Di rumah ini kujalani hidup yang bisa dikatakan tidak sebagai
mana layaknya sebuah keluarga sakinah, Dimana seorang istri seharusnya
mampu menjaga amanah dari suami. Seorang istri yang telah berani
menodai dirinya dengan membagi cinta kepada lelaki lain. Bersama adik
iparku yang masih di bawah umur. Diri ini telah mewarnai hidup bukan hanya dengan
indahnya pelangi juga dengan hitam pekatnya dosa.
Mentari pagi menyinari rumput halaman rumah dengan cintanya
yang menjadikan asri, udara yang segar mengalir bebas menyusuri tiap
jengkal tanah yang membasah. Lantai rumah, perabot dapur, dan sisa
sarapan pagi kami telah kubereskan. "Kini giliranku bermanja.. " suara
lirihku berkompromi dengan keseharianku sebagai istri.
Kaki kulangkahkan menuju kamar mandi, sambil menunggu kran mengisi
penuh bak mandi kutanggalkan satu-persatu baju yang kukenakan. Ringan
sekali kurasakan tanpa sehelai benangpun yang menempel di tubuhku,
kuamati tiap lekuknya pada selembar cermin yang menggantung.
Tumpukan lemak setelah persalinan anak pertamaku menghilang
berkat usahaku yang gigih berdiet dengan pola hidup yang sehat. Dan
dari cermin itu kulihat air telah mencapai bibir bak kubalikkan badan
dan dengan segayung air raga ini mulai basah berulang-ulang hingga
seluruhnya. Kini foam soap merayapi kulitku dengan busanya yang wangi
lembut terasa meresap di pori-pori, kuguyur lagi dengan air untuk
membilas busanya. Air membuat tubuh ini segar sesegar udara pagi,
air membuat kulit ini cerah secerah mentari pagi, dan sabun ini
mewangikan ragaku sewangi kembang yang mekar menyambut hari.
Hampir 25 menit aku berada dikamar mandi, dengan selembar
handuk kusapu tubuhku lembutnya memberi kenyamanan, selanjutnya
kulilitkan ke tubuhku. Setengah dada hingga pahaku terutupinya.
Sampai di kamar kubuka lemari pakaian, kupilih daster berwarna orange
kupadankan dengan jilbab yang senada. Sengaja tidak kukenakan bra dan celana dalam.
Lama kuamati wajahku yang menarik..
"Aa...'aaa....'aaaa..... " tangisan anakku menyadarkanku dari
gejolak syahwat yang tiba-tiba bangkit, walau tanpa sadar telapak
tanganku membelai-belai daerah segitiga di bawah pusar. Ku bergegas
mencari bayiku yang sejak pagi dimomong oleh adik iparku yang masih kelas 6 sd,
di ruang keluarga kudapati bayiku tengah merengek dalam bopongannya, mereka
baru muncul dari balik pintu mungkin habis bermain dengan tetangga
dan karena lapar makanya bayiku menangis. "Aaaaa......'aaaaaa....."
makin kencang saja. Kupercepat langkah kakiku dan dengan reflek
kusingkapkan jilbab yang menutupi dadaku, dua atau tiga kancing
bajuku kutarik ke samping dengan tangan kiri, dan dengan tangan kanan
kurogoh serta kuremas-remas payudara sebelah kiri lalu kukeluarkan dari dalam
daster. "Sini,sini sayang,,,cup cup cup,,,mau mimi yachhh" kuambil
bayiku dari gendongan adik iparku yang berdiri di tengah ruangan.
Payudaraku yang sedari tadi telah kukeluarkan langsung disambut mulut
mungilnya, tanpa kuketehui adik iparku menatap tepat ke payudara yang
membusung ini dan kami berdiri saling berhadapan rapat. Dadaku yang
dulu hanya ia lihat dari balik kerudung lebarku kini tak ada apa-apa
yang menutupinya. Sejenak ia membisu "Cup...cup....cup.....pelan
saja sayang.." ucapku pada bayi yang ada dalam gendongan kami, satu
tangan kiriku dan tangan kanan adik iparku.
