Tuesday 25 August 2015

Ponakan ku ketagihan peting

Aku yg kini baru saja lulus kuliah dan sudah bekerja serta menikah dengan pacar smu ku dulu diwaktu aku masih duduk dibangku kuliah semester 6, namu aku menikah bukan karena pacarku hamil, namun karena orang tua istri saya yg meminta kita berdua agar segera cepat menikah.

Kini aku tinggal di suatu kota kabu paten di daerah jawa tengah, kami sudah sekian tahun menikah blm diakruniai serorang anak, hubungan saya dan istri pun cukup harmonis.

Hingga suatu hari, kakak pertamaku yg perempuan menghubungiku bahwa aku dimintainya untuk mencarikan sekolah untuk ponakanku sebut saja windi, dikarenakan dia sudah tidak betah lagi sekolah di tempatnya windi sekolah, karena kebetulan windi sekolah di sekolah pelayaran dimana kurikulumnya semi militer, windi sudah tidak sanggup lagi atas semua perlakuan seniornya yg sok disiplin dan sok militer itu, windi yg masih bersetatus pelajar kelas 1 sma itu ahirnya pindah ke smu yg kucarikan di kotaku, ibunya meminta agar windi dapat ikut denganku dan dengan alasan agar jika ibu windi akan nengok neneknya windi atau tepatnya adalah ibu ku dan kakaku, kakakupun bisa mampir dan menjenguk windi, karena kakaku adalah seorang wanita yang super sibuk dengan bisnisnya.

Singkat cerita, windi hari demi hari sudah mulai sekolah dan tinggal di rumahku. Saya sangat menyayanginya sebagai mana paman menyayangi ponakannya, kebutuhan sekolah uang sakupun sering kuberikan agar dia nyaman dan betah tinggal dirumahku, semakin hari semakin lama windi merasa makin akrab dengan aku dan istriku, hingga suatu malam saat aku tidur terlelap dengan istriku tiba2 pintu kamarku diketuk oleh seseorang, kira2 jam 00:30 dan aku pun bangun dan lekas membuka pintu kamar, tika2 kulihat windi seperti orang yg tidak dapat bernafas dan hanya mengenakan daster tipis tanpa BH hingga puting susunya pun terlihat jelas olehku, namun pikiranku kacau tidak menghiraukan pemandanag yg ada di depanku payudara yang kencang dan lumayan besar kira2 ukurannya 34D, sambil terbatah2 dia bicara bahwa dirinya sesak nafas dan dia ternyata memiliki asma sejak kecil, lalu aku segera membangunkan istriku dan berusaha memberikan pertolongan pertama dengan air hangat dan obat2 seadanya, dia bicara bahwa sebenarnya jika dia sedang kumat asmanya dia harus diuap agar segera reda asmanya, saya panik dan bingung bukan main, harus dibawa kemana anak ini, dan tiba2 terbesit dipikiran ku, oh iya aku pernah belajar tentang ilmu pengobatan dan tenaga dalam waktu di bangku kuliah dulu, aku tahu bagian mana yg harus aku pijit, aku minta ijin ke istriku dan aku menerangkan bahwa yg akan ku pijit adalah bagian tangan punggung dan dada, istriku pun mengijinkan ku bahkan tidak sedikit curiga atau hawatir kepadaku akan pijitan2 tersebut.

Ahirnya mulailah aku memijit windi mulai dari tangan punggung dan bahu menggunakan minyak kelapa agar licin denga cara memasukan tangan ku dari atas dan posisiku berdiri di belakang punggungnya yang duduk kasur lantai membelakangiku, cukup lama kupijit bagian tersebut hingga istrikupun tertidur pulas di depan windi, setelah kira2 40 menit ku pijat bagian tangan punggung dan bahu, aku meminta ijin kepada windi untuk memijat bagian dadanya, dan windi pun mempersilahkannya.

Dengan posisi ku masih berdiri di belakang windi Perlahan2 windi mukai agak lega dan nafasnya sepertinya mulai panjang dan santai, aku pijit perlahan di atas tetenya hingga kebelahan dadanya yaitu tepat dibelahan tetenya, aku pun bertanya kepada windi "enak win? Bagai mana sekarang? Lebih baikan" windi hanya mengangguk, aku pun terus memijitnya dan berkata "win kamu juga harus tunjukin diamana tempat yg paling enak dipijit? Jadi om tahu, jika diposisi tersebut sakit namun enak bilang ya" seruku, lalu windi pun hanya meng angguk.

Hingga ahirnya, pada saat saya meletakan kedua tangan ku tepat di tengah tetenya windi pun berbicara " nah disitu om sakit tapi enak sekalu... Lega rasanay" ahirnya aku pin semakin memberanikan diri untuk menyentuh susunya sebebas mungkin hingga tanganki bergerak membuat lingkaran pada susu kanan dan kirinya, windi tidak banyak berbicara, namun saat tanganku menyentuh putingnya windi segera menggigit bibir bawahnya, kukira itu hanya kebetulan namun ku coba kembali ku sentuh bagian putingnya windi pin kembali melakukan ekspresi yang sama. Sebenarnya aku penasaran seperti apa susu dan puting windi karena aku hanya merasakan empuknya dan sedikit keras jika aku menyentuh susu windi, ahirnya setan pun memasuki piliranku,

Dengan alasan agar gampang memijit kusuruh windi berputar badan menghadapku dan mengangkat dasternya hingga dadanya terbuka, windi pun seraya mengikuti perintahku, perlahan dia berputar badan dan membuka dasternya hingga buah dadanya yang putih dengan puting warna ping kencang menantang itu benar2 terlihat jelas di depanku, aku pun menambahkan minyak kelapa pada tanganku dan membasuhkannya ke seluruh dada dan susu windi secara rata hingga licin dan nampak mengkilat sekali susunya terkena minyak kelapa tersebut.

Lalu aku duduk di hadapannya dan mulailah memijit dada dan tanganku memutar2 susu kanan dan kirinya, kedua tanganku kutemukan berlainan arah di belahan susunya dan ku kerakan kebawah memutari bentuk susunya yang indah, sesekali kulewati buting susunya dan sepoitan windi pun menggigit bibir bawahnya, tak sadar windi yang membuka dasternya dan hingga terlihat susunya dihadapanku, celana dalamnya pun yg tipis merah muda dan ketat menontonkan buntuk lubang wagina yang amat jelas, tak disadari aku yang makin kesetanan memainkan susu windi dengan dalih mengobati asmanya semakin geregetan dan tak sadar bosisi duduku yg sila ini jempol kaki kananku tepat menempel pada vaginanya yg tertutupi celana dalam.

Kulihat ekspresi wajah windi yg sepertinya makin membaik dan berubah menjadi ke enakan kucoa menggerak2an cepolku ke vaginanya gungga kurasakan ada daging kecil yg embuk tersentuh oleh cempol kakiku, sepontan windi meletakan tangannya kelantai di belakng pantatnya seolah2 dia merasakn kenikmatan yg luar biasa, aku pun makin berani, kini aku tidak lagi melakukan pijitanku melainkan meraba dan meremas2 susu windi namun windi pun menikmatinya, istriku yg tertidur dari tadi pun tidak tebangun sedikit pun walau tubuhnya terkuncang dan tersentuh oileh tangan windi,

Windi perlahan2 mengeluarkan suara desahannya eehhhhh... Oooohhhh.... Heeemmmmm... Kuteruskan jempol kakiku menyelinap dlam sela CD nya... Ooohhh... Desah windi halus.

Windi memejamkan matanya lalu kuberanikan diri membasahi jari. Tengah tangan kiriku dengan minyak kelapa dan sepontan tanganku masuk ke dlam CD nya dan kudapati itil windi yg sudah basah kurasakan, kerus ku mainkan itinya erangan windi makin menguat aaahhhhh... Oooohhhh.... Oooommmmm... Kutanyakan "kenapa win saki?" Dia hanya menggelengkan kepalanya, lalu juteruskan sentuhan di itil windi dan sekali kutambahkan minyak di jariku, makin lijin windi pun makin bergelinjang kenakan, susunya kuremas dan putingnya ku mainkan menggunakab tangan kanan dan tangan kiriku bermain di itil vaginanya.

Ooohhhh... Tak lama kemudian tiba2 cuuurrrrrr.... Seperti air kencing lumayan deras keluar dari vaguina windi dan windi pun mengerang lumayan agak keras untung saja istriu tidak terbangun.

Hingga ahirnya akupun menyudahi permainan itu dan seolah2 aku hanya memijit windi secara provesional dan anehnya windi pun seolah2 tidak melakukan hal yg barusaja terjadi, dan dia hanya terdiam dan berucap "makasih ya om atas pijitannya, nanti biarin om aku aja yg beresin bekas minyaknya"

Yg ada di pikiranku, dia tadi mimpi atau tidak tau atau lupa atau kenapa ya... Kenap seoilah2 windi tidak tahu apa yg barusan terjadi?

Ahirnya untuk mengetesnya aku coba sentuh susunya dan agak sedikit meremas, dia ber ekspresi sepertinya tidak mau diperlakukan seperti itu sambil cemberut. Aneh... Sungguh aneh dipikiranku.

Hingga ahirnya pagi puntiba dan windi pun tidak masuk sekolah karena alasan masih kurang fit badannya walaupun nampaknya asmanya sudah tidak kelihatan membuat nafasnya sesak, lalu siangharinya istriku mengantarnya ke dokter praktek langganan keluargaku.

Hari pun berganti dan 2 minggu sudah berlalu, singga suatu malam tiba2
Tok tok tok "pintu kamarku diketuk kembali"
Aku : Iya sebentar "kubuka pintu dan ternyata windi dengan nafas yg begitu berat yg ada di hadapanku" kambu lagi win?
Windi : iya om... Sesek banget nafas aku...
Aku : ya sudah duduk sini di kasur lantai depan tv biar om ambil minyak kelapa dulu
Windi : iya om...
Sambil windi berlahan menuju kasur depan lantai, aku pun masuk kembali kekamar dan mengambil botol minyak kelapa.

Windi yg sekarang mengunakan rok pendek dan kaos seperti biasa sudah tidak mengenakan lagi BH-nya kini sudah duduk diatas kasur lantai depan tv. Lalu aku duduk di depannya seraya berkata
Aku : gimana win sesek bgt
Windi : iya ommm ngik ngik ngik " terdengar sekali suara nafasnya"
Aku : kamu buka deh baju kamu
Windi : begini om? Sambil mengangkat kaosnya hingga susunya terluhat.
Aku : kalo kamu mau buka aja semua jado om gampang mijitn)
Windi : baik om
Sambil membuak bajunya kulihat seperti oarang yg nafsu berat namun malu2
Aku : nah gitu
Windi hanya tersenyum
Windi : om jangan pake minyak bisa ga?
Aku : kenapa win?
Windi : gak papa sih...
Aku : klo gak pake minyak nanti ngurutnya susah kan peret jadinya
Windi : ohhh okedeh ommm
Ahirany aku mulai membalurkan minyak kemapa itu mulai dari punggung dan kupijat seperti biasa hingga ahirnya mendarat kedadanya, dan mulailah gerakan2 yg pernah kulakukan ku kerakan kembali.

Aku : win, kamu emang enak jika om belai susu kamu?
Windi : enak om, aku ngerasa relak banget om
Aku : loh aku kan gak mijitin kamu kalau seperti ini "sambil ku remas susunya dan kumainkan putingnya"
Windi : iya om tapi aku rilek banget om, nafasku pun semakin lega rasanya jika om begitu.
Aku : ohh begitu ya, berarti kamu tadi minta gak pake minyak karna seperti ini ya?
Windi : iya om... Kalau om gak pakai minya om cukup remas2 susu windi windi juga rilek om.
Aku : trus gimana mau kamu?
Windi : terserah om.
Aku : kamu mau klo om enyot susu kamu?
Windi : kalau itu bikin aku rilek dan sesak nafasku reda apa aja yg om lakuin aku mau aja om, yang penting aku cepat sembuh dari sesak nafasku om.
Aku : ok kalau begitu, om ambil tidu dulu ya buat elap minyak yang ada di tete kamu
Windi : iya om, cepet ya... Aku kesiksa banget sama sesak nafas ini.
Aku pun bergegas mengabil tisu dan ku lap seluruh minyak yang ada di dada dan susu windi
Aku : udah win sekarang udah bersih, kamu maunya diapain?
Windi terserah om.. Bikin aku rilek
Aku : aku isep ya puting kamu
Windi : iya om ga papa
Aku : emang kamu sering begini ya?
Windi : ngga om... Aku baru merasakan ini sama om. Dulu aku selalu sembuh jika sudah di uap om, aku jg heran kenapa kemarin kok aku sembuh juga di pujit dama om.
Aku : klo emang enak kok kemarin kaya gak terjadi apa2 dan om coba pegang tete kamu lagi seolah2 kamu marah dan g mau?
Windi : aku jaim aja om, padahal aku enak banget, aku takut om marah balik marahin aku.
Aku : ohhh gitu dasar kamu ya... Nanti om jilat deh memek kamu mau kan?
Windi : terserah ommm... Pokoknya bikin aku rilek seenak mungkin, karena dari kejadian 2 minnggu kemarin aku tahu dengan cara ini aku bisa sembuh tanpa obat dokter
Aku : ok kalo gitu buka celana dalam kamu win biar om gampang
Windi : siapa bilang aku pake cd?
Aku : nah nah nah udah niat nih kayanya? Mang gak takut om perkosa kamu?
Windi : ihhh... Capedeh jawab pertanyaan om, dibilang om apain aja terserah yg penting bagi windi, windi cepet bebas dari sesak nafas yg menyiksa saat ini om. Udah deh cepetan, windi udah g tahan pengin sampe ngecrot lagi om.
Aku : lah kamu ini pengin sembuh apa pengin ngecrot sih sebenernya?
Windi : dua2nya om, tanggung soalnya "sambil tersenyu" jujur om aku sering liat om sama tante ML loh, makanya aku jadi nafsu juga lama2, aku juga liat kalo om peting sama tante om jilat memek tante juga iihhh... Jadi pengen..
Aku : ya udah sini gak usah banyak ngomong, untung om gak bangunin tante tadi, kalau tante tau bisa berabe nih.
Windi : tenang om rahasia dijamin

Ahirnya kau mulai menjilatu puting susu windi, windi pun tersenyum dan memejamkan matanya ooohhh... Ooommm... Enak banget ooommm... Ooohhh... Windi sembari saya jilat dan enyot tetenya dia memainkan jarinya di vaginanya, ooohhh ooommm terus ommm... Cupang aku dong ommm... Ooohhhh... Lalu ku cupang beberapa titik merah pun bersemayam di susunya yang putih kenyal dan lumayan besar itu oohhh... Ooommm... Hingga ahirnya kucium dan kucupamg lehernya hingga membekas titik merah di lehernya ooohhh... Ommm nakal serunya...

Perlahan2 ciuman2 mendarat di perut windi dan tak lupa kutinggalkan bekas cupangan di perutnya dan sesaat kemudian windi pun nerebahkan tubuhnya dan mengangkangkan pahanya hingga vaginanya merekah indah tanpa bulu dan berwarna merah didalamnya, langsung saja tanpa pikir panjang, aku jilati memeknya dan kumainkan itilnya ooohhhh... Ooommm... Ooohhhh... Hheeemmmm... Ayo sayang terus sayang... Oohhhh... Kumasuk2kan lidahku di lubang vaginanya yang amsih perawan itu ooohhh... Ooommm... Ooohhh enak banget aku mau keluar ooohhh... Ooommm.. Aku memng saat itu kerasukan setan namun aku masih berfikir kasihan kepada ponakanku windi dan aku taktega jika perawannya kurenggut, jari tanganku pun hanya sebatas itil kumainkan, tak berani kiranya kumasukan ke lubang vaginanya, ku tak mau perawan ponakanku hilang.

