Banyak orang hanya tahu akan akhir dari kisah hidupku, bagaimana aku 
difitnah sebagai pembobol Bank terbesar, mencuri uang klien, padahal 
mereka tidak pernah tahu bagaimana awal perjalanan hidup kami dan apa 
yang sebenarnya terjadi. 
Singkat cerita, namaku MD lahir tahun 1964, awal perjalanan keluargaku 
sebenarnya cukup baik bahkan bisa dibilang mapan. Suamiku Mas Aa, 
awalnya sudah bekerja di PMA sebagai Manager Purchasing. Berpenghasilan 
cukup besar waktu itu, kami biasa menerima sekitar Rp 25 jt/bln nya. Aku
 menikah umur 21 tahun, karena tergolong mahasiswi yang cerdas aku dapat
 merampungkan kuliahku dalam 3,5 tahun. Karena sudah pacaran lama aku 
memutuskan segera menikah dengan Mas Aa. Pernikahan kami dikaruniai 2 
anak, malangnya anak kami yang pertama menderita sindrom autism yang 
harus menjalani terapi terus menerus dalam waktu cukup lama. 
Ternyata cobaanpun datang menerpa, saat usiaku menginjak 25 tahun, Mas 
Aa bersengketa dengan direksinya seorang Taiwan dan berakibat dengan 
pengunduran dirinya. Sebagai istri, aku coba untuk bertahan, tapi apa 
daya pembaca, suamiku yang saat itu sudah berumur 35 tahun mengalami 
kesulitan mendapatkan pekerjaan. Satu per satu harta kamipun habis kami 
pergunakan terutama karena terapi anak kami. Bahkan pertengkaranpun 
kerap terjadi diantara kami. Hal ini berlangsung hingga 2 tahun, rumah 
kamipun terpaksa kami jual dan kontrak karena mahalnya kehidupan di 
Jakarta. Hingga puncaknya suatu malam kami bertengkar hebat, aku 
berbicara dengan agak mendesak : Mas, kerjaanmu itu mending dilepas 
saja, sudah boros waktu, tenaga, statusnya kontrakan lagi, gajinya Cuma 3
 jt lagi, biaya makan kita saja tidak cukup apalagi terapi putra kita. 
Mbok nyari kerjaan yang lainnya, Entah Mas Aa kondisinya letih atau 
lagi down, saat itu justru marah-marah  Emang nyari kerjaan aja gampang
 sekarang?, Saya sudah berusaha lho, tp dapetnya itu, emang seperti kamu
 ngurusi anak aja bisanya. Mbok sekali-sekali kita tukar kerjaan, saya 
yang ngurusi anak, kamu yang kerja. Nah dari omongan tersebutlah aku 
mencoba membuktikan bahwa aku meskipun seorang wanita bisa bekerja lebih
 bagus dari suamiku. 
Maka mulailah aku mencari pekerjaan dengan melamar pulusan lowongan 
dikoran. Entah karena parasku yang masih kelihatan imut-imut karena 
waktu itu umurku masih 27 th dan banyak temenku yang bilang katanya 
wajahku awet muda. Itulah sebabnya kalau berjalan dengan suami sering 
banyak orang memikir saya keponakannya Mas Aa. Aku diterima oleh sebuah 
perusahaan Bank Asing yang bonafit saat itu. Hatiku berbunga-bunga, usai
 menjalani test terakhir, perusahaan Bank tsb setuju untuk memberikan 
gaji awal Rp. 2,5 juta dan kebetulan aku karena lulusan accounting, aku 
dimasukkan dalam staff marketing divisi deposit. Katanya mereka memang 
saat itu ada team marketing mereka yang membutuhkan staff cewek untuk 
pengelolaan dana yang didepositokan. Sewaktu diperkenalkan kepada Kepala
 Seksi marketingku, aku terkejut, karena dia adalah Donny(samaran) teman
 sekolahku sewaktu SMP. Lho Anda Danny khan? Teman SMP saya. Donny 
tersenyum :Benar Lin, sayalah yang merekomendasi lamaranmu dan lagipula
 saya mencari seorang patner kerja yang cantik, cerdas seperti kamu. 
