Cerita ini bermula ketika aku datang kerumah omku aku dan akan berencana
 tinggal dirumah omku karena aku akan kuliah dikota tempat tinggal omku 
bermukim. Omku sudah berumur kira-kira setengah abad, sudah bercerai dua
 tahun yang lalu karena suatu sebab, anak - anaknya sudah sukses dan 
berkeluarga dan tinggal diluar kota.
             Sampai di rumah om aku langsung dipersilakan masuk oleh 
omku, “apa kabar don...?” sapa omku dengan ramah, “baik om”sapaku tak 
kalah ramahnya, laul om ku mempersilakan duduk, akupun duduk dan om 
kembali membuka pembicaraan “kabar bapak ibumu baik-baik saja kan 
don...?” kata omku, “baik om...” sahutku, lalu aku mengutarakan maksud 
dan tujuanku datang kerumah om, dan om pun menyetujui dan sangat senang 
sekali menggigat ia tinggal sendirian.
              Hari ke hari berjalan seperti biasa aku kuliah, pulang, 
main dan kuliah lagi berjalan seperti biasanya, sampai akhirnya ada 
Gadis cantik mengetuk pintu depan. “pagi mas, pak arman ada” sapanya 
dengan sopan, “ bentar ya mbak” sahutku segera, perlahan kupandangai 
wanita cantik tersebut, rambut panjang terurai dengan cepit rambut 
dibagian kanan, kaos ketat dengan lengan pendek yang hanya menutupi 
bagian pundaknya saja, memperlihatkan lipatan ketiaknya yang putih dan 
lengannya tak jauh beda putihnya, bentuk tubuhnya pun indah dengan 
pinggang bak gitar spanyol, jantungku sempat berdebar saat kulihat 
dadanya yang besar membusung, kalau di lihat dari umur dan penampilannya
 pasti ia seorang mahasiswi, “loh mas ada yang salah dengan saya, kok 
melotot gitu” kata wanita tersebut saat melihat aku tertegun dengan mata
 tajam tertuju pada dadanya, ‘ oh yah...Om Arman ya, lagi tidur sebentar
 saya panggilkan” sahutku gelagapan. Tak lama kemudian om Arman keluar 
dan mempersilakan Gadis tersebut duduk, kemudian Om Arman mulai membuka 
pembicaraan, “oh ya Don kenalin ini rekan bisnis Om, gini Sinta ini anak
 magang di perusahaan Om, dan kebetulan selain magang dia juga punya 
bisnis MLM dan Om tertarik untuk berinvestasi, ”terang Om Arman, aku pun
 cuma mengganguk, “oh ya dia juga sekampus lho sama kamu”, Sinta pun 
tersenyum dan berkata “kamu semester berapa jaurusan apa”, aku pun 
menyahut, “oh baru semester satu kok mbak”, sambil tersenyum dia 
menyahut, “jangan panggil mbak dong, panggil aja Sinta, kan umur kita 
ngak beda jauh”, aku kaget, “emang umur kamu berapa?” sahutku segera, 
“yach 19 tahunan” sahutnya sambil tersenyum. Hebat banget Om Arman bisa 
kenal cewex cantik masih muda lagi, menggingat umurnya yang hampir 
mendekati setengah Abad, gumanku dalam hati kemudian Sinta dan Om mulai 
membicarakan soal bisnis, akupun hanya duduk sambil mendegarkan 
pembicaraannya sambil sesekali melirik tubuh Sinta yang semakin membuat 
Kontolku mengeras, terkadang lirikan mataku tertangkap olehnya dan ia 
pun hanya tersenyum, entah disengaja atau enggak ia malah menggangkat 
tangannya untuk merapikan rambut yang panjang dan indah, saat ia 
menggangkat tangannya ketiak putihnya pun terlihat dengan bintik-bintik 
hitam di lipatan ketiaknya, bekas bulu ketiak yang tercukur, dan dada 
yang besarpun membusung kedepan, pemandangan yang indah ini pun semakin 
membuatku gelisah, Sinta pun hanya tersenyum simpul saat menangkap 
mataku menatap tubuh indanya. 