Ooohhhh... Ooommm... Ooohhhh... Aku mau keluar ooohhh... Ooohhh... Proooottttt.... Cairan seperti air kencing itu pun keluar denga deras dan windi tergeletak lemas,
Aku : sudah win?
Windi : sudah om... Om hebat banget, nafasku tidak sesak lagi om, aku nikmat lagi, makasih om.
Aku : ya syukur deh jalau begitu, tapi ngomong2 itu cupangan dileher gimana y? Kelihatan banget win.
Windi : gampang om. Nanti aku kerikan aja dileher biar kelihatannya itu merah kerikan om.
Aku : ohhh.. Ya syukur kalo bisa atasi mah,
Windi : om aku juga pengen bikin om enak boleh ga?
Aku : udah ah nanti tante kamu bangu liat malah repot.
Windi : oh ya uedah deh. Makasih ya ommm...
Ahirnya aku pun bergegas ke kamar dan windipun pulang kekamarnya.
Tak tahan menahan nafsu ahirnya ku lampiaskan kepada istriku tercinta.

Hingga ahirnya windi dan aku pun menjadi ketagihan peting, aku tanpa diminta oleh windi untu mengobati sesak nafasnya aku sering datang kekamarnya saat istriku sedang kepasar dan aku sedang libur dan berdua dengan windi.

Hingga suatu saat, saat istriku pagi hari pamit pergi kepasar, dan tak lama kemudian saat aku lagi nonton tv, windi keluar dari kamar mandi hanya mengenakn handuk, tadinya aku berusaha cuek, namun tiba2 windi lewat di depanku dan menjatuhkan anduk yg di kenaknnya untuk menutupi tubuhnya dan seraya tidak terjadi apa2, setelah dia tepat didepan kamar tidurnya dia meledeku dengan upppsss... Yah om anduk ku jatuh kok ga diambilin? Aku pun langsung nafsu melihat tubuh windi yg hanay mengenakn anduk kecil di kepalanya dan tanpa satu helai benangpun du tubuhnya, susunya yg padat besar putih dan mengairahkan itu dan memeknya yang belum ditumbuhi rambut membuatku gemas dan langsung kuambil handuk yg terjatuh dan aku bergeas mengejar windi yg mengodaku di depan pintu kamar, windi pun mengetahui aku lari mengejarnya dia pun segera lari kedalam kamarnya, dan akupun ahirnya menemukan tubuh windi dan kupeluk dia kucium dia

Langsung kuerbahkan tubuhnya dikasur sambil tak hentinya aku mengulum putingnya yang mengemaskan itu, tubuhnya wangi sabun dan rambutnya harum, dan aku bun seperti biasa mengenyot2 puting nya hingga windi merengah ooohhh... Ooomm terus ommm... Ooohhh,,,, aku pun segera menjilati memek perawannya yang putih wangi bersih tanpa bulu itu oooohhh... Ooommm... Ooohhh... Terus ooommm... Ooohhh... Kujilati kusedol itulnya dia pun menjerit aaahhhh... Ooommm enak banget om apakan itilku ooommm... Aku baru merasakan yang seperti ini.. Aku teriam saja danterus kujilati memeknya dan ku sedot2 itinya, lubang vagina pun kumasukan lidahku oooohhhh... Erangan windi. Ommm masukin jari dong seru ana, ngga annn... Jangan nanti selaput dara kamu sobek dan kamu gak perawan lagi... Ooohhhh... Seru windi. Gak papa ommm... Tetap saja aku berusaha tidak menuruti apa permintaanya,,, oohhh... Ooomm... Aku pengin ngerasain ML sama om... Ooohhh... Aku pengin ngerasain disodok titit ommm... Ooohhh... Aku gak tahan ooo... Ooohhhh... Prooootttt.... Ahirnya windi pun mencapai klimaks nya. Dan merebahkan tubuhnya lemas dikasur, saya beranjak untuk segera pergi dari kamar ponakanku ini sebekum setan merasuku lebih banyak lagi dan merubah pikiranku memerawani ponakanku, tapi tiba2 tanganku di tarik oleh windi dan dilimatnya bibirku, di paksanya aku buka baju olehnya dan celanaku pun di pelorotkan oleh windi, kini kita berdua tanpa sehelai benag pun, anak langsung memegang batang tititku yg memang dari tadi sudah tegang, dengan ragu2 dia masukan kedlam mulutnya tititku ini, di kumatnya, dihisap, disedot ooohhh..m erangan ku pun tak terhindarkan, ooohhh... Di kocoknya tititku oohhh... Syang kamu kok pintert sih tanyaku. Dia hanya tersenyu, terus dikocok2nya tititku secara cepat dan sesekali memasukan kedalam mulutnya dan tiba2 crot crot crot air maniku pun tumpah di atas susu windi ooohhh... Nikmat laur biasa... Windi pun mencoba menjekatkan dan mencium ujung penisku yg masih mengeluarkan air mani, serasa dia ingin tahu aroma seperma... Namu tak lama ekspresi wajahnya manyun setelah menghirup aroma seperma dimana windi seolah2 mengekspresikan ketidak enaknnya aro seperma itu. Namaun airmani ku yg tumpah diatas susunya dia balurkan ke seluruh susunya dan dia pin merebahkan tubuhnya sepertinya kelelahan, dan aku segera berpakaina kembali dan kubersihkan semua air maniku dikamar mandi agar istriku tercinta tidak mengetahui hal yg baru sja terjadi.

Hari demi hari... Aku sering melakukan hal tersebut dengan ponakanku, hingga dia lulus sma namun perawannya masih terjaga, tak sedikitpin jariku atau kemaluanku memasuki memeknya, dan kini ana telah lulus kuliah dan menjadi dokter, rutinitas itu berahir begitu saja dan kini aku telah memiliki 4 anak dari rahim istriku sendiri.

TAMAT.

vita si adik iparku

Namaku beny(bukan nama sebenarnya) sebetulnya aku memiliki ijazah S2 perguruan tinggi ternama di indonesia tapi aku tidak menggunakan disiplin ilmu yang aku miliki dan justru aku malah lebih memilih menjadi tekhnisi handphone yang walau pada awalnya hanya sekedar iseng belajar dari internet dan membaca buku, tapi justru sampai sekarang aku sudah melahirkan tekhnisi2 handal yang tersebar di negri tercinta, dan sekarang ini aku sudah berkeluarga dan mengembangkan usaha mulai dari service, jual – beli, aplikasi dan juga agen pulsa yang cukup sukses sehingga aku sudah mampu membeli sebuah ruko yang terbilang lumayan, usahaku di bantu istriku dan adik iparku yang masih SMA, dia sengaja kami suruh tinggal di ruko bersama kami dengan alasan sepulang sekolah bisa membantu istriku di toko karna aku bekerja di ruang lain yang aku sekat untuk ruang service..
Vita adik iparku tergolong gadis yang bongsor, memiliki tinggi badan sekitar 155, pantat yang bahenol dan meskipun sudah SMA dan tonjolan di dadanya sudah menggunung tapi dia masih tidak mau menggunakan yang namanya bra.. katanya malu, padahal aku kakak iparnya sering sekali menggoda bahkan sempat beberapa kali sengaja ku senggol buah dada yang baru tumbuh itu, tapi dia tetap saja masih belum mau menggunakan BH
Siang itu seperti biasa aku baru mau mandi dan ternyata mesin air tidak mau hidup, dari pada menunggu sampai sore dan yang pasti istriku bakal ngomel kalau mau mandi airnya gak ada terpaksa aku memanggilnya
“ mah tadi pagi mesin air hidup gak..?”
“Belum ngidupin mesin dari pagi, kan baru kemarin sore torn di isi!”
“vita udah pulang belum? Ngebantu naikin mesin”
“udah paling lagi ganti baju”vit bantu kakakmu naikin mesin air
Akupun kebelakang membuka tutup sumur dan menyiapkan peralatan!, buatku memperbaiki semua peralatan rumah aku anggap gampang karna memang hobyku sejak kecil utak atik mesin…
“kenapa kak mesinnya” vita menggunakan kaos lengan pendek ketat dengan setelan celana leging menunjukkan seluruh bentuk tubuhnya dan memang seperti itulah dia yang masih polos..
“rusak makanya di naikin mau di betulin, dah yuk bantu” kami mengangkat pengait mesin air yang aku buat dari besi jadi gampang untuk menaik turunkan kalau ada kerusakan… akupun men cek apanya yg rusak sementara vita jongkok di depanku, sesekali kulirik bagian selangkangannya yg menunjukkan belahan vagina tercetak begitu jelas, spontan si dedek di dalam celana menggeliat, dan dia hanya terus memperhatianku yang sibuk memperbaiki mesin tanpa merubah posisi jongkoknya meskipun tanpa di sadari aku selalu melirik selangkangannya…
“udah vit, coba tes hidupin dulu saklarnya” aku menyuruhnya
“ok.. udah matiin lagi”
“udah bisa lagi kak?”
“udah yuk turunin lagi”
“udah vit ambilin air pake ember “ setelah ku anggap semua beres aku menyuruhnya mengambil air di bak mandi untuk mancing biar gak kemasukan angin.. dia berjalan ke kamar mandi belakang saat itu kembali ku lihat bongkahan pantatnya yg begitu menantang membuat adek di selangkanganku semakin mengeras tapi otak warasku tetap bertahan, sekembalinya dia menenteng ember yang penuh dengan air aku menyuruhnya memegangi pralon dan ku isi dengan air, setelah penuh ku hidupkan mesin tapi air belum bisa naik
“ini harus tutup dulu pralonnya pake tanganmu”
“gimana kak”
“ gini” akupun tak sengaja seperti memeluknya dari belakang karna posisi saklar di belakangnya karna ingin cepat dan otomatis pada saat itu si dedek menempel ketat di belahan pantatnya, tanpa dia sadari dan akupun tanpa sengaja menggesekan dedekku yg sudah tegang beberapa kali dan dengan buka tutup buka tutup telapak tangan pada pralon akhirnya air menyembur dan membasahi dia..
“aduh kak aku jadi basah semua nih!”
“gak papa sekalian mandi” sambil aku menuju ke saklar untuk mematikannya
Akupun menujun ke sebelah dia untuk menyambung peralon tapi aku ternyata mendapat rejeki saat melihat bagian depan vita yg basah, teteknya yg tumbuh seukuran genggaman tanganku terlihat jelas karna kain t-shirt tipis dan singlet yg di gunakan tak mampu menyembunyikannya saat basah…
Aku yang sudah sangat terangsang sejak melihat belahan yang tercetak di selangkangannya sejak tadi langsung berusaha untuk menjaili dia
“vit itu pentilnya kok masih kecil banget si?”dia tidak menyangka aku akan menekan pentil susunya yg sedari tadi di suguhkan untukku
“ih kakak jahat banget sih”di kaget setelah aku berhasil menekan pentilnya
“makanya pake BH dong biar kalo basah kayak gini gak nyeplak gitu”
“bodo amat wek” dia mencibirkan bibirnya karna malu… dan aku semakin gemas ingin menggesekkan kontol ke pantatnya..
Akupun mengatur siasat agar dia terangsang saat itu aku menggunakan celana boxer dan aku melangkah menuju kamar mandi dan melapaskan sempakku, hanya dengan menggunakan celana boker aku kembali tapi vita tidak melihat kontolku yang sudah tegang karna tertutup kaosku yang panjang, pralon yang sudah kusambung meskipun lemnya belum kering sengaja agar terlepas saat ada air meyembur, ku suruh vita menghidupkan mesinnya
“vit udah coba mesinnya hidupin “
Beberapa saat mesin menyala tanpa ada masalah dan akhirnya rencanaku berhasil, sambungannya terlepas dan menyembur ke arahku membuatku basah semua
“Hia ha ha sukurin….” Dia meledekku karna aku tersembur
“udah dong cepetan matiin aku basah nih”
“biarin biar tau rasa” dia meledekku dan pada saat itu istriku membuka pintu belakang
“ lho kok nyembur kemana mana gini sih pah?”
“ini sambungan peralonnya lepas, udah vit matiin mesinnya, eh depan jangan di tinggal dong”
“iya iya bawel amat sih” istriku meninggalkan kami kembali sambil menggerutu
Sementara vita hanya tersenyum senyum melihatku yang basah kuyup
Dan pura pura sibuk kembali menyambung peralon aku jongkok sedemikian rupa untuk memamerkan besarnya kontolku ke vita, dia yg awalnya hanya melihatku menyambung peralon akhirnya berhasil terperangkap melihat selangkanganku sambil melongo, aku yang mengetahuinya tertawa dalam hati sambil terus pura pura sibuk setelah beberapa saat sepertinya dia tidak berkedip akupun mengagetkannya
“vit kamu melongo liat apaan” sambil kulirik selangkanganku yang aku kedut kedutkan
“ah.. emhhh enggak kok kak” dia nampak gugup dan mukanya memerah
“ tolong itu dong kunci di bawahmu”
Aku kembali pura pura sibuk sambil sesekali kulirik dia yang diam diam melihat selangkanganku terus
“tadi lemnya belum kering jadi lepas sambungannya” aku menjelaskan ke dia tapi dia seperti tidak mendengar
“eh kamu ngeliatin ini ya” sambil ku genggam kontolku dari luar celana
“iya eh… enggak kok” dia berkelit dan mukanya semakin merah
“gak usah malu, kamu mau liat? Nih liat” aku mengeluarkan kontolku yang tegang dihadapannya
“ih kak beny porno banget sih, serem tau”
“kamu belom tau sih, ini tuh rasanya enak banget! Kalo kamu udah pernah ngerasain pasti ketagihan deh!” aku menggoyang goyangkan kontolku sementara meskipun dia melengos tapi kadang dia melirik
“akukan suka nyolek tetek kamu vit! Sekarang kalo kamu mau nyolek punya kakak silahkan aja, mumpung mbakmu di depan sibuk” aku menggapai tangannya untuk memegang kontolku tapi dia menolak
“nggak ah kak, serem, takut”
“kalo gak mau ya udah” akupun memasukkan kontolku kedalam celana dan aku tau dia melirik..
“ya udah kita terusin kerjaannya dulu vit” dia menggangguk dan meneruskan memperhatikanku yang merapikan sambungan peralon yang tadi sudah kuberi lem
Mukanya masih merah dan sesekali dia melirik selangkanganku yang dengan sengaja terus ku kedut kedutkan
“ok vit dah selesai” akupun membereskan peralatanku dan dia ikut membereskan ember dan membawanya ke kamar mandi setelah dia menghidupkan mesin air untuk mengisi tower..
Vita tidak langsung keluar kamar mandi dia menunggu air untuk mencuci tangannya yang kotor aku yang masih bernafsu menyusulnya pura pura ingin melihat airnya sudah bening apa belum…
“vit coba buka krannya airnya udah butek gak?” dia sedikit menungging saat itu aku dengan cepat menempelkan kontolku ke pantatnya sambil ku kedut kedutkan seolah olah ingin ikut melihat ke dalam bak air yang di bukanya
“ ih kak roy nempel nempelin gini sih” dia meng goyang goyangkan pantatnya
“nggak sengaja vit, tapi kok pantatmu anget banget sih”aku semakin menekan merapat ke beongkahan pantatnya
“kak udah dong geli nih” dia ingin beranjak
“eh ntar dulu tanggung enak banget nih”
“ih enaknya dimana lagi” dia mencibir”
“loh mosok kamu belum tau kalo bisa enak” aku diam diam mengeluarkan kontolku dari celana boxerku
“dari tadi gak enak tapi kak beny berat”
aku mulai menjepitkan kontolku di tengah tengah selangkangannya, sambil ku gesek gesekan terus kontolku tanpa di ketahuinya kalau kontolku sudah diluar celana
“kalo sekarang gimana vit?” dia sedikit melebarkan selangkangannya dan nampak sudah mulai merasakan lain
“ehm.. geli kak”
“tapi gelinya enak kan?” aku terus menggesek gesek lembut dan sudah terasa lembab di selangkangannya
“ihhh.. ya kak…. Ehh” dengan nafas yang mulai berat dan tanganku yang sedari tadi nganggur mulai ku gunakan untuk meraba perutnya dengan lembut sambil sedikit sedikit bergeser naik dan sudah mulai berada di atas teteknya meskipun hanya dari luar tapi sangat terasa kalau putingnya yang kecil mulai menegang, dan aku terus meraba lembut teteknya sampai sedikit meremasnya
“ehmm kak enak kak..ssssst” dia mendesis, aku perlahan menurunkan tanganku mencari pingiran leging yang di kenakan, dan dengan cepat ku tarik legingnya turun dan langsung kembali ku jepitkan kontolku ke selangkangannya
“aihhhh kak” dia kaget dan menjepit kontolku, tapi justru sangat nikmat kurasakan dan kembali kugesek gesekan, terasa sangat licin karna dia ternyata sudah melelehkan banyak cairan dari memeknya
“kenapa vit? Lebih enak ginikan?” aku terus mengesek gesekan kontolku
“ehhhhh iya kak… sst…. aduh ehhhnak………a.. ka”, aduh aku di apain sih kak kok ennnnak ginh…nih..”
“aku ngajarin kamu yang enak enak tapi kamu jangan bilang bilang mbakmu ya sayang” aku membisikan lembut sambil ku remas lembut teteknya
“iyyaaaaa khhhaaaaaak… aduh kak” dia menegang melonjak dan berdiri semakin merapatkan kakinya menandakan dia telah mencapai puncak pendakian, spontan saat itu kontolku terjepit kencang di selangkangannya dan akupun tak mampu menahan hingga hanya hitungan detik saat dia mencapai orgasmenya akupun memuncratkan pejuhku
“ohhh vit enak banget vit” crot crococot crot…. sekitar 5 tembakan keluar melewati depan jika dilihat orang seperti dia yang sedang kencing
Akupun lemas sama seperti vita, dan aku mengembalikan celananya yang tadi kuturunkan sampai ke lutut
“inget ya vit rahasia jangan sampe ada yang tau” dia tersenyum meninggalkanku sementara aku langsung mandi di kamar mandi bawah
Sambil mandi aku merasa senang telah berhasil orgasme dengan bantuan adik iparku yang montok meskipun tidak sampai melakukan penetrasi tapi aku cukup puas meskipun hanya dengan menggesekkan di luar vaginanya yang basah dan licin itu…

