Sebelumnya saya minta maaf jika cerita saya ini terlalu mengusik rasa 
moral para pembaca. Namun saya harus tuangkan apa yang sesungguhnya 
pernah terjadi. 
Ceritanya berawal dari rumah petak kontrakan saya di dalam gang yang 
agak terisolir dan gelap. Saya pilih tempat ini karena selain murah, 
juga karena rasanya rada ekslusif karena luput dari perhatian para 
tetangga. 
Hanya satu kamar tamu, satu kamar tidur, kamar mandi. Tidak terlalu 
besar, karena harganya murah. Tapi bagi saya yang merantau ke Jakarta 
ini rasanya cukuplah, karena dana kiriman orang tua untuk membiayai 
kuliah saya juga tidak terlalu berlebihan. 
Saya baru sekitar 3 bulan menempati rumah petak ini, setelah sebelumnya 
kost di dekat kampus. Kegiatan kuliah di tahun pertama tidak terlalu 
padat. Biasanya sekitar jam 3 sore saya sudah kembali ke rumah. 
Fotografi adalah hobi saya. Untunglah saya hidup di masa foto digital 
sudah merebak, sehingga hobi saya tidak terlalu membebani biaya rutin 
bulanan.
Di samping tumah saya ada sebidang tanah kosong yang sering dijadikan 
arena bermain anak-anak yang tinggal di sekitar situ. Mereka adalah 
obyek foto saya. Mereka senang difoto ketika sedang bermain dan saya 
senang menangkap ekspresi polos anak-anak. Karena itu maka saya banyak 
mengenal anak-anak di lingkungan itu. 
Salah satu anak yang paling centil dan paling sering saya jadikan model 
adalah Ery. Dia cantik dan masih duduk di kelas 5. Dia paling akrab 
dengan saya sehingga sering menerobos kamar saya ketika saya sedang 
asyik menonton TV. Tidak ada lagi rasa canggung dan dia sering pula 
minta diajari menyelesaikan PR nya. 
Saya tentu saja tidak punya perasaan apa-apa selain senang mempunyai 
teman kecil dan dengan sepenuh hati ingin membantu dia agar nilai 
pelajarannya selalu unggul. Itu pulalah akhirnya yang mengakibatkan Ery 
sering main ke rumah saya. Ia anak tunggal dan hidup hanya dengan 
ibunya. Seharian dia hanya sendirian di rumah, karena ibunya bekerja 
dari pagi sampai petang. 
Sebagai anak yang masih berumur sekitar 10 tahun, ia tampaknya bongsor 
dan genit. Tapi waktu itu saya tidak terpikir sedikit pun untuk tertarik
 secara seksual. 
Suatu hari ketika dia tersesak buang air, dia langsung masuk kamar 
mandi. Rumah saya memang sudah dianggap sebagai rumahnya. Dia memang 
biasa begitu. Namun tiba-tiba saya mendengar dia menjerit memanggil 
saya. "Mas..... mas.....mas... tolong mas ada cacing" 
Saya kaget dan langsung bangun dari tempat duduk, " dimana" 
"Ini di sini aku jijik, tapi aku malu," jeritnya sambil menangis dan terhiba-hiba. 
"Lantas gimana, apa perlu aku tolong," 
Pintu kamar mandi masih terkunci dan dari dalam masih terdengar Ery menghiba , " mas tolong mass) 
Kunci pintu kamar mandi terdengar dibuka dan Ery dengan berpenutup handuk berdiri sambil agak nungging. 
Aku menerobos masuk dan mencari di sekitar lantai, " mana " kataku. 
"Ini mas di pantat dia nggak mau keluar menggantung. 
Ery berbalik dan menungging di depan ku. Ternyata cacing itu menggantung di lubang duburnya. 
"Sebentar aku ambil tisu" 
Aku keluar dan mulai terpikir, kalau aku cabut dari lubang anusnya pasti
 akan terlihat kemaluannya. Akal iseng ku mulai keluar. "Sini nungging, 
nggak usah malu kalau takut sama cacing." 
Ery tanpa pikir panjang Lalu nungging di depan ku, maka terpaparlah anus
 dengan cacing tergantung dan kemaluannya dari belakang. Pelan-pelan aku
 cabut cacing dari lubang anusnya dan keluarlah cacing sepanjang hampir 
10 cm. 
Ery bergidik melihat cacing, karena dia geli pada binatang cacing. "Mas aku takut, nanti ada lagi yang keluar." 
" Ya udah mas tunggin di sini kamu terusin buang airnya." Ery kembali 
nongkrong menghadap ke arah ku. Maka terpaparlah gundukan kemaluan yang 
masih gundul. 
Aku pura-pura tidak tertarik melihat kamaluannya, padahal kontol mulai ngaceng. 
Ery masih mengeluarkan sisa tinja yang tertahan. Dia rupanya trauma 
dengan cacing tadi sehingga tidak berani melihat ke bawah. "Mas Ada lagi
 nggak cacing yang keluar?" 
Karena kamar mandi sempit maka tidak ada ruang untuk aku melihatnya dari
 belakang. Satu-satunya celah hanya memandang dari depan. Aku pun dengan
 gaya ditenang-tenangkan jongkok untuk memeriksa apa ada cacing yang 
tergantung. Yang aku perhatikan tentu saja bukan cacing, tetapi memeknya
 yang merekah. Aku pura-pura memperhatikan kemungkinan ada cacing, 
padahal meneliti bentuk memeknya yang merekah merah. 
Kontolku mengeras maksimal. "nggak ada lagi kok,' kata ku datar. 
"Mas cebokin mas aku takut, nanti msih ada cacingnya." 
Astaga, ini anak kenapa jadi begini. Mengambil kesempatan dalam 
kesempitan, akhirnya saya mengeliminir rasa jijik. Ery ku suruh jongkok 
di depan ku dan dengan gayung aku mencebokinya. Berkali-kali aku usap 
tanganku di sekitar anusnya sampai bersih dan tentu saja menyenggol 
memeknya. "Mas jangan ke situ mas geli," kata Ery ketika kesenggol 
clitorisnya. 
Setelah aku sabuni dan bersih, aku pun menyabuni tanganku berkali-kali. " Masih ada cacingnya nggak mas," tanya Ery. 
"Nanti mas periksa, jangan pakai celana dulu, mas mau periksa di luar di tempat yang agak terang." 
Padahal mana mungkin memeriksa cacing dalam anus, orang ketika diraba sudah tidak terasa apa-apa. 
Ery kuminta telentang di tempat tidur, mengangkan selebar mungkin dan 
mengangkat kakinya. Memeknya kelihatan jelas dan anusnya juga . Aku 
sibak anusnya pura-pura memeriksa padahal mataku menatap lobang memek 
yang kecil dan tertutup. 
Aku raba lubang anusnya dan sedikit memasukkan jari tengah, tetapi tidak
 bisa. Tak kurang akal aku cari cream body lotion dan kulumasi jari 
tengah lalu ku tusuk perlahan-lahan ke dalam lubang anusnya. Ery 
mendesis, mungkin geli atau mungkin juga keenakan. "Sakit" tanya ku. 
"Sedikit tapi juga geli" 
Jari tengah ku masuk pelan-pelan sampai akhirnya masuk seluruhnya lalu 
aku putar-putar. Ery makin mendesis-desis. 
"Ssssshhh.....ssssshhh....sssshhhh" 
"Nggak ada lagi kok" kataku menyudahi pemeriksaan jahil. 
Lalu Ery ku suruh kembali mengenakan celana dalamnya. 
"ini gara-gara mama sih, aku disuruh makan obat cacing jadi keluar deh cacingnya," kata Ery bersungut-sungut. 
KOntolku tegang maksimal, tapi aku tidak tau harus berbuat apa. Ery masih 10 tahun, meskipun teteknya mulai tumbuh. 
Kubuang pikiran jahat ku dan aku kembali menenangkan diri. 
Celakanya Ery sejak saat itu sering minta ...
diceboki. Anak ini makin manja. " Abis enak sih diceboki ama Mas," katanya manja. 
Aku selalu mengambil kesempatan meraba itilnya ketika menceboki Ery sampai kadang-kadang dia menggelinjang kegelian. 
Dia pun sudah tidak punya rasa malu lagi dan percaya 100 persen bahwa 
aku menjaganya. Padahal otakku suntuk setiap kali meraba itilnya, 
kontolku ngaceng sekeras-kerasnya. Apa boleh buat. 
Suatu saat ide ku muncul untuk mengambil fotonya dalam keadaan bugil. 
Dia toh senang difoto, dan tidak lagi ada rasa malu di depan ku. So 
tidak ada penghalang. Aku jadi bebas menikmati tubuh telanjangnya, baik 
langsung atau dalam file di komputer. 
Ery pertama heran atas permintaanku dan dia merasa malu juga kalau harus
 beraksi telanjang di depan kamera. Tapi aku beralasan untuk dokumentasi
 pribadi. 
Dia akhirnya setuju. Segera aku ubah kamar tidurku menjadi studio dan 
berbagai pose dari yang artistik sampai yang paling vulgar. Dari berdiri
 malu-malu sampai tangannya menguak vaginanya dan kuambil close up. 
Selaput daranya sampai bisa tertangkap kamera karena terlalu seringnya 
memeknya dipluek. 
Aku jadi makin terangsang memperhatikan fotonya di komputer. Hasil 
jepretanku tidak kalah dengan foto-foto lolita dari Rusia atau Ukraina. 
