Aku anak pertama dari lima bersaudara. Usiaku menginjak 16 tahun 
manakala orangtuaku harus pindah tugas dari kota K ke kota P. Alhasil 
waktu itu aku baru dua bulan masuk kelas 1 SMA sayang jika harus pindah,
 apalagi sekolahku adalah sekolah swasta yang membutuhkan biaya banyak.
Atas kebijakan orangtuaku, aku harus kos. Maka aku diantar oleh kedua 
orangtuaku dan keempat adik-adikku menempati kos baru. Rumah kosku 
sangat besar, dengan model kuno khas ukiran Jepara. Berbentuk letter L 
dengan halaman luas, terdapat sepasang pohon mangga. Ruang tamu yang 
memanjang kebelakang yang bersekat dimana terdapat empat kamar di bagian
 tengahnya yang berhadapan langsung dengan ruang makan. Semuanya 
berjumlah sepuluh kamar. Aku sendiri berada di kamar terakhir di bagian 
letter L-nya. Empat kamar termasuk kamarku berakses langsung keluar 
melalui pintu samping dengan halaman kecil di tanami pohon mangga kecil.
 Dipisahkan oleh tembok belakang sebuah rumah.
Teman-teman kosku waktu itu bernama Mbak Mamiek, Mbak Mur, Mas Prayitno,
 Mbak Srini, Indarto, Sularno dan pemilik Kos. Rumah bagian depan yang 
tepat membatasi kamarku memiliki dua anak perempuan, Tika kelas tiga SMP
 dan Sutarmi SD ke las 6.
Ukuran tubuhku biasa-biasa saja 168, berat 60 dengan tahi lalat di dagu 
sebelah kanan dan rahang sebelah kiri yang kata mbak Srini menarik dan 
sekaligus membuatku manis kata mbak Srini, padahal aku laki-laki tulen 
hal ini nanti aku ceritakan. Ukuran penisku juga normal, tegak lonjong 
keatas tanpa membengkok. Setiap pagi semenjak duduk di SD aku selalu 
merendam dengan teh basi selama 10 menitâtanpa diberi gula loh (entar 
di krubut semut, bisa berabe he.. he..), lalu pelan-pelan di 
kocok-kocok, diremas jangan sampe keluar mani (seringnya sih keluar, 
abis enak sih). Itu kata anak-anak kos sebelah rumahku dahulu, entah 
benar atau tidak. Manfaatnya? Itu juga aku belum tahu.
Hari-hari berlalu, aku sudah mulai terbiasa dengan lingkunganku yang 
baru, aku sering keluar dengan teman-temanku yang baru. Terutama mas 
Prayit sering meminta menemaniku untuk menemui pacarnya, sebel juga 
habis jadi obat nyamuk sih. Saat kami pulang sering kami berjumpa dengan
 Tika. Kami berhenti dan mas Prayit sering menggoda cewek itu, orangnya 
sih khas cewek K, radak item dibilang cantik juga enggak, manis juga 
enggak. Lalu apa dong, yah kayak gitu lah.
Lama kelamaan aku juga iseng-iseng ikut menggodanya. Dia pulang jam 
12.45 sedangkan aku pulang jam 13.30 dan Cuma aku yang masih sekolah 
teman-teman kosku sudah bekerja semua, paling cepat jam 17 mereka baru 
pulang praktis cuman aku yang pulang awal.
Duh, lagi santai ya TRE, begitulah kalau aku memanggilnya.
Baru pulang mas?
Aku mendekat, dia hanya mengenakan celana pendek olahraganya dan berkaos
 tanpa lengan sedang membaca sebuah novel. Lumayan, tidak hitam-hitam 
amat demikian pikirku manakala ekor mataku menelusuri kakinya.
Begitulah, sering aku menggodanya dan nampaknya dia suka. Naluri 
laki-lakiku mengatakan kalau dia sebenarnya ada hati kepadaku. Atas 
dasar keisengan, aku membuat sebuah surat di atas kertas surat berwarna 
pink dan harum dengan ukuran tulisan agak besar. Sangat singkat, Tika, I
 love u kemudian pada malam harinya aku sisipkan di jendela kamarnya, 
dari luar aku dengar dia sedang bersenandung kecil menyanyikan lagu 
dangdut kesukaanya.
Dengan cepat kertasku tertarik masuk, hatiku terkesiap takut kalau-kalau
 bukan Tika yang menariknya. Tidak beberapa lama lampu dimatikan dan 
jendela terbuka, ah Tika melongokkan kepalanya keluar. Ketika dia 
melihatku dia tersenyum lalu melambai supaya aku mendekat. Kemudian aku 
mendekat. Ketika aku mendekat tiba-tiba
Cuuppâ¦!
