yang ditinggal mati oleh 
suaminya umur Ibu Kos sekitar 37 Tahun. Ia sudah 7 tahun ditinggal mati 
suaminya karena kecelakaan, oleh mertuanya Ibu Kos dianggap sebagai 
penyebab suaminya kecelakaan, maka dari itu anak semata wayangnya kini 
diambil alih pengasuhan oleh Neneknya yang merupakan mertua dari Ibu 
Kos. Untuk mengusir kesepian hari harinya Ibu Kos menjadikan rumahnya 
sebagai Kos-Kosan dimana sekarang dihuni oleh Toni dan 3 orang disbreak 
(gadis pabrik) disekitar tempat itu. 
Toni merupakan yang termuda dan cowok sendiri diantara para penghuni 
kos. Selain dengan menjadikan rumahnya sebagai Kosan, Ibu Kos juga aktif
 kegiatan senam dan gym hal itu ia lakukan sebagai bentuk refreshing dan
 penghilang stres. Maka tak heran bentuk tubuh Ibu Kos diusianya yang 
tergolong setengah tua itu masih saja kencang dan berisi. Buah dadanya 
yang membusung itu sebagai tanda kekencangan dan kekenyalan payudara Ibu
 Kos. Parasnya yang cantik dan kulitnya yang putih langsat khas 
Sundanese membuatnya nampak terlihat muda. Apalagi pada waktu itu Ibu 
Kos hanya mengenakan tanktop hitam dan hot pant sehingga semakin 
membuatnya jauh dari kata tua.
"Ehhh... dek Toni sudah pulang yaaa... sama siapa ini, eleuh... cantik 
pisan...." Tanya Ibu Kos pada Toni dan Neta yang baru saja datang. Neta 
pun sedikit tersipu malu mendengar perkataan Ibu Kos tadi.
"Iya bu, eh ini sama temen aku, dia mau bantuin beres beres kamar 
sekalian mau ngerjain tugas... boleh kan bu?" Jawab Toni menjelaskan 
kedatangan Neta di kosannya.
"Oh ya boleeh dong, kan jadi ada yang ngebantuin kamu dek... ngomong 
ngomong namanya siapa atuh?" Ibu Kos bertanya dengan senyum yang manis.
"Oh iyaaa bu, ini namanya Neta... Neta, ini Ibu Kos aku beliau namanya 
Bu Ayu.." Toni mencoba  saling memperkenalkan mereka berdua dengan 
sopan.
"Iyaa bu, saya Neta temannya Toni.." Neta kemudian menyalami Ibu Kos dengan senyum yang tak kalah manisnya.
"Halooo... eh btw, kalian ini temenan apa pacaran? Hayooo..." Ibu Kos tersenyum memandangi mereka berdua. 
"Ahhhh... Ibu ini apa sih... malah ngeledikin, kita tu temenan ya bu..."
"Temenan apa temenan... hohoho??" 
"Ah Ibu ini...  udah ah bu, kami masuk dulu ya..." Jawab Toni sekenanya menanggapi Ibu Kos tadi. 
Ibu Kos pun langsung berkelakar melihat mereka berdua salah tingkah. 
Kemudian mereka berdua langsung bergegas menuju kamar Toni yang letaknya
 dibelakang, bersebelahan dengan 3 buah kamar para disbreak itu. Toni 
mempersilahkan Neta masuk kedalam kamarnya, sembari meminta maaf karena 
keadaan kamarnya yang sangat berantakan. Terlihat hanya kasur saja yang 
tertata rapi ditempatnya, buku buku, pakaian, dan tumpukan kardus masih 
berserakan dilantai. Neta kemudian masuk dan terkejut melihat keadaan 
kamar Toni.
"Ya ampuuuun, perasaan kamarmu jauh dari laut deh Ton, kenapa kok kayak 
habis disapu ombak gini...." Neta terheran heran melihat keadaan kamar 
Toni yang masih belum tertata dan seperti kapal pecah itu.
"Yeee, namanya juga baru pindahan Net... makanya hari ini misi kita tu 
menata kapal yang hancur ini biar bisa berlabuh kembali, hohoho..." 
dengan suara sok berat, Toni menirukan gaya bicara seorang bajak laut 
dengan menaruh kedua tangannya dipinggang.