"Ups" ucap ku tersadar ketika ada tangan yang melingkar
pada pinggang mencoba menarik dengan rapat. "Jangan.." nada suaraku
meninggi tapi sudah terlambat karena tubuh kami sudah menempel, ada
yang hangat kurasa pada bawah pusar. Kutengadahkan wajah menatap muka
adik iparku yang memerah "Jangan! " kuulangi lagi kata itu walau tak
digubrisnya, tangan kanannya melepas gendongan bayiku kemudian bergerak ke
pinggang memeluk lebih erat. Dan dua kecupan kilat melumat bibir ini
"Uueemmh.. rasanya semanis madu mba.." ucapnya disusul dengan kecupan-kecupan yang
tidak hanya pada bibir. Janggut, hidung, tulang pipi juga dikecupnya,
membuat tubuhku merinding dan diam dalam seribu perasaan yang ada.
Satu tangannya kuat mencengkram di pinggangku dan yang satu bergerak
bebas penuh tenaga merayapi punggung. Kembali kecupan yang dalam
menyentuh alisku, nafasnya hangat di kening "Dik jangan, mba ini
milik abangmu.." yang dalam hati aku merasa senang mendapat perlakuan
seperti ini tapi sebagai kakak yang baik aku merusaha menyadarkannya
tanpa herus menyinggung harga diri adik iparku. Namun adik iparku
benar-benar lupa dengan siapa ia kini berhadapan.
Tangan kanannya menarik bagian leher daster hingga terbuka lebar,
nafas kami saling beradu sama-sama mulai membara. Gejolak
syahwat yang tadi sempat meredup kini menyala-nyala kembali bagai
sebongkah arang di perabuan yang merona merah ketika angin menari-nari
di atasnya. Satu tangannya kuat meremas pantat kananku sambil menekan
kan pada tubuhnya, oh rasa hangat kembali terasa pada bagian bawah pusar ini.
Kupalingkan wajah ini ke kanan dengan cepat seolah-olah memberi
perlawanan kecil walau sebenarnya aku hanya berpura-pura, namun
ini malah membuat jilbab yang kukenakan makin tersingkap dan leher
jenjangku segera disambarnya dengan kecupan dan sapuan lidahnya
menjadi-jadi, beriring dengan gigitan kecil-kecil di antara leher dan
pundak memberikan sensasi yang benar-benar membuat jiwaku melayang.
Desahan dan dengusan pelan mengalir dari mulut dan hidung,
hingga kakiku melangkah mundur seraya membimbingnya menuju kamar ketika
tiba didepan pintu kamarku "Tunggu ya biar dede bobo dulu..." kataku,
kubuka pintu dan aku masuk. Maksudku ingin supaya adik iparku tidak
ikut kedalam dan menunggu di kamarnya, tapi mungkin ia sudah tidak kuat
menahan nafsu sehingga malah mengikutiku masuk dan langsung mengunci
pintunya. Kurebahkan anakku di ranjang, dan dari arah belakang adik
iparku menciumi pundakku turun menyusuri lengan hingga siku kembali
naik, dan saat di tengah lengan dengusan nafasnya terasa menyembur
di payudaraku spontan lidahnya menyapu-nyapu sisi luar payudaraku, menyelinap
ke celah daster dan terus manari-nari. Hingga saat aku sedikit menggeliat
membuat mulut bayiku terlepas dari putingku dan langsung ditangkap
kedua bibirnya. Dipilin-pilin dengan lidah diantara gigi dan bibir
"Aduhhh....ochhhh....ochhhh..........hesttttttttttt.........."
bibirku merancau-rancau. Tangan kanannya menyelinap lewat bawah ketiak
merogoh-rogoh payudara bagian kanan sedang tangan kirinya terjun
melalui perut, pusar, dan kedua pahaku luar juga sisi dalam naik
turun hingga saat jemari-jemari itu menyentuh segitiga kewanitaanku
yang berada pada pangkal dua paha. "Achhh!..achhh!..achhh!!!,jangan
keras-keras dik.."