Tika mengecup bibirku, aku terperanjat atas perlakuan itu. Belum lagi 
keterkejutanku hilang Tika mengulangi perbuatannya. Kali ini dengan 
sigap aku rengkuh pundaknya, aku lumat bibirnya. Gantian Tika yang 
terkejut, dia hanya ingin menjawab suratku dengan kecupan kilat justru 
aku tidak kalah cepat. Lidahku meliuk-liuk dalam mulutnya yang menganga 
karena terkejut, tampak sekali dia belum pernah melakukan ciuman.
Mmmppphh
Lalu tubuhnya mengejang, rona wajahnya memerah desiran panas napas kami 
mulai memburu. Tika memejamkan matanya pelan dia mulai mengikuti lidahku
 yang menjelajah rongga mulutnya dan dia melenguh pelan tertahan 
manakala lidah-lidahku menaut lembut lidahnya. Refleks tangan kirinya 
merengkuh tengkukku, menarik lembut kepalaku dan tangan kirinya 
bertopang pada tepian daun jendela.
Dalam suasana gelap, pelan aku turunkan telapak tangan kananku dan meraih gundukan payudaran sebelah kirinya.
Ah..!
Tika melenguh lirih dan terkejut, menepis pelan tanganku.
Sudah malam, besok yah? Bisiknya lirih, memberiku satu kecupan dan menutup daun jendela. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Aku kembali kekamarku, tidak kuasa menolak desakan birahi aku lepas 
semua pakaianku. Dengan tidur terlentang jemari telunjut dan ibu jariku 
menjepit erat batang kontuolku dan aku tegakkan membuat kepala kontuolku
 dan otot-ototnya merah membesar. Telapak tangan kiriku menggosok-gosok 
pelan, sementara cairan bening sudah keluar dari kepala kontuol yang 
memerah.
Mataku terpejam, aku pentang kedua kakiku lebar-lebar dan membayangkan 
Tika yang sempat aku pegang payudaranya yang kecil lembut tadi.
Ah
!
Ssstt
Kepalaku berdenyut-denyut dan tubuhku terasa melayang tanpa terasa 
kocokanku semakin cepat seiring desah napasku yang mulai memburu.
Ahhhh
 hhh
!â�
Croot
 croott
 croottt
!
Airmaniku menyembur dengan dasyat, kali ini cukup banyak mengingat kali pertama aku berciuman dan meremas milik perempuan.
Paginya seperti biasa aku siap-siap hendak berangkat, aku biasa naik 
angkutan umum toh motor juga ada tapi enggak seru. Kebetulan angkutan 
kosku pangkalan kedua angkutan jadi belum banyak penumpangnya dan aku 
bisa memilih tempat duduk. Nah, serunya pas pangkalan ke tiga sudah 
mulai penuh anak-anak sekolah apalagi jalurnya melewati tiga SMA dan 1 
SMP, bayangkan deh pas penuh-penuhnya lumayan dapat senggolan susu, he
 
he
Tika sudah menunggu di samping rumahnya di balik kerindangan pohon 
Mahkotadewa. Aku berangkatnya agak siang, soalnya sekolahku masuk pukul 
7.15, maklum banyak atlit Pelatnas yang bersekolah disekolahku dan 
biasanya Tika sudah berangkat, pasti dia menungguku toh semenjak malam 
itu aku resmi jadi pacarnya.
Aku menengok kekanan dan kekiri, kedua orangtua yang seorang guru dan 
adiknya sudah berangkat semenjak tadi, Tika biasa menggunakan sepeda.
Maaf tadi malam, marah?
Senyuman dan guratan giginya semakin tampak putih dipadu rona wajahnya yang coklat kehitaman.
Tidak tuh, seraya aku menghampirinya di kerimbunan. Entah mengapa dia 
juga beranjak semakin masuk ke lorong samping rumahnya dan tentunya kami
 semakin tidak tampak dari luar.
Habis surat kamu sudah malam sih.
Aku raih tangannya dan pelan aku rapatkan tubuhku kearahnya dan aku cium
 bibirnya ah.. dingin-dingin empuk. Lidah-lidah kami bertautan, matanya 
terpejam. Jarum jam menunjukkan pukul 6.35 jadi masih ada waktu buat 
bercinta!
Berlahan aku lingkarkan kedua tanganku kepinggangnya, dia hanya terdiam 
sambil memejamkan matanya dengan kedua tangannya tergerai kebawah. 
Akankah aku ditolak? Demikian pikirku manakala pelan aku julurkan 
telapak tangan kananku kearah dadanya.
