Thursday 9 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 32

NOSTRA AJIE PRASTEYO AKA Mr. Nos

[​IMG]


HELLEN KURNIAWATI

[​IMG]


ELSYA KIRANA

[​IMG]




BAB 31 – HOLIDAY MEMBAWA BENCANA, PAYBACK??



Jakarta, beberapa hari yang lalu...

Seorang gadis sedang memegang sebuah tiket PP Jakarta - Paris yang baru saja diberikan oleh Mr. L pagi tadi, wajahnya murung dan terlihat begitu lelah seharian berfikir tentang apa yang telah terjadi saat ini.

Di rumah kontrakannya yang terletak di daerah pinggiran ibu kota, Elsya saat ini duduk di ruang tamunya dan memikirkan apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Dia teringat peristiwa beberapa hari lalu. Saat sedang serius mengerjakan tugas-tugas kantor, seseorang mengetuk pintu rumahnya. Nick, lelaki yang dia kenal sebagai sahabat Hellen mengunjunginya.






“Hikz...hikz...hikz! Maafin Elsya a" Elsya menangis sesenggukan menyesali apa yang telah terjadi antara dia dan Nickolai.



~•○●○•~​


Paris…

Hellen masih terus terngiang-ngiang dengan kejadian 3 hari kemarin. Dimana pertempuran antara dia dengan Nostra yang tak henti-hentinya. Sebuah senyum kepuasan tersirat diwajah gadis itu.

Tenaga Hellen benar-benar terkuras untuk terus melayani nafsu sex Mr. Nostra yang tak ada kata berhenti.

Tak hanya itu saja yang sudah mereka lakukan, salah satunya Nos mengajak Hellen berkeliling kota paris sambil memanjakan mata gadis itu yaitu berkunjung di Menara Eiffel yang merupakan sebuah menara kisi besi yang terletak di Champ de Mars.

Menara yang menjadi sebuah tempat pelamaran beberapa orang maupun simbol kisah cinta antara dua insan yang berbeda di dunia ini. Menara yang dirancang oleh insinyur Gustave Eiffel dan didirikan pada tahun 1889 juga sebagai pintu masuk ke World Fair. Menara Eiffel juga merupakan*ikon budaya global Perancis.

Liburan kali ini jelas sangat berkesan di hati Hellen,
Hellen saat ini masih terbaring lemas di atas ranjang dan tubuhnya masih tertutup selimut sutera di dalam kamar hotel. Sedangkan Nos masih tertidur di samping Hellen.

“Aa, Bangun” Bisik Hellen mesra di telinga Nos.

“Hmmmm, Bentar lagi” Ujar Nos terjaga namun masih bermalas-malasan di atas ranjang.

“I love you Aa” Bisik Hellen namun dibalas dengan tarikan lengan Nos di tubuh Hellen membuat tubuh gadis itu merapat di tubuh Nostra.

“Hmmmfffffff” sedetik bibir Hellen sudah di lumat oleh Nostra.

Dan di mulai kembali pertempuran birahi yang terdahsyat antara Hellen dan Nostra.


○●○​


“Neng buruan siap-siap gih… sore ini kita ke acara rekanan bisnis aa yah” Ujar Nostra yang sudah rapi sambil berkaca di depan cermin meja rias dalam kamar hotel.

"Resmi gak acaranya a?" Tanya Hellen yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Iya sih... emangnya kamu gak bawa pakaian resmi gitu?"

"Gak, hehehe... kirain aa mau beliin Hellen di paris" jawab Hellen dengan muka cemberut.

"Ya udah, yuk kita shopping sebelum sore tiba" jawab Nostra.


Beberapa saat kemudian...

Avenue des Champ Elysées benar-benar seperti taman hiburan surgawi bagi Hellen. Segala sesuatu yang ada disana membuat mata Hellen berbinar seperti melihat setumpuk harta karun dari masa kerajaan Prancis kuno.

Hellen dan Nostra Menyusuri sepanjang jalan raya yang sangat luas sambil bergandengan tangan.

"Sok aja dipilih neng" ujar Nostra saat mereka tiba di depan sebuah butik bergaya paris kuno namun terlihat mewah. "Aa nunggu di cafe itu yah" lanjut Nostra menunjuk sebuah cafe di seberang jalan.

"Gak ada duit aa" jawab Hellen manja.

"Nih, pake aja sepuasnya" jawab Nostra sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dalam dompetnya.

"Cihuuuiiiyyyyy, makasiiii aa ku ganteng" jawab Hellen dengan girangnya. Lalu Nos meninggalkan Hellen yang berbelanja sendiri di butik tersebut.

Hellen nyaris kalap saat melihat deretan koleksi terbaru di outlet Zara, Celio, dan Luis Vuitton. Lihat saja sekarang di lengan kanan dan kirinya tergantung kantong-kantong belanja yang berisi barang-barang hasil buruannya yang juga telah menghabiskan sekian ratusan Euro dari saldo credit card Mr.Nos.

Hari mulai siang, dan sekarang Hellen merasa lapar setelah bebeberapa jam menghabiskan waktu dengan mengunjungi setiap inchi Avenue des Champ Elysées.

"Sudah?" Tanya Nos saat Hellen menghampirinya di cafe tempat nongkrong pria itu.

"Hehehe, udah... nih" ujar Hellen sambil memperlihatkan hasil belanjaannya kepada Mr.Nos.

"Oke..."

"Lapaaaarrrrr" ujar Hellen sambil memegang perutnya.

"Ya udah, yuk makan dulu" jawab Nos lalu mereka berdua meninggalkan cafe tadi setelah Nos menyelesaikan bil pesanannya tadi.

Keduanya memutuskan untuk menikmati santapan di restoran Le Fouquet’s.


~•○●○•~​


Beberapa jam yang lalu, ditempat yang berbeda...

Bandara soekarno Hatta, sebuah mobil sedan Audi milik L baru saja berhenti tepat di pintu keberangkatan international.

Mr.L dan Elsya baru saja turun dari mobil, dan ternyata yang mengantarnya Citra sendiri yang juga kekasih Mr.L saat ini.

"Makasih yah sayang" ujar L saat setelah cipika-cipiki dengan Citra.

"Jagain cowok Citra yah Sya" ujar Citra membuat Elsya hanya tersenyum dan bingung mau jawab apaan.

"Elah sayang, tenang aje... gue gak bakalan nakal-nakal kok di Paris..." ujar L sambil mengedipkan matanya membuat Citra memanyunkan bibirnya.

"Yuk sya" ajak L saat sedan Audi miliknya telah pergi meninggalkan mereka.

L dan Elsya melangkah menuju ke dalam ruang keberangkatan.

Setelah Check in, akhirnya L dan Elsya menuju ke ruang tunggu karena sebentar lagi pesawat mereka akan boarding.

Beberapa saat L melihat layar smartphonenya, sebuah pesan BBM baru saja masuk menjelaskan sesuatu. Senyum tipis tersirat diwajah L yang tak terlihat oleh Elsya. Karena gadis itu masih saja sibuk melamun memikirkan tentang Nostra dan juga apa yang akan ia lakukan jika bertemu dengan Nostra di Paris. Apalagi jika bertemu dengan Hellen.

"Kok diam aja Sya?" Tanya L memecah keheningan antara mereka berdua.

"Eh, gak kok pak... hehehe" jawab Elsya gelagapan.

"Ngobrol kek... apa kek... kok jadi diam-diaman kek gini" L mulai menghibur hati Elsya saat ini. Karena mengingat bahwa memang gadis itu baru-baru ini mengalami kejadian yang menurutnya lumayan bikin syok.

"Hehehe, maaf pak... kagok aja, bingung mau ngobrol apaan" jawab Elsya.

"Tenang aja, semua akan baik-baik aja kok" ujar L membuat Elsya tersenyum kecut.

"I...iya pak, makasih yah... andai saja bapak gak..." ujar Elsya terpotong.

"Hushhhh... gak usah dibahas lagi, memang udah takdirnya kek gitu... hehehehe" ujar L mencoba tidak menyinggung apa yang terjadi waktu itu.

Karena kepiawean Mr.L dalam mengolah kata dan candaan, akhirnya Elsya larut dalam guyonan L yang menurut gadis itu lumayan menghibur.


•○●○•​


Akhirnya L dan Elsya menginjakan kaki di bandara Paris-Charles de Gaulle. Dari bandara mereka melanjutkan perjalanan ke hotel tempat mereka akan menginap dengan mobil jemputan yang telah dipesan sebelumnya.

Selama perjalanan dari Bandara tak banyak yang mereka obrolin, karena Elsya maupun Mr.L masih merasakan jetlag karena perjalanan jauh. Perjalanan mereka hanya melewati daerah pemukiman biasa-biasa saja, sepertinya jauh dari apa yang banyak diceritakan orang tentang Paris. Itu menurut Elsya yang sesekali menoleh ke luar jalan dari kaca mobil.

Begitu sampai dan melewati monumen*Arc de Triomphe suasana Paris baru Elsya rasakan.

"Udah sampai gih" ujar L saat mereka tiba di hotel.

Hotel mereka menginap ternyata tidak terlalu jauh dengan Menara Eiffel, cukup berjalan kaki bisa sampai di menara Eiffel.

Setelah melakukan semua administrasi di resepsionis, Mr.L menyuruh Elsya untuk naik ke kamar dan beristirahat.

"Oke Sya, loe istirahat aja dulu... bentar sore baru kita ketemuan yah." Ujar L. "Kalo lapar atau butuh apa-apa telfon aja Receptionisnya"

"Baik Pak, makasih sebelumnya" jawab Elsya dan dibalas dengan senyuman serta anggukan kepala dari L.

Saat Elsya berada dalam kamarnya, ia pun sedikit merenggangkan kedua tangannya, dan melangkah menuju jendela. Dari jendela kamar, Elsya bisa melihat menara Eiffel yang menjulang tinggi diantara bangunan lainnya. Melihat pemandangan menara Eiffel dari jendela kamar membuat Elsya melupakan sejenak semua masalah yang terjadi terhadapnya.


~•○●○•~​


Present...

Tibalah saatnya,

Le Château d’Esclimont, Paris sebuah tempat yang romantis dan indah.

150 hektar perkebunan adalah kediaman keluarga La Rochefoucauls dan merupakan salah satu lokasi yang paling indah untuk melangsungkan acara pernikahan maupun acara-acara resmi.

