Lin adalah atlet yang jago, sungguh. dan setelah bergabung dalam klub 
renang yang sama, tak butuh waktu lama hingga kami berdua menjadi 
sahabat
Lin pernah sekali menginap di rumah saya, karena sampai sore kami 
mengerjakan pekerjaan prakarya, ibu saya senang sekali saya memiliki 
teman baru, beliau  dan memasakkan kami cake tape untuk camilan...
kami bermain street fighter 2 di Super Nintendo saya sampai mengantuk, 
dan kami cuci-cuci dan berangkat tidur, Lin tidur di atas dipan saya, 
dan saya dengan kasur lipat yang digelar di bawah... permasalahannya 
saya sudah terbiasa tidur bugil, saya malu sekali kalau harus terus 
terang, takut dikira orang aneh....
sampai hampir tengah malam saya tidak bisa tidur...
akhirnya saya berpikiran hendak melepas saja baju saya dan bangun lebih 
pagi untuk mengenakannya kembali, tapi saya harus memastikan Lin sudah 
tidur terlebih dahulu...
saya berbisik: “Lin... Lin...”
Lin: “apa?”
ternyata Lin belum tidur
saya: “kamu belum tidur?”
Lin: “belum, kamu?”
saya: “sama, saya tidak bisa tidur...”
Lin: “sama...”
hening lama.... sampai akhrnya Lin buka suara
Lin: “aduuh... gimana cara saya bicaranya ya...?”
saya: “apaan?”
Lin: “saya buka baju boleh?..”
wajah Lin sudah mulai bersemu
saya: “wah panas ya? maaf, kamar saya tidak ada AC-nya seperti kamar kamu...”
Lin: “tidak, bukan itu masalahnya. tapi....."
saya: "tapi.... apa?"
Lin: "tapi kamu jangan bilang sama siapa-siapa!"
saya: "iya suer!"
Lin terdiam lama... wajahnya merah padam menahan malu
Lin: " saya tidak bisa tidur kalau masih pakai baju.”
saya: “lho, kamu juga suka tidur telanjang Lin?”
saya keceplosan
Lin: “kamu juga tidur telanjang?”
saya mengangguk dengan wajah bersemu
Lin: “wah, saya kira cuma saya yang aneh! hahaha!”
saya: “ssst....”
wajah saya tersipu-sipu, meski senang sekali bisa menemukan teman yang memiliki kelainan yang sama
Lin: “ya sudah, saya buka baju ya.... kamu kalau mau buka baju buka baju saja sana!”
kata Lin sambil membuka bajunya dan menyisakan celana dalam
saya meyisakan secarik penutup aurat yang sama
malam itu saya sulit sekali tidur, karena telanjang di depan orang lain 
benar-benar membuat saya merasa benar-benar erotis..... penis saya 
kembali tegang dan saya tutupi dengan guling agar tidak malu, sebenarnya
 saya ingin meloco tapi tidak enak karena ada Lin. saya melirik Lin, 
anak itu juga sepertinya tidak bisa tidur karena terdengar suara 
terkekeh-kekeh dari sebelah saya....
saya: “kenapa tertawa?”
Lin: “badan kamu... dari belakang mirip betul seperti anak perempuan....”
saya: “ya... hina saja terus! saya sudah sering dikatai seperti itu....”
Lin terkikik-kikik mendengar saya merajuk
pinggul saya memang berlekuk besar dengan pinggang kecil dan punggung 
putih mulus, tambahkan dengan wajah manis dan rambut saya yang panjang 
sedagu, maka orang akan salah mengira saya sebagai perempuan
saya menoleh ke arah Lin, dan celana dalamnya sudah turun hingga lutut....
Lin membelai penisnya yang tegang. saya menelan ludah
Lin: “saya ngeloco dulu ya, biar bisa tidur.... ”
saya: “kenapa tanya ke saya?”
Lin: “soalnya saya takut kamu risih,”
lalu Lin membalik badan  memunggungi saya, tapi tangannya terlihat bergerak-gerak di antara paha
Lin: kamu gak sekalian?”
dada saya langsung berdesir.... sebenarnya dari tadi saya sudah ingin 
masturbasi, dan kata-kata Lin membuat di perut saya seperti ada sumbat 
yang dibuka...