Semua pose yang ada di situs-situs lolita sudah aku praktekkan pada Ery.
 
Akhirnya kepala ku jadi ngeres, tetapi aku tidak berani mengingat 
berbagai risiko yang bakal muncul jika aku menyetubuhinya. Keadaan jadi 
cenggur (ngaceng nanggur) terus. Pelampiasannya hanya onani. 
Suatu hari Ery menegurku. " Mas sudah lihat Ery telanjang, tetapi Ery 
belum pernah lihat Mas telanjang, nggak adil dong," katanya. 
Aku bingung mencari kata-kata dan alasan untuk bertahan. 
"Kenapa kok pengin lihat mas telanjang ?" tanya ku sambil mencari ksempatan waktu berpikir untuk bertahan. 
"Ery juga pengin motret mas telanjang,' katanya. 
"Mati aku," aku jadi makin terpojok. 
Akhirnya aku menyerah karena tidak punya alasan dan kata-kata untuk 
bertahan. " Ya udah, Ery mau motret mas talanjang sekarang ?" 
Ery hanya mengangguk. 
Aku malu bukan karena aku harus telanjang, tetapi kontolku ini ngaceng, 
kalau aku buka celana tiba-tiba mencuat batang 15 cm, bagaimana aku 
menerangkannya. 
Muncul akal. "Sebentar Mas mau buang air dulu ya." Aku buru-buru masuk 
kamar mandi dan sambil nongkrong aku onani. Setelah ejakulasi aku 
pura-pura menyiram kotoran di wc. Dalam keadaan telanjang bulat aku 
keluar dan menemui Ery di kamar ku yang sudah siap dengan kamera digital
 ku. 
Setelah aku ajari mengenai cara pengambilan gambar, Ery mulai beraksi 
menyorot diriku dari berbagai posisi. "Sialan aku dikerjai anak kecil nggak sanggup ngelawan," kata ku dalam hati. 
Sialnya dia pun ikut-ikutan mengambil foto close up kontol ku. Bukan 
hanya mengambil foto dari jarak dekat, dia pun mengubah-ubah posisi 
kontolku ketika aku pada posisi duduk setengah berbaring. 
Kontolku yang sejak tadi lemes saja, disenggol-senggol jadi bangun. " Lho mas kok kontolmu jadi bengkak. 
"YA orang disenggol-senggol ya jadi bengkak," kataku sekenanya. 
"Sakit nggak mas, orang cuma disenggol kok bisa bengkak," katanya polos. 
"Ya agak sakit," kataku berbohong. 
"Gimana ngobatinya, pakai refanol bisa nggak," katanya bersungguh-sungguh. 
"Nggak bisa pakai refanol, nantilah kita obati setelah foto-foto selesai. 
"Kamu harusnya juga telanjang jadi kita bisa foto berdua sambil 
telanjang, kata ku." Otakku jadi kurang kurang sehat kalau lagi sange. 
Padahal foto berduaan telanjang ini risikonya besar. Tapi kalau lagi 
sange mana berpikir panjang begitu. 
Ery setuju dan kami pun berfoto berdua telanjang dalam berbagai gaya. 
Rupanya dalam berbagai pose dimana tanganku memegang teteknya yang baru 
numbuh dan memeknya yang belum tumbuh bulu membuat dia jadi terangsang 
juga. Buktinya memeknya ketika kuraba mulai basah. 
Aku baru tahu kalau anak kecil bisa terangsang dan memeknya basah juga. 
Aku pun makin gila dan berpose makin mesra, mulai pose mencium bibirnya,
 mencium teteknya menjilat pentilnya yang masih kecil. Ketika Mencium 
bibirnya aku melumatnya dan tidak memperdulikan timer di kamera lagi. 
Ery binggung dan tetapi diapun jadi makin terangsang. Begitu juga ketika
 pose aku menjilat pentil susunya, dia geli-geli keenakan. 
Aku kemudian mengusulkan posisi gambar aku menjilat memeknya. Dia Protes
 karena dianggap itu menjijikkan. Aku bilang aku nggak jijik, cobalah. 
Dia memegang kamera dan aku tiarap di antara kangkangan kakinya dan 
dengan hati-hati aku menyentuhkan ujung lidahku ke ujung clitorisnyanya.
 " Ah geli mas, " katanya sambil menarik menjauhkan memeknya dari 
lidahku. Foto tidak sempat diambil karena dia kaget. 
"Coba lagi" kataku. 
Kini tanganku merangkul pantatnya untuk menahan agar dia tidak menarik lagi pantatnya seperti tadi. 
"Ok siap ya" kata ku. 
Kini aku tidak lagi menjulurkan lidahku tetapi membenamkan seluruh mulut
 ke vaginanya dan lidahku mencari clitoris di ujung atas liptan memeknya
 bagian dalam. Dia menggelinjang dan aku terus melakukan serangan dengan
 jilatan lembut ke clitorisnya. Setiap kali lidahku mengenai ujung 
clitorisnya setiap kali pula dia menggelinjang. Dia bingung dan lupa 
harus mengambil foto. Posisinya yang tadi setengah duduk kini jadi rebah
 telentang sepenuhnya. Aku pun makin bersemangat menjilati clitorisnya. 
Ery mulai mendesah dan makin lama makin panjang. Sssshh..... 
sssshhhh..... ssssssshhhhh. 
Mungkin sekitar 5 menit tiba-tiba Ery menjerit tertahan dan lubang 
vaginanya berdenyut-denyut. Aku menghentikan jilatan dan menekankan 
lidahku diitilnya. Tangan Ery juga menarik kepalaku agar menekan 
vaginanya. Dia mencapai orgasme mungkin yang pertama seumur hidupnya. 
Tubuhnya yang tadi meregang, kini lemas seperti tak bertulang. " Geli 
dan enak banget mas, apasih tadi itu," katanya kemudian setelah dia 
mulai siuman. 
"Itu namanya orgasme, yaitu kepuasan seksual." 
Aku tidur telentang di sampingnya, dengan posisi kontolku mengacung tegak ke atas. 
Tangannya kuraih dan kubawa ke kontol ku untuk menggenggamnya. " Keras amat mas, kenapa sih," tanyanya penuh keheranan. 
"Bisa sembuh nggak," tanynya lagi. 
"BIsa tapi kamu harus bantu mengobatinya" 
"Caranya gimana" 
"Caranya sama seperti tadi mas lakukan .. .pada Ery." 
"Ih Ery nggak bisa mas, Ery jijik" protesnya. 
" Kalau mas nggak jijik, kenapa Ery jijik, coba dulu, kalau nggak gitu bengkaknya makin besar dan nggak bisa sembuh." ujar ku. 
Ery bangkit dan mendekatkan kepalanya ke kontol ku. Tangannya mulai menggenggam batang kontolku yang keras seperti kayu. 
"Coba jilat ujungnya" kata ku memberi komando. 
Dengan gerakan ragu-ragu dia mulai menjulurkan lidahnya dan menyentuh 
kepala kontolku. Setelah beberapa jilatan dia mulai terbiasa. 
" Kulum," perintahku. 
"Itu mas ada lendirnya dan rasanya agak asin," protesnya. 
Aku ambil celana dalam yang tergeletak di samping ku dan aku lap lendir di ujung kontol ku.
Ery dengan gerakan ragu mulai mengulum perlahan-lahan, tetapi giginya menyentuh ujung kepala kontolku., 
"jangan sampai kena gigi Ry" 
Setelah beberapa saat dia mulai terbisa dan bisa menyesuaikan agar giginya tidak menggeser kontol ku. 
"Manju mundur dan sedot yang kuat," kata ku sambil aku mengambil foto pada moment yang sangat merangsang ini. 
Ery dengan cepat mengikuti perintahku dan kini dia sudah mulai mahir. 
Rasa enak menjalar ke seluruh tubuhku sampai ke ubun-ubun rasanya. 
"Rya bawahnya juga dijilat ," Kata ku sambil memberi petunjuk untuk juga menjilat buah zakarku. 
Aku tidak bisa menahan nikmatnya dijilati anak umur 10 tahun yang mulai 
pintar ini. Ssshhh ...... sssshhh ..... aduh enak ry terus Ry, Sedot 
lagi Ry. Aku tidak bisa bertahan lama dan kuangkat kepalanya menjauh 
dari Kontolku dan kubekap kontolku yang segera memuntahkan cairan kental
 putih ke atas perutku. 
Ery menatap heran. " Apa yang keluar itu mas, kok kental dan lengket gitu," tanyanya. 
"itu sperma, sebagai tanda akau mencapai puncak kenikmatan seperti yang kamu rasakan tadi," kataku. 
Badan ku lemas dan aku segera melap cairan itu dengan handuk kecil yang memang sudah kusediakan sejak awal di tempat tidurku. 
Sekitar 5 menit kami tidur telanjang berdampingan. 
Sejak saat itu, Ery jadi ketagihan dan dia sering memintaku untuk memuaskan dirinya dan memuaskan diriku juga. 
Berbagai gaya foto vulgar adeganku dengan Ery makin lengkap dalam 
koleksi. Aku menyimpan semua foto-foto itu dalam internet yang hanya aku
 bisa melihatnya. 
Adegan itu terus berlangsung sampai sekitar 3 bulan, sampai suatu saat aku ingin mendapatkan yang lebih dari itu. 
Otak ku makin gila dan tidak lagi terpikir risiko-risiko yang bakal muncul. 
