Thursday 9 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 32

NOSTRA AJIE PRASTEYO AKA Mr. Nos

[​IMG]


HELLEN KURNIAWATI

[​IMG]


ELSYA KIRANA

[​IMG]




BAB 31 – HOLIDAY MEMBAWA BENCANA, PAYBACK??



Jakarta, beberapa hari yang lalu...

Seorang gadis sedang memegang sebuah tiket PP Jakarta - Paris yang baru saja diberikan oleh Mr. L pagi tadi, wajahnya murung dan terlihat begitu lelah seharian berfikir tentang apa yang telah terjadi saat ini.

Di rumah kontrakannya yang terletak di daerah pinggiran ibu kota, Elsya saat ini duduk di ruang tamunya dan memikirkan apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Dia teringat peristiwa beberapa hari lalu. Saat sedang serius mengerjakan tugas-tugas kantor, seseorang mengetuk pintu rumahnya. Nick, lelaki yang dia kenal sebagai sahabat Hellen mengunjunginya.






“Hikz...hikz...hikz! Maafin Elsya a" Elsya menangis sesenggukan menyesali apa yang telah terjadi antara dia dan Nickolai.



~•○●○•~​


Paris…

Hellen masih terus terngiang-ngiang dengan kejadian 3 hari kemarin. Dimana pertempuran antara dia dengan Nostra yang tak henti-hentinya. Sebuah senyum kepuasan tersirat diwajah gadis itu.

Tenaga Hellen benar-benar terkuras untuk terus melayani nafsu sex Mr. Nostra yang tak ada kata berhenti.

Tak hanya itu saja yang sudah mereka lakukan, salah satunya Nos mengajak Hellen berkeliling kota paris sambil memanjakan mata gadis itu yaitu berkunjung di Menara Eiffel yang merupakan sebuah menara kisi besi yang terletak di Champ de Mars.

Menara yang menjadi sebuah tempat pelamaran beberapa orang maupun simbol kisah cinta antara dua insan yang berbeda di dunia ini. Menara yang dirancang oleh insinyur Gustave Eiffel dan didirikan pada tahun 1889 juga sebagai pintu masuk ke World Fair. Menara Eiffel juga merupakan*ikon budaya global Perancis.

Liburan kali ini jelas sangat berkesan di hati Hellen,
Hellen saat ini masih terbaring lemas di atas ranjang dan tubuhnya masih tertutup selimut sutera di dalam kamar hotel. Sedangkan Nos masih tertidur di samping Hellen.

“Aa, Bangun” Bisik Hellen mesra di telinga Nos.

“Hmmmm, Bentar lagi” Ujar Nos terjaga namun masih bermalas-malasan di atas ranjang.

“I love you Aa” Bisik Hellen namun dibalas dengan tarikan lengan Nos di tubuh Hellen membuat tubuh gadis itu merapat di tubuh Nostra.

“Hmmmfffffff” sedetik bibir Hellen sudah di lumat oleh Nostra.

Dan di mulai kembali pertempuran birahi yang terdahsyat antara Hellen dan Nostra.


○●○​


“Neng buruan siap-siap gih… sore ini kita ke acara rekanan bisnis aa yah” Ujar Nostra yang sudah rapi sambil berkaca di depan cermin meja rias dalam kamar hotel.

"Resmi gak acaranya a?" Tanya Hellen yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Iya sih... emangnya kamu gak bawa pakaian resmi gitu?"

"Gak, hehehe... kirain aa mau beliin Hellen di paris" jawab Hellen dengan muka cemberut.

"Ya udah, yuk kita shopping sebelum sore tiba" jawab Nostra.


Beberapa saat kemudian...

Avenue des Champ Elysées benar-benar seperti taman hiburan surgawi bagi Hellen. Segala sesuatu yang ada disana membuat mata Hellen berbinar seperti melihat setumpuk harta karun dari masa kerajaan Prancis kuno.

Hellen dan Nostra Menyusuri sepanjang jalan raya yang sangat luas sambil bergandengan tangan.

"Sok aja dipilih neng" ujar Nostra saat mereka tiba di depan sebuah butik bergaya paris kuno namun terlihat mewah. "Aa nunggu di cafe itu yah" lanjut Nostra menunjuk sebuah cafe di seberang jalan.

"Gak ada duit aa" jawab Hellen manja.

