Selama satu minggu Ibu Mertuaku berada di Jakarta, hampir setiap hari 
setiap ada kesempatan aku dan Ibu Mertuaku selalu mengulangi 
persetubuhan kami. Apalagi setelah Indri istriku ditugaskan ke Medan 
selama tiga hari untuk mengerjakan proyek yang sedang di kerjakan kantor
 istriku.
Aku dan Ibu mertuaku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang kami peroleh, 
kami berdua semakin lupa diri. Aku dan Ibu mertuaku tidur seranjang, 
layaknya suami istri, ketika hasrat birahi kami datang aku dan Ibu 
Mertuaku langsung menuntaskan hasrat kami berdua. Kusirami terus menerus
 rahim Ibu Mertuaku dengan spermaku, akibatnya fatal.
Setelah istriku kembali dari Medan Bapak mertuaku minta agar Ibu 
mertuaku segera pulang ke Gl, dengan berat hati akhirnya Ibu mertuakupun
 kembali ke desa Gl. Setelah Ibu mertuaku kembali kedesa GL hari hariku 
jadi sepi Aku begitu ketagihan dengan permainan sex Ibu Mertuaku aku 
rindu jeritan jeritan joroknya, saat orgasme sedang melandanya.
Pertengahan juni lalu Ibu mertuaku menelponku ke kantor, aku begitu 
gembira sekali Kami berdua sudah sama sama saling merindukan, untuk 
mengulangi persetubuhan kami, tapi yang paling membuatku kaget adalah 
saat Ibu mertuaku memberikan kabar, kalau beliau terlambat datang bulan 
dan setelah diperiksa ke dokter, Ibu mertuaku positip hamil. Aku kaget 
sekali, aku pikir, Ibu Mertuaku sudah tidak bisa hamil lagi.
Aku minta kepada Ibu mertuaku, agar benih yang ada dalam kandungannya 
dijadikan saja, namun Ibu mertuaku menolaknya, Ibu mertuaku bilang itu 
sama saja dengan bunuh diri, karena suaminya sudah lama tidak pernah 
lagi menggaulinya, tetapi masih bisa hamil. Baru aku tersadar, yah kalau
 Bapak mertuaku tahu istrinya hamil, pasti Bapak mertuaku marah besar 
apalagi jika Bapak mertuaku tahu kalau yang menghamili istrinya adalah 
menantunya sendiri.
Juga atas saran Dokter, menurut dokter di usianya yang sekarang ini, 
sangat riskan sekali bagi Ibu mertuaku untuk hamil atau memiliki anak 
lagi, jadi Ibu mertuaku memutuskan untuk mengambil tindakan.
"Bu, apa perlu aku datang ke desa Gl?"
Ibu mertuaku melarang, "Tidak usah sayang nanti malah bikin Bapak curiga, lagipula ini hanya operasi kecil".
Setelah aku yakin bahwa Ibu mertuaku tidak perlu ditemani, otak jorokku langsung terbayang tubuh telanjang Ibu mertuaku.
"Bu aku kangen sekali sama Ibu, aku kepengen banget nih Bu"
"Iya Mas, Ibu juga kangen sama Mas Pento. Tunggu ya sayang, setelah 
masalah ini selesai, akhir bulan Ibu datang. Mas Pento boleh entotin Ibu
 sepuasnya".
Sebelum kuakhiri percakapan, aku bilang sama Ibu mertuaku agar jangan 
sampai hamil lagi, Ibu mertuaku hanya tersenyum dan berkata kalau dia 
kecolongan. Gila.., hubungan gelap antara aku dengan Ibu mertuaku 
menghasilkan benih yang mendekam di rahim Ibu mertuaku, aku sangat 
bingung sekali.
Saat aku sedang asyik asyiknya melamun memikirkan apa yang terjadi 
antara aku dan Ibu mertuaku, aku dikagetkan oleh suara dering telepon 
dimejaku.