Aku tersipu, dipuji oleh Donny, memang badanku waktu itu masih langsing,
 payudaraku juga berisi karena ASI ku sedikit, memang dulu hanya 
berukuran 34 saja(sebelum sekarang kayaknya 38B Gan), serta dulu sempat 
ikut fitnes, tapi wajah masih seger. Sedangkan Donny, cowok Menado Jawa,
 putih, ganteng dan telihat plente, jam tangan dan bajunya saja bermerk.
 Kami sempat berbincang-bincang kehidupan kami sekarang krn lama tak 
berjumpa lagian dia kan bakal jadi atasanku. Tapi karena waktu sudah jam
 16.00, Donny menawariku untuk mengantarkan pulang ke rumah dengan 
mobilnya, akupun ok saja, sekalian bertanya apa kerjaan yang harus aku 
lakukan besoknya. Di dalam mobil kamipun bercanda layaknya teman lama, 
sayapun juga bercerita latar belakang saya kembali bekerja. Sedangkan 
dari yang kudapat Donny masih membujang karena ambisinya untuk bekerja 
sangat besar. Tiba-tiba Donny menyeletuk  Lin, baju kamu besok jangan 
seperti ini yah,Lha yang gimana Don? Coba kita mampir ke butik deh, 
saya sih tahu bajunya tapi lupa namanya . OK, sapa tahu aku uda punya 
dirumah baju seperti itu. Tapi didalam hari aku agak sedikit gelisah, 
karena aku hanya membawa uang Rp 75 rbu saja. Klo ke butik mana cukup, 
paling hanya di jembatan merah ato mangga dua baru dapat baju harga 
segituan. Dengan agak berdebar-debar, saya mengikuti Donny ke tempat 
Butik yang dimaksud. Nah, ini lho jenis bajunya, kayak kemeja cowok 
tapi lengan panjang, tp ada juga yang tidak berlengan. Lha untuk roknya,
 pake yang seperti ini saja, sambil dia menggambil rok yang mini. Aku 
jadi pucat dan memerah wajahku, karena dari lulus kuliah aku tidak 
pernah kerja, aku jadi tidak punya lagi baju ginian, klo pun ada iya 
sudah kusam, karena usia ditambah harganya aku lirik Rp. 85.0000 per 
potong wah mana mungkin nih. Don, klo pake baju yang ada dulu gmn? 
tanyaku mengiba. Wah jangan Lin, Bank Perusahaan kita mengutamakan 
penampilan, bisa kena marah saya nantinya. Seolah mengerti akan situasi
 yang aku hadapi, Donny dengan santainya mengambil 3 stel T Shirt dan 3 
stel rok mini buatku. Dicoba dulu, cocok nda? Jangan pusing mbayarnya,
 katanya. Wajahku memerah, tidak ada cowok lain yang pernah membelikan 
baju semahal ini untukku kecuali Mas Aa, itupun sudah 2 tahun yang lalu.
 Setelah itu kamipun pulang.
