Minggu kemaren aku jalan-jalan di satu mal dibilangan barat kota. Aku 
masuk kesalah satu toko yang merupakan anchor tenant mal itu. Ketika aku
 lagi liat-liat sepatu, aku merasa seperti ada yang ngeliatin, aku noleh
 dan mataku bertatapan dengan sepasang mata milik seorang lelaki 
ganteng. Dia senyum, ya aku bales aja senyumnya. Tidak terjadi 
komunikasi ketika itu. Karena tidak nemu sepatu yang cocok dengan 
seleraku, dan yang penting lagi dengan isi dompetku, aku keluar dari 
toko itu dan duduk di bangku yang tersedia di depan toko itu di depan 
toko lingeri. Seksi-seksi banget lingeri yang dipajang dietalase toko 
itu. Baru aku mo berdiri untuk liat-liat di toko lingeri itu, lelaki 
yang ngeliatain aku di bagian sepatu tadi duduk disebelahku.
“Mo kemana, baru mo ditemenin kok dah mo pergi?” sapanya.“Aku Frans, 
dari Bandung”, begitu dia memperkenalkan diri sembari mengulurkan 
tangannya ngajakin salaman. Aku menyambut salamannya, aku kaget karena 
ternyata dia nekuk telunjuknya dan ngilik-ngilik telapak tanganku. “Ines
 om”, jawabku.
“Tangan om nakal deh, masak salaman sembari ngilik-ngilik, memanfaatkan 
kesempatan dalam kesempitan ya om”. “Emangnya kamu masih sempit ya, 
nikmat dong”, sahutnya sembari tertawa. “Ih si om, genit deh”. “Tadi 
jadi beli sepatunya Nes?”. “Enggak jadi om, mahal-mahal”. “Mo dibeliin?”
 “Bener nih om mo beliin?” “Buat cewek cantik kaya Ines, apa sih yang 
enggak”.
Aku ikut aja ketika digandeng masuk ke toko lagi. Aku disuruh milih 
sepatu yang aku inginkan dan dia yang bayarin. Pasti nih om ada maunya, 
tapi siapa takut. Aku suka kok ngeliat orangnya, tipeku banget, ganteng 
badannya atletis. Cuma yang belum aku tau modal bawahnya gede gak. Tapi 
itu urusan nanti deh, yang penting kan aku bisa dibeliin macem-macem. Si
 om nawarin aku beli pakean juga, ya gak kutampiklah rejeki ini. 
Beberapa potong jins dan baju dibelinya untukku. Keluar dari toko aku 
bilang ma si om, “Om, lingerinya seksi-seksi ya”. “Kamu mau, wah pasti 
aku tambah napsu kalo ngeliat kamu pake lingeri aja”. Jelas kan maunya 
si om apa dengan ngebeliin aku macem-macem. Aku memilih beberapa daleman
 yang seksi, minim dan tipis, model bikini. Semua dibayarin.
Dah gitu si om ngajakin makan di foodcourt. Ketika makan aku tanya-tanya
 tentang dia. “Om tadi bilangnya dari Bandung ya”. “Iya Nes, aku punya 
usaha kecil-kecilan di Bandung, sehingga setiap minggu pasti aku ke sini
 untuk nyari barang buat tokoku itu. Semacam FO gitu, tapi aku ngisinya 
dengan pakean yang eksklusif sehingga gak murahan kesannya”. “Kok 
nyarinya di mal, mahal kan, terus om jualnya berapa?” “Ke mal mah 
setelah urusan selesai, ya nyarinya gak disini lah. Ke mal kan buat 
ketemu ABG kaya Ines”. “Kalo disini kan ABGnya banyak amoynya om, 
emangnya om sukanya amoy ya”. “Aku suka ma perempuan muda yang cantik 
dan bahenol kaya kamu Nes, suku mah gak jadi masalah”. “Om sendiri ke 
Jakartanya om, emangnya keluarganya dimana?” “Aku dah pisah ma istriku. 
Dia punya bisnis sendiri juga di Bandung”. “Om nginep di hotel mana?” 
“Karena aku setiap minggu ke sini, aku beli apartment, kecil sih karena 
buat aku sendirian. Deket mal ini kok”. “Gak sendirian kan om, pasti 
selama om disini ada yang nemenin kan”. “Tau aja kamu. Kamu nemenin aku 
ya abis ini”. Aku cuma senyum aja.  Kami ngobrol kesana kemari, aku juga
 crita mengenai aku kedianya. Dia malah seneng dengernya, “Wah kamu dah 
pengalaman ya Nes, sering maen ma om-om. Ntar bisa bikin aku nikmat 
dong”. “Beres om, ntar Ines empot deh sampe peju om kering”, kataku to 
the point. “Bisa aja kamu”.