Sebuah kastil yang megah dan indah, saat ini terlihat begitu ramai oleh para tamu undangan yang berjumlah tak lebih dari 100 orang dan hampir 80% berwarga negara indonesia.

Konsep Garden party yang diusung oleh Pemilik acara sepertinya didasari oleh kecintaannya terhadap alam, sehingga ia pun memasukkan unsur-unsur alami ke dalam acara tersebut.

Banyak unsur alami yang memberikan kesan hangat ditambah kondisi pepohonan yang terawat dan sangat natural. Kesegaran alam yang berpadu dengan femininnya gerumbulan bunga di sudut-sudut taman mengalirkan nuansa romantis yang sangat kental mengambang di udara.

Beberapa tamu undangan yang hadir sepertinya dari kalangan pengusaha sukses di ibu kota. Namun, pemilik acara sampai saat ini belum menunjukkan sosoknya di depan para tamu undangan.

Terlihat dari gerbang sebuah sedan BMW baru saja tiba. Seorang gadis turun dari mobil tersebut dengan memakai Maxi dress selutut yang terbuat dari campuran katun-rayon.

"Aduh pak... jadi malu" ujar gadis itu yang mempunyai mata indah seperti Mata kucing. Dialah Elsya yang baru saja menerima perlakuan dari Mr.L yang menurutnya sedikit berlebihan.

L baru saja mengajak Elsya untuk bergandengan tangan memasuki halaman kastil tempat acara di adakan.

"Santai aja Sya... hehehe" jawab L tersenyum.

Mereka pun akhirnya melangkah masuk sambil bergandengan.

Beberapa tamu undangan menyapa L dan Elsya. Mereka saling bersalaman sambil menunggu sang pemilik acara tiba.

"Tamunya hampir semua orang indonesia yah pak" ujar Elsya dan dijawab dengan anggukan oleh L.

Dari arah samping kiri, dua orang yang memakai pakaian yang tak kalah dengan Elsya dan Mr.L mendekat ke arah mereka.

"Udah lama?" Sapa salah satu orang tadi.

"Hah? Pak Al? Loh ibu Citra?" Sapa Elsya yang terkejut melihat kedatangan Al dan Citra. Yah kedua orang tadi yang baru saja tiba yaitu Al dan Citra.

"Hei beib... sorry udah biarin kamu jalan sendiri tadi" ujar L.

"Hihihi..." Citra tertawa kecut di samping Al karena kelakuan L.

"Emang gak boleh kalo saya dan Citra hadir di acara rekanan bisnis kami?" Tanya Al dengan raut wajah yang datar.

"Eh gak kok pak... cuman kaget aja, karena kata Mr.L kami hanya berdua yang menghadiri acara partner bisnis 3MP" jawab Elsya gugup.

"Hayo... keliatan kalian berdua gak senang yah kalo saya dan Pak Al nyusul? Huh!... takut kami ganggu yah? Hehehehe" Ujar Citra yang sedikit bercanda membuat L hanya cengingisan.

"Ah beiby bisa aja... gak lah, kan Elsya bukan type gue...hehehe" jawab L dan dibalas dengan cubitan kecil dipinggangnya oleh Citra.

Di atas panggung kecil yang di desain minimalis dengan kembang bunga, terlihat seorang pria baru saja naik ke atas panggung tersebut.

Ciiiinggggg...!
Suara Mic yang baru saja storing karena penyetelan dari pemilik EO.

"Hai, sore semuanya..." ujar pria itu saat menggenggam mic di atas panggung.

Semua undangan yang hadir serentak berbalik ke arah panggung, tak terkecuali Elsya dan rombongan pun ikut menoleh ke arah suara tersebut.

Elsya terkejut melihat siapa yang berada di atas panggung. Nostra, dengan style tengilnya masih mencoba memberikan kata sambutan kepada para undangan yang hadir di acara tersebut.

Elsya makin bingung dengan semuanya, dan saat kedua matanya bertemu pandang dengan seorang gadis yang baru saja tiba, membuatnya makin yakin dengan apa yang ada di pikirannya saat ini. apakah ini acara nikahan Nostra dan Hellen?

Dug...dug... dug...!
Jantung Elsya berdetak kencang, terasa lembab di kedua matanya. Dan tubuhnya masih diam terpaku, berdiri di atas kakinya yang sedikit bergetar karena gugup dan diperparah dengan keringat dingin di dahinya. Suhu di alam terbuka yang lumayan dingin sepertinya tidak memberikan efek apapun untuk tubuhnya yang mengenakan gaun tipis berwarna biru muda.

Mata Elsya masih tertancap lurus kepada pria yang berdiri di atas panggung bergantian dengan gadis yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Seolah ingin mencari kesalahan dalam tatapan matanya, sesekali menahan perih di dadanya mengingat apa yang akan terjadi setelah ini.

Selama ini Elsya selalu memimpikan menikah dengan pria yang ia cintai. Bukan karena harta, namun karena memang ia mencintai Nostra apa adanya.

Selain itu sosok seorang Nostra adalah sosok seorang hero di matanya. Namun, sebentar lagi semua itu akan sirna begitu saja.

"Yah, hari ini adalah hari pelamaran saya kepada seorang gadis yang akan menjadi ratu Nostra nanti, dan mendampingi saya sampai maut memisahkan" Ucapan Nostra di speaker cukup membuat sesak dada Elsya.

Tapi berbeda dengan Hellen, ia menatap Elsya dengan tatapan sinis dan rasa senang didalam hatinya. Apalagi ia mengetahui bahwa selama ini Elsya mencoba merampas Nostra darinya.

Dunia Hellen sebentar lagi akan berubah. Berubah menjadi ratu kerajaan Nostra ajie prasetyo. Sebentar lagi ia akan dipersunting oleh pria itu. Senyum simpul saat mata Nostra bertemu pandang dengannya. Sebuah senyumpun terlempar dari wajah Nostra.

"Hemmm, sabar yah Sya" Citra baru saja memeluk Elsya untuk memberikan kekuatan terhadap karyawannya. "Mungkin dia bukan jodoh kamu"

"I...iya Bu, makasiihh" jawab Elsya menahan isak tangisnya saat ini.

Citra mengelus pundak Elsya, menenangkan gadis itu dari emosionalnya saat ini. Jelas seorang yang ahli di bidang psikologi seperti Citra, sangat mampu membaca situasi hati dan pikiran Elsya sekarang.

"Tapi Bu... hikz...hikz..." akhirnya Elsya tidak mampu membendung air matanya dan rasa sesak di dadanya. Maka ia pun mengeluarkan tangisannya di depan Citra.

Citra segera memeluk gadis itu, dan mencoba memberikan kekuatan atas apa yang akan terjadi berikutnya.

Al hanya diam menyaksikan drama antara Citra dan Elsya yang di anggapnya seperti telenovela.

"Nah, gadis itu adalah...." suara Nostra terdengar kembali di telinga Elsya. Maka gadis itupun makin tak tahan akan rasa sakit di hatinya.

Ingin sekali ia menggagalkan semuanya, namun apa daya ia pun hanya bisa menahan emosionalnya. Dan berharap ini semua hanyalah sebuah mimpi.

Hellen terlihat tak sabar untuk naik ke atas panggung. Ia menoleh ke arah Elsya dan mencibir seolah memandang remeh gadis yang saat ini menangis di pelukan Citra.

"Rasain loe... makanya jangan bermimpi deh bisa merebut kang Nostra dari gue" ujar Hellen mencibir Elsya saat ia mendekat ke arah ke empat orang itu.

"Udah yah Mba, jangan memperkeruh keadaan" ujar Citra menatap tajam Hellen.

"Cuuhhhh" cibir Hellen lalu kembali meninggalkan Citra dan Elsya maupun Al dan L, kemudian mendekat ke arah panggung yang menurutnya sebentar lagi ia akan naik ke atas panggung.

Seakan waktu berjalan begitu lambat, gerakan bibir Nostra yang masih sedikit bercanda di atas panggung makin membuat Elsya serasa hampir pingsan.

Kedua kakinya tak kuat menahan tumpuan tubuhnya, namun Citra yang mengetahui keadaan gadis itu makin mempererat pelukannya dan makin mencoba memberikan kekuatan terhadap gadis itu.

"Neng... silahkan naik ke panggung" ujar Nostra.

Hellen yang baru saja mendengar kalimat tersebut tersenyum lebar dan mulai melangkah naik ke atas panggung.

Elsya membalikkan tubuhnya tak ingin melihat adegan menyedihkan tersebut di atas panggung, dan seakan ingin meninggalkan pesta itu secepatnya.

"Eit, stop dulu"


DUG! Semua terdiam.

"Loe berdiri di situ aja" ujar Nostra saat Hellen ingin menginjakkan kaki kanannya naik ke satu tanggga di depan panggung.


"Kenapa a?" Tanya Hellen heran, namun Nostra tak menggubrisnya.

"Ibu... bapak... silahkan naik" ujar Nostra yang menoleh ke belakang panggung.

Dua orang pria dan wanita setengah baya muncul dari belakang panggung, keduanya naik ke atas dan disambut senyum hangat oleh Nostra. Dan Hellen yang mengenal kedua orang tua itu heran dan tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Ibu... bapak... " Semua orang terdiam, namun Elsya masih menangis membelakangi panggung di pelukan Citra.

"Saya Nostra Ajie Prasetyo, ingin melamar anak bapak untuk menjadi istri saya dan menjadi ibu dari anak-anak saya nanti sampai maut memisahkan kami" Nostra melanjutkan kalimatnya yang sempat terhenti sambil menunduk di depan ke dua orang tua itu.

Semua orang makin terdiam, menanti saat-saat yang menegangkan di atas panggung. Begitu juga dengan Hellen yang seakan dunianya mulai runtuh melihat adegan tersebut. Sesak di dadanya, dan air matanya sudah membasahi kedua pipinya.

"Bapak dan ibu menyerahkan semuanya kepada putri kami, kalo ia mencintai nak Nostra. Kami pun akan merestuinya" jawaban Bapak itu membuat Elsya membalikkan tubuhnya dan sontak ia pun menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena mengetahui kedua orang tua itu adalah bapak dan ibu kandungnya.

"Bapak... ibu... hikz...hikz..." Elsya tak kuasa menahan tangisannya saat melihat Nostra melamarnya di depan kedua orang tuanya.