Suamiku menanggapi dingin-dingin saja pekerjaanku, entah dia marah atau 
malu, tapi semenjak itu hubungan kami jadi dingin, Mas Aa menepati 
janjinya mengurusi anak-anak sambil kerja dan aku juga mulai sibuk 
dengan pekerjaanku. Hal ini membuat hubungan sex kami jadi dingin, Mas 
Aa jarang sekali menyetubuhiku, kalaupun iya, dia langsung maen sodok 
saja itupun paling sebulan sekali. Justru pada saat-saat itu, karier aku
 dibawah Donny menanjak. Donny merasa terbantu karena kehadiranku, 
beberapa perhitungan Deposito calon klien aku kerjakan dengan memuaskan,
 sehingga banyak klien yang terpikat. Pernah saat-saat menjelang 3 
minggu aku mulai bekerja, Donny sempat mengajakku ke Café untuk bertemu 
salah seorang klien, ternyata klienku terpesona oleh tutur kata kami dan
 mau menandatangani kontrak senilai Rp. 500 jt. Itulah kontrak pertamaku
 yang tertinggi dengan Mas Donny, tapi cara transfernya gimana, semuanya
 diselesaikan oleh Donny yang belakangan saya tahu tidak pernah dananya 
masuk Bank kami, tetapi diputar oleh Donny sendiri. Tapi karena saya 
merasa berhutang dengan Mas Donny sayapun mendiamkan hingga esok 
harinya, dia mengajakku makan siang bersama disebuah café. Lin, ini ada
 fee sedikit buat kamu dari kontrak kita kemarin. Aku kaget dan 
terbelalak, karena amplopnya kok tebal, Buat apa Don? Kok banyak ? 
Kataku sambil berusaha menolak.  Udah Lin, kita satu Team, saya jamin 
uangnya aman, sambil dia memperlihatkan beberapa deposito tapi punya 
Bank lain ataupun lembaran sertifikat saham, yang penting bunganya kita 
bayarkan ke klien. Klien ok aja khan, katanya. Tapi ini berbahaya 
Don, kataku takut-takut. Tenang aja Lin, saya dibake up ama beberapa 
atasan kita, mereka juga dapet ginian, tapi lebih gede, yang penting 
buating tanda terima blangko pake nama Bank kita, klien kita tidak akan 
tahu, sambil dia menyerahkan blangko yang sama tapi bukan dibuat oleh 
Bank kami. Aku sebenarnya ragu-ragu, tapi mengingat beratnya himpitan 
ekonomi kami atau mungkin juga salahku pemirsa, aku terlalu trauma untuk
 jadi pas-pasan, jadi begitu ada jalan menjadi cepat kaya, aku 
menyambarnya. Hal ini membuatku sadar diakhirnya bahwa ambisiku ternyata
 melewati ambisi Donny. Uang yang aku terima saat itu berjumlah Rp 7 jt,
 aku berbunga-bunga, karena sudah lama aku tidak memegang uang sebanyak 
itu. Mas Aa suamiku sempat bertanya-tanya dari mana uang sebanyak itu 
berasal, aku menutupinya dengan berkata komisi dari perusahaan. Hal ini 
terjadi berulang-ulang dari bulan ke bulan, yang dibawah Rp 500 jt kami 
setor ke perusahaan dan yang diatasnya kami pergunakan untuk investasi 
diluar. Jadi pemirsa sebenarnya tidak benar jika saya dianggap jadi 
pencuri uang nasabah, karena uangnya masih utuh bahkan berbunga lebih 
banyak. Seseorang jika sudah kaya, maka dia sudah terlalu sibuk untuk 
mencari investasi yang bagus, jadi kamilah yang berinvestasi. Apalagi 
ditambah ketakutan banyak orang akan hancurnya Bank x2 domestik membuat 
orang-orang kaya ini memilih jadi picik dan menyimpannya di perusahaan 
Bank kami yang nota bene Bank asing dengan bunga kecil. 
Bulan demi bulan aku lalui, jutaan demi jutaan aku terima dari Donny 
atasanku yang baik hati itu, Kadang 7 juta, 15 bahkan pernah hingga 30 
jt. Padahal aku baru bekerja selama 9 bulan dibawahnya Donny ( Aaah, 
belum sampe dibawahnya betulan seh) . Yang namanya Marketing, akhirnya 
akupun juga kebawa ama Donny ke tempat-tempat hiburan seperti Pub 
ataupun diskotik. Kata Donny, kita harus mengerti maunya klien barulah 
kita dipercaya. Spontan hal ini menambah akrab hubunganku dengan Donny, 
kadangkala mengajakku dance, tingkahnya lucu sekali, kadangkala pegangan
 tangan, semuanya itu aku lakukan demi entertain dengan klienku. Pada 
level inipun aku masih bisa dikata wanita normal, meskipun spontan 
suamiku Mas Aa mengingatkan akan kerjaanku, mungkin karena pengalamannya
 sewaktu kerja di PMA dulu dia juga sering dientertain kali. Tapi aku 
cuek saja. Bahkan aku menikmatinya, minum sedikit bir, dapet uang 
banyak, punya atasan yang mau mengerti aku, ganteng orangnya. Hal ini 
membuat suamiku makin dingin terhadapku, bahkan dia sengaja pindah 
kekamar anakku dengan dalih menjaga anak. 