"Hallo, selamat pagi".
"Pento kamu tolong ke ruang Ibu sebentar".
Ternyata Bos besar yang memanggil, akupun beranjak dari tempat dudukku 
dan bergegas menuju rangan Ibu Mila. Ibu Mila, wanita setengah baya, 
yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya akibat kecelakaan, 
saat latihan terjun payung di Sawangan. Aku taksir, usia Ibu Mila kurang
 lebih 45 tahun, Ibu Mila seorang wanita yang begitu penuh wibawa, 
walaupun sudah berusia 45 tahun namun Ibu Mila tetap terlihat cantik, 
hanya sayang Tubuh Ibu Mila agak gemuk.
"Selamat pagi Bu, ada apa Ibu memanggil saya".
"Oh nggak.., Ibu cuma mau Tanya mengenai pekerjaan kemarin, yang 
diberikan sama Bp. Anwar sudah selesai kamu kerjakan atau belum?".
"Oh.. ya Bu.. sudah, sekarang saya sedang memeriksanya kembali sebelum saya serahkan, biar tidak ada kesalahan". Jawabku.
"Oh.. ya.. sudah kalau begitu, Kamu kelihatan pucat kenapa? Kamu sakit?". Tanya Ibu Mila.
"Oh nggak Bu Saya tidak apa-apa".
"Kalau kamu kurang sehat, ijin saja istirahat dirumah, jangan dipaksakan nanti malah tambah parah penyakit mu".
"Ah.. nggak apa-apa Bu saya sehat kok". Jawabku.
Saat aku hendak meninggalkan ruangan Ibu Mila, aku sangat terkejut 
sekali, saat Ibu Mila berkata, "Makanya kalau selingkuh hati hati dong 
Pen Jangan terlalu berani. Sekarang akibatnya ya beginilah Ibu mertuamu 
hamil".
Aku sangat terkejut sekali, bagai disambar petir rasanya mukaku panas 
sekali, aku sungguh-sungguh mendapatkan malu yang luar biasa.
"Dari mana Ibu tahu?" tanyaku dengan suara yang terbata bata.
"Maaf Pen Bukannya Ibu ingin tahu urusan orang lain, Tadi waktu Ibu 
menelfon kamu kamu kok online terus Ibu jadi penasaran, Ibu masuk saja 
ke line kamu. Sebenarnya, setelah Ibu tahu kamu sedang bicara apa, saat 
itu Ibu hendak menutup telepon rasanya kok lancang dengerin pembicaraan 
orang lain, tapi Ibu jadi tertarik begitu Ibu tahu bahwa kamu selingkuh 
dengan Ibu mertuamu sendiri".
Aku marah sekali, tapi apa daya Ibu Mila adalah atasanku, selain itu Ibu
 Mila adalah saudara sepupu dari pemilik perusahaan tempat aku bekerja, 
bisa bisa malah aku dipecat. Aku hanya diam dan menundukan kepalaku, aku
 pasrah
"Ya sudah, tenang saja rahasia kamu aman ditangan Ibu"
"Terima kasih Bu", jawabku lirih sambil menundukkan mukaku
"Nanti sore setelah jam kerja kamu temenin Ibu ke rumah, ada yang hendak Ibu bicarakan dengan kamu, OK".
"Tentang apa Bu?" tanyaku.
"Ibu mau mendengar semua cerita tentang hubunganmu dengan Ibu mertuamu dan jangan menolak" pintanya tegas.
Akupun keluar dari ruangan Ibu Mila dengan perasaan tidak karuan, aku 
marah atas perbuatan Ibu Mila yang dengan lancang mendengarkan 
pembicaraanku dengan Ibu mertuaku dan rasa malu karena hubungan gelapku 
dengan Ibu mertuaku diketahui oleh orang lain.
"Kenapa Pen? Kok mukamu kusut gitu habis dimarahin sama si gendut ya", Tanya Wilman sohibku.