Lin hanya tersenyum kecil melihat saya mulai mengocok batang saya di depan matanya....
saya berusaha mati-matian menahan diri agar tidak mengeluarkan desahan 
agar tidak membangunkan orang, tapi tetap saja lengguhan tertahan keluar
 dari bibir saya... tubuh telanjang saya menggeliat-geliat keenakan, 
sengaja saya mengeluarkan gerakan-gerakan saya yang paling erotis karena
 mata Lin yang menatap nanar ke arah saya. bibirnya terbuka secelah dan 
mengeluarkan desahan-desahan mengundang. dan tangannya bergerak membelai
 dan meremas penisnya sendiri sambil menyaksikan saya masturbasi.
dan saya tidak bisa tahan lagi, saya muncrat nikmat sekali sampai saus 
saya menyemprot hingga dada dan wajah, saya masih mengejang nikmat waktu
 mendengar suara lengguhan Lin dan sausnya yang menyemprot hingga paha 
dan perut saya....
kami tersengal-sengal dengan wajah bersemu dan tubuh yang dipenuhi 
dengan cairan kental... Lin membersihkan ceceran benihnya di tubuh saya 
dengan tissue dan minta maaf karena dia terlalu bersemangat, saya bilang
 tidak apa-apa... Lin lalu mengajak saya membersihkan diri bersama di 
kamar mandi, dan tentu saja saya mau....
suara jangkrik masih terdengar ketika dari dalam kamar mandi teredengar 
kucuran air keran yang dibuka.... saya dan Lin membasuh diri dari 
ceceran sperma yang lengket sambil menyabuni satu sama lain... hingga 
tanpa sadar penis kami kembali ereksi dan kami saling mengocok penis 
sampai muncrat...
ternyata dikocokin itu enak, saya baru menyadarinya... sensasinya 
berbeda antara mengocok penis sendiri dengan diremas-remas oleh orang 
lain... sejak acara menginap di rmah saya itu saya selalu terbayang 
adegan ketika mandi bersama.... Lin dan saya saling meloco burung hingga
 muncrat, rasaya tidak bisa saya lupakan...
diam-diam saya ingin diloco lagi oleh Lin, tapi saya takut dikira orang 
aneh kalau secara terus terang mengatakan hal itu kepadanya meskipun 
sekarang kami sudah menjadi sahabat karib... jadinya saya hanya bisa 
masturbasi sambil membayangkan al itu sendirian....
akhirnya kesempatan itu datang di penghujng kelas V, waktu itu kami baru
 saja selesai berlatih renang.... saat itu kolam renang sedang ramai 
oleh anak-anak SMA yang melakukan pengambilan nilai penjaskes, kira-kira
 ada sekitar ratusan anak-anak SMA yang memenuhi kolam renang
karena ruang ganti yang sedang ramai-ramainya kami terpaksa menggunakan satu ruang ganti berdua....
Lin: “kamu sejak kapan suka tidur telanjang?”
saya: “sejak awal kelas lima...”
Lin: “oooh....”
saya: “dan kalau di kamar saya selalu polos...”
saya berkata jujur, kami berbicara pelan, Lin menghanduki pundak saya
Lin: “kalau meloco bareng teman...?”
saya: “ya sama kalian itu....”
Lin tertawa, dan berkata kalau dia dan teman-temannya biasa meloco di ruang ganti seperti ini
Lin mengatakan di klub renang lamanya di Jakarta, hanya berisi anak-anak
 orang kaya, dari usia SD sampai SMA, dan klub elit itu memiliki 
kebiasaan yang disebutnya ‘adik-kakak-asuh’. Lin memiliki seorang ‘kakak
 asuh’, anak kelas II SMA yang menjadi pelatih pribadinya.
tandem ‘kakak-adik asuh’ ini biasanya dipasangkan pelatih dari awal 
bergabung hingga sang senior lulus, dan sang junior mentas jadi senior 
dan mendapatkan adik asuh baru. hingga tak jarang kakak dan adik asuh 
sangat akrab. Lin mengaku sering diminta kakak asuhnya meloco penis 
sewaktu mandi.....
oh,,,, saya manggut-manggut. pantas Lin tidak risih kami saling meloco waktu itu
Lin bertanya apakah saya juga pernah memiliki ‘kakak asuh’ seperti 
dirinya? saya menjawab jujur dan menceritakan pengalaman sensual saya 
dengan bambang.....
Lin berkata: “oooh.... pantas....”
saya hanya bisa terperenyak karena tangan Lin sudah menggenggam penis 
saya erat-erat dan mulai mengocoknya pelan seperti yang pernah kami 
lakukan waktu itu. nafas saya langsung tertahan. saya takut benar 
terpergok oleh anak-anak SMA itu, tapi sensasi tegang-takut ketahuan ini
 benar-benar membuat saya merasa semakin erotis dan terangsang hebat 
sampai sampai kepala saya terasa ringan dan saya pasrah saja dikerjai 
oleh Lin
saya berbisik: “Lin... kamu mau apa...?”