"Nih, pake aja sepuasnya" jawab Nostra sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dalam dompetnya.

"Cihuuuiiiyyyyy, makasiiii aa ku ganteng" jawab Hellen dengan girangnya. Lalu Nos meninggalkan Hellen yang berbelanja sendiri di butik tersebut.

Hellen nyaris kalap saat melihat deretan koleksi terbaru di outlet Zara, Celio, dan Luis Vuitton. Lihat saja sekarang di lengan kanan dan kirinya tergantung kantong-kantong belanja yang berisi barang-barang hasil buruannya yang juga telah menghabiskan sekian ratusan Euro dari saldo credit card Mr.Nos.

Hari mulai siang, dan sekarang Hellen merasa lapar setelah bebeberapa jam menghabiskan waktu dengan mengunjungi setiap inchi Avenue des Champ Elysées.

"Sudah?" Tanya Nos saat Hellen menghampirinya di cafe tempat nongkrong pria itu.

"Hehehe, udah... nih" ujar Hellen sambil memperlihatkan hasil belanjaannya kepada Mr.Nos.

"Oke..."

"Lapaaaarrrrr" ujar Hellen sambil memegang perutnya.

"Ya udah, yuk makan dulu" jawab Nos lalu mereka berdua meninggalkan cafe tadi setelah Nos menyelesaikan bil pesanannya tadi.

Keduanya memutuskan untuk menikmati santapan di restoran Le Fouquet’s.


~•○●○•~​


Beberapa jam yang lalu, ditempat yang berbeda...

Bandara soekarno Hatta, sebuah mobil sedan Audi milik L baru saja berhenti tepat di pintu keberangkatan international.

Mr.L dan Elsya baru saja turun dari mobil, dan ternyata yang mengantarnya Citra sendiri yang juga kekasih Mr.L saat ini.

"Makasih yah sayang" ujar L saat setelah cipika-cipiki dengan Citra.

"Jagain cowok Citra yah Sya" ujar Citra membuat Elsya hanya tersenyum dan bingung mau jawab apaan.

"Elah sayang, tenang aje... gue gak bakalan nakal-nakal kok di Paris..." ujar L sambil mengedipkan matanya membuat Citra memanyunkan bibirnya.

"Yuk sya" ajak L saat sedan Audi miliknya telah pergi meninggalkan mereka.

L dan Elsya melangkah menuju ke dalam ruang keberangkatan.

Setelah Check in, akhirnya L dan Elsya menuju ke ruang tunggu karena sebentar lagi pesawat mereka akan boarding.

Beberapa saat L melihat layar smartphonenya, sebuah pesan BBM baru saja masuk menjelaskan sesuatu. Senyum tipis tersirat diwajah L yang tak terlihat oleh Elsya. Karena gadis itu masih saja sibuk melamun memikirkan tentang Nostra dan juga apa yang akan ia lakukan jika bertemu dengan Nostra di Paris. Apalagi jika bertemu dengan Hellen.

"Kok diam aja Sya?" Tanya L memecah keheningan antara mereka berdua.

"Eh, gak kok pak... hehehe" jawab Elsya gelagapan.

"Ngobrol kek... apa kek... kok jadi diam-diaman kek gini" L mulai menghibur hati Elsya saat ini. Karena mengingat bahwa memang gadis itu baru-baru ini mengalami kejadian yang menurutnya lumayan bikin syok.

"Hehehe, maaf pak... kagok aja, bingung mau ngobrol apaan" jawab Elsya.

"Tenang aja, semua akan baik-baik aja kok" ujar L membuat Elsya tersenyum kecut.

"I...iya pak, makasih yah... andai saja bapak gak..." ujar Elsya terpotong.

"Hushhhh... gak usah dibahas lagi, memang udah takdirnya kek gitu... hehehehe" ujar L mencoba tidak menyinggung apa yang terjadi waktu itu.

Karena kepiawean Mr.L dalam mengolah kata dan candaan, akhirnya Elsya larut dalam guyonan L yang menurut gadis itu lumayan menghibur.


•○●○•​


Akhirnya L dan Elsya menginjakan kaki di bandara Paris-Charles de Gaulle. Dari bandara mereka melanjutkan perjalanan ke hotel tempat mereka akan menginap dengan mobil jemputan yang telah dipesan sebelumnya.