Setelah kejadian siang itu vita jadi lebih genit di depanku tentunya saat istriku sedang tidak di dekatku, tapi kalau istriku di dekatku dia seperti biasa saja…
Malam itu seperti biasa setelah toko tutup aku tetap masih sibuk di ruang kerjaku, karna memang seperti itulah aktivitasku, di depan komputer dan mengerjakan handphone handphone yang ku anggap rusak berat pada malam hari rasanya lebih tenang, dan setelah adzan subuh biasanya aku baru tidur, kalau jenuh aku browsing, berforum dan download film bokep terbaru. Istriku seperti biasa sebelum tidur membuatkanku kopi dan menemaniku ngobrol sambil facebookan menggunakan laptopku sementara vita biasanya berinternet menggunakan komputer depan alias komputer yang aku sediakan untuk konter
Saat aku sedang spaneng memikirkan permasalahn handpnone di depanku vita masuk ke ruang kerjaku yang tidak di tutup oleh istriku, “kak komputer depan kok eror terus sih?”
“paling kena virus! Dah nanti aku instal ulang” sementara istriku tidak menoleh sedikitpun karna spaneng sedang main poker dan vitapun menyusul istriku
“de serius banget si mbak? Pinjem laptopnya dong!”
“eit nanti dong lagi tanggung nih, yah kalah deh! Kamu punya chip gak vit”
“punya dong, tapi pinjem dulu!”
Aku hanya mendengarkan mereka sambil terus kerja
“pelit banget sih nih anak..”
“udah deh kak yang penting besok udah aku transfer deh”
“awas lo ya janji”
“iya suer” vita menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya
Dan istriku berdiri mendekatiku digantikan vita yang mengutak atik laptopku
Sekita jam sebelas istriku pamit “mas aku tidur ya”
“he eh” dia pergi setelah mencium pipiku
“eh kamu gak tidur vit?” istriku mendorong pelan bahu adiknya
“ntar dulu mbak baru juga mulai” istriku langsung keluar kamar kerjaku dan naik ke kamar, dia tidak mempermaslahkan adiknya yang memang selalu tidur malam
Karena suntuk memikirkan kerjaan aku berniat memperbaiki komputer konter tapi stelah berdiri dari kursiku timbul niat untuk menjaili kembali adik iparku yang montok ini…
Aku kembali duduk dan kurapatkan kursiku kedekatnya..
“menang gak?”
“belum kak”
Aku memperhatikannya bermain poker dan perlahan tanpa di ketahuinya kuremas teteknya
“ihhh” dia terperanjat dan menepis tanganku
“idih masih belum juga mau pake BH! Ntar kalo kebasahan kayak kemarin gimana?”seperti biasa kalau di ingatkan untuk menggunakan BH dia hanya menjulurkan lidahnya meledek
Akupun merubah posisi kebelakangnya karna kursiku menggunakan roda sementara dia hanya menggukan kursi plastik yang kami sediakan untuk pelanggan konter
“eh vit di laptop itu ada film bagus bagus kamu pengen liat gak?”
“film jorok ya kak”
“bukan, aku bosen sama film gituan!” akupun maju mendorongnya untuk menggapai mouse yang ku pasang di laptop, dan aku memutarkan film semi action, beberapa saat film berjalan dia terus memperhatikan, dan mungkin karna capek dia sedikit bersandar padaku
“duduk sini sama aku vit” dia tidak berkata apa apa dan langsung duduk merapat padaku, dan spontan kontolku bergeliat di dalam celana, dan kursi yang dia duduki di jadikan tumpangan kakinya, sampai adegan romatisnya pun keluar dia tetap bersandar padaku tanganku pu mulai meraba pahanya, karna saat itu dia menggunakan celana pendek kain model hawai yang longgar, dia seperti terhipnotis saat melihat adegan adegan mesra di layar laptopku sehingga membiarkan tanganku yang mulai mengelus ngelus memeknya, nafasnya sudah mulai berat
“vit kita kayak kemarin yuk” dia diam tapi saat ku bimbing untuk berdiri dia menurut akupun menurunkan celanaku dan kuturunkan celananyahingga terlepas, dan suruh dia kembali duduk tapi kali ini dia duduk di pangkuanku dengan menindihi kontolku yang ngaceng berat.. akupun menggoyang goyangkan pantatnya agar maju mundur dengan ku bimbing pinggulnya, hanya sebentar dia sudah menggesek gesekkan sendiri bibir luar memeknya ke batang kontolku, aku hanya menikmati sambilku masukkan tanganku kedalam tshirtnya meremas teteknya yang baru tumbuh
“enak ya vit?”
“banget kak ehmmm”
“Kalo di masukin kayak di film itu lebih enak lagi vit” mendengar kata kataku dia sedikit mengangkat pantatnya dan mencari agar kontolku masuk
“eh jangan gila kamu, nanti perawanmu ilang, aku gak mau merawanin kamu sayang” sambil ku kembalikan posisinya agar menggesek gesekkan memeknya saja, meskipun aku sangat ingin tapi aku tak ingin merusak masa depannya
Akupun seperti kurang puas dan ku suruh dia berdiri dan kujepitkan kontolku ke selangkangannya, dengan terjepitnya kontolku antara kedua belah paha dan mendapat pelumas dari dalam memeknya membuatku merem melek memaju mundurkan pantatku, tiba tiba aku sangat ingin menjilati memek adik iparku yang montok itu dan tanpa di ketahuinya aku jongkok di belakangnya dan ku renggangkan kakinya lebar kemudia ku jilati lubang memeknya yang sudah banjir
“Sssssssssssuuuuuuuuuhhhhhhhhh kak aku di apai in enak banget ehhhhhh”dia seperti kepedesan saat itu akupun membalikkannya dan mengangkat satu kakinya dan kuteruskan mengoral memeknya itilnya tak luput dari lidahku dan hanya dalam waktu singkat dia memekik dan seperti kehilangan keseimbangan saat dari dalam memeknya menyembur aku menadahi cairan kental dan asin tersebut dengan mulutku seketika itu juga kutelan diapun ngos ngosan sambil memejamkan matanya menikmati orgasmenya dan ku biarkan dia beberapa saat sambil duduk di kursiku dan mengocok kontolku sendiri, setelah dia membuka mata melihatku mengocok dia menggigit bibirnya
“jangan senyum dong gantian”
Dia tanpa banyak bicara jongkok di hadapanku dan memasukan kontolku yang hanya berukuran 17cm dan berdiameter 3,5 kedalam mulutnya, aku merem melek di buatnya, dia cepat sekali belajar dari film yang barusan ku setel untuknya, meskipun sesekali terasa terkena giginya tapi aku membiarkan…
Sampai akhirnya maniku mendesak ingin keluar dan ku tekan kepalanya saat maniku menyemprot, dia tersedak dan terbatuk tapi dia menelannya
“ih kaka jahat asin tau..!”
“punya kamu juga asin, tapi gurihkan sayang?” dia tersenyum sambil duduk di pangkuanku
Hari hari berikutnya kami selalu menikmati permainan tanpa di ketahui siapapun dan tanpa aku merusak keperawanannya, meskipun dia sangat ingin menikmati dan rela perawannya di jebol olehku tapi aku selalu memberi pengertian kepadanya bahwa jangan sampai nantinya suamimu mempermasalahkan keperawanannya
Dalam hatiku toh untuk menikmati lobang2 memek aku sudah memiliki kakakmu dan ibu mertuaku yang sejak istriku hamil tua sering menginap di ruko kami dan aku sudah berhasil menyodok memeknya yang legit

Menginjak kelas 2 SMU adik iparku semakin mekar dan menggiurkan saja terlebih karna hamper setiap harinya dia kulatih bercinta meskipun hanya mengesek gesekan batang kontolku ke bibir memeknya…da belum pernah sekalipun kumasukan kepala kontolku kedalam memeknya yang merah dan sempit itu

Sore itu istriku sedang di bawah dan aku sudah sangat kebelet ingin buang air besar akupun menuju kamar mandi di lantai atas, tapi ternyata ada adik iparku di dalam…
“vit masih lama gaak.? Udh kebelet nih..”
“masih kak, baru juga aku masuk..”
“aduh udah deh bukain aku mau be’ol dulu” diapun membuka kunci pintu dna ku langsung nyerobot masuk dan langsung duduk di closed…
“ih kakak gak sabaran banget sih, aku masih telanjang gini juga..!”
“udah kamu terusin aja mandinya aku be’ol juga gak gak ganggu”
“ogah ah bau..” dia menutup hidungnya sambil meraih handuk, karna pada saat aku nyerobot masuk tadi dia sudah bugil dan baru kusadari saat dia mengenakan handuk ternyata dia mecukur bulu jebutnya hingga bersih polos plontos, dan akupun jadi sedikit konak
“loh kapan nyukurnya tuh.. kok botak..?”
“barusan..! bagus gak..?” di membuka kembali handuknya dan menunjukkan padaku
“botak lucu”
“yey… punya kakak tuh yang botak” dia mendorongku, akupun tersenyum dan memutar handle untuk menyiram kotoran di closed dan meneruskan hajatku
“eh vit coba sini ku pegang rasanya gimana..?
“emang kak dian gak pernah di cukur ya kak.?” Aku menggeleng bohong padahal istriku selalu mencukur bersih jembutnya, dan niatku hanya ingin menjaili dia, aku meraba permukaan memekya dari atas sampai ke bibir memek bawah terus dan
“shhhhhhhhhh ahhhhhh kk………..aaaak ehhnnak……h”

Saat aku memainkan memek vita perlahan kontolku menggeliat dan berdiri, akupun segera cebok dan menyiram closed sementara vita melihatku dengan wajah memerah menahan nafsu, aku langsung membuka seluruh pakaianku dan ikutan bugil seperti dia..
“kita mandi bareng yuk vit..!” dia hanya diaam saat aku menariknya ke bawah siraman shower dan kuraba seluruh tubuhnya sambil menyabuni
“ssshhhh kak geli” dia mendesis seperti ular saat aku meremas teteknya yang montok itu
“kamu juga sabunin aku dong vit” smbil ku tuntun tangannya agar menyabuni kontolku yang berdiri kokoh dan siap perang
“kak udah tegang banget nih aku jepit kayak biasanya ya biar gak kelamaan nanti ketauan mbak dian” aku hanya mengangguk dan dia membelakangiku dan langsung menjepit kontolku di selangkangannya seperti biasa yang kami sering lakukan hanya menggesek pada bibir memeknya dan tidak sampai melakukan penetrasi
“okhhhh vit memek kamu dah basah banget licin anget ekhhhh” sambil kuremas teteknya yang sangat kenyal dan sekarang berukuran 34B
Selama ini hamper satu tahun kami selalu menikmati gesekan gesekan tpi masih tetap menjaga agar adikku tidak kehilangan keperawanannya tapi saat itu aku seperti tak juga dapat menemukan orgasmeku akhirnya kusuruh dia nungging
“vit kamu nugging yah… aku mau ngajarin kamu yang baru” diapun langsung menurutiku dank u tempelkan kepala kontolku ke bibir memeknya dan kumasukkan kepalanya
“ookhhhhsssssssss kak enak banget….!” Dia semakin mendesis tapi tujuanku hanya memasukkan kepalanya meskipun dia sudah seringkali berusaha untuk dapat merasakan kontolku masuk kedalam memeknya, tapi aku selalu bertahan dan saat itu aku menggapai sabun dan melumuri pantatnya dan perlahan kutuntun kepala kontolku ke lubng anusnya..
“ihhh kak jangan ah jorok…”
“gak papa sayang, dari pada perawan kamu ilang, ini juga enaak kok coba aja dulu ya ntar kalo gak enak kamu bilang” sambl terus ku tekan dan kutarik kepala kontolku yang sudah membuka pintu lobang pantatnya diapun diam dan mendesis dan
“ekkkkhhhhmm kak sakit…” dia terlonjak saat aku sudah memasukkan setengah batang kontolku kedalam memeknya, aku hanya mendiamkan dan menikmati empotan pantatnya yang masih merasa sakit sambil kuremas lembut teteknya dan ku mainkan pentilnya yang mengacung tegang…
Saat kurasa dia sudah mulai relax kupun mengayun pantatku menarik kontolku dan memasukkannya lagi secara perlahan dan lembut sambil tanganku berusaha memainkan clietorisnya dan akhirnya seluruh batang kontolku sudah mampu di terima seluruhnya oleh lubang anus adik iparku
“ssssssssshhhh enak banget pantat kamu vit.. ekhhhh…ngempot nghheeeemmpot…”
“aduh kak akkhhuuuu juga ngerasain eeehhhhnakkkkkk kkhhakh….. mahhuu keluar nih kakkkk”
“aku juga vit barreengg yah…ekhhhh…” aku semakin cepat menyodokkan kontolku yang hanya 16cm kedalam anusnya sambil terus ku mainkan memeknya sampai akhirnya…
“ookkkkkkkkhhhhhhhhhhhh vit kakak keluar… crot crot…..”kepala kontolku menembakkan mani sekitar enam kali didalam pantatnya yag saat itu juga dia mengalami orgasme yang dahsyat sampai mengalam squirt, akupun tidak menyangka hanya dengan mengentot anusnya dik iparku mengalami orgasme yang sedahsyat itu…
“aduh kak aku enak banget sampe lemesgk kuat diri….”
“ya udah kamu pakeanduk aku anter kekamartrus istirahat, nantiaku bilang ke mbakmu kalo kamu sakit”
Dia mengangguk dan setelah aaku berpakaian ku tuntun dia ke dalam kamarnya…
“tadi enak banget kak..” sambil dia mencium pipiku sementara aku hanya tersenyum karna aku juga puas….

Sunday 16 August 2015

Pembantuku itu 12

Aku sedang meneliti laporan penjualan, membandingkannya dengan stock logistik dan kecepatan produksi rata rata untuk merencanakan target produksi sebulan ke depan. Aku juga harus menetapkan margin error pada kegiatan produksi yang kemungkinan masih mampu kami telan. Angka angka dan grafik itu begitu menyita konsentrasiku. Biasanya Umy, sekertarisku, yang melakukan data analysis dan menyajikannya sudah dalam bentuk tabular yang terindex. Aku cukup pontang panting semingguan ini semenjak dia resign karena mengikuti suaminya ke Kalimantan. Dia berkenalan dengan zoologist berdarah new-zeland yang terobsesi dengan orangutan ini hampir empat bulan yang lalu. Pacaran secara singkat, menikah dua bulan lalu dan meninggalkan aku dalam lautan data yang sudah aku lupakan betapa melelahkannya proses ‘sortir’ untuk dapat menjadikannya dasar pengambilan keputusan.