           Satu jam berlalu, tiba-tiba Hp ku berbunyi ternyata ada SMS, 
“Om, Sinta aku kekampus dulu ya, ada tugas yang harus dikerjakan bareng 
temen”, kataku segera setelah menutup Hpku, “ya udah tapi habis itu 
lansung pulang ya”, seru Om Arman, Sinta hanya tersenyum mempersilakan 
aku pergi kekampus, dua jam berlalu tugas udah kukerjakan dan akupun 
siap-siap untuk pulang,
             Hpku berbunyi ada telpone dari Om Arman, “ada apa Om” 
seruku “uh...uh...anu don nanti beliin nasi bungkus ya buat makan malam 
oh ya sekalian buat sinta ya”, kata Om Arman dari Hpku, dari suaranya 
sepertinya Om Arman habis berlari-lari, “kok Om terengah-engah gitu 
”sahutku, “oh ngak don Om lagi kepanasan aja” jawabnya segera. Tanpa 
pikir panjang akupun langsung ke warung padang membeli nasi bungkus dan 
meluncur kembali ke rumah. Sesampainya dirumah Om dan Sinta tak ada di 
ruang tamu, “kemana Om dan Sinta kok sepi” gumanku dalam hati, aku 
melangakah mendekati kamar Om Arman, pintunya tak dikunci lansung aja 
kumasuk dan ternyata Om ngak ada dikamarnya, kulangkahkan kakiku 
mendekati kamar tidur tamu dan begitu aku mendekati pintunya hendak 
meraih handle pintu tiba-tiba terdengar suara jeritan wanita 
“uh...oh...ah...Om...terus...Om...trus..!, jangan berhenti Sinta mau 
sampai...ah...ah...ah” terdegar suara jeritan Sinta begitu keras 
terdengar “ah...ah...om...Sinta...nyampai...Ahhh, aku pun termenung 
sesaat “loh ngapain si sinta Njerit-njerit kayak gitu”, selain suara 
jeritan Sinta terdegar pula suara ranjang yang digoyang, 
“nyit......nyet....kick...kick..” selain kedua suara tersebut terdegar 
juga suara yang aku tak tahu apa itu “...plok...plok...plek...plek..”, 
suara-suara itu terdengar berirama, jeritan keras sinta pecah lagi 
“uh....ah...ihh....ahh...om....Sinta...mau...lagi....” aku semakin heran
 mengapa sinta menjerit begitu hebat, disusul suara jeritan Om Arman tak
 lama kemudian  “ooooooh...Sinta...om...mau...nyampai”, seru Om Arman 
dengan kerasnya, kemudian disusul teriakan Sinta 
“Om...kluarinnya.....didalam....aja...”, “uhhhhhhh...Sinta....”raung Om 
Arman kemudian, untuk sesaat suara-suara jeritan Om Arman dan Sinta tak 
terdengar lagi, ”gimana Om...puas” terdegar suara Sinta kemudian, “uh 
aku puas banget Sin, kamu memang hebat”. Aku semakin penasaran dengan 
apa yang dilakukan Om Arman dan Sinta di kamar tamu, 
dan ketika aku hendak mengintip lewat lubang ventilasi diatas pitu kamar
 tiba-tiba terdengar suara Om Arman “Doni nyampai rumah belum ya gawat 
kalau sampai ketahuan” seru Om arman, “telpon aja Om si Doni, memangnya 
Om ngak cerita soal kita ya” sahut Sinta kemudian, “aku belum siap,” 
kata Om Arman menimpali,  “kamu seharusnya pacaran sama orang yang 
seumuran Doni” kata Om Arman kemudian, “tapi Sinta iklas kok dan seneng 
ngelakuinnya apalagi Om juga hebat bisa membuat Sinta Orgasme sampai 
berkali-kali” sahut Sinta. Kuurungkan niatku mengintip mereka dengan 
nasi bungkus tetap ditangan, aku kembali kehalaman depan pura-pura baru 
nyampai rumah tak lama kemudian Hp ku berbunyi selamat batin dalam hati 
“kamu dimana Don”,seru Om Arman dari Hpku “dah nyampai dirumah” jawabku,
 “Don kamu tunggu di halaman, bentar Om bukaiin pintu”, “baik om”.
