Namaku Eko ( kali ini nama asli). Aku tinggal di kota Mataram Lombok. 
Ceritaku ini terjadi pada tahun 2007 silam. Pada waktu itu aku kuliah di
 sebuah di salah satu Perguruan Tingi Swasta di Lombok. Aku ambil cuti 
kuliah untuk bekerja di sebuah radio swasta yang sudah terkenal di kota 
itu. Waktu itu aku bekerja sebagai kru produksi. Pekerjaannya sangat 
sederhana yaitu merekam lagu, membuat iklan radio, dan mempersiapkan 
segala hal yang sifatnya off-air. Pemilik radio itu namanya Bapak 
Wirata! Dia mempunyai istri yang sangat cantik. Aku biasa menyebutnya 
dengan Ibu Diah, .Ibu Diah tingginya kira-kira 175cm, bahkan lebih 
tinggi dari suaminya. Ibu Diah bekerja di sebuah perusahaan swasta di 
Lombok. Sejak pertama kali bekerja di radio itu, aku udah jatuh cinta 
ama Ibu Diah untuk pertama kalinya. Ibu Diah ini sangat cantik, mungkin 
sensual. Tinggi kira-kira 170cm, Payudaranya tidak besar, sama sekali 
tidak besar. Tapi justru payudaranya yang kecil itu yang membuatku 
sangat penasaran. Aku selalu terobsesi dengan payudara yang 
kecil!hihihii..
Suatu ketika ibu diah menyuruh aku ke rumahnya untuk memperbaiki 
komputernya yang rusak.Sesampai di dalam rumah aku tidak menemukan siapa
 pun. Dimana Mbak Diah, pikirku. Kulangkahkan kakiku ke ruang tengah. 
Kosong juga. Wah, di mana nih. Perlahan aku berjalan ke dapur sambil 
berharap ketemu dengan sang idola. Kalo udah pada tidur ya aku pulang 
aja. Sampai aku dikejuntukan oleh sepasang tangan yang melingkar 
dipinggangku dari belakang.
"malam ini temenin Mbak ya", terdengar bisikan di telingaku.
Tanpa basa-basi aku segera memutar tubuhku dan di depanku telah berdiri 
Mbak Diah dengan paras yang sangat cantik. Wajah Mbak Diah persis di 
depanku. Hidungku nyaris bersentuhan dengan hidung Mbak Diah. Terasa 
hangat di wajahku ketika Mbak Diah menghembuskan nafas. Aku benar-benar 
dibuat terpesona. Mbak Diah sudah berganti pakaian dengan kimono warna 
pink. Matanya sayu menatapku. Entah keberanian dari mana yang mendorong 
wajahku sehingga bibirku mengecup lembut bibir Mbak Diah. Tidak ada 
perlawanan dari Mbak Diah. Bibirku terus bermain di bibir Mbak Diah 
beberapa lama. Kurasakan tangan Mbak Diah membuka lembut kemejaku. Aku 
mencoba melingkarkan tanganku di punggung Mbak Diah. Kuusap perlahan 
punggungnya sambil terus memainkan bibirku. Lidahku mulai menerobos 
masuk ke dalam mulut Mbak Diah. Bibir Mbak Diah lembut sekali, wangi dan
 itu membuatku semakin bernapsu.
Lidahku semakin liar bermain. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya,
 keningnya, pipinya, dagunya. Dan semuanya terasa lembut. Napas Mbak 
Diah semakin memburu. Tanganku bergerak ke bawah mencari2 tali kimono. 
Setelah ketemu, kubuka talinya pelan. Ketika berhasil kulepaskan, kimono
 tersebut merosot jatuh ke lantai, Kumundurkan tubuhku dan nampaklah 
pemandangan yang sangat indah yang sering kubayangkan selama ini. Mbak 
sudah tidak memakai bra dan cd. Payudara yang selama ini hanya ada dalam
 imajinasiku kini terpampang jelas di hadapanku. Tampak puting yang 
kecil berwarna coklat dan merah muda pada ujungnya. Bener-bener sesuai 
ama selera dan harapaku. Payudaranya kecil, mungkin ukuran 34a. Tapi aku
 suka banget ama yang segitu.
"Eko Kenapa berhenti?", ucapnya lirih seraya matanya yang sayu 
memandangku. Tanpa pikir panjang kuhampiri Mbak Diah dan berlutut di 
depannya. Aku membungkuk dan mencium lembut jari kaki sebelah kirinya 
sementara tangan kananku membelai lembut betis kanan Mbak Diah. Yang 
kudengar saat itu hanya lenguhan nikmat dari Mbak Diah. Kudongakkan 
kepalaku menatap Mbak Diah. Mbak Diah hanya menatapku sayu dengan nafas 
yang memburu. Kuarahkan perhatianku lagi ke bawah. Kuciumi lagi kaki 
kiri dan kanan berganti sementara tanganku mengusap lembut betisnya. 
