Malam itu aku pulang lebih malam dari biasanya. Rapat di kantor yang 
berkepanjangan dan bertele-tele membuat aku cape setengah mati. Masuk ke
 kamar tidurku, aku membuka jas kantorku disusul dengan melorotkan rokku
 dan menjatuhkannya ke lantai begitu saja.
Sambil berjalan ke arah lemari pakaian, aku membuka kancing-kancing 
blusku. Tepat di depan lemari pakaian aku melepaskan blusku dan 
menjatuhkannya ke lantai pula. Aku membuka lemari pakaianku. Sejenak aku
 memilih-milih pakaian dalam yang akan aku pakai. Akhirnya pilihanku 
jatuh pada celana dalam satin tipe thong warna kuning muda dan bra tanpa
 tali bahu yang berwarna sama.
Kulemparkan celana dalam dan bra ke atas tempat tidurku. Setelah itu, aku menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamarku.
Di dalam kamar mandi, aku membuka celana dalamku yang berwarna putih dan
 bra yang berwarna sama yang kukenakan sejak pagi. Kubiarkan saja 
tergeletak di lantai kamar mandi. Aku segera masuk ke dalam tempat 
shower dan mandi. Hanya dengan mandi yang bersih yang bisa mengusir 
segala kepenatanku seharian di kantor. Saat menyabuni badanku, aku 
menyabuni bagian payudara dan vaginaku agak lama. Aku menikmati sensasi 
saat kedua bagian tubuhku itu tersentuh, walaupun oleh tanganku sendiri.
 Tak lama kemudian acara mandiku berakhir. Aku kemudian keluar dari 
tempat shower dan menggapai handuk yang selalu tergantung di belakang 
pintu kamar mandiku. Dengan handuk itu, aku mengeringkan tubuhku.
Kembali ke kamar tidur, aku kemudian mengambil pakaian dalam yang di 
taruh di atas tempat tidur dan kupakai. Setelah itu, handuk yang kupakai
 kuhamparkan di sandaran kursi yang ada di kamarku. Aku membaringkan 
diriku ke atas tempat tidur. Bagian tubuhku yang tidak terutup oleh bra 
dan celana dalam yang kupakai, langsung menyentuh lembutnya sprei tempat
 tidurku. Aku memutuskan untuk beristirahat.
Saat baru saja hendak terlelap, aku mendengar suara bel pintu. Aku 
kemudian bangkit dari tempat tidurku dan menggapai jubah tidur satinku 
yang berwarna merah muda yang tergantung di balik pintu kamarku. Sambil 
berjalan ke arah pintu depan, aku memakai jubah tidurku dengan 
terburu-buru. Hal ini tentu saja menyebabkan pada bagian dada tidak 
tertutup dengan rapi. Langkah-langkah kakiku menyebabkan celana dalamku 
terlihat dari belahan jubah tidurku yang panjangnya hanya sepaha. Aku 
tidak perduli, aku hanya berpikir siapa yang datang.
Saat aku membuka pintu, aku melihat seorang anak laki-laki berumur 14 
tahun. Dia adalah anak dari tetangga di depan rumahku. Ditangannya dia 
membawa sebuah kotak. Pertama-tama sepertinya dia terkejut melihat 
penampilanku sebab dia bisa melihat sebagian bra yang tidak tertutup 
oleh jubah tidurku.
"Ryan, ada apa, sayang?" tanyaku.
Dengan agak gelalapan dia menjawabku,
"Anu Tante, ini ada titipan dari Mama.."
"Apa ini? ", tanyaku.
Sambil menyodorkan kotak yang dibawanya, dia berkata,
"Cuma kue saja."
Aku kemudian mengambil kotak itu dari tangannya dan mempersilahkan dia masuk.
"Mama kemana?", tanyaku.
"Keluar sama papa. Mungkin agak malam baru pulang, soalnya mau ngurusi pesta"
"Pesta apa?"
"Perayaan ulang tahun perkawinan yang ke 25"
"Oh begitu.."
Aku kemudian mempersilahkan dia duduk di kursi ruang keluargaku. Aku kemudian mengambil air dari dapur dan membawanya keluar.