Dia santai sekali, karena gak diuber-uber waktu. Abis makan,  “Kita mo 
kemana lagi Nes? Masih terang neh. Nonton aja yuk”. Aku sih jarang 
banget nonton, ya aku ikut aja diajak nonton film. “Kamu mo nonton film 
apa Nes”, tanyanya setelah kita sampai dibioskop. “Terserah om aja deh, 
Ines mah jarang nonton”.
“Seringnya ditonton ya Nes”, katanya menggodaku. Aku hanya senyum-senyum
 aja. Dia milih satu film, aku ya ikut aja. Di dalem bioskop, dia milih 
tempat yang dipojokkan, berjauhan dengan penonton laennya. Memang 
penontonnya gak banyak, keliatannya dia milih film yang animo 
penontonnya dikit. “Om, mo nonton film pa mo bikin film”, bisikku. “Kok 
mojok amat”. Dia gak jawab, malah merangkulku. Aku menyenderkan kepalaku
 dibahunya. “Nes kamu cantik”, bisiknya sambil menengadahkan mukaku, dan
 mendadak dia mencium bibirku. Aku menyambut ciumannya dengan hangat. 
Lidah kami saling berlilitan di dalam mulutku, setelah terlepas, kuemut 
lidahnya yang tertinggal di dalam mulutku. Sementara berciuman, 
tangannya mulai memerah toketku, diremas-remasnya dengan penuh napsu 
dari luar baju kaosku. “Toket kamu imut tapi kenceng. Kembali kami 
berciuman sementara tangannya tidak mau melepaskan toketku. Aku juga gak
 mo kalah, segera selangkangannya kugosok-gosok. “Om, dah keras amat. 
Kayaknya gede ya om punya. Dah napsu banget ya om”. Iya Nes”. “Kalo dah 
napsu, napa dong om ngajak Ines nonton, kok gak ke apartment om aja”. 
“Pemanasan Nes, ngapain buru-buru to the point”. “Om gak pulang ke 
Bandung”. “Ah santai aja, kan toko ada yang ngurus”. “Yang ngurus pasti 
perempuan ya om”. “Tau aja kamu Nes”.  “Ya ngurus toko, ya ngurus om 
punya ya om”.
Dia diam saja, mulai terengah karena aku mulai meremes kontolnya yang 
dah keras banget. “Ines pegang langsung boleh gak om”. “Buka aja Nes”. 
Aku melepaskan ikat pinggangnya, kemudian membuka kancing celananya, 
kuturunkan ritsluitingnya. Kepala kontolnya nongol dari bagian atas 
cdnya yang minim. “Om gede ya kepala kontolnya, gimana batangnya”, 
kataku sambil meremas kepala kontolnya yang dah membengkak seperti 
cendawan itu. “Ines emut ya om”, kataku sambil mendekatkan mulutku ke 
kepala kontolnya.
Dia menurunkan cdnya sedikit sehingga aku lebih bebas menjilati kepala 
kontolnya. Lubang kencingnya kujilati, kemudian leher kontolnya kujilati
 juga. Dia mulai melenguh pelan, “Nes nikmat banget deh, baru diemut 
mulut atas dah segini enaknya. Gimana kalo diemut mulut bawah kamu”. Aku
 mulai mengocok batangnya yang ternyata besar juga, gerakan mengocokku 
terbatas karena cdnya gak bisa diturunkan banyak. Gantian antara 
mengocok dan mengemut, “Om kalo dah mo keluar bilang ya, ntar Ines sedot
 abis peju om”. Dia makin terengah karena ulahku terhadap kontolnya. 
Rupanya dia tahan lama juga, sampe pegel mulutku mengemut kepala 
kontolnya yang besar itu tapi belum ada tanda-tanda dia mo ngecret. “Om,
 gak keluar-keluar seh, mulut Ines dah pegel neh, nanti diterusin 
diapartment yah”, kataku sambil mengeluarkankan kepala kontolnya dari 
mulutku. Dia merapikan cdnya, menaikkan ritsluitingnya dan memasang 
kembali ikat pinggangnya.