Jangan disini, kemudian menarik tanganku menuju ke belakang gudang.
Disitu terdapat sebuah dipan (tempat tidur kecil) dari bambu dan kami 
duduk bersebelahan lalu aku rengkuh pundaknya tanpa di komando bibir 
kami beradu dan saling bertautan, kali ini bagaikan kuda liar terlepas 
dari kandangnya Tika memeluk erat pinggangku. Matanya terpejam rapat 
manakala bibirku merayap turun kelahernya. Kali ini tangan kananku 
dibiarkannya menelusuri payudaranya yang terbungkus baju seragam SMPnya.
Ehh
Tika melenguh lirih manakala aku dengan lembut meremas payudaranya, 
kecil dan tampak kenyal. Dan sementara bibirku terus meliuk-liuk di 
sekitar lehernya dan dengan naluri laki-laki bibirku bermain di 
telinganya sehiingga membuat bulu kuduknya merinding. Tika semakin 
merapatkan kedua kakinya dan sementara tubuhnya bersandar erat ke 
tubuhku.
Tika merenggangkan dadanya, memberi jarak agar tanganku leluasa 
bermain-main di payudaranya dan sementara kepalanya sedikit meliuk-liuk 
mengikuti gerak wajahku dan di seputar lehernya dan bulu kuduknya 
sesekali meremang. Baju seragam Tika bagian depan sudah awut-awutan 
padahal ini adalah hari senin.
Hhh
.
Hhhhâ¦hhh
Hanya desah napas kami yang terdengar. Dan berlahan Tika semakin menekuk
 tubuhnya dan terlentang keatas dipan bambu. Pelan aku mendekatkan 
bibirku ke bibirnya, Tika membalasnya penuh gairah. Jemari tanganku 
membuka satu persatu kancing bajunya seiring dengan berjalannya waktu 
dari menit ke menit.
Aku menindih pelan seraya membuka resletting celana seragam SMAku yang 
berwarna abu-abu. Aku menjatuhkan kecupan lembut dibibirnya, refleks 
Tika membuka mulutnya memberi jalan untuk lidahku menjelajahi rongga 
mulutnya. Sementara tanganku telah menurunkan celana seragam dan celana 
dalamku sampai batas pantatku, kini kontuolku telah terbebas.
Aku raih tangan Tika yang sedikit terentang keatas, aku tuntun kearah kontuolku.
Uhh
Tubuhnya bergetar, payudara yang terhimpit tangannya menyembul 
kecoklatan berkilatan saat dengan bimbinganku Tika meremas batang 
kontuolku.
Karena belum terbiasa dan untuk pertama kalinya dia memegang maka 
genggamannya sedikit kencang dan tidak ada reaksi selain menggenggam. 
Toh aku juga tidak pernah tahu karena ini juga baru pertama kalinya aku 
memperlakukan lawan jenisku sampai jauh.
Mmmpp
Hhh
 Hhhh
â�
Ciumanku merayap turun ke payudaranya dan tanganku mulai meraba-raba gundukan diatas selangkangannya.
Hhhmmmpp
Aku serasa melayang ketika tangan lembut yang menggenggam batang 
kontuolku sedikit naik meraup kepala kontuolku. Tegang dan keras sekali.
Sayang
 Demikian bisiknya lirih di telingaku ketika tanganku pelan 
menyibakkan rok seragam biru milikya sedikit naik. Tika mengangkat 
sedikit pantatnya sehingga dengan bebas roknya tersibak keatas. Ketika 
aku menoleh kebawah Tika seketika menysupkan kepalanya kedadaku, malu 
tapi mau dan suka.
Celana dalam warna pink menyembunyikan gundukan kecil diatasnya tampak 
jelas sekali bagian bawahnya telah basah kuyup. Tika membiarkan tanganku
 menyusup kebalik celana dalamnya, serasa gundukan belum ditumbuhi 
banyak bulu, masih ada satu dua dan sangat halus.
Basah dalam benakku saat telapak tanganku merayap diatas permukaan 
tempiknya, Tika semakin berani memberiku kesempatan dengan sedikit 
membuka himpitan pahanya.
Naluriah, demikian istilahnya. Jari telunjuk dan jari manisku pelan 
menggosok samping kanan dan kiri tempiknya sementara jari tengahku 
menemukan sebuah biji kacang klentit miliknya. Semakin basah saat aku 
pelan menggosok-gosok tanganku dengan kaku, maklum belum biasa sih.
Telapak tanganku penuh dengan cairan kental dan lembab. Aku terus 
menggosok-gosokkan tangannku, hangat, lembab dan licin. Sementara Tika 
tidak melepaskan genggaman tangannya di kontuolku, kalau tadi di bagian 
kepala sekarang di bagian pangkalnya yang berbulu.