"Ah, nggak ada apa apa Wil Aku lagi capek aja".
"Oh aku pikir si gendut itu marahin kamu".
"Kamu itu Wil, gendat gendut, ntar kalau Ibu Mila denger mati kamu".
Hari itu aku sudah tidak konsentrasi dalam pekerjaanku Aku hanya melamun
 dan memikirkan Ibu mertuaku, kasihan sekali beliau harus dikuret 
sendirian, terbayang dengan jelas sekali wajah Ibu mertuaku kekasihku, 
rasanya aku ingin terbang ke desa GL dan menemani Ibu mertuaku, tapi apa
 daya Ibu mertuaku melarangku. Apalagi nanti sore aku harus pergi dengan
 Ibu Mila, dan aku harus menceritakan kepadanya semua yang aku alami 
dengan Ibu mertuaku, uh.. rasanya mau meledak dada ini
Aku berharap agar jam tidak usah bergerak, namun detik demi detik terus 
berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah jam setengah lima. Ya aku hanya
 bisa pasrah, mau tidak mau aku harus mencerikan semua yang terjadi 
antara aku dengan Ibu mertuaku agar rahasiaku tetap aman.
"Kring.. ", kuangkat telepon di meja kerjaku.
"Gimana? Sudah siap", Tanya Ibu Mila.
"Ya Bu saya siap".
"Ya sudah kamu jalan duluan tunggu Ibu di ATM BNI pemuda".
Ternyata Ibu Mila tidak ingin kepergiannya denganku diketahui karyawan 
lain. Dengan menumpang mobil kawanku Wilman, aku diantar sampai atm bni,
 dengan alasan aku mau mengambil uang, dan akan pergi ketempat familiku,
 akhirnya wilman pun tidak jadi menunggu dan mengantarkanku pulang 
seperti biasanya.
Kurang lebih lima belas menit aku menunggu Ibu Mila, tapi yang 
ditunggu-tunggu belum datang juga, saat kesabaranku hampir habis kulihat
 mobil Mercedes hitam milik Ibu Mila masuk ke halaman dan parkir. Ibu 
Mila pun turun dari mobil dan berjalan kearah ATM.
"Hi.. Pento ngapain kamu disini?", sapa Ibu Mila.
Aku jadi bingung, namun Ibu Mila mengedipkan matanya, akupun mengerti 
maksud Ibu Mila, agar kami bersandiwara karena ada beberapa orang yang 
sedang antri mengambil uang.
"Oh nggak Bu, saya lagi nunggu temen tapi kok belum datang juga", sahutku.
Ibu Milapun bergabung antri di depan ATM.
"Gimana, temenmu belum datang juga?" Saat Ibu Mila keluar dari ruang ATM.
"Belum Bu".
"Ya sudah pulang bareng Ibu aja toh kita kan searah".
Aku pun berjalan kearah mobil Ibu Mila, aku duduk di depan disamping 
supir pribadi Ibu Mila sementara Ibu Mila sendiri duduk dibangku 
belakang.
"Ayo, Pak Bari kita pulang"
"Iya Nya.. ", sahut Pak bari
"Untung aku ketemu kamu disini Pento Padahal tadi aku sudah cari kamu dikantor kata teman temanmu kamu udah pulang".
Uh.. batinku Ibu Mila mulai bersandiwara lagi.
"Memangnya ada apa Ibu mencari saya?".
"Mengenai proposal yang kamu bikin tadi siang baru sempat Ibu periksa 
sore tadi, ternyata ada beberapa kekurangan yang harus ditambahkan. Yah 
dari pada nunggu besok mendingan kamu selesaikan sebentar di rumah Ibu 
OK".
Aku hanya diam saja, pikiranku benar-benar kacau saat itu, sampai sampai aku tidak tahu kalau aku sudah sampai dirumah Ibu Mila.
"Ayo masuk", ajak Ibu mia.