Dengan alasan adegan foto aku mulai menempelkan ujung kemaluan ku di 
mulut vaginanya. Pertama ya hanya nempel saja dari berbagai angel. Tapi 
rasa penasaran mendorongku untuk berbuat jauh. 
Aku ingin membenamkan kepala kontolku saja, untuk merasakan kenikmatan 
memeknya tanpa merusak sepalut keperawannya. Pada awalnya sulit sekali 
menerobos masuk dengan bantuan jely pelicin perlahan-lahan kepala 
kontolku mulai bisa menyeruak lipatan vaginanya. Aku berhenti ketika di 
dalam vagina ada yang terasa menghalangi. Gerakanku hanya maju mundur 
1-2 cm saja. Rasanya juga sudah nikmat sekali sampai aku bisa 
menembakkan air maniku. Aku tidak berani melepas maniku di dalam 
memeknya. 
Ritual ini berlangsung lebih dari 10 kali sampai aku tidak memerlukan jeli pelicin lagi bagi mendorong kepala kontolku. 
Rasa penasaran juga lah yang mendorong aku untuk berbuat lebih jauh 
lagi. Aku mencoba untuk memasukkan setengah batang kontolku, karena 
kalau cuma kepala ketika ditarik sering lepas dan lama-lama jadi kurang 
nikmat. 
Ketika Kepala kontolku tertahan untuk masuk terus, aku berhenti dan 
menarik nafas. Kontolku aku pertegang sehingga ada efek sedikit 
mendorong masuk, lalu aku kendurkan lagi ketika Ery mengernyit 
kesakitan. Kemudian aku pertegang lagi sambil agak mendorong, berhenti 
ketika Ery mulai kesakitan. Gerakan itu bisa membawa batang kontolku 
masuk lebih dalam, sekitar 2 inci lalu aku bermain maju mundur pada 
jarak 2 inci sampai menjelang aku ejakulasi. 
Permainan 2 inci akhirnya lancar setelah kami bermain sekitar 2 minggu dengan frekuensi sekitar 5 kali. 
Ery makin ketagihan dengan permainan yang makin meningkat ini. Dia tidak
 lagi merasakan kesakitan ketika permainan 2 inci itu berlangsung. 
Selanjutnya aku mulai mencoba menerobos lebih dalam lagi. Tekniknya sama
 dengan sebelumnya berhenti ditegangkan lalu tekan sedikit. berhenti 
lagi lalu tegangkan dan tekan sedikit. Gerakan ini bisa membawa kontolku
 terbenam sekitar separuhnya. Aku pun berhenti pada posisi ini dan hanya
 bermain setengah tiang. 
Seminggu bermain setengah tiang dan tidak ada lagi rasa sakit pada memek
 Ery membawa aku penasaran ingin membenamkan seluruh kontolku ke dalam 
memeknya. 
Dari posisi setengah tiang tidak lagi terlalu sulit dan lama untuk 
membenamkan seluruh batang kontolku, meskipun gerakanku tetap hati-hati 
dengan menegangkan dan mendorong pelan. Bless masuklah seluruh batang 
kontolku ke dalam memek kecil yang masih belum tumbuh bulu. Aku berhenti
 untuk sekitar 1 menit pada posisi terbenam itu, menikmati betapa hangat
 dan sempitnya memek Ery. 
Perlahan-lahan gerakan maju mundur dengan sangat lambat aku coba dan 
kontolku terasa seperti terjepit sangat ketat. Aku tidak bisa bertahan 
lama di dalam memek yang sempit, sekitar 5 menit pertahananku jebol dan 
aku muntahkan di perut cewek imut ini. 
Sebelum memulai membenamkan kontolku aku selalu memuaskan Ery dengan 
oral sampai dia orgasme minimal 2 kali. Sebab, aku menyadari, aku tidak 
bisa membawanya orgasme melalui hubungan normal, karena sempitnya memek 
ini tidak mungkin aku bertahan bisa main lama. 
Berbagai posisi hubungan badan kuabadikan dari berbagai angel sampai 
pada posisi-posisi close up. Ngentot menjadi kegiatan rutin kami sampai 
Ery mencapai usia 11 tahun.
Persahabatan ku dengan Ery jadi makin akrab dan berkat bimbinganku pada 
pelajaran sekolahnya, dia berhasil meraih rangking 1 di kelasnya. Aku 
bangga dan juga puas. 
Meski perbedaan usia kami terpaut 9 tahun, tetapi dalam hubungan sex 
kesenjangan itu hampir tidak ada artinya. Hampir setahun aku berteman 
dengan Ery, tetapi sekalipun aku belum pernah melihat Ibunya, apalagi 
mengenalnya. 
Aku memang kurang berminat mengenal ibunya dan kalau bisa malah menghindar mengenalnya. 
Ternyata Ery juga menutup rapat diriku terhadap ibunya, ia hanya mengaku sering belajar bersama teman sekelasnya. 
Sudah hampir setahun aku berhubungan dengan Ery sampai ia berusia 11 ...
.tahun. Dia belum mendapatkan mensturasinya. 
Meskipun usianya masih terlalu muda, tetapi nafsu sexnya ternyata cukup 
tinggi. Aku seringkali kewalahan menghadapi permintaannya. Hampir setiap
 hari dia memintaku untuk menyetubuhinya. Setiap kali hubungan 
seringkali aku harus meladeninya sampai 4-5 ronde. Kadang-kadang 
pinggang ku rasanya sampai mau patah, karena pada ronde ke dua dan 
seterusnya aku baru bisa ejakulasi setelah sekitar 30 menit. 
Kecil-kecil sudah hyper, bagaimana besarnya nanti. Suatu kali dia pernah
 diminta ibunya untuk menginap di rumah temannya karena ibunya harus 
pergi ke luar kota untuk selama 2 hari. Ibunya percaya saja kalau Ery 
memang benar menginap di rumah temannya, tanpa dia mengecek. Padahal Ery
 mendekam dirumahku. Karena dua hari itu adalah hari Sabtu dan Minggu, 
maka Ery seharian di rumah ku. Dalam 24 jam aku melayaninya sampai 10 
ronde. Ronde ke 9 ejakulasiku hanya mengeluarkan angin. 
Akhir-akhir ini aku agak jarang menyetubuhi Ery karena kegiatan kuliahku
 padat, dan kadang-kadang sampai malam. Ery protes karena dia jarang 
disetubuhi. namun keadaan yang tidak memungkinkan. Aku menyetubuhinya 
paling pada hari Minggu, karena sampai malam minggu aku disibukkan 
dengan kuliah. 
Sudah sekitar 3 bulan memek Ery hanya aku besut seminggu sekali. Pada 
awalnya setiap kesempatan hari minggu Ery menuntutku bermain sampai 6 
ronde. Namun karena aku lama-lama kewalahan akhirnya akau hanya penuhi 3
 ronde saja. Begitulah berjalan beberapa bulan sampai Ery bercerita 
bahwa dia tertarik pada teman laki sebayanya. Aku kenal anaknya bernama 
Aryo, karena dia juga dari lingkungan sekitarku juga. 
Suatu malam minggu ketika aku pulang kuliah sekitar jam setengah 7, aku 
menangkap bayangan di halaman kosong sebelah rumah ku ada seperti orang 
mengendap-endap. Aku pun berjalan mengendap untuk memastikan pandangan 
apa gerangan gerakan itu, pencurikah, atau hewan. Sampai jarak 5 meter 
aku baru bisa melihat agak jelas bahwa disudut tanah kosong itu ada dua 
anak sedang bergumul. Aku dekati sampai sekitar 2 meter aku kejutkan 
mereka, " Ngapain ini" dengan nada suara membentak. 
Mereka terkejut dan tak segera bisa lari, karena kulihat Ery dan Ary 
sedang bertindih-tindihan. Celana mereka tidak dilepas hanya diturunkan 
sampai sebatas betis, sehingga susah berlari. Keduanya pucat dan malu. 
Dengan nada tetap garang saya perintahkan mereka mengenakan kembali pakaiannya. Keduanya aku gelandang masuk ke rumah ku. 
Mereka duduk di ruang depan dengan kepala tertunduk, malu takut bercampur baur. 
"Kamu masih kecil kenapa sudah bermain seperti orang dewasa," kata ku sok berwibawa dan bersih. 
Mereka lalu saling tuduh menuduh mengenai siapa yang memulai dan siapa yang mengajak. 
"Sudahlah" kata ku 
"Kamu nggak usah takut, tadi saya sudah lihat kamu." kata saya. 
"Mas tolong mas saya jangan diadukan ke orang tua saya atau di bawa ke polisi, tolong mas," kata Aryo. 
"Baik," kata saya. 
"Saya tidak melaporkan perbuatan kalian asal kalian menuruti saya," kata Ku 
"Saya kasih kalian kesempatan meneruskan permainan kalian tadi di sini 
tetapi saya akan melihatnya, kalau kalian tidak bisa, maka akan saya 
laporkan ke orang tua kalian," 
Aryo baru berani mengangkat kepala dan bertanya. "benar boleh di sini". 
"Benar, di sini kalian aman tidak ada yang memergoki." 
KUperintahkan keduanya membersihkan diri ke kamar mandi dan dari kamar 
mandi keluar harus dalam keadaan talanjang masuk ke kamar ku. 
Pertama Aryo masuk ke kamar mandi, Dia mandi, mungkin di semak-semak 
tadi gatal., Keluar dengan malu-malu menutup burungnya masuk ke kamar 
ku. Aryo umurnya 12 tahun. Ery kemudian masuk kamar mandi dan dia 
mencuci seluruh badannya dan menyabuninya. Dia keluar dari kamar mandi 
dengan tenang jalan sambil telanjang masuk ke kamar ku. 