Selama perjalanan dari Bandara tak banyak yang mereka obrolin, karena Elsya maupun Mr.L masih merasakan jetlag karena perjalanan jauh. Perjalanan mereka hanya melewati daerah pemukiman biasa-biasa saja, sepertinya jauh dari apa yang banyak diceritakan orang tentang Paris. Itu menurut Elsya yang sesekali menoleh ke luar jalan dari kaca mobil.

Begitu sampai dan melewati monumen*Arc de Triomphe suasana Paris baru Elsya rasakan.

"Udah sampai gih" ujar L saat mereka tiba di hotel.

Hotel mereka menginap ternyata tidak terlalu jauh dengan Menara Eiffel, cukup berjalan kaki bisa sampai di menara Eiffel.

Setelah melakukan semua administrasi di resepsionis, Mr.L menyuruh Elsya untuk naik ke kamar dan beristirahat.

"Oke Sya, loe istirahat aja dulu... bentar sore baru kita ketemuan yah." Ujar L. "Kalo lapar atau butuh apa-apa telfon aja Receptionisnya"

"Baik Pak, makasih sebelumnya" jawab Elsya dan dibalas dengan senyuman serta anggukan kepala dari L.

Saat Elsya berada dalam kamarnya, ia pun sedikit merenggangkan kedua tangannya, dan melangkah menuju jendela. Dari jendela kamar, Elsya bisa melihat menara Eiffel yang menjulang tinggi diantara bangunan lainnya. Melihat pemandangan menara Eiffel dari jendela kamar membuat Elsya melupakan sejenak semua masalah yang terjadi terhadapnya.


~•○●○•~​


Present...

Tibalah saatnya,

Le Château d’Esclimont, Paris sebuah tempat yang romantis dan indah.

150 hektar perkebunan adalah kediaman keluarga La Rochefoucauls dan merupakan salah satu lokasi yang paling indah untuk melangsungkan acara pernikahan maupun acara-acara resmi.

Sebuah kastil yang megah dan indah, saat ini terlihat begitu ramai oleh para tamu undangan yang berjumlah tak lebih dari 100 orang dan hampir 80% berwarga negara indonesia.

Konsep Garden party yang diusung oleh Pemilik acara sepertinya didasari oleh kecintaannya terhadap alam, sehingga ia pun memasukkan unsur-unsur alami ke dalam acara tersebut.

Banyak unsur alami yang memberikan kesan hangat ditambah kondisi pepohonan yang terawat dan sangat natural. Kesegaran alam yang berpadu dengan femininnya gerumbulan bunga di sudut-sudut taman mengalirkan nuansa romantis yang sangat kental mengambang di udara.

Beberapa tamu undangan yang hadir sepertinya dari kalangan pengusaha sukses di ibu kota. Namun, pemilik acara sampai saat ini belum menunjukkan sosoknya di depan para tamu undangan.

Terlihat dari gerbang sebuah sedan BMW baru saja tiba. Seorang gadis turun dari mobil tersebut dengan memakai Maxi dress selutut yang terbuat dari campuran katun-rayon.

"Aduh pak... jadi malu" ujar gadis itu yang mempunyai mata indah seperti Mata kucing. Dialah Elsya yang baru saja menerima perlakuan dari Mr.L yang menurutnya sedikit berlebihan.

L baru saja mengajak Elsya untuk bergandengan tangan memasuki halaman kastil tempat acara di adakan.

"Santai aja Sya... hehehe" jawab L tersenyum.

Mereka pun akhirnya melangkah masuk sambil bergandengan.

Beberapa tamu undangan menyapa L dan Elsya. Mereka saling bersalaman sambil menunggu sang pemilik acara tiba.

"Tamunya hampir semua orang indonesia yah pak" ujar Elsya dan dijawab dengan anggukan oleh L.

Dari arah samping kiri, dua orang yang memakai pakaian yang tak kalah dengan Elsya dan Mr.L mendekat ke arah mereka.

"Udah lama?" Sapa salah satu orang tadi.

"Hah? Pak Al? Loh ibu Citra?" Sapa Elsya yang terkejut melihat kedatangan Al dan Citra. Yah kedua orang tadi yang baru saja tiba yaitu Al dan Citra.

"Hei beib... sorry udah biarin kamu jalan sendiri tadi" ujar L.

"Hihihi..." Citra tertawa kecut di samping Al karena kelakuan L.