Mbak Diah terus mendesis sampai suatu saat Mbak Diah hampir terduduk 
karena menahan kenikmatan dari ciuman dan belaian di betisnya. Aku 
bangkit dan kusandarkan tubuh Mbak Diah di tembok dapur dengan posisi 
tubuh berdiri. Aku berlutut lagi dan kini yang menjadi sasaranku adalah 
pahanya. Kuciumi pelan paha kanan Mbak Diah. Tangan kanan Mbak Diah 
mencengkeram tembok. Kuciumi terus mulai dr atas lutut sampai mendekati 
pangkal pahanya. Tercium aroma yang membuatku semakin mabuk asmara 
ketika menciumi sekitar pangkal paha. Mbak Diah berusaha mengatupkan 
pahanya tapi aku menahannya dengan kedua tangan supaya tetap terbuka. 
Ciumanku pindah ke paha yang kiri sementara tangan kananku bergerak ke 
atas ke wilayah perut dan mengusap pelan dengan ujung jariku. Mbak Diah 
semakin mendesis tidak karuan.
"Oh... Eko... Shh... sh..."
Ciumanku terus naik mendekati pangkal pahanya. Dengan gerakan sedikit menyentak kurenggangkan lagi paha Mbak Diah.
Oughhh... Mbak Diah melenguh panjang menerima perlakuanku yang tiba2. 
Kupandangi sejenak gundukan di depanku. Jembutnya lebat sekali dan 
baunya wangi. Sambil tetap memegangi kedua lutut Mbak Diah, kujulurkan 
hidungku menyapu jembutnya. Tubuh Mbak Diah bergetar menerima sapuan 
hidungku. Tampak samar belahan daging dan kucoba menjilat pelan membelah
 hutan jembut yang lebat itu.
"Ouhh... Eko...", tangannya meraih rambuntuku dan menjambak pelan. 
Lidahku terus menjilat mencari-cari daging nikmat. Kurasakan ada cairan 
menempel dilidahku. Gurih terasa di muluntuku. Muluntuku pun mulai 
menghisap gundukan indah Mbak Diah.
"oh... Sshh... Sshh... Eko... enak banget kooooo...", desah Mbak Diah. 
Desahan itu membuatku semakin ganas. Kontolku sudah tegang dari tadi 
tapi aku ingin bermain dengan Mbak Diah. Hisapanku di memek Mbak Diah 
semakin liar. Sementara Mbak Diah meliuk-liuk menerima serangan di 
memeknya.
"Eko.. Kamu kok pinter banget sih...", kata Mbak Diah manja. Aku hanya tersenyum aja mendengarnya.
Perlahan ciumanku naik ke perut Mbak Diah. Tidak lama di situ aku 
berniat untuk langsung menyerbu payudara Mbak Diah. Aku segera bangkit. 
Kupandangi sejenak payudara Mbak Diah yang sedari tadi belum kusentuh 
sama sekali. Lalu kupandangi wajah Mbak Diah, titik2 keringat 
bermunculan di keningnya. Kumajukan wajahku ke arah payudara Mbak Diah, 
tanpa mengalihkan pandangan dari matanya. Sampai di payudara yang 
sebelah kiri kukecup pelan putingnya. Mbak Diah mendongakkan wajahnya 
menerima sensasi kecil di putingnya. Kukulum puting payudara kiri Mbak 
Diah. Terasa hangat di dalam muluntuku. Mbak mulai mendesis lagi.
"terusin kooooooo... terusin",
Aku semakin gencar mengulum puting payudara Mbak Diah. Sesekali kusedot dengan keras.
"Ahh.!" Mbak Diah berteriak kecil.
Aku melirik ke payudara yang sebelah kanan. Segera kuarahkan bibirku ke 
puting kanan. Perlakuanku beda kali ini. Aku menyerbu payudara kanan 
Mbak Diah dengan sangat liar sementara tangan kananku memegang dengan 
kuat payudara yang kiri. Menerima perlakuanku yang berubah drastis, Mbak
 Diah berteriak keras dengan menggoyangkan kepalanya kiri kanan. 
Keliaranku itu bertahan selama 10 menitan sementara kontolku sengaja 
kugesek-gesekkan ke memek Mbak Diah.
Mbak Diah terus menerus meracau. Tidak jelas apa yang diucapkan. Aku 
sudah tidak tahan lagi. Segera kubalik tubuh Mbak Diah kupaksa untuk 
menungging. Mbak Diah menahan tubuhnya dengan tangan di tembok. 
Kuarahkan kontolku ke memek Mbak Diah. Pelan aku coba menerobos liang 
memek Mbak Diah. Agak susah juga mencari posisi lubang vagini Mbak Diah.
 Setelah beberapa saat akhirnya kontolku sudah berada dalam jepitan 
memek Mbak Diah.
"Mbak..." aku menahan sebentar kontolku. Mbak Diah melenguh panjang.