“Sekarang giliranku ya Nes”. Dia meraba kepinggangku. Ikat pinggangku 
dilepasnya, kaitan jinsku dilepaskannya dan kemudian ritsluiting jinsku 
dah melorot kebawah. Dia mengusap-ngusap perutku sebentar sampe aku 
menggelinjang kegelian, “Om, geli ah”. Tangannya menyusup kebalik cdku 
yang minim. “Jembut kamu alus ya Nes”. Dia berusaha memasukkan tangannya
 lebih dalam, maksudnya mo mengakses memekku, tapi terhalang karena 
jinsku ketat dan belum diturunkan. “Om penasaran amat sih, katanya gak 
mo buru-buru to the point”. “Ini kan bagian dari pemanasan, tadi kamu 
manasin aku, sekarang giliranku manasin kamu. Turunin dikit dong jins 
kamu”. Aku menurunkan sedikit jinsku, sehingga tangannya bisa menerobos 
masuk lebih dalam dan bisa mengakses memekku. Segera jarinya mulai 
menelusuri bibir memekku yang sudah basah. “Nes, kamu dah napsu banget 
ya, dah basah gini”. “Om, aaah”, lenguhku karena jarinya mulai mengilik 
itilku, bagian paling sensitif ditubuhku. “Om, geli om, aaah”, erangku 
pelan. “Geli apa nikmat Nes”. “Dua-duanya om, aaah”. “Jangan berisik 
dong Nes, ntar kedengaran yang laen”.
“Om sih nakal, Ines dah napsu banget nih om, kalo dah napsu gini Ines 
suka lupa segalanya”. “Ya udah deh”, katanya sambil mengeluarkan 
tangannya dari dalem cdku. Dia cuma mengelus-ngelus daerah jembutku 
saja. Itupun masih mengobarkan napsuku yang sudah memuncak. Dia terus 
mengelus-ngelus jembutku sampai film selesai. Segera aku merapikan 
celanaku.
“Tadi critanya apa Ines gak tau om, om sih nakal”. “Kan kamu yang mulai 
duluan ngemut punyaku Nes”. Sehabis nonton, dia mengajakku beli makanan.
 “Nes mo makan disini atawa beli dan dibawa pulang. Kamu dah laper lagi 
belon”. “Masih kenyang om”. “Ya udah kita beli aja ya. Di apartment gak 
ada makanan, kalo supermi aja sih ada, minuman juga ada”. Kita kembali 
ke foodcourt, dia membeli beberapa macam lauk dan nasi putih, semuanya 
dibungkus. Selesai itu, barulah kita menuju keparkiran. “Wah om, 
mobilnya keren banget, kayak orangnya aja”, kataku memuji mobil 
mewahnya. Mobilnya segera meluncur meninggalkan tempat parkir mal, gak 
jauh dari mal sampailah kita ke apartmentnya. Dia mengarahkan mobilnya 
langsung ke basement. “Om gak pake supir, biar bebas ya om”. “La iya 
lah”. “Emangnya gak cape om nyupir dari Bandung pp”. “Dah biasa”.
Dia menggandengku ke arah lift di basement. Satpam menyapanya ramah. 
Kulihat dia memberi satpam sebungkus rokok. “Perlu untuk membina 
hubungan”, katanya sambil masuk ke lift. Bawaanku ya tas berisi 
belanjaanku tadi dan dia menjinjing kantong plastik berisi makanan. Dia 
memijit lantai apartmentnya dan lift pun meluncur keatas. Sampai di 
lantai yang dipilih, lift berhenti, dan pintunya terbuka. Dia mengajakku
 langsung ke apartmentnya. Tiap lantai ada 4 apartment di masing-masing 
sudut lantai yang berbentuk bujur sangkar. Terdapat 2 lift, 
masing-masing disisi kiri dan kanan lantai. Apartmentnya tipe 2 kamar 
tidur, jadi gak terlalu luas. Ada ruang tamu merangkap ruang makan dan 
pantri yang juga berfungsi sebagai dapur. Di kamar tamu ada sofa, 
credenza, lcd tv ukuran 40 inch kalo gak salah, seperangkat sound 
system.
“Om, Ines siapkan makanan di meja ya”. “Iya deh”, katanya sambil masuk 
ke kamar. Setelah semuanya siap dimeja makan, termasuk gelas berisi air 
minum, aku mengetuk pintu kamarnya yang tertutup. “Om makanannya dah 
siap lo, mo makan kapan”. Tapi tak terdengar jawaban, aku membuka pintu 
kamarnya. Dia berbaring di ranjang dengan hanya memakai cd. Napsuku 
langsung timbul melihat pemandangan indah, tubuh yang kekar hanya 
dibalut sepotong cd minim dimana terlihat jelas kontolnya besar dan 
panjang tercetak dengan jelas di cdnya. Kayaknya kontolnya dah tegang 
berat. Dia tersenyum memandangku yang sedang terkagum-kagum melihat bodi
 dan kontolnya. “Kenapa Nes?’, tanyanya sambil senyum-senyum. Dia tau 
bahwa aku sedang mengagumi bodi dan juga kontolnya. “Makanan dah siap 
om, ntar dingin”, kataku.