"Emang gak boleh kalo saya dan Citra hadir di acara rekanan bisnis kami?" Tanya Al dengan raut wajah yang datar.

"Eh gak kok pak... cuman kaget aja, karena kata Mr.L kami hanya berdua yang menghadiri acara partner bisnis 3MP" jawab Elsya gugup.

"Hayo... keliatan kalian berdua gak senang yah kalo saya dan Pak Al nyusul? Huh!... takut kami ganggu yah? Hehehehe" Ujar Citra yang sedikit bercanda membuat L hanya cengingisan.

"Ah beiby bisa aja... gak lah, kan Elsya bukan type gue...hehehe" jawab L dan dibalas dengan cubitan kecil dipinggangnya oleh Citra.

Di atas panggung kecil yang di desain minimalis dengan kembang bunga, terlihat seorang pria baru saja naik ke atas panggung tersebut.

Ciiiinggggg...!
Suara Mic yang baru saja storing karena penyetelan dari pemilik EO.

"Hai, sore semuanya..." ujar pria itu saat menggenggam mic di atas panggung.

Semua undangan yang hadir serentak berbalik ke arah panggung, tak terkecuali Elsya dan rombongan pun ikut menoleh ke arah suara tersebut.

Elsya terkejut melihat siapa yang berada di atas panggung. Nostra, dengan style tengilnya masih mencoba memberikan kata sambutan kepada para undangan yang hadir di acara tersebut.

Elsya makin bingung dengan semuanya, dan saat kedua matanya bertemu pandang dengan seorang gadis yang baru saja tiba, membuatnya makin yakin dengan apa yang ada di pikirannya saat ini. apakah ini acara nikahan Nostra dan Hellen?

Dug...dug... dug...!
Jantung Elsya berdetak kencang, terasa lembab di kedua matanya. Dan tubuhnya masih diam terpaku, berdiri di atas kakinya yang sedikit bergetar karena gugup dan diperparah dengan keringat dingin di dahinya. Suhu di alam terbuka yang lumayan dingin sepertinya tidak memberikan efek apapun untuk tubuhnya yang mengenakan gaun tipis berwarna biru muda.

Mata Elsya masih tertancap lurus kepada pria yang berdiri di atas panggung bergantian dengan gadis yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Seolah ingin mencari kesalahan dalam tatapan matanya, sesekali menahan perih di dadanya mengingat apa yang akan terjadi setelah ini.

Selama ini Elsya selalu memimpikan menikah dengan pria yang ia cintai. Bukan karena harta, namun karena memang ia mencintai Nostra apa adanya.

Selain itu sosok seorang Nostra adalah sosok seorang hero di matanya. Namun, sebentar lagi semua itu akan sirna begitu saja.

"Yah, hari ini adalah hari pelamaran saya kepada seorang gadis yang akan menjadi ratu Nostra nanti, dan mendampingi saya sampai maut memisahkan" Ucapan Nostra di speaker cukup membuat sesak dada Elsya.

Tapi berbeda dengan Hellen, ia menatap Elsya dengan tatapan sinis dan rasa senang didalam hatinya. Apalagi ia mengetahui bahwa selama ini Elsya mencoba merampas Nostra darinya.

Dunia Hellen sebentar lagi akan berubah. Berubah menjadi ratu kerajaan Nostra ajie prasetyo. Sebentar lagi ia akan dipersunting oleh pria itu. Senyum simpul saat mata Nostra bertemu pandang dengannya. Sebuah senyumpun terlempar dari wajah Nostra.

"Hemmm, sabar yah Sya" Citra baru saja memeluk Elsya untuk memberikan kekuatan terhadap karyawannya. "Mungkin dia bukan jodoh kamu"

"I...iya Bu, makasiihh" jawab Elsya menahan isak tangisnya saat ini.

Citra mengelus pundak Elsya, menenangkan gadis itu dari emosionalnya saat ini. Jelas seorang yang ahli di bidang psikologi seperti Citra, sangat mampu membaca situasi hati dan pikiran Elsya sekarang.

"Tapi Bu... hikz...hikz..." akhirnya Elsya tidak mampu membendung air matanya dan rasa sesak di dadanya. Maka ia pun mengeluarkan tangisannya di depan Citra.

Citra segera memeluk gadis itu, dan mencoba memberikan kekuatan atas apa yang akan terjadi berikutnya.