Aku duduk dikursi dan siap memberi aba-aba. "Aryo apakah kamu sudah pernah onani dan mengeluarkan mani." 
"Sudah mas" jawabnya singkat. 
"Baik sekarang kamu telentang."
Ery kuperintahkan memegang kemaluan Aryo yang belum berbulu agar bangun 
menegang. Dalam beberapa saat saja kemaluan Ery sudah bangun dan tegak 
sekitar 12 cm panjangnya. Dia sudah sunat. Ery kuperintahkan untuk 
mengulumnya. Aryo kaget dan protes. "Kok diemut mas, kan jijik katanya."
 
"Udah kamu diam saja dan ikuti perintahku" 
Aryo pssrah dan tidur telentang, Ery yang memang sudah lihai dengan 
segera mengambil posisi diantara kedua kaki Aryo dan mengulum penis 
Aryo. 
Aryo mendesis-desis keenakan. " Enak yo," tanyaku. 
"Enak banget mas tapi rada geli, tapi enak." 
Ery yang sudah piawai mengoral akhirnya menjebol pertahanan Aryo hanya 
dalam waktu kurang dari 2 menit. Semua mani Aryo ditelan dan Aryo 
kelojotan kegelian ketika ejakulasi penisnya masih diisap oleh Ery. 
Sampai penis Ary lemas baru dilepas oleh Ery. 
"Enak banget mas, saya belum pernah ngerasakan seperti ini," kata Aryo. 
" Kamu juga harus membuat enak Ery, setelah istirahat sebentar, kamu juga harus menjilat memek Ery" kata ku. 
Aku perintahkan Ery tidur telentang dan Aryo kubimbing tengkurap 
diantara kedua paha Ery. Dia awalnya ragu, menjilat memek Ery. Aku kuak 
memek Ery dan kutujukkan itilnya yang harus dijilat dengan gerakan 
lembut. 
"Kalau kamu tadi dienakkan oleh Ery, sekarang giliran kamu mengenakkan Ery, itu biar adil,"kataku. 
Aryo dengan gerakan ragu dan penasaran melihat memek yang merekah merah 
itu akhirnya dia mulai menjulurkan lidahnya ke clitoris Ery. Karena 
lidahnya terus dijulurkan Aryo mulai lelah. " Bekap mulutmu ke memeknya,
 dan jilati terus," perintahku. 
Aryo kemudian menurut dan Ery mulai kelojotan itilnya dijilati. Sekitar 5
 menit Ery meregang dan Aryo kuperintahkan mengehentikan jilatannnya dan
 lidahnya menekan memek Ery. Ery pun menekan kepala Aryo ke memeknya 
kuat-kuat. Baru 15 Detik Aryobersikeras mengangkat kepalanya menjauhi 
memek Ery, "nggak bisa nafas" katanya. Ery yang lagi tanggung orgasme 
akhirnya menekankan tangannya ke memeknya sampai orgasmenya tuntas. 
Kontol Aryo sudah berdiri lagi, meski belum penuh. Ery yang baru 
menyelesaikan orgasmenya langsung meraih kontol Aryo dan 
meremas-remasnya. Mendapat perlakuan itu, kontol Aryo makin mengeras 
sampai sempurna. 
"Sekarang masukkan kontolmu pelan-pelan ke memek Ery, kamu merangkak diatas Ery, cium bibirnya, lalu cium ... teteknya," 
Aryo yang sudah mulai bangkit nafsunya segera mencium Ery. Mereka 
berciuman penuh nafsu dan tidak memperdulikan ada orang lain yang 
menonton. Sementara aku kontolku makin tegang. 
Aryo kemudian turun menciumi tetek Ery yang baru numbuh sebesar "mouse" 
laptop. Sekitar 10 menit cumbuan aku perintahkan Aryo memasukkan 
kontolnya ke memek Ery. 
"Tadi waktu diluar kamu sudah sempat masukkan kontolmu apa belum " tanya ku. 
"Belum, dia nyodoknya selalu didepan, mana bisa masuk," kata Ery. 
"Abis aku nggak tau lobangnya ada di bawah," kata Aryo. 
Ary membimbing kontolnya menuju memek Ery, tetapi berkali-kali gagal 
masuk sampai Ery menuntun ke memeknya dan menarik pantat Aryo agar 
kontolnya segera menerjang pintu masuk. 
Aryo mulai menggenjeot dengan penuh semangat. Dia pompa sekuat tenaga. 
Sekitar 5 menit dia bertahan pada posisi itu. Aku perintahkan untuk 
tukar posisi. Ery kini diatas dan Ery dalam posisi duduk bersimpuh 
mengangkangi badan Aryo ia melakukan gerakan maju mundur. Aryo 
nyengir-nyengir keenakan kontolnya dibesut Ery. Pada posisi ini Ery 
sempat mencapai orgasme sempai dia lunglai jatuh memeluk Aryo. Posisi 
kuperintahkan berganti lagi, dengan posisi dog style. Ary menyodok 
kontolnya dari belakang sambil memegangi pantat Ery. Mungkin posisi itu 
menstimulan G Spot Ery, sehingga Ery tak lama kemudian mengerang dengan 
keras keenakan. Mendengar erangan itu Aryo makin semangat dan makin 
terangsang dia puun mencapai puncaknya dan membenamkan dalam-dalam 
kontolnya dan menyemburkan lahar panas ke dalam memek Ery. 
"Saya lupa mas menarik kontol saya, dikeluarkan diluar, abis enak banget," kata Aryo meminta maaf pada ku. 
" Kalau dia hamil kamu harus bertanggung jawab, " kataku mengingatkannya. 
Aryo wajahnya jadi kecut dan seketika itu juga kontolnya menciut. 
"Enggaklah mudah-mudah," kata saya. 
Aryo pun kembali bersinar mukanya. 
Mereka aku perintahkan untuk kembali masuk kamar mandi bersama-sama 
untuk membersihkan diri. Hampir setengah jam kutunggu kok nggak 
selesai-selesai. Ketika kubuka pintu kamar mandi ternyata keduanya 
melanjutkan ronde ketiga dalam posisi berdiri, Ery membungkuk dan Aryo 
menyikatnya dari belakang. 
"Abis ngaceng lagi mas gara-gara kontolku disabuni Ery," kata Aryo sambil senyum-senyum-senyum. 
"Awas jangan dikeluarkan didalam, cabut kalau mau nyembur, kata ku. 
Sekitar 10 menit kemudian keduanya keluar dari kamar mandi dalam keadaan
 segar dan klimis. Sudah hampir jam setengah 10 kalian segera pulang aku
 antar ke dekat rumah kalian. Kami berjalan bertiga dan Aryo lebih dulu 
sampai ke rumahnya. Setelah aku dan Ery jalan berdua, Ery minta aku 
balik lagi ke rumah. " Ibu Lagi pergi mas." katanya. 
      
     
     Sejak saat itu rumahku dijadikan hotel jam-jaman oleh kedua anak itu. 
Ery kini melayani aku juga Aryo. Namun Aryo tidak pernah tahu hubunganku
 dengan Ery. Kami sepakat merahasiakan. 
Kedua anak itu telah pula membintangi film porno karya ku untuk durasi 
sekitar 30 menit. Mereka sudah tidak lagi canggung di depanku. Aku pun 
memanfaatkan mereka untuk membersihkan dan merapikan, rumah ku. 
Kuperhatikan hubungan Aryo-Ery hanya Just4Fun, karena baik Aryo maupun 
Ery tetap bebas berteman akrab dengan yang lain. Hubunganku dengan Ery 
juga sama, sehingga tidak ada rasa cemburu diantara kami. 
Suatu hari Ery mengajak seorang wanita ke rumah ku, "Kenalkan ini mama saya." 
Jantungku berhenti beberapa saat. Rasa khawatir, malu, tajub bercampur 
baur menjadi satu. Di sisi lain kagum dan terpana muncul dalam otakku. 
"Oh ini mas didit, " ujar ibunya sambil mengulurkan tangan menyalamiku. 
Wanita cantik berusia tidak sampai 30, kulit putih dengan body sempurna tinggi sekitar 165 cm dengan berat seimbang.
"Mas didit saya mau berterima kasih selama ini membimbing Ery sehingga dia unggul di sekolah," kata wanita cantik ini. 
Serr darah ku yang tadi bergumpal di otak segera mencair dan kepala ku 
yang tadinya panas kini menjadi dingin mendadak. Plong dadaku juga ikut 
lega. 
"Ah nggak usah dipikirkan, saya hanya memanfaatkan waktu luang saja, tidak usah menjadi rasa berhutang," kataku merendah. 
Percakapan kami segera menjadi akrab dan akhirnya Ery dan ibunya 
mengajakku ke rumahnya. Aku sebetulnya malu, tetapi tidak punya alasan 
menolak. 
Sebuah rumah yang cukup bagus berpagar tinggi. Interior di dalamnya rapi
 dan penataan yang apik. Ery hanya tinggal berdua dengan ibunya. Mereka 
jengah merekrut pembantu karena selalu keluar-masuk dan ada saja 
barang-barang yang hilang jika pembantu itu berhenti. 
Ibunya termasuk wanita yang suka ngobrol, apa saja diceritakan sampai 
mengenai ia kawin muda usia 15 tahun dan melahirkan Ery pada usia 16 
tahun. Pantas kelihatan masih muda karena usianya sekarang baru 27 
tahun. 