“Ehemm…maaf pak…” suara itu terdengar setelah deheman sopannya

“iya?” aku menyahut tetapi mataku masih konsentrasi ke lembaran lembaran di tanganku

“saya di persilahkan masuk ke ruang bapak oleh HRD, untuk final interview dengan bapak…”

“iya sebentar ya!” sahutku pendek memotong perkataannya, masih berkonsentrasi pada kertas kertasku

“baik pak”

Done! Aku mencoretkan note terakhir di working agendaku sebelum mengangkat wajahku untuk memandangnya.

Eh?

Berdiri di depanku, seorang wanita muda dengan potongan professional. Membawa sebuah map dengan logo HRD perusahaanku, mengetahui sudah mendapatkan perhatian, dia sepontan dengan sopan menaruh map tersebut di mejaku. Kata ‘APPLICATION’ tercetak besar dengan huruf capital di map tersebut. Sejenak aku memperhatikannya lagi.

Tubuh proporsionalnya di bagian atas dia balut dengan blazer abu abu agak kehijauan dipadu dengan daleman kemeja putih berenda vertikal, kancingnya terbuka dua, sehingga sedikit memamerkan warna putih kulit dadanya, seutas kalung tali sederhana melilit lehernya dengan agak ketat, cukup berhasil untuk menonjolkan kesan jenjang disana. Dan tubuh bagian bawahnya di balut dengan rok mini span hitam yang ‘berporsi cukup’, rok mini yang agak panjang; hanya sedikit di atas lutut namun tetap memperlihatkan pesona kedua pahanya yang putih dan kencang. Rambut berombaknya dibiarkan tergerai namun tertata tanpa menunjukkan kesan ‘lepas’, menunjukkan kepercayaan diri dan kendali atas hal-hal yang berada di sekitarnya.

Yang paling membuatnya menonjol (well, aku berusaha untuk tidak menggunakan kata ‘mempesona’) adalah matanya yang menatap dengan pancaran yang menunjukkan kedalaman intelektualitas. Menurutku, kesimpulan akhir dari penampilannya: Sedikit kurang elegan karena cenderung kaku tapi selaras, terkesan kuat dan independen namun loyal, tidak ‘in style’ karena blazer model lamanya tetapi ‘in harmony’ dengan pernak pernik lainnya – pertanda seorang pengambil keputusan yang baik, tidak bitchy tetapi sarat dengan aura seduktif. Wanita yang menarik. Shit! Apa yang ku pikirkan? Kok malah…

“eee…gimana tadi?” kataku kalem

“Maaf pak, nama saya vitri, berdasarkan info dari HRD bapak, saya sudah lolos semua test sehingga saya di perkenankan untuk melakukan wawancara terakhir dengan bapak. Saya apply untuk posisi sekertaris pak. Copy HRD dari application, CV dan semua berkas-berkas tentang saya ada didalam map itu pak”. Dia berkata dengan lugas, menunjuk map dengan ibu-jarinya dan tidak lupa tersenyum. Wow…

Tanpa sedikitpun menyentuh map dari HRD tersebut, aku merapikan kertas yang sedikit berserakan di mejaku. Mengumpulkannya, dan menyodorkannya kepada wanita itu.

“analisa data ini! kalau sudah selesai, aku ada di ruang meeting utama bersama manager divisi. Kamu punya waktu 15 menit. Saya mau point-point yang penting untuk pengambilan keputusan target produksi bulan depan” aku menjawab perkataannya dengan tindakan yang mungkin sama sekali tidak dia perkirakan. Langsung di sodori pekerjaan analisa. Aku penasaran dengan reaksinya.

”baik pak” sahutnya mantab

WOW sekali lagi boleh kan!!?? (janji gak pake koprol deh!)

Kepercayaan diri yang menarik, batinku saat mengetahui dia tidak gelagepan dengan ‘ujian’ ku yang spontan dan asal asalan itu. Aku mulai berdiri dan bergerak untuk meninggalkan ruangan. Sampai di ujung pintu aku berbalik lagi.

“siapa tadi namamu?”

Dia semerta merta berdiri dan menjawab dengan sopan pula

“vitri pak”

Aku tersenyum, berbalik lagi ke pintu dan meninggalkan ruangan

Vitri…

Dan aku tersenyum lagi, entah apa yang ada di pikiranku…

Pembantuku itu 11

..."peluk latri lagi pah..."

Hmmm...

Aku memutuskan untuk tidak memeluknya kali ini. Lagipula, aku masih ada janji untuk menghukumnya, dan itu akan ku lakukan. Hehehe…becanda. Kupegang kedua betisnya, lalu ku kangkangkan kakinya. Dengan gerakan lemas kakinya mengikuti arah tanganku. Aku meliriknya sekilas sambil tersenyum simpul. Matanya seolah bertanya apa yang hendak aku perbuat. Tanpa basa basi ku sorongkan mulutku kearah memeknya dan mulai menjilat, menyedot bahkan menggigit gigit kecil bukit mini itu dari balik celana hotpantsnya.

“papah!... agggghhttthtt…” latri bereaksi sepontan saat mulutku mendarat di permukaan memeknya dari luar celana. Sepontan pula sentoran cairan panas melanda mulutku. Luapan cairan orgasme ataukah squirt? Aku tidak peduli, semakin membanjir itu memek, semakin keras aku menyedot. Latri tersengal, mengejang dan menggelepar gelepar menghadapi gempuranku. Entah berapa kali anak 17 tahun itu sudah orgasme dari awal ciuman kami.

Tanganku menggenggam kolor hotpantsnya, pelan pelan ku tarik celana itu ke bawah. Latri membantu dengan sedikit mengangkat dan mengejang kejangkan pinggulnya. Tak lama kemudian barang itu terpapar di depanku.

Tak ku sangka, vaginanya begitu merah-muda, dengan rambut yang masih sangat jarang jarang. Sisi luar bibir vaginanya terbelah dengan sempurna dan menonjol dengan cantik. Elegan namun imut. clitorisnya berwarna sedikit lebih cerah dari daerah labia minora atau bibir vagina-nya. Dengan gemetar ku sibakkan bibir vagina itu dengan jempol kananku. Lorong itu terlihat berkerut kerut eksotis, setiap lekukan mengkilat dilapisi cairan yang seakan tidak pernah kering. Perlahan ku elus clitorisnya dan terpampang pemandangan yang membuat darahku berdesir sampai ke kepala. Memeknya mengedut dengan sentakan-sentakan spontan. Memeknya…Empot Ayam!

Kepala latri masih tergolek lemas ke samping seakan masih menikmati orgasme yang barusaja di berikan oleh permainan mulut dan lidahku dari luar celananya. Tanpa dia sadari, aku sudah melepaskan celanaku dan mengarahkan penis tegangku ke lobang vaginanya. Sebenernya aku masih pengin mengenyot barang itu, tetapi kedutan tadi membuatku tidak kuat menahan lebih lama lagi untuk menusuk dan menjelajah relung yang sudah menganga pasrah di hadapanku ini. Aku mulai menggesek gesekkan kepala penisku ke permukaan bibir memeknya. Latri masih tergolek sambil terpejam, walau memeknya bereaksi dengan mengirim kedutan kedutan erotis yang membuatku semain gila. Lalu…

BBBBLLLLESSS…
Pelan tapi pasti lobang itu akhirnya aku tembus…

“aaaagggghhhhhh! Paaaaapaaaaah!” erangnya panjang sambil berusaha menarik kepalanya keatas untuk melihat memeknya yang mulai tertembus rudalku…sekilas kulihat matanya nanar melotot, menandangku panik saat merasakan kontholku menyeruak lorong memeknya. Masuk...masuk…mili demi mili, lebih dalam…dan semakin dalam…

Terlambat latri!! semua sudah terlambat kini… papa brengsekmu ini tidak dapat menahan gejolak libidonya lagi…

Tiba tiba…
JDUK! Eh?

“mentok??” tanyaku di dalam batin…Lalu…

SLUPT…SLUPT…PTETTT…PTETTT…SLEPT…SLEPT…!!!

memeknya bereaksi terhadap benda asing…empot ayam itu secara reflek memeras penisku yang baru ¾ masuk ke lorong memeknya.

Memek yang cetek, empot ayam serta becek banget…Kombinasi aneh tapi luarrr biasa nikmatt…

Dan aku pun mulai memompa!

Kugenjot dia dengan ritme pelan, aku mulai dengan RPM rendah, pinggulku dengan telaten kugerakkan maju mundur, berputar dan kuselingi gerakan gerakan zig-zag secara ritmik. Latri sudah tidak sanggup lagi menatapku, matanya kini membalik ke atas bersamaan dengan lenguhan dan goyangan kepalanya mengikuti ritme goyanganku. Tangannya menari narik sprei dengan kuat, dia mendesah, melenguh dan meracau. Aku tingkatkan RPM goyanganku. Dia mendelik, lenguhannya semakin keras. Memeknya tek henti henti menyemburkan lendir putih licinnya. Rasa licin, panas disertai emputan ayam dan pentokan dinding rahimnya di ujung penisku membuatku serasa melayang. Terbang!


Kuraih pinggulnya dengan kedua tangan untuk memaksimalkan efek goyangan pinggulku. Masih dalam posisi MOT, aku menghujamnya dengan telaten dan variatif. Suatu waktu aku bergerak secara konvensional, maju-mundur, di kombinasi dengan gerakan memutar dan memilin, di lain waktu ku gerakkan pinggulku dengan arah keatas-bawah seperti mencungkil-cungkil. Sesekali waktu, aku memberinya kesempatan bernafas dengan menghentikan sebentar gocekan pinggulku, tempo itu aku gunakan untuk kembali mencecap putingnya yang semakin menantang itu.

Kepala latri yang tergolek ke samping aku tegakkan, sehingga sekarang dia terlentang dengan sempurna, penisku masih dengan nyaman bersarang di relung vaginanya. Dengan gaya kodok, aku masih menelungkupi tubuh mungilnya, tapi tidak langsung menindihnya. Kuelus kembali rambut ikalnya, ku singkirkan beberapa helai yang jatuh dan lengket di wajahnya karena keringat. Matanya sayu membuka, sambil berusaha mengatur nafas dia tersenyum. Latri mengangkat sedikit kepalanya sambil membuka bibirnya. Isyarat minta cium.

Dan kami kembali ber French kiss. Dalam dan intim…

Persetubuhan ini memang aku bikin se-relax mungkin, di dalam pikiran jahatku, aku ingin menanamkan kesan yang dalam di benak latri, agar prosesi seperti ini bisa berlangsung secara kontinyu. Damn !! Sebut aku banjingan, tetapi kalau kalian tidak memungkirinya, hal itu juga yang ada di benak kalian kan?

Cplup…

Bibir kami terlepas dari FK yang dalam

Dan aku mulai mengayuh lagi, aku mulai dengan RPM rendah lagi, hanya kali ini aku variasikan dengan hentakan hentakan kuat sesekali tempo. Vagina latri mulai bereaksi kembali, walau pinggulnya masih passive, mungkin karena lemas, tetapi relung vaginanya benar benar aktif, mengempot dan memilin penis ku yang menjelajahinya.

“aaaaa…AAGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …”

Latri mendesah seiring tempo hentakanku. Sebenarnya aku masih ingin berlama lama, toh tidak ada yang mengharuskan kita terburu buru. Tapi kelihatannya sudah waktunya menyelesaikan ronde satu, lagipula, aku sudah tidak menghitung lagi berapa kali tadi vagina kecil itu sudah menyemburkan cairan orgasmenya. Kupercepat RPM. Menengah! Dan Tinggi!!

Aku meyentak nyentak kuat

CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK

Suara testisku terdengar kencang waktu menampar nampar pantat kecilnya seiring genjotanku


“AAAAAAAAAAAAA………………………AAAAAAAAAAAAAAA………………AAAAAA AAAAAAAAA………….AAAAAAAAAAAAAAAIIIIIIIIIIIIIAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAA….IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIHHHHHHHHH HHH……..”

Desahan latri berubah menjadi lengkingan panjang

Dan aku kayuhan itu semakin kupercepat…

CPAK CPAK CPAK CPAK CPAK

“ARRGGHHH !!!” aku mengeram saat puncak itu berhasil kudaki

Kuhujamkan dalam dalam penisku ke relung vagina latri. Spermaku ku muntahkan semuanya di sana. Aku mengerang lagi saat merasakan guyuran cairan panas di sekujur penisku. Dan aku melejang lejang lagi. nafasku memburu. Kemudian aku limbung, terjatuh tertelungkup di atas tubuh latri. Nafasnya tak kalah tersengal.

Perlahan aku geser tubuhku ke samping, memberinya kesempatan untuk menghirup udara. Kupandang wajahnya, latri masih memejamkan matanya, berusaha mengatur nafas. Beberapa saat kemudian, dia menoleh ke arahku. Aku sengaja belum bekata kata, kubelai wajahnya dan kembali ku tatap matanya. Bibirnya mendekat dan kita berciuman kembali. Singkat namun dalam. Kami berpelukan.

“pah, boleh latri bilang kalau latri…say…eh…enggak jadi ding…” latri tidak menyelesaikan kalimatnya, dia hanya langsung menyusupkan kepalanya ke dalam pelukanku.

Aku tersenyum, ayolah, masa aku tidak bisa menebak sih lanjutan kalimatnya? Tapi aku sengaja tidak menanggapinya secara verbal, aku hanya menarik wajahnya dan mengecup keningnya. Latri menunduk lagi dan mempererat pelukannya, dan kami berpelukan kembali dalam kebisuan. Dibenakku terfikirkan hal-hal yang entah akan dapat aku sampaikan dalam bentuk kata kata atau tidak di dalam kehidupan ini. Hal seperti: Lat, aku juga…

Ini gila! Masa aku falling sih? GILAAAA!!!

Aku falling in love?? Kalimat itu masih terus menjerit jerit di batinku, dan yang paling menyiksaku adalah kenyataan bahwa aku memang menyayanginya entah dalam konteks apa, aku sendiri juga masih bingung. Dan yang barusan terjadi, apa itu dia anggap sebagai ekpresi sayang, atau perwujudan dari nafsu bejad majikannya? Kalau yang barusan adalah pemerkosaan, kenapa dia malah hampir mengungkapkan perasaannya kepadaku? Apa memang bener kata-kata rika? Apa aku memang semenarik itu? Ah, jangan GR lah, bajingan sepertiku seharusnya sudah tidak pantas untuk terlihat menarik di hadapan wanita manapun…Dan aku semakin dalam tenggelam dalam lamunanku.

Nafas latri mulai teratur, dinginnya AC di kamarnya mengeringkan keringat kami dengan cepat. Dan sejuknya seakan membius tubuh lelah kami. Tak seberapa lama, aku sudah mendengar desisan halus nafas latri. Rupanya latri sudah tertidur. Ndablek juga cewe satu ini! Padahal… Ah…

Dan aku mempererat pelukanku

Hangat…
---

Epilog
Saat ini latri ada di sebuah kota di luar propinsi yang kami tinggali, menyelesaikan kuliah manajemennya. Dengan biaya kami tentunya. Dia cukup dapat mengikuti mata kuliahnya walau masuk dengan ijazah SMA persamaan, dan kami semua bangga dengannya. Aku hanya sekali itu melakukan hubungan itim dengannya, karena itulah bisa di bilang hubungan kami malah jauh semakin akrab tapi sejauh ini juga tidak ada di antara kami yang menyatakan perasaan. Kadang, kalau ada kesempatan kami hanya berpelukan, Latri sering minta peluk, katanya pelukanku hangat dan nyaman. Kami saling menghormati sebagai dua individu dewasa.