Kemudian om arman membuka pintu depan, dan aku pun langsung masuk ruang 
tamu dari gurat wajahnya terlihat Om Arman tampak seperti baru lari 
dikejar anjing, tapi dari sorot matanya terlihat berbinar, “kok sepi om,
 sinta udah pulang yach?” kataku kemudian. “belum kok, dia di kamar 
tamu” kata Om Arman dengan nafas sedikit tersengal, ”o yah don, 
sepertinya sinta nginep disini, soalnya diskusinya belum selesai” Om 
Arman dengan napas yang kembali teratur. Aku manggut-manggut, sambil 
melangkah masuk di ikuti Om Arman.
Tak lama kemudian pintu kamar tamu terbuka, Sinta pun keluar dari kamar,
 dengan balutan daster mini putih, model belahan dada rendah berenda, 
berbahan tipis transparant, bertali kecil terkait dipundaknya, tanpa Bh 
maupun celana dalam. Belahan dan lekukan payudaranya begitu jelas 
terlihat. Aku benar-benar menikmatinya, dalam diam aku menikmati 
keindahan tubuhnya ditambah lagi rambutnya yang basah sehabis karmas, 
yang membuat penisku semakin mengeras. “hai don…sampai malam gini baru 
pulang” sahutnya sambil tersenyum. “eh..eh…iya…nich banyak tugas” aku 
pun semakin belingsatan saat ia duduk disampingku. Bukan hanya tubuh 
indah dan payudara montoknya saja yang membuatku belingsatan, ditambah 
dengan aroma harum tubuhnya semakin membuatku bergetar, 
“napa…..don…kok….gemeteran…gitu…!” katanya sambil menyibakkan rambut 
yang setengah basah, lengannya pun kembali terangkat dan aku pun bisa 
melihat ketiaknya dari dekat, lipatan ketiaknya masih di tumbuhi 
bulu-bulu ketiak yang belum habis dicukur sehingga pada lipatannya 
terlihat titik-titik hitam. “eh ngak kok…eh aku mandi dulu yach” jawabku
 sambil berlalu, “gila, tuch cewek seksi banget”, “pantesan Om Arman mau
 bersusah payah ngasih private lesson dirumah”, gumanku dalam hati. 
“Seandainya aku bisa dapat pacar kayak dia bisa-bisa tiap hari aku ngak 
pernah pake celana dan ngak pernah kuliah, tiap hari kerjanya nidurin 
dia mulu…..hi..hi.hhi.?” gumanku dalam hati sambil mengelus penisku yang
 lagi tegang berat.
Setelah selesai mandi aku pun ikut nimbrung di ruang tamu, Sinta pun 
masih dengan daster seksinya, mungkin ini udah menjadi style dan 
kebiasannya, selalu ngumbar dada dan ketiaknya kemana-mana. kemudian 
kami betiga makan nasi bungkus yang aku beli tadi sambil 
ngobrol-ngobrol, Sinta terlihat santai, meski payudara montoknya 
terlihat jelas didepan mataku, sinta sama sekali tak berusaha menutup 
dadanya seperti kebiasan wanita pada umumnya saat menundukan badannya, 
dia dengan santai mengambil nasi dan lauk dengan menundukan badannya, 
bukannya menutup dadanya yang terumbar dia malah tersenyum manis 
kepadaku. Setelah itu Om dan Sinta kembali serius membicarakan soal-soal
 bisnis.