"Ini silahkan di minum.."
"Terima kasih, Tante.."
Aku tersenyum kecil, sebab sewaktu aku menaruh air tadi ke meja, aku 
melihat kalau matanya melirik ke dalam jubah tidurku, tepat ke arah buah
 dadaku yang tertutup oleh braku. Diam-diam aku berencana untuk menggoda
 anak ini. Aku kemudian duduk di sebelahnya. Sejenak kemudian, anak itu 
aku ajak berbincang-bincang. Sebetulnya anak itu duduknya tidak tenang, 
tetapi aku pura-pura tidak memperhatikannya, sampai suatu ketika dia 
berkata,
"Anu Tante, bra Tante bagus ya.."
Aku tersenyum kecil. Dalam hatiku aku bersorak gembira. Anak ini memperhatikanku.
"Memangnya bra Mamamu tidak bagus? ", tanyaku.
"Ngak sebagus punya Tante"
"Lho, pernah ngintip Mamanya ya..," godaku.
Dengan muka yang agak kemerahan dia berkata,
"Bukan gitu kan tahu dari jemuran.."
"Kalau gitu cuma tahu branya aja? Celana dalamnya?"
"Celana dalam juga"
"Kalau gitu bagusan mana dengan punya Tante?"
Aku kemudian mengangkat sedikit jubah tidurku. Celana dalamku terlihat 
dengan jelas oleh anak itu. Dengan muka yang tambah merah, Ryan 
menjawab,
"Punya Tante jauh lebih bagus. Punya Mama potongannya biasa saja. Warnanya pun paling putih. Punya Tante bagus sekali .."
Aku tersenyum dan terus bertanya,
"Pernah lihat Mama hanya pakai bra sama celana dalam?"
Anak itu menggeleng,
"Belum .."
"Mau lihat kalau Tante yang pakai?"
Anak itu menganggukkan kepalanya. Aku segera berdiri. Sambil tersenyum 
aku melepaskan jubah tidurku. Kini di depannya aku hanya mengenakan bra 
dan celana dalam saja.
"Bagaimana? .."
"Tante kelihatan cantik. Kayaknya Mamanya Ryan kalah deh"
"Hush .. masa Mamanya Ryan kalah?"
"Benar, Tante.. Tante cantik sekali.."
Aku kembali duduk di sofa. Kali ini aku bertanya lebih berani,
"Kamu pernah lihat payudara yang tidak tertutup bra?"
"Ngak pernah"
"Mau lihat?"
Dengan muka memerah, dia mengangguk kecil. Sambil tersenyum aku 
melepaskan kait braku. Setelah lepas, braku kuhamparkan di samping sofa.
 Payudaraku terpampang untuknya. Mulut anak itu terngangga sedikit.
"Tante betul-betuk cantik", hanya itu komentarnya. Matanya terus saja 
menggerayangi kedua payudaraku. Aku tambah nakal, lalu bertanya,
"Mau Tante telanjang sekalian?"
Dia mengangguk pula. Aku melepaskan celana dalam yang kupakai. Setelah 
itu, kubuka kedua kakiku. Vaginaku beserta bulu-bulunya terlihat 
olehnya. Kini seluruh tubuhku bebas dinikmati oleh anak itu. Matanya tak
 henti-hentinya melalap semua bagian tubuhku. Sebentar-sebentar terlihat
 sepertinya dia tidak tahan untuk tidak menyentuh tubuhku, tetapi karena
 dari aku tidak ada tanggapan, maka dia hanya bisa menahan saja.
Setelah agak lama, aku kembali berusaha mencairkan suasana dengan 
obrolan yang lain. Mungkin karena tubuhku dalam keadaan telanjang, anak 
itu sepertinya kurang menanggapi. Akhirnya setelah beberapa saat, aku 
mengingatkannya agar segera pulang. Aku mengambil kembali celana dalam, 
bra dan jubah tidurku dan memakainya kembali di depan anak itu.
Saat hendak keluar pintu, anak itu berkata kepadaku,
"Tante, terima kasih ya. Tante betul-betul cantik"
Aku tersenyum saja. Dia meneruskannya,
"Maukah Tante merahasiakannya untuk kita berdua saja?"