Al hanya diam menyaksikan drama antara Citra dan Elsya yang di anggapnya seperti telenovela.

"Nah, gadis itu adalah...." suara Nostra terdengar kembali di telinga Elsya. Maka gadis itupun makin tak tahan akan rasa sakit di hatinya.

Ingin sekali ia menggagalkan semuanya, namun apa daya ia pun hanya bisa menahan emosionalnya. Dan berharap ini semua hanyalah sebuah mimpi.

Hellen terlihat tak sabar untuk naik ke atas panggung. Ia menoleh ke arah Elsya dan mencibir seolah memandang remeh gadis yang saat ini menangis di pelukan Citra.

"Rasain loe... makanya jangan bermimpi deh bisa merebut kang Nostra dari gue" ujar Hellen mencibir Elsya saat ia mendekat ke arah ke empat orang itu.

"Udah yah Mba, jangan memperkeruh keadaan" ujar Citra menatap tajam Hellen.

"Cuuhhhh" cibir Hellen lalu kembali meninggalkan Citra dan Elsya maupun Al dan L, kemudian mendekat ke arah panggung yang menurutnya sebentar lagi ia akan naik ke atas panggung.

Seakan waktu berjalan begitu lambat, gerakan bibir Nostra yang masih sedikit bercanda di atas panggung makin membuat Elsya serasa hampir pingsan.

Kedua kakinya tak kuat menahan tumpuan tubuhnya, namun Citra yang mengetahui keadaan gadis itu makin mempererat pelukannya dan makin mencoba memberikan kekuatan terhadap gadis itu.

"Neng... silahkan naik ke panggung" ujar Nostra.

Hellen yang baru saja mendengar kalimat tersebut tersenyum lebar dan mulai melangkah naik ke atas panggung.

Elsya membalikkan tubuhnya tak ingin melihat adegan menyedihkan tersebut di atas panggung, dan seakan ingin meninggalkan pesta itu secepatnya.

"Eit, stop dulu"


DUG! Semua terdiam.

"Loe berdiri di situ aja" ujar Nostra saat Hellen ingin menginjakkan kaki kanannya naik ke satu tanggga di depan panggung.


"Kenapa a?" Tanya Hellen heran, namun Nostra tak menggubrisnya.

"Ibu... bapak... silahkan naik" ujar Nostra yang menoleh ke belakang panggung.

Dua orang pria dan wanita setengah baya muncul dari belakang panggung, keduanya naik ke atas dan disambut senyum hangat oleh Nostra. Dan Hellen yang mengenal kedua orang tua itu heran dan tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Ibu... bapak... " Semua orang terdiam, namun Elsya masih menangis membelakangi panggung di pelukan Citra.

"Saya Nostra Ajie Prasetyo, ingin melamar anak bapak untuk menjadi istri saya dan menjadi ibu dari anak-anak saya nanti sampai maut memisahkan kami" Nostra melanjutkan kalimatnya yang sempat terhenti sambil menunduk di depan ke dua orang tua itu.

Semua orang makin terdiam, menanti saat-saat yang menegangkan di atas panggung. Begitu juga dengan Hellen yang seakan dunianya mulai runtuh melihat adegan tersebut. Sesak di dadanya, dan air matanya sudah membasahi kedua pipinya.

"Bapak dan ibu menyerahkan semuanya kepada putri kami, kalo ia mencintai nak Nostra. Kami pun akan merestuinya" jawaban Bapak itu membuat Elsya membalikkan tubuhnya dan sontak ia pun menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena mengetahui kedua orang tua itu adalah bapak dan ibu kandungnya.

"Bapak... ibu... hikz...hikz..." Elsya tak kuasa menahan tangisannya saat melihat Nostra melamarnya di depan kedua orang tuanya.

"Hmm, ok... neng, will you marry me?" Ujar Nostra di atas panggung membuat Elsya makin bahagia dengan apa yang dilakukan Nostra.

Ia tak pernah menyangka dengan semua ini, sambil menangis ia menoleh ke arah Citra dan Al dan juga L seakan meminta jawaban dari ke tiga direkturnya. Maka dengan anggukan pelan dan senyuman oleh ke tiganya maka Elsya pun hanya mengangguk menjawab pertanyaan Nostra di atas panggung.

"TIDAAAAAKKKKKKKK..." tiba-tiba Hellen berteriak histeris, sesaat kemudian ia pun mulai tak sadarkan diri. Untung secepatnya 2 orang bodyguard memegang dan mengamankan gadis itu.