 Aku hanya duduk dan memperhatikan gaya centilnya, sepertinya Sinta tahu
 kalu aku memperhatikanya, dia pun sesekali melempar senyum saat mataku 
kepergok sedang memperhatikanya. Entah sengaja atau tidak sambil 
tersenyum kepadaku dia pun kembali memainkan gaya sexsinya mengangkat 
tangan membenahi rambut panjangnya, memperlihatkan ketiak mulusnya dan 
membusungkan dadanya yang memang sudah montok ditambah lagi saat dia 
mengangkat kaki kiri untuk bertumpu pada kaki kananya. Sekelebat belahan
 kecil yang ditumbuhi bulu-bulu halus terlihat begitu jelas.  
Pemandangan indah ini semakin membuatku benar-benar tak tahan, aku pun 
memutuskan untuk tidur saja, “Om…., Sinta aku tidur dulu ya,  ngantuk 
nich” ucap sambil pura-pura menguap. “jam segini udah mau tidur aja kamu
 don” timpal Om Arman, “iya…nich…padahal…setelah diskusi ini kelar,  aku
 mo ngajak kamu nonton DVD baru lho” seru Sinta, “ooooh….besok aja…aku 
ngantuk banget” seru sambil berlalu..
Akupun sepenuhnya tidak bisa tidur sebab wajah, tubuh, payudara dan 
ketiak Sinta terus berputar-putar di otaku. Ditambah dangan kejadian 
tadi siang di kamar tamu, demakin membuatku gelisah. Bayangan-bayanagn 
itu silih berganti menghiasi pikiranku, aku pun mengengam penisku dan 
megerakannya naik-turun, dari ruang keluarga terdegar suara-suara filem 
action. Akhirnya aku tertidur meski belum sampai klimaks.
 Sekitar jam 11.30 aku terbangun, keadaan begitu hening suara filem 
action telah berhenti. Kemudian aku keluar kamar menuju ruang keluarga, 
ruangan itu sepi, secara otomatis otaku pun berpikir “apa Om dan Sinta 
di kamar tamu lagi ya?”, kulangkahkan kaki menuju kamar tamu. Dari dalam
 kamar tidur tamu terlihat sepi dan hening,
Sampai di depan pintu kamar tamu, kuambil kursi dan kuletakan di depan 
pintu, kemudian kunaiki kursi tersebut mendekati lubang ventilasi yang 
terletak diatas pintu, dari lubang ventilasi itu aku bisa melihat isi 
kamar tersebut.
Sinta sedang duduk ditepi ranjang sambil menyisir rambut panjangnya “wow seksinya cewek ini” gumanku dalam hati.
Dan betapa kagetnya aku, saat pintu kamar mandi di kamar tersebut 
terbuka dan ternyata yang keluar adalah Om Arman, dengan hanya 
mengunakan celana dalam Om Arman mendekati Sinta memeluknya dengan mesra
 dan menciumi bibirnya, “seperti dugaanku ternyata Om dan Sinta memang 
punya hubungan spesial” gumanku dalam hati dengan sedikit kecewa, namun 
aku tetap ingin melihat apa yang akan mereka lakukan. Om Arman kemudian 
bangkit berdiri di hadapan Sinta, dan dengan lembut Sinta membuka celana
 dalamnya dan mengelus-elus PENIS Om yang sudah berdiri tegak menatang. 
Dengan lembut PENNIS yang panjang dan besar itupun dia jilati, dia 
ciumi, tentu saja sang empunya PENNIS langsung mengerang nikmat 
“ooooohh…..ooooohhh……Sinta…!”. Tak lama kemudian Sinta pun dengan lahap 
memasukan PENNIS Om Arman kedalam mulutnya dan mengulumnya dengan lembut
 seperti menikmati Lollypop, sang empunya PENNIS kembali mengerang 
“ooooH……..Ohhhhh…Sin……pelan2…..sin” Sinta pun sepertinya tidak 
mengindahkan erangan Om yang semakin keras, dia malah semakin gecar 
mengulum PENNIS Om Arman. Dan dengan kedua tangannya Om Arman memegang 
kepala Sinta dan mencoba melepaskan PENNISnya dari siksaan nikmat mulut 
Sinta. Sinta pun merengek “Om kok..kontolnya…dilepas 
sih…Sinta..lum..puas…Sinta…masih…mau!” rengek Sinta seperti anak kecil 
meminta permen. “Sinta...sayang..udah..ya, keluarnya dimulut bawah kamu 
aja ya?” kata Om Arman sambil membelai rambut sinta yang panjang, 
“yach..udah..dech..kalau 
gitu?..tapii..ntar..pejuhnya..dikeluarin..didalem..yach? Balas Sinta 
sambil merenggut. Om Arman hanya mengangguk dan kembali duduk ditepi 
ranjang, kemudian memeluk Sinta dan kembali mencium pipi dan bibirnya. 