"Hmm, ok... neng, will you marry me?" Ujar Nostra di atas panggung membuat Elsya makin bahagia dengan apa yang dilakukan Nostra.

Ia tak pernah menyangka dengan semua ini, sambil menangis ia menoleh ke arah Citra dan Al dan juga L seakan meminta jawaban dari ke tiga direkturnya. Maka dengan anggukan pelan dan senyuman oleh ke tiganya maka Elsya pun hanya mengangguk menjawab pertanyaan Nostra di atas panggung.

"TIDAAAAAKKKKKKKK..." tiba-tiba Hellen berteriak histeris, sesaat kemudian ia pun mulai tak sadarkan diri. Untung secepatnya 2 orang bodyguard memegang dan mengamankan gadis itu.

"Bawa kedalam pak" ujar Nostra kepada kedua bodyguard yang menolong Hellen barusan.

"Sayang, silahkan naik ke atas atuh" ujar Nos selanjutnya mengajak Elsya naik ke atas panggung.

Elsya melangkah ke atas panggung sambil tak kuasa menahan kebahagiaannya saat ini. Tangisannya berubah dari tangisan kesedihan menjadi tangisan kebahagiaan.

"Hai..." ujar Nos dengan tengilnya menyapa Elsya saat sudah berada di atas panggung. Namun Elsya tak menjawabnya dan menghambur tubuhnya memeluk kedua orang tuanya.

"Hikz...hik...hik.... Pakkk, buuuu... hik...hik...hik.."

"Udah neng, gak malu apa ama orang-orang dari tadi nangis melulu..." ujar Nos membuat Elsya langsung memeluk tubuh pria itu dan memukul-mukul dada pria itu karena kesal bercampur bahagia.

"Hik...hik...hik...aa jahat... aa jahat"

"Loh... kok jahat sih" ujar Nos membuat kedua orang tua Elsya hanya tersenyum melihat tingkah ke duanya.

"Auuuuhhh ahhhh...hik...hik...hik"

"Woiiii ncuk... buruan acara tukar cincinnya, kite-kite dah lapar nih" celetuk L dari bawah membuat tamu ikut tertawa dan ada juga yang ikut mengeluarkan air mata melihat adegan romantis di atas panggung.

"Ups.. lupa... hehehehe" ujar Nos.

Namun sepertinya Nostra bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya memikirkan sesuatu.

Elsya dan kedua orang tuanya pun merasa bingung dengan tingkah laku Nostra yang ia buat saat ini. Begitu juga para sahabat dan tamu undangannya yang menyaksikan keanehan Mr.Nos.

Nostra menggaruk kepalanya dan menatap Elsya dengan wajah tengilnya. Ada keraguan di diri Nos saat ini membuat Elsya mengerutkan dahinya.

"Woiii nyet, jangan bilang cincinnya loe lupa lagi di jakarta... hahahahaha, asyem bener loe" teriak L membuat Nos hanya cengingisan sendiri.

"Astagaaaa kang... kang, gak pernah berubah" ujar Al geleng-geleng kepala.

Semua orang yang hadir ikut tertawa melihat banyolan mereka.

"Aa..." bisik Elsya seakan ingin meminta jawaban dari Nostra atas apa yang dikatakan kedua sahabat Nos tadi.

"Eitttssss yang bilang lupa siapa woiy..." ngeles Nos membuat semua orang makin tertawa.

"Mana buktinya klo loe gak lupa dodol" ujar L membuat Nos salah tingkah.

"Haaaahhhh, hufhhhh... entahlah"

"Ok, neng aa mau nanya sekarang" ujar Nos yang berubah menjadi serius dan menatap wajah Elsya. Elsya bingung melihat perubahan Nos.

"Iya a"

"Kunci yang aa titipin kemarin, dibawa gak?" Tanya Nos ragu.

"Ha????" Elsya bingung.

"Iya... kunci yang aa titipin kemaren... di bawa gak?"

"Ini?" Ujar Elsya mengambil kunci di tas kecilnya. Sebuah kunci dengan gantungan kunci berbentuk bola lalu memperlihatkan ke hadapan Nos.

"Yang ini a?"

"Huhfffff alhamdulillahhhhh... kirain" lega perasaan Nos kali ini. Dan ada perasaan bangga terhadap Elsya karena masih membawa amanah Nos kemana aja ia pergi.

"Woiyyy ncuk, apa hubungannya kunci ma cincin" teriak L lagi menertawakan tingkah Nos dan Elsya.

"Ntar dulu nyet... berisik amat loe ah" ujar Nos menyuruh diam sahabatnya.

Elsya masih menunggu jawaban dari Nostra dan juga kedua orang tuanya.

"Buka gih bolanya..." ujar Nostra.

"Hmmm, maksudnya?" Tanya Elsya.

"Buka aja gantungan kuncinya..."

2 buah cincin emas dengan berlian kecil menghiasi kedua cincin itu saat Elsya membuka gantungan kunci tersebut. Semua orang yang hadir terdiam dan melotot seakan tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan saat ini.

Pelamaran yang begitu romantis di saksikan oleh mereka semua, begitu juga Elsya yang menutup mulutnya seakan tak percaya dengan semua ini.

Ternyata cincin tersebut selama ini berada di tangannya, dan tanpa sadar ia pun segera memeluk Nostra yang memperlakukannya seperti seorang ratu istana.

"Hik...hik...hik"

"Dasar loe Nos, bikin suasana menegangkan aje" celetuk L tapi ada rasa haru dan bahagia melihat sahabatnya melamar Elsya dengan cara seperti itu.

Acara pemasangan cincin pun dimulai, baik Elsya maupun Nostra memakaikan cincin di jari manis saling bergantian satu sama lainnya.

Setelah itu, maka semua tamu undangan di persilahkan untuk menikmati santapan makan malam mereka.

"Neng... aa minta izin dulu nemuin Hellen yah" ujar Nos saat mereka sedang duduk berdua di bawah panggung.

"Iya aa..." jawab Elsya tersenyum.

Nostra melangkah menuju sebuah ruangan tempat Hellen dan beberapa orang yang menjaga Hellen saat tak sadarkan diri tadi.

Kriekkkk! Pintu ruangan terbuka, Hellen yang baru saja siuman melihat Nos yang baru saja masuk kedalam ruangan segera menatapnya dengan tatapan penuh amarah.

"Neng..." ujar Nos mendekat.

"Pergiiii kamu... kamuuu jahaaaaattttt... kamuuuu arghhhhhhh" histeris Hellen dan segera Nos memeluknya untuk menenangkan gadis itu yang masih berontak tak menerima perlakuan Nos terhadapnya.

"Dengar aa sekarang... Heiii!" Ujar Nos dengan nada tinggi membuat Hellen terdiam.

"Ok, pertama saya minta maaf atas apa yang telah terjadi tadi" Nos mulai menurunkan nada suaranya dan mencoba berbicara dengan Hellen.

"Saya sebenarnya sudah mengetahui apa yang telah kamu lakukan dibelakang saya bersama Nickolai" ucapan Nos barusan membuat Hellen melototkan kedua matanya seakan tak percaya bahwa selama ini Nos telah mengetahui hubungan gelapnya bersama Nick.

"Tapiiiii ke..." ujar Hellen ingin menjelaskan namun terpotong oleh Nos.

"Saya belum selesai... jangan di potong dulu" ujar Nos memotong ucapan Hellen barusan.

"Saya laki-laki... saya di ciptakan untuk memilih dan perempuan diciptakan hanya untuk dipilih... so, saya tidak memilihmu karena kamu tidak bisa menjaga kepercayaan saya selama ini"

"Tapi a..."

"Ssttttt... sudah, semuanya sudah berlalu... dan saya memilih Elsya untuk menjadi istri saya nanti"

"Hikkzzz...hiikkzzz tapi kenapaaa aa gak ngomong di awalll hikkzzz" tangisan Hellen makin pecah mendengar apa yang Nos ucapkan barusan. "Kan Hellen bisa menjelaskan semuanyaaaaa...hikzzz"

"Gak ada yang perlu dijelaskan... semua sudah selesai"

"Hellen gak mau... gimana kuliah Hellen... gimana masa depan Hellen nantinya... hikz... hikz..."

"Tenang neng... saya gak seburuk apa yang kamu fikirkan" ujar Nos tersenyum."Nih ATM dan Buku Rekening atas nama kamu... nilainya menurut saya lumayan dan mungkin bisa membantu kamu untuk menyelesaikan kuliah dan juga mungkin selebihnya kamu bisa buka usaha di bandung... saya yakin tabungan ini lebih dari pada cukup" lanjut Nos memberikan sebuah ATM bank swasta beserta buku rekening yang telah dipersiapkan oleh Nostra. Nilai tabungan rekening tersebut lumayan banyak. Mungkin bisa menopang hidup Hellen 10 tahun kemudian.

"Tapi... Hellen gak butuh semua ini... Hellen butuhnya a Nos" ujar Hellen menggelengkan kepalanya menolak pemberian Nos.

"Tidak... kembalilah ke dia, atau mungkin carilah pria yang bertanggung jawab dan menerima kamu apa adanya... anggap sekarang saya adalah kakak kamu" ujar Nos membuat Hellen tak mampu berkata-kata lagi.

"Kamu ingat kan apa yang saya pernah bilang dulu ke kamu? Sekali berbuat kesalahan, pantang bagi seorang Nos untuk memaafkan dan kembali ke sisi mu"

"I...i..ya ingat" ujar Hellen.

"Ya udah tuh dah ingat... jadi, mulai sekarang... lupakan semuanya dan menataplah masa depanmu yang menunggu kamu saat ini"

"Oh iya lupa... Nick sekarang berada di Polda metro jaya... saya dan L memberikan sedikit pelajaran buat dia" lanjut Nos membuat Hellen terkejut. "Jenguklah dia... paling sebulan doang dia disana... saya dan L sudah mengatur semuanya.



~•○●○•~​

Di tempat berbeda...

Rumah Tahanan Polda Metro Jaya, seorang pria merenung karena kesal dengan apa yang telah terjadi saat ini.

Pria itu saat ini sedang duduk berhadapan dengan kanit penyidik Polda Metro Jaya. Pria itu sedang di buatkan BAP atas kasus yang telah ia lakukan terhadap seorang gadis beberapa hari yang lalu.