Sementara itu napsuku makin berkobar melihat kontolnya yang besar dan 
panjang itu yang masih tersembunyi dibalik cdnya. Ketika di bioskop aku 
tidak bisa melihat dengan jelas kontolnya karena ruangannya hampir 
gelap, jadi aku “melihat” dengan rabaan tanganku saja. Dia sengaja 
mengelus-ngelus kontolnya yang sudah tegang sekali itu. Dia pelan-pelan 
menurunkan cdnya sehingga nongollah kontolnya yang besar mengacung 
dengan gagahnya. Aku terbelalak ngeliat kontol segede itu. “Kamu pengen 
ngerasain kontolku ya Nes”, katanya terus terang. “Belum pernah ya 
ngerasain kontol segede aku punya”.
Dia bangun dalam keadaan telanjang bulat menuju ke tempat aku berdiri. 
Kontolnya yang tegang berat berayun-ayun seirama jalannya. Dia segera 
memelukku dan menarikku ke ranjang. Pakeanku segera dipretelinya, aku 
mengangkat tanganku keatas untuk mempermudah dia melepaskan blusku. 
Begitu juga jins dan cdku dipelorotin sekaligus. Braku pun segera 
menyusul jatuh keubin. Ahli sekali dia mengupas pakeanku. Dah biasa 
rupanya dia menelanjangi perempuan. Dia meneguk liur memandangi tubuh 
telanjangku yang mulus, toket imut dengan pentil yang dah mengeras dan 
jembut alusku yang menutupi memekku dibawah sana.
Kemudian dia mencium serta mengulum bibirku. Aku balas memeluknya. 
Bibirku digigitnya pelan-pelan, bibirnya turun terus menciumi seluruh 
lekuk tubuhku mulai dari leher terus kebawah ke pentilku, dikulumnya 
pentilku yang sudah mengeras, aku merintih-rintih karena nikmat. Aku 
menekan kepalanya ke toketku sehingga wajahnya terbenam di toketku. Dia 
terus menjelajahi tubuhku, dijilatinya pelan dari bagian bawah toketku 
sampe ke puser. Aku makin mendesis-desis, apalagi ketika jilatannya 
sampe ke memekku. Dia menjilati jembutku dulu sampe jembutku menjadi 
basah kuyup, pelan-pelan jilatannya mulai menyusuri bibir memekku terus 
ke itilku. Ketika lidahnya menyentuh itilku, aku terlonjak kegelian. Dia
 menahan kakiku dan pelan-pelan dikuakkannya pahaku sehingga kepalanya 
tepat berada diantara pahaku. Lidahnya menyusupi memekku dan menjilati 
itilku yang makin membengkak. Memekku berlendir, dia menjilati lendir 
yang keluar. Aku gak tahan lagi, aku mengejan dengan suara serak, 
tanganku mencengkeram seprei dan kakiku menjepit kepalanya yang ada 
diselangkanganku. Aku nyampe. “Om, nikmat banget deh, padahal belum 
dientot ya”, kataku mendesah.
Dia diam saja, dan berbaring telentang. “Kamu diatas ya Nes, biar 
masuknya dalem”, ajaknya. Aku mulai mengambil posisi berjongkok tepat 
diatas kontolnya yang sudah tegang berat. “Aku masukkin kontolku ke 
memek kamu ya Nes”, katanya sambil mengarahkan kontolnya menyentuh bibir
 memekku.
Dia tidak menekankan kontolnya masuk ke memekku tapi digesek-gesekkan di
 bibir memekku yang berlendir sehingga kepalanya yang besar itu basah 
dan mengkilap. Aku terbuai, dengan mata terpejam aku mendesah-desah 
saking napsunya, “Om, masukin ya.” Aku mulai menekan kepala kontolnya 
yang sudah pas berada di mulut memekku. Pelan-pelan kontolnya menyusup 
kedalam memekku, “Akh om, gede banget”, erangku. “Apanya yang besar 
Nes”, dia memancing reaksiku. “Punyanya om..!!” “Apa namanya..?” dia 
memancing lagi, aku langsung aja menjawab, “Kontol om, besar sekali”. 
Dengan sekali hentakan keatas kontolnya menyeruak masuk memekku. “Ooh 
om, pelan-pelan om”, aku mendesah lirih. Mataku terbeliak, mulutku 
terbuka, tanganku mencengkeram seprei kuat-kuat. Bibir memekku sampe 
terkuak lebar seakan tidak muat untuk menelan kontol besarnya. “Memek 
kamu sempit sekali Nes”, jawabnya.
