Namaku Audrey, aku ingin menceritakan pengalaman pahit yang sampai 
sekarang masih menjadi trauma yang sangat hebat bagiku. Pada waktu 
kejadian ini menimpa diriku aku masih siswi SMU kelas 3 di salah satu 
SMU negeri di Jakarta barat. Kata teman-temanku, wajahku mirip aktris 
Hongkong Cecilia Cung.
Aku lahir di Sumatera dan baru ke Jakarta waktu SMU. Aku tinggal 
sendirian di Kost di daerah kota waktu itu. Keluargu masih tinggal di 
Sumatera. Ayahku mempunyai perkebunan yang cukup besar disana. Aku 
tinggal sendirian di Kost di daerah kota.
Di sekolah aku sangat aktif di kegiatan ektrakurikuler. Pada tahun 
pertama aku dipilih menjadi menjadi pemain inti team volley dan basket 
di sekolahku. Karena prestasiku yang sangat menonjol di dalam team, guru
 olahragaku sangat kagum kepadaku.
Aku mengganti Lina yang menjadi kepala team Volley dan Basket saat itu 
dan posisi ini diberikan kepadaku. Lina adalah teman sekelasku. Sejak 
dipegang olehku team volley dan basket sekolahku menjadi juara 2 team 
volley dan dan juara 3 team basket di seluruh SMU negeri di Jakarta.
Pada waktu dipegang oleh Lina, prestasi team volley dan basket sekolah 
sangatlah buruk. Setelah team volley dan basket dipegang olehku, Lina 
aku keluarkan dari team volley maupun basket karena kulihat dia suka 
menjadi provokator yang membuat kekompakan team terganggu. Setelah Lina 
aku keluarkan dia marah besar padaku dan protes kepada guru olahragaku, 
tapi karena guru olahragaku takut kehilanganku dari team maka protes itu
 tidak digubrisnya. Lina sangatlah iri dan benci kepadaku. Mulai dari 
kejadian itu Lina berusaha untuk membalas dendam atas perbuatanku.
Masih kuingat awal kejadiannya dengan jelas. Pada saat itu pelajaran 
terakhir kelasku adalah pelajaran olahraga. Aku memakai kaos olahraga 
dan celana olahraga sekolahku yang bewarna abu-abu. Pada waktu aku 
sedang melakukan latihan volley kulihat Lina memperhatikanku terus, aku 
berusaha tidak melihatnya. Setelah selesai pelajaran olahraga dan pada 
waktu itu aku hendak balik menuju ke kelasku, Lina mengikutiku dari 
belakang dan memangilku, aku cukup kaget dia memangilku. Dia 
menghampiriku dan meminta maaf atas protes yang dia ajukan kepada guru 
olahragaku. Dia bilang dia turut bangga dengan prestasi team volley dan 
basket sekarang ini. Lina lalu menjabat tanganku meminta maaf sekali 
lagi kepadaku, sebagai tanda penyesalasannya dia mau mentraktirku di 
sebuah café.
Pertama aku menolaknya karena aku tidak mau merepotkannya, tapi dia 
terus memohon kepadaku. Aku melihat dari raut mukanya dia kelihatannya 
menyesal lalu aku menerima tawarannya karena merasa tidak enak 
dengannya. Yang tidak kusadari saat itu, semua itu hanya sandiwara dan 
jebakannya belaka untuk melaksanakan rencana balas dendamnya terhadapku.
Lina mengajakku di tempat parkir sekolah dimana dia memarkir mobilnya. 
Kami berdua masuk ke dalam mobil Honda CRV Hitam miliknya. Dalam waktu 
20 menit sampailah kami di sebuah ruko baru. Kami berdua turun dari 
mobil dan masuk ke dalam ruko.
Kami langsung disambut oleh seorang Ibu. Ibu ini mempersilahkan kami 
masuk ke lantai 2 dimana terdapat meja dan kursi yang telah disusun 
dengan rapi. Ibu itu bilang karena cafenya baru akan buka besok maka 
hari ini masih sepi dengan pengunjung. Ibu itu menyodorkan menu makanan 
kepada kami. Kami memesan makanan dan lemon tea.
Setelah 5 menit turun ke lantai dasar ibu naik dengan membawa 2 gelas 
lemon tea. Lina langsung meneguk habis gelas yang berisi lemon tea 
tersebut lalu akupun menyusul manghabiskan lemon tea karena sudah 
kehausan sekali setelah tadi habis berolahraga di sekolah.
Sambil menunggu makanan, kami mengobrol mengenai team volley dan basket 
sekolah kami, 20 menit kemudian naiklah ibu itu dengan membawa beberapa 
piring makanan yang telah kami pesan. Kami berdua mulai menyantap 
makanan tersebut. Setelah selesai makan aku merasa sedikit aneh 
denganku, kepalaku terasa agak pusing dan mulai merasakan ngantuk yang 
luar biasa, penghilatanku agak kabur dan badanku terasa lemas. Setelah 
itu aku tidak tahu sadar lagi apa yang terjadi berikutnya denganku.