Aku sungguh terkagum kagum melihat rumah bossku yang sanggat besar dan 
megah. Aku dan Ibu Mila pun masuk kerumahnya semakin kedalam aku semakin
 bertambah kagum melihat isi rumah Ibu Mila yang begitu antik dan mewah.
"Selamat sore Nya",
"Sore Yem, Oh ya.. yem ini ada anak buah ku dikantor, mau mengerjakan 
tugas yang harus diselesaikan hari ini juga tolong kamu antar dia ke 
kamar Bayu, biar Bapak Pento bekerja disana".
"Baik Nya".
Akupun diajak menuju kamar Bayu oleh Iyem pembantu di rumah Ibu Mila.
"Silakan Den, ini kamarnya".
Akupun memasuki kamar yang ditunjuk oleh Iyem. Sebuah kamar yang besar 
dan mewah sekali. Langsung aku duduk di sofa yang ada di dalam kamar.
"Kring.., kring.. ", kuangkat telepon yang menempel di dinding.
"Hallo, Pento, itu kamar anakku, sekarang ini anakku sedang kuliah di 
US, kamu mandi dan pakai saja pakaian anakku, biar baju kerjamu tidak 
kusut".
"Oh.. iya Bu terimakasih".
Langsung aku menuju kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhku denga air 
hangat, setelah selesai akupun membuka lemari pakian yang sangat besar 
sekali dan memilih baju dan celana pendek yang pas denganku.
Sudah hampir jam tujuh malam tapi Ibu Mila belum muncul juga, yang ada 
malah Iyem yang datang mengantarkan makan malam untukku. Saat aku sedang
 asyik menikmati makan malamku, pintu kamar terbuka dan kulihat ternyata
 Ibu Mila yang masuk, aku benar benar terpana melihat pakaian yang 
dikenakan oleh Ibu Mila tipis sekali. Setelah mengunci pintu kamar Ibu 
Mila datang menghampiri dan ikut duduk di sofa. Sambil terus melahap 
makananku aku memandangi tubuh Ibu Mila, walaupun gendut tapi Ibu Mila 
tetap cantik.
Setelah beberapa saat aku menghabiskan makananku Ibu Mila berkata 
kepadaku, "Sekarang, kamu harus menceritakan semua peristiwa yang kamu 
alami dengan Ibu Mertuamu, Ibu mau dengar semuanya, dan lepas semua 
pakaian yang kamu kenakan".
"Tapi Bu", protesku.
"Pento, kamu mau istrimu tahu, bahwa suaminya ada affair dengan ibunya 
bahkan sekarang ini Ibu kandung istrimu sedang mengandung anakmu".
Aku benar benar sudah tidak punya pilihan lagi, kulepas kaos yang 
kukenakan, kulepas juga celana pendek berikut CD ku, aku telanjang bulat
 sudah. Karena malu kututup kontolku dengan kedua tanganku.
"Sial!", makiku dalam hati, aku benar benar dilecehkan oleh Ibu Mila saat itu.
"Lepas tanganmu Ibu mau lihat seberapa besar kontolmu", bentak Ibu Mila.
"Mm.., lumayan juga kontolmu".
Malu sekali aku mendengar komentar Ibu Mila tentang ukuran kontolku, yang ukurannya hanya standar Indonesia.
"Nah, sekarang ceritakan semuanya".
Dengan perasaan malu, akupun menceritakan semua kejadian yang aku alami 
bersama Ibu Mertuaku, mau tidak mau burungkupun bangun dan tegak 
berdiri, karena aku menceritakan secara detail apa yang aku alami. 
Kulihat Ibu Mila mendengarkan dan menikmati ceritaku, sesekali Ibu Mila 
menarik napas panjang. Tiba tiba Ibu Mila bangkit berdiri dan melepaskan
 seluruh pakaian yang dia kenakan, aku terdiam dan terpana menyaksikan 
tubuh gendut orang paling berpengaruh dikantorku, sekarang sudah 
telanjang bulat dihadapanku. Walaupun banyak lemak disana sini namun 
pancaran kemulusan tubuh Ibu Mila membuat jakunku turun naik.
