say murid SMU Negeri kelas 2. Umurku 17 tahun dan mempunyai seorang 
kekasih yang berumur 19 tahun. Pacar saya sudah bekerja di X properti 
dan mengambil kuliah sore di Y.
Suatu saat saya dan pacar saya (bernama Wanda) menonton film Titanic di 
Mall Taman Anggrek. Film pun dimulai, dan saya pada waktu itu sedang 
sedikit marah sama dia. Dia bertanya "Kenapa sih kamu dari tadi diam 
saja?" Saya pun diam saja dan pura-pura tidak mengacuhkan.
Mungkin lama-lama dia kesal, dan semakin mendekati saya dan langsung 
mencium bibir saya. Saya pun kaget dan berpikir tidak biasanya pacar 
saya agresif begini. Saya pun bingung dan akhirnya lunak, lalu berbicara
 seperti biasa dengannya. Seiring dengan adegan film yang romantis, 
ciuman kita pun semakin menjadi-jadi. Lama kelamaan saya semakin 
mendekati dia. Dia menaruh kedua kakinya di atas paha saya. Selama di 
bioskop tidak banyak yang dapat kita lakukan. Saya hanya berusaha 
memainkan tangan saya ke daerah kemaluannya yang dibawah. Berkali-kali 
saya gosokkan tangan saya agar dia terangsang, karena dia memakai jeans.
 Tiba-tiba dia langsung menjauhi saya dan duduk seperti biasa, jelas 
saya bingung. Saya bertanya, "Kenapa kamu?" Dia bilang, "Lihat dong 
keatas!" (kita duduk di barisan paling belakang), kontan saya kaget. 
Ternyata kita telah disaksikan beberapa penjaga bioskop yang kebetulan 
ada di atas kita. Saya dan pacar saya malu sekali. Terpaksa adegan yang 
sebentar lagi seru itu kita tunda.
Akhirnya film habis dan saya harus mengantarkan dia pulang. Beberapa 
kali saya sengaja memperlambat mobil dan menunda waktu perpisahan saya, 
dengan harapan adegan seperti tadi akan terulang. Ternyata dia bersikap 
biasa saja dan hanya mengobrol. Karena ingin membuat suasana yang lebih 
tegang, saya beranikan menaruh tangan saya di pahanya, dia diam saja. 
Tetapi mesin memaksa saya untuk memindahkan gigi. Dia hanya mengobrol 
biasa seakan-akan tidak ada nafsu apa-apa. Akhirnya kita sudah sampai di
 depan rumahnya. Seperti biasa saya masuk dulu ke rumahnya. Dia bilang 
ke saya, "Kamu masuk saja ke kamar saya dulu, saya mau buat minum dulu 
buat kamu." Saya pun masuk ke kamarnya dan langsung tidur di kasurnya. 
Saya mengantuk dan sudah kehilangan gairah. Saya pikir sudah tidak 
mungkin terulang lagi. Ternyata saya salah.
Dia akhirnya masuk dan membawa minum buat saya dan saya lihat dia juga 
membawa VCD. Dia bilang, "Kamu mau nonton nggak?" Saya iseng menjawab, 
"Akh film biasa nggak mau, maunya BF." Dia hanya tersenyum dan berkata, 
"Coba saja setel." Saya pun menyetel dan ternyata itu film yang berbau 
porno. Saya bilang "Kamu kok berani? Nanti kalau ada yang masuk gimana?"
 Katanya kakaknya tidak akan pulang sampai besok dan kedua orang tuanya 
lagi di Swiss.
Kita pun menyaksikan adegan itu. Mungkin karena dia sudah pernah 
menontonnya, jadi dia kurang memperhatikan filmnya, dan bersender di 
dada saya. Saya malu karena dada saya berdegup, dan saya mulai menciumi 
rambutnya. Dia membalas dengan mengecupkan bibirnya ke kaos saya. Saya 
tarik dia supaya saya dapat mencium bibirnya. Akhirnya kami berpelukan 
dan dia berada di atas saya. Saya membuka kaos saya, agar badan yang 
selama ini saya bentuk dapat dipamerkan. Dia mengelus-elus dada saya, 
perlahan saya masukan tangan saya ke bagian belakang badannya. Lalu saya
 buka branya yang bernomor 34B+ itu. Saya turunkan dia dan taruh di sisi
 badan saya. Sambil menciumi lehernya yang sudah mulai banyak tanda 
biru-biru itu saya buka cardigans-nya. Dan terlihat dadanya yang 
menyembul itu. Dia lalu mematikan lampu, hingga hanya cahaya TV yang 
ada. Dia bilang malu karena baru pertama kali.
Saya lalu menjilati putingnya, dan mencupang di bagian bawah 
payudaranya. Dia terlihat senang dan matanya merem-melek. Sekitar 7 
menit saya menghisap dan memainkan putingnya. Saya jilat dengan ujung 
lidah saya, ke kiri-kanan-atas-bawah dan saya gigit perlahan. Napasnya 
mulai mendesah dan merintih. Membuat kemaluan saya segera bangun, lalu 
saya bimbing tangannya agar memegang kemaluan saya. Dia pun memegang 
tapi tidak dimainkan. Dia bilang "Kok tidak sebesar yang di film?" Saya 
diam, memang panjangnya hanya 12 cm.
