“tolong ke ruangan saya sebentar” sebuah pesan singkat dari dosen 
sekaligus pembimbing gw dulu. Dari ruang kerja kecil di sudut gedung 
dosen, gw beranjak ke sekretariat jurusan, menemui Bu Laras di 
ruangannya. “kamu, masih sibuk penelitian? Kelas banyak?” hardik bu 
Laras ketika gw sedang menutup pintu ruang sekre. “enggak sih bu, kenapa
 ya?” gw masih bingung dengan situasi ini. “saya boleh minta tolong, 
ambil alih kelas saya. Saya harus ke aussie” pinta beliau kemudian.  ya,
 setahun setelah lulus gw masih mengabdi di kampus, membantu dosen 
penelitian dan mengajar di mata kuliah dasar. Bu Laras adalah satu dosen
 senior di jurusan gw, idealisme membuatnya dimusuhi jurusan. Dan gw 
bisa dibilang mahasiswa kesayangannya. Ia sendiri bukan hanya mengajar 
di kampus ini, namun juga memiliki status dosen di salah satu 
universitas di Adelaide.
Pembicaraan memakan waktu hingga 3 jam, karena gw harus mengajar di 
fakultas sebelah, dan bukan mata kuliah dasar, melainkan mata kuliah 
tingkat 3 dan menjadi bahan skripsi gw dulu. Bu Laras menunjuk gw 
sebagai penggantinya karena beliau menganggap gw kompeten untuk mengajar
 ini. perkuliahan baru dimulai minggu depan. Jatah 2 kelas tambahan 
diberikan, membuat waktu istirahat dan penelitian gw berkurang, walau 
pundi keuangan bertambah. Mungkin di kampus ini gw terbilang satu dari 
beberapa dosen muda yang bengal (ga nurut peraturan). Mengajar dengan 
gaya urakan macam mahasiswa. Beliau sendiri yang pernah bilang kalo 
dosen dilihat dari otaknya, bukan gayanya. Nah, mata kuliah yang beliau 
berikan ini ada di fakultas sebelah, yang aturannya lebih ketat. 
Mengharuskan gw berpakaian lebih sopan (sedikit).
Selasa, 9.30
Gw telat di hari pertama gw masuk. Kemeja pendek dilapis blazer untuk 
menutupi tattoo di tangan kiri gw menjadi style andalan. Masih stereotip
 kalo orang bertattoo itu urakan, walau di fakultas asal, gw bisa 
seenaknya ngajar make lengan pendek. Pintu gw buka, gw duduk di meja 
dosen sambil mengeluarkan daftar kehadiran. Beberapa mahasiswi agak 
tercengang, melihat dosen dengan jenggot tebal, rambut sebahu dan 
diikat.
“selamat siang, bu Laras ga bisa menghadiri kuliah ini karena harus 
penelitian, sy wapol akan menggantikan beliau” kata gw membuka kelas. 
Dari total 23 orang di kelas, mayoritas adalah pria, sial. Namun ada 
satu mahasiswi yang mencuri perhatian gw, dari daftar kehadiran gw tau 
namanya Clara. Duduk di baris tengah, dengan rambut sebahu yang digerai,
 perawakan tinggi padat. Mengenakan kemeja merah tipis dengan jeans. 
kulit kuning langsat cenderung putih dengan wajah khas metropolitan 
(muka anak gaul)
Suasana hening perlahan cair ketika gw mulai materi. Gw bukan tipikal 
dosen serius karena selama kuliah gw belajar kalo dosen terlalu serius 
Cuma bikin setres. Mahasiswa juga menyadari kalo gw ga seseram 
penampakannya. Kelas ini termasuk kelas yang kooperatif. Saling lempar 
pertanyaan yang kadang berbalut canda.
Minggu kedua
Seperti biasa gw masuk dan menyampaikan materi. 15 menit berlalu dan 
pintu tetiba diketuk. Clara masuk dengan muka agak panik, “maaf mas 
telat, boleh masuk?” ya menjadi aturan kelas kalo haram hukumnya manggil
 gw pak. Sekilas gw melihat jam tangan, telatnya belum terlalu jauh 
mengingat kelas memiliki durasi 3 jam, jadi gw persilahkan dia masuk 
tapi duduk di row paling depan. Clara duduk tepat berseberangan dengan 
gw.
1 jam berlalu, materi hampir selesai, gw memberikan beberapa soal 
latihan untuk dikerjakan, kemudian duduk kembali di meja dosen. Saat itu
 Clara menggunakan kemeja biru muda berbahan semacam satin yang cukup 
menerawang, ditambah keringat yang masih bercucuran dan membuat 
kemejanya sedikit basah. Sambil sesekali menjawab pertanyaan dari 
mahasiswa lain, gw mencuri pandang ke arah Clara. Gw baru menyadari di 
balik kemejanya ia hanya mengenakan bra, ketika ia menoleh ke belakang 
dan terpampang jelas garis bra dari balik kemejanya.
15 menit berselang, ia tetiba membuka kancing paling atas kemejanya dan 
mengipas-kipaskan kerah kemejanya. “panas banget ih” gerutunya. Gw 
berusaha mencuri pandang ke balik kemejanya. Belahan dada yang sekilas 
terlihat, mencilat di karena keringat yang masih membasahi tubuhnya. 
Berharap kelas lebih lama berlangsung agar gw lebih lama memperhatikan 
tubuh Clara.
Kelas ini agak unik, walau setelah jam selesai, banyak yang belum 
membubarkan diri. Dan pada akhrinya gw mulai menyatu. Di kelas 
profesional, di luar kelas ngerokok bareng. Rian, salah satu mahasiswa 
bilang sangat jarang dosen di fakultas ini ga ngasih jark ke 
mahasiswanya ampe mau ngerokok bareng. Menurut gw sih yang penting di 
kelas profesional, di luar kita teman.
Minggu ke-5
Minggu ini presentasi beberapa kelompok. Clara menggunakan kaos putih 
berbalut kardigan biru tua. Sambil menunggu kelompoknya maju, ia duduk 
di baris depan. Setelah gw suruh ia duduk di baris depan, ia cenderung 
memilih baris depan bersama dua temannya. Kaos yang ia pakai memiliki 
belahan rendah dan cukup menerawang. Samar terlihat bra berwarna hitam 
dari balik kaosnya. Ukuran font presentasi yang kecil membuat clara 
harus memicingkan matanya dan sedikit condong ke depan. Gw yang duduk di
 meja depan mendapat suguhan belahan dada yang cukup terlihat dari balik
 kaosnya yang memang kendor. Satu momen ketika ia bertanya dan 
kardigannya agak turun, gw baru menyadari bahwa bukan kaos yang ia 
pakai, tapi tanktop dengan belahan samping yang lebih rendah dari 
belahan depannya. Membuat bra hitamnya terlihat jelas. Ditambah gumpalan
 dada yang mencuat seperti bra tidak mampu menahannya.