"Kenapa diam, ayo lanjutkan ceritamu", bentaknya lagi.
"Baik Bu", akupun melanjutkan ceritaku kembali, namun aku sudah tidak 
konsentrasi lagi dengan ceritaku, apalagi saat Ibu Mila menghampiri dan 
membuka kakiku kemudian mengelus elus dan mengocok ngocok kontolku, aku 
sudah tidak fokus lagi pada ceritaku.
"Ahh.. ", jeritku tertahan saat mulut Ibu Mila mulai mengulum kontolku.
"Ahh.. Bu.., nikmat sekali".
Kuangkat kepala Ibu Mila, kamipun berciuman dengan liarnya, kupeluk tubuh gendut bossku.
"Bu.. kita pindah keranjang saja", pintaku,
Sambil terus berpelukan dan berciuman kami berdua berjalan menuju 
ranjang. Kurebahkan tubuh Ibu Mila, ku lumat kembali bibirnya, kami 
berdua bergulingan diatas pembaringan, saling merangsang birahi kami.
"Ahh.. ", Jerit Ibu Mila saat mulutku mulai mencium dan menjilati teteknya.
"Uhh Pento.. enak.. sayang".
Ketelusuri tubuh Ibu Mila dan jilatan lidahkupun menuju memek Ibu Mila 
yang licin tanpa sehelai rambutpun. Kuhisap memek Ibu Mila dan kujilati 
seluruh lendir yang keluar dari memeknya. Banjir sekali Mungkin karena 
Ibu Mila sudah sangat terangsang mendengar ceritaku.
"Ahh", jerit Ibu Mila saat dua jariku masuk ke lubang surganya, dan tanganku yang satu lagi meremas-remas teteknya.
Aku berharap agar orang yang telah melecehkanku ini cepat mencapai 
orgasmenya, aku makin beringas lidahku terus menjilati memek Ibu Mila 
yang sedang dikocok kocok dua jari tanganku. Usahaku berhasil, Ibu Mila 
memohon agar aku segera memasukan kontolku le lubang memeknya, tapi aku 
tidak mengindahkan keinginannya, kupercepat kocokan jari tanganku 
dilubang memek Ibu Mila, tubuh Ibu Milapun makin menegang.
"Aaarrgghh.. Pento", jerit Ibu Mila tubuhnya melenting, kakinya menjepit kepalaku saat badai orgasme melanda dirinya,
Aku puas sekali melihat kondisi Ibu Mila, seperti orang yang kehabisan 
napas, matanya terpejam, kubiarkan Ibu Mila menikmati sisa sisa 
orgasmenya. Kucumbu kembali Ibu Mila kujilati teteknya, kumasukan lagi 
dua jariku kedalam memek nya yang sudah sangat basah.
"Ampun.. Pento.. biarkan Ibu istirahat dulu", pintanya.
Aku tidak memperdulikan permintaannya, kubalik tubuh telentangnya, tubuh Ibu Mila tengkurap kini.
"Jangan.. dulu Pen.. too.. Ibu lemas sekali".
Aku angkat tubuh tengkurapnya, Ibu Mila pasrah dalam posisi nungging. 
Matanya masih terpejam. Kugesek gesekan kontolku kelubang memek Ibu 
Mila. Kutekan dengan keras dan.. Bless masuk semua batang kontolku 
tertelan lubang nikmat memek Ibu Mila.
"Iiihh.. Pen.. to.. kamu.. jahat".
Akupun mulai mengeluar masukan kontolku ke lubang memek Ibu Mila, orang 
yang paling di takuti dikantorku sekarang ini sedang bertekuk lutut di 
hadapanku, merintih rintih mendesah desah, bahkan memohon mohon padaku. 