"Ok cukup... kamu tunggu aja hasilnya" ujar penyidik itu yang bernama AKP Opung Ichad. "Pak Diantoro, antarkan Nickolai masuk ke selnya kembali" Yah, dialah Nickolai yang malam itu mencoba memperkosa Elsya yang tak sadarkan diri akibat pengaruh obat tidur yang ia teteskan di minuman gadis itu. Namun, untung saja L dan Citra tiba-tiba datang berkunjung dirumah Elsya dan mengagalkan aksi Nick yang akan memperkosa Elsya malam itu.

AKP Opung Icad baru saja meminta tolong kepada bawahannya yaitu Pak diantoro salah satu penyidik di Polda tersebut.

"Ayo Nick..." ajak Diantoro untuk kembali ke dalam jeruji besi.

"Iya komandan..."

"Kasus apa?" Tanya Pak Diantoro.

"Percobaan pelecehan seksual pak" jawab Nick.

"Ohhhh, sadis juga yah" jawab polisi itu.

"Iya pak"

Pak Diantoro dengan wajah sangar dengan kaca mata hitam yang tak pernah lepas dari wajahnya. Membuat Nick sedikit gemetar.

Saat Nick akan masuk kedalam sel, ia dikejutkan dengan kejadian aneh.

Plakkkkk! Bokongnya ditepuk oleh Pak Diantoro membuatnya menoleh ke belakang.

Wajah sangar yang Nick lihat tadi saat proses BAP berubah menjadi wajah sok imut namun menjijikkan menurutnya. Pak Diantoro mengedipkan mata kanannya mengisyaratkan sesuatu.


"Grrrrrrrrr...." Nick bergidik dan segera masuk kedalam Sel tahanannya.

Namun, tanpa ia sadari ternyata ada seorang tahanan yang baru masuk tapi sering kali keluar masuk karena ia terkenal sebagai pemimpin salah satu geng di ibu kota.

"Woi... itu tempat gue" hardik tahanan baru itu saat Nick mencoba duduk di tempatnya.

"Loh... ini kan tempat saya"

"Diam loe" gertak orang itu, dengan tubuh ceking dan dipenuhi dengan tatto membuat Nick tak berdaya dan memilih untuk bergeser.

"Nama loe siapa?"

"Nick bang..." jawab Nick.

"Ohhh... kasus?"

"Pencabulan bang..." jawab salah satu tahanan yang satu sel dengan mereka.

"Ohhhh... gitu... kenalin nama gue Fauzi"

"I... i...iya bang" Nick menjabat tangan preman itu yang bernama Fauzi.

"Eh" namun, saat Nick ingin melepaskan tangannya, Fauzi menahannya dan menatap wajah Nick dengan tajam.

Sedetik kemudian, wajah sangarnya berubah menjadi wajah menjijikkan. Kedipan mata Fauzi yang memegang erat tangan Nick membuat Nick terkejut.

Fauzi menggelitik telapak tangan Nick tanpa melepaskan jabatan tangannya. Sambil menatap wajah Nick mengisyaratkan sesuatu.

"Panggil Ijah aja yah biar lebih akrab"


Dammmnnnn! The Lady Boy Ijah



Stil Continued...

Me & U - PRIVATE SECRET 31

NOSTRA AJIE PRASTEYO AKA Mr. Nos

[​IMG]


HELLEN KURNIAWATI

[​IMG]



BAB 30 – HOLIDAY??

"Paris??!” Pekik seorang gadis cantik berparas ayu dengan balutan hijabnya. Dialah Hellen, yang baru saja mendengarkan tawaran untuk berlibur oleh salah satu pentolan 3MP.

Suasana cafe sore ini lumayan rame, Mr. Nos dan Hellen sedang duduk santai di sebuah Cafe di daerah Dago kota Bandung. Tanpa sadar, Pekikan dengan suara tinggi Hellen tadi, membuat beberapa orang disekitarnya mengalihkan pandangan dan menatapnya penuh tanya.

Hellen menoleh ke kanan dan kiri sambil melayangkan senyuman kecut, merasa malu telah berteriak tidak jelas di Cafe tersebut.

Saat ini Hellen dan Mr.Nos sedang merencanakan untuk liburan ke luar negeri. Dan Nos memilih untuk berlibur di kota Paris, kota para pecinta sejati di dunia ini.

Hellen tak sabar untuk menyebarkan informasi ini ke para teman dan sahabatnya, apalagi memposting di medsosnya. Namun, ia tak sadar bahwa ada hal lain yang akan ia dapatkan saat berada di sana."Pariiisssss i'am Coming".

"Ya udah, besok aa ngurusin pasport kamu yah neng... Biar cepat kelar dan kita berangkatnya bisa minggu ini" ujar Nos dan di iyakan oleh gadis di sampingnya yang masih melayang di dunia khayalan.



~•○●○•~​



Beberapa hari sebelumnya...

Hari senin, seperti biasa. hari untuk memulai beraktivitas dan mengawali sebuah kerjaan di awal minggu. begitu juga yang terjadi di PT. Tiga Mandiri Perkasa.

Nostra baru saja memarkir Mobil SUV kesayangannya, dan juga beberapa direksi 3MP yang baru saja tiba berjarak sekian detik dengan Nostra.

Namun, Nostra masih memilih berdiam dulu sejenak di atas mobilnya tanpa mematikan mesin mobil.

"Hmm, apa ia bakalan care gak ama ini?" Ujar Nos pelan sambil mengambil sesuatu dari dalam dashboard mobilnya.

"Hufhhh, kalo gak... berabe dah urusannya"

Setelah menimbang dan menanamkan sebuah keyakinan dalam diri pria itu, akhirnya ia pun turun dari mobil dan mematikan mesinnya. Tak lupa membawa sesuatu yang akan ia titipkan ke seseorang.

"Bismillah aje dah..." gumam Nos pelan saat tiba di pintu masuk karyawan.

"Morning Mr.Nos" sapa seorang gadis dengan senyuman khasnya.

"Pagi neng gelius... damang hari ini?" Balas Nos kepada gadis itu yang telah berhasil mencipatakn rona merah dipipinya. Elsya, gadis yang selama ini telah menyentil relung hati sang Donjuan.

"Damang atuh Pak... hehe"

"Oiiiii Ncuk... masih pagi-pagi woiyyy... dilarang pacaran doloe" tegur seseorang dari belakang.

"Ya elah L... kayak lu kagak aje nyet" jawab Nos yang disapa oleh L.

"Yuk naik..." ajak L menarik pundak sahabatnya.

"Ntar dulu dodol... ada yg pengen gue omongin ma cewek gue" jawab Nostra membuat Elsya salah tingkah di depan kedua-nya..

"What the fuck... cewek lu? Widihhhh... mentang-mentang Al gak ade seenak dewe’eh lu ye ngomong kek gitu... hahahaha"

Candaan L dan Nos pagi ini membuat beberapa karyawan yang baru masuk dari pintu karyawan hanya tersenyum dan menyapa seperti biasanya.

"Hei Kang Nos, Kak L... pagiiii" suara merdu dari seorang gadis yang baru saja tiba menyapa kedua pentolan 3MP.

"Wuihhh... sang Ratu tiba euy... nihhh Cit, laki lu lagi godain si Elsya" celetuk Nos membuat L gerang.

Plakkkkk...! "Kampret lu Nos"

"Hahahaha... udah yah, Citra duluan" ujar gadis tadi yang juga saat ini menjabat sebagai HR Director.

"Ikuuuttttt beib" ujar L dikit genit.

"Bebek monyet lu dodol... elah" celetuk Nos yang hanya di balas dengan cengingisan L dan berlalu meninggalkan Nos dan Elsya.

"Ok, neng... minggu depan Aa keluar negeri yah." Ujar Nos tersenyum.

"Iya Pak... jangan lupa ole-ole yah... hehe"

"Oh iya, aa nitip ini yah... klo aa pulang, nanti aa ambil" ujar Nos sambil memberikan kunci beserta gantungan kunci yang berbentuk bulat seperti bola dan bermotif boneka.

"Baik Pak... nanti Elsya akan jagain ini. Dan gak bakalan ada orang lain yang akan curi" Jawab elsya menerima kunci tersebut.

"Elah... ilang juga gak ape-ape kali neng... hanya kunci doank... hahaha"

"Hehe, iya iya... ya udah nanti Elsya simpan"

"Makaciii yah sayang, ya udah aa naik dulu yah" ujar Nos.

"Siap Pak Bos" balas Elsya sambil bergaya hormat tangan di kepala. Membuat Nos makin gemas akan tingkah gadis itu.

"Grrrrrrr, udah ye... bye"



~•○●○•~​



Present...

Bandara International Soekarno Hatta, sepasang Muda-mudi sedang melangkahkan kakinya menuju waiting room karena sebentar lagi pesawat yang mengantarkan ke kota tujuan mereka. yaitu Paris akan segera boarding.

Mr.Nos dan Hellen terlihat begitu mesra layaknya sepasang suami istri dengan dandanan santai sambil bergandengan tangan menuju ruangan tunggu. Mungkin bagi Hellen saat ini, adalah sebuah kebahagiaan yang selama ini di nantinya. Namun, tidak berlaku bagi pria di sampingnya.

"A, Hellen dengar kota Paris katanya indah banget yah?" Tanya Hellen saat mereka sedang duduk dan gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Nostra.

"Hmm, yah gitu lah neng... makanya sengaja aa ngajakin nengnya ke sana" jawab Nos sambil memiringkan wajahnya menoleh ke wajah gadis itu.

"Huuuhhhh, jadi gak sabar euy... trus aa nya katanya ada urusan kerjaan juga kan disana?" Tanya Hellen.

"Iya sih, makanya sambil menyelam minum air" jawab Nos.

"Tenggelam donk a"

"Hahahahahaha..."

Mereka berdua akhrinya tertawa dan bercanda gurau sambil menunggu panggilan mereka untuk boarding.

Tak lupa, Hellen memposting ke semua medsosnya (Waiting, Paris i'm Coming)



Beberapa saat kemudian...



Selama berada di pesawat, Hellen merasa cukup nyaman sambil tangannya tak lepas dari gandengan lengan sang kekasih. Dan dibenaknya saat ini lagi memikirkan beberapa hal yang akan ia lakukan nantinya. sambil senyam senyum sendiri, tiba-tiba dibenaknya memikirkan hal yang selama ini ia nantikan. yaitu, bersetubuh dan menghabiskan malam bersama Mr.Nostra. apalagi saat ini ia telah mengetahui betapa kokohnya batang kemaluan Mr.Nos membuat sesuatu di balik CDnya agak sedikit lembab.