"Bawa kedalam pak" ujar Nostra kepada kedua bodyguard yang menolong Hellen barusan.

"Sayang, silahkan naik ke atas atuh" ujar Nos selanjutnya mengajak Elsya naik ke atas panggung.

Elsya melangkah ke atas panggung sambil tak kuasa menahan kebahagiaannya saat ini. Tangisannya berubah dari tangisan kesedihan menjadi tangisan kebahagiaan.

"Hai..." ujar Nos dengan tengilnya menyapa Elsya saat sudah berada di atas panggung. Namun Elsya tak menjawabnya dan menghambur tubuhnya memeluk kedua orang tuanya.

"Hikz...hik...hik.... Pakkk, buuuu... hik...hik...hik.."

"Udah neng, gak malu apa ama orang-orang dari tadi nangis melulu..." ujar Nos membuat Elsya langsung memeluk tubuh pria itu dan memukul-mukul dada pria itu karena kesal bercampur bahagia.

"Hik...hik...hik...aa jahat... aa jahat"

"Loh... kok jahat sih" ujar Nos membuat kedua orang tua Elsya hanya tersenyum melihat tingkah ke duanya.

"Auuuuhhh ahhhh...hik...hik...hik"

"Woiiii ncuk... buruan acara tukar cincinnya, kite-kite dah lapar nih" celetuk L dari bawah membuat tamu ikut tertawa dan ada juga yang ikut mengeluarkan air mata melihat adegan romantis di atas panggung.

"Ups.. lupa... hehehehe" ujar Nos.

Namun sepertinya Nostra bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya memikirkan sesuatu.

Elsya dan kedua orang tuanya pun merasa bingung dengan tingkah laku Nostra yang ia buat saat ini. Begitu juga para sahabat dan tamu undangannya yang menyaksikan keanehan Mr.Nos.

Nostra menggaruk kepalanya dan menatap Elsya dengan wajah tengilnya. Ada keraguan di diri Nos saat ini membuat Elsya mengerutkan dahinya.

"Woiii nyet, jangan bilang cincinnya loe lupa lagi di jakarta... hahahahaha, asyem bener loe" teriak L membuat Nos hanya cengingisan sendiri.

"Astagaaaa kang... kang, gak pernah berubah" ujar Al geleng-geleng kepala.

Semua orang yang hadir ikut tertawa melihat banyolan mereka.

"Aa..." bisik Elsya seakan ingin meminta jawaban dari Nostra atas apa yang dikatakan kedua sahabat Nos tadi.

"Eitttssss yang bilang lupa siapa woiy..." ngeles Nos membuat semua orang makin tertawa.

"Mana buktinya klo loe gak lupa dodol" ujar L membuat Nos salah tingkah.

"Haaaahhhh, hufhhhh... entahlah"

"Ok, neng aa mau nanya sekarang" ujar Nos yang berubah menjadi serius dan menatap wajah Elsya. Elsya bingung melihat perubahan Nos.

"Iya a"

"Kunci yang aa titipin kemarin, dibawa gak?" Tanya Nos ragu.

"Ha????" Elsya bingung.

"Iya... kunci yang aa titipin kemaren... di bawa gak?"

"Ini?" Ujar Elsya mengambil kunci di tas kecilnya. Sebuah kunci dengan gantungan kunci berbentuk bola lalu memperlihatkan ke hadapan Nos.

"Yang ini a?"

"Huhfffff alhamdulillahhhhh... kirain" lega perasaan Nos kali ini. Dan ada perasaan bangga terhadap Elsya karena masih membawa amanah Nos kemana aja ia pergi.

"Woiyyy ncuk, apa hubungannya kunci ma cincin" teriak L lagi menertawakan tingkah Nos dan Elsya.

"Ntar dulu nyet... berisik amat loe ah" ujar Nos menyuruh diam sahabatnya.

Elsya masih menunggu jawaban dari Nostra dan juga kedua orang tuanya.

"Buka gih bolanya..." ujar Nostra.

"Hmmm, maksudnya?" Tanya Elsya.

"Buka aja gantungan kuncinya..."

2 buah cincin emas dengan berlian kecil menghiasi kedua cincin itu saat Elsya membuka gantungan kunci tersebut. Semua orang yang hadir terdiam dan melotot seakan tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan saat ini.