Clara seperti sadar kalo gw lihat, tapi gw Sengaja ga mengalihkan 
pandangan gw dan tetap memandang belahan dadanya.  Ia sedikit melihat ke
 bawah, ke arah dadanya dan sadar kalo agak sedikit terbuka, namun 
bukannya menarik ke atas tanktopnya, ia malah membiarkannya dan berlaga 
seperti ga ada yang terjadi. Untuk beberapa menit sampai presentasi 
selesai gw bebas untuk terus melihat dadanya. Satu momen ia bahkan 
sengaja menekan dadanya ke tengah dengan merapatkan kedua tangannya.
“iya kan mas?... mas?” pertanyaan dari seorang mahasiswa yang lagi 
presentasi seperti membangunkan gw. “ah, iya kurang lebih seperti itu” 
jawab gw sekenanya sambil melihat ppt dan mencoba mengikut apa yang 
sedang dipertanyakan. Sekilas gw melihat ke arah Clara, iya tertawa 
kecil sambil menutup mulutnya dengan tangannya. “jadi, dia sengaja?” 
pikir gw.
Minggu ke 7
Seminggu sebelum UTS, hubungan gw dan kelas ini semakin dekat. Beberapa 
 anak ada yang menghubungi gw, mulai dari nanya materi, sampai nanya 
mata kuliah lain. Hari ini, seperti berbeda, Clara menggunakan rok sepan
 pendek hitam, dengan kemeja merah (berbeda dengan beberapa minggu 
lalu), dan blazer. “mau lamaran kerja?” canda gw ke Clara. Gw sadari 
beberapa anak juga berpakaian lebih rapi dari biasanya. “ada presentasi 
buat UTS mas abis ini, harus rapi” jawab Clara. Make sense.
Seperti biasa, Clara duduk di row depan, berhadapan dengan meja gw. 
berhubung ini hampir materi terakhir sebelum UTS, gw merekap beberapa 
materi yang gw ajarkan. Posisi Clara yang berada di pojok, membuatnya 
harus duduk agak menyamping agar melihat papan tulis. Awalnya biasa, 
namun tetiba Clara melebarkan kakinya. gw masih berpikir positif bahwa 
itu hanya kebiasaan duduknya. Namun beberpa lama ia tidak merubah 
posissinya. Gw yang berdiri di sisi papan tulis yang dekat meja gw, 
menjadi dekat dengan Clara. Penasaran gw ngetes apa Clara benar-benar 
pamer buat gw, gw menulis lagi beberapa poin materi. Ketika membalikan 
badan seperti ingin menjelaskan, dengan sengaja gw menjatuhkan spidol 
gw. gw kemudian jongkok mengambil spidol sambil melihat ke arah Clara, 
lebih tepatnya ke arah roknya. Keadaan ini harusnya Clara segera 
merapatkan kakinya, tapi ia tetap membuka lebar kakinya sehingga gw 
melihat bagian dalam paha mulusnya. Kalo gw lebih jongkok atau melihat 
lebih lama harusnya gw bisa melihat celana dalamnya, tapi suasana ga 
memungkinkan.Sambil menjelaskan mata gw memandang seluruh mahasiswa, dan
 sampai akhirnya melihat Clara. Ia tersenyum sebentar, senyuman penuh 
kode, kemudian baru merapatkan kakinya. apa artinya ini? Kelas selesai 
dengan kepala gw penuh pertanyaan apa maksud Clara. tapi gw gak berusaha
 untuk memikirkannya terlalu dalam, mungkin ia Cuma menggoda.
Siang menuju sore itu gw kembali ke sekre untuk mengambil beberapa data.
 Daripada mengerjakan di kantin atau di kosan, gw lebih milih ngerjain 
di kantin sebelah. Sekitar jam 5 tetiba ada yang dateng nyapa gw “mas, 
ngapain?” Clara tetiba duduk di samping gw, dengan dua orang temannya.  
“ah ini, nugas” jawab gw sekenanya. Ia memperhatikan laptop dan setumpuk
 kertas di samping gw, “banyak ya?” tanyanya penasaran. “yah lumayan, 
namanya juga kerja” jawab gw sambil menghisap rokok gw kembali. Gw 
menutup laptop dan merapikan dokumen yang menumpuk. Kerjaan ini bisa 
nanti lagi, toh deadline masih jauh. “yaah kok dimatiin? Ganggu ya mas?”
 tanya Clara, “enggak kok, emang udah selesai” jawab gw. Clara kemudian 
mengajak gw ngobrol, mulai dari hal-hal sepele, sampai ke materi kuliah.
 Setengah jam berlalu, langit mulai gelap. Pembicaraan lagi 
menyenangkan, Clara menanyakan banyak hal tentang gw, dan tentang bu 
Laras. Ia penasaran seperti apa bu Laras, karena beliau terkenal di 
fakultasnya sebagai dosen yang menyeramkan.
“Clar, balik yuk” bisik temannya namun cukup keras sampai gw denger. “lo
 duluan dah, gw ntar aja” tolak Clara halus. Temannya pergi, Clara mulai
 menanyakan gw lagi. Gw gabisa kabur dari matanya, dan setiap ia 
tersenyum mata gw seperti ditarik paksa untuk terus melihatnya. Dan 
akhirnya langit berubah gelap. “laper ga? Makan yuk” tanya gw yang mulai
 berasa laper. “mau siih... tapi boseen mas di sini mulu” jawab Clara 
dengan muka manja. “ah saya 6 tahun di sebelah ga ada bosennya”. 
Pernyataan ini memicu rasa penasaran Clara, “kok ga bosen? Bukannya 
kantinnya gitu-gitu aja ya?” tanya dia kemudian, “suasananya enak, jawab
 gw”. ia memutar matanya, agak bingung mungkin. “mau nyoba makan di 
sana?” tawar gw kemudian. “boleh boleh, yuuk!” Clara bersemangat sambil 
menarik tangan gw. kemudian ia sadar, melepaskan tangan gw, agak 
tertunduk malu, “eh, maaf mas”. Gw mengenakan tas gw, dan memegang 
jemari Clara, “yuk, santai aja kali”. Clara menyambut dengan menggenggam
 tangan gw.