Waktu aku sadar aku berada di suatu ruangan yang sangat panas sekali 
sepertinya di ruangan sauna, aku masih memakai kaos olahraga abu-abu 
sekolahku dan rok abu-abu SMU yang sangat basah oleh keringatku. Posisi 
dalam posisi duduk kaki dan tangan terikat tali dan mulutku disumpal.
Aku baru sadar dengan apa yang terjadi denganku saat itu dan baru 
menyadari semua ini hanya jebakan dari Lina. Aku sungguh sangat menyesal
 telah menerima ajakannya. Aku berharap dapat keluar dari tempat ini 
tanpa terjadi sesuatu yang buruk terhadapku. Aku mulai mencari jalan 
keluar dan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan di tangan dan 
kakiku tapi usahaku sia sia saja. Aku hanya dapat berdoa agar Lina 
merubah jalan pikirannya dan melepaskanku bahkan aku bersedia minta maaf
 kepadanya karena telah mengeluarkannya dari team volley dan basket.
Lima menit kemudian masuklah ibu tadi dengan membawa sebuah handuk yang 
basah, tanpa sepatah katapun ibu itu lalu mendekatiku dan membekap 
hidungku dengan handuk yang telah dibasahi dengan cairan di dalam botol 
tersebut. Aku meronta ronta berusaha menghindar dari bekapan handuk yang
 dipegang oleh ibu itu tapi karena dalam keadaan terikat aku tidak bisa 
berbuat banyak. Tak lama kemudian aku sudah tak sadarkan diri lagi.
Setelah sadar diriku dalam keadaan terikat dan duduk di sebuah kursi dan
 dihadapanku ada sebuah TV besar. Aku merasakan seluruh badanku terasa 
sakit dan anusku terasa sangat perih. Kuperhatikan pula seluruh yang 
kupakai telah diganti mulai dari BH olahraga, CD, baju olahraga, rok 
abu-abu SMU.
Tiba-Tiba di TV besar itu muncul tayangan terlihatlah aku dalam keadaan 
terikat dan tak sadarkan diri di ruangan sauna. Rupanya tayangan adalah 
yang terjadi padaku selama aku tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian Ibu tadi dan Lina membuka ikatan di tangan dan kakiku 
dan membawaku yang tak sadarkan diri ke sebuah kamar tidur yang besar.
Aku dibaringkan di atas tempat tidur lalu ibu itu membuka Kaos dan rok 
yang dipakainya lalu ia menghampiriku. Ia mengambil digital camera dan 
mulai memotretku lalu ia melepaskan baju olahraga beserta rok SMU-ku 
yang basah oleh keringatku.
Baju olahragaku diciumnya terutama di bagian yang sangat basah oleh 
keringatku sambil melakukan onani, demikian pula rok smuku diciumnya dan
 kemudian diberikan kepada Lina yang turut menikmati aroma keringat yang
 ada di baju olahragaku dan rok SMU-ku.
Aku yang masih memakai BH olahraga dan CD berwarna biru dipotretnya lalu
 ia melepaskan BH dan CDku. CDku yang basah oleh keringat diciumnya 
terutama di bagian yang ada bekas cairan yang berasal dari vaginaku dan 
ini sangat merangsang sekali buatnya lalu CD dan BHku diberikan kepada 
Lina untuk dinikmati juga. Aku baru pertama kali menyaksikan perilaku 
seksual yang sangat aneh seperti itu. Mereka sangat bernafsu sekali 
mencium aroma keringatku.
Ibu itu memotretku lagi dalam keadaan bugil, buah dadaku serta bulu-bulu
 halus disekitar vagina dipotretnya bibir vagina dibukanya dan juga 
dipotretnya close up, kemudian badanku dibaliknya sehingga posisiku 
sekarang terlungkup dan kedua kakiku dilebarkan selebar mungkin sehingga
 kelihatan dengan jelas lubang anusku dan kemudian dipotretnya dengan 
close up.
Ibu itu membalikkan badanku dan mulai menciumku dengan nafsu dan 
menjilati telingaku dan leherku lalu kedua puting payudaraku dihisapnya 
dengan penuh nafsu, payudaraku diremas remasnya dan putingku digigitnya 
dan dipelintirnya, lalu ia mencium dan menjilat pahaku. Kedua kakiku 
direntangkan dengan lebar sehingga lubang kemaluanku beserta bulu-bulu 
halus disekitarnya kelihatan dengan jelas lalu ia mulai menjilat bibir 
vaginaku dengan penuh nafsu sambil memasukkan kedua jarinya ke dalam 
lubang vaginaku selama beberapa saat.