Lin tidak menjawab dan memasang senyum berandal di wajahnya yang jantan
puting saya digelitikinya dan pundak saya yang basah diciuminya. saya 
mengerang pelan, dan tanpa sadar tangan saya melingkar di pinggangnya, 
hingga penisnya yang mengeras terasa menempel di paha saya
Lin berbisik di telinga saya: “kamu suka?”
saya mengangguk tersengal, dan Lin mulai menciumi leher saya dan turun 
mengulum puting saya. enak sekali. dan saya mulai menikmati perlakuan 
anak ini sehingga tanpa sadar saya mendekapnya erat-erat, mengusap 
kepalanya yang terbenam di dada saya sambil menciumi keningnya yang 
lembap
saya mendengar suara terbahak-bahak anak-anak SMA yang bergabung 
ramai-ramai dalam satu bilik di samping kami, sementara di depan kami 
terdengar umpatan-umpatan dalam bahasa setempat ketika anak-anak itu 
saling tempeleng dan berebut memasuki bilik sempit...
saya membayangkan kalau kami dipergoki dan dicabuli beramai-ramai 
seperti yang saya saksikan dalam film biru... dan saya jadi semakin 
terangsang dan muncrat nikmat sekali.... saya sampai memeluk Lin 
erat-erat agar tidak rubuh ketika benih saya menyemprot di dalam 
genggaman tangannya....
saya menatap nanar ke arahnya, berharap kalau Lin bakal meminta saya 
melakukan hal yang sama terhadapnya, tapi Lin hanya tersenyum cuek dan 
memakai pakaiannya kembali seperti tak mempedulikan saya yang masih 
dilanda birahi...
 
waktu saya kelas VI, teman-teman saya sudah saling pacar-pacaran, meski 
hanya saling berkirim surat cinta yang ditulis di atas kertas loose leaf
 bergambar westlife atau winnie the pooh yang dijual di depan sekolah.
 “tapi kita tidak berpacaran,” tegas Lin. “karena kalau cowok-cowok berpacaran itu namanya tidak normal”
saya tidak tahu kenapa itu disebut tidak normal, tapi saya senang sekali
 karena setiap akhir saya senang sekali karena setiap akhir pekan, saya 
selalu menginap di rumah Lin, atau dia yang menginap di rumah saya.... 
dan karena tahu kebiasaan aneh masing-masing yakni tidur telanjang, kami
 jadi tidak sabar menunggu orang-orang rumah sedang tidur untuk melepas 
pakaian hingga polos lalu saling masturbasi...
biasanya kami tidur bersisian dan saling berciuman sambil meraba-raba 
tubuh masing-masing, dan Lin yang lebih agresif akan langsung merangkak 
di atas tubuh saya dan menjilati puting dan menggesek-gesekkan penisnya 
di paha saya.... saya yang tidak memiliki pengalaman cuma bisa 
mengeluarkan erangan-erangan seksi sambil memeluknya erat-erat.... 
rasanya seperti film porno yang saya tonton, tapi bedanya kami sama-sama
 laki-laki... dan kami sama-sama bau kencur.... (waktu itu saya belum 
tahu apa itu homo)....... tapi saya benar-benar sayang kepada 
Lin....saya hanya memeluk Lin yang menindih saya dan meremas-remas 
pantatnya, sementara penis saya mengesek-gesek di perutnya dan penis Lin
 menggesek-gesek di atas paha saya...
dan kepala Lin semakin bergerak turun menciumi perut saya sehingga ia 
berlutut di antara paha saya, dan saya merasakan penis saya masuk ke 
dalam lubang mulutnya seperti yang saya lihat di film porno. saya 
mengerang lemah. dan kaki saya dinaikkan ke atas pundaknya sehingga Lin 
bisa leluasa mengemut buah peler saya, bahkan menjilati lubang anus 
saya. saya menggeleng-geleng kegelian dan menjambaki rambutnya antara 
memohon berhenti dan memohon agar Lin terus menyiksa saya dengan siksaan
 nikmat ini..
Lin tersenyum dan menciumi wajah saya sambil mengocok penis saya, karena
 sudah benar-benar bernafsu saya menciumi wajahnya sambil meremas-remas 
penisnya.... Lin berbisik agar saya mau melakukan hal yang sama... 
sebenarnya saya merasa jijik, tapi karena benar-benar sayang kepadanya 
saya pun menurut ketika disuruh mejilati penisnya.... awalnya saya 
merasa jijik karena itu lubang kencing, tapi karena benar-benar sudah 
terangsang saya sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi...
