Wednesday 30 May 2018

Aku Relakan Keperawananku Saat Aku Masih Smp

Ini adalah cerita nyata pengalamanku beberapa tahun yang lalu. Pengalaman sex pertama yang tak kuduga yang terjadi ketika aq masih duduk di bangku sekolah SMP.

Sex pertamaku itu kualami bersama teman ayahku yang bernama Om Ajie. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan om Ajie, om ajie sudah di anggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Ajie orangnya ganteng dan usianya ketika itu sekitar 27 thn. Selain ganteng om Ajie memiliki tubuh tinggi tegap, dengan bentuk dada yang bidang.

Awal mula kejadian ini ketika liburan semester, waktu itu ayah dan ibuku harus pergi ke jombang karena ada sodara yang menikah. Karena kami dan om Ajie sudah cukup dekat, maka aq minta kepada ayah dan ibuku untuk menginap saja di rumah om Ajie yang tidak jauh dari rumahku selama empat hari itu.
Om ajie sudah beristri, tapi belum punya anak. Istri om Aji seorang karyawan di perusahaan swasta, sedangkan om Ajie belum punya pekerjaan tetap. Om Ajie adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda ria, setelah istri om Ajie pergi ke kantor.
Om Ajie sendiri karena katanya belum ada orderan untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain permainan seperti monopoli, atau main kartu, karena om Ajie orangnya sangat pandai bergaul dengan siapa saja.
Pada suatu siang, setelah kami makan siang, tiba-tiba om Ajie berkata kepadaku
“Ma.. kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Salma, om periksa beneran, mumpung gratis”
Memang kata ayah dulu om Ajie Pernah kuliah di kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayuukk..” sambutku polos tanpa curiga.
Kemudian om Ajie mengajakku ke kamarnya, lalu om ajie mengambil sesuatu dari dalam lemarinya, rupanya om Ajie mengambi stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya waktu kuliah di kedokteran dulu.
“Nah sekarang kamu buka baju deh, terus tiduran di tempat tidur.”
Mulanya aq agak ragu-ragu. Tapi melihat wajahnya yang bersungguh-sungguh akhirnya aq menurutinya.
“Iya om” kataku, lalu kubuka bajuku, dan mulai hendak berbaring.
Namun om Ajie bilang,
“Lho.. BH nya sekalian dilepas dong.., bia om gampang periksanya
Aq yang waktu masih polus, dengan lugunya aq melepas BH ku, sehingga kini terlihat toketku yang masih mengkel.
“Wah.., kamu bener-bener canti Ma..” kata om Ajie.
Kulihat mata om Ajie tak berkedip melihat toketku, dan aq hanya tertunduk malu.
Setelah aq tidur terlentang di tempat tidur, dengan hanya mengenakan rok mini saja, om Ajie mulai memeriksaku. Ditempelkannya stetoskop itu didadaku, terasa dingin, lalu om Ajie menyuruhku bernafas beberapa kali, setelah itu om Ajie melepas stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tengan om Ajie menyentuh lenganku, lalu mengelus-elus dengan halus.
“Wahh.. kulit kamu bener-bener halus ya, Ma.. kamu pasti rajin perawatan” katanya. Aq diam aja, aq hanya merasakan sentuhan dan elusan halus om Ajie.
Kemudian elusan itu itu bergeser ke pundakku. Setelah itu tangan om Ajie bergeser ke bawah mengelus perutku. Aq hanya diam aja merasakan perutku di elus-elusnya, sentuhan om Ajie bener-bener terasa halus, dan lama kelamaan terus terang aq mulai jadi agak terangsang oleh sentuhan tangan om Ajie, sampai bulu-bulu tanganku merinding di buatnya.
Lalu om ajie menaikkan elusanya ke pangkal bawah toketku yang masih mengkel itu, mengelus memutarinya, lalu mengelus toketku. Ihh.., baru pertama ini aq merasakan yang seperti itu, rasanya lembut, halus, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tak lama kemudian, om Ajie menghentikan elusannya. Dan aq kira… yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian om Ajie bergerak ke arah kakiku.
“Nah.. sekarang om Ajie mau periksa bagian bawah ya…” katanya.
Setelah dielus-elus seperti tadi yang terus terang membuat aq agak terangsang, aq hanya bisa menangguk pelan saja. Saat itu aq masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba om Ajie melorotkan CD ku. Tentu saja aq sangat terkejut.