Bersambung â¦â¦
Aku menurunkan celana dalamnyaâ¦â¦
Bagian kedua :
Aku menurunkan celana dalamnya sampai kebatas lutunya dan dengan kakiku 
aku lepaskan. Aku menindihnya dimana sebelumnya tangan Tika yang 
menggenggam kontuolku aku terlentangkan, membuat sepasang payudaranya 
yang sempat tertutup sedikit kaosnya membusung. Tika seolah-olah 
mengiyakan apa yang akan aku lakukan, berarti sungguh dia mencintaiku.
Pernyataan cinta yang secara iseng aku lontarkan ternyata mendapat 
sambutan yang sedemikian dasyatnya. Sungguh dia kini pasrah terlentang 
di bawahku. Sementara aku, hanya nafsu yang berputar-putar didalam 
otakku. Ulangan Fisika pada jam pertama dengan pak Anton sang guru 
killer dimana tak ada ampun bagi yang tidak masuk pelajarannya tanpa 
surat keterangan apalagi saat ulangan sudah tidak aku pikirkan.
Aku rentangkan lutut Tika biar pinggulku sedikit leluasa menindih 
tubuhnya. Tika hanya menurut saja. Aku genggam batang kontuolku, aku 
arahkan kelobang vaginnanya. Naluri laki-lakiku seolah-olah secara 
otomatis bekerja.
Saat bagian kepala menempel di bagian lembut dan basah aku menarik napas untuk mengurangi keteganggan.
Sreet
Terasa kepala kontuolku menyibak sesuatu ketika pinggulku aku tekan 
sedikit. Tika sedikit mengrenyitkan dahinya tanda ada sesuatu yang aneh.
Sreet
Kembali seperti menyobek sesuatu. Kini Tika menggigit bibir bagian 
bawahnya, wajahnya sedikit tegang sementara wajahku pun demikian, 
genggaman tanganku sedikit gemetar ketika aku dorong pantatku kebawah.
Sreet
 sreeettt
Mpphhh
Erangan lirih dari mulut Tika katika separuh kontuolku sudah menghujam 
masuk. Tetesan darah perawan menetes, bagaikan aliran sungai Mahakam 
menetes disela-sela dipan bambu yang kami pakai untuk bergelut. Menetes 
kebawah, berjatuhan tetes demi tetes keatas tanah yang berdebu.
Aku menarik keatas pantatku dan dengan pelan aku tekan kembali kebawah, 
kali ini tanganku sudah tidak menggenggam berganti menopang tubuhku yang
 merapat diatas tubuh Tika.
Sreettt
Aaahhhh
!
Tika menjepit pantatku dengan kedua pahanya yang sedikit terangkat 
menahan perih saat semua kontuolku untuk pertama kalinya menembus 
vaginnannya. Dan kini semua batang kontuolku sudah menghujam kedalam 
liang surgawi tempiknya.
Tangannya menggenggam erat, pahanya menjepit kuat pantatku dan wajahnya 
semakin terpejam. Aku berikan kecupan lembut kebibirnya lalu dia mulai 
menangis. Dan memeluk tubuhku dengan erat dengan tidak melepaskan 
jepitan pahanya di pantatku justri kakinya yang terangkat di letakkan 
diatas betisku.
Berlahan pantatku aku mainkan naik-turun, untuk menenangkannya aku membisikkan sesuatu ketelinganya,
Sakit
?
Aku tahan, aku sayang kamu
Suara berderit pada dipan bambu menahan tubuh kami saat kontuolku aku 
maju-mundurkan, Tika tidak melepaskan pelukannya dan kedua kakinya tetap
 berada diatas betisku dan kali ini jepitan pahanya di pantatku sedikit 
mengendor.
Plak
 plak
 plak
Kelamin kemi mengeluarkan bunyi khas saat saling bergesekan dan suara itu merupakan pertama kalinya kami dengar.
Dua puluh menit berlalu dari aku berhasil memerawani Tika, aku terus 
memainkan kontuolku maklum masih jejaka jadi maju-mundur, maju-mundur 
terus tanpa ada variasi. Toh dengan demikian lambat laun rasa perih pada
 Tika mulai hilang, aku pun demikian.
Tika mulai mencari-cari bibirku dan aku menyambutnya dengan mengulum lidahnya dan memilinnya dengan lembut.
Hhhmmppp
Hhhhhhh
Sayang
Sepuluh menit kemudian Tika mengencangkan pelukannya dan kembali pelan menguatkan jepitannya.