Aku mulai berirama menaik turunkan pantatku, kontolnya masuk merojok 
memekku tahap demi tahap sehingga akhirnya ambles semuanya. Pelan-pelan 
dia ikut bergoyang menarik ulur kontol besarnya. Aku mulai merasa 
sensasi yang luar biasa nikmatnya. Memekku yang sudah licin terasa penuh
 sesak kemasukan kontolnya yang besar, kontolnya terasa banget menggesek
 memekku yang sudah basah berlendir itu. “Om, enak banget om, terus om”,
 erangku. “Terus diapain Nes”, jawabnya menggoda aku lagi. “Terus 
entotin memek Ines om”, jawabku to the point. “Entotin pake kontol gede 
om”. Enjotannya dari bawah makin menggebu sehingga aku makin 
menggeliat-geliat.
Aku memeluknya dan mencium bibirnya dengan agresif, dia menyambut 
ciumanku. Nafasku memburu kencang, lidahku saling mengait dengan 
lidahnya, saling menyedot. Kemudian dia menggulingkan aku sehingga aku 
dibawah, dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Aku
 mengangkangkan pahaku lebar-lebar, supaya dia lebih mudah menyodokan 
kontolnya keluar masuk. Keluar masuknya kontolnya sampe menimbulkan 
suara berdecak-decak yang seirama dengan keluar masuknya kontolnya, 
karena basahnya memekku. “Om, enak sekali kontol om, entotin memek Ines 
yang cepet om, nikmat banget”, desahku. “Ooh memek kamu sempit banget 
Nes, terasa banget sedotannya. Nikmat banget deh”, jawabnya sambil terus
 mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku.
Enjotannya makin ganas, pentilku diemut-emutnya. Aku menggelinjang 
kenikmatan, toket kubusungkan dan kugerak-gerakkan ke kiri ke kanan 
supaya 2 pentilku mendapat giliran diemut. “Ssh, om, nikmat banget 
ngentot ama om, pentil Ines dikenyot terus om”, erangku lagi. “Ines bisa
 ketagihan dientot ama om. Ooh om, Ines gak tahan lagi om, mau 
nyampeee”. Aku mengejang sambil memeluk tubuhnya erat-erat, sambil 
menikmati  kenikmatan yang melanda tubuhku, luar biasa rasanya. “Nes, 
aku masih pengen ngentotin memek kamu yang lama. Kamu bisa nyampe lagi 
berkali-kali”, katanya sambil terus mengenjotkan kontolnya.
Dia minta ganti posisi, aku disuruhnya nungging dan memekku dientot dari
 belakang, memekku terasa berdenyut menyambut masuknya kontolnya. Aku 
memutar-mutar pantatku mengiringi enjotan kontolnya, kalo dia 
mengenjotkan kontolnya masuk aku menyambutnya dengan mendorong pantatku 
dengan keras ke belakang sehingga kontol besarnya masuk dalem sekali ke 
memekku. “Ooh nikmatnya om, dientot dari belakang. Kerasa banget geseken
 kontol om di memek Ines”. Jarinya mengilik-ngilik itilku sambil terus 
mengenjotkan kontolnya keluar masuk. “Uuh om, nikmat banget om, terus 
mainin itil Ines om sambil ngenjot memek Ines”, erangku saking 
nikmatnya. Jarinya terus menekan itilku sambil diputar-putar, aku 
mencengkeram seprei erat sekali. Pantat makin kutunggingkan keatas 
supaya enjotannya makin terasa. Dia memegangi pinggangku sambil 
mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. “Om, nikmat 
banget om, Ines udah gak tahan neh, mau nyampe lagiii”, aku  menjadi 
histeris ketika nyampe untuk kedua kalinya, lebih nikmat dari yang 
pertama.
Diapun mencabut kontolnya dari memekku dan berbaring disebelahku. “Oom. 
belum ngecret kok dicabut kontolnya”, tanyaku. “Ines masih mau kok om 
dientot lagi, biar bisa nyampe lagi”. Dia setengah bangun dan membelai 
rambutku. “Kamu masih bisa nyampe lagi kok Nes”. “Ines mau kok dientot 
om seharian, kan Ines bisa nyampe terus-terusan, nikmat banget deh om”. 
Istirahat sebentar, dia kembali menaiki aku lagi, secara perlahan tapi 
pasti dia pun memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Aku mendesah dan 
merintih, ketika dia mengenjotkan kontolnya sampe ambles semua aku 
kembali menjerit. “Aaaaaaahhhh , ooommm..”. Kontolnya dinaikturunkan 
dengan cepat, akupun mengimbanginya dengan gerakan pantatku yang 
sebaliknya. Bibirnya bermain di pentilku, sesekali dia menciumi ketekku,
 bau keringatnya merangsang katanya. Aku memeluknya dan mengelus-ngelus 
punggungnya sambil menjerit dan mendesah karena nikmat banget rasanya. 