Ga lama emang kami bergandengan, gw langsung melepas tangannya karena 
takut dengan regulasi kampus dan masalah profesionalitas. 10 menit 
berjalan akhirnya kami sampai ke kantin fakultas gw. suasana masih sama,
 banyak anak yang main gitar sambil nyanyi ga jelas. Kami duduk di 
pojok, agak jauh dari keramaian. Sambil mengunyah makanan masing-masing,
 Clara nampak bersenandung mengikuti lagu. “enak ya ampe malem masih 
rame, pantes betah” celetuknya di tengah makan. “ya gtulah makanya 
betah”. Kami selesai makan dan melanjutkan obrolan. “mas, kenapa make 
blazer terus dah?” tanya Clara tetiba. Sebenarnya gw males buka-bukaan, 
tapi yaudalah. Gw ga menjawab tapi malah membuka blazer gw. “ini kan 
ngelanggar aturan” jawab gw kemudian sambil menunjukan tattoo di 
pergelangan tangan kiri gw. “cool!” Clara nampak antusias sambil 
memegangi kedua tangan gw. “arti gambarnya apa mas?” tanya Clara yang gw
 jawab dengan arti tattoo pohon yggdrasil di tangan kiri gw. ia masih 
antusias dan menanyakan tentang tattoo, ia juga menceritakan beberapa 
temannya yag memiliki tattoo.
Perbincangan kami makin seru. Dan tetiba, “panas ya” seru Clara kemudian
 sambil mengibas-kibaskan blazernya. “buka aja sih, ya panas lah, 
kantin” jawab gw sekenanya. Awalnya Clara nampak menolak, ia sedikit 
berpikir kemudian membuka blazernya, ternyata kemeja yang dipakainya 
adalah kemeja tanpa lengan. Lengan putih mulus dan siluet bagian samping
 dadanya yang bulat membusung terlihat jelas. Mata gw gabisa lepas dari 
dua bukit yang menjulang dan terlihat jelas.  Ga terasa waktu menunjukan
 jam 9. Clara mengajak gw pulang.  Gw menawari dia untuk diantar pulang.
Gantian ia bangkit, menjulurkan tangannya, “yuk” ajak Clara sambil 
tersenyum. Gw bangkit dan meraih tangannya. Berbeda dari gw tadi, ia 
tidak melepaskan pegangan tangannya. Kami berjalan bergandengan hingga 
sampai ke parkiran dosen. sebenarnya,dari kata-kata Clara, jarak 
kosannya dari kampus Cuma sebatas tembok kampus, tapi harus muter karena
 make mobil.  Di jalan tetiba Clara merangkul tangan kiri gw yang emang 
steady di tuas gigi, “dingin banget sih mas mobilnya” kata Clara manja. 
Gw bisa merasakan dadanya menempel di lengan gw, tepat di atas sikut.  
“ya mau gimana, malem, buka jendela aja?” tanya gw kemudian dijawab 
dengan gelengan manja Clara. sepintas gw rasakan bra yang ia gunakan 
bukan tipe bra yang bergabus tebal, jadi bisa terasa empuk-empuk 
dadanya. Sengaja gw naik turunin gigi, biar lengan gw bergerak 
menyenggol-nyenggol dada Clara. gw berpikir awalnya ga sengaja ia 
menyentuhkan dadanya, tapi beberapa senggolan hingga yang sengaja gw 
bergerak buat nyenggol, Clara ga mengubah posisinya. 15 menit dan kami 
sampai di depan kosan Clara yang ternyata Cuma berjarak 4 rumah dari 
kosan gw. Malam itu gw kepikiran, sebenarnya kenapa Clara? apa dia suka 
ama gw? atau ini kisah lain mahasiswa menjilat dosen demi nilai? 
Entahlah.
Kamis malam, 2 hari setelahnya
Sekitar jam 10 malam di kosan, gw baru menyelesaikan beberapa input 
data, dan bersiap streaming anime. Tetiba hape gw berbunyi, telpon dari 
Clara ternyata. “mas, maaf mengganggu, lagi di kosan ga?” tanyanya 
dengan suara yang agak bergetar seperti habis nangis. “iya di kosan ni, 
kenapa ya?” balas gw agak bingung. “Clara boleh ke sana ga? Plis banget 
mas plis, nanti Clara jelasin” gw gak tega dengan suara bergetarnya, pun
 karena kosan gw bebas campur jadi ga masalah. Akhirnya gw iyain 
permintaan dia. Bakar rokok sebatang dan gw turun (kamar gw di lantai 
3). Baru gw sampai pagar, terlihat sesosok gadis berjalan cukup cepat. 
Menggunakan Celana pendek kain sepaha, kaos bali gombrong, dan jaket 
yang ga diresleting, dengan tas ransel di punggungnya. Clara berjalan 
tergopoh, gw langsung mengajaknya masuk ke kamar gw.
“laptop Clara tetiba mati mas, ga mau nyala lagi, padahal ada UTS 
dikumpulin besok pagi, boleh pinjem laptop mas ga? Plis, Clara 
kerjainnya di sini deh” begitu masuk kamar, Clara langsung menjelaskan 
maksudnya. Gw langsung mempersilahkannya make laptop gw. perlu 
dijelaskan, kosan gw emang agak gede, kasur single di pojok, laptop gw 
taro di lantai, nyangkut ke speaker luar karena speaker laptop udah 
mati, dan Cuma dengan kipas laptop sebagai alasnya, praktis kalo mau 
ngerjain sesuatu ya tiduran, atau dipangku laptopnya.
“emang warnet seberang kosan mu penuh?” tanya gw membuka perbincangan 
saat Clara sibuk ngeluarin buku catetannya. “ga ada aplikasi statistik 
mas, Clara panik banget. Pinjem ya”  balas Clara dengan nada masih 
panik. Awalnya Clara mengerjakan dengan memangku laptop, karena emang gw
 larang untuk narik ke manapun, lagi nyetel lagu. Ia nampak sedikit 
kesulitan mencocokan data di catatannya dengan yang dimasukan ke laptop,
 jdi gw ambil inisiatif ngebantu. Gw langsung pasang mode kerja, 
tengkurep menghadap layar.