Namun, pria di sebelahnya itu sama sekali tak mengatakan apa-apa padanya. Hellen menghela napas dan melirik manja kepada Mr.Nos yang ternyata telah tertidur nyaman di sebelahnya dengan menggunakan penutup mata.



~•○●○•~​



Paris - aug 15, 2015



Kota Paris, adalah kota metropolitan dengan bangunan tua tak terhitung jumlahnya, istana dan gedung megah peninggalan masa silam. Jelas bagi orang yang pertama kali berkunjung di kota tersebut akan merasa sangat kelelahan jika menjelajahi kota itu dengan berjalan kaki.

Kota yang bising dengan suara mesin mobil tak menentramkan, dan juga masyrakatnya yang cara berbusana dan bermanusia yang paling gamblang.

Sebuah kota yang membuat kehidupan manusia laksana tikus dengan jalur kereta bawah tanahnya yang membuat kota ini mempunyai dua dimensi kehidupan, yaitu atas tanah dan bawah tanah.

Itulah Paris dalam ekspresi kata dari perasaan Hellen saat ini ketika tiba di kota impiannya. Sampai-sampai ia pun tak pernah tuntas dalam mewakili apa yang ia rasakan.

Pasangan muda-mudi itu baru saja sampai di kota Paris, dan Nos memilih sebuah hotel yang lumayan mewah tempat mereka akan menginap yaitu di Victoria Palace Hotel.

Begitu tiba di hotel, mereka langsung diantar menuju Suite Room yang telah dipesan oleh Nostra sebelumnya.

Hotel yang berlokasi di 6 Rue Blaise Desgoffe, St Germain des Prés benar-benar menawarkan kemewahan, kenyamanan, dan keramahan. Hellen terperangah dengan tampilan hotel yang berjuluk Great Hotel of The World tersebut. Dengan dinding yang dilapisi ornamen-ornamen klasik serta permadani yang membentang indah seolah membawa pengunjungnya kembali ke abad 15 Prancis di era Marie Antoinette.

Segala hal sepertinya telah dipersiapkan dengan matang oleh pria itu menyangkut ini adalah hal yang paling ia tunggu selama ini.

"Neng... Bagus gak hotelnya?” suara Nostra memecah lamunan Hellen yang sedari tadi mengagumi keindahan Hotel itu. Hellen mengangguk, memperlihatkan lengkungan senyum yang indah di wajahnya membuat Nostra serta merta ikut tersenyum, setidaknya untuk sesaat Hellen akan merasa nyaman berada disini.

"Ini adalah salah satu hotel tempat honeymoon para pasangan yang baru saja menikah" ujar Nostra saat melangkah naik ke atas lift.

"Duhhhhhh, indah bangetttt yah a... kayak berasa mimpi berada di dunia khayalan... hehehe" jawab Hellen yang masih saja memperhatikan seluruh ruangan di Hotel itu.

“Jadi gak salah donk, klo aa milih nih hotel untuk bulan madu kite malam ini ya neng?"

Blush... wajah Hellen langsung memerah. Tanpa sadar ia menunduk dan memegang kedua pipinya, merasakan aliran darah yang hangat disana.

Akhirnya mereka berdua telah sampai di kamar yang telah Nostra pilih. "Setelah ini kita makan siang di restoran klasik di hotel ini yah sayang” kata Nostra, dan gadis itu hanya mengangguk seperti orang bodoh. "Tapi, aa mau kebawah dulu... mau ketemuan sama calon investor, so... 2 jam dari sekarang aa tunggu di bawah yah"

Sepeninggal Nostra dari kamar, Hellen langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Menepuk-nepuk ranjang yang tertutupi selimut berbahan benang berwarna keemasan itu. Dengan penggabungan warna merah pekat di bagian sprei dan sarung bantal, membuat kesan mewah dan klasik yang begitu pekat.

“Pasti nyaman sekali tidur disini,” kata Hellen pada dirinya sendiri.

Karena masih merasakan jetlag setelah perjalanan jauh, kini mulai merasakan kantuk di matanya. "Mending aku tidur dulu deh... kan bentar lagi uhu uhuh... grrrrrrr" Tiba-tiba Hellen begidik ngeri dengan hal yang mungkin akan terjadi malam nanti. Apalagi mengingat apa yang dimiliki oleh tunangannya itu, sebuah batang kemaluan yang memang selam ini ia idam-idamkan. dan tanpa sadar Hellen sudah tertidur nyenyak di atas ranjang bergaya kerajaan Prancis yang sangat indah dan nyaman itu.



2 Jam kemudian…

Akhirnya Hellen dan Nostra berada di sebuah restaurant klasik yang bernuansa romantis, dimana Hellen saat ini memakai busana casual yang telah ia persiapkan sebelumnya. Begitu juga dengan Mr.Nos yang siang ini memakai jeans biru dan kemeja putih.

Restoran ini memang terlihat mungil dan beberapa menu yang dihidangkan di sini selalu berganti-ganti karena mengikuti kesukaan hati sang juru masaknya. Restoran Prancis bergaya kasual modern, Madeleine Bistro dengan langit-langit tinggi dan deretan pigura menjadi ciri khas dari restoran ini

Garçon!(pelayan!)" teriak Nostra pelan sambil mengangkat satu tangannya, memanggil seorang waiter. Lalu pria itu menunjukkan buku menu pada pelayan itu,

“Je veux Ceasar salade, saumon, et des sandwiches. Donnez-moi juste un verre de jus d’orange.” Si pelayan mencatat menu pesanan Nostra yang pertama. “Je veux Foie Gras de Canard Fouquet et du thé de chrysanthème” lanjut-nya kepada pelayan restoran. Setelah mengulang pesanan mereka, si pelayan akhirnya pergi dan meninggalkan keduanya.

“Aa, jago juga yah berbahasa Prancis…hihihi” ujar Hellen yang baru saja takjub akan penguasaan bahasa Mr.Nos.

“Hehehehe, belajar dari si Al ntuh neng” jawab Nostra.

"Btw, makasih yah aa..."

"Iya sami-sami Neng... nikmatin aja selama liburan disini yah sayang. Lupakan sejenak indonesia, pokoknya kite ke sini hanya untuk bersenang-senang"

"Iya aa neng yang ganteng" jawab Hellen sambil memegang kedua tangan Nostra dan menggenggamnya. Kedua mata mereka saling menatap, dan hanya sebuah senyuman dari Nostra dan anggukan kepala membuat Hellen pun ikut tersenyum.

“ohhh, Btw besok kita ngapain A?” Tanya Hellen.

“Hemm, Rahasia donk”

Tak berapa lama pesanan mereka datang. Seorang waiter yang berwajah cukup tampan melayani mereka dengan baik, dengan menebarkan senyuman di wajah manly khas pria Prancis. Beberapa kali Hellen memandang kagum pada sang waiter saat pria itu menjelaskan keunggulan menu makanan yang telah mereka pesan. Sesekali Hellen mengangguk seakan mengerti (padahal kagak ngarti sama sekali…hehehe) dan melemparkan senyuman manis pada pria tinggi berambut cokelat itu.

Nostra memperhatikan bahwa waiter itu lebih cenderung bersikap sangat gentle kepada Hellen, seakan menebarkan pesonanya pada gadis itu. Namun, sepertinya perasaan cemburunya sudah sirna saat mengetahui kelakuan gadis itu selama ini.

“A, aneh yah nama-nama menu-nya… hihihihi” ujar Hellen setelah waitres yang menawarkan mereka meninggalkan meja mereka.

“Hushhhh… jangan keras-keras atuh neng… ntar ada orang indo dan ngerti bahasa kite, kan bisa berabe kali” jawab Nos dengan mimic jahilnya.

“Biarin, EGP”

“Yuk, dimakan sayang” ujar Nos dan akhirnya ia pun sedikit mengajarkan Hellen cara menyantap makanan mereka.

Sambil mengunyah santapan mereka, sesekali Hellen menatap wajah ganteng namun dekil milik Nostra. Ada kebahagiaan dan kebanggaan mempunyai kekasih seperti Nostra.

Dan ia pun sangat yakin bahwa dia lah satu-satunya cewek yang akan di pilih oleh Nostra sebagai pendamping hidupnya.

Banyak hal yang telah mereka lewati bersama selama ini, baik suka maupun duka. Maka hari ini Hellen berjanji, akan secepatnya berterus terang kepada Mr.Nostra yang selama ini sudah terjadi antara dia dan Nickolai.

Alunan lagu classic prancis mengiringi mereka saat menyantap makan siang kali ini, menambah nuansa keromantisan anatara kedua pasangan tersebut.



~•○●○•~​



Sebuah sedan mewah BMW mengantarkan Hellen dan Nostra baru saja berhenti di tepi sungai Seine, tepatnya di dekat jembatan menuju Notre Dame. Nostra memandang Hellen dengan pandangan penuh arti, membuat Hellen bertanya-tanya dalam hati karena sama sekali tak mengerti maksud pria itu membawanya ke tepi Seine.

Kini mereka berdiri berhadapan, mata mereka saling menatap tapi tak sehuruf-pun keluar dari mulut keduanya. Pasangan itu hanya diam, tampak saling menelaah situasi. Di satu sisi Hellen sedang menebak-nebak maksud sorot mata hangat namun sedikit sinis yang diberikan Nostra padanya, yang juga membuat jantungnya berdegup cepat seolah ingin melompat dari tempatnya. Sementara di sisi lain, Nostra sedang berusaha menciptakan suasana romantis, dan juga suasana yang sesuai dengan penggambaran di dalam kepalanya.

“Neng…” panggil Nos lembut. Hellen tidak menjawab, ia masih diam memandang Mr.Nostra dengan sejuta pertanyaan dalam kepalanya, bahkan ia tak menyimak panggilan pria itu.

“Neng…” panggil Nos lagi.

“Hmm…” jawab Hellen singkat.

“Kamu ingat gak, hari ini hari apa?”

“i…iya A, aku ingat..” Hellen tergagap setelah mampu mengingat bahwa hari ini adalah tepat sudah hubungan mereka genap 4 Tahun.

“Happy Anniverasry yah Neng” Ujar Nos lalu menarik tubuh Hellen untuk mendekat ke arahnya.