Tidak ingin hubungan badan kami terganggu bila bayiku terbangun
kuajak adik iparku ke sofa samping kanan ranjangku, kutanggalkan dasterku
dan terpampanglah seluruh tubuh sintalku.. Sekarang hanya tersisa jilbab
berwarna orange yang masih menutupi tubuhku.. "Mbak cantik banget.." kata adik iparku..
sambil menatap nanar vaginaku yang bersih tanpa rambut.. aku langsung
menjatuhkan tubuh dengan duduk santai, kusuruh adik iparku untuk
jongkok "Ayo mulai ..." bisikku dan kini aku telentang di sofa.
Kuminta adik iparku mengulum puting payudaraku dan lidahnya bergerak
sesuai perintahku. Aku tahu kalau adik iparku itu masih 'hijau' maka
aku 'menuntunya' untuk menelusuri tubuhku dengan lidahnya dan
mengajarkannya bagaimana seharusnya dia menggunakan lidahnya ketika
mulutnya mencapai bagian-bagian yang peka pada tubuhku. Sapuan lidahnya
berlanjut hingga ke vaginaku.
"Ya..disitu...ahhh.....di emut ...emut clitoris mba...ahhhh, yah
masukan lidahmu ...ohhh...." namun irama yang tidak konstan serta pecahnya
perhatian antara menikmati dan menyuruhnya membuatku sulit mencapai
puncak yang kudambakan.
Belum lima belas menit adik iparku menjilatiku aku melihat kalau
kemaluannya sudah mengeras lagi...dasar anak kecil...............................
Kusuruh adik iparku telentang dan dengan posisi di atas aku mengarahkan
kemaluanku yang sudah teramat basah .......dengan perlahan aku menurunkan
pinggulku ke mulut adik iparku, kugoyang-goyang hingga adik iparku
gelagapan kerena wajahnya tertutup selangkanganku. Dan "Ahhh.....enak....
aduh....hh....Ssshhh....aaaahhh...aduh dik...." beberapa kali dari liang
kewanitaanku mengalir deras madu syurganya dunia yang semuanya
tertampung pada mulutnya. Lebih dari lima kali maduku mancur tanpa
dapat kutahan.
Dan masih pada posisi aku duduk diatas dada adik iparku, kulepas satu
per satu baju adik iparku sampai ia telanjang seperti patung.
Kugeser turun dudukku hingga tepat berada diatas kemaluan adik iparku
yang berukuran kecil, mata adik iparku makin tebelalak.
Dan untuk selanjutnya dengan sedikit marebahkan tubuh kugunakan satu
siku tangan untuk menopang tubuh ini. Tangan kanan adik iparku masih di payudaraku
yang kiri kuat mencengkram dan sesekali meremas atau menggerayangi
payudaraku yang kanan. Ku angkat sedikit pantat ku hingga membuat
kemaluannya yang tegak berkedut-kedut tepat mengarah pada liang kewanitaanku.
Dengan pelan kutekan pinggulku, kemaluan adik iparku mulai menembus
masuk.... tidak lama agar penis itu bisa menembus masuk
vaginaku karena ukurannya yang khas anak kecil dan akhirnya
setelah semua terbenam aku mulai bergerak, ke depan ... ke belakang
kadang pinggulku berputar dan naik turun.
adik iparku cukup kreatif.... Tangannya juga bekerja meremas
dan sesekali kepalanya terangkat mencium dan mengulum puting payudara
ku.
"Ssshh...ah.. dik....hesttt..aduh..enak...." aku mulai meracau dan seirama
dengan gerakanku, aku merasa gelombang kenikmatan mulai menerjang dan
naik...naik....dan aaaacchhhhhhhhhhh........dengan setengah berteriak aku
mencapai orgasmeku, orgasme yang sangat dahsyat yang sudah lama
aku tidak pernah bisa raih. "Mba oooh aku mau keluaar.." katanya
dengan terus menaik turunkan penis.. "Iya sayang keluarin ajaa..aaaueegh.." desahku..