“Aah om, nikmatnya. Terus om, tekan yang keras, aah”. Dia meremas-remas 
toketku dengan gemas menambah nikmat buatku. Dia  terus mengocok memekku
 dengan kontolnya, aku menjadi makin histeris dan berteriak-teriak 
kenikmatan. Tiba-tiba dia mencabut kontolnya dari memekku, aku protes.
“Kok dicabut lagi om, Ines belum nyampe om, dimasukin lagi dong 
kontolnya”. Tapi dia segera menelungkup diatas memekku dan mulai 
menjilati bagian dalam pahaku, kemudian memekku dan terakhir itilku. 
“Om, diapa-apain sama om nikmat ya om, terus isep itil Ines om, aah”, 
erangku. Dia memutar badannya dan menyodorkan kontolnya ke mulutku. 
Kontolnya kujilati dan kukenyot-kenyot, dia mengerang tapi tidak 
melepaskan menjilati memekku yang dipenuhi lendir itu.
“Nes, aku dah mau ngecret neh”, katanya sambil mencabut kontolnya dari 
mulutku dan segera dimasukkan kembali ke memekku. Dia mulai mengenjot 
memekku dengan cepat dan keras, aku rasanya juga sudah mau nyampe lagi, 
goyangan pantatku menjadi makin liar sambil mendesah-desah kenikmatan. 
Akhirnya dia mengenjotkan kontolnya dalam-dalam di memekku dan terasa 
semburan pejunya yang hangat didalam memekku, banyak sekali ngecretnya, 
bersamaan dengan ngecretnya akupun nyampe lagi. Aku memeluk tubuhnya 
erat-erat, demikian pula dia. “Oom, nikmat banget deh om”, erangku. Aku 
terkulai lemes dan bermandikan keringat. Dia kemudian mencabut kontolnya
 dan berbaring disebelahku.
Tak lama kemudian, kita bangun dan membersihkan badan di kamar mandi. 
Tidak ada aktivitas lanjutan di kamar mandi karena perut dah terasa 
laper. Aku menghangatkan lauk yang tersedia di microwave oven. Kemudian 
kita berdua makan dengan lahap. Setelah makan aku bersantai sambil 
nonton tv sampai kantuk datang menyerang lagi. “Dah ngantuk lagi Nes? 
Kamu masih cape ya” “Iya om, abis om seru banget sih ngerjain Inesnya”. 
“Emangnya dah mo tidur lagi atau aku tidurin lagi?” “Tidur setelah om 
tidurin lagi, yuk om ke kamar”, aku mengajak dia masuk kamar.
Di ranjang segera toketku diremas-remas. Kami sejak mandi sudah 
bertelanjang bulat. Kontol besarnya sudah ngaceng sempurna, kuat banget 
deh dia, kayanya gak ada matinya, bisa ngaceng terus-terusan. Bibirku 
diciuminya sambil meremas-remas toketku yang sudah mulai mengeras, 
pentilku di pilin-pilinnya, aku hanya bisa ber… ah… uh… karena 
rangsangan yang luar biasa itu. Aku malah mengimbangi ciuman ganasnya. 
Pentilku langsung diserbunya, diemut-emutnya dengan rakusnya sehingga 
pentilku langsung mengeras, sementara itu toketku terus saja 
diremas-remasnya. Puas mengemut pentilku, jilatan lidahnya turun ke arah
 perutku, terus ke bawah lagi dan mampir dimemekku. Lidahnya segera 
membelah bibir memekku dan menjilati itilku, aku mengangkangkan pahaku 
sehingga mempermudah dia menggarap itilku.
Aku mulai mengerang-ngerang saking nikmatnya yang melanda tubuhku. 
“Aasshhg.. hngghh.. ssshhhg..” badanku melintir, bergelat-geliat oleh 
kilikan jilatan di itilku. Dia makin bersemangat karena eranganku.
Tiba-tiba dia melepaskan jilatannya, segera menaiki tubuhku yang sudah 
telentang pasrah, siap untuk dienjot, dia membasahi kepala kontolnya 
dengan ludahnya kemudian ditempelkan ke bibir memekku dan langsung 
ditusuk masuk. “Hhgghh..” sekali lagi aku mengejang kali ini oleh 
sodokan kontolnya.
Tapi karena sudah cukup siap, dengan mudahnya dia menancapkan kontolnya 
ke dalam memekku. Aku menggelepar ketika menyambut masuknya kontolnya 
yang cepat amblas ke dalam memekku. Begitu tertanam didalam, kontolnya 
dienjotkan keluar masuk pelan-pelan. Terasa banget kontolnya yang besar 
menyeruak masuk mengisi lobang memekku yang terdalam. “Hhsssh, dalemm 
bangett om”, spontan keluar eranganku. “Nikmat banget rasanya”.
Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, aku merangkul lehernya 
dan kedua kakiku membelit pahanya. Dia makin gencar mengenjotkan 
kontolnya keluar masuk sehingga aku makin menggeliat saking nikmatnya. 
“Oom, ennakk. Duhh dalem bangett masuknya om. Aaa.. dikorek-korek gitu 
Ines pengenn keluarr. Ayyo om.. adduuh”, erangku gak karuan. “Iyya ayyo 
aaahhgh.. ssshgh.. hghrf.. ennaak memekmu Nes, aku juga mo ngecret.. 
sshmmmh..” “Hhsss.. aduuhh tobatt om.. hahgh ooghh.. kontolnya masuk 
dalem sekali om, gedee sekalli, aduuh.. om. Lebih nikmat dari tadi deh.”
 Kontolnya makin dipompa keras-keras, nikmat banget rasanya. “Heg.. 
yaang kerass om.. shh, iya gittu.. aduh.. ssshgh.. heehh.. ayyo.. ayoo 
om..aaahgh.. sshgh. Ines udah mo nyampe.. aduhh.. hghshh.. hrrgh..” Dia 
meremas-remas toketku, sampai akhirnya akupun nyampe. Dadaku membusung, 
seolah-olah tubuhku terangkat-angkat oleh tarikannya yang meremasi kedua
 toketku. Tapi menjelang tiba di saat dia ngecret, dia mencabut 
kontolnya dan langsung tegak berlutut sambil menarik kedua lenganku 
sehingga aku ikut bangun terduduk. Dia menekan kepalaku ke arah kontolku
 yang tegang mengangguk-ngangguk berlumuran cairan memekku. ‘”Ayo Nes 
isepin sampe ngecret.”
Tanpa ragu-ragu aku langsung mencaplok dan mengocok kontolnya dengan 
mulutku. Tidak bisa semua, hanya tertampung kepalanya saja dimulutku, 
tapi ini sudah cukup membuat dia ngecret di mulutku. Aku agak tersedak 
karena semprotan pejunya yang tiba-tiba, dia terus menekan kepalaku 
supaya tidak melepaskan kulumanku sehingga pejunya tertelan olehku. 
Setelah keluar semua, aku melepas mulutku, langsung meringis. “Kenapa 
Nes, nggak enak ya rasanya?” tanyanya geli. “Asin rasanya om..” jawabku 
ikut geli. “Emang enak sih dikeluarin pake mulut?” kataku sambil 
bergerak bangun untuk ke kamar mandi mencuci bekas-bekas permainan ini. 
“Oo.. sama kamu sih pasti enak aja.” jawabnya sambil ikut bangun 
menyusulku.
Di kamar mandi, dia memelukku dari belakang, aku belum sempet bebersih 
ketika tangannya mulai meremas toketku, pentilnya diplintir-plintir 
sambil menciumi kudukku. Aku menggelinjang kegelian. Aku mencari 
kontolnya, astaga, sudah mulai ngaceng lagi rupanya. Kuat banget dia, 
baru aja ngecret di mulutku sudah mulai ngaceng lagi. “Kuat banget sih 
om, baru Ines emut sampe ngecret udah ngaceng lagi”, kataku. “Iya tadi 
kan ngecret dimulut kamu, sekarang pengen ngecret lagi di memek kamu”, 
jawabnya sambil terus meremesi toketku. Leherku terus saja diciumi, 
dijilati dengan penuh napsu. Akupun tidak tinggal diam, kontolnya yang 
makin keras aku remes dan kocok-kocok biar sempurna ngacengnya. “Oom, 
Ines isep lagi ya”, kataku sambil jongkok di depannya. Ujung kontolnya 
kujilati dan kemudian giliran kepala kontolnya, terus ke pangkalnya, 
kemudian ke biji pelernya. Dia mengangkat kaki kanannya supaya aku mudah
 menjilati kontolnya. Kemudian jilatanku naik lagi keatas, dan kepalanya
 langsung kukulum. Kepalaku mengangguk-ngangguk seiring keluar masuknya 
kontolnya dimulutku, sambil ngisep, biji pelernya aku elus-elus. “Aaah 
Nes, nikmat banget deh”, erangnya. Dia memegang rambutku dan mendorong 
kontolnya keluar masuk mulutku dengan pelan.