Dia bercerai dengan suaminya sudah lebih dari 5 tahun dan dia terus 
terang mengakui bahwa penyebab perceraian itu, karena dirinya lesbi. 
"Mas didit sering-sering kemari nemani Ery dan mengajarinya, saya tidak 
bisa terlalu banyak membimbing karena waktu saya habis menurusi bisnis 
yang kini memerlukan perhatian lebih serius. 
Sejak saat itu, aku jadi sering main ke rumah Ery, dan jika aku libur 
kuliah aku bisa seharian di rumah Ery. Kami bertelajang bulat saja 
berkeliaran di rumah itu sepanjang hari. 
Dari Ery kuketahui ibunya mempunyai pasangan lesbi yang sering juga 
datang ke rumah kalau ibunya sedang berada di rumah. Bahkan sering 
menginap. Ibunya terang-terangan kalau bercumbu dengan pasangannya dan 
tidak pernah merasa canggung meski di depan anaknya. Belakangan ku 
ketahui Ery bahkan sering dilibatkan. Ery pun mengaku dia kerap diminta 
ibunya jika sedang sange sementara pasangan lesbinya tidak datang. 
Akhirnya aku hampir mati mendadak terkejut, ketika Ery mengungkapkan 
bahwa hubugan dengan ku juga sudah diketahui semua ibunya. Jadi pengin 
malu tapi udah terlambat. 
Setelah 3 bulan aku mengetahui semua kehidupan dalam rumah itu. aku pun 
sudah kenal dengan pasangan lesbi ibunya. Kami berempat sering ngrumpi 
kadang-kadang bergadang main remi, sampai kami akhirnya telanjang bulat 
berempat, karena memang taruhannya membuka baju. Tidak ada rasa canggung
 lagi dan rahasia diantara kami berempat. Ibunya santai saja melakukan 
cumbuan berat dengan bertelanjang bulat dengan pasangannya di depan ku 
dan Ery. Aku pun santai saja ngentot Ery di depan ibunya dan pasangan 
lesbinya. 
Mbak Vina ... begitu aku menyebut ibunya Ery dan Mbak Dian pasagan 
lesbinya yang berperan sebagai pria, tidak pernah sedikitpun tertarik 
pada diri ku. Mereka berdua memang pernah memegang-megang kontol ku yang
 menegang, tapi mereka melanjutkan bercumbu berdua. 
Aku pun tak berani berusaha mengubah orientasi seks mereka, karena 
mereka tetap dingin menghadapi laki-laki meski sudah telanjang di depan 
mereka. 
Aku baru menyadari kenapa keluarga ini tidak tertarik mempunyai 
pembantu. Sebab kehidupan bebas mereka jadi terrganggu jia ada orang 
lain yang pemahaman sexnya tidak sebebas mereka. Aku pun diperkenankan 
masuk ke lingkungan ini karena ibunya tahu aku telah ngewek anaknya 
berkali-kali. 
Suatu hari aku terbangun dari tidur lelahku setelah main 3 ronde dengan 
Ery dikamarnya. Kulihat jam didinding menunjukkan jam 7 malam. 
Samar-sama kudengar suara ramai di ruang keluarga. Perutku lapar. Dengan
 santi bertelanjang bulat aku keluar menuju dapur yang tentunya melewati
 ruang keluarga. Kami biasa berlalu laang telanjang di rumah ini. Ada 
rasa yang berbeda memang jika hidup di komunitas telanjang. Paling tidak
 kita jadi bersikap lebih terbuka dan jarang berbohong. 
Aku berhenti sebentar mengamati area pertarungan. Ternyata Mbak Dian 
sedang dijilati Ery dan Mbak vina sedang menjilati anak perempuan usia 
sekitar 15 tahun. Oh ini Didit, kenalkan ini adiknya mbak Dian, "mirna" 
katanya menyalami ku dan aku balas "didit" Kami dalam keadaan telanjang 
bulat. Aku lalu pamit dari arena karena mau bikin mi isntan di dapur, " 
lapar " kata ku. 
Mereka segera melanjutkan pertarungan dan aku santai saja duduk di sofa 
dekat mereka sambil makan mi. Antara lapar dan terangsang akibatnya aku 
tetap makan tetapi pelan-pelan kontol juga bangun. Apa boleh buat ketika
 aku berjalan kembali mengantar mangkok kosong ke dapur, aku berjalan 
sambil dalam keadaan kontol ngacung ke depan. Itulah dunia telanjang, 
sulit menutupi keadaan yang sebenarnya. 
Aturan di rumah itu, setiap habis makan harus sikat gigi sampai bersih. 
Sikat gigi di wastafel dekat dapur tersedia beberapa dan tidak ada yang 
khusus dimiliki seseorang. kami bergantian semaunya menggunakannya. Aku 
pun lalu membersihkan mulut dan mulut kembali segar. 
Sambil menenteng segelas air dingin aku kembali ke arena duduk disofa 
memperhatikan pertarungan 4 wanita berbeda-beda usia. Mbak dian meski 
tomboy tetapi fisiknya sesungguhnya sexy. teteknya besar, mungkin ukuran
 36 B, pinggangnya ramping dan pantatnya bulat kulitnya agak gelap. Mbak
 Vina teteknya tidak terlalu besar tapi bulat dan pantatnya juga lebar 
dan tonggeng. 
Nah Mirna kuperhatikan badannya pendek tapi semok dan kulitnya agak 
gelap, rambutnya sebahu lurus. Jembutnya masih jarang kelihatannya baru 
tumbuh sekitar 25 lembar. 
Mereka semua santai saja meski aku menonton, hanya Mirna yang 
kelihatannya rada kurang kosentrasi. Pendatang baru memang maklumlah 
begitu. 
"Dit ini ajari anggota baru kita," kata Mbak Vina. 
Mbak Vina lalu membimbing Mirna merangkak lalu bersimpuh di depan 
kontolku yang ngaceng. "Coba kamu pegang dan kamu isap kontol Didit 
ini." Mirna sejenak menatapku, aku pun mengangguk. 
Dengan gerakan agak ragu Mirna mencekam kontolku lalu didekatkannya 
kemulutnya tapi dia berhenti ketika jarak mulut ke kontol tinggal 5 cm. 
Dia diam sebentar. Aku pun diam memperhatikannya. Aku mencoba pasif dan 
menikmati apa pun yang akan dilakukan Mirna. 
Dengan gerakan ragu dia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung penisku. Di 
sapunya dengan jilatan seluruh kepala penis, itu. Aku memberi respon 
dengan mendesis dan mengerang pela. Ini menambah semangat Mirna untuk 
bertindak agresif sehingga semua batang penis dijilati termasuk ke 
kantong zakarku yang jadi sensitif. Kali ini mendesis dan mengerang 
sesungguhnya karena memang makin nikmat. " MIr isap mir" pintaku 
diselingi desis dan erangan pelan. Mirna mengetahui tindakkannya benar 
dan membakar birahiku dia pun makin bersemangat. Di sedotnya kuat-kuat 
sampai rasanya ubun-ubunku ikut kesedot. Aku jadi mengerang keras 
melampiaskan rasa nikmat. Mirna mulai mengerti cara mengulum tanpa 
diberi petunjuk, dia maju mundurkan batang penisku sampai hampir masuk 
semua ke mulutnya. 
Sekitar 15 menit adegan ini berlangsung, mulutnya mungkin mulai pegal 
sehingga dia bangun dan menubruk tubuhku memelukku erat. Mulutnya ku 
sosor dan dengan ciuman erat aku cium sampai dia hampir kehabisan nafas.
 
Kubalikkan posisi sehingga kini gantian dia duduk bersandar di sofa dan 
aku menindih badannya. Ciuman ku lanjutkan ke puting susunya yang masih 
belum tumbuh sempurnna tapi sudah mengeras karena terangsang. 
Kuhisap, kugigit pelan lalu dijilat. Mirna mulai mengeluarkan desisan 
ulah. Dia rupanya sangat ekspresif. Desisannya makin keras kadang-kadang
 malah mengerang seperti orang kesakitan. Aku jadi makin full voltase 
endapat respon begitu. Memeknya ku raba, ternyata sudah basah kuyup. 
Aku pun perlahan-lahan turun mencium perut, selangkangan, paha bagian 
dalam. Mirna menggeelinjang kegelian dan keenakan juga. Ku lebarkan 
bentangan kakinya dan ku kuak memek yang bentuknya montok kayak "mouse" 
Itilnya ternyata sangat menonjol sehingga tidak susah aku menemukannya. 
Merah muda mengkilat keluar dari lipatan di atas lipatan bibir dalamnya.
 Kubekapkan mulutku ke wilayah sekitar itil yang menonjol itu dan dengan
 sapuan lembut kujilat sekeliling itil yang terasa mengeras. 
Mirna mengerang makin keras dia tidak peduli ada beberapa orang di 
sekitarnya. Ketika itilnya mulai bisa menyesuaikan jilatanku aku pun 
mulai menuju ke ujung itilnya. Dia menggelinjang kaget sambil berteriak.
 Pelan-pelan kusapu ujung itilnya dengan lidahku ku bagian bawah. Dia 
makin mengerang dan bergerak liar sehingga aku terpaksa menahan kedua 
pahanya dengan tanganku. Kini ujung lidahku yang mulai menyapu ujung 
itilnya dengan gerakan yang konstan dan beritme 1/1. 