Sambil tersenyum aku mengangguk. Anak itu tersenyum juga. Dengan langkah
 yang riang, dia kembali ke rumahnya. Aku segera mengunci pintu dan 
kembali ke kamarku. Aku kembali melepaskan jubah tidurku. Hanya dengan 
mengenakan bra dan celana dalam, aku membaringkan tubuhku ke tempat 
tidur.
Peristiwa tadi membuat aku sangat gembira sekaligus terangsang. Aku 
kemudian mengambil penis dari karet dari laci tempat tidurku. Aku 
membuka bra dan celana dalamku dan membaringkan tubuhku yang telanjang 
kembali ke ranjang. Penis karetku kumasukan ke liang vaginaku dan 
kugerakkan maju mundur. Pikiranku kupenuhi dengan adegan dimana aku 
menelanjangi diri di depan anak itu. Nafsuku yang semakin memuncak 
akhirnya membuatku orgasme. Setelah mengalami orgasme berkali-kali, aku 
serasa tidak punya tenaga untuk melakukan apa-apa lagi. Dengan tubuh 
telanjang yang terkulai lemas dan penis karet yang tertancap di liang 
vaginaku, aku tertidur dengan pulas sampai pagi.
Sejak hari itu, anak tetanggaku selalu ke rumahku bila kedua orang 
tuanya pergi. Tentu saja setiap kali datang, aku selalu memamerkan 
pakaian dalam yang aku pakai dan tubuh telanjangku. Pernah satu dua kali
 aku membiarkannya melihatku sedang mandi. Selain itu, anak itu mulai 
berani meminjam pakaian dalamku untuk dipakai dan dimainkan. Kalau 
bertamu ke rumahku, dia akan meminjamnya dan memakainya selama di 
rumahku. Saat pulang, barulah dia memakai kembali pakaiannya. Tentu saja
 biasanya pakaian dalam yang dipakainya ikut dipakai ke rumah juga. 
Biasanya dikembalikan saat bertamu berikutnya. Aku memikirkan kalau bisa
 aku ingin memotret anak itu dengan memakai pakaian dalamku. Pasti 
terlihat sexy dan lucu.
Selain untuk masturbasi di kamar, dia mengaku kalau sering memakainya ke
 sekolah apalagi saat ujian, pikirannya lebih encer. Aku sendiri agak 
heran juga, bagaimana kalau teman-temannya mengetahui dia pakai bra di 
balik seragamnya, tetapi sepertinya dia bisa menyiasatinya.
Aku sangat senang kalau ternyata anak itu betul-betul mengagumiku, 
apalagi dia mau memakai pakaian dalamku. Aku tidak merasa jijik dengan 
laki-laki demikian, sebaliknya aku malah merasa senang.
Anak itu paling menyukai kumpulan g-stringku, tetapi aku tidak 
mengijinkannya untuk dipakai, sebab harganya mahal. Bagaimanapun juga 
aku takut jika g-stringku menjadi rusak karena dipakai olehnya. Tentu 
saja gaun dan jubah tidur tidak boleh juga. Koleksi string bikiniku yang
 bermacam-macam model dan warna adalah yang paling sering dibawa pulang 
selain celana dalam dan braku yang biasa aku pakai ke kantor sebab 
string bikini berbahan awet sedangkan pakaian dalam yang kupakai ke 
kantor tidak terlalu mahal.
Dalam hati diam-diam aku berharap suatu saat aku memperoleh kesempatan 
untuk mencicipinya, tetapi aku tidak boleh terlalu berani. Aku hanya 
berharap suatu saat dia akan memintaku untuk melayani nafsunya. Biasanya
 perasaan itu akan memuncak bila aku melihatnya memakai string bikiniku.
 Aku berharap bisa menyusui anak itu, walaupun tanpa air susu, hehehe.. 
Aku juga ingin mencoba kemaluannya yang masih tanpa bulu itu baik di 
mulut maupun di vaginaku. Aku belum pernah mencoba dengan anak yang 
belum dewasa. Mungkin rasanya akan berbeda, ya?
No comments:
Post a Comment