Neta pun tertawa, ia langsung menuju ke tumpukan kardus dilantai, ia 
memeriksanya dan menemukan puluhan buku diktat pelajaran dan LKS kelas 
XII milik Toni. lalu menatanya di meja belajar dan merapikan seluruh 
alat tulis yang tadinya berserakan dilantai. Disisi lain, Toni meminta 
izin ke Neta untuk ganti baju kekamar mandi. Didalam kamar suhunya cukup
 panas, aktivitas Neta membereskan buku buku Toni membuatnya kegerahan, 
karena Neta tidak membawa baju ganti jadi ia hanya melepas baju seragam 
Osisnya dan kini ia hanya memakai dalaman berupa takntop tipis warna 
putih, nampak dua utas tali BH yang menempel dipunggungnya. Rambut 
panjangnya yang lurus ia ikat keatas, keringatnya yang menetes 
membuatnya tampak begitu seksi. Neta sangat detail sekali dalam 
membereskan kamar Toni, ia mengambil sapu dan menyapu lantainya.
 Setelah beberapa saat Toni masuk kedalam kamar dan menyaksikan 
penampilan Neta yang sedang menyapu lantai. Ia sejenak berpikir, tanpa 
ia sadari sebelumnya ternyata Neta sangat manis, kulitnya putih bersih 
buah dadanya tidak terlalu besar namun tampak kencang dan proporsional, 
apalagi dengan penampilan minimalis seperti itu membuatnya terlihat 
lebih seksi.
"Wuihh... kok udah beres gini Net? Jadi ga enak gue sama elo... hehehe" 
Kata Toni pada Neta yang sedang menyapu kolong lemari pakaian. Seketika 
Neta membalikan badannya kearah Toni yang baru masuk kamar.
"Ehhh... belum seberapa kok Ton, baru meja belajar lo aja yang gue 
rapiin, itu pakaian sama lain lain dikardus satunya belum diapa 
apain..." Kata Neta sambil menunjuk kearah pakaian Toni yang berada 
diatas ranjang kasur dan sebuah kardus berisi jam dinding, senter, dan 
berbagai barang lain yang Toni bawa dari rumah.
"Ohhh kalo ini mah gue aja yang beresin Net... lo tinggal nyapu aja ya, 
terus tar lo santai deh... oke?" Neta mengangguk ngangguk saja mendengar
 perkataan Toni.
Toni langsung menuju keranjang tempat tidurnya, ia mulai melipat lipat 
pakaiannya sambil duduk. Ditengah tengah melipat pakaian, poosisi Neta 
tepat membelakangi Toni, ia terlihat sedang membersihkan kotoran yang 
susah disapu dikolong lemari pakaian. Neta menyapu dengan posisi berdiri
 menungging, kepalanya ia arahkan kebawah melihat setiap jengkal kotoran
 dikolong lemari. Karena kotoran yang susah untuk dibersihkan, membuat 
Neta sedikit kesal dan ia mencoba meraih raih kotoran itu dengan 
sapunya, sehingga tak ia sadari membuat bokongnya jadi bergoyang goyang 
kekanan dan kekiri. Hal tersebut seketika membuat mata Toni terbelalak, 
ia berhenti melipat baju dan tak mau menyia-nyiakan  momen indah ini. 
Bokong Neta terus bergoyang ke kanan dan ke kiri, bokong sekel itu 
terbungkus oleh rok abu abu panjang dan samar samar terlihat jiplakan 
celana dalam Neta dari luar. Toni terus menelan ludah, tak ia sangka 
sekarang dirinya menjadi begitu konak. Penis didalam celana pendeknya 
menjadi mengeras melihat Neta yang seperti menari erotis itu. 
Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, kondisi kamar Toni sudah beres dan 
rapi. Meja belajar sudah tertata, pakaian sudah masuk lemari, jam 
dinding dan peralatan lain sudah berada ditempatnya begitu juga dengan 
lantai kamar sudah bersih disapu Neta. Mereka berdua tampak sedikit 
kelelahan namun senang karena kamar Toni sudah tertata rapi. Karena 
aktivitas yang cukup melelahkan, merekapun menjadi begitu kehausan, maka
 Toni memutuskan untuk keluar sebentar membeli minum dan camilan disalah
 satu minimarket dekat Kos.
"Net... gue beliin minum dulu ya, lo tunggu bentar disini..." Kata Toni 
pada Neta yang sedang duduk dikursi meja belajar dan asyik memainkan 
Blackberry nya itu.
"Oke Toniii... eh, ini aku boleh mainin laptopmu ga? Iseng2 aja sih..." 
Pinta Neta sembari menunjuk laptop yang ada di meja belajar Toni.
"Oh boleh dong... santai aja Net bebas kok..." Jawab Toni yang kemudian langsung  ngeloyor menuju minimarket.