"Creet cret cret" terasa semprotan sperma adik iparku mengisi liang vaginaku..
Aku terkulai di atas kepala adik iparku dan bibirku mencari bibirnya,
kami berciuman cukup lama.
Aku tahu kalau adik iparku masih belum 'keluar' lagi..., namun aku
sudah terlalu lelah untuk berada di atas.., maka aku melepaskan diri
menyuruhnya di atas dan kini dengan aku di bawah, kakiku terbuka lebar
dengan salah satu kaki menyangkut ke sandaran sofa dan kemaluan adik iparku
dengan sangat mudah memasuki vaginaku.
Gerakan adik iparku teratur dan terasa bagaimana kemaluan
itu menusuk dan mengeksplorasi bagian dalam kemaluanku hingga bagian
yang belum tersentuh oleh suamiku dan terasa gelinjang serta perasaan nikmat
"Ohhh... sshhh... aahhh... enak dik. aauuwww... ya.. ya.. aaahhh.. sshhh..
enak banget," nikmat yang tak tertahankan membuat gelombang menuju
orgasme kembali menerjangku.
"Iya ...aahhh... sshhhh...aaahhhh... ssshh.. enak banget. Terus enjot memek
mba sayang. Ahhh.. ya.. ya... oooohhhhh.... ssshhhh," desahku tertahan
saat aku makin kuat menghentak. "sshhh ... aahh... sshhh... aaakkhhh... mba
klimaks lagi dik"
adik iparku semakin mempercepat gerakannya dan aku mencoba
mengimbangi gerakannya dengan goyangan pinggulku dan akhirnya dengan
tertahan "mba..aku mau keluar lagi......"
"Keluarin dik......" dan aku menjepit pinggang adik iparku dengan kedua
kaki yang kutautkan sehingga kemaluannya terbenam semakin dalam dan
akhirnya dengan erangan keras bersamaan dengan orgasmeku, aku
merasakan cairan hangat menyemprot jauh di dalam..
Suara desahan, erangan dan nafas memburu kami terdengar jelas
di keheningan kamar dan akhirnya kami berdua lemas berpelukan erat.
"Dik...., maafin mba ya...., mba membuatmu melakukan ini, lupa
kalau mba adalah milik abangmu" kataku
"Mba...., aku suka sama mba... mba adalah wanita paling cantik
yang ku kenal... dan mba sama sekali tidak salah..." jawabnya sambil
mengecup bibirku.
"Tapi ini tidak bisa jadi kebiasaan dik...., kalau abangmu tahu..........."
kataku tidak melanjutkan.
"Aku tahu, ....... mba... jangan kuatir"
Siang itu kami banyak bercakap – cakap dan tidak merasa
perlu menyesalkan peristiwa ini ,
Selama hampir tiga minggu kami melakukan hubungan badan, pagi
siang, sore kami sering melampiaskan syahwat, bila suamiku di rumah
seks cepat adalah satu-satunya cara yang dapat kami lakukan walau
sambil curi-curi waktu saat suamiku keluar atau sedang memomong
bayiku. Jika malam hari syahwat ini bangkit beberapa kali aku
mengendap-endap ke kamar adik iparku untuk melampiaskannya.
tak terasa musim liburan tiba, karena beberapa alasan dari mertuaku
adik iparku harus kembali ke kampung, yah mungkin dalam tiga hari
ke depan aku akan datang bulan. Dan yang membuat kalut hatiku adalah
setelah bersih syahwatku pasti berontak karena selama tujuh hari
mutlak aku tidak dapat menyalurkannya.
Yang kutahu adik iparku sedang di kampung sedang suamiku tak
mampu memberiku kepuasan syahwat. Hingga pagi itu setelah dua hari
yang lalu datang bulanku selesai.
No comments:
Post a Comment