Pelamaran yang begitu romantis di saksikan oleh mereka semua, begitu juga Elsya yang menutup mulutnya seakan tak percaya dengan semua ini.

Ternyata cincin tersebut selama ini berada di tangannya, dan tanpa sadar ia pun segera memeluk Nostra yang memperlakukannya seperti seorang ratu istana.

"Hik...hik...hik"

"Dasar loe Nos, bikin suasana menegangkan aje" celetuk L tapi ada rasa haru dan bahagia melihat sahabatnya melamar Elsya dengan cara seperti itu.

Acara pemasangan cincin pun dimulai, baik Elsya maupun Nostra memakaikan cincin di jari manis saling bergantian satu sama lainnya.

Setelah itu, maka semua tamu undangan di persilahkan untuk menikmati santapan makan malam mereka.

"Neng... aa minta izin dulu nemuin Hellen yah" ujar Nos saat mereka sedang duduk berdua di bawah panggung.

"Iya aa..." jawab Elsya tersenyum.

Nostra melangkah menuju sebuah ruangan tempat Hellen dan beberapa orang yang menjaga Hellen saat tak sadarkan diri tadi.

Kriekkkk! Pintu ruangan terbuka, Hellen yang baru saja siuman melihat Nos yang baru saja masuk kedalam ruangan segera menatapnya dengan tatapan penuh amarah.

"Neng..." ujar Nos mendekat.

"Pergiiii kamu... kamuuu jahaaaaattttt... kamuuuu arghhhhhhh" histeris Hellen dan segera Nos memeluknya untuk menenangkan gadis itu yang masih berontak tak menerima perlakuan Nos terhadapnya.

"Dengar aa sekarang... Heiii!" Ujar Nos dengan nada tinggi membuat Hellen terdiam.

"Ok, pertama saya minta maaf atas apa yang telah terjadi tadi" Nos mulai menurunkan nada suaranya dan mencoba berbicara dengan Hellen.

"Saya sebenarnya sudah mengetahui apa yang telah kamu lakukan dibelakang saya bersama Nickolai" ucapan Nos barusan membuat Hellen melototkan kedua matanya seakan tak percaya bahwa selama ini Nos telah mengetahui hubungan gelapnya bersama Nick.

"Tapiiiii ke..." ujar Hellen ingin menjelaskan namun terpotong oleh Nos.

"Saya belum selesai... jangan di potong dulu" ujar Nos memotong ucapan Hellen barusan.

"Saya laki-laki... saya di ciptakan untuk memilih dan perempuan diciptakan hanya untuk dipilih... so, saya tidak memilihmu karena kamu tidak bisa menjaga kepercayaan saya selama ini"

"Tapi a..."

"Ssttttt... sudah, semuanya sudah berlalu... dan saya memilih Elsya untuk menjadi istri saya nanti"

"Hikkzzz...hiikkzzz tapi kenapaaa aa gak ngomong di awalll hikkzzz" tangisan Hellen makin pecah mendengar apa yang Nos ucapkan barusan. "Kan Hellen bisa menjelaskan semuanyaaaaa...hikzzz"

"Gak ada yang perlu dijelaskan... semua sudah selesai"

"Hellen gak mau... gimana kuliah Hellen... gimana masa depan Hellen nantinya... hikz... hikz..."

"Tenang neng... saya gak seburuk apa yang kamu fikirkan" ujar Nos tersenyum."Nih ATM dan Buku Rekening atas nama kamu... nilainya menurut saya lumayan dan mungkin bisa membantu kamu untuk menyelesaikan kuliah dan juga mungkin selebihnya kamu bisa buka usaha di bandung... saya yakin tabungan ini lebih dari pada cukup" lanjut Nos memberikan sebuah ATM bank swasta beserta buku rekening yang telah dipersiapkan oleh Nostra. Nilai tabungan rekening tersebut lumayan banyak. Mungkin bisa menopang hidup Hellen 10 tahun kemudian.

"Tapi... Hellen gak butuh semua ini... Hellen butuhnya a Nos" ujar Hellen menggelengkan kepalanya menolak pemberian Nos.

"Tidak... kembalilah ke dia, atau mungkin carilah pria yang bertanggung jawab dan menerima kamu apa adanya... anggap sekarang saya adalah kakak kamu" ujar Nos membuat Hellen tak mampu berkata-kata lagi.