Lalu sedetik kemudian, Nostra mendekatkan bibirnya lalu mencium kening gadis itu. Membuat Hellen meneteskan air matanya dan sedikit merasa bersalah dengan apa yang selama ini ia perbuat dibelakang kekasihnya.

Nostra mengangkat sebelah tangan Hellen. Gadis itu masih tak bersuara, ia hanya mengikuti setiap gerakan yang dibuat Nos dan terus memandangnya penuh kebahagiaan. Nostra mengecup punggung tangan kanan Hellen dengan lembut,

“A…” pekik Hellen diperlakukan seperti itu oleh Nostra.

“Neng… apakah kamu ingin mengatakan sesuatu untuk aa?” tanya Nostra berharap gadis itu mengakui semua kesalahannya selama ini. Namun, jawaban sebuah gelengan kepala membuat Nostra menahan emosinya saat ini dan memaksa diri untuk bersikap se-romantis mungkin terhadap gadis itu.

Akhirnya Hellen yang sangat bahagia diperlakukan oleh Nostra seperti itu, tak tahan dan langsung memilih aktif lalu mendaratkan bibirnya ke bibir Nostra. Ia melumatnya dengan lembut dan mesra. Menghabiskan detik demi detik berbagi kebahagiaan dan cinta setelah menunggu untuk waktu yang cukup lama momen seperti ini.

Ciuman itu adalah sebuah pengungkapan kerinduan Hellen pada kekasihnya, pria yang selama ini menjadi super hero baginya. Dan dengan terpaksa Nostra membalas perlakuan Hellen terhadapnya.

Decitan halus dari bibir dan lidah yang bertemu menambah kehangatan pasangan itu yang semakin mengeratkan pelukan, tak menghiraukan angin musim gugur yang bertiup di waktu senja.

“hash…hash… I Love you aa ku” Ujar Hellen saat bibir mereka terlepas.

“too” jawab Nos singkat.

"Udah Yuk," Ajak Nostra sambil menarik pelan lengan Hellen.

"Kita mau kemana A?"

"Pokoknya kita keliling-keliling aja neng, mumpung lagi di Paris atuh" Jawab Nos saat berada di atas mobil.

Hellen hanya mangguk-mangguk mengikuti keinginan pria di sampingnya. mereka berdua duduk berdampingan di kursi belakang supir. dan Hellen masih saja melingkarkan lenganya di tubuh Mr.Nos.

Akhirnya tak begitu lama, mereka tiba di Arc de Triomphe. Arc de Triomph Adalah salah satu monumen paling terkenal di Paris. Ia berdiri di tengah Place Charles de Gaulle (awalnya bernama Place de l'Étoile), di ujung barat Champs-Élysées. Monumen ini dibangun untuk menghormati orang-orang yang berjuang dan mati untuk Perancis pada Revolusi Perancis dan Perang Napoleon, dengan nama-nama semua kemenangan Perancis dan nama para jenderal tertulis di permukaan bagian dalam dan luarnya. Di bawah kubah yang terletak Makam Prajurit Tak Dikenal dari Perang Dunia I.

Hellen dan Nostra berjalan melilingi seputaran monumen tersebut. banyak turis yang berfoto ria dari berbagai negara.

"Aa, Foto Yuk" ujar Hellen mengajak berfoto Nos.

"Hayooo," Jawab Nos.

Akhirnya sesi berfoto Ria pun dimulai, mulai dari foto sendiri-sendiri maupun foto bersama. terlihat di wajah Hellen sebuah kebahagiaan.

"Aa Pelukkkk" kemanjaan Hellen tak henti-hentinya ia perlihatkan di depan Nostra.

Tapi Nostra tetap mengikuti permainan gadis itu, dan dengan gaya khasnya yang rada tengil kadang menjahili Hellen.

"Auw" Teriak Hellen saat Nostra menarik hidungnya saat gadis itu baru saja akan berselfie ria.

Mereka berdua saling kejar-kejaran, saling berpelukan dan saling tertawa menikmati liburan mereka kali ini.

Selesai berfoto dan kejar-kejaran seperti Tom & Jerry, maka mereka berdua istirahat di kursi taman, dan di depan mereka banyak para pejalan kaki yang juga sedang menikmati suasana sekitar monumen..

Merasa cukup untuk hari ini, akhirnya Nos mengajak Hellen untuk balik Hotel. karena mengingat mereka masih mempunyai waktu yang banyak untuk mengelilingi tempat-tempat indah di kota tersebut.



Malam Ini…



Hellen dan Nos memutuskan untuk kembali ke Hotel dan menikmati makan malam di dalam kamar Hotel.

“Haaaahhhhhh, capek sangat yah a” Ujar Hellen membentangkan kedua lengannya saat berada di dalam kamar.

“Hehehe, tapi neng senang kan?”

“Banget..nget…nget aa ku sayang” Jawab hellen sambil memeluk tubuh Nostra.

Hellen menarik nafas panjang, meresapi aroma tubuh Nostra dan juga aroma dalam kamar hotel mereka. Gadis itu berdecak kagum atas apa yang ia lihat saat ini, ada perasaan tak menentu dan juga ada hasrat yang selama ini ia pendam akan segera ia lampiaskan.

"Kenapa neng?" Tanya Nostra.

“Gak apa-apa aa, hanya Hellen kok masih kayak mimpi aja dengan semua ini” Jawab Hellen yang makin merapatkan pelukannya ke tubuh Nostra.

“Hemm, ini masih belum seberapa atuh Neng… akan lebih indah lagi yang akan aa lakuin terhadap wanita yang akan menjadi Ratu Nostra Ajie Prasetyo” Jawab Nostra membuat Hellen tersenyum dan berfikir bahwa dirinya-lah yang di maksud oleh Nostra yang sebentar lagi akan menjadi Nyonya aka Istri pria itu.

“Kapan atuh aa?” Tanya Hellen membuat Nos mengernyitkan alisnya lalu membalikkan tubuh gadis itu untuk berhadapan dengannya.

“Kapan apanya?” Tanya Nos.

“Hellen jadi nyonya aa” Jawab Hellen malu.

“Hemm… kok yakin kalo aa milih kamu jadi istri aa nantinya?” Ujar Nos yang menunjukkan sedikit senyum jahilnya membuat Hellen cemberut.

“Elah cemberut gitu atuh neng”

“Au ah…”

“Auwwwww… aaaaaaaa lepasiiiiinnnnnn” Teriak Hellen manja saat Nos langsung mengangkat tubuhnya dan mengajaknya ke ranjang yang sudah tertata rapi.

Brukkkk…!Nos menjatuhkan tubuh Hellen dan segera menindih tubuh sintal yang masih berbalutkan hijab dan busananya yang ia pakai siang tadi.

“Mandi dulu a” Ujar Hellen saat Nos akan mendaratkan ciumannya di bibir gadis itu.

“Hehehehe, eh iya ding” Ujar Nos.

“Tapi Hellen dulu yah yah mandi…” Ujar Hellen yang segera beranjak dari ranjang dan meninggalkan Nostra yang sedang tak sabar untuk menikmati tubuh gadis itu.



***​

Saat Hellen berada didalam kamar mandi, Nostra menelfon operator hotel untuk memesan makanan untuk makan malam mereka.

Sambil menunggu Hellen yang masih berada didalam kamar mandi. Akhirnya Nos meraih Hpnya dan menelfon seseorang.

“Yah, gimana ncuk?”

“Okay sip, Thanks banget ye… gue percaya dah ma loe orang”

“Oke see u later” Nos menutup telfonnya dan menunggu Hellen selesai mandi.

Beberapa saat kemudian Hellen keluar dari kamar mandi yang hanya menggunakan kimono berbahan lembut berwarna abu-abu sedang melangkah keluar.

Begitu tiba di depan Nos, gadis itu tersenyum manja. Menyadari bahwa gadis itu tak memakai dalaman apapun dari balik kimononya. Sontak, penis Nos langsung menegang dari balik jeansnya.

“Aa gak mandi?” Tanya Hellen.

"Mandi donk… kan mau indehoy ama kamu neng. Masa iya harus bau euy” sontak jawaban Nos makin membuat Hellen teripu.

“Ihhh apaan sih”

Hellen merebahkan tubuhnya ke ranjang saat Nos masuk kedalam kamar mandi, tangannya meraih remote TV untuk menyalakannya sambil menunggu Nos selesai mandi.

Tak lama Nostra keluar dari kamar mandi dan mendapati Hellen yang sedang baring di atas ranjang. Nos hanya menoleh lalu melangkah dengan hanya menggunakan kimono yang sama dengan yang Hellen gunakan.

Bugggg…!Nos merebahkan tubuhnya tepat disebelah Hellen.

Dug..Dug..Dug! detak jantung Hellen makin mengencang sesaat setelah melihat gundukan dibalik kimono pria yang berada disampingnya. Pikirannya berputar-putar dan tak sabar ingin merasakan kejantanan yang dimiliki oleh Nostra.

“So?” Tanya Nos sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Hellen.

Ting... tong! “Kampret!” Suara bel didepan pintu membuat Nostra menghentikan gerakannya dan menggerutu.

“Ntar yah neng” Ujar Nos lalu beranjak ke pintu untuk membukakan pintu kamar mereka.

Ternyata room boy baru saja mengantarkan pesanan mereka, lalu akhirnya Room boy tersebut mengatur beberapa pesanan mereka di atas meja.

"Je vous remercie (Terima kasih)" Ujar Nos tak lupa juga memberikan tip kepada room boy itu.

"vous êtes le bienvenu"

Akhirnya Room boy tadi meninggalkan ruangan dan Nos segera menutup kembali pintu kamarnya.

"Neng, makan yuk." Ujar Nos.

"Belom lapar... Aa aja dulu makan kalo udah lapar” Jawab Hellen yang enggan beranjak dari ranjang.

“Sama” Jawab Nos singkat dan segera kembali ke ranjang karena saat ini hanya nafsulah yang mengalahkan akal sehatnya.

“Aa, hemmmmm” Ujar Hellen pelan saat Nos sudah berada di sampingnya.

“Kenapa neng?”

“Pengeeeeeeennnnnnnn”

“Njiiiiirrrrrr”

Sepersekian detik akhirnya bibir mereka bersentuhan. Hellen membuka mulutnya membiarkan lidah Nostra bermain-main di rongga mulutnya.