Aku mencintai istriku, latri tahu itu, tetapi aku juga mencintai latri, dan aku kira latri juga tahu itu. Walau kata kata cinta tak pernah terlontar secara verbal dari mulutku. Setiap kutanyakan apa dia sudah punya pacar, latri hanya bilang dia sudah memiliki seseorang yang sangat berarti. Tapi aku tidak berani otomatis mengasumsikan orang itu adalah aku. Aku selalu menganggap cintaku bertepuk sebelah tangan kepadanya. Dan itu aku kira bagus. Menjagaku untuk tidak bertindak nekad dan melamarnya. Wedew, parah kalo itu sampe terjadi!

Hubunganku dengan istriku pun sejauh ini baik baik saja, membaik bahkan. Komunikasi kami juga semakin intens. Everything is fine between us.

Mbak yun akhirnya menikah lagi, dan sekarang sedang hamil anak ke tiganya dari suaminya yang ke dua. Semenjak dia kembali ke kampung, balik lagi ke kotaku, bekerja di sana sampai dia menikah lagi, terhitung hanya beberapa kali kami melakukan persetubuhan, tanpa komitmen dan hanya untuk penyaluran kebutuhan, kami berdua sudah dewasa dan kami menyadari benar pentingnya pemenuhan kebutuhan sexual itu. Lalu kami memutuskan untuk mengakhirinya, demi masa depan kami sendiri.

Rika?
Si ahli manipulasi itu sampai sekarang belum banyak berubah, baik wajahnya, lekuk tubuhnya, maupun kelakuannya. Bulan lalu aku menuruti keinginannya, membelikannya sebuah mobil Toyota Yaris, aku beliin second sih tapi dia sudah OK kok dengan itu. Kenapa aku sampai bela belain beliin dia mobil? Ya karena dia adikku, walau adik ipar tepatnya. Tapi aku menyayanginya seperti adik kandungku sendiri.

OK! Kalau suhu memaksa pengin tahu: ada suatu kejadian sehingga dia bisa ‘memaksaku’ membelikannya. PUAS?!

Pembantuku itu 10

...Dan kami berciuman.

Sama seperti French kiss kita yang pertama, ciuman demi ciuman ku daratkan dengan penuh penghayatan di bibir dia, lidah kami pun saling membelit. Suara cepakan dan cecapan terdengar dari bibir dan lidah kami dalam balutan air ludah yang kami pertukarkan serta berpadu dengan nafas kami yang saling memburu oksigen di sela sela jeda longmarch kegiatan silat lidah kami. Namun bedanya kali ini dia dengan berani memeluk bahuku dan mengusap-usap tengkukku seiring ritme yang tercipta di antara kami, sedangkan tanganku mengelus, meremas dan menjelajahi pantat mungilnya serta mendorong dorongnya ke depan untuk menggesekkan selangkangan kami. Dia menanggapinya dengan semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku.

Foreplay yang panas dan romantis

Kegiatan saling belit itu berlangsung agak lama, aku memang sangat menikmati moment ciuman dengannya dan tidak ada alasan untuk tergesa gesa. Namun seiring waktu, ciumanku kupadu dengan cecapan dan jilatan ke leher dan telinga latri. Latri seperti tidak mau kalah, ciumannya pun mendarat bertubi tubi di wajah dan leherku.

Sejenak kurenggangkan jarak tubuh kami, wajah kami pun menjauh. Kutatap matanya, latri balas menatapku. Sekian lama kami membisu dan bertukar pandang. Mengatur nafas. Mengatur ritme. Dan aku menanyakan sekali lagi kehatiku, benarkah aku menginginkan ini?

Tiba tiba latri melengkungkan badannya ke belakang, dia menggunakan tanggannya untuk menyangga tubuhnya dengan menumpukannya ke ke-dua lututku. Dada kecil itu sekarang tersaji dengan menantang di depan mataku, dia menatapku seakan menantang. Dan dia tersenyum, misterius, aneh sekaligus menggairahkan. Latri sejenak melirik dadanya sendiri lalu kembali menatapku. Masih dengan senyuman menantang.

Menerima tantangan itu, tanpa menunggu lama lagi, kususupkan wajahku ke dadanya, ku kenyot kedua buah dada kecil itu dari balik kaos dan BHnya yang masih terpasang. Sejenak bermain di permukaan dadanya, tanganku mulai menelusup ke balik bajunya. Dia mendesah, dengan masih melengkungkan badannya ke belakang. Suara desahannya semakin menjadi.

Mulutku bermain main di perut datarnya ketika kedua tangganku menyingkapkan kaosnya. Latri mendesah lagi, lalu membantuku untuk membuka bajunya sendiri. Payudara kecil itu masih terlindung BH berwarna krem, tapi salah satu putingnya sudah sedikit mengintip keluar dari BH kecil yang ternyata masih sedikit kegedean buatnya. Puting itu cerah, berwarna merah muda segar dan menantang, wujudnya sebesar ujung jari kelingking serta tampak sudah mengeras. Semerta merta kudaratkan lidahku dengan gerakan menyapu ke atasnya.

“aaaaagggghhhhh…” latri mendesah panjang seiring sentuhan lidahku di permukaan putingnya

Sejenak kemudian, BH nya sudah tanggal di lantai sedangkan sapuan dan jilatan itu sudah berubah gaya menjadi kenyotan dan empotan halus. Kedua tangannya yang tadinya bertumpu di lututku berpindah ke leherku, sambil bergelayutan mesra. Aku menyapu seluruh permukaan payudara kecilnya dengan bibir dan lidahku. Tanganku melingkar dipinggul kecilnya untuk membantunya mempertahankan posisi itu. Sengaja ku pertahankan untuk menyentuhnya seringan mungkin agar muncul efek geli yang berdasarkan pengamatanku dari rangsangan-rangsangankuku beberapa saat tadi, aku ketahui semakin mengangkat birahinya. Latri semakin menggeliat geliat liar. beberapa saat kemudian, tubuhnya mengejang menyentak nyentak, kakinya yang sebelumnya menjuntai mengapit erat pinggulku di sertai pekikan keras.

“aaaakkkkkkhhhhh…”

Lalu tubuhnya terhempas, kepalanya tersandar lemas di bahuku dengan kaki masih mengangkang, selangkangannya bergesekan dengan selangkanganku. Dadanya yang sudah mulai berkeringat menempel erat di dadaku. Terengah engah dia berusaha berkata…

“papaaaah…eehhh…hhhh…latttriiihh…eehhh…hehhh…hehhh …” katanya sambil memelukku lebih erat. Badannya masih melejat lejet lemah lebih lanjut.

Kurasakan celana di atas memeknya basah kuyup, rupanya dia mendapatkan orgasme. Seperti bekas yang ku temukan di lantai beberapa saat setelah dia orgasme waktu masturmasi sambil mengintip aku dan istriku yang sedang bersenggama, ternyata dia jenis cewek basah. Lendirnya banyak banget. Jenis cewek kayak gini ini biasanya cepet banget orgasme, tapi juga langsung lemes setelahnya karena produksi hormone yang berlebih, tapi cepet panas lagi, sebagian besar cewek dengan type ini mampu menghandle multi orgasme, sebagian lagi langsung lemas setelah first-O.

Tapi cewek jenis ini bisa di ajak longmarch apabila melakukan hubungan sex, karena lendirnya yang terus menerus keluar, jadi tidak membikin Mr. P lecet. Salah satu jenis cewek favoritku. Pernah aku menggarap ABG setype dengan dia, semalam mampu melayaniku tujuh kali, tapi esok paginya dia tepar. Dan dua hari kemudian meneleponku untuk mengajak ngesex lagi, gratis katanya…ketagihan dia rupanya. Hehehe…

“kamu sudah dapat orgasme lat?” kataku sambil tersenyum menatap matanya, tubuhnya sekarang sudah agak menjauh, sehingga kami dapat saling berpandangan. Tangannya masih bertengger di bahuku dan nafasnya masih ngos-ngosan. Kulirik dada kecil itu…kenceng. Ampun DJ! Mana tahan…

“ah, papa nakal…” jawabnya singkat smbil tersenyum juga di sela senggalan nafasnya

“pindah dalem yuk, di sini dah mulai terik mataharinya…” ajakku

“ayuk pah…”

“di kamar papah atau di kamarmu?”

“di kamarku aja pah…”

“napa?”

“biar keliatan papah yang nakalin latri…hihihihi…”

Aku mencubit hidungnya dan mulai berdiri sambil menggendongnya. Seperti menggendong anak kecil di depan, kakinya melingkar di pinggangku otomatis memek basahnya menempel ketat di kontol tegangku. Sedangkan tangannya menggelayut manja di leherku. Kepalanya dia sandarkan ke pundakku. Sengaja sambil menggendong aku remas remas pelan pantatnya sambil mengobel pelan daerah lobang pantat dan lobang memeknya. Sambil menyandarkan kepalanya ke pundakku, kudengar dia mendesis desis halus. Kurasakan cairannya tambah membanjir. Apalagi seiring langkah kakiku, kelamin kami saling menggesek dengan cara beradu yang (menurutku) erotis. Kontolku tambah kencang, libidoku naik, nafsuku sudah tak tertahankan. Kali ini, memeknya yang memang sudah tidak perawan itu pasti akan ku jelajahi setiap inci pada relung kenikmatannya.

“ackhhh…” erangnya pendek saat aku membaringkannya ke ranjangnya sendiri sambil dengan sengaja menyorongkan senjataku ke selangkangannya. Matanya, seperti sebelumnya, menatap, kali ini diantara senyum anehnya, latri meggigit kecil bibir bawahnya. Erotisme Lolita…ancurrr...

“aaahh…papah nakal…” desahnya lagi sambil tersenyum lebar

Aku meringis sambil mengangkat-angkat alisku dengan mimik om-om genit. Hehehe…

"peluk latri lagi pah..."

Hmmm...

Pembantuku itu 9

Aku membalik Koran sabtu itu dengan enggan sambil bertengger di kursi santai samping kolam koi belakang rumah, relax sehabis mandi pagi di hari libur yang tenang itu. Aku memakai celana kombor putih dan baju dalem santaiku. Aku cuek kalau celana gomborku tidak menampung juniorku dengan sempurna. Jadi mahluk tengil itu kubiarkan leluasa menerobos celah di kaki celanaku sambil mengintip matahari pagi. Junior juga kadang pengin berjemur…hehehe…

“ini pah kopinya” suara latri terdengar

“yup taroh aja di situ…” kataku sambil melirik sedikit dan masih sedikit focus ke Koran.

Lirikan sekilas itu ternyata tidak sebanding dengan efeknya. Posisi latri yang membungkuk menaroh kopiku di meja pendek itu membuat bagian leher kaos longgar yang dia kenakan membuka cukup lebar untuk ku dapat melihat BH coklat mungil yang membungkus dada kecil imutnya. Semerta merta junior bangkit. Dan kebangkitannya yang mendadak itu tentunya menghasilkan gerakan yang mengundang perhatian, karena junior memutuskan untuk bangkit di luar celana, menerobos celah lobang kaki celana yang gombrong.

“ah!” latri sepontan sedikit terlonjak, sambil memalingkan muka ketika melihat proses itu.

“halah kaya ga pernah liat punya papa aja kamu lat…dua kali lho papa mergokin latri ngintip papa ama mama berhubungan di sofa ruang tengah” aku membela diri tak kalah sepontan

“eh…iya, abis latri…kaget…eh, anu pah, soal ngintip itu…latri minta maaf, waktu itu…anu pah…mama…mendesah cukup kenceng…jadi kedengeran latri…jadi penasaran…eh…maaf kalau itu membuat mood papa jadi down saat…ngegituin mamah…” jawabnya terbata bata

Aku garuk gruk kepala sambil ‘menyimpan’ si otong kembali ke kandangnya. Kalau ku katakan, aku tambah terangsang waktu liat dia ngintip karena di dalam bayanganku dialah yang ku entot…wedew…

“eh, jadi kamu penasaran, lalu cepet cepet ngambil dildo mamah buat masturbasi sambil ngintipin mamah papah ML? Mmm… ada sesuatu yang bener-bener harus kamu klarifikasi!” kataku dengan akting sok marah

Latri menunduk di depanku, mimik mukanya kelihatan takut, tapi aku tahu matanya masih lirak lirik ke juniorku, aku biarkan itu.

“betulkan?” desakku lebih lanjut, masih akting sok marah

“iya pah, maaf itu memang mainan burung-burungannya mama…latri lancang minjem, tapi sudah latri cuci dan balikin lagi kok…tapi latri salah, latri mohon maaf pah…” jawabnya polos dan sepontan jujur. Satu lagi yang kami suka dari latri, dia jujur dan mau bertanggung jawab. Tidak seperti pembantu lain yang lebih suka ngeles.

“maksud papa…hrmm (dehem krn canggung) walau dildo itu ukurannya sedikit kecil, tapi kalau kamu masukkan semua ke…vagina kamu…itu bisa merobek selaput keperawananmu…”

Latri mendengus dan tersenyum malu malu sambil masih menunduk

“emang latri udah gak perawan pah…” katanya kemudian dengan enteng.

“itulah kenapa…latri malu sekali dengan kata kata latri semalam ke papah, latri…saat itu seperti mengingkari status latri sendiri…yang cuman…pembantu dari desa…yang sudah mendapatkan kasih sayang sedemikan banyak dari keluarga ini…malah masih mau lancang mengharapkan papah…maafin, latri serakah…dan di lagi pula, latri juga tidak ada yang bisa di persembahkan ke papah, misalkan papah…menghendaki…eee… maksud latri…anu…kan latri…” lanjutnya

“ayolah lat, kamu tau kami menyayangimu, kami tidak pernah melihat back ground kamu…eee…kalau kamu tidak keberatan, papa pengin tau masa lalu kamu, kok sampai latri bilang sudah tidak perawan itu gimana? Coba coba dengan pacar kamu, atau…padahal latri kan baru 17 tahun…” ujarku memotong ucapan terbata-batanya sambil menggeser posisi duduk dan menepuk nepuk bantalan kursi yang aku duduki, memberi isyarat kepada latri untuk duduk di situ, berbagi kursi

“ehmm…” latri mulai ceritanya dengan senyuman kecut, dia mengikuti isyaratku dan mulai duduk di sebelahku, berbagi kursi
“latri tidak perawan bukan karena coba coba dengan pacar pah, tapi karena bapak latri…” lanjutnya

“hah!! Maksudnya?” aku kurang mencerna penjelasannya
“kamu di perkosa sama bapak kamu?” aku masih mencari penjelasan, karena setahuku latri sudah yatim sejak beberapa tahun, kalau aku gak salah denger berita, ayahnya meninggal dalam kecelakaan KA. Tapi kalau ada pengalaman kekerasan sexual, mungkin dia termasuk anak yang kedepannya memerlukan perlakuan khusus, biar tidak terjadi trauma. Well, as I told you, kami sekeluarga menyayanginya.

“bukan begitu pah…latri emang sudah tidak perawan dari SMP…karena keperawanan latri di jual sama bapak untuk menutup hutang judinya…” lanjutnya dengan getir “lalu emak tau, emang emak tidak melaporkanya ke polisi, tapi emak langsung minta cerai ke bapak dan melarang bapak mendekati keluarga kami, bapak langsung pergi dan tak berapa lama kemudian kami dengar bapak menjadi korban kecelakaan kereta arah ke Jakarta…”

“eh? Oya?” serius aku terkejut, ternyata latri yang selalu ceria mempunyai masa lalu yang demikian tragis.

“trus? Eh, maksud papa, pas kejadian itu kenapa kamu nurut aja? Kenapa tidak berontak?” tanyaku lebih jauh.