Nah pemirsa saat tiba bulan yang ke 12, aku dan Donny diutus ke Bali 
untuk mengikuti seminar Perbankan. Seminarnya hanya 2 hari 1 malam saja,
 tapi disinilah awal penyesalan atau pelampiasanku dimulai. Ya 
pelampiasan atas perlakuan suamiku yang dingin 5 bulan ini. Hari pertama
 waktu seminar kami sudah mulai bosan, karena isinya regulasi peraturan 
Bank yang sebenarnya hanya untuk Bank Lokal, jadi Donny mengajakku pergi
 makan malam diluar sambil pulangnya have fun di discotik. Saya spontan 
menyetujuinya. Donny orangnya santun, pendengar yang baik, entah karena 
pergaulannya dengan karoke, pub dengan segudang ceweknya, akupun lama 
kelamaan jadi curhat klo suamiku uda membeku 5 bulan ini. Dia agak 
kaget, sambil memegang tanganku dia merayu dengan gombal : Lin, aku 
sanggup menghangatimu Malam itu tiba-tiba aku jadi deg-degan ketika 
disentuh tanganku, apalagi sudah lama tidak dijamah suamiku. Aku 
buru-buru menarik tanganku sambil berkata Atasan playboy kamu. Klo 
aku playboy, kamu bawahan playgirl. Kami tertawa bersama. 
Malam itu aku dan Donny menikmati sisa malam dengan menuju ke sebuah Pub
 di sebuah hotel, tempatnya sejuk dan ada band yang dapat 
menghentak-hentak tapi juga bisa romantis sekali. Malam itu entah 
sengaja atau tidak, Donny mengajakku minum cukup banyak, tapi semua 
minumanku manis dan menarik. Ada yang 7 rainbow, lemon drop martini dan 
semuanya ini membuat tubuhku jadi terasa ringan dan bebas. Kami menari, 
bercakap-cakap dengan ceria. Sampai waktu menunjukkan pukul 01.00, aku 
berdansa dengan berpelukan Donny, tidak ada rasa malu, mungkin karena 
pengaruh minuman atau rasa ingin disayang oleh laki-laki, aku 
sungguh-sungguh terbuai. Donny tetap memelukku dengan mesra, aku memang 
agak terpengaruh dengan akohol yg diminum, tetapi aku masih bisa 
berjalan dengan baik dan mengingat kamarku. Sampai didepan kamarku, 
Donny pamit, Met tidur bawahan yang cantik, entah apa yang merasukiku,
 tiba-tiba timbul niatan untuk menggoda Donny, Ha ha, Atasanku 
benarinya sampe depan pintu saja sambil membelakanginya dan membuka 
pintu kamarku. Tiba-tiba Donny memelukku sambil menantang dan mendekati 
wajahku  Hayo saya uda berani nih. Demikian dekatnya hingga aku dapat 
merasakan hebusan nafasnya. Seluruh saraf ditubuhku seperti bergetar 
memohon Donny menciumku. Dan Donny tiba-tiba mencium tepat dibibirku 
dengan lembut sekali seolah-olah tidak mau menakutiku, kemudian dia 
berhenti. Aku membuka mata dan memandangnya dari dekat sejenak, sambil 
menunggu reaksi setelah ini. Donny mengerti apa yang wanita butuhkan, 
itulah kata-kata yang tepat pemirsa. Dia kembali menghujaniku dengan 
ciuman di bibirku sambil menjulurkan lidahnya menjilati mulutku. 