Setelah cukup lama mereka berciuman dengan penuh Nafsu satu sama lain, Hellen kemudian melepaskan tautan bibirnya dari bibir Nostra, dan menatap matanya untuk sesaat, sebelum ia mulai mengecupi dengan lembut wajah Nos yang sudah dilanda gairahnya.

Nos membalas perlakuan Hellen dan mulai mengambil alih permainan. Bibirnya segera menyerang Kening, pipi dan bibir Hellen, hingga membuat bulu kuduk Gadis itu sedikit berdiri seiring rasa geli akibat ciuman Nostra yang penuh dengan gairah.

Dan saat bibir mereka kembali saling bertautan, lidah mereka pun langsung saling beradu dan saling membelit dalam pergulatan bibir yang penuh birahi. Aroma semerbak bunga khas sabun mandi bermerk dari tubuh keduanya menambah rangsangan antara mereka. Kemudian sambil berciuman, Nos berinisiatif melepaskan tali kimono Hellen dengan perlahan-lahan.

Terpampang lah tubuh seksi tanpa sehelai benang pun, dengan payudara berukuran sedang dan bulat dengan dua buah puting berwarna merah kecoklatan sangat menantang untuk segera di lumat. Vagina bersih dengan sedikit bulu-bulu tipis menghiasinya membuat Nostra tersenyum licik, lalu menarik lengan gadis itu untuk membantunya membuka kimononya.

Kini mereka berdua sudah sama-sama bugil tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Tidak ada lagi raut wajah malu yang terpancar dari wajah mereka.

Akhirnya Nostra kembali memeluk tubuh Hellen dan melancarkan ciuman bertubi-tubi di wajah, leher telinga dan kembali ke bibir mungil gadis itu. Mereka masih saja meneruskan perang lidah sambil Nos memeluk erat tubuh gadis itu hingga dua payudara sekal milik Hellen menempel di dadanya.

"Huuuu..." desis Nos saat jemari Hellen mulai menyentuh penis panjang miliknya. Seperti tersetrum oleh sengatan listrik, tubuh Nostra bergidik menerima rangsangan dari gadis itu.

Keduanya saling agresif, saling melumat bibir, tangan mereka pun tak hentinya aling meraba tiap inci kulit di tubuh masing-masing.

"Ouhhhhh!" Pekik Hellen saat Nos mulai menciumi kembali leher gadis itu, lalu menurun hingga ke dadanya.

Slurpppp... slurpppp! Dengan penuh gairah Nostra mulai mengenyot puting payudara sebelah kanan milik Hellen. Sedangkan payudara yang bagian kirinya diremas dengan tangan pria itu. Merasa seperti terbang ke langit ketujuh, sebuah sensasi kenikmatan yang dirasakan oleh Hellen. Maka tanpa sadar ia menyodorkan dadanya kepada Nos untuk lebih memainkan kedua payudaranya.

Cukup lama Nos menyantap payudara milik Hellen, hingga gadis itu sendiri merasa sebuah sensasi kenikmatan berbarengan dengan kegelian. Karena posisinya di bawah maka saat ini Nos lebih memegang permainan.

“Oughhtttttt”

Hellen akhirnya meminta untuk berganti posisi dimana dirinya menginginkan posisi 69, dimana ia berada di posisi atas. Dan tak butuh waktu lama, Hellen kemudian mulai menyentuhkan bibirnya di ujung penis Nos. Lalu, ia pun membuka mulutnya sambil melahap penis milik Nos perlahan-lahan.

Slurppp...slurppp! Hellen mulai menaik turunkan kepalanya, mengulum batang kemaluan Nos yang hanya setengah masuk kedalam tenggorokannya.

"Oughhttt" desis Nos menerima rangsangan di penisnya.

"Mmmhhhhh." Desah Hellen yang mulutnya masih tersumbat oleh penis milik Nos saat sebuah lidah udah mulai memainkan clitorisnya.

Nos mulai menjalankan aksinya dengan jilatan dan gigitan kecil di bagian clitoris dihadapannya, Hellen pun merasa geli, apalagi jemari Nos tak henti-hentinya keluar masuk dan mengobok-obok liang vagina milik gadis itu. Hellen pun demikian, sesekali ia melepaskan kulumannya dan mengganti kerja mulutnya dengan tangannya.

Gaya enam sembilan mereka berlangsung cukup lama, hingga Hellen maupun Nos sudah sangat merasa di puncak, mereka pun segera menghentikan pergulatannya. Tak mau cepat-cepat menyudahi percintaan mereka, maka Nostra memutuskan untuk mengambil jeda menenangkan kemaluan mereka. Tak sampai dua menit, akhirnya Hellen yang memulai kembali menciumi tubuh Nostra yang masih terbaring di atas ranjang.

Dengan sekali anggukan dari Hellen menunjukkan bahwa dirinya sudah sangat siap melanjutkan pertarungan yang sebenar-benarnya. Maka Nostra bangkit dan mulai bergeser ke bawah lalu dengan gaya favoritnya selama ini, ia pun membalikkan tubuh Hellen dan mengangkat sedikit pantatnya dengan gaya doggy style. Kini Hellen merungkuk menghadap dinding. Kedua tangannya bertumpu di atas pegangan spirngbed miliknya. Debar jantungnya berdetak begitu kencang. Hellen menggigit bibir bawahnya karena sebentar lagi akan merasakan sebuah batang penis yang perkasa akan menembus liang vaginanya.

Tangan Nostra yang kekar mendorong punggung gadis itu sedikit membungkuk hingga pantatnya agak menungging. Lalu kedua kaki Hellen digeser sedikit agar lebih membuka.

"Uhhhhhhh" desah Nostra dan Hellen bersamaan. Bulu-bulu di tubuh mereka mulai merinding saat benda hangat dan tumpul milik Nostra mulai bergesek-gesek di bibir kemaluan Hellen untuk mencoba masuk. Lubang vaginanya yang sudah licin sangat membantu penetrasi yang dilakukan Nostra dari arah belakang.

“Oghh..” terdengar Nostra menahan nafas saat ujung penisnya yang seperti topi baja mulai terjepit labia mayora gadis itu. Hellen pun tak mampu bernapas karena benda itu terasa sesak sekali mengganjal selangkangannya.

“Aa… ituuuu” Hellen mengeluarkan kalimat yang seakan ingin menjelaskan bahwa dirinya tak perawan lagi. Namun, Nostra enggan mendengarnya dan mencoba memasukkan penisnya lebih dalam.

“Awukkkk” Pekik Hellen saat penis Nos mencoba perlahan-lahan masuk ke liang vaginanya.

“Hkk.. Hh.. Shh.. Ouchh” Hellen mendesis tercekat.

Nostra agak kesulitan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang vagina Hellen yang agak kesempitan menerima serbuannya.

Senyum sinis dari Nos saat Hellen sedikit menahan rasa sakit di selangkangannya.

Begitu pula dengan hellen, ia tak habis piker kenapa penis Nos sangat susah masuk ke dalam vaginanya. Padahal ini bukan hal yang pertama kali ia lakukan.

Dan jawabannya adalah, karena selama ini vaginanya hanya di masukin oleh penis mungil milik Nickolai.

Berkali-kali Nostra terus mendorong batang penisnya. Hellen ikut membantunya dengan menggeser pantatnya hingga penis panjang dan besar milik Nostra terdorong masuk. Tubuh Hellen bergetar karena seluruh lubang vaginanya seperti tergesek oleh besarnya penis Nostra yang baru masuk kira-kira setengahnya saja.

“Ouchh.. Hhahh..” Hellen berkali-kali pula mendesis menahan nikmat yang kembali naik ke kepalanya.

Dengan pelan Nostra kembali menarik batang penisnya dari jepitan lubang vagina Hellen. Didorongnya lagi hingga bertambah dalam batang itu menerobos masuk ke dalam lubang vagina yang sudah mulai bisa beradaptasi dengan besarnya penis Nostra. Sekarang gerakan maju mundur batang penis Nostra mulai lancar.

Plokkk... plookkk... plookkk...

“Hugghh..” mereka sama-sama menahan napas saat merasakan sebuah kenikmatan yang tiada tara.

Seluruh batang penis Nostra sudah masuk ke dalam jepitan lubang vagina milik Hellen hingga ke pangkalnya. Hellen pun sangat merasakan pantatnya menempel ketat pada kantung biji telur kemaluan Nostra. Lubang vaginanya terasa berdenyut-denyut meremas batang penis Nostra yang memenuhi lubang vaginanya.

Saking panjangnya batang penis milik Nostra hingga mulut rahim Hellen seolah-olah seperti tersodok benda tumpul. Tubuh mereka terdiam seperti terpatok satu sama lain oleh pasak yang menyumpal lubang kemaluannya. Mata Hellen terpejam menahan desakan nafsu yang mulai mendesak dari perutnya.

Sambil berpegangan pada kedua payudara sekal milik Hellen, Nostra terus mendorong dan menarik pantatnya. Gerakan batang penis Nostra dalam lubang kemaluan milik Hellen semakin lancar karena sudah banyak sekali cairan pelicin keluar dari lubang kemaluannya. Mulut Nostra yang tak henti-hentinya menjilati kuduk milik gadis itu terasa semakin membuat Hellen melayang ke awan tak bertepi.

"Aaaaahhhhh... Aaaaa, Hellen mau keluuaaaaarrrr" erang Hellen merasakan gejala-gejala orgasmenya akan segera tiba.

Liang vagina Hellen mulai berdenyut-denyut mengurut batang penis milik Nostra. Lalu tiba-tiba tubuhnya terhempas di ranjang dan kedua tangannya melemas dan jatuh kebantal.

Orgasme pertamanya pun ia capai, Nostra tak mencabut batang penisnya dari lubang kenikmatan milik Hellen. Dan Nostra masih menunggu hingga keadaan gadis itu mulai kembali pulih.

"Huuuhhhh... aa, akuuu saayaanggg kamuuu" ujar Hellen saat Nostra melepaskan penisnya dan membalikkan tubuh gadis itu menghadapnya dan berbaring lemas di atas ranjang.

Nostra mulai menggauli kembali gadis itu, tubuh lemas dengan dua payudara sekal dan dua puting menghiasinya membuat Nostra makin gemas. Penis panjangnya masih mengacung dengan tegaknya dan terlihat kilapan-kilapan di batang penisnya hasil dari cairan pelumas liang kenikmatan milik Hellen.