Sepertinya dia udah tidak tahan lagi, aku diseretnya keluar kamar mandi 
dan ditelentangkan di ranjang. Pentilku menjadi sasaran jilatannya, 
jilatan berubah menjadi emutan, bergantian pentil kiri dan kanan. 
kemudian jilatannya turun ke perut, kemudian ke pusar sampe akhirnya ke 
jembutku. Jarinya mulai mengelus bibir memekku, kemudian jilatannya 
mulai menjelajahi memekku yang sudah basah kembali. Jilatannya tidak 
langsung ke itilku tapi berputar-putar sekitar memekku. Ke daerah paha, 
terus ke daerah pantat dan naik lagi. “Oom, nakal ih”, desahku, napsu 
sudah kembali menguasaiku. Jilatannya diarahkan ke itilku sambil 
memasukkan jarinya ke memekku. Dia menggerakkan jarinya keluar masuk 
memekku. “Oom”, desahku saking napsunya. Pinggulku menggeliat kekiri 
kekanan.
Akhirnya sampailah saat yang kutunggu-tunggu, dia menaiki badanku, 
ditindihnya aku, kontolnya diarahkan ke memekku yang sudah basah banget.
 Kepalanya diusap-usapkan dibibir memekku. Aku mengangkat pantatku ke 
atas sehingga bless masuklah kepala kontolnya membelah memekku. Dia 
mulai mengeluar masukkan kontolnya ke memekku, pelan-pelan, makin lama 
makin cepat, sampe akhirnya dengan satu enjotan yang keras, seluruh 
kontolnya nancep dalem sekali di memekku. “Oom, nikmat sekali”, jeritku.
Aku menggelinjang makin gak beraturan seiring dengan enjotan kontolnya 
keluar masuk memekku dengan cepat dan keras. Kakiku menjepit pinggulnya,
 kemudian diletakkan di pundaknya, dia pada posisi berlutut, makin 
terasa gesekan kontolnya ke dinding memekku, nikmat banget. Memekku 
mulai berdenyut-denyut meremes-remes kontolnya yang terus bergerak 
lincah keluar masuk. “Oom, Ines udah mau nyampe nih, terus enjot yang 
keras om, aah”, erangku lagi. Dia makin semangat mengenjot memekku.
Tiba-tiba dia berhenti dan mencabut kontolnya. “Ooomm”, protesku. 
Ternyata dia pengen ganti posisi. Aku disuruhnya nungging dan kembali 
kontolnya melesak masuk memekku dari belakang, doggie style. Pantatku 
dipeganginya sementara dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk. Toketku 
yang berguncang-guncang seirama dengan enjotan kontolnya diraihnya, 
diremes-remesnya, pentilnya diplintir-plintir, menambah kenikmatan yang 
sedang mendera tubuhku. “Terus om”, erangku lagi, aku mencengkeram 
seprei dengan kuat saking  nikmatnya. Aku memaju mundurkan badanku 
supaya kontolnya nancep dalem sekali di memekku, sampe akhirnya. “Terus 
om, Ines nyampe lagiii”.
Dinding memekku berdenyut-denyut mengiringi sampenya aku, dia terus saja
 mengenjot memekku dengan cepat. Aku nelungkup, capai banget rasanya 
meladeni napsunya. Dia membaringkan dirinya, kontolnya masih tegak 
berdiri berlumuran cairan memekku. “Nes, kamu yang diatas ya, aku belum 
keluar neh”, pintanya. Aku menempatkan diriku diatasnya, kontolnya 
kupegang dan langsung kutancapkan ke memekku, badan kutekan kebawah 
sehingga langsung aja kontolnya ambles semua di memekku. Aku mulai 
menggoyang pinggulku, kekiri kekanan, maju mundur, berputar-putar. Biar 
cape, tapi nikmat banget rasanya gesekan kontolnya ke memekku. Toketku 
diremes-remesnya sambil memlintir-mlintir pentilnya. Aku merubah 
gerakanku menjadi keatas kebawah mengocok kontolnya dengan memekku. “Om,
 nikmat banget deh”, erangku.
Akhirnya aku tidak bisa menahan diriku lebih lama lagi, aku ambruk 
didadanya karena nyampe untuk kesekian kalinya. “Om, belum mau ngecret 
ya, Ines lemes om”, desahku. “Tapi nikmat kan”, jawabnya. “Nikmat banget
 om”. Dia berguling tanpa mencabut kontolnya dari memekku sehingga 
sekarang dia ada diatasku. Dia mulai lagi mengenjotkan kontolnya keluar 
masuk memekku. “Nes, aku udah mau ngecret, erangnya sambil mempercepat 
enjotannya. Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku, sampe
 akhirnya, “Nes”, erangnya. Terasa sekali semburan pejunya membanjiri 
memekku. Kami berdua terkulai lemas.
No comments:
Post a Comment