Lin mendesah-desah keenakan... dia bilang kalau dia suka sekali dihisap 
penisnya oleh saya... dan saya terlihat cantik sekali ketika sedang 
menghisap penisnya.... senang sekali saya mendengarnya, sehingga saya 
sudah tidak merasa jijik lagi....
karena Lin hampir mucrat, ia meminta saya mencium bibirnya... dan 
sayapun naik ke atas tubuh Lin dan mulai menggerakkan pinggul saya 
sehingga penis kami saling bergesekan... kami berciuman dengan panas dan
 tubuh kami sudah dipenuhi dengan keringat.... saya  yang orgasme lebih 
dulu, tubuh saya yang belum berbulu kejang-kejang dalam pelukan Lin, 
diikuti dengan lengguhan nikmat Lin ketika cairan cintanya ikut 
menyemprot di atas paha saya......
------------------------------
besok paginya, kami mandi berdua di dalam kamar mandi dalam di kamar 
Lin.... setelah puas berendam dalam bath tub sambil berciuman.... Lin 
menyabuni tubuh saya dari belakang, sambil memainkan puting saya. saya 
merasakan bibirnya yang terbenam di pundak saya dan penisnya yang tegang
 menggesek-gesek belahan pantat saya. saya menoleh dan Lin langsung 
melumat habis bibir saya, memepet saya ke dinding dengan tangan kanannya
 yang menyabuni penis saya dan penisnya yang digesek-gesek di antara 
belahan pantat saya.... enak sekali rasanya, sehingga lutut saya terasa 
lemas dan saya hanya menurut saja ketika direbahkan di atas lantai kamar
 mandi yang dingin....
Lin merangkak di atas tubuh saya, menggesek-gesekan penisnya yang 
berselemak buih licin di atas tubuh saya sambil menjilati puting saya, 
saya sudah benar-benar terangsang sehingga tidak bisa berpikir lagi 
ketika Lin berlutut antara paha saya yang terbuka dan kembali mengocok 
penis saya dengan tangan kanannya... tapi kali ini tangan kirinya 
memijat-mijat selangkangan saya.... dilumurinya selangakngan saya sampai
 lubang anus dengan buih sabun licin seperti menceboki saya... amboi... 
nikmatnya luar biasa ketika jari-jari mungil Lin membelai-belai lubang 
anus saya sambil tangan kanannya mengocok-ngocok penis saya, apalagi 
ketika jarinya masuk dan memijat satu titik di dalam lubang anus saya 
(kelak saya tahu itu namanya kelenjar prostat)... saya sampai 
megap-megap dan mengeluarkan air mata saking enaknya....
Lin bilang, seniornya di klub dulu biasa memaksanya melakukan ini, dan Lin pernah dibeginikan, dan rasanya enak sekali....
saya  hanya bisa menjawab dengan erangan-erangan seksi, kocokan Lin di 
penis saya, dan pijatan jarinya di anus saya membuat saya sudah tidak 
bisa berpikir apa-apa lagi.... saya hanya merasakan, Lin mengangkat 
kedua paha saya dan diletakkan di atas pahanya, dan tubuh saya seperti 
dipenuhi oleh benda asing.... saya mengap-megap, kejang-kejang hebat, 
ketika saya mengalami orgasme saya yang paling mengagumkan, sehingga 
sperma saya muncrat memenuhi dada dan paha saya....
melihat saya orgasme, Lin pun melengguh panjang, dan saya merasakan 
lubang anus saya dipenuhi dengan cairan hangat.... Lin terenggah-enggah 
dan mencabut penisnya dari lubang anus saya...
kami mengatur nafas, dan saya memeluk Lin yang terenggah-enggah di atas 
tubuh saya..... Lin menciumi bibir saya, dan kemudian kami berendam dan 
membersihkan diri di dalam bath tub....
-------------------------------
setelah itu saya dan Lin sempat mengulangi hal ini, kadang saya yang 
jadi perempuan, kadang Lin yang meminta lubang anusnya saya masuki... 
meski saya lebih senang menjadi pihak yang lebih feminim dan membiarkan 
Lin melumat habis setiap relung-relung tubuh saya...
sayangnya kebersaman saya dan Lin tidak lama, Lin bilang dia akan pindah
 menyusul orang tuanya yang sudah lebih dahulu berada di singapura, 
mendengar itu tentu saya sedih, tapi Lin bilang nanti pindahnya setelah 
kenaikan kelas, dan di tempat itu orang-orang tionghoa tidak 
diperlakukan seperti di Jakarta.
ketika saya mengantar Lin ke bandara, ia bilang saya tidak usah sedih, karena dia akan berkirim surat.
beberapa bulan berikutnya kami masih rajin berkirim surat, sampai 
akhirnya balasan Lin datang semakin jarang, dan akhirnya Lin berhenti 
membalas surat saya sama sekali
dan saat itulah saya mengalami patah hati saya yang pertama.
No comments:
Post a Comment