“saat di kamar dengan orang itu, latri marah, takut dan perasaan benci banget sama bapak, latri berontak, menagis dan mencoba lari, tapi dia mengancam akan membunuh latri dan ibu kalau latri tidak menurut…latri lalu menurut karena ancaman itu kelihatannya tidak main main, dia preman dan rentenir yang cukup terkenal ganas di daerah kami dan katanya memiliki backing aparat…lalu saat orang itu menelanjangi latri dan mulai menciumi latri, meraba raba serta menjilati dada larti, latri jadi…eh, anehnya latri jadi tidak takut lagi, malah lebih ke gemetaran yang aneh, trus, malah anehnya latri jadi menurut karena tidak bisa menahan getaran itu…lalu dia mulai kangkangin kaki latri dan berusaha masukin burungnya ke lubang latri…lebih aneh lagi, latri tambah nurut aja, malah seperti penasaran gimana rasanya…”

“eh? Oya?” potongku singkat berusaha mencerna cerita latri

“maksud latri…eh…tapi baru saja burung orang itu masuk sedikit ke…lubang latri…dia langsung…ehm…muncratin…anu…eh, lalu trus dia langsung selesai…dan…jadi malah langsung lemas…jadinya…latri malah jadi…gemes…maksudnya, penasaran gitu…lalu…latri tunggu kali aja dia mencoba lagi, tapi, dia malah langsung keluar kamar dan ngobrol sama bapak, tak lama kemudian latri di ajak pulang…dan karena…eh…itu…latri malah jadi…ketagihan…eh! Emm…maksudnya penasaran…” lanjutnya terbata

Aku bengong…
Padahal kalau pada saat itu benar benar tidak terjadi penetrasi, kemungkinan dia masih perawan…
Tapi aku (entah kenapa) tidak mau mengutarakan kemungkinan itu, well paling enggak latri tidak trauma dan kalau dia tidak menngalami hal yang dia alami tersebut mugkin kejadian ini tidak akan pernah ada.

“trus?” tanyaku penasaran

“ya walau latri penasaran, tapi latri tetap gak berani ngajak gituan sama laki laki pah, karena menjaga nama emak di kampung juga, lalu ada temen latri yang membawa film di HP…tentang cewek yang main mainin miliknya sendiri…katanya namanya masturbasi…latri coba coba…dan ternyata…eh, makanya sejak saat itu…latri jadi ketagihan…eeee…maksudnya keterusan…anu…masturbasi…”

“oya?” aku garuk garuk kepala, dia mengangguk. Seperti cerita fiksi aneh dari film bokep JAV murahan. But what the hell…

“trus, apa yang pernah kamu…eghmm…masukin? Maksudnya pas masturbasi gitu…” tanyaku lebih lanjut, setelah tahu dia tidak mengalami kekerasan sexual yang dapat membuatnya trauma, aku malah jadi penasaran bagian masturbasinya cuy…maklum aku lelaki normal… well, lelaki bejad tepatnya!

“awanya ya cuman jari pah…lalu akhir akhir ini latri menemukan…mainan mamah…”

Aku garuk garuk kepala lagi, dan juniorku semakin ngaceng mendengar cerita itu…

“lat…” kataku sambil menelan ludah.

“ya pah…”

“kamu masih penasaran sama punya cowo yang asli?” Gila! Aku sendiri tercekat ama kata kata yang barusan aku ucapin. Goblok! Bego! Tolol!

“ah, papah…malu ah…”

“kalau papah minta latri pegang punya papah, latri mau gak?” ujarku lebih lanjut.
Terlanjur basah man! Well, dalam hal ini terlanjur kentang! Anjriitt!!! Apa yang gw lakukan???

“mau! mau banget pah!…eh, anu…ee…maksudnya…jangankan cuman disuruh megang punya papah, papah suruh latri megang bara api sekarang juga latri pegang pah! Jasa papah dan keluarga ini besar banget untuk latri bisa bales…” katanya sok diplomatis

Eh?

Latri mulai menggerakkan tangannya (awalnya sedikit canggung) untuk memegang kontolku

“ough! Tangan kamu anget banget lat…” aku berkata sambil menikmati genggaman dia

“ehhh…kok…gueedee bangedd sih pahh…? Latri kira mainan mamah udah gede…burung rentenir yang dulu membeli latri lebih kecil lagi dari burung burungan mamah…” katanya sambil memegang kontolku dengan dua tangan, menyusuri figurnya dari pangkal ke ujung dan melakukan gerakan meremas remas gemas sedangkan matanya melotot melihat siluetnya yang tercetak di balik celana.

Aku hanya tersenyum, tanganku pun tidak diam saja, aku meraih ke depan dan sukses mendarat di dadanya. Aku membelainya pelan. Mungil…imut…kenyal sekaligus lembut…benar benar khas dada ABG… latri mendesah…dan memandangku sayu. Tanganku bergerak ke samping tepat di ketiaknya. Dengan sekali sentakan latri ku angkat lalu ku dudukkan di pangkuanku. Kami berhadapan. Mata kami bertemu. Pandangannya tajam, menantang. Sedangkan aku…kembali di landa keraguan.

Aku berada dalam posisi duduk sekarang. Kakiku menjuntai menapak lantai. Sedangkan latri berada di pangkuan pahaku dengan posisi kedua kaki mengangkang dan menghadap kearahku. Dalam posisi itu, selangkang kami memang belum saling menggesek, tapi jaraknya hanya hitungan centi. Aku memeluk pinggulnya, sedangkan tangannya masih berusaha mengkucel kucel kontolku. Pandangannya lurus ke mataku. Anak 17 tahun ini membuatku grogi. Aneh…

Beberapa lama aku cuman mematung, bimbang antara nafsu dan akal sehat, sampai latri meremas lagi senjataku dari luar celana. Kucengkeram erat pinggulnya. Kutarik maju sehingga posisi selangkangan kami saling menempel, walau barang kami masih ada di dalam celana masing masing.

Latri mendesah tertahan. Tanganku merambat naik ke punggung dia, kurasakan geronjal kecil, tali belakang BH dia. Tanganku terus naik, mengusap dan menggenggam tengkuknya. Lehernya yang kecil hampir muat ku genggam dengan sebelah tanganku. Lalu tanganku bergerak maju, mengusap pipinya, bibirnya yang mungil namun merekah itu tak lepas dari sentuhan jari jariku. Latri mendesah, alih alih dia memejamkan mata, pandangannya malah lebih tajam menusuk mataku. Ku usap rambut bagian belakang dari kepala kecilnya, tanganku bergerak ke dagunya dan perlahan kutrik ke depan untuk mendekatkan bibirnya ke bibirku. Dia belum juga menutup matanya. Sampai bibir kami bertemu dan desahan kecil itu kembali tersedengar dari mulutnya.

Dan kami berciuman.

Pembantuku itu 8

Kami memasuki rumah pada jam 22.30. latri sedikit limbung di dukunganku karena mungkin sedikit mabok. Mabok? Yup, seperti kebiasaanku saat makan di laluna, aku pasti membuka wine untuk menemani tenderloin black pepper sauce yang ku pesan. Dan dia bersikeras untuk ngerasain wine. Sudah ku bilang itu mengandung alcohol, tapi dia maksa. Setelah seteguk melewati tenggorokannya, dia bilang enak juga, ujung ujungnya kita open sampai dua botol. Buat anak yang (mungkin) seumur umur belum pernah minum alcohol, hasilnya ya teler. Fuih… emang badung ni anak!

Memasuki ruang tamu, aku tidak sabar menuntun langkahnya yang terhuyung, segera tubuh mungil itu aku gendong. Matanya yang setengah sadar, menatap manja kepadaku sambil tersenyum. Pikiranku mulai kacau. Entah kenapa dada kecil yang melengkung di boponganku dan sentuhan paha pada lenganku membuat libidoku terbakar. Kegilaanku tersulut, niatku untuk tidak sampai menidurinya karena sudah aku anggap anak sendiri aku khawatir akan segera pupus.

“pah…” panggilnya

“iya …” jawabku, masih menggendongnya

“malam ini latri bobo di kamar papa ya?” pintanya menggoda

“kamu mabuk…” kataku pendek

“mabuk cinta…” desahnya sambil menggeliat mengeratkan pelukannya kepadaku

Eh?

Aku geleng geleng kepala, mengabulkan keinginnannya aku menggendongnya berbelok ke kamarku. Sesampainya di sana langsung aku rebahin ke ranjangku. Ranjang yang sudah menjadi saksi bisu kebejatanku dalam menggumuli wanita wanita selain istriku. Tubuh mungil itu tergeletak pasrah di sprei putih dalam terangnya lampu kamar yang memang sengaja aku nyalain semua. Menghindari aura romantis apapun yang bakalan mematahkan niatku untuk menjaganya.

“kamu mabok lat…cepat tidur, biar besok tidak pusing kepala…” bisikku lirih

“iya pah…aku mabuk…aku mabuk cinta pah…cinta sama papah…aku sayang papah…peluk aku pah…please…” jawabnya sambil menggeliat lalu mencengkeram bahuku kuat kuat

Aku melepaskannya dengan lembut lalu beringsut sambil garuk garuk kepala. Setengah mati aku menahan libidoku untuk tidak segera menggumuli dia dan menyodokkan kontolku ke lobang memeknya yang pastinya masih sempit dan legit. Aku bertahan mati matian. Tapi…kanapa aku bertahan mati matian? Rasa sayang kah? Ini gila! Ini membuatku gila! Dan semua kegilaan ini…Arrrgh!!

Latri sudah mulai tenang, aku membelai kepalanya, dan menatapnya lekat lekat lalu aku (entah dorongan dari mana) mengecup keningnya. Dia tersenyum. Kali ini harus aku akui lagi man! Senyumannya emang manis…lalu kelopak matanya yang memang sudah sayu itu perlahan menutup, sedetik kemudian desisan nafas halus sudah terdengar dari hidungnya. Dia tertidur. Aku geleng geleng, lalu tertawa sendiri. Keluar dari kamar aku menghampiri kulkas dan mengambil satu botol air dingin. Ku teguk sampai setangah sedangkan setangahnya lagi aku siramkan ke kepalaku.

---

Selimut itu ku benerin, karena aku masih merasa dingin dan belum ingin bangun. Di dalamnya aku masih menggeliat dengan enggan, bersiap untuk tidur lagi, ya karena aku tahu hari itu aku libur…sampai guyuran kesadaran itu menghampiriku. Aku terlonjak. Siapa yang menyelimutiku? Seingatku semalam, setelah mati matian bertarung dengan libidoku sendiri, aku keluar untuk minum air dingin dan mengguyur kepalaku, lalu aku merebahkan diri di sofa. Yap ini sofa yang sama dengan semalam, hanya plus selimut. Aku tersenyum menyadari kemungkinannya. Latri.

“eh, papah sudah bangun?” suara latri terdengar

Ternyata dia sudah mandi dan mulai bersih bersih rumah. Itulah salah satu yang membuat kami sayang sama dia, latri ni di luar usianya yang masih seumur jagung, dia rajin dan bertanggung jawab. Bahkan pada saat kita menawarkan untuk melanjutkan SMA aja di kota ini, dia menolak, dia bilang dia ikut keluarga kita untuk kerja dan membantu kami, bukan untuk merepotkan. Akhirnya kita sepakat untuk mengikutkan dia ke program home schooling. Dengan ijazah nantinya setara SMA. Karena kita semua sayang dia. Sayang dia…mmm, kukira baru baru ini kata itu memiliki arti tersembunyi antara aku dan dia…or is it cuman buatku? GILA!!!

“yap…papah mau mandi dulu…” ujarku singkat sambil melompat bangun dari sofa ruang tengah, tempat aku tertidur semalam. Ough…kepalaku pusing banget, lemungkinan besar hasil kolaborasi antara alcohol, dinginnya guyuran air es dan nahan libido semalem. Kombinasi yang sadis!

“pah…” panggilan latri menghentikan langkahku

Aku melirik lalu berbalik dan mengangkat alisku, isyarat kepadanya untuk melanjutkan perkataannya. Terlihat rambutnya yang sedikit berombak masih basah sehabis keramas, dia memakai kaos putih agak longgar berpotongan leher lebar dengan hotpants pantai yang longgar pula. Seger cuy…

“latri…minta maaf, kalau semalam…merepotkan…dan…berlaku tidak sopan…yang…mungkin bikin papah tidak berkenan…latri gak tau kenapa latri berani berlaku seperti itu…maafin ya pah…”

“mmm…enak aja minta maaf gitu aja…kamu harus di hukum…” kataku bercanda sambil senyam senyum dan mengangkat-angkat alis

Latri tersenyum, lalu sambil mengangkat-angkat alis juga menirukanku, dia bilang “latri siap di hukum apapun pah…”

“apapun? Hmm…ntar deh papah pikirin hukumannya…” Aku berbalik sambil jual mahal

Dari sudut mata kulihat dia tersenyum genit sambil menjulurkan lidah. Awas ya!

Pembantuku itu 7

“siapa?” tanyaku

“pah, ini aku latri…” jawab suara dari luar

Pintupun ku buka.

“lho, gak menunggu rombongan yang dari mbak yun gedhe lat?”

“enggak pah, masih tiga hari lagi, latri bosen di kampung”

“ooo…yaudah masuk, bawaanmu mana?”

“cuman ini aja kok pah, kemaren juga latri gak bawa baju banyak waktu balik ke kampung, cuman ini ada oleh oleh dari emak” katanya sambil melangkah masuk

“weh, kok repot repot to lat…”

“ennggak kok pah, cuman sedikit…mmm…papah gak sendiri yah?” tanyanya dengan menyelidik

“enggak, ada bu Umy tuh di kamar”

“eh? Bu Umy? Di kamar? Kok di kamar pah?” tanyanya terkejut sedikit menyelidik

“eh…dia numpang ke kamar mandi, tadi dateng bawain berkas buat rapat nanti siang”

“oooo…” katanya masih (kelihatan) menyelidik sambil melihat badanku yang masih penuh keringat

“ya udah pah, latri permisi ke kamar dulu pah” lanjutnya

“ok” jawabku pendek “lat, ntar malem gak usah masak aja, kita makan di luar, papah paling pulang sebelum jam 6, mandi bentar trus kita keluar yah?”

“ya pah…” katanya sambil berjalan masuk ke kamarnya, di depan kamarku dia sempat berhenti dan melirik ke dalam, untung saja Umy sudah tidak tergolek telanjang di atas ranjangku dengan berlumuran lendir, kalau tidak…ya ga papa sih, sbenernya…

---

“lat…” panggilku sambil membuka pintu kamarnya

“ya pah…” sambil reflek menutupkan handuk ke badannya. Rupanya dia habis mandi dan sedang mau berganti baju.

“eh, maaf…” kataku sambil mencoba menutup pintu kamarnya lagi

“ah…gak apa kali pah…” jawabnya polos sambil tersenyum aneh

“eeh...gini, papah berangkat dulu, kamu istirahat aja dulu gak usah kerjain apa apa kan masi capek habis perjalanan, tadi pagi papah sudah bersihin rumah kok, cuman nanti akan ada orang anterin laundry, uangnya di meja telfon…eeemm, apa lagi ya? Eh, dan untuk makan siang, papa dari kemaren cuman beli roti, semua ada di kulkas, kamu makan aja...”

“ya pah…”

“kamu mau nitip apa kalau papah pulang nanti?” tanyaku lagi

“enggak pah, makasih…kan katanya mau keluar lagi”

“eh, iya ding…ya udah, baik baik ya di rumah”

Latri cuman tersenyum dan mengangguk. Sumpah man, gimana gitu. Sekilas terbayang adegan ciuman kita beberapa minggu yang lalu. Akupun mengerjap, memaksakan kesadaranku untuk segera kembali ke akal sehat, lalu berbalik. Beberapa langkah kemudian aku menegok dia. Dia masih mematung di posisinya semula masih dengan hanya selembar handuk yang menutupi badannya sambil masih (juga) tersenyum, kali ini sedikit ada pancaran geli di matanya. Sialan memang anak 17 tahun ini. Dan sejak ciuman itu, aku selalu salting di depan dia. Brengsek, macem ABG aja aku nih!

---

Aku bergegas membuka pintu depan, jam tanganku sudah menunjukkan pukul 18.45, memang pertemuan itu memakan waktu sedikit lebih lama dari yang ku perkirakan. Tapi sebenernya SO WHAT? Kenapa hanya karena terlambat sedikit dari janji pulang sebelum jam 6 dengan pembantu kecilku, latri, aku jadi grasa grusuh gini? Macem abg janjian ama gebetan barunya aja. Memasuki ruang tamu, kucoba untuk meraih kembali kendali diriku. Kupelankan langkahku, ku atur nafasku dan ku buat pembawaanku sekalem mungkin. Dan aku kembali melangkah.