Plak
 plakk
 plakkk
Aku terus menghujaninya dengan goyangan kontuolku, sesekali aku berlahan
 untuk menarik napas. Lumayan pegel juga ternyata, palagi rambut 
kontuolku yang sudah mulai lebat lenyodok-nyodok vaginnanya yang belum 
berambut membuat rasa perih padanya menjadi suatu sensasi mengenakkan, 
menggugah birahi yang sedikit berkurang akibat rasa perih.
Hhggghh
Aahhhhh
Tika mengejang, rona wajahnya memerah, napasnya tertahan manakala 
birahinya menanjak menghantam ubun-ubun dan bagaikan suatu hempasan 
gelombang menerjang apa saja lalu padam terkulai. Lemas. Banyak energi 
yang telah dikeluarkan.
Aku terus menggenjot saat Tika sudah jatuh terlentang, kedua kakinya 
terkulai mengkangkang. Aku topang badanku dengan kedua tanganku kali ini
 pantatku bebas naik turun. Lesatan kontuolku di dalam vaginnanya 
bagaikan terpedo yang diluncurkan dari sebuah kapal selam. Seperti ada 
sesuatu yang akan keluar aku percepat gerakan pantatku naik-turun. Dan
Ahhhhhh
Crott.. croot.. crooot
Bersamaan dengan aku semprotkan air maniku tiba-tiba,
Gubraaak
Dipan yang kami pakai rubuh karena beban goyangan yang aku lakukan.
Ah!
Aduhh
Kami jatuh berguling, Tika tetap aku peluk sehingga dia menindih 
tubuhku. Kontuolku terlepas dari tempiknya, spermaku muncrat 
kemana-mana. Akibatnya, kontuolku yang masih ereksi tertimpa pantatnya
 Tika.
Dipan sialan, demikian umpatku.
Sudah keropos.
Lalu kami berdiri, Tika memandangku saat aku meringis menahan ngilu di kontuolku yang tertimpa pantatnya.
Sakit?
He-eh
Sambil berdiri dimana aku masih telanjang bulat, Tika mengulurkan 
tangannya, memegang kontuolku yang sudah terkulai seraya memberikan 
pijitan-pijitan lembut. Aku tumpangkan kedua tanganku keatas pundaknya.
Hari ini kita bolos ya?
Aku hanya tersenyum, aku biarkan tubuhku bugil dihadapannya. Tika sambil
 membersihkan dengan tangan kirinya badanku yang sedikit berdebu 
memandangku mesra, duh bening mata itu menusuk lekat ke dalam kalbuku.
Padahal aku jam pertama ada ulangan fisika.
O ya?
Biar saja, sambil aku belai rambutnya yang tergerai.
Masih sakit?
Sedikit.
Enakan sekarang?
He-eh
Tika mengocok berlahan-lahan dan kontuolku seperti diurut tangan lembut,
 berlahan kontuolku mulai tegak kembali. Aku belai payudaranya yang 
tertutup kaos dan seragamnya sudah tersibak tidak karuan. Aku cium 
kembali bibirnya sementara Tika terus dan terus mengurut-urut kontuolku.
Mmmpphhh
Di kamar yuk? Tika meraih seragamku dan menggandeng tanganku masuk 
melalui pintu belakang dimana dia memegang anak kunci. Setiap dia pulang
 duluan selalu melalui pintu belakang sedangkan adiknya pulang bersama 
orangtuanya.
Tika langsung melepas seragam putih birunya yang sudah awut-awutan, 
sebercak darah perawan masih sedikit meleleh di selangkangannya, Tika 
langsung merebahkan diri keatas ranjang. Dan aku pelan menempatkan diri 
keatas tubuhnya, pantatku berada ditengah-tengah selangkangannya.
Bleesss
Kontuolku langsung menyusup ke dalam vaginnannya. Aku ciumi wajahnya dan
 melumat bibirnya. Sontak Tika merengkuh tengkukku dan aku meremas 
payudaranya. Sepasang anak manusia bertelanjang bulat saling memagut, 
memadu cinta, membakar api birahi.
Pikiranku lepas terbang, sudah tidak ada batas sama sekali diantara kami
 padahal baru semalam aku mengatakan cinta, itupun hanya kesiengan 
belaka. Ah, setelah ini semua begitu kejam dan jahatkah aku? En tahlah, 
itu urusan belakang saat ini kontuolku tertanam didalam vaginnannya.
Ahh-hh
Tika menggeliat saat aku mulai kembali aksi kontuolku naik turun. Perih 
dan pedih berganti kenikmatan, bagaikan sebuah gada dengan kepala 
membesar membuat sensasi nikmat saat bergesekan.