Mendapat perlakuan seperti ini, membuatku melayang, ada hasrat yang 
tiba-tiba sulit kubendung, semua sarafku ikut merespon mengikuti setiap 
ciuman, kuluman dan sedotan dari bibir Donny. Ditambah hangatnya pelukan
 Donny malam itu, aku membiarkan Donny menciumku lebih jauh lagi. 
Kemudian Donny mendorongku masuk melewati pintu kamarku dan menutup 
pintunya. Kali ini Donny menciumku lebih hangat lagi, leherku dan 
telingaku dijilatinya, hingga aku tenggelam dalam hasrat bersetubuh 
dengannya. Sambil menjilati leherku tangannya dengan halus mulai 
menerobos kemejaku dan membelai perutku. Nafasku mulai jadi 
terburu-buru, tubuhku menyambut setiap rangsangan yang Donny berikan. 
Kami masih dalam posisi berdiri, Donny tiba-tiba turun dan mulai mencium
 sambil menjilat pusar perutku dan area rusukku. Ada rasa nikmat dan 
geli yang membuatku berguma mesra : Aaaaah, aaahhhh, aaaahhhh, 
menikmatinya.  Tanganku juga semakin liar memeluk kepala pria ini, 
seolah-olah minta lebih lagi. Ciuman Donny mulai naik dan tangannya 
mulai membuka kancingku, satu per satu, hingga terpampanglah payudaraku 
yang bulat padat dan berisi meski terbalut BH warna merah menyala. Donny
 mulai mencium dadaku yang terbuka dari balutan BH, ini membuatku 
semakin berahi dan gemas karena dia menunda untuk mencium putting 
susuku. Saat Donny melepas BH ku, dia mulai membelainya dan memegang 
putting payudaraku dengan mesra dan berbisik mesra  Payudaramu indah ya
 Lin, melihat susuku yang masih ranum dengan warna kuning langsat serta
 ada coklat kemerahan pada putingnya. Tiba-tiba ia menjulurkan lidah dan
 menjilati putting susuku dengan ganasnya. Akupun mengerang :  Heemm, 
niiiikmaat Don. Tubuhku jadi lemas, semua otot-ototku menegang karena 
kenikmatan. Melihat hal ini Donny menggendongku dan membawaku sambil 
terus mencium payudaraku.  Donny dengan hati-hati meletakkan tubuhku dan
 membuka bajunya serta melucuti rokku. Aku tak kuasa mencegahnya, ada 
kegairahan yang terpendam dan ingin terpancarkan dengan kuatnya. Aku 
sudah telanjang dan menyisakan celana dalamku yang telah basah oleh 
cairan vaginaku akibat rangsangan Donny. Sedangkan Donny dengan panasnya
 mulai merangkak turun dengan jilatan  lidahnya dari semua centi 
permukaan payudaraku menuruni kearah vaginaku sudah banjir dengan cairan
 dan mulai menarik celana dalamku ke bawah. Sensasi geli dan nikmatnya 
ciuman Donny membuatku bergerak-gerak kayak cacing kepanasan, sampai 
Donny memegang pinggulku dan mulai menciumi area selangkangan pahaku. 
Aku sudah tak sabar lagi menunggu pria ini memasukkan tongkat 
keperkasaannya, memang penis Donny berukuran hanya 12 cm tapi ketika aku
 menggenggamnya terasa sangat tegap dan kuat. Tapi Donny justru sangat 
menikmati menciumi dan menjilati area selangkangan hingga pantatku. 