Diruang tengah kulihat latri sudah rapih, duduk dengan manis dengan menonton tayangan sore. Aku berdehem, dengan ringan ku lihat dia menoleh.

“eh? Papah? maaf pah, latri gak mendengar mobil papah masuk ke halaman…jadi tidak bukain pintu…” katanya sambil bergegas bengkit dan mengulurkan tangannya untuk mengambil koper kerjaku.

“eh, ga papa lat, papa emang ga masuk halaman, mobil papa parkir di jalan…emm, maaf papah agak telat, soalnya tadi rapat…ee…”

“ya gak papa to pah, kan kerjaan papah lebih penting…” katanya sambil tersenyum

Aku hanya bisa membalas senyumannya sambil garuk garuk kepala… kemaren kakak iparku yang sok berperan sebagai istri yang manis, sekarang ada anak umur 17an yang sok mengerti aku, sok jadi seperti pacar yang pengertian. Panggilnya papah, tapi sikapnya GFE. Buset, what a life I had.

Geleng geleng kepala aku menggeloyor ke kamar, sekilas ku lirik latri yang berjalan kearah ruangan kerjaku untuk menaruh koperku di sana. Dia kulihat memakai kaos ketat lengan panjang berwarna pink muda dengan potongan leher sampai bahu, daleman you can see kuning tampak melintang di pundaknya, di padu dengan semcam balero jala jala putih yang agak gombrong sepaha. Sedangkan di bawahnya dia memakai hotpants dari jeans hitam sebatas paha yang mempertontonkan kakinya yang jenjang dan putih khas remaja.

Rambutnya di sisir ke belakang dengan memakai japitan di tengah kepala dan sisanya di biarkan tergerai. Di telinganya dua anting berbentuk Winnie the pooh berwarna senada dengan kaosnya menempel dengan lucu, dan beberapa gelang warna warni menghiasi tangan tangan rampingnya, tidak lupa beberapa aksesoris kalung juga menjuntai dengan indah melewati dada kecilnya. Sepatu flat standar yang dia pakai aku ingat betul, itu hadiah ulang tahun dari kami sekeluarga, sepatu keluaran zara ini memang sedikit agak mahal untuk hadiah kepada pembantu, tetapi sekali lagi latri sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri. Tidak ada istilah pembantu di keluarga kami, semuanya bekerja sama dalam hal mengurusi rumah.

Tak lama kemudian aku bergegas keluar dari kamar mandi, kulihat sebuah celana jeans dan T-Shirt hitam faforitku, dengan seperangkat pakaian dalam sudah ada di ranjangku yang sudah diganti spreinya. Sprei yang seingatku tadi pagi penuh dengan lelehan lendirku dan Umy yang aku genjot di sana. Aku tersenyum simpul memikirkan betapa beruntungnya nasib bajingan seperti diriku. Sambil garuk garuk keapala aku pun memungut pakaian yang sudah di siapkan gadis kecilku itu. Ah, bahkan sampai berpakaianpun dengan halus latri berhasil mengaturku. Aku semakin geleng geleng kepala. What a life!

“sudah siap?” tanyaku saat kulihat latri dengan telaten duduk di ruang tangah, sedang TV sudah dia matiin.

“sudah pah” jawabnya. Aku semakin geleng geleng kepala. Prasaan jadi kaya mo ngedate…padahal cuman mau makan aja.

“latri mau makan apa?” tanyaku ketika mobil kita sudah mulai jalan

“apa aja deh pah” jawabnya yang duduk di sampingku

“papah ajak ke tempat yang special, namanya laluna, tempatnya asik dari sana bisa liat pemandangan simpang lima”

“wah, kedengarannya asik banget tuh pah” jawabnya, entah beneran ato tidak tetapi matanya kulihat berbinar semangat seiring dengan senyum lepasnya waktu mengatakan hal itu, sesuatu yang akan bikin cowo manapun akan berbesar hati karena merasa amat sangat di hargai pilihannya. Bisa aja nih anak!

Aku segera berbelok ke arah ruang parkir yang kosong, kamipun segera keluar dari mobil. Waktu menunjukkan pukul 19.15 saat aku lirik jam tanganku.

“latri sudah lapar banget atau mau jalan jalan dulu di mall?” tawarku pada gadis kecil yang sekarang berjalan sedikit menghimpit di sebelah kiriku.

“mmm…kalau papah ngasih pilihan jalan dulu, ya…jalan dulu lah pah…” jawabnya sambil tertawa renyah.

“so it is…” desahku

Kamipun memasuki jembatan yang menghubungkan tempat parkir dengan mall. Sepanjang jalan latri kelihatan riang. Seperti layaknya ABG aktif, dia ‘meloncat’ dari stand ke stand lain sambil memegang apapun yang berbau fashion dan pernak perniknya. Dan aku seperti om genit yang tolol mengikuti kemanapun arah langkahnya. Sesekali dia mengapit mesra tanganku sambil menunjukkan barang barang yang membuat dia tertarik. Setiap kali pula aku menawarkan apakah dia mau membelinya, dan hampir setiap kali dia menolaknya, dia cuman mau windows shopping, katanya. Dan lucunya setiap kali ada orang memandang aneh kepada kami, karena (sumpah) ane emang nampak seperti om om genit yang baru nurutin keinginan ABG simpenannya, dia selalu (mungkin) dengan sengaja panggil aku ‘papa’ dengan keras. Mungkin latri mengira panggilan itu bisa mengaburkan pandangan negative mereka. Bisa aja ni anak. Seperti di salah satu boutique yang kita masukin.

“pah ini bagus ga?” kata latri dengan keras setelah dia memilih dan mencoba sebuah dress terusan dengan atasan model gombrong dan bawahan berupa rok mini yang ketat berwarna hijau gelap yang kontras dengan kulitnya yang putih

Aku tidak menjawab hanya tersenyum kalem sambil mengacungkan jempol

“putrinya pak?” tanya salah satu dari mereka, aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan itu

“udah besar ya? Padahal papanya masih muda gini” kata mbak itu semakin genit

“yah…aku bersyukur sekarang, do’a ku dijawab oleh Tuhan; kenakalan masa remajaku ternyata di ampuni oleh tuhan dengan mengirimkan malaikat cantik itu kepadaku” jawabku sedikit berteka teki

“ooo…terus mamanya? Eh, maaf lho pak, malah jadi nanya nanya, abis penasaran cii…hihihi…”

“pernah liat pernikahan usia dini bermasalah?” jawabku sambil meliriknya

“buuuuannyyaaaakk banget kalee pak, malah hampir semua…” jawabnya

“nah itulah yang terjadi” aku tersenyum lagi sambil mengangguk angguk ke arah latri ketika memberikan persetujuan atas baju lain yang sedang dia coba

“ooo…ic…mau dunk jadi mama nya…hihihi…” temennya ikut menimpali

Aku hanya tersenyum geli mendapati ‘sandiwara’ spontan kami di respon dengan sangat meyakinkan oleh orang orang itu. 20.30 kami duduk di restoran di meja yang memang sudah saya pesan sebelumnya. Beberapa tas belanjaan terpapar di samping kursi latri. Akhirnya belanja juga…

“makasih ya pah, malah jadi beli beliin latri yang macem macem…” katanya ketika pelayan yang mencatat pesanan kami berlalu

Aku hanya tersenyum memandang wajah dia. Entah apa yang ada di otakku

“iya, pemandangannya indah banget dari sini pah…kalau gak di ajak papah mana mungkin latri sampai ke tempat ini”

“iya, kadang papah kalau merenung suka ke sini sendirian, tempatnya adem dan inspiratif…”

“dan romantis…” timpalnya

“eh? Oya? Mnurut kamu gitu?” aku sedikit geli dengan kata itu

Latri hanya tersenyum.
---
Kami memasuki rumah pada jam 22.30. latri sedikit limbung di dukunganku karena mungkin sedikit mabok. Mabok? Yup, seperti kebiasaanku saat makan di laluna, aku pasti membuka wine untuk menemani tenderloin black pepper sauce yang ku pesan. Dan dia bersikeras untuk ngerasain wine. Sudah ku bilang itu mengandung alkohol, tapi dia maksa. Setelah seteguk melewati tenggorokannya, dia bilang enak juga, ujung ujungnya kita open sampai dua botol. Buat anak yang (mungkin) seumur umur belum pernah minum alcohol, hasilnya ya teler. Fuih… emang badung ni anak!

Memasuki ruang tamu, aku tidak sabar menuntun langkahnya yang terhuyung, segera tubuh mungil itu aku gendong. Matanya yang setengah sadar, menatap manja kepadaku sambil tersenyum. Pikiranku mulai kacau. Entah kenapa dada kecil yang melengkung di boponganku dan sentuhan paha pada lenganku membuat libidoku terbakar. Kegilaanku tersulut, niatku untuk tidak sampai menidurinya karena sudah aku anggap anak sendiri aku khawatir akan segera pupus....

Pembantuku itu 6

Aku masih menggenjot memek umy ketika BEL PINTU di rumahku berdenting. Sekertarisku yang dalam posisi terlentang itu terlonjak lonjak seirama dengan kayuhanku. Kakinya yang sebelumnya menjuntai juntai ke samping ranjangku kini terangkat angkat seiring meningkatnya RPM sodokanku. Tubuhnya yang chubby meliuk, tangannya mencengkeram dadaku dan teriakkannya gaduh. Memang Umy selalu berteriak teriak heboh ketika kami bersenggama.

Kamarin sore mbak yun harus kembali ke kotanya setelah mendapat kabar bahwa surat cerainya sudah turun dan ada beberapa berkas yang harus di tanda tangani. Aku mengantarkannya ke pul travel dan memberinya uang saku yang cukup. Sebelum dia berangkat, dengan mesra dia memagut bibirku dan membuatku berjanji untuk mengunjunginya suatu saat. Dan aku pun menawarkan padanya untuk tinggal di semarang dan mencoba mencari pekerjaan di sini. Mungkin dia bisa tinggal di rumahku sementara dia mencari pekerjaan. Bahkan aku berencana mengenalkan ke salah satu kolegaku untuk dapat di terima bekerja di perusahaan dia. Dia menyetujuinya sambil tersenyum penuh arti.

“OOOOHHHHH…PAAAAKKKKK…!!!”

Umy mengejang ngejang sementara maniku ku semprotkan semuanya ke relung vaginanya. Kontolku ku benamkan sedalam dalamnya. Sementara Umy langsung tergeletak lemas, aku masih menyodok nyodokkan penisku untuk menikmati sisa sisa orgasme yang masih menggelayut di ujung batang zakarku. Umy kembali tergoncang. Aku mengecup bibirnya dalam dalam.

“ada yang pencet bel” kataku di sela engahan.

“AGHH…”

Erangnya pelan saat aku mencabut senjataku dari liang memeknya. Sekilas kulihat spermaku meleleh keluar dari bibir vaginanya yang memerah setelah hampir setengah jam ku genjot tadi. Pagi itu Umy, sekertarisku, memang kuminta datang ke rumah sambil membawakan materi rapat untuk nanti siang, karena aku bilang padanya bahwa hari itu aku akan berangkat siang, kemaren kelelahan ‘mengurusi’ kakak ipar ponakanku yang sedang dalam proses perceraian. Tentu aku tidak menjelaskan dengan detail maskud dari ‘mengurusi’ tersebut.

Umy datang sesaat setelah aku keluar dari kamar mandi. Karena aku tahu kalau yang datang dia, tanpa repot repot memakai baju aku langsung membukakan pintu. Tanpa di komando, dia mengikutiku ke kamar dan kita ngesex. Kita memang sering banget ngesex tak tahu tempat, kadang di kantor, di sela sela break rapat, di apartemen dia, di hotel, bahkan pernah di parkiran kantor.

Dengan hanya memakai kimono sembarangan aku bergegas kea rah pintu

“siapa?” tanyaku

“pah, ini aku Latri…” jawab suara dari luar

Eh? Latri?? Pintupun ku buka sambil kubenahi kimonoku yang serampangan.

“lho, gak menunggu rombongan yang dari mbak yun gedhe lat?”

“enggak pah, jadwal rombongan mama masih TIGA HARI lagi, latri udah bosen di kampung”

......
Well?
......
===

Pembantuku itu 5

Aku terbangun dengan pemandangan samar sebuah wajah mungil yang menatapku lekat lekat.

“eerrgghhhmmmm…mbak yun, bikin kaget aja…” sapaku sambil mengolet dan berjuang membuka mata.

Mbak yun cuman tersenyum senyum, duduk bersimpuh di depanku sambil masih menatapku lekat lekat. Aku gulung majalah yang masih ada di tanganku lalu dengan canda ku pukulkan ke jidatnya. Dia tertawa.

Memang, setelah libidoku kalah telak dengan rasioku, alih alih menubruk tubuh seger yang dapat ku patikan akan menyambut entotanku dengan senang hati itu, tetapi aku malah menghidupkan TV dan membaca baca majalah sambil gelesotan di karpet dan bersandar di sofa tempat mbak yun tertidur. Rupanya udara panas siang itu juga mampu menyihirku, lalu aku juga jadi tertidur dan mbak yun bangun duluan lalu ikutan menjeplok di depanku sambil melihatku seperti itu.

“orang lagi tidur kok diliatin kaya gitu, emang tontonan? Dasar mbak rese ah!” protesku lanjut.

“halah…GR, lagian sapa juga yang liatin kamu dik? Hihihi…” jawabnya

Aku menatapnya bersila dengan hotpants itu, semerta merta libidoku bangkit kembali. Semerta merta rasioku menenangkanku lagi. Kejadian brengsek macam apa pula ini?...
Ku lirik jam tanganku, jam 15.15. welah, ternyata aku tertidur cukup lama.

“maaf, tadi pas aku pulang, mbak masih bobo, mau tak bangunin tapi keliatannya pules banget, makanya tak tungguin aja, eh malah aku ikut ketiduran sampe sore gini…yaudah, ayo siap siap mba, kita ke toko cari keperluan mba…ke matahari aja kali ya, satu tempat komplet semua…” kataku lagi sambil berusaha bangun.

Mba yuni tidak menjawab, hanya ikutan bangun sambil masil menatap wajahku. Tatapan yang ku kenal secara pasti. Tatapan yang sama dengan wanita wanita yang berhasil ku pecundangi dengan rayuanku, tatapan seorang wanita yang tertakhlukkan. Tatapan seorang wanita yang…jatuh cinta…dan itu menakutkanku!! Karena dia sama sekli bukan targetku dan tidak sedetikpun aku dapat membayangkan mbak yun falling in love dengan ku. It’s gonna be damned complicated kalo sampai terjadi. Tapi rasioku dengan jelas memaparkan alasan yang logis, apabila itu semua terjadi. Aku satu satunya orang yang mungkin dia anggap “baik” dalam tahun tahun belakangan ini, walau diakui atau tidak, semalem aku telah “memperkosanya”, hanya saja, perkosaan itu entah di anggap sebagai apa olehnya.

“oi! Haloo…! Ada orang di sana…??” godaku sambil melambai lambaikan tanganku di wajahnya.

“eh?”

“aku nanya, yang mau mandi mbak yun dulu aku aku dulu? Mendingan kita berangkat sorean, jadi waktuya bisa lega…” kataku lagi mengulang pertanyaanku.

“eeh, dik deni dulu juga ga papa deh…” jawabnya

“ato mandi barengan?” candaku

Dia hanya terkikik lalu mecubit pinggangku (lagi) “jangan nakal ah, aku kan kakak mu”

“hehehe…eh mba…anu…eee…semalem…aku minta maaf ya, aku bertindak sangat sangat kurang ajar kapada mba…eee…mohon mba sekali lagi memaafkan aku dan menyimpan kejadian itu di antara kita aja…ku mohon…” kataku terusterang mengungkapkan apa yang masih mengganjal di pikiranku.

Mbak yun kembali tersenyum, sebuah reaksi yang kurang bisa kuterka.

“ga papa dik, dik deni gak perlu minta maaf untuk itu…” jawabnya sambil tertunduk.