Neta menghidupkan laptop Toni, ia memeriksa apakah ada game bagus yang 
dibisa dimainkan. Namun sejenak Neta terlihat penasaran dengan salah 
satu folder yang ada didesktop, folder itu berjudul "Video Motivasi". Ia
 kemudian membuka folder tersebut, dan tak ia sangka sangka folder itu 
ternyata berisi ratusan Video Porno dengan judul yang beragam. Sontak 
Neta terkejut dengan penemuannya itu, ia sempat mencoba menghalau 
pikirannya untuk menonton video itu, namun apa daya rasa penasaran 
tingkat tingginya membuat ia menutup pintu kamar dan langsung me-double 
klik salah satu file video berjudul "Japan Amateur Get Cum on Her 
Pussy". 
Tampak seorang wanita jepang sedang berduaan dengan seorang laki laki 
didalam kamar. Mereka berbincang bincang dan kemudian lanjut berciuman 
satu sama lain, tangan laki laki tersebut bergerilya didaerah dada 
wanita itu dan ia meremas remasnya dari luar baju. Tampak wanita itu 
mendesah desah keenakan, tak lama baju wanita itu disingkapkan ketas dan
 ternyata ia tak memakai BH, payudaranya yang besar mencuat dari dalam 
baju diikiuti oleh puting mancung yang  mengeras. Laki laki tersebut 
langsung meremas remas dan menghisapi toket tersebut, hal ini membuat 
libido Neta naik drastis, ia terus menelan ludah melihat adegan porno 
terebut. 
Tak lama kemudian Neta meremas remas gundukan payudaranya dari luar 
tanktop. Ia remas dari kanan kekiri seirama dengan permainan dalam video
 porno yang ia tonton. Kemudian ia mencoba menggerayangi payudaranya 
sendiri dari dalam tanktop, ia menyelipkan jarinya kedalam BH dan 
memilin milin putingnya yang sedari tadi mengeras . Adegan dalam video 
porno semakin panas, laki laki itu menjilati vagina si wanita, dan 
menggigiti klitorisnya sehingga membuat wanita itu tampak menikmati. 
Neta tak mau kalah, ia langsung menggerakkan tangannya masuk kedalam 
rok, setelah ia singkap rok panjang tersebut kini jari jari Neta sudah 
leluasa menggosok gosok memeknya dari luar celana dalam, dan terasa 
celana dalamnya sudah cukup basah. 5 menit berlalu, nafas Neta semakin 
tersengal sengal birahinya pun semakin meninggi.
Tengah keenakan menggosok memeknya, tanpa Neta sadari Toni sudah berada 
dibelakangnya. Toni sudah datang, Toni terdiam melihat aksi temannya 
itu, libidonya yang sempat turun ketika keluar membeli minuman tadi kini
 menjadi naik 3 kali lipat. Karena letak meja belajar tersebut berada di
 samping ranjang, Toni langsung menuju ranjangnya tanpa maksud 
mengagetkan Neta. Ternyata Neta sedari tadi lupa mengunci pintu, pintu 
tersebut hanya mengenap sedikit sehingga ketika Toni masuk sama sekali 
tidak terdengar suara pintu terbuka. 
Melihat Toni duduk diranjang sebelahnya itu Neta sontak terkejut bukan 
kepalang, ia lalu menghentikan aktivitasnya dan segera membenahi roknya 
yang tersingkap keatas tadi. Mukanya memerah ia tak tahu harus berkata 
apalagi pada Toni yang duduk disebelahnya menatapi wajahnya itu. Dalam 
keheningan yang sesaat, Toni mulai membuka percakapan diantara mereka 
berdua. 
"Ini Net, gue beliin Cola dingin... diminum yuk... " Toni terlihat tenang.
Ia membukakan tutup botol Coca Cola dan memberikannya pada Neta. Sembari
 tertunduk Neta menerima  botol yang diberikan Toni, ia merasa malu 
semalu malunya pada Toni dan ia hanya bisa terdiam menunduk tanpa berani
 menatap wajah Toni. Neta selama ini dikenal sebagai cewek baik baik, ia
 memang pernah sesekali digrepe seorang laki laki namun itu juga hanya 
oleh mantan pacarnya waktu kelas XI lalu, dan itupun Neta tidak mau 
keterusan sehingga ia memutuskan untuk putus dengan pacarnya tersebut. 
Neta meminum botol cola dingin itu perlahan. Melihat Neta sedang 
menenggak minumannya, Toni justru berjalan menuju kepintu kamar dan 
menguncinya dari dalam, dan kembali lagi duduk diranjang.
"Sudah Neta... ga usah malu sama aku, tenang aja, sini duduk samping 
aku..." Kata Toni pada Neta sembari menepuk nepukan tangannya kekasur. 
Kemudian Neta dengan masih tertunduk mengiyai permintaan Toni tadi.   