Aku puas sekali, kupompa dengan cepat keluar masuknya kontoku di lubang 
memek Ibu Mila, bunyi plak.. plak.. akibat beradunya pantat Ibu Mila 
dengan tubuhku menambah nikmat persetubuhkanku.
"Uhh.. ", jeritku saat kontolku mulai berdenyut denyut.
Akupun sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku. 
Kupompa dengan cepat kontolku, Ibu Milapun makin belingsatan kepalanya 
bergerak kekiri dan kekanan.
"Ahh Ibu.. aku mau.. keluar.. ".
Dan cret.. cret, muncrat sudah spermaku masuk kedalam Memek dan rahim 
Ibu Mila, beberapa detik kemudian Ibu Mila pun menyusul mendapatkan 
orgasmenya, dengan satu teriakan yang keras sekali, Ibu Mila tidak 
peduli apakah Iyem pembantunya mendengar jeritannya diluar sana.
Ibu Mila rebah tengkurap, akupan rebah di belakangnya sambil terus 
memeluk tubuh gendut Ibu Mila. Nikmat sekali.., Orgasme yang baru saja 
kami raih bersamaan, kulihat Ibu Mila sudah lelap tertidur, dari celah 
belahan memek Ibu Mila, air manyku masih mengalir, aku benar benar puas 
karena orang yang telah melecehkanku sudah kubuat KO. Kuciumi kembali 
tubuh Ibu Mila, kontolkupun tegak kembali, ku balik tubuh Ibu Mila agar 
telentang, kuangkat dan kukangkangi kakinya. Kugesek-gesekan kontolku di
 lubang memek Ibu Mila.
"Uhh Pento.. Ibu lelah sekali sayang", Lirih sekali suara Ibu Mila.
Aku sudah tidak peduli, langsung kutancapkan kontolku ke lubang nikmat 
Ibu Mila, Bless.. Licin sekali, kupompa keluar masuk kontolku, tubuh Ibu
 Mila terguncang guncang akibat kerasnya sodokan keluar masuk kontolku, 
rasanya saat itu aku seperti bersetubuh dengan mayat, tanpa perlawanan 
Ibu Mila hanya memejamkan matanya. Kukocok dengan cepat dan keras keluar
 masuknya kontolku di lubang memek Ibu Mila.., dan langsung ku cabut 
kontolku dan kumuncratkan air maniku diatas perut Ibu Mila.
Karena lelah akupun tertidur sisamping tubuh telanjang Ibu Mila, sambil 
kupeluk tubuhnya, saat aku terbangun kulihat jarum jam sudah menunjukan 
pukul setengah sebelas malam, buru buru aku bergegas membersihkan 
tubuhku dan mengenakan pakaian kerjaku.
"Bu.. Bu.. Mila bangun Bu.. ".
Akhirnya dengan malas Ibu Mila membuka matanya.
"Sudah malam Bu saya mau pulang".
"Pento kamu liar sekali, rasanya tubuh Ibu seperti tidak bertulang lagi".
Ibu Milapun bangkit mengenakan pakaiannya, kami berdua berjalan keluar kamar.
"Tunggu sebentar ya Pento, kemudian Ibu Mila masuk kekamarnya, beberapa 
saat kemudian Ibu Mila keluar dari kamarnya dengan senyumnya yang 
menawan.
"Ini untuk kamu".
"Apa ini Bu?", Tanyaku, saat Ibu Mila menyodorkan sebuah amplop kepadaku.
Aku menolak pemberian Ibu Mila, namun Ibu Mila terus memaksaku untuk 
menerimanya. Terrpaksa kukantongi amplop yang diberikan Ibu Mila lalu 
kembali kami berciuman dengan mesranya.
Dalam perjalanan pulang aku masih tidak menyangka bahwa aku baru saja 
bersetubuh dengan Ibu Mila. Entah nasib baik ataukah nasib buruk tapi 
aku benar benar menikmatinya.
TAMAT
No comments:
Post a Comment