“mas, agak panas ya?” tanya Clara tetiba sambil mengibas-kibaskan 
jaketnya. “yah emang kosanmu ada AC-nya, di sini mah makenya kipas” 
jawab gw seadanya. “boleh Clara lepas jaket?” ia meminta izin kemudian, 
gw hanya menjawab anggukan. Clara menaruh laptop di lantai, bangkit dan 
melepas jaketnya. Lengan putih itu nampak lagi. Baju yang ia kenakan 
ternyata hampir tanpa lengan. Clara kemudian malah tengkurap di samping 
gw, “pegel mas lehernya nunduk mlu, sambil tiduran gapapa ya?” tanyanya 
yang seperti ga butuh jawaban gw.
Gw seperti mendengar beberapa kali samberan petir, yang kemudian 
disertai guyuran hujan yang cukup deras. Tapi keseriusan kami ga 
terganggu karena deadline semakin dekat. Jam setengah 12, akhirnya Clara
 selesai mengerjakan UTSnya dan mengirimkannya ke email dosen. “yah ujan
 mas?” tanyanya baru sadar kalo udah setengah jam lebih hujan deras. 
“kamu kemana aja? Fokus banget” jawab gw sambil noyor kepalanya. “yaah 
gimana dong, punya payung mas?” tanyanya agak cemas. “gapunya, lagian 
kosan kamu kan deket, ujan-ujanan dikit gapapa” jawab gw sekenanya. 
“Clara sih gapapa, datanya basah gimana, masih buat uas ini” serunya 
sambil menunjuk setumpukan kertas yang daritadi kami pelototin 
angka-angka di dalamnya. “yaudah tunggu reda aja dulu, ngapain kek” 
jawab gw sambil bangkit duduk. Clara masih asyik tengkurap. Tekanan dari
 badannya membuat dadanya mencuat ke samping tertahan bra, bokongnya 
membusung berani, bulat dan seperti minta dicubit. Dalam hati uda muncul
 pikiran selama ini Clara memamerkan badannya, boleh gw jamah nih. Tapi 
gw buang jauh-jauh pikiran itu,gw Cuma dosen pengganti, kalo sampe Clara
 ngadu ke bu Laras selesai semua karir nama baik gw.
“mas punya film ga? Nonton aja yuk” tanyanya tetiba. “film apa? bokep?” 
tanya gw mencoba mancing. “yee jangan, kalo itu entar Clara ga pulang”. 
Jawaban itu aneh, apa itu berarti kalo gw buat dia terangsang dia rela 
gw tiduri? Ah setan makin merasuk. “tadi lagi mau nonton anime sih, tuh 
liat aja di tab” jawab gw kemudian. “wah mas ngikutin ini juga? Ih 
episode baru uda keluar ya? Mau dong mau dong” jawab Clara antusias 
ketika melihat tab anime yang lagi gw streaming. Akhirnya kami tonton 
lah itu film. “mas kok duduk? Clara tiduran aja gapapa kan?” tanyanya 
tetiba di setelah memulai film. “pegel, sakit keteken gaenak” jawaban gw
 masih terus memancing. Pikiran gw udah mulai kotor terus ngeliat bokong
 dan dada yang terjepit itu. “hah sakit? Ooh dedeknya yaa... ahahaha” 
Clara seperti paham dan malah bercanda. Kenapa pancingan gw 
terus-terusan disambut, hmmm. “iya lah, gede sih jadi ketindihan kan 
sakit,hahaha” jawab gw terus memancing. “hmmm sombongnya, segede apa 
sih?” tanya Clara nantang. Gw udah mulai frontal dan menjurus. “gede 
deh, masuk mulut kamu mah ga muat” jawab gw sekaligus menantang. “dih, 
iya deh, mulut Clara yang kecil mas itu sih” jawabannya ternyata ga 
seperti yang gw harapkan. Gw kira dia bakal nantangin. Gw patah akal, gw
 kembali nanya ke Clara, “kamu sendiri tengkurep gitu ga sesek?” gw 
nanya sekaligus tangan gw nunjuk ke arah dadanya. “hah?ini? engga sih, 
ga sesek Cuma ngganjel ajah” kata Clara sambil tangannya memegang dada 
bagian sampingnya.
Clara kemudian bangkit, duduk di sebelah kanan gw. katanya sesek 
lama-lama tiduran. Ya okelah, kami kemudian mulai menonton episode baru 
anime tersebut. Baru berlalu 15 menit tetiba petir menyambar keras, dan 
listrik langsung padam. “hiyaaaah gelap mas” sontak Clara tetiba. “trafo
 kesamber petir kali” jawab gw santai. “mas kok suaranya ilang juga? 
Speaker laptopnya kemana?” tanya Clara yang menyadari film yang kami 
tonton tetiba mute. “rusak speakernya, makanya make speaker luar” jawab 
gw. “oh” Clara menjawab seperti kehabisan stok pertanyaan. Ruang gelap 
gulita, cahaya Cuma dari layar laptop. Kami berdua diam menyisakan 
berisik guyuran hujan menghujam talang air dan atap mobil.
Gw memandang Clara, ya hanya wajahnya yang terlihat jelas disinari layar
 laptop. Clara seperti sadar pandangan gw ga bergerak dari wajahnya, 
“kenapa mas? Liatin aja” tanyanya. “cakep juga kamu ya” jawab gw sambil 
memandang lurus matanya. “dih kemana aja sebulan lebih tiap selasa 
ngeliat?” candanya sambil sedikit tertawa. “selama ini ada pengalih 
terus kan, sekarang Cuma kamu yang keliatan, ternyata cantik” jawaban gw
 bernada serius, meredakan tawa kecil Clara. ia juga memandang lurus 
mata gw. perlahan tangan gw merangkul Clara, tak ada perlawanan.
Kami berdua diam saling berpandangan. Tangan gw naik hingga ke belakang 
kepalanya, sedikit membelai rambutnya dan perlahan menarik kepalanya 
mendekati gw. sementara tangan kiri gw perlahan menutup layar laptop. 
Cahaya semakin meredup karena mengarah makin ke bawah, temaram gw bisa 
melihat mata Clara perlahan tertutup ketika kepalanya semakin mendekati 
kepala gw. tak ada perlawanan sama sekali. Dan layar laptop sudah 
sepenuhnya tertutup, ruangan ini gelap gulita tepat ketika bibir gw 
menyentuh bibir Clara. tarikan napas cukup panjang sayup terdengar di 
antara guyuran hujan ketika bibir kami bersentuhan. Tak ada penolakan, 
gw mulai melumat bibir Clara. bibir mungil tersebut sedikit terbuka, 
memberi ruang untuk lidah gw bergerilya masuk, yang langsung disambut 
oleh lidahnya yang seperti sudah tidak sabar.