Lalu saya bilang, "Wan celananya saya lepas ya?" Dia hanya menunduk 
sambil merem. Saya buka dan terlihat cairan lembab menodai CD-nya 
sedikit. Bulu-bulunya lumayan lebat dan saya belah agar terlihat 
lembahnya. Saya ciumi, ternyata baunya sempat membuat jijik juga. Saya 
biasakan dan saya mainkan dengan jari saya. Saya usap clit-nya dan 
terasa badannya menegang. Lalu saya jilati, asin dan apek rasanya, 
karena dia masih perawan. Lama saya jilati sekitar 15 menit dan semakin 
lama lembahnya menjadi becek. Saya bilang, Wan gantian dong kemaluan 
saya kan kepingin dicium juga. Dia tidak mau, tapi saya taruh penis saya
 dekat bibirnya. Saya yakinkan dia kemaluan saya tidak kotor. Akhirnya 
dia merubah posisi dan saya telentang. Dia menghisap kemaluan saya yang 
semakin menegang. Setelah 5 menit dia bilang "Sudah akh... gantian 
dong." Saya bilang "Saya masukan saja yach..?" Dia bilang terserah asal 
jangan hamil. Perlahan saya masukan dan berusaha menerobos lembahnya. 
Dia mengerang kesakitan dan menahan perut saya. Lembahnya terasa sempit 
dan saya paksakan, dia sempat menjerit. Saya berhenti sebentar dan 
meneruskan lagi. Suatu saat dia menegang dan matanya berkaca-kaca. Saya 
rasakan ada yang lain. Ternyata dia berdarah dan 3/4 kemaluan saya sudah
 masuk ke liangnya. Dia bilang sakit, dan saya meneruskannya. 
Menaik-turunkan pantat saya. Lama-lama rintihannya sudah berubah nada 
menjadi rintihan yang menggairahkan. Saya semakin terangsang dan terus 
saja menaik-turunkan pantat saya. Kemaluan saya sudah sepenuhnya amblas 
dan naik lalu amblas lagi. Dia terus saja merintih dan merem-melek 
sambil menciumi bibir saya. "Ach... ach.. ach... huuhhs.. ach.. hh 
hhehh.. hh... heshh." Terus-terusan saja begitu sekitar 20 menit. 
Akhirnya saya merasakan sesuatu, seperti hampir mencapai klimaks, dan 
lembahnya pun sudah deras sekali keluar cairan yang membuat bunyi, 
"Clek.. blek.. blekk.. ble... plek.. plek... plek... cek.. chekk..." 
Saya tahan dan saya keluarkan kemaluan saya supaya tidak segera keluar 
spermanya. Lalu kembali saya mainkan clit-nya dan menjilati, beceknya 
sudah tidak karuan, tetapi itu semua menjadi lebih nikmat. Kembali saya 
masukan kemaluan saya dan terus lembahnya saya kocok dengan kemaluan 
saya. Dia sudah tidak tahan dan terus mendesah lirih, sambil sekali-kali
 menjerit. Saya berhenti, tetapi dia bilang, "Terusin saja, Wanda 
benar-benar sudah mau klimaks nih!"
"Ach... hhuhahh... ehmm... hmmhh achh... ouchh." Setelah sekitar 10 
menit saya juga sudah merasakan sperma saya hampir keluar. Dan segera 
saya cabut dari lembahnya. Lalu saya bilang, "Wan isapin dong." Dia lalu
 mengambil kaos saya dan melap kemaluan saya, katanya dia geli malihat 
kemaluan saya becek begitu. Setelah melap hingga kering, dimasukannya ke
 mulutnya. Saya tekan dalam-dalam dan merasakan bibirnya yang hangat dan
 merah itu. Dia menghisap sambil telentang dengan nafsu, terasa sekali 
bibirnya yang seksi itu menguncup dan menghisap, tak lama saya memegang 
dagunya, lalu saya tahan pipinya. Sehingga semua sperma saya keluar di 
dalam mulutnya, dia kaget dan dengan reflek memuntahkannya sehingga 
semua pipinya belepotan. Saya bilang, Wanda kamu kan tadi sudah puas, 
bikin saya puas dengan menelannya (karena saya paling puas jika kekasih 
saya sendiri yang menelan sperma saya). Dia pun menggangguk dan kembali 
menghisap kemaluan saya. Dia menjilati semua sisa-sisa sperma saya dan 
menelannya.
Saya tersenyum puas, dan saya tanya, "Gimana rasanya Wan?" Dia bilang, 
"Amis rada asin tapi nikmat juga kok, licin-licin rasanya." Lalu saya 
memasukan sperma saya yang ada di pipinya ke dalam mulutnya. Dia 
mendecak-decak dan menelannya. Saya lalu merasakan semua ketegangan 
hilang dan berubah menjadi lemas. Saya pun tidur disampingnya, tak lama 
dia ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Saya pun terlelap dan 
pulang besok harinya.
      
     
     
No comments:
Post a Comment