Hingga satu titik dia merebahkan dirinya dengan kepala menghadap ke Miss
 V ku. Terus terang aku belum pernah merasakan dioral ataupun diciumi di
 lubang vaginaku, aku dengan lemas menolak, Jangan itu kotor lho,  
Lin vaginamu harum dan indah kok, aku ingin merasakannya dan tiba-tiba 
dengan menahan kedua pahaku, Donny menggulum vaginaku tanpa 
sungkan-sungkan, pinggulku menegang dan terangkat sedikit, menerima 
rangsangan yang hebat ini. Belum pernah aku diperlakukan seperti ini, 
suamiku saja paling hanya mau menggesekkan dengan tangan, tapi Donny 
menggodaku dengan menciumi bibir-bibir vaginaku, dia juga memasukkan 
lidahnya menjilati setiap relungan didalam mulut vaginaku. Saat dia 
menemukan klistorisku, dia menjilatinya dengan gerakan memutar kadang 
menyedotnya dengan bibirnya. Ini membuatku merasakan kenikmatan yang 
belum pernah aku rasakan sebelumnya, seluruh otot-otot vaginaku serta 
pinggulku berkontrasi naik turun sesuai jilatan Donny.  Seringkali aku 
menjerit kecil Oouuuw Don setiap saat Donny menyedot klistorisku. 
Berkali-kali diperlakukan seperti itu, membuatku lupa diri, aku menarik 
lebih dalam lagi kepala Donny dan semakin liar. Ada rasa ngeli dan 
nikmat yang menyerang tubuhku, hingga aku merasakan ada getaran cairan 
yang ingin menyembur keluar,  Donny, aaaakkk uuu
.  Mau keluar Tetap 
saja Donny menjilati klistorisku bahkan semakin cepat,  Aaaaah, aku 
orgasme Don, kamu pintar Don. Donny melihatku dengan mesra,  Gimana 
Lin, enak khan Tapi kamu khan juga belum keluar apa-apa Don, tanyaku 
bingung.  Sebentar lagi giliranku ya, kata Donny sambil menindihku dan
 mulai menciumi payudaraku dengan panasnya. Mendapat perlakuan ini aku 
mulai berani meraba tubuhnya, kadang membalas ciuman kearah susunya 
Donny, cukup lama kami bergumul hampir 10 menit, hingga tiba-tiba Donny 
melebarkan pahaku, sambil mengarahkan penisnya kearah vaginaku. Sleppp, 
vaginaku menerima penis Donny dan tiba-tiba ada sensasi nikmat yang 
kembali menyerangku, seolah-olah ada yang menggelitik dari dalam 
vaginaku. Gerakan keluar masuk penis Donny, aku ikuti dengan kontrasi 
pinggulku, sampai-sampai sangking enaknya, penis Donny berbunyi ketika 
memasuki lubang kenikmatanku, slrep, slep. Sudah hampir 15 menit aku 
merasakan kenikmatan itu, saat Donny menindihku semakin kuat aku semakin
 menikmatinya sampai pada satu puncak aku merasakan seluruh tubuhku 
bergetar hebat, otot-otot vaginaku menegang,  aku mendesis sambil merasa
 ingin pipis dan aku kembali orgasme lagi, hingga ranjang kami basah. 
Donny rupa-rupanya juga sudah hampir mencapai puncak kenikmatannya 
terbukti akhirnya aku merasakan penis Donny berdenyut-denyut dan 
menyemburkan spermanya di dalam vaginaku, sambil kemudian rebah diatas 
badanku. Aku tidak takut hamil, karena sudah sejak lama memakai KB 
suntik. 
Donny inilah yang kemudian mengajariku meraih kenikmatan dan kekayaan. 
Dialah yang mengajari aku semua trik didunia perbankan, menarik klien, 
mendekati atasan dsb. Masih ada lagi kisahku mengenai persetubuhan 
pertama dengan klienku serta caraku mendapat hati dari atasan-atasan 
perusahaanku pemirsa. Semoga melalui cerita-ceritaku ini teman-teman 
dapat menilai aku bukan dari satu sisi saja. 
No comments:
Post a Comment