Sinta pun membalas ciuman Om Arman dengan melumat bibirnya dengan rakus,
 tangan Om Arman pun mulai beraksi dengan mengelus dan mengusap-usap 
paha Sinta dengan lembut, terlihat sangat kontras saat sekali tangan Om 
yang agak Hitam Kecoklatan menari-nari indah diatas permukaan paha Sinta
 yang putih dan mulus. Tangan Om terus merangsek kedalam selangkangan 
Sinta, berlahan Sinta membuka kedua pahanya, akhirnya tangan Om sampai 
pada tujuannya dan mulai mengucek-ucek selangkangan Sinta, 
“ah……uh….uh…..oh….ohh..uuuuuuh…ahh….ahh” erang Sinta dengan mata 
terpejam.  Ciuman Om Arman terus berlanjut, leher sinta menjadi target 
berikutnya, leher jejang dan mulus Sinta pun diciuminya, begitu juga 
dengan ketiaknya sinta tak luput dari ciuman jilatan lembut om arman, 
Sinta  mengerang “ oooooooom….ahh….Sinta..udah...om…ohh “.
  Perlahan Sinta membuka dasternya, kakiku gemeteran melihat tubuh 
telanjang Sinta. Payudaranya indah banget, bulat bak kubah, kenyal dan 
kencang. Dengan puting berwarna kecoklatan mencuat kedepan. Perlahan  Om
 Arman menciuminya, menjilati, menggigitinya dengan lembut, 
menghisapnya. Sementara tangannya Om Arman meremas-remas payudara yang 
satunya dan memainkan putingnya. 
“oh….oh..oh…uh…uhh….ahhhh..om..om…!!!!!” disambut desahan  Sinta sambil 
meremas dan mengusap-usap kepala Om Arman.
Om Arman merebahkan tubuh indah Sinta, mengelus bulu-bulu selakangannya,
 kemudian Om berjongkok di depan Selangkangan Sinta, membuka pahanya, 
menjilati menciumi vagina Sinta dengan liar “uuuuuuuuhhhhh…..UUUUUUHHH”?
 Sinta mendesah. Tak lama kemudian Om Arman mendekatkan Penisnya dan 
memasukannya Kedalam VAGINA Sinta, disambut dengan suara desahan 
“uh…...UH…AHHHH?” saat PENNIS Om yang Panjang dan Besar itu memasuki 
vagina Sinta. Disusul gerakan pinggang Om Arman, naik turun, dengan mata
 terpejam dan mulut terbuka Sintapun menyuarakan suara desahan yang 
begitu menyayat telinga, “ooh……ah…..ehm….ihh….ahh….uhh…..?!!” Om arman 
makin mempercepat gerakan pinggangnya “plok…plok….PLok…..!!!!”, membuat 
suara desahan Sinta semakin keras,
Akhirnya Om Arman sedikit mengurangi gerakan naik-turun pinggangnya. 
Untuk beberapa suasana dalam kamar tersebut tenang, hanya suara nafas 
terengah-engah yang terdengar, tubuh Sinta terlentang dengan tangan 
diatas kepala, sementara itu tubuh Om Arman berada diatasnya menindih 
tubuh indahnya. Tubuh mereka dipenuhi keringat.