Di tengah silat lidah ini, tangan Clara perlahan merangkul gw. tangan 
kanan gw masih menahan kepalanya untuk ga berhenti berciuman. Napasnya 
terdengar makin cepat. Tangan kiri gw yang sudah bebas tugas perlahan 
membelai perutnya, sangat perlahan naik hingga bagian bawah dadanya. 
Mencari lampu hijau, gw colek-colek sedikit dadanya. Bukan penolakan 
yang gw dapat, tapi tarikan napas cepat ketika gw menyentuh dadanya. Ini
 pertanda yang gw cari. Jemari gw langsung terbuka lebar, gw angkat 
sedikit dan langsung meremas dada kanan Clara. “mmmmhhhhhh” Clara 
melenguh di tengah ciuman kami yang semakin intim. Gw menyedot paksa 
lidah Clara masuk ke rongga mulut gw.
“ngghh nghhh nghhh” Clara mendesah teratur ketika gw meremas dadanya 
dari luar kaos. Tangan kiri gw berhenti meremas dada Clara dan mulai 
bergerilya ke balik kaos. Perlahan gw sentuh perutnya, terus naik ke 
atas. Niat gw mau masuk langsung ke balik bra, ternyata sempit banget, 
sangat sulit untuk dijamah. Clara tetiba sedikit mendorong gw, hingga 
melepaskan ciuman kami. “susah ya?” tanyanya sambil sekelebat gw melihat
 tangannya mengarah ke punggungnya. Ia kemudian menurunkan tali bra dari
 lengannya. setelah melepaskan kedua sisi tali bra dari tangannya, Clara
 langsung merangkul gw dan melumat liar bibir gw. tangan kanan gw 
merangkul punggung Clara, dan tangan kiri gw kembali bergerilya masuk ke
 balik kaosnya. Ketika gw mendapati bra Clara sudah turun, langsung gw 
tarik keluar dan gw lempar sembarangan. Tangan kiri gw langsung 
bergerilya masuk kembali dan meremas dadanya. “aaaaahhhhhh” seketika 
Clara melepas ciumannya untuk melenguh panjang. Kemudian ia kembali 
melumat bibir gw, lidahnya liar menari di dalam mulut gw ketika tangan 
kiri gw bermain di dadanya, meremasnya hingga mencubit putingnya. Clara 
merangkul gw erat,  membuat tangan kiri gw terjepit di antara dadanya, 
gabisa berbuat apa-apa kecuali meremasi kedua dadanya. Sementara mulut 
kami terkunci dalam satu ciuman yang kian memanas.
Perlahan gw melepaskan ciuman kami, kepala gw turun. Clara melepaskan 
rangkulannya. Kedua tangan gw meremas dada Clara sambil menampik kaosnya
 ke atas. Kepala gw perlahan mengarah ke dada kirinya. Clara nampak 
paham, ia langsung menaikan kaosnya melewati kepalanya dan membuangnya 
entah kemana. Gw gigit kecil puting kirinya sambil gw remas dada 
kanannya. Bergantian perlakuan ini ke dua dadanya sambil sesekali gw 
isap putingnya kuat-kuat. “aahhh maaaas, enak banget siih...aaaaahh” 
Clara melenguh, meracau sejadinya ketika putingnya gw isap kuat-kuat. Di
 tengah permainan ini, tetiba listrik kembali menyala. Mata gw seperti 
kena blitz, terang sesaat baru kemudian jelas gw lihat puting pink yang 
sudah mencuat dari dada putih bulat membusung. Gw kemudian menyelesaikan
 permainan, hendak melihat ekspresi Clara.
Clara nampak agak malu, mungkin listrik yang menyala seperti menyadarkan
 dia sesaat, namun libidonya sudah sangat tinggi, wajahnya sayu. “kenapa
 mas?” hardik Clara ketika gw melihat wajah cantiknya dalam suasana 
terang benderang. Semua terlihat jelas, bra putih dan kaosnya yang 
bergeletakan juga kembali terlihat. “ga Cuma mukanya cantik, dadanya 
juga bagus banget sih kamu” puji gw. Clara sedikit tersipu, “ah bisa aja
 mas”. Beberapa detik kami kembali saling diam, agak kikuk harus 
melanjutkan permainan atau bagaimana. Hingga tetiba tangan Clara 
mengarah ke selangkangan gw, dan langsung mengusap-usap penis gw dari 
luar celana. “mana yang katanya ga muat di mulut, Clara mau coba dong” 
goda Clara sambil tangannya mengusap-usap penis gw. matanya sangat sayu,
 ia kemudian juga menggigit bibir bawahnya setelah bicara. Libidonya 
jelas sudah sangat tinggi.
Gw langsung melempar badan gw telentang di lantai, memberi kebebasan 
pada Clara untuk ngapa-ngapain gw. ia kemudian duduk di samping gw, 
tangannya mengelus-elus penis gw dari luar celana. Ia kemudian 
menurunkan sedikit celana dan cd gw, membut kepala penis gw muncul dan 
batang penis terjepit celana. Kemudian menjilati perlahan kepala penis 
gw. sesekali Clara ngeliat gw sambil tersenyum menggoda. Seperti puas 
ngebuat gw kentang, baru ia kemudian menurunkan celana gw, dan 
melemparkannya sembarangan. Ia juga menaikan sedikit baju gw biar ga 
menghalangi penis. Penis gw tegak berdiri, dan Clara agak terbelalak. 
“gede ya, muat ga nih” entah ini ekspresi kaget asli atau semacam lip 
service. Ia kemudian beranjak duduk di antara paha gw.
Tangannya mengocok pelan penis gw sambil perlahan Clara mendekatkan 
wajahnya. Kembali ia menjilati kepala penis gw. baru kemudian mulutnya 
terbuka lebar dan perlahan memasukan penis gw ke mulutnya sambil 
tangannya tetap mengocok pelan batang penis gw. Clara mengulum perlahan,
 kepalanya naik turun. Ketika kulumannya kian dalam, tangannya beranjak 
turun dan mengaduk-aduk kedua biji gw. 3 menit berlalu, kepalanya makin 
cepat bergerak naik turun. Tangannya bertopang di panggul gw. penis gw 
berasa hangat walau sesekali terantuk gigi. sekeras apapun Clara 
berusaha, kapasitas mulutnya hanya sampai ¾ penis gw. “phuaaaahh, 
susaaah” seru Clara sambil melepaskan kulumannya. gw tersenyum ngocol, 
“ga muat kan”. Clara nampak sedikit cemberut, merasa dirinya gagal 
menerima tantangan. Rautnya tetiba berubah tersenyum, “Clara tau 
caranya, pasti muat ampe ujung”. “gimana?” tanya gw sekaligus nantang. 