"Maaf ya Ton, gue udah lancang dikamar lo.. tadi gue ga senga...." Tanpa
 menyelesaikan ucapannya, mulut Neta sudah di stop oleh jari telunjuk 
Toni agar berhenti bicara.
"Sssst... Neta... kamu itu kalo dilihat dari dekat gini cantik yaaa... 
begitu beruntungnya cowok yang bisa macarin kamu..." Kata Toni dengan 
nada berwibawa dan senyum yang mengembang.
Entah penjelasan apa yang dapat mewakili, tiba tiba saja Neta merasa 
dibuat melayang oleh ucapan Toni. Memang Neta selama ini mengagumi Toni,
 dan seketika itupun ia merasa perasaannya kepada Toni seolah  telah 
berubah menjadi lebih besar. 
Toni menarik telunjuknya yang menempel di bibir Neta, ia kemudian 
membelai rambut Neta dengan lembut, Neta yang tertunduk kini berganti 
menatap wajah Toni, matanya berkaca kaca ia terharu melihat sikap lembut
 Toni kepadanya. 
Toni lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Neta, ia ciumi pipinya yang 
merona, kemudian sekejap Neta menorehkan wajahnya kearah Toni yang 
tengah mengecup pipinya. Sehingga bibir mereka berdua saling berhadapan 
dan menempel. Toni mengecup dengan perlahan bibir Neta, hal ini lah yang
 membuat Neta melayang dan semakin menaruh perasaannya kepada Toni. Neta
 pun membalas kecupan bibir Toni, kini bibir mereka saling terbuka dan 
lidah mereka akhirnya bertemu dan saling melumat satu sama lain.
Nafas Neta semakin berat, tak bisa dipungkiri video porno yang ia tonton
 tadi masih meninggalkan bekas birahi tinggi pada dirinya. Setelah 
beberapa saat mereka saling berkulum bibir, kini tangan Toni tak bisa 
dikendalikan, ia mencoba merabai payudara Neta dari luar tanktop 
tipisnya. Kini Neta tampak menikmati, tidak ada perlawanan yang ia 
berikan ia biarkan saja payudara yang selama ini ia lindungi itu 
digerayangi dengan liarnya oleh Toni. 
Toni menyingkapkan tali tanktop Neta kesamping pundaknya dan kemudian 
menurunkan takntop itu kebawah, sehingga nampak gundukan buah dada Neta 
yang terbungkus oleh bra putih polos tak bermotif. Toni pun melepas kaos
 jersey "Liverpool" kebanggaannya dan kini ia sudah bertelanjang dada 
memamerkan tubuh atletisnya pada Neta.
 
Sembari menciumi bibir Neta, Toni berusaha melepaskan pengait bra yang 
menutupi gundukan payudara itu. Bra sudah terlepas, tampak payudara 
berwarna putih berukuran sedang dengan puting berwarna cokelat muda yang
 sudah memancung keras dihadapan Toni. 
Sejenak Toni memandangi keindahan toket Neta, namun Neta malah 
menyandarkan kepalanya didada Toni, mungkin karena malu Neta lalu 
memeluk Toni dan menyembunyikan wajahnya didekapan Toni. Toni hanya 
tersenyum melihat tingkah Neta, ia lalu membangunkan Neta yang bersandar
 didekapannya dan menatapi wajahnya. Seketika itu Toni langsung berkata.
"Neta... umm... kamu mau ga jadi pacar aku? aku sayang deh sama kamu..."
 Kata Toni dengan lirih dan sedikit tersendat. Dengan kedua tangan yang 
menyilang menutupi buah dadanya, Neta berkata.
"Eeeh? Apa? Nembak nih?" Neta terkejut menjawab pertanyaan, dalam 
batinnya mengapa semendadak ini. Tapi biarlah, tak ada salahnya juga dan
 bukankah ini justru menjadi momen yang bagus. Ia berbicara dalam 
hatinya.
"Hmmm... iya! jadi gimana neng cantik?" Kata Toni yang kemudian mencubit pipi kanan Neta yang menggemaskan itu.
"Eh, malah cubit cubit... genit ah...." Kata Neta dengan nada manja pada
 Toni yang menurut Toni malah semakin membuatnya tampak manis.
"Oooh... jadi... ga mau nih ceritanya?" Tukas Toni.
"Yeee, siapa bilang ga mau..??" Sahut Neta dengan tersenyum tersipu sipu malu.
 
Toni pun tersenyum bahagia, dengan cepat ia dekati Neta yang berada 
dihadapannya lalu ia dorong tubuhnya ke kasur, Neta pun terkejut dan 
kini ia terbaring diranjang. Toni menindih tubuh Neta yang ada 
dibawahnya, tangan Neta pun dalam posisi terlentang tak menghalangi 
kedua payudaranya. 