Kali ini aku tidak perlu kuatir ranjangnya akan ambruk, ranjang 
berderit-derit saat aku menggoyangkan pinggulku. Seperti tadi Tika 
memelukku dengan erat dan sepasang kakinya mengait kali ini tidak diatas
 betisku melainkan lebih naik keatas pantatku.
Desah napasnya semakin memburu di dekat telingaku dan kali ini tidak 
memerlukan waktu lama Tika sudah mulai mengejang dan walaupun dia 
mencoba menahan tapi desakan biologisnya lebih kuat.
Aahhh
Tanpa sadar Tika melenguh dengan kerasnya ketika sampai dipuncak birahinya dan dalam hitungan detik pula aku mengikuti.
Aakkhhh
.
Croottt
 crooottt
 crooottt
 aku semburkan airmaniku kedalam rahimnya,
 entah apa yang akan terjadi sudah tidak aku pikirkan. Aku biarkan 
kontuolku masih menancap di vaginnanya dan pluppp
 terlepas dan 
terkulai lemas.
Jam 10 aku kembali kekamar kosku dibelakang rumahnya setelah sebelumnya 
untuk yang ketiga kalinya aku menidurinya. Uh, pegal semua badanku. 
Terutama kontuolku langsung bekerja keras. Aku langsung mandi untuk 
menyegarkan badan, kosku masih sepi karena semua masih kerja sampai jam 
17 kecuali mbak Srini seorang guru SD paling jam 1 sudah pulang, bapak 
kosku juga pergi biasanya ke pasar untuk mancari hiburan bermain catur, 
maklum pensiunan. Dan akhirnya aku tertidur sampa sore hari.
Praktis semenjak kejadian itu antara aku dan Tika sudah tidak ada batas 
apapun, kedua orangtua dan adiknya selalu berangkat jam 6.30 sehingga 
memberiku keleluasaan untuk bercinta dengannya.
Hai pah, demikian Tika menyebutku Pah. Lucu juga kedengarannya tapi 
asyik juga tapi satu hal hingga kini aku tidak mencintainya. Ah, sayang,
 aku memang jahat sekali. Padahal dia mencintaiku dengan tulus.
Hai, sapaku pula ketika melewati kamarnya, dia hanya mengenakan kaos 
oblong sehingga beha warna kuning yang dia pakai terlihat. Sedangkan dia
 hanya mengenakan celana dalam warna pink dengan sedikit tersipu dia 
meraih rok seragam biru yang tergolek di ranjang dan menutup bagian 
depannya.
Barusan aku dengar suara motor orang tuanya berangkat ke sekolah. Lalu 
dia seperti biasa memberiku kode melalui pintu belakang, sebentar aku 
menoleh dan tidak ada orang. Teman-teman kosku masih pada tidur kecuali 
mbak Srini seornag guru SD teman kosku juga sudah berangkat.
Bersambung â¦â¦
Aku langsung mengunci pintu dan memeluknya sambil melumatâ¦â¦
Bagian ketiga :
Aku langsung mengunci pintu dan memeluknya sambil melumat bibirnya,
20 menit, pintanya tegas.
Oke
20 menit bagiku sudah cukup, maklum dia masuk jam 6.55 sedangkan aku jam
 7.15. Tanpa perlu komando kami langsung naik keatas ranjang sementara 
Tika terlihat pasrah dengan dada membusung dibalik kaos oblongnya dan 
celana dalam warna pink.
Tanganku meraih kaos yang diekanakannya dan menariknya keatas bersamaan 
dengan behanya, akupun demikian membuka baju seragamku hingga aku bugil.
 So, kontuolku sudah nafsu langsung ereksi.
Ups
!
Dingin empuk manakala Tika meremas kontuolku saat aku hendak menindih sedikit tubuhnya sambil meremas payudaranya.
Hmmmppp
Payudaranya bergetar saat aku merabanya dengan lembut, mengeras saat aku
 meremasnya, menggelinjang saat putingnya aku pilin dengan jemariku dan,
Paaahh
 merintih saat aku susupkan wajahku diantara sepasang gunung 
kembarnya dam memberikan gigitan mesra yang meninggalkan tanda merah 
kebiruan di kulitnya yang kecoklatan.
Aku menurunkan ciumanku keatas perutnya, berputar-putar diatas pusarnya,
Aahhh
Tika merintih geli, refleks genggamannya terlepas dari kontuolku dan 
mesra mengusap kepalaku dengan tangan kirinya sementara tangan kananya 
tersibak keatas.