Tidak sampai 5 menit Mirna berteriak keras dan menarik kepala erat 
kepalaku ke memeknya. Mulutku jadi belepotan cairan vagina Mirna, aku 
pun sulit bernafas. Memeknya berdenyut menandakan ia mencapai orgasme. 
Tampaknya semua kaget ketika Mirna berteriak saat awal orgasme sampai 
semua aktifitas di ruang itu berhenti memperhatikan "Whats wrong". " 
Gila lu mir tereak sekenceng-kencengnya kata Mbak Dian. 
Habis enak banget sih aku jadi nggak tahan dan lupa. Dalam keadaan 
bersandar lunglai aku tetap seperti bersujud di depan Mirna. Ku colok 
jariku ke dalam memek Mirna. Agak sulit masuk sampai Mirnya meringis. 
Aku mencari lokasi G Spot di bagian dalam ... memeknya. 
Jaringan empuk bulan sebedsar uang logam Rp 50 yang baru kutemukan 
dibelakang saluran pipisnya. Dengan gerakan lembut kugesek pelan dengan 
ritme yang tetap. Kini Mirna kembali mengerang dan mendesis bergantian .
 Suaranya makin lama makin keras. Ledekan Mbak Dian dan Mbak Vina tidak 
diperdulikan Mirna. Dia makin seru dan akhirnya belum 2 menit dia 
berteriak sekuat-kuatnya lalu sadar dan menutup mulutnya sendiri. Itupun
 dia tetap berteriak didalam dekapan tangannya. Jariku tetap di dalam 
memeknya terasa dijepit jepit dengan ritme yang hampir sama dengan 
denyut kontolku ketika sedang ejakulasi. Cairan memeknya meleleh makin 
banyak. Mirna baru mendapatkan orgasme G Spot, suatu orgasme yang jarang
 dialami cewek. 
Kini Mirna terkulai lemas, sementara aku makin horni dan makin keras. 
Kami ternyata jadi tontonan "life Show" ini mulai mereka nikmati ketika 
Mirna mengerang dengan suara yang cukup keras. 
Kontolku yang mencung keras ke depan pelan-pelan ku tempelkan ke depan 
bukan memek Mirna. Ujung penisku ku else-oleskan dengan carian yang 
banjir di mulut memeknya, lalu pelan-pelan kusodokkan mmenyeruak ke 
dalam memek Mirna. Agak sulit meskipun pelumasan sudah cukup. dengan 
gerakan hati-hati ku dorong pelan-pelan k menerjang masuk makin dalam ke
 dalam memek Mirna. Sampai pada titik tertentu kontolku tertahan tidak 
bisa maju. Rasanya seperti buntu, padahal kontolku baru masuk setengah 
jalan. Aku menduga ini adalah selaput dar Mirna. Kalau kiupaksa dengan 
dorongan kuat, Mirna pasti keskitan luar biasa. Maka gerakan menegang 
untuk maju kembali kupraktekkan. lalu diselinigni dengan gerakan maju 
mundur untuk meleluasakan lobang yang telah berhasil diterobos. Setelah 
gerakan setengah tiang lancar. Aku kembali berhenti di titik buntu dan 
dengan sedikit menekan dan menegangkan penisku aku akhirnya berhasil 
masuk lebih dalam. Mirna meringis dan di ujugn matanya meleleh air mata.
 " Sakit Mir" Dia mengangguk. Aku majukan penisku pelan-pelan sampai 
seluruhnya terbenam. Stay sekitar 2 menit dalam keadaan terendam penuh, 
aku mulai mencoba menarik perlahan-lahan. Gerakan ini juga akag seret 
rasanya sampai kulit penisku ikut tertarik seperti kesedot memeknya 
mirna. Kutarik sedikit- kumajukan secara bertahap akhirnya gerakan tarik
 maju makin panjang. Mirna pun mulai melupakan kepedihan memekmeknya 
karena selain pantannya mulai bergoyang dia juga mulai mengerang dan 
mendesis lagi. Makin lama makin keras suaranya. Aku pun menikmati memek 
sempit ini rasanya legit amat. Mungkin selain memek perawan, juga karena
 cairan memeknya kental dan agak lengket. Mungkin kalau diibaratkan oli 
mesin dia punya SAE 120, kental sekali. Benar juga dalam hatiku ,cewek 
berkulit hitam, memeknya lebih enak dari yang berkulit putih. Sekitar 15
 menit aku pompa Mirna dan dia sudah menjerit 2 kali tanda orgasmenya, 
tetapi tetap kugenjot sambil mencari posisi G SPotnya dengan sodokan 
penisku. Kutemukan ketika dia bereaksi menerima sodokankan dengan 
erangan-erangan seirama sodokkanku. Tiba-tiba dia seperti orang bersin 
dan lalu menjerit kembali sekuat-kuatnya ttanpa ingat harus menutup 
mulutnya sehingga serulah isi rumah ini dipenuhi teriakan mirna. Dia 
mencapai orgasemnya yang tertinggi. Menddapat respon itu akau jadi makin
 terangsang dan terasa lahar mulai akan menyembur. Kutarik kontolku dan 
kukocok sebentar lalu ku keluarkan di atas perut Mirna. Mirna sudah 
pasrah saja . Dia lemas abis, terkulai seperti tidak bertulang. 
Kuambil handuk kecil basah lalu ku lapkan ke bekas ceceran maniku di perut Mirna, Dia tertidur pulas di kursi itu. 
Sejak itu kami setiap malam minggu melakukan sex party. Aku hanya 
satu-satunya pejantan. Dua wanita yang harus aku layani sementara yang 
dua lagi nggak tertarik ama kontol. " aku heran kok bisa begitu ya, 
padahal mereka juga menggunakan dildo." 
Aku nggak ambil pusing lah, kalau mereka normal, akau nanti yang 
kewalahan, punya 4 babon. Dengan 2 babon saja dengkulku rasanya hampir 
copot. 
Secara sembunyi aku menempatkan kamera dan handphone dengan kapasitas 
besar pada posisi yang strategis. Tiga kamera masing-masing video 
kamera. handpone, stil kamera digital yang bisa berfungsi sebagai video 
kamera dan web cam yang aku hubungkan dengan laptop aku arahkan ke arena
 "sex party" 4 kali sex party aku memiliki banyak sekali file di dalam 
komputerku tinggal mengedit dan menyatukannya dalam satu video berdurasi
 sekitar 1 jam. Hasil candid camera ternyat tidak terlalu mengecewakan, 
cukup detil dan lumayan bikin orang terangsang menontonnya. Tidak ada 
yang tahu kecuali aku sendiri.
Aku sering kali tidak percaya dengan pengalaman yang kualami, andapun 
berpikir mungkin begitu juga. Wajarlah, tapi kita nikmati saja cerita ku
 tanpa harus banyak mempersoalkan. Yang penting sange lah. Aku terpaku 
hampir 10 jam menuangkan ceritaku ini. 
Suasana di rumah Mbak Vina tiba-tiba berubah ketika 2 anak kembar laki 
perempuan masuk kerumah itu sebagai anggota keluarga. Pada usia sekitar 9
 tahun mereka ditinggal mati kedua orang tuanya akibat kecelakaan. Mbak 
Vina adalah satu-satunya kerabat dekatnya sehingga dengan terpaksa dia 
harus menampung kedua anak yang manis dan cakep ini. Mereka polos 
berasal dari kota jauh dari Jakarta. 
Anak kembar laki-perempuan umumnya harus hidup dipisahkan, karena mereka
 cenderung akan intim seperti sepasang pacar dan merasa kembarannya 
adalah jodohnya. 
Sampai saat terakhir hidup dengan orang tuanya mereka tidak tinggal 
terpisah, bahkan jika mereka dipisah tidur di kamar berbedapun akan 
resah dan saling tidak bisa tidur. Mereka memang akhirnya disatukan 
dalam satu kamar dengan ranjang terpisah ketika tinggal bersama orang 
tuanya. 
Ketika di rumah mbak Vina mereka pun tetap rapat dan tinggal disatu 
kamar, bahkan di satu tempat tidur. Mereka nyata sekali saling 
menyayangi satu sama lain. 
Tetapi kamilah yang tidak bisa saling menyayangi, karena terhalang 
kehadiran mereka. Kegiatanku dengan Ery dan Mirna akhirnya pindah ke 
rumah ku dan MMbak Vina dan Mbak Dian menutup diri di kamarnya. 
Kehidupan munafik ini berlangsung sampai 3 bulan, membuat seisi rumah 
ini jadi makin frustasi, sampai aku memergoki keduanya saling berciuman 
di tempat tidur seperti layaknya orang pacaran.
Vicky dan Dicky begitu mereka diberi nama terkejut melihat kehadiranku 
yang tiba-tiba menyelinap ke dalam kamar mereka. Terkejut, malu dan ada 
rasa bersalah, Vicky si kembar cewek berkilah, "Aku menyayangi Dicky 
mas.". 
"Nggak apa-apa kok, mas mengerti, kamu nggak usah malu" 
Untuk lebih meyakinkan ...
mereka aku mengajari trik-trik berciuman. Meski agak ragu mereka akhirnya bisa menerima kahadiranku. 
Dari interaksiku mereka sudah terbiasa berciuman sejak mungkin setahun terakhir ini. Hanya itu saja. 
Aku ajari berciuman akan makin asyik kalau satu sama lain saling meraba.