Toni langsung menciumi Neta, ia menciumi setiap sudut yang dilewati 
bibir dan lidahnya, dan kini lidah Toni sudah sampai di telinga Neta, 
telinga itupun ia jilati dengan lembut, sehingga membuat Neta menjadi 
semakin tersengal sengal karena libidonya yang naik secara drastis. 
Kemudian setelah telinga, Toni menciumi dada Neta, disitu ia kembali 
memainkan lidahnya dengan pelan hingga sampailah lidah itu ke payudara 
Neta yang mangkel.
 
Neta hanya bisa memejamkan matanya erat erat ketika lidah Toni menyapu 
puting yang mengeras itu, tangan Neta menarik selimut dan 
mencengkeramnya kuat kuat, jari jemari kakinya mulai menekuk kaku 
pertanda ia merasakan hasrat bercinta yang muncul dari dalam tubuhnya. 
Setelah puas bermain dengan puting, Toni mencoba melucuti rok panjang 
abu abu milik Neta, kini ia pasrah sepasrahnya pada Toni, ia mulai 
berpikir kalau Toni adalah orang yang tepat. Setelah ikat pinggang 
dilepas dan resleting belakang rok terbuka, Toni menarik turun rok 
tersebut dan tampaklah gundukan vagina yang sudah basah kuyup terlapis 
celana dalam putih polos itu. Tak lupa ia juga mencopot tanktop Neta 
yang masih melekat ditubuhnya. 
Kemudian tanpa lama lama Toni langsung melorotkan celana dalam itu 
kebawah dan terpampanglah secara nyata sebuah vagina dengan bulu 
kemaluan yang jarang dan tipis. Namun yang terjadi Neta justru langsung 
reflek menutupi vaginanya dengan kedua telapak tangannya dan lantas ia 
menggeleng gelengkan kepala pertanda ia masih enggan daerah sensitifnya 
dijamah oleh orang lain.
 
Toni sedikit terkejut, namun ia tak kehabisan akal begitu saja. Ia 
bergerak maju kembali menindih tubuh Neta yang sudah benar benar bugil. 
Dengan pelan ia membisikkan sesuatu ke telinga Neta.
"Sayaaang, gapapa yaa?" Bisik Toni ketelinga Neta dengan pelan.
"Aku takut yang, aku belum pernah..." Neta menggelengkan kepala menjawab
 bisikan Toni dengan nada sedikit ketakutan karena memang Neta sama 
sekali belum pernah merasakan vaginanya dijamah oleh orang lain 
sebelumnya.
Tanpa memberi tanggapan pada ucapan Neta tadi, Toni langsung mengecup 
bibir Neta dan ia berlanjut mengecup puting Neta yang sedari tadi 
mengeras. Dasar Toni, ia tak kehabisan akal dalam membuat Neta bertekuk 
lutu padanya. Ia terus jilati puting Neta dan memberi remasan remasan 
kecil ke payudaranya. Akan tetapi satu hal yang membuat Neta tidak dapat
 berbuat apa apa lagi, Toni menciumi dari perut ke pinggang Neta, dimana
 di area itu Neta menjadi sangat kelonjotan karena sebenarnya pinggang 
adalah titik paling sensitif yang dimiliki Neta. 
Saat Toni menjilati pinggang Neta, kaki Neta tak bisa diam ia terus 
menendang nendang sprei kasur semakin lama semakin tak beraturan, hingga
 pada akhirnya Neta membuka kedua telapak tangannya yang sedari tadi 
menutupi selakangnya itu. 
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Toni langsung beralih sasaran ke 
gundukan vagina yang rapat dan berbulu jarang itu, ia  elus dengan 
lembut, ia coba membuka bibir vaginanya dengan kedua jari, hingga 
jarinya menyentuh satu bagian seukuran kacang di dalam bibir vaginanya 
itu, seketika Neta langsung melenguh, nafasnya tak terkontrol semakin 
berat bak seekor kuda yang berlari di padang pacuan. Toni terus 
memainkan klitoris itu dengan jari jarinya. 
Kemudian ia menggosok gosok memek yang basah itu dengan pelan dan 
akhirnya ia menemukan liang surga milik Neta, setelah beberapa saat 
menggosok ia amblaskan kedua jarinya kedalam liang itu. Peret sekali 
lubang ini, pikir Toni.