Suara desahan Sinta yang keras terdengar begitu menyanyat telinga, 
siapapun akan berpikir kalau dia sedang disiksa kalau saja tidak tahu 
apa yang sedang terjadi gumanku dalam hati.
Om Arman pun kembali mengerakan pinggangnya naik-turun sambil menciumi 
bibir, leher, ketiak dan payudara Sinta. Suara mendesah sinta kembmabali
 pecah  “ooohhh..uhhhh..omm…om…sinta..sinta…mau…mau…uuhh!”. Om Arman 
kembali mempercepat pinggulnya, begitu cepatnya hingga menimbulkan suara
 “plok..plok..plok..plok!”, “ohh…sin…om..juga..mo….keluar” jerit Om 
Arman. Kali ini Sinta juga ikut mengoyangkan pinggangnya kiri dan 
kekanan, tak lama kemudian Om Arman Mengerang Keras“ 
ah…ahhaaaaahhh…..aahhhhhhh!!!! “ sambil memeluk tubuh Sinta erat, 
disusul Sinta yang juga menjerit dengan kerasnya 
“ohhh……oohhhhh…….ohhhh...., sesaat kemudian pinggang  Om Arman 
menghentak dan menghujam beberapa kali ke selangkangan Sinta.
Setelah itu suasana hening kembali tak lagi terdengar suara desahan 
maupun erangan, hanya deru nafas yang terdengar, Om Arman berhenti 
menggerakan pinggangnya. Om Arman masih ter telungkup menindih tubuh 
mungil Sinta dengan nafasnya yang terengah-engah, punggungnya basah oleh
 keringat. Sementara, Sinta dengan tubuh penuh keringat masih terlentang
 tertindih tubuh besar Om Arman, tubuhnya mungil seperti guling yang 
sedang dipeluk.
 “Om…..om” kata lirih Sinta sambil menepuk bahu Om Arman untuk 
membangunkanya. Om Arman terbangun dan mengangkat tubuhnya dengan 
betumpu pada kedua tangannya dia memandangi wajah cantik Sinta, guratan 
kelelahan terlihat pada wajah Sinta, namun dari sorot matanya yang 
berbinar terpancar kesenangan dan kepuasan.
“Sayang makasih yach, kamu bener luar biasa?” kata Om Arman sambil 
mencium kening basah Sinta, Sintapun membalasnya dengan tersenyum. Om 
bangkit dari atas tubuh sinta dan merebahkan tubuhnya disamping tubuh 
Sinta, “sayang om sayang kamu?”, kata Om pelan, “sinta juga sayang sama 
Om” kata Sinta dengan manja, mengambil tisu dan membersihkan sisa-sisa 
sperma di selangkangannya, kemudian sinta membersihkan penis Om Arman 
dengan mulut dan lidahnya.
Mereka bercanda dan saling memuji dan akhirnya mereka tertidur pulas dengan  berpelukan.
Jam dinding menunjukan pukul 02.00 dini hari, aku kembali ke kamar dan 
memikirkan apa yang telah terjadi, bagaimana mungkin Om Arman mempunyai 
pacar yang masih begitu muda. Dan apakah Om Arman akan menikahinya?, 
apakah aku akan punya tante muda yang cantik dan seksi?.
Aku terbangun karena ada suara ketukan pintu dari luar kamarku 
“don...doni.... bangun…bangun..hari..ini..kamu..kuliah ngak”!. “yach Om”
 seruku. Rasanya baru sebentar aku tidur kejadian semalam masih 
menghantui pikiranku, cepat-cepat aku bangun, mandi, berpakaian dan ikut
 bergabung dengan mereka di meja makan.
 Penampilan sinta pagi in masih tetap seksi, meski tidak mengenakan 
daster seperti tadi malam, penampilan stlyenya tetap membuat mata lelaki
 terpana. Baju berkrah, tipis, berwarna putih, ketat, dan berlengan 
pendek dengan belahan ketiak yang cukup lebar.