 Yang diraba adalah masing-masing kemaluan mereka. Awalnya aku ajari 
meraba dari luar pakaian masing-masing genital sambil berciuman. Setelah
 mereka praktekkan dan mereka rupanya jadi terangsang. Kubimbing tangan 
Dicky masuk ke dalam celana dalam Vicky sampai menemukan memeknya dan 
Vicky pun aku bimbing tangannya memasuki celana Dicky untuk menggenggam 
batang milik Dicky. 
Hampir 15 menit mereka saling meraba dari dalam sampai Dicky tiba-tiba protes, " Mas Vicky pipis nih tangan saya jadi basah." 
Vicky protes. "enggak kok, vicky enggak pipis." 
Mereka berhenti beraktifitas gara-gara Vicky terangsang dan memeknya mulai basah. 
Aku menjelaskan bahwa Vicky memang benar tidak pipis. Bawuknya basah 
karena dipegang-pegang Dicky. " Itu normal, dan tandanya Vickya senang 
dan menikmati. " Ya kan Vick)" Vicky mengangguk malu. 
Akhirnya mereka kuarahkan untuk membuka semua baju dan celana dan 
bertelanjang bulat. Vicky keberatan dan agak protes, mereka malu kalau 
harus saling telanjang mereka belum pernah melakukannya apalagi di depan
 diriku. 
Aku matikan lampu kamar sehingga suasana jadi agak temaram, dan akhirnya
 setelah aku yakinkan bahwa aku mengajari mereka agar bisa menikmati 
rasa yang lebih enak, akhirnya mereka melpas semua pakaiannya. Kambali 
mereka kusuruh pelukan, ciuman dan meraba genital masing-masing lawan. 
Mereka mengulangi adegan tadi dan tangan Vicky kuarahkan agar melakukan 
gerakan mengocok penis Dicky dan tangan dicky kuarahkan agar jari 
tengahnya menyelip ke dalam belahan memek vicky. 
Keduanya makin tgerangsang sehingga tidak peduli lagi ada aku disampingnya . 
Dicky aku arahkan agar mencium kedua puting Vicky yang belum tumbuh 
karena dadanya masih rata. Dia menuruti dan rupanya Vicky makin 
terangsang meski belum tumbuh teteknya. Dia mulai mengerang meski 
tertahan dan pelan. Sedang dDicky pun makin agresif mengisap pentil 
Vicky yang rupanya juga mulai mengeras. 
Dicky kuarahkan agar tidur telentang dan Vicky duduk disampingnya. 
Vickya kuarahkan menintensifkan kocokan ke batang Dicky yang telah 
tegang sempurna dengan panjang sekitar 10 cm. Dicky penisnya telah 
disunat. Kocokan Vicky makin kencang sampai akhirnya Dicky mengerang. 
Dia mencapai orgasme tetapi belum ada spermanya. Vicky kuminta 
menghentikan aktifitasnya karena penis Dicky jadi terasa ngilu. " Enak 
oom," terimakasih ya. Dicky tersenyum puas. 
"sekarang giliran kamu memuaskan Vicky" perintahku. 
"Gimana mas caranya,". 
Kuarahkan jari tengahnya untuk menggosok perlahan-lahan itil Vicky. 
Begitu jari tengah Dicky menyentuh clitoris Vicky, dia menggelinjang dan
 terkejut. Dicky pun bingung, "Kenapa Vick," tanya Dicky. 
"Geli," katanya. 
Kuarahkan agar d 
Dicky memperlakukan clitoris Vicky secara halus dan jangan ditekan 
kuat-kuat. Dicky dengan sabar menuruti perintah ku, tetapi dia selalu 
kehilangan arah mencari clit Vick. Nggak kelihatan sih katanya. 
Aku menyalakan lampu dan Dicky tidak protes malah dia senang. Aku 
tunjukkan dimana letak clit Vicky dan bagaimana memperlakukannya. 
Dicky akhirnya mulai mahir memainkan clit Vicky sampai sekitar 10 menit 
Vicky meregang dan aku perintahkan tangan Dicky mendekap memek Vicky. " 
Mas memek Vicky kok berkedut-kedut," ujar Dicky. 
"Yah memang begitu sama seperti kamu tadi juga berkedut-kedut," jeasku. 
Pelajaran hari ini sampai disini saja, mereka kuasarankan untuk membersihkan diri. 
Dicky dan Vicky makin akrab dengan ku mereka makin banyak bertanya dan 
makin terbuka. Nanti aku ajari yang lebih asyik lagi, aku menjanjikan 
mereka. "Emang ada yang lebih enak lagi mas," tanya Vicky. 
"Ada dong," 
Ajari lagi dong, sekarang dong mas," kata Dicky. 
Kusarnakan mereka membersihakan kemaluannya dan menyabuninya sampai 
terasa wangi. Tanpa tunggu lama mereka segera menyerbu kamar mandi dan 
tidak sampai 5 menit mereka sudah menemuiku di kamarnya. 
"Buka baju dan lakukan seperti yang kalian biasa lakukan," perintahku. 
Keduanya langsung berpagutan dan mulai saling meraba, Dicky mulai pintar
 menciumi bagian-bagian tubuh Vicky. Demikian juga Vicky mulai pandai 
merangsang genital Dicky. Sampai titik rangsangan tertentu mereka 
kuminta berhenti. Kuperintahkan Dicky tidur telentang dan batangnya 
sudah menegang keras sekali, Vicky kuminta mencium batang penis Dicky. "
 Ih buat pipis kok dicium, jijikan mas," protes Vicky. 
"Tadi kan sudah dibersihin dan pakai sabun, coba cium wangi nggak," ujar ku. 
Vicky mencoba mencium dan memang dia mengirup aroma wangi sabun. "Jilat ujungnya ujung penisnya," perintahku. 
Vicky agak ragu dan mulai menjilat seperti dia sedang mencoba merasakan sesuatu. " Nggak ada rasanya mas," ujarnya. 
"Memang ngga ada rasanya, tetapi Dicky merasakan enak, benar gak Dick," 
Dicky hanya mengangguk. 
Vicky mulai terbiasa menjilat, ujung penis Dicky lalu aku menunjuk bagian-bagian yang harus dia jilat. sampai ke kantong zakar. 
Dicky keenakan, sambil menggelinjang. Setelah lancara acara penjilatan, 
aku minta Vicky mengulum batang Dicky. Vicky yang sudah terangsang tidak
 protes jijik lagi dia mulai memasukkan batang Dicky ke dalam mulutnya .
 " Jangan sampai kena gigi," titahku pada vicky. 
Isap dan maju mundur , ujarku pada Vicky. 
Belum sampai 5 menit Dicky sudah kelojotan keenakan. Kuperintahkan Vicky untuk menghentikan aktifitasnya. 
"Lebih enak mas, top deh" puji dicky. 
Kini giliran kamu Dick memuaskan Vicky. 
"Tapi Vicky kan nggak punya batang apanya yang mesti diemut," protes Dicky. 
Vicky ku suruh berbaring dan merengganggkan kedua kakinya dan menekuk ke
 atas. Kubuka lobang memek Vicky dan menunjukkan pada Dicky bagian mana 
yang harus di jilat. 
"Tapi memek Vicky basah mas, kalau batangku kan kering," protes Dicky. 
"Coba cium wangi nggak," ujar ku. 
Dicky membaui memek Vicky dan dia setuju memek Vicky memang masih wangi bau sabun. 
Dicky kuarahkan tidur telungkup diantara kedua kaki Vicky dan mulai 
menjilat clitnya. Bagitu tersentuh lidah Vicky kaget. " Kenapa Vick, 
sakit, tanya Dicky. 
"Enggak kok tapi geli dan agak ngilu." 
Kuarahkan agar jilatan dicky janan langsung ke ujung clit tetapi 
seputarannya saja ... dulu sampai Vicky terbiasa dan beradaptasi dengan 
jilatan Dicky. Dicky kusarankan untuk membekapkan mulutnya ke sekitar 
itil Vicky. 
Vicky mulai terangsang hebat dan bergerak-gerak ketika itilnya tersentuh lidah Dicky. 
Sekitar 10 menit, Vicky mulai kelojotan dan merintih keenakan. Dia 
mencapai orgasme. Dicky kusuruh menghentikan aktifitasnya dan kembali 
mencium mulut Vicky yang masih sange berat pasca orgasem. Vicky memeluk 
erat saudara kembar laki-laginya. 
Setelah dua minggu aku biarkan pengetahuan cumbu mereka dsampai disitu 
akhirnya, Dicky menarik tanganku." Mas katanya kalau batangku dimasukkan
 ke memek Vicky rasanya bakal lebih enak lagi. ADa temen di sekolah yang
 cerita-cerita soal ngentot. Saya sudah coba tapi nggak bisa masuk," 
kata Dicky. 
"Sebetulnya belum waktunya kamu melakukan itu, jadi ya belum bisa," ujarku enteng. 
"Yah mas tapi Dicky kepengin," Vcky yang kemudian merapat juga mengatakan hal s=yang sama. 
"Ya sudah sana cuci-cuci dulu," perintahku 
Aku lalu menyusul masuk ke kamar mereka. 
Aku duduk di kursi dan mengamti dari kejauhah. Kuperintahkan mereka 
melakukan ritual seperti biasa , cium, raba dan oral. Mereka protes dan 
mengatakan ingin langsung. Aku yakinkan itu tidakbisa, harus ada proses 
tidak bisa langsung apalagi ini baru pertama, jadi harus melalui proses 
dari pelajaran sebalumnya. 