Bles, seketika Neta melenguh hebat ia tak mampu menahan gejolak yang 
timbul dari dalam dirinya, matanya tertutup tangannya mencengkeram erat 
sprei kasur dan ia mencoba menikmati setiap jengkal kobelan dalam 
memeknya.  Rasanya nikmat, sensasi yang belum pernah Neta dapatkan 
sebelumnya. Badannya mulai menggeliat, seiring dengan dimasukannya dua 
jari Toni kedalam lubang memek itu. Kedua jarinya mondar mandir di 
lubang memek Neta, semakin lama semakin cepat. 
Toni mulai mendekatkan wajahnya ke memek Neta, ia ciumi aroma khas 
vagina yang bersih terawat itu, tidak bau, hanya sudah begitu becek. 
Langsung saja ia jilati selakangan Neta dengan lembut, lidahnya bermain 
kecil di daerah sela sela paha. Lalu ia cabut kedua jarinya dari dalam 
lubang memek hingga akhirnya ia pun kini beralih menjilati belahan 
vagina becek  itu dari bawah keatas berulang ulang, cairan yang keluar 
terasa begitu asin namun tak mengurangi intensitas libido Toni. Ia 
jilati klitoris Neta disertai dengan gigitan gigitan kecil, hal ini 
membuat Neta semakin menjadi jadi, hal itu membuat ia semakin kelonjotan
 menikmati permainan lidah Toni. Tangan Neta pun aktif meremas remas 
payudara dan putingnya sendiri yang semakin lama semakin mengeras.
 
Toni kemudian memasukan kembali dua jarinya kedalam lubang memek Neta 
dan kini ia memberi kobelan dari RPM rendah ke RPM tinggi, sembari 
mengkobel ia jilati klitoris mungil itu. Semakin cepat Toni mengocok 
memek Neta, semakin membuat Neta dekat dengan puncak orgasmenya. Hingga 
akhirnya setelah puluhan kali kocokan, Neta pun melenguh hebat.
"Uuuhhh... sayang... aku keluar... enaaaaak... uuuuhh...!!" Semburan 
cairan orgasme dari dalam memek Neta terus memancar. Toni pun 
menghentikan kocokannya ia berikan waktu pada Neta untuk menikmati sisa 
sisa orgasme perdana dengan seorang laki laki itu.
 
Lalu Toni beranjak mendekati wajah Neta, ia cium keningnya. Neta merasa 
dirinya diperlakukan dengan sangat baik sekali, betapa gentlemannya Toni
 pikir Neta. Ia sambut ciuman dikening itu dengan mengecup bibir Toni, 
hingga bibir mereka saling beradu untuk sesaat. Karena ulah Toni pada 
dirinya tadi, kini Neta pun berubah menjadi lebih agresif. Ia dorong 
kebelakang tubuh Toni hingga terlentang dikasur. Dalam hatinya Toni 
berpikir, bakalan seru nih. 
Kini posisi mereka berbalik, Toni sekarang berada dibawah dan Neta 
menindihnya dari atas, Neta menciumi telinga Toni, dan Toni pun mencoba 
menikmati sensasi yang ia dapatkan dari pacar barunya itu. Setelah itu 
Neta melihat kearah dada yang bidang milik Toni, tampak dada yang lebar 
dan lekukan lekukan perut sixpack, sesuatu yang begitu diidamkan oleh 
Neta. 
 Neta kemudian mengusap usap puting Toni yang juga mengeras, pelan dia 
usap dan kini ia menjilatinya dari kiri kekanan, hal itu membuat Toni 
semakin bergairah. Tangan Toni membelai belai rambut Neta yang sedang 
menjilati putingnya itu. Neta kini berlanjut memberikan jilatannya 
kearah bawah, ia berhenti di pusar Toni disitu ia memainkan lidahnya 
sejenak, tampak Toni merasa kegelian dibuatnya. 
Seperti tanpa komando apapun, Neta yang sedari tadi malu malu dan 
ketakutan, kini justru menarik kolor pendek milik Toni kebawah, ia 
mencoba melepasnya. Ia pun sedikit terkejut melihat penis tegang Toni 
yang tidak terbungkus celana dalam sama sekali.
Waktu bersantai dirumah, Toni memang tidak pernah mengenakan celana 
dalam, ia begitu karena menurutnya tanpa celana dalam penisnya akan 
semakin bebas bergerak, dan membuatnya semakin bertambah besar. Penis 
itu mengeras dan berayun keatas dan kebawah sesaat setelah dibebaskan 
dari sebuah penjara kolor. 
Neta terdiam ia memandangi sebuah organ tubuh manusia yang baru pertama 
kali ia lihat secara langsung dengan kedua matanya, sungguh pengalaman 
pertama. Toni pun mengayun ayunkan penisnya yang tegang sebagai isyarat 
agar Neta menjamahinya.