Saat Dia meletakan Nasi goreng bencampur ayam, telor dan sosis diatas 
meja , belahan dada sampingnya terlihat indah terbungkus bra hitam, 
lipatan ketiaknya terlihat mengkilap, sedikit basah oleh keringat. “ah 
pagi-pagi sudah disuguhi dada montok, lengan mulus plus ketiak basah” 
gumanku dalam hati, pengen banget rasanya aku remas dadanya kucucup 
putingnya dan kujilati ketiaknya, sambil makan pikiran dan mataku 
terfokus pada keindahan tubuh sinta, beberapa kali mataku tertangkap 
basah saat aku menatap tubuhnya, dan dengan segera kualihkan 
pandanganku, tapi sinta pun hanya tersenyum. Selesai menyelesaikan 
makannya Om Arman meninggalkan meja makan, menuju kamarnya untuk 
siap-siap pergi ke kantor.
Tinggal aku dan Sinta duduk berdua di meja makan, aku masih dalam 
lamunanku dikagetkan oleh seruan Sinta “eh kamu dari kemaren kerjanya 
nglamun aja” seru sinta sambil menepuk bahuku, aku sama sekali ngak 
nyadar kalau sinta sudah duduk disampingku, “mungkin karena deket kamu 
kali ya?” sahutku seenaknya. “ih kamu nich, pasti lagi pikiran kotor?” 
jawabnya menimpali, “sok tahu loe..!!” balasku sambil menyuapkan nasi 
goreng kemulutku, “habis dari kemaren kamu sering ngalamun, saat liat 
aku?, emang apa sich yang kamu lamunin dari aku” katanya kemudian, 
sambil menyangga dagunya dengan tangan kirinya, aku kaget dan sedikit 
tersedak “ngak ada” kataku sambil mengeleng, “paling sama seperti cowok 
lain” balasku lagi, “apa sih yang dipikirin cowok kalau liat aku?” 
katanya penasaran. Dengan mantap aku langsung menjawab “satu kamu tuh 
cantik”, “kedua kamu tuh seksi banget, sumpah juara banget seksinya”, 
Sinta tersenyum sambil mengelus-elus rambutnya “ketiga nasi goreng 
buatanmu enak banget, terus yang keempat” belum sempat aku melanjutkan 
perkataanku Om muncul sambil berseru. “Sin kamu ntar ke kampusnya sama 
Doni aja ya, kampus kamu kan sama? Soalnya om harus buru-buru nih” kata 
Om, Sinta hanya menganguk tanda setuju. Om Arman langsung menuju halaman
 menghidupkan mobilnya dan meluncur ke kantornya.
Baru aku tahu, ternyata kampusku dengan kampusnya si sinta sama, yang 
akau heran aku kok ngak pernah ketemu ya sama Sinta gumanku heran.
 Setelah sarapan selesai aku dan Sinta meluncur kekampus dengan motor 
sportku, kugoceng dia, dan selama dalam perjalanan aku dan Sinta diam 
aja, jalanan pagi itu cukup ramai dan sedikit padat merayap pada 
titik-titi tertentu, akibatnya motor harus sering aku rem dadakan, 
sehingga membuat dadanya beberapa kali menabrak punggungku, maklum 
motorku kan motor sport yang desainnya agak tinggi pada bagian belakang,
 “ih memang benar-benar kenyal tuh toket” gumanku dalam hati. “eh maaf 
sin maklum jalannan macet!” seruku memohon maaf, “ah ngak 
apa-apa?”sahutnya, setelah itu aku dan Sinta masih membisu, hanya 
dadanya yang montok dan kenyal masih sesekali menindih punggungku saat 
aku mengerem dadakan. Dari kaca spion dapat kulihat wajahnya agak 
memerah saat ia menindihkan dada ke punggungku.
Meskipun biasanya aku sering mengumpat saat melewati jalan ini, tapi 
pagi ini aku berharap macet akan terus berlangsung sampai kampus, 
......Heee.....Heeee 
      
     
     
No comments:
Post a Comment