Ibu itu kemudian membuka BH dan celana dalamnya sendiri dan mulai 
mendekatkan vaginanya ke vaginaku sedekat mungkin dan mulai 
mengesekannya sambil menarik kedua kakiku supaya gesekannya dan 
kenikmatan yang diperoleh semakin nikmat. Ia terus mengesekan vagina ke 
vaginaku sampai ia mengeluarkan lendir putih dari lubang vagina dan 
mencapai orgasme.
Badanku lalu dibalikan lagi dan pantatku dilebarkan sehingga lubang 
anusku kelihatan dengan jelas lalu ia menusukan kedua jarinya ke dalam 
anusku dikocoknya dengan kedua jarinya. Ibu itu lalu mengambil penis 
buatan dan dilumasinya dengan cairan. Lubang anusku yang akan menjadi 
sasaran penis buatan tersebut. Dengan agak susah payah ia berusaha untuk
 memasukan penis buatan itu ke dalam anusku. Akhirnya dengan paksa ia 
berhasil juga memasukan penis buatan itu dan terus memasukan sampai 
dalam sekali dan ditekannya terus penis itu selama beberapa saat.
Aku yang masih tak sadarkan diri tidak merasakan penyiksaan yang 
dilakukan terhadap anusku. Anusku diperlakukan dengan kasar tanpa ampun 
dengan penis buatan itu sampai ibu itu merasa puas dan lemas. Kemudian 
tayangan di TV berhenti. Aku merasa malu sekali terhadap apa yang telah 
terjadi kepada diriku, dan sangat tertekan dan ketakutan sekali dengan 
apa yang baru saja aku saksikan di layar TV tadi.
Tiba-tiba masukkah Lina ke dalam ruangan dimana aku berada sambil 
mengejek dan merendahkanku. Ia berkata akan sambil tersenyum senang 
karena telah berhasil membalaskan dendam terhadapku dan ini belum cukup 
katanya sambil menyodorkan sebuah vCD dan beberapa buah album foto.
Lina berkata vCD ini berisi tayangan yang baru aku saksikan dan foto 
foto di album ini berisikan perkosaan yang baru saja menimpa diriku dan 
dia akan memperbanyak vCD dan foto-foto tersebut dan vCD dan foto-foto 
ini akan diposkan ke sekolah dan diedarkan ke internet dan ia akan 
mencari alamat rumah orang tuaku di Sumatera dari arsip di sekolah dan 
mengirimkan vCD dan foto tersebut ke alamat orang tuaku kalau Aku tidak 
bersedia menandatangai 2 lembar kertas yang baru disodornya kepadaku.
Aku sangat ketakutan mendengar ancaman yang baru saja dilontarkan Lina 
kepadaku serasa mau pingsan. Aku tidak tahan menerima penderitaan ini. 
Aku merasa sangat tertekan dan ketakukan sekali kalau vCD dan foto-foto 
ini sampai dilihat oleh seluruh siswa di sekolahku, lebih-lebih lagi 
betapa malunya kalau sampai ketahuan oleh kedua orang tuaku.
Lina memaksaku membaca isi 2 lembar kertas itu sambil tersenyum gembira.
 Aku mulai membaca isi surat pernyataan persetujuan yang inti isinya, 
Aku harus bersedia setiap saat menuruti segala perintah dan kemauannya 
serta tidak boleh membantah sedikitpun perintahnya kepadaku. Aku harus 
menerima segala resiko yang buruk atas perintah yang ia berikan kepadaku
 dan berjanji tidak akan menuntut juga tidak akan melaporkannya ke 
Polisi. Kalau melanggar isi dari persetujuan ini vCD dan foto-foto ini 
akan disebarkan olehnya.
Lina terus mengancamku untuk segera menanda tangani isi perjanjian ini 
akhirnya karena tidak ada pilihan aku menandatangi kedua lembar surat 
perjanjian persetujuan antara kami berdua.
Lina melonjak girang karena aku sudah ditaluknya dan nasibku selanjutnya
 berada ditangannya dan dia bebas menjalankan segala kemauannya 
kepadaku. Lina mengajakku keluar dan memberiku HP berikut nomornya. HP 
itu harus terus kunyalakan karena setiap saat ia akan memberikan 
perintahnya kepadaku lewat HP tersebut. Jika Hp itu aku matikan 
akibatnya vCD dan foto tersebut akan ia sebarluaskan.
Lina mengantarku kembali ke tempat kostku dan ia mengancam harus 
merahasiakan kejadian ini kalau aku melanggar akan menerima resikonya. 
Lina berkata kepadaku besok dia akan memberikan perintah pertamanya 
kepadaku. Ia bilang akan membawaku ke suatu club fetish dan bondage 
besok.
TAMAT
No comments:
Post a Comment