"Kamu ingat kan apa yang saya pernah bilang dulu ke kamu? Sekali berbuat kesalahan, pantang bagi seorang Nos untuk memaafkan dan kembali ke sisi mu"

"I...i..ya ingat" ujar Hellen.

"Ya udah tuh dah ingat... jadi, mulai sekarang... lupakan semuanya dan menataplah masa depanmu yang menunggu kamu saat ini"

"Oh iya lupa... Nick sekarang berada di Polda metro jaya... saya dan L memberikan sedikit pelajaran buat dia" lanjut Nos membuat Hellen terkejut. "Jenguklah dia... paling sebulan doang dia disana... saya dan L sudah mengatur semuanya.



~•○●○•~​

Di tempat berbeda...

Rumah Tahanan Polda Metro Jaya, seorang pria merenung karena kesal dengan apa yang telah terjadi saat ini.

Pria itu saat ini sedang duduk berhadapan dengan kanit penyidik Polda Metro Jaya. Pria itu sedang di buatkan BAP atas kasus yang telah ia lakukan terhadap seorang gadis beberapa hari yang lalu.

"Ok cukup... kamu tunggu aja hasilnya" ujar penyidik itu yang bernama AKP Opung Ichad. "Pak Diantoro, antarkan Nickolai masuk ke selnya kembali" Yah, dialah Nickolai yang malam itu mencoba memperkosa Elsya yang tak sadarkan diri akibat pengaruh obat tidur yang ia teteskan di minuman gadis itu. Namun, untung saja L dan Citra tiba-tiba datang berkunjung dirumah Elsya dan mengagalkan aksi Nick yang akan memperkosa Elsya malam itu.

AKP Opung Icad baru saja meminta tolong kepada bawahannya yaitu Pak diantoro salah satu penyidik di Polda tersebut.

"Ayo Nick..." ajak Diantoro untuk kembali ke dalam jeruji besi.

"Iya komandan..."

"Kasus apa?" Tanya Pak Diantoro.

"Percobaan pelecehan seksual pak" jawab Nick.

"Ohhhh, sadis juga yah" jawab polisi itu.

"Iya pak"

Pak Diantoro dengan wajah sangar dengan kaca mata hitam yang tak pernah lepas dari wajahnya. Membuat Nick sedikit gemetar.

Saat Nick akan masuk kedalam sel, ia dikejutkan dengan kejadian aneh.

Plakkkkk! Bokongnya ditepuk oleh Pak Diantoro membuatnya menoleh ke belakang.

Wajah sangar yang Nick lihat tadi saat proses BAP berubah menjadi wajah sok imut namun menjijikkan menurutnya. Pak Diantoro mengedipkan mata kanannya mengisyaratkan sesuatu.


"Grrrrrrrrr...." Nick bergidik dan segera masuk kedalam Sel tahanannya.

Namun, tanpa ia sadari ternyata ada seorang tahanan yang baru masuk tapi sering kali keluar masuk karena ia terkenal sebagai pemimpin salah satu geng di ibu kota.

"Woi... itu tempat gue" hardik tahanan baru itu saat Nick mencoba duduk di tempatnya.

"Loh... ini kan tempat saya"

"Diam loe" gertak orang itu, dengan tubuh ceking dan dipenuhi dengan tatto membuat Nick tak berdaya dan memilih untuk bergeser.

"Nama loe siapa?"

"Nick bang..." jawab Nick.

"Ohhh... kasus?"

"Pencabulan bang..." jawab salah satu tahanan yang satu sel dengan mereka.

"Ohhhh... gitu... kenalin nama gue Fauzi"

"I... i...iya bang" Nick menjabat tangan preman itu yang bernama Fauzi.

"Eh" namun, saat Nick ingin melepaskan tangannya, Fauzi menahannya dan menatap wajah Nick dengan tajam.

Sedetik kemudian, wajah sangarnya berubah menjadi wajah menjijikkan. Kedipan mata Fauzi yang memegang erat tangan Nick membuat Nick terkejut.

Fauzi menggelitik telapak tangan Nick tanpa melepaskan jabatan tangannya. Sambil menatap wajah Nick mengisyaratkan sesuatu.

"Panggil Ijah aja yah biar lebih akrab"


Dammmnnnn! The Lady Boy Ijah



Stil Continued...

No comments:

Post a Comment