"ouhh...hss...koooooooooo..."
aku segera menarik kontolku pelan sampai tersisa kepalanya dalam 
memeknya. Lalu kutusuk lagi dengan gerakan cepat. Mbak Diah lagi-lagi 
melenguh panjang. Kulakukan berulang kali sampai 15 menit. Tanpa 
berganti posisi aku percepat gerakanku. Tanganku kubiarkan bebas 
menggantung. Kontolku terus kupacu di dalam memek Mbak Diah. Sampai 
suatu ketika tubuh Mbak Diah mengejang hebat dan Mbak Diah melolong 
hebat merasakan orgasme pertamanya. Tubuh Mbak Diah bergetar beberapa 
saat. Aku harus menahan tubuhnya karena seperti mau terjatuh ke lantai. 
Sebenarnya aku juga sudah hampir sampai tapi sekuat tenaga aku bertahan.
 Aku tidak mau permainan ini cepat selesai.
Kudiamkan sebentar kontolku di dalam memek Mbak Diah dan membiarkan Mbak Diah mengatur napasnya, menikmati orgasmenya.
Beberapa saat kemudian, aku melanjuntukan lagi serbuanku ke memek Mbak Diah.
"Oh...uh...oh...uh", suara Mbak Diah keenakan.
"Ko, enak banget", tambahnya lagi. Tangan kirinya meraih tangan kiriku 
dan meletakkannya di payudaranya. Sensasi di dua wilayah sensitifnya 
membuatnya buk diah ga semakin ga karuan. Sodokanku di memeknya 
kupercepat sementara tanganku semakin kuat di payudaranya. Akhirnya, aku
 mengeluarkan senjataku yang terakhir. Tangan kananku yang bebas 
kuarahkan ke lubang anusnya. Kuludahi anusnya dan kuusap keras bagian 
anus Mbak Diah. Sekarang 3 bagian sensitifnya habis aku garap. Mbak Diah
 semakin menikmati permainanku. Kepalanya terayun-ayun menambah 
keseksiannya. Badannya terus terguncang-guncang menerima sodokan 
kontolku. Aku pun mulai kacau merasakan sensasi di kontolku.
"Mbak, enak banget Mbak", kataku?
"heh...uh... terusin ko. Ahh..."
Jariku mencoba menerobos ke liang anus Mbak Diah. Aku tidak berani 
terlalu dalam. Takut menyakiti Mbak Diah. Kontolku terus menghunjam di 
memek Mbak Diah. Sampai akhirnya aku merasakan gelombang sangat kuat 
yang siap menerobos keluar dari kontolku.
"Mbak... Aku dah mo keluar Mbak... Mphhh..."
Iiiiyyaaaa ko... mbak juga... aaayooo koooo..."
Kupercepat gerakanku. Kontolku terus menerobos memek sampai akau tidak kuat lagi menahan gejolakku...
Croot...croot...croot... Ah... Ah... Ah...
Gerakan kontolku kuhentikan di dalam memek Mbak Diah. Dan tubuh Mbak 
Diah pun bergetar sangat hebat. Tangan kirinya mencengkeram tangan 
kiriku yang bermain di payudaranya dengan sangat kuat.
"AHHH...ekooooo", teriaknya memenuhi ruangan dapur.
Kujatuhkan kepalaku ke punggung Mbak Diah. Kutarik kontolku pelan-pelan,
 dan kuhunjamkan lagi ke dalam memek Mbak Diah tapi dengan gerakan yang 
sangat pelan. kedua tanganku memegang lembut payudara Mbak Diah. Nikmat 
banget. Sumpah nikmat banget. Kuciumi pelan punggung Mbak Diah sementara
 Mbak Diah ga tahan menerima orgasmenya.
Setelah beberapa saat, aku tetap membiarkan kontolku bertahan di dalam 
memek Mbak Diah. Lalu, pelan-pelan kutarik kontolku. Mbak Diah melenguh 
merasakan gesekan pelan di memeknya.
"Mbak... Nikmat banget. Mbak cantik sekali", bisikku pelan.
"Eko... Kamu hebat. Hhh...mbak nggak ngira kamu mau ama mbak", katanya 
sambil membalikkan tubuhnya dan kini duduk terkulai lemas di lantai.
Aku tersenyum aja mendengarnya.
"Kapan-kapan, kalo mbak pengen, Eko mau ya nemenin Mbak lagi?"
"Mmmmm... Siap Mbak! Apapun buat Mbak!", jawabku sambil tersenyum manis.
this is the fisrt my sex story with Tante Diah, istri bosku. Setelah 
hari itu, selama empat hari aku nemenin Mbak Diah tiap malam. Ga jadi 
nyesel deh, Pak Wir banyak ijinnya. Ijin terus aja Pak wirrrrr... Setiap
 bosku keluar kota aku selalu menemani Mbak Diah dan memberinya 
kepuasan. Demikian juga Mbak Diah memberiku pengalaman, dan sensasi sex 
luar biasa kepadaku! @ pak wirata sorry ya bos saya sudah mengentot 
istri sexy anda!hihihihii
 
No comments:
Post a Comment