Mereka pun akhirnya menuruti kata-kataku dan hampir 1 jam mereka menyelelsaikan masing-masing orgasmenya. 
Batang Dicky sudah tegak kembalisetelah hampir 10 menit mengoral Vicky. 
Vicky kuarahkan tidur dengan mengangkangkan kakinya dan menekuk ke atas. 
Dicky merangkak di atasnya dan dengan tanganku ku bimbing batang 
penisnya menemukan sasaran. Sebelumnya batang Dicky aku lumasi dengan KY
 Jelly agar lebih licin. Kepala penis Dicky mengkilat karena sudah 
mencapai ketagangan yang sempurna aku kuakkan belahan memek Vicky dan 
Dicky dengan memegangi penisnya di mendorong masuk ke dalam memek Vicky.
 
Berkali kali kepelset ke atas dan ke bawah. sampai akhirnya kepala penis
 dicky masuk. " Pelan-pelan dick, jangan dipaksa karena ini dirasakan 
sakit oleh Visky," kata ku. 
Vicky membenarkan dengan mengatakan "pelan-pelan Dick, sakit". 
Aku minta dicky menarik sedikit dan kembali mendorong sedikit. " TArik sedikit dan dorong lebih banyak," 
Gerakan itu berhasil membawa batang Dicky masuk hampir separo smpai dia 
merasakan buntu. Sementara Vicky sudah berlinangan air mata menahan rasa
 sakit. 
Aku minta keduanya bersabar, karena memang pada usia kalian hal ini belum waktunya jadi agak sakit. 
Dalam hatiku berkata bagus penisnya masih kecil kalau penisku yang menerobos, bisa pingsan si Vicky ini. 
Gerakan maju mundur setengah batang sudah mulai lancar dan Vickya sudah mulai kurang merasa sakitnya. 
Dicky kusuruh bertahan di dalam liang vagina Vicky dan kuminta untuk 
agak menekan sedikit , kalau Vicky sakit, harus berhenti, kalau sudah 
tidak sakit lagi diteruskan kembali. Dicky memang murid yang cerdas dia 
melakukan apa yang aku perintahkan sampai akhirnya semua batang penis 
dicky tenggelam di memek Vicky. Dicky kuminta untuk tidak melakukan 
gerakan kasar, karena Vicky masti merasakan sakit ada sedikit noda darah
 di sprei menandakan selaput dara Vicky sudah jebol. 
Mungkin karena sempit dan demikian lama proses penerobosan itu. Dicky akhirnya mencapai orgasme di dalam memek Vicky. 
Vicky tidak mendapatkan orgasme karena dia lebih merasa sakit dari pada enak 
Keduanya terkulai lemas. Aku tinggalkan mereka dalam keadaan terlelap tidur. 
Di luar aku ketemu Ery. 
"Abis ngapain mas,"tanya Ery. 
"Ngajari Dicky dan Vicky," 
Ery lalu faham dan segera menarikku ke kamarnya. 
Suatu hari aku tanya Ery, "Mau gak ngajar praktek Dicky dan Vicky," 
Ery menyambut gembira tawaran ku itu. 
Ketika tawaran yang sama ku sampaikan Dicky dan Vicky mereka juga setuju. 
Pada hari yang sudah kami sepakati dimulailah pelajaran dengan guru Ery dan aku sebagai pengawas. 
Untuk menghilangkan rasa canggung kami sepakati semua dalam keadaan telanjang di dalam kamar dan semua sudah dicuci bersih. 
Bagitu kubuka celanaku maka kontolku langsung ngacung ke depan, Dicky juga begitu. Ah normal. 
Ery teteknya sudah lebih besar karena dia kini sudah mencapai usia 12 tahun. 
Pelajaran pertama adalah terhadap Dicky dan Ery akan melakukan praktek 
kepada Dicky. Vicky agak cemas tapi dia terpaksa menerima karena sudah 
kesepakatan. 
Dengan kelihaian Ery dia mulai merangsang Dicky dengan mulai menghisap 
penis dicky diseleingi menjilan dan sampai menjilati lubang dubur Dicky.
 Mendapat serangan piawai dan tidak duduga, Ery jadi kelojotan keenakan 
dan mengerang tanpa sadar. 
Belum sampai 5 menit Dicky sudah kejang mencapai orgasme. di mulut Ery. 
Ery puas karena sergapannya segera membuahkan hasil. Vicky ternganga saja sambil duduk bersila disamping Dicky. 
Ery lalu melepaskan saran. Kalau Dicky yang diajari, Vicky juga harus 
diajari secara praktek dan yang melakukannya adalah Mas Didit. Vicky 
Terperangah dan dia tidak bisa menangkis ketika Ery membujuk Vicky agar 
mau menerima pelajaranpraktek dari ku. Aku juga tak menduga bakal 
terlibat sejauh ini. 
"Ayo mas ajarin Vicky tu biar lebih mahir," ujar Ery. 
Vicky aku bimbing untuk rebah dan perlahan-lahan kucium keningknya, 
pipinya, lehernya , telinganya sampai dia mulai on. Bibirnya kusergap 
dengan gerakan yang menambah nafsu. Vicky jadi lupa dia sedang 
berhadapan dengan siapa . Tangannya segera merangkul leherku dan 
memeluknya erat. Aku semakin ganas menyerang Vicky. mulai kuciumi 
kebawah, sampai bagian susunya yang rupnya sudah agak mengelembung 
sedikit terutama bagian sekitar putingnya. Vicky menggeliat dan merintih
 keenakan. 
JIlatanku makin ke bawah dan akhirnya mendarat sampai di sekitar 
memeknya. Tidak langsung menuju sasaran itil, tetapi diseputar memek dan
 lubang anusnya. Vicky makin kelojotan dan mulai mendesis. 
Memek kecil itu mulai basah dan mulai mengalir keluar dari celahnya. 
Melihat aksku, Dicky rupanya mulai terangsang dan pensinya 
perlahan-lahan bangun. Kesempatan itu tidak disia-siakan ErY lalu dia 
segera mendorong Dicky untuk tidur telentang dan Ery lalu menduduki 
penis Dicky yang dengan mudahnya masuk ke memek Ery. Ery melakukan 
gerakan maju mundur. 
Aku pun mulai melakukan serangan ke itil Vicky dan mulailah dial 
bergelinjang-gelinjang smapia akhirnya dpada menit ke 10 dia meregang 
orgasme. Setelah pulih dari ritem orgasmenya aku mengarahkan kontolku 
untuk mencob menerobos masuk ke memek gadis 9 tahun. Dengan hati hati ku
 ...
sorongkan kepala Penisku yang tampaknya terlalu besar bagi lobang vagina
 Vicky. Pelan-pelan kudorogn sampai semua bagian kepala masu. Vicky 
hanya menggelengkan kepala ketika kutanya apakah sakit. Aku maju 
mundurkan sedikit untuk melumasi batang penisku sebelum ku dorong lebih 
dalam. 
Perlahan-lahan penisku mulai memenuhi rongga memek Vicky. Bibir Vagina 
Vicky terlihat terbuka lebar melahap batang penisku. Ternya bisa juga 
seluuh batang ku ambles ke dalam memk kcil ini. Aku melakukan gerakan 
hati-hati. "Penuh bagnet mas rasanya" ujar Vicky. 
Pelan pelan aku goyang sampai gerakan keluar masuk makin lancar. Sekitar
 15 menit pada posisi misionaris aku balikkan badan Vicky sehingga di 
sekarang berada diatas ku dia duduk persimpuh dan kuperintahkan 
melakukan gerakan maju mundur jangan naik turun, karena dia tidak bisa 
mengontrol gerakan naik turun. Khawatir nanti batangku copot dari 
memeknya. 
Vicky mulai terangsang karena dia mendapatkan posisi yang tepat dia 
makin bersemangat menggerakkan pinggulnya sampai dia sendiri mengerang 
dan rebah ke badan ku. Vicky mencapai Orgasme. 
Kuminta Vicky Nugging dan kuterobos lobang memeknya dari belakang 
gerakan keluar masuk makin merangsang dan hampir 10 menit Vicky 
berteriak . Rupanya dia mencapai orgase G-SPot. Akupun jadi makin 
terangsang dan Segera kutarik batangku lalu kusemprotkan seprma di 
pungkung Vicky. 
Ery dan Dicky masih bergumul,. Mungkin sizenya tidak tepat jadi keduanya
 jadi mendapat rangsangan minimal. Hampir setengah jam kemudian Dickyy 
mengejang , sementara Ery belum mendapatkan orgasme. 
Ery lalu menyambar kontolku dan diisapnya dengan penuh nafsu. setelah 
berdiri tegak dia segera duduk di atas penisku sambil terus melakukan 
gerakan ganas dan brutal sammpai dia menjerit keenakan mendadapat 
orgasme. 
Kami berempat kelelahan. 
Sejak sat itu kami berempat jadi bebas melakukan hubungan sex sampai akhirnya Mbak Vina mengetahuinya. 
Komunita telanjagn kembli bersemi dan kami berenam lebih memilih 
telanjang dirumah dari pada mengenakan pakaian. Party sex pun kembali 
diselenggarakan. 
Aku sempat mendokumentasikan pemecahan perawan Vicky oleh Dicky dan tentu saja pelajaran praktek dengan pembimbing aku dan Ery. 
Dokumentasiku makin lengkap dan makin bervariasi aktor dan aktresnya.
      
     
     
No comments:
Post a Comment