Cewek usia 14 tahun tentunya di kelaminya belum ditumbuhi rambut lebat, 
beberapa tipis dan baru mulai tumbuh tampak saat aku merayap turun dari 
perutnya kebawah pangkal selangkanagnnya. Aku geser posisiku dengan 
menarik keatas pinggulku, dengan posisi itu Tika mulai memberanikan diri
 mengusap kontuolku sambil memandang lekat-lekat kontuolku.
Besar pikirnya, itu aku tahu kemudian dari buku hariannya yang aku 
ambil saat dia kekamar mandi. Aku belum berpengalaman dalam session ini,
 maka langsung aku julurkan lidahku menjilati langsung klentit dan 
semuanya dan menghisap menggunakan mulutku.
Hhmmppphh
Akkhhh
!
Tidak dinyana Tika terkejut dengan apa yang aku lakukan, refleks dia 
mengatupkan pahanya sehingga kepalaku terjepit. Refleks juga 
genggamannya di kontuolku mengencang, tapi dia tidak memejamkan matanya.
 Dipandangnya kontuolku yang sudah mengeluarkan cairan bening tanda 
birahi dari ujung kepala kontuolku.
Masukin pah, sudah siang, pintanya sambil menggeser tubuhku darinya.
Aku merebahkan tubuhku keatasnya, Tika membuka kedua kakinya, memberiku keleluasaan mengarahkan kontuolku dan,
Blesss
Kontuolku melesat masuk kedalam liang vaginnanya yang sudah basah 
langsung sampai kedasarnya, hangat, lembut dan kenyal. Kontuolku seperti
 diremas oleh kelembutan dan kehangatan, dipilin oleh cairan birahi dan 
kami pagi itu menyatu dengan tubuh bugil.
Tika memelukku dan kembali seperti sebelumnya mengaitkan kedua kakinya 
keatas pinggulku dan aku memacu, melesatkan berulangkali kontuolku 
kedalam tempiknya. Saling menderu napas kami berkejar-kejaran, sesekali 
Tika tersipu malu saat dia membuka kelopak matanya dan aku sangat dekat 
diatasnya memandang tajam kearahnya, tersipu dengan rona wajah memerah 
dan menyembunyikannya kebawah pundakku. Aku terus menayunkan pinggulku 
naik turun, suara-suara yang akhirnya terbiasa di telinga kami 
mengiringi derit ranjang yang terdengar pelan karena goyangan kami.
Paahhh
Sayanggg
Hentakan birahi merayap keujung kontuolku, dengan sekuat tenaga aku 
berusaha menahannya. Sementara dengan tegang memelukku erat dan 
mengapitkan kedua pahanya kuat-kuat di pinggulku. Dinginnya udara pagi 
dengan jendela berkaca nako menyebabkan kami semakin birahi.
Ahhh
Tika melenguh, mengejang, bergetar dan jepitan vaginnanya meremas-remas 
kontuolku saat aku hentakkan-hentakkan hingga dasar vaginnanya dimana 
rambut kelaminku menggesek-gesek klentitnya saat beradu. Dalam hitungan 
detik, akupun mengejang, sambil menggigit belakang telinganya dan tangan
 meremas payudaranya aku hujamkan kuat-kuat kontuolku.
Ak-akkk-akkhhh
!
Croot
 serrr
 croot, croot
 crooot
Kami terdiam, Tika sudah terkulai lemas dengan bersimbah peluh dan aku 
biarkan kontuolku terjepit vaginnanya yang berdenyut-denyut lembut. Aku 
memeluknya dan desah napas kami yang semula menderu-deru berlahan-lahan 
mulai teratur.
Pah, dah siang loh, aku tidak mau bolos lagi, Tika mengingatkanku 
sambil tersenyum. Lalu aku kecup bibirnya dan tampak di leher belakang 
telinganya membekas gigitanku. Saat kami berpakaian tampak hampir 
sekujur tubuhnya penuh dengan cupang-an dan gigitan mesraku. Payudara 
kirinya membekas jemari kananku tadi saat aku akan orgasme. Tika 
tersenyum saat aku memandang tubuhnya,
Hasil karyamu pah, seraya memakai kembali behanya.
Karya abstrak mah, lalu aku hampiri dia dan aku belai kelaminya yang masih melelehkan spermaku.
Tidak dicuci dahulu mah
Enggak ah, biarin aku tetap merasakan milikmu pah.
Jam menunjukkan pukul 7.50 saat Tika mengayuh sepedanya dan aku berjalan
 ke jalan besar untuk menunggu angkutan umum. Biasa, buat cari senggolan
 apalagi jam mendekati waktu masuk.