“mas tutup mata dulu, rahasia ini, pokoknya ampe ujung” pinta Clara 
sambil menaikan kaos gw. tepat ketika leher kaos melewati hidung ia 
berhenti. Membuat mata gw ketutup dan kedua tangan gw mengarah ke atas. 
“janji gaboleh liat, pokoknya Clara marah kalo mas liat” rajuknya. “iya,
 coba mana trik rahasianya” tantang gw. emang mata gw ketutup sama 
sekali, gw gabisa ngeliat apa-apa seperti saat gelap tadi. Gw bisa 
ngerasain tangan Clara mengocok perlahan penis gw. kemudian melepasnya. 
Kok gw jadi ga diapa-apain gini? “Clara mana triknya?” tanya gw sambil 
memastikan Clara ga pergi. “sebentar mas” jawab Clara sambil gw rasakan 
tangannya kembali mengocok penis gw tapi dengan posisi yang aneh. Gw 
merasakan genggamannya aneh.
tetiba bleeesss...”hhhhaaaaahhhh”Clara melenguh kencang bersamaan dengan
 gw merasakan penis gw masuk ke sebuah goa yang sangat sempit, hangat, 
berlendir dan berdenyut di seluruh sisinya. Gw langsung menaikan kaos gw
 dan membuangnya, sedikit bangkit dan gw lihat Clara berjongkok 
menghadap gw, telanjang bulat tanpa apapun menutupinya lagi. nampak 
vagina berwarna coklat muda yang dipenuhi bulu-bulu halus. Penis gw 
sepenuhnya tertanam ke dalam vagina Clara. ia kemudian tersenyum puas 
dengan wajah yang sudah sangat sange. “muat kan mas ampe ujung” katanya 
sambil perlahan bergoyang naik turun. “iya muat ampe ujung, tapi curang,
 itu bibir bawah, bukan bibir atas” gw masih berusaha bicara di tengah 
kenikmatan luar biasa ini. “sshhh...ahhh... gapapahhhh...lebih enak juga
 kan, ahhhh” Clara berusaha menggoda gw sambil bergoyang naik turun. 
“ahhh, iya enaak” gw udah gabisa nahan lagi, dinding vagina Clara terus 
menekan penis gw, membuat sensasi yang sangat nikmat.
Setiap kali Clara bergerak turun, gw hentakkan bokong gw ke atas, 
menjadikan gerakan gw dan Clara saling berlawanan. Setiap hentakkan yang
 terjadi Clara selalu melenguh kencang. “aaahh...uuhhh... mhhh...enaak 
maaas”. Kedua tangan gw juga meremas dada Clara yang berguncang liar, 
sambil sesekali mencubit putingnya. 10 menit berlalu, “ahh maasss 
keluaaar” Clara melenguh kencang, dan satu hentakkan keras terakhir 
membuat tubuhnya membusung dan bergetar. penis gw berasa dimandikan oleh
 cairah hangat yang mengguyur di dalam vagina Clara. Clara langsung 
tumbang ke depan, gw menahannya dan langsung memeluknya. “enaak banget 
mas...enak banget” bisik Clara. gw peluk dia dan membalik posisi, ia 
kini di bawah. Kakinya gw topang di bahu gw. perlahan gw pompa Clara. 
“ahh iya mas teruss...ahhh” Clara meracau sejadinya ketika gw 
mempercepat gerakan gw. bermain di rpm tinggi membuat Clara meracau 
semakin aneh, “ahhh teruss... fuck..yess..ahhh...” lengkingan, racauan, 
dan lenguhan menyatu dengan napas yang kian cepat dan hujan yang masih 
deras.
Sekitar 10 menit sampai gw merasakan gw hampir keluar. “ahhh mas mau 
keluar lagi” Clara bersiap untuk orgasme keduanya, pun gw merasakan udah
 di ujung. Kaki Clara tetiba turun dan menyilangkannya di punggung gw, 
mengunci posisi gw sekarang. “terus maas Clara mau keluaar” Clara 
meracau makin liar ampe gw harus nyium dia untuk menutup mulutnya. 
Kakinya mengunci di punggung gw, tangannya mengikat leher gw untuk ga 
melepaskan ciuman, dan tubuhnya bergetar hebat. Gw merasakan penis gw 
seperti dipijat, seluruh dinding vaginanya berdenyut, membuat vaginanya 
makin sempit dan memberi pijatan hebat ke seluruh penis gw. 
“sssshhhaaaaaahhhh”Clara mendesah lemas disertai dengan guyuran cairan 
hangat. Dan gw mencapai ujungnya, “ra, mau keluaar” gw memperlambat 
gerakan gw, bersiap mencabut penis gw. tapi kaki Clara mengikat gw makin
 kuat, bokongnya bergoyang seperti minta untuk gw pompa lebih cepat. 
Tangannya mengunci di tengkuk gw. ia melepaskan ciumannya, berbisik di 
telinga kiri gw “ga mau,ahhh... ga boleeeh,ahh... entot teruus...jangan 
dilepas...ahhh” gw hilang akal, gw pompa Clara secepat dan sekeras yang 
gw bisa. “aaahhhh iyaaaahhhh...teruuus” Clara kian meracau. Gw gabisa 
nahan muatan penis gw lagi. Satu hentakan terakhir penis gw masuk 
sedalam mungkin ke vagina Clara, dan langsung memuntahkan lava putih 
hangat di liang rahim Clara. tubuh gw bergidik, 7 semprotan bersarang 
dalam vaginanya. “aaaaaahhhh enaaaaak” Clara mendesah dan meracau ketika
 ia gw rangkul erat sambil penis gw memuntahkan seluruh muatannya.