Tangan Nostra meremas kembali payudara Hellen dan mulai melumat kembali bibir gadis itu yang sedikit terbuka karena dirinya sepertinya masih mengatur nafas.

"Hhhmmmmfffmm" Bibir Hellen langsung menyatu dengan bibir Nostra. Lidah Nostra segera terdorong masuk ke dalam mulut Hellen dan mulai menggelitik rongga mulutnya.

Posisi dengan Nostra diatas menindih Hellen nampaknya mampu membangkitkan gairah gadis itu kembali. Penis Nostra menggelitik bibir vagina gadis itu dari arah depan, sementara tangan Nostra meremas-remas payudaranya dan keduanya saling berpagutan bibir. Indah sekali!

"Uhhhhhh..."

Nostra mulai menggesek-gesekkan ujung kemaluannya dibibir vagina Hellen. Kemudian perlahan tapi pasti ia pun mulai memasukkan kembali penisnya ke dalam liang kemaluan gadis itu.

"Oughhhttttt" Hellen membuka mulutnya saat Nostra melepaskan ciumannya. Dan sepertinya Hellen menikmati setiap inci kulit kemaluan mereka saling bergesekan. Mulut gadis itu sudah terbuka membentuk huruf O.

Bibir Nostra mulai memagut kembali bibir Hellen dan dengan lidahnya kembali mendorong-dorong lidah gadis itu. Air liur mereka saling tertukar, tak ada rasa jijik dan rasa aneh yang saat ini mereka rasakan. Yang ada hanyalah sebuah nafsu yang di-iringi dengan rasa sayang dan rindu yang mendalam.

Sementara batang penis Nostra mulai menghunjam lubang vagina Hellen perlahan-lahan.

Plokkk... plokkk... plokkk...

Berkali-kali rambut kemaluan Nostra yang kasar seperti habis dicukur menggaruk-garuk selangkangan Hellen saat penisnya melesak ke dalam lubang vagina gadis itu hingga ke pangkalnya. Terdengar gadis itupun berkali-kali mengerang tanpa rasa malu-malu lagi. memang sih selama ini gadis itu selalu ribut kalau sedang bersenggama.

Tanpa harus diperintah, Hellen mulai mengimbangi goyangan pantat Nostra naik turun mengikuti irama tusukan penis pria itu. Tubuhnya pun mulai terhentak-hentak dan gerakannya sudah tidak terkendali. Tubuhnya semakin cepat bergoyang dan naik turun menyambut dorongan penis kekar milik Nostra hingga masuk sedalam-dalamnya ke dalam jepitan lubang vaginanya.

“Ter.. Rushh.. aaaa.. Oohh” tak henti-hentinya Hellen terus mendesis-desis tak terkendali. Tubuhnya seolah melayang dan ringan. Nostra semakin cepat menarik dan mendorong penisnya menghujam lubang vagina berlendir milik Hellen.

"Aaaaaahhhhhhhhhhh" tiba-tiba Hellen mengerang dan tersentak. Perutnya terasa kejang menahan desakan yang hampir meledak.

“Terushh saaayanggg.. Terushh..” terdengar Nostra juga mulai menggeram sambil menusuk-nusuk lubang vagina gadis itu kian kencang. Lalu mulutnya kembali melumat bibir Hellen.

Hellen juga sepertinya tak dapat menahan lagi tubuhnya berkelojotan melepaskan ledakan birahi yang sudah tidak terbendung lagi. Ia-pun menggigit bibir Nostra yang melumat bibirnya. Pada saat yang sama, tubuh Nostra pun menggeliat dan tersentak-sentak seperti penari breakdance. Tubuh bagian bawah mereka yang saling menempel menggeliat secara bersamaan. Selangkangan yang menempel ketat dan seperti terpaku pada tulang kemaluan Nostra memutar tak terkendali.

“Arghh.. Shh..” seperti suar koor, mereka berdua menggeram secara bersamaan.

Otot-otot vagina Hellen berdenyut-denyut mencengkeram penis Nostra yang tertanam sepenuhnya didalamnya.

"Ohhhhhhh... akuuu kekuaaaarrrr"

"Saaaammmaa Neng" Ujar Nos yang segera mencabut penisnya dan mengeluarkan spermanya di perut gadis itu.

Crooot... crooot.... crooottt...

Akhirnya mereka sama-sama terdiam lemas tak berdaya. Napas mereka saling memburu. Denyut jantungnya pun berdentum setelah bekerja keras memburu kenikmatan. Baik Nostra maupun Hellen yang kelelahan tak mampu bergerak lagi.

Nostra menggeser tubuhnya dan menghempas tubuhnya berbaring disebelah Hellen. Tangan mereka menyatu, wajah mereka saling menoleh. Senyum kebahagiaan pun terlihat diwajah Hellen tapi tidak di wajah Nostra. Senyum kepuasan dan kebahagiaan karena bisa merasakan bersetubuh dengan Nostra. Terlihat juga betapa banyak cairan sperma yang disemprotkan di perut Hellen yang di biarkan begitu saja.

Beberapa saat kemudian Nostra menatap lekat-lekat sosok Hellen yang tertidur di sebelahnya. Wajah cantiknya tampak lelah, namun terlihat sedikit sunggingan senyum kepuasan.

“Aa, makasihhh yah” Ujar Hellen pelan namun cukup terdengar ditelinga Nostra.

“Sami-sami neng, aa juga makasih yah” Jawab Nos yang dibalas dengan sebuah pelukan erat oleh Hellen yang baru saja menggeser tubuhnya merapat ke tubuh Nostra.

Hellen mengusap dada bidang Nostra sambil tak hentinya ia mencium lengan pria yang sudah memberikan kenikmatan yang selama ini belum pernah ia rasakan.

“Aa jantan banget euy… Hellen puas banget malam ini” Ujar Hellen pelan dan mengakui kejantanan Nostra saat ini.

“Hehehe… itu belum seberapa sayang”

“Maksudnya?” Tanya Hellen bingung karena tersirat senyum penuh arti di wajah Nos.

“Ini baru menu pembuka sayang, belum mai course nya atuh neng”

“Jadi…. Aa mau nambah gitu?” Ujar Hellen heran dan jantungnya tiba-tiba berdetak kencang kembali memikirkan apa yang akan terjadi kemudian.

“Yup… so?”

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……. Helleeeennnnn Capeeeeeekkkkkk”

“Gak ada alasaaaaan….”

Brukkkkk!



~•○●○•~​



Jakarta, Pagi ini…

Wajah sendu nan cantik pagi ini terlihat murung, karena sedang memikirkan kata-kata seseorang yang semalam mendatanginya di rumah.


Tak terasa tetesan air mata Elsya membasahi kedua pipinya, seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat semalam.

Ternyata selama ini dirinya hanya dijadikan sebagai boneka oleh Nostra, itulah yang saat ini ia pikirkan. Namun, hati kecilnya sepertinya mengatakan lain.

Bayangan Nos masih sangat mengganggu pikirannya saat ini, banyak kenangan indah yang telah mereka lalui bersama. Bahkan sebuah harapan masa depan bersama Mr.Nostra akhirnya hancur berkeping-keping seiring kesedihannya saat ini.

Andai waktu bisa di putar kembali, ia akan memilih untuk tidak jatuh cinta terhadap pria yang ia anggap sebagai pria pecundang.

“Bulsyiittttt”

“Hikz… hikz… hikz…”

Makin Elsya menahan rasa sakit dihatinya, makin besar pula rasa cintanya terhadap pria itu.

Beberapa karyawan yang lalu lalang di depannya, merasa heran namun tak mampu menegur gadis itu. Mengingat dia adalah ratu salah satu pentolan 3MP.

“Neng, kok sedih?” Sapa Pak Paidikage kepala CS yang selama ini menjadi teman curhatnya.

“Eh kang Pai, gak kok Kang… Elsya lagi ingat keluarga di Bandung” Jawab Elsya berbohong.

“Jangan bohong neng.. karena dia yah?” Ujar Pai yang sudah mengetahui sebab kesedihan gadis itu.

“Entahlah kang… emang udah sepantasnya Elsya mendapatkan balasan seperti itu. Karena berharap sama orang kaya seperti Mr.Nostra”

“Sabar yah Neng… kalo emang dia jodoh yang baik buat Neng-nya, pasti Allah akan menyatukan kalian”

“Entahlah Kang” Ujar Elsya pasrah.

“Yah udah, aku balik kerja dulu yah Neng. Semangat donk. Jangan karena masalah kayak gini, nengnya jadi uring-uringan di kantor”

“i..iya Kang, nuhun-nya”

“Sami-sami neng”

Kembali, gadis itu hanyut dalam kesedihan setelah Paidikage meninggalkannya sendiri di depan meja kerjanya.

Kriiiiingggggg!

Tiba-tiba telfon dimejanya berdering, membuat Elsya memperbaiki hati dan suaranya agar tidak terdengar isak tangisnya barusan.

“3MP, selamat pagi. Dengan Elsya di sini… ada yang bisa dibantu?” Jawab Elsya saat mengangkat telfonnya.

”Naik keruangan gue sekarang yah, Urgent” Suara L di seberang membuat Elsya bingung.

“Baik Mr.L” Jawab Elsya dan bergegas menuju ruangan sang Direktur.

Selama di dalam lift, dibenak gadis itu bertanya-tanya ada apa dengannya. Tumben, baru kali ini Mr.L berkomunikasi dengannya saat Nostra sedang tak bersamanya.

Apakah dia telah membuat kesalahan?

Atau Mr.L akan memecat dia, karena kebodohannya telah mencintai Mr.Nostra?

Entahlah… ia hanya pasrah dengan keadaan.



Tok…tok…tok! Elsya mengetuk pintu ruangan FAD.

“Masuk” Suara khas L terdengar dari dalam ruangan.

Krieekkkk!

“Pagi Mr.L” Ujar Elsya dengan penuh pertanyaan dalam benaknya.

“Yap, Pagi Elsya… pasti loe bertanya-tanya kenapa gue manggil lo ke atas?” Tanya L dengan mimic serius tanpa senyuman sedikitpun.

“i…i…iya Mr.L”

“Nih… besok lusa, kamu temanin gue ke Paris untuk meeting dengan investor disana. Gak pake nolak. Karena ini perintah” Ujar L sambil menyodorkan tiket pesawat.

“Hah???”



Still Continued...