“sakit banget ya mbak? Aku liat mbak menagis pas tak gituin semalem, pastinya aku melukai mba banget ya? Aku mohon maaf banget ya mba…”

“iya ga papa, dah mbak bilang ga papa, toh mba juga bukan perawan, mba udah punya dua anak malah…jadi mba paham kebutuhan laki laki…hehehe…sebenrnya mba gak keberatan bantu dik deni melampiaskan…itu…maksudnya…kalau dik deni masih mau…mba…anu…juga gak keberatan…maksudnya…eh…anu…cuman…emang linu banget…abis…kegedean…” jawabnya terbata bata sambil tetap nunduk malu malu. Bikin tanbah gemes aja.

“tapi masa segitu sakitnya sampai bikin mba nagis”

“ooo…masalah nangis itu…anu…mba semalem agak kaget dan kacau…maaf kalau tangisan mba membuat dik deni merasa bersalah, maksudnya, dik deni gak usah merasa bersalah melakukan itu ke mba semalem…karena…mba juga…ee…anu…menikmatinya kok…”

“bener mba yun menikmatinya?”

Mbak yun tidak menjawab hanya ku lihat mukanya memerah, aku sih yakin bener dia menikmatinya, lenguhannya, orgasme nya yang berkali kali…dan toh sebelum ku sodokin kontolku di lobang memeknyapun, dia sudah basah banget…cuman, pengin aja denger dari mulut dia…hehehe…menjajaki sejauh mana wanita alim ini mampu ngomong jorok…

“iya…mbak menikmati, ee…malah mbak sampai…anu…berkali kali…”
Aku tersenyum geli, anyway, cukup segitu dulu kali ini, aku juga gak mau mendorongnya terlalu keras. Sambil menggeloyor aku menggandeng tangannya. Mbak yuni ngekor aja waktu ku bombing ke kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, aku melepaskan semua baju yang menempel di tubuhku hingga aku telanjang bulat. Aku dekati dia perlahan lahan. Mbak yun semakin menunduk, bahkan dari jarak ini, dapat ku rasakan detak jantungnya yang berdetak kencang macam marching band. Ku sandarkan punggungnya ke tembok kamar mandiku, tepat di bawah shower, lalu aku mundur selangkah.

Dalam jarak ini, aku tahu dia dapat melihat setiap sudut dari lekuk tubuhku yang emang sangat ku jaga dengan rajin nge gym ini.

“kalo gitu, mba bantu aku ya, aku terangsang lagi tadi pas melihat mbak bobo…aku gak minta banyak kok mba, cuman liat tubuh mba aja sambil…masturbasi…”

Mbak yun diam. Aku mulai beratraksi, pelan pelan aku mengocok kontolku sambil pandanganku menjelajah tubuhnya. Ku buat pandanganku setajam mungkin hingga dia pasti merasa tertelanjangi dengan tatapan mataku ini. Aku masih terus mengocok kontolku yang sekarang sudah hampir 100% tegang masih dengan ritme pelan. Mbak yun mulai bereaksi. Dia mulai mengangkat tangannya kearah kontolku. Aku menghentikan kocokan dan memberikan kesempatan untuk jari kecilnya yang mulai mendekati kontolku. Dia memegangnya, mengelusnya lembut lalu mulai meremasnya. Dan aku melenguh.

“gede…banget…” gumannya sambil terus mempermainkan kontolku

“mbak suka kontolku?” tanyaku menguji, sengaja aku gunakan kata kata yang hard core

“heheh…geli…mbayangin aja dah linu…”

“emang apa yang mba bayangin?” desakku

“heheh…eh…ya…mbayangin…melakukan hubungan suami istri kaya semalem…” jawabnya.

Hubungan suami istri??? Weleh, kata kata itu…semakin membuatku penasaran ingin membuat dia bicara kotor.

“mungkin linu karena…lorong vagina mba pendek, jadi langsung mentok ke dinding rahim…tapi dengan begitu malah…semua relung kewanitaan mba terjamah kan dengan penisku?” pancingku lagi

“eh..iya…kira kira begitu lah…mentok…”

“mba…”

“iya”

“aku boleh cium bibir mba?”

“eh?...boleh…” lalu dia langsung bengkit dan menyorongkan bibirnya ke bibirku sambil matanya setengah terpejam. Aku menahan kepalanya dengan kedua tanganku, menghentikan kecupannya sebelum sampai ke bibirku.

“eh? Kenapa?” tanyanya, nafasnya sudah semakin berat, aku tahu dia luar biasa terangsang sekarang, hanya sisa sisa kealimannya yang masih bisa membuatnya sedikit dapat jaim.

“bukan bibir yang itu” kataku sambil mengambil posisi jongkok
“bibir yang ini” lanjutku sambil mengelus pelan memeknya dari luar hotpants istriku yang dia kenakan.

“eh…maksudnya? Itu kan…anu…”

“ini kan juga bibirnya mba yun, bibir bawah, bibir vagina, boleh ya mba? aku ingin menciumnya…”

“eh…kalo…dik deni memang pengin beneran…mba…anu…eh, gimana ya dik, mba belum pernah…di cium…di situnya mba…”

“kalau mbak boleh, tolong bantu aku pelorotin celananya mba…” sergahku

Dengan ragu ragu mbak yun memelorotkan celananya, pelan. Rambut itu ku lihat tumbuh jarang jarang di bagian bawah pusar. Serining turunnya kolor hotpants yang dia tarik dengan tangannya, semakin ke bawah, rambut itu kelihatan semakin melebat…tetapi tidak juga lebat. Lalu lobang itu mulai terlihat celahnya, dan tidak perlu waktu lama, vagina polos mbak yun sudah terdisplay di depan mataku. Berwarna coklat tua, bibir yang sudah pernah mengeluarkan dua orang orok itu terlihat berkilat karena lendir yang mulai membasahnya. Aku memuaskan mataku memandang sorga dunia itu. Tak berapa lama, ada cairan yang menetes. Ough…ternyata mbak yun jenis cewe yang berlibido tinggi, dengan terangsang saja cairan vaginanya sudah menetes netes tidak karuan.

“dik…” desahnya memelas.

Aku tau apa yang mau dia katakana, sebelum dia berubah pikiran, bibirku sudah mendarat di atas lobang memeknya. Diapun melenguh tinggi dan secara reflek mencoba melengkungkan badannya ke belakang, menghindari sapuan bibirku di mulut memeknya.

“uuuuggghhhhttt…”

Tapi aku tidak kalah cepat, ku tahan pantatnya. Diapun terjajar ke belakang sampai punggungnya membentur tembok kamar mandi, tepat di posisi di mana aku menyandarkannya tadi. Gerakan mundur sudah tidak bisa dilakukannya. Aku mengangkangkannya dan menyelempangkan paha kanannya ke pundakku. Dengan begitu akses mulutku ke memeknya jadi terpampang luas. Memek itu terbentang pasrah beberapa cm dari hidungku. Tak kusangka memek mbak yun beraroma lain, seakan aku bisa mencium hormone kewanitaannya ikut mengalir bersama cairan memeknya.

Tanpa menunggu waktu lagi, aku mulai memproses memek yang menurut pengakuannya baru sekali “dicium” oleh bibir pria. Aku mengulum, menjilat, menyedot, menyeol nyeol itilnya dan menyodok nyodoknya dengan lidahku. Memek itu benar benar kunikmati. Dari ujung pusar di perutnya sampai lobang anusnya tidak luput dari garapanku. Mbak yun mendesah, tersenggal sampai menjerit dan meliuk liuknkan tubuhnya menikmati setiap sensasi permainan lidahku. Berkali kali cairan vaginanya membanjir, berkali kali aku tau dia orgasme. Tapi aku tak memberinya ruang untuk bernafas. Permainan silat lidahku terus menghajarnya sampai satu titik dia menjerit, terliuk ke belakang lalu ambruk ke samping. Dia mengalami orgasme yang ke sekian kalinya.

Mbak yun rubuh, mungkin kakinya sudah terlalu lemas untuk menopang badan mungilnnya. Aku merengkuhnya, meletakkannya di dalam pelukanku. Kita berdua duduk menjeplok di lantai. Badan lemasnya berlawanan 180’ dengan kontol tegakku. Masih di pelukanku, walau tersengal sengal mbak yuni sudah mulai tenang. Aku dengan sabar menunggunya sambil membelai belai rambutnya.

“mbak yun gak papa?” tanyaku

“heh..heh…heh…kamu…gila…dik…heh…tulangku…seperti…d i…lolosi…semuanya…lemes…banget…rasanya…” jawabnya dengan tersengal sengal

“yang tadi…mbak yun juga menikmatinya?” godaku sambil tersenyum

“heh… eh…mbak gak bisa…mengungkapkan dengan kata…kata…baru sekali ini…mbak…heh…heh…”

“tapi mba, aku masih belum jadi…liat nih, si jonny masih berdiri tegak…”

Mbak yun, masih dengan gerakan lemas berusaha mengusap kontolku.

“waduh…dik…mbak bisa pingsan kalau kamu sodok sekarang…tadi aja, mbak entah berapa kali…”

“hehehe…ya udah, kalau gitu istirahat aja dulu…”

“dik…tadi…itunya mbak…maksudnya…cairan mbak kamu telen yach?...”

Aku cuman tersenyum nakal

“makasih banget ya dik…” lanjutnya

Eh? Sumpah, pernyataan ini aku gak mudheng maksudnya apa. Aku hanya tersenyum, mencium sekilas bibirnya lalu mengangkatnya berdiri. Kusiram tubuhnya dengan air hangat dari shower. Kusabuni setiap mili tubuhnya, lalu aku pun mengguyur tubuhku. Kita kali ini “mandi” beneran. Sampai sehabis mandi pun aku handuki badannya, ku perlakukan dia bener bener istimewa, mungkin di pikirannya dia jadi ratu semalam…hehehe… Dan dia beneran masih gemeteran sampai aku selesai mengeringkan badannya dengan handuk dan mendudukannya di tepi ranjang. Lucu aja, mengingat mbak ku ini bukan perawan yang baru saja mengenal sex, dia sudah beranak dua.

Bicara tentang perawan, aku jadi teringat waktu memerawani Karin, anak seorang istri simpanan yang tinggal di rumahku yang kukontrakkan. Persis sama, Karin juga gemetar seperti itu selesai ku garap. Dan setelah beristirahat sebentar, dia malah yang mancing mancing minta tambah. Waktu itu, keperawanan anak kelas dua SMP dijual Rp. 7,5jt oleh ibunya, walau akhirnya aku kasih Rp. 12,5 dan bonusnya…well…long term…Karin bahkan sampai menyatakan sayang padaku, iblis yang telah membeli keperawanannya, plus ibunya juga bisa ku sodok kapanpun. Bahkan waktu kenaikan kelas ke kelas 3, mereka ku ajak berlibur ke jogja, dan kita 3 some di kamar hotel. What a sin.

Kembali ke mbak yuni, dia masih juga gemeteran setelah beberapa saat bersandar di dadaku. Dia sudah kering ku handuki, bahkan sudah ku pakaikan kimono istriku. Aku memangku dia di ranjang dalam posisi setengah duduk sambil memeluk tubuh gemetarnya. Tiba tiba, entah setan darimana yang merasukinya, dia berbalik menghadapku. Mengangkangiku, menyibak kimono kita dan mengarahkan kontol tegangku ke memeknya.

“eeeggghhhh…ayo dik, kalau gak di tuntaskan bisa bisa mba gemeteran terus…”

Aku memandang matanya sambil tersenyum, aku menduga duga, apakah dia terkena efek titik balik dari orgasme berkelanjutan (multiple orgasm). Ini hal langka, aku hanya membacanya di majalah pria. Dan tidak sekalipun dalam hidupku bermimpi dapat melihatnya.

Pantatnya turun sedikit demi sedikit pada saat mencoba melesakkan kontolku ke relung vaginanya. Dan seperti kemarin malam, mentok di titik 50-60% dari panjang kontolku. Mbak yun manatap mataku, aku tersenyum penuh arti.

“EH, tunggu dik, jang…ACHHHKKKG !!!”

Mbak yun tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, karena aku sudah mendahuluinya dengan sodokan kuat. Tubuh mungilnya terlempar ke atas, lalu terjatuh lagi dengan kontolku masih bersarang di memeknya. Kubiarkan dia mengambil nafas.

“oogghh…gedhe…banget…dik…”

“apanya yang gedhe mbak?” tanyaku berbisik

“punyamu…”

“apaku?”

“punyamu dik…”

“namanya apa mba?”

“oo…pen…penis…”

“aku lebih suka bahasa jawanya mba…namanya apa?”

“egh…kont…konthol…mu…dik…gedhe…banged…mbak…heh…mba k…suka…enak…”

Aku mengubah posisi, menelentangkannya, kedua kakinya kini mencuat ke atas, dengan lembut ku taruh di kedua pundakku. Lalu sambil menatap kedua matanya, aku bertanya lagi.

“namanya apa tadi mbak yun? Yang bahasa jawa?”

“ehh…kont…kontHOUGHHLLLGHHHKKKKKKKKK…KKKHHGGGG…EGH G…EGH…”

Sekali lagi sebelum dia menyelesaikan kata itu, aku sudah menderanya. Kali ini posisiku dominan banget, Man On Top. Kedua kakinya yang aku selempangkan ke pundakku membuka akses seluas dan sedalam dalamnya terhadap memeknya. Sodokankupun langsung aku mulai dengan RPM tinggi. Kali ini bukan hanya menghentak, mbak yun benar benar menjerit. Puas menghentak dinding rahimnya, aku putar pantatku, diameter kontholku yang memang sudah menyesaki lorong memeknya memilin, menggesek tiap inci dari relung vaginanya. Jeritan itu berubah menjadi lolongan panjang. Hampir 20 menit aku menggoncang dunia sempit mbak yun dalam posisi itu ketika dorongan itu mulai mendekat.

Aku sudah mau sampai, ku percepat sodokanku. Mbak yun sudah tidak nampak sebagai wanita alim berjilbab lagi, dia mengerang, melolong dan menjeritkan kalimat kalimat kotor.

“AARGGHH..ANNJJJIINKK…ANJJJINKK…ENAGGGHHH…OOGGHH…D ALLLEM BANGGEEDDD…KONNTHHOL…AAARRRGHH…ACH…ACH..ACH…ACH…AA A…MEMEKKUU…ACHH..NJJINKK…ENTOT AKU DIK…ENNNAGH…AARRGHHH…EEGGHH..NNNTOOT MEMEKKU DIKK…DIKKK…ANNNJIIINKKK…AGHKUU…KELUARRR…ANJJJINKKK …TERUUUUSSS…!!!!”

Spreiku sudah basah tak karuan rupa, cairan memek dia seakan tidak berhenti mengalir dari orgasme ke orgasme yang di dapatnya. Gencotanku ku percepat…RPM sangat tinggi…mbak yun melengking…dan sesaat sebelum aku menyemprotkan spermaku ke liang memeknya.

“AGH…!!” mbak yun tersentak ke belakang dengan keras lalu tiba tiba terdiam.

Apa boleh buat, aku terlanjur sampai di ujung, dengan membenamkan kontolku sedalam dalamnya, aku memuntahkan spermaku ke rahimnya.
CROOTT…CROTTT…CROTTT…CROTTTT…CROOTTTT…CROTTTTT…

Lemas, tapi aku langsung menepuk nepuk pipinya, sempet takut campur panik gitu…

“aaaa…hhhh…”

Ada desahan lirih dari mbak yuni…selamat ternyata dia tidak pingsan atau kenapa kenapa…
Akupun langsung tumbang diatas tubuhnya. Mbak yun dengan sisa sisa tenaganya mengangkat tangan dan memeluk punggungku. Tapi tak berapa lama tangan itu terkulai lemas lagi.

“hehehe…gila, mbak yun luar biasa, aku sampai lemas banget…” kataku tersenggal senggal.

“vaginaku…rasanya mau jebol…heheheh…” jawabnya, ternyata sopannya sudah balik.

“sakit?”

“enaaakk…”

Lalu kita tergelak bersama, malam itu kita tidak jadi belanja, melihat kondisi mbak yun yang tidak memungkinkan. Dia beneran lemes, sampai mau nonton TV aja minta gendong…manjanya ngalahin ABG. Belanjanya kita reschedule besok saja. Besok, aku juga berencana mengambil cuti, untuk “menemani” mbak ku tersayang.