Setelah yakin semua muatannya keluar,Clara baru melepas seluruh 
kunciannya dan  baru gw cabut penis gw. gw duduk di antara paha Clara, 
melihat lava putih perlahan meleleh keluar bercampur cairan hangat dari 
vagina yang menganga. Tangan Clara menengadah ke atas minta gw 
memeluknya. Gw tidur di sampingnya dan memeluk Clara erat. Kami kembali 
berciuman sebentar. “enak banget mas, sumpah demi apapun enak” puji 
Clara. gw hanya menjawab dengan senyuman. Beberapa menit mengisi tenaga,
 Clara kemudian bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan 
vaginanya. gw pindah tiduran di kasur.  Pikiran gw baru agak jernih, 
inget kalo gw buang muatan di dalam. Deg-degan juga sih. Clara keluar 
dari kamar mandi, gw masih ga berani bilang apa-apa. ia kemudian duduk 
di bibir ranjang. Melihat gw dengan mata penuh kepuasan, kemudian 
pandangannya perlahan turun ke penis gw yang sudah menyusut. Ia kemudian
 membelai penis gw. “ntar kalo udah gede, ngentot lagi ya... Clara 
ketagihan” goda Clara. “itu, peju, gapapa?” gw panik sampe gabisa 
ngomong kalimat lengkap. Clara tersenyum, “kondom itu proteksi lemah, 
sering sobek, kalo KB 99% aman”. Dan gw bisa napas lega atas jawaban 
itu, pantas Clara pede banget untuk gw keluar di dalam.
Hujan masih mengguyur deras, dan waktu sudah menunjukan tengah malam. 
Clara merebahkan dirinya di samping gw, di kasur yang sempit ini 
sehingga kami harus tidur miring agar muat. Clara tiduran membelakangi 
gw. “mas, Clara boleh nginep aja ga? Udah tengah malem” ujarnya tetiba. 
Gw merangkul perutnya sambil membalas, “baru mau minta kamu nginep aja 
daripada tengah malem pulang, hahaha”. Clara tetiba membalikan tubuhnya 
sehingga tidur miring menghadap gw. “iya mas boleh? Asyik” serunya 
kemudian mengecup bibir gw, lalu tersenyum manja. Tangan gw beranjak 
naik dan mengusap rambutnya. Gw kemudian tidur telentang, tangan kiri gw
 menjadi bantal Clara, ia tidur sambil memeluk gw. tangan kiri gw 
mengusap-usap rambutnya. Malam kian larut, kami tidur tanpa mengenakan 
apapun yang menutupi tubuh kami. ga butuh waktu lama hingga Clara 
terlelap, mungkin ia sudah kelelahan.
Pagi menjelang, gw bangun dan melihat jam, baru jam 6. Clara sudah tidur
 berubah posisi, miring membelakangi gw. perlahan gw rangkul perutnya, 
berbisik di telinganya. “Clara, udah pagi, bangun”. Ia masih pulas 
tertidur. Beberapa kali gw membangunkannya dan tidak ada respon. 
Perlahan gw berbisik, kemudin iseng gw mengendus di lehernya. Clara 
bergidik namun masih pulas. Tangan kanan gw naik perlahan dari perutnya,
 menuju dadanya yang tumpah ruah. Gw elus perlahan, masih ga ada respon.
 Gw kemudian cubit pelan putingnya. “mmhh...” Clara bergidik sambil 
sedikit mendesah. Beberapa kali gw cubit perlahan putingnya, kemudian gw
 remas pelan dadanya, kiri kanan bergantian. “mhhh, aaahhhh” Clara 
mendesah sambil masih terlelap, jadi seperti mengigau. Gw mainkan kedua 
putingnya, sambil gw jilati lehernya. Clara semakin mendesah, namun 
belum ada tanda ia bangun. Tangan gw turun dari dadanya menuju 
bokongnya. Gw cubit bokongnya, dan ia masih juga belum bangun. Kemudian 
tangan gw turun sedikit ke selangkangannya, gw elus vagina yang 
mengintip di antara kedua belah bokongnya. “ahhhh...ahhh” Clara 
mendesah, bokongnya bergoyang mengikuti pola elusan jari gw di bibir 
vaginanya. gw kemudian memainkan Clitorisnya yang terjepit di antara 
bibir vagina dan pahanya. “aaahhhh...mmmmm” desahan Clara makin mejadi, 
tubuhnya bergoyang, namun masih seperti orang mengigau. Vaginanya 
perlahan basah, dan bahkan sudah hampir banjir.
Penis gw udah berdiri tegak, antara sange dan berdiri ketika pagi. Gw 
selesaikan gesekan jemari gw di vagina Clara. gw kemudian memegang penis
 gw, mengarahkannya ke antara dua bokong Clara. gw gesekan perlahan 
penis gw di bibir vagina yang mengintip tersebut. “mmhhh” Clara mendesah
 kembali, disertai bokongnya yang bergoyang perlahan. Gw mengira-ngira 
di mana letak lobang vaginanya, gw arahkan kepala penis gw tepat di 
depan lobang vaginanya, dan perlahan gw memasukan penis gw ke dalam 
vagina Clara. kepala penis gw kini sudah masuk, menyisakan batang penis 
yang sudah keras di luar. Tangan kanan gw kemudian meremas melebarkan 
bokong Clara dan dengan kekuatan penuh gw benamkan seluruh penis gw ke 
dalam vagina Clara. “huaaaaahhh” Clara sedikit berteriak ketika sodokkan
 gw langsung membenamkan seluruh penis gw ke dalam vaginanya yang sudah 
basah. Langsung gw sodok cepat Clara. posisi ini membuat vaginanya 
terasa lebih sempit. Penis gw seperti dijepit oleh ruang hangat yang 
telah basah. Tangan kanan gw naik dan langsung meremas dada Clara.
Beberapa lama gw menggoyang Clara barulah ia bangun, “mmhhh aaahhh maas 
enaaaak, teruuus” Clara bangun langsung meracau. Tangannya langsung 
merangkul kepala gw. tangan gw kemudian mengangkat kaki kanan Clara, 
membukanya lebar, kemudian tangan gw langsung menyusup ke perutnya dan 
turun ke vaginanya. di balik rambut-rambut halus vagina itu gw mainkan 
Clitoris Clara sambil masih memompanya. Kepala Clara menengadah sambil 
terus meracau “hhhaaaahhh teruus... teruus mas teruus, Clara mau pipis”.
 Beberapa sodokan kencang membuat tubuh Clara membusung, tangannya 
kencang merangkul kepala gw, tubuhnya bergetar, sesaat kemudian gw 
merasakan penis gw diguyur cairan hangat yang begitu deras disertai 
lenguhan panjang Clara. memastikan ia selesai orgasme baru gw cabut 
penis gw, dan cairan putih mengalir keluar vaginanya, membasahi 
bulu-bulu halus yang sudah lembab. Gw kemudian membalik tubuh Clara, 
memeluknya erat dan mencium bibirnya mesra, “selamat pagi Clara”. Clara 
tersenyum manja, ia memeluk gw erat sehingga penis gw yang masih berdiri
 tegak menempel di perutnya. “pagi mas, pagi-pagi Clara udah dientot aja
 mas” timpalnya sambil tersenyum manja. “ya kamu dibangunin ga bisa, 
memek udah basah, tusuk aja lah, hehehe. Marah ya?” balas gw kemudian. 