Pernah suatu ketika aku mewakili sekolahku dalam ajang lomba menggambar,
 lumayan aku memiliki bakat menggambar. Sebelum jam 1 aku sudah kembali,
 aku longokkan kepalaku tampak Tika sedang mengerjakan PR-nya. Melihatku
 dia beranjak keluar melalui pintu belakang.
Darah mudaku seketika bergelora, aku hampiri dan aku lumat bibirnya.
Hampir jam 1 pah, demikian dia mengingatkan, berarti 30 menit lagi 
orangtuanya pulang. Sontak aku minta dia nungging dengan kedua tangan 
diatas dipan bambu (sudah diganti dengan yang baru) lalu aku sibakkan 
rok yang dipakainya, celana dalamnya aku plorotkan dan lidahku dengan 
cepat menjilati tempiknya.
Ups, he
 he
 sedikit pesing, sebodo amat. Lalu aku arahkan kontuolku ke vaginnanya dan,
Sleeebbb
 bleeesss
Ahhhh
Tika terkejut dan sedikit meringis menahan perih tapi hanya sebentar dan
 napasnya sudah mulai tidak beraturan. Berselang lima menit dengan 
mencengkeram tepian dipan bambu sambil mekangkang Tika menggeliat 
seraya melenguh kuat.
Aahhhh
Aku pegang pantatnya dengan kedua tanganku, aku sodokkan kedepan dan 
kebelakang pantatku sehingga kontuolku leluasa melesak keluar dan 
kedalam. Lalu aku remas dengan mencengkeram pantatnya manakala kontuolku
 memuntahkan spermaku.
Ahhhh
 hh
 ahhh
Serrr
 serrr
 serrr
Cairan kental putih muncrat didalam vaginnanya seraya menimbulkan bunyi 
ceplak-ceplak-ceplak, belum puas aku teruskan genjotanku sampai-sampai
 Tika hampir jatuh terkulai kalau saja tidak aku topang pinggulnya 
dengan kedua tanganku.
Semangat mudaku menggelora, aku terus memacu dan memacu. Kontuolku yang 
semula terasa ngilu karena sudah melontarkan airmaniku berlahan kembali 
mendapatkan kekuatannya. Aku mati-matian agar kontuolku setelah 
mengeluarkan airmani tidak terkulai. Aku paksa semangatku agar cepat 
meraih birahi kembali.
Tika hanya menggigit bibirnya, lemas sekali. Sendi-sendinya serasa mau 
lepas, napasnya tersengal-sengal. Rasa pening menghantam kepalanya tapi 
tempiknya ternyata tidakmau kompromi, berlahan cairan birahi membasahi 
gesekan kontuol dan tempiknya.
Tika tidak kuasa menahan hentakan birahi yang berlahan mulai merambat 
naik ke ubun-ubunnya. Merayap ke semua ujung syarafnya, jantungnya 
berdegup dengan kencang, matanya terbelalak dengan semua otot diwajahnya
 menyembul menyebabkan rona wajahnya memerah.
Akkk
 hhhhhh
!
Crooot
 crooot
 crooot
Ah
Bersamaan kami dihempas oleh puncak birahi, bersamaan kami dihantam oleh
 kenikmatan surgawi dan bersamaan kami jatuh terjerembab keatas dipan 
bambu dan seolah-olah dunia terasa melayang. Tika jatuh tanpa daya 
keatas dipan menyisakan lelehan sperma di selangkangannya dibawah 
tonjolan pantatnya, ternyata dia pingsan!
Disekolah aku termasuk siswa yang biasa-biasa saja, sedangkan Tika 
termasuk kategori siswa kelompok dodol alias bego dan kategori cewek
 non nominasi pantes saja aku radak GR langsung main tancep pedang 
aja. Hebatnya aku tidak puas hanya sekali, paling sedikit dua kali, 
inikah manfaat akibat rendaman air teh basi? Mungkin kali ya ha
 ha
Sudah tiga bulan aku setubuhi Tika, selama itu pula dia tidak hamil. 
Luar biasa, membuat aku ketagihan. Sungguh tidak ada waktu lowong aku 
dengan dia untuk tidak bermain sex. Terus terang dan terang terus, aku 
memperlakukan Tika sebagai obyek dan bukan sebagai subyek, duh memang 
aku sadari aku betul-betul jahat. Tidak jarang Tika sekitar jam 2 siang 
menyusup masuk ke kamarku, meminta jatah disaat kedua orangtuanya 
istirahat siang. Ternyata apa yang kami lakukan disiang itu tidak lepas 
dari mbak Srini teman kosku yang seorang guru SD, nanti aku ceritakan 
pada bagian tersendiri supaya cerita ini tidak terlalu panjang. 
No comments:
Post a Comment