"Ihhhh sayang... ternyata gini ya bentuk aslinya, lucu... hihihi..." 
Neta cekikikan, ia lalu perlahan menggenggam penis yang berayun ayun 
itu.
Ia genggam dengan lembut, kemudian ia urut perlahan. Neta mencoba 
mengingat ingat adegan hand job yang pernah ia tonton sebelumnya dalam 
video porno. Penis Toni cukup panjang, 
didalam genggaman tangan Neta, penis itu masih menyisakan beberapa centi
 batang sebelum palkon. Palkonnya besar menggambarkan sekali tubuh Toni 
yang atletis. Ia kocok keatas dan kebawah dengan agak cepat, Toni pun 
memperingatkan Neta untuk mengocoknya pelan dan kemudian Neta pun 
menurutinya dan  ini merupakan pertama kalinya Neta melakukan hand job. 
Setelah beberapa saat dikocok, Toni pun meminta Neta untuk mengemutnya.
"Ga mau yaaang... jorok ih..." Neta menggelengkan kepala menjawab 
permintaan Toni untuk mengemut penisnya itu. Namun tetap seperti biasa, 
Toni tak mau menyerah.
"Jorok gimana sih yang?? orang aku rajin bersihin titit kok... ayolah 
coba dulu dijilat, kalo ga suka tar gausah diemut aja gapapa..." Jawab 
Toni, dengan segala bujuk rayu yang ia punya.
Netapun mengangguk, dalam pikirnya kalo saja ia tidak merasa nyaman 
menjilati penis Toni, ia bisa langsung berhenti tanpa harus melukai 
perasaannya. Wajahnya ia dekatkan ke penis Toni, dengan pelan ia 
mengeluarkan lidahnya lalu mencicip rasa dari palkon itu. Toni merasa 
sedikit kegelian, seperti ada aliran listrik yang mengelilingi daerah 
sensitifnya. Tidak ada yang aneh dengan rasa, begitu pula dengan 
aromanya. Ia jilati beberapa kali, makin lama makin merasa nyaman dan 
kemudian dengan tangan yang menggengam batang penis, Neta melahap palkon
 Toni dan menyelimutinya dengan mulut. Didalam mulutnya, Neta memainkan 
lidahnya mengusapi palkon itu, Toni semakin merasa tidak karuan. Setelah
 beberapa saat dalam posisi itu, Neta melepaskan genggamannya dari penis
 Toni. kini mulutnya semakin bebas memasukan kontol Toni kedalam, ia 
lahap penis itu hingga mentok dimulutnya, ia tarik kembali mulutnya, ia 
masukan lagi penisnya dan kini pun Neta langsung hisap penis Toni 
layaknya menghisap minuman dengan sedotan, pipinya mengempot seiring 
dengan sedotan mulutnya pada penis Toni. 
Setelah beberapa saat Toni merasakan blow job dari pacarnya itu, kini ia
 meminta Neta untuk merubah posisi ke posisi 69. Neta pernah menonton 
adegan itu di video porno, ia juga  diberi banyak pengetahuan 
pengetahuan sex oleh sahabatnya sendiri, yaitu Cecil. 
Neta cukup penasaran untuk mencoba bagaimana rasanya posisi 69. Akhirnya
 ia pun menuruti perintah Toni yang sedari tadi berbaring diranjang. Ia 
bangkit, lalu memutar badannya sehingga kini posisi wajah Neta menghadap
 penis Toni, dan memeknya tepat menghadap wajah Toni yang ia tindih. 
Toni meremas bokong Neta, sesekali ia tampar karena gemas melihat 
kekenyalan bokong pacarnya itu. Sembari meremas bokong Neta, lidahnya 
kini aktif kembali menggeluti vagina becek itu. Ia terus menjilatinya 
dan menggigit gigit kecil klitoris yang bersembunyi dibalik bibir vagina
 itu. 
Nafas Neta semakin tak karuan, ia mendesis desis merasakan libidonya 
kini naik kembali pasca orgasme yang dahsyat. Ia tak mau kalah dengan 
Toni, segera penis itu ia lumat dengan lahapnya. Ia sedot sedot dengan 
kuat, hingga Toni merasakan nyut nyutan yang luar biasa. 
Diposisi sebaliknya, Toni menghentikan jilatnya dan kini ia berganti 
mengkorek kembali vagina yang merah merona itu, jari tengahnya ia 
masukan ia korek hingga mentok dan menarik ulur jarinya itu. Hal 
tersebut membuat birahi Neta semakin menguat, ia tak kuasa menahan 
kenikmatan yang ia rasakan pada saat itu. Korekan jari Toni kedalam 
liang vaginanya membuat ia tak karuan dan kinipun ia sudah dekat dengan 
puncak orgasmenya yang kedua.
"Uuuh.. aaah... uuuh... akuuuu keluaaar... lagi... yaaaaang..." Desah 
Neta yang kini merasakan cairan dalam memeknya menyembur keluar dengan 
deras. Tubuh Neta mengejang, ia menggelinjang dengan hebat. Ia pun lemas
 terkapar dalam posisi tangan menggenggam penis Toni. 
Kini Toni menyuruh neta untuk turun dari atas badannya, ia baringkan 
tubuh Neta yang lemas itu, ia mengganjal kepalanya dengan bantal. 
Kini Toni bersimpuh diatas tubuh Neta dalam posisi men on top. Kedua 
tangannya meremas remas payudara Neta dengan lembut. Ia pun mendekatkan 
penisnya yang sedari tegang itu kesela sela dua buah payudara yang ia 
remasi.
"Jepit yang...." Perintah Toni.
Dengan anggukan kepala, Neta terima instruksi tersebut. Kini kedua 
tangannya menakup erat kedua payudaranya, Neta menyambut datangnya penis
 Toni yang hendak menelusup masuk kesela sela bongkahan buah dada kenyal
 itu.
Seketika itu penis tegang Toni mendarat disela sela payudara Neta, tak 
kalah responsif Neta pun semakin mengencangkan jepitan payudaranya 
memberi himpitan kuat pada penis yang terus menggesek kedua sela gunung 
kembar tersebut.
Toni terus memaju mundurkan pinggulnya, ia bergoyang diatas tubuh Neta 
sembari menggesek gesek senjata andalannya. Semakin lama jepitan Neta 
semakin kencang, hal ini membuat Toni kehilangan kendali pada penisnya. 
Sehingga penisnya pun sempat beberapa kali mencuat dari sela sela 
jepitan. Namun segera ia kembalikan lagi pada posisi semula. Merasa 
lahar spermanya sudah semakin mendekati puncak, Toni segera mencabut 
penisnya yang sedari tadi dijepit payudara Neta. 
Masih dalam posisi berdiri diatas lutut, Toni meminta Neta untuk 
mengulum penisnya sekali lagi. Langsung saja, mulut mungil daun muda itu
 melahap dengan mantap penis sang kekasih. Ia mainkan lidahnya, ia sapu 
palkon Toni, bak sedang meminum dengan sedotan ia terus menedot kencang 
penis itu. Semakin mahir Neta beraksi dalam gaya sepongan.
Tak lama, Toni merasa sudah saatnya sperma kentalnya ia muntahkan dari dalam penis. Dan akhirnya.
"Aaaaahhhhh.... Aku keluaaaar.... yaaaang!!!" Toni berseru dengan lirih.
Matanya terpejam ia merasakan badannya menggelinjang tak beraturan, 
sperma kental menyembur keluar dari dalam palkon membasahi mulut Neta 
yang masih menahan penis itu. Tampak rona terkejut dalam wajah Neta, tak
 ia sangka akan menerima muntahan sperma yang begitu banyaknya didalam 
mulut.
"Aduuuh... maaf ya sayang... kelepasan tadi...hehehe"
"hmmmm...." Sembari menengadahkan mulut Neta sedikit menggeruti tingkah pacarnya itu. 
Tak lama Toni mencabut penis itu dari mulut Neta, dan Neta pun masih 
tetap menengadah menahan banyaknya sperma yang berada didalam mulutnya. 
Sungguh luar biasa sensasi yang mereka dapatkan di kamar Kos baru Toni 
itu.
Segera Toni mengambil tisu basah dari dalam laci, ia membersihkan sperma
 yang membanjiri mulut Neta. Merekapun terbaring bersamaan terkulai di 
atas ranjang, sesaat mereka menghadap kelangit langit menikmati sensasi 
yang sangat luar biasa yang muncul karena benih benih cinta diantara 
mereka berdua.
Toni memeluknya dari samping, dan Neta menoleh kewajah Toni mereka 
berciuman untuk beberapa saat. Romantisme asmara kedua ABG itu sangat 
kuat terasakan.
Tak terasa waktu menunjukan pukul 17.10 WIB, dering Blackberry Neta 
berbunyi dengan kencang, terlihat tulisan "Incoming Call From Papa" ia 
bergegas bangun dari ranjang dan menjawab telpon itu, ternyata ayahnya 
sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Kemudian mereka berdua segera 
berberes diri mengenakan pakaian masing masing. Dengan Ninja 250R merah 
maroon Toni segera mengantarkan kekasih barunya menemui sang ayah. END
No comments:
Post a Comment