Clara menggeleng, “enggak, alarmnya enak banget mas. Clara biasa bangun 
sebel kalo bunyi alarm, kalo ini enak”. Jawaban diiringi dengan tawa 
kami pagi itu. “kamu enak, mas kentang nih” timpal gw. “uuu kaciaan 
dedeknya belum keluar yaa” canda Clara sambil tangannya perlahan 
mengocok penis gw yang masih berdiri tegak. “masukin lagi ya?” tanya gw 
minta ijin. Clara bangkit duduk sambil tangannya masih memegang penis 
gw. “bukan ga mau mas, Clara lemes entar gabisa kuliah, disepong aja 
yaa?” jawabnya. Yang tanpa menunggu balasan gw, wajahnya mengarah ke 
penis gw dan langsung menjilati kepala penis gw. perlahan Clara mengulum
 penis gw sambil tangannya mengocok batang penis gw. kuluman yang penuh 
gairah disertai lenguhan-lenguhan yang bisa gw dengar di sela-sela 
kulumannya.
Clara kemudian memposisikan tubuhnya berlutut di antara paha gw. ia 
melepas kulumannya, menegakkan penis gw, kemudian menjepitnya di antara 
kedua dadanya. Ya, dada Clara cukup besar untuk bisa benar-benar 
menjepit penis gw dan mengocoknya. Namun posisi ini keliatan susah buat 
dia. Jadi gw minta ia berhenti dan tidur telentang di tempat gw. 
kemudian gw berlutut di atas perutnya, ia kembali menjepitkan dadanya di
 penis gw. gw bergerak maju mundur beraturan dengan pola Clara 
mengocokkan dadanya. Sesekali kepalanya berusaha menjangkau kepala penis
 gw. agak susah keliatannya tapi ia berhasil mengulum kepala penis gw 
sambil dadanya mengocok penis gw. sensasi unik ini membuat gw sangat 
bergairah. Dan tak perlu waktu lama untuk gw sampai ke puncaknya. “ahhh 
mau keluaar” dan *crot crot crot crot* empat semburan bersarang ke wajah
 cantik Clara. ia menjilati sperma gw yang mendarat di sekitar mulutnya.
 Clara tersenyum puas dengan wajah belepotan sperma.
Rehat sejenak baru kami kemudian mandi. Jujur kamar mandi gw ga cukup 
lebar untuk bisa dipakai berdua. Sehingga tak banyak yang bisa kami 
lakukan. Setelah Clara membersihkan sperma gw yang mulai mengering di 
wajahnya, kami mengguyur badan masing-masing. Clara menuangkan sabun di 
dadanya, dan menggunakan dadanya untuk menyabuni gw. ia menempelkan 
dadanya di seluruh tubuh gw, kemudian berlutut dan membenamkan penis gw 
yang masih tertidur di dadanya. “dedek bangun dedek” candanya sambil 
menggosok-gosokan dadanya yang penuh sabun di penis gw. “jangan ganggu 
dedek tidur, ntar kalo bangun kamu lemes” balas gw disertai tawa Clara. 
selesai menyabuni gw. Setelah sedikit membilasnya, gantian gw menuangkan
 sabun di telapak tangan gw dan mulai menyabuni tubuh Clara. ia berdiri 
membelakangi gw. gw oleskan ke seluruh tubuhnya, dan terakhir dadanya. 
Gw mengolesi sambil meremas-remas dadanya. Tubuhnya mencilat, air 
bercampur sabun diterpa cahaya. Membuat perlahan penis gw bangkit 
kembali. Gw kemudian mencoba mengambil sikat gigi, namun sengaja 
menjatuhkannya. “yah ambilin dong tolong” pinta gw. Clara membungkuk 
berusaha mengambil sikat gigi yang terjatuh, dengan cepat gw arahkan 
penis gw yang sudah meninggi ke vagina clara, “aaaaahhhhhhh” Clara 
melenguh kencang ketika penis gw menyeruak masuk ke dalam vaginanya. 
tangannya yang semula ingin mengambil sikat gigi langsung bertopang ke 
tembok. Gw memegang panggul Clara sebagai tumpuan dan langsung 
memompanya perlahan. “sshhh aahhh alibi banget ngambil sikat gigi 
maas...ahhh” Racau Clara menyadari permintaan gw Cuma alibi. “ahh mas, 
enak...ahhh, udah jam segini mas...ahh” Clara meracau keenakan namun 
juga menyadari jam kuliahnya hampir tiba. Baru sekitar 3 menit gw cabut 
penis gw. ga enak juga kalo dia ampe ga masuk kuliah, kentang sebenernya
 sih, tapi mau gimana lagi. Clara bangkit, membilas tubuhnya. Kemudian 
berbalik dan langsung mencium gw. lidahnya langsung liar menyeruak. Gw 
membalas pelukannya, sambil meremas bokongnya. Cukup lama kami 
berciuman, hingga Clara yang melepaskan ciuman kami. ia kemudian 
menggenggam penis gw, “sabar ya dedek, nanti Clara puasin kamu deh” ujar
 Clara. “janji?” tanya gw kemudian. Clara membalasnya dengan senyuman 
nakal, lalu memeluk gw.
Selesai mandi kami bergantian handukan. Keluar kamar mandi gw duduk di 
bibir ranjang. Gw memandanginya yang sedang mengeringkan tubuhnya. Ia 
sadar kalo pandangan gw tertuju padanya ketika ia akan memakai celana 
dalamnya, “kenapa mas?” tanyanya. “yah kamu make baju, mau liat kamu 
telanjang lebih lama” jawab gw sambil terus memandangi dadanya yang 
berguncang liar. “iya mas entar kita main lagi, puasin deh liat Clara 
telanjang” jawabnya sambil berpakaian. “masih lama ya? Pengen terus liat
 kamu telanjang aja boleh?” tanya gw diselingi sedikit tawa. “yeeh masuk
 angin dong clara kalo telanjang terus” jawab Clara setengah bercanda. 
Selesai berpakaian, kami kemudian turun. Gw mengantar Clara ke kosannya,
 untuk berganti baju dan menyiapkan bawaan kuliahnya. Kemudian berangkat
 menuju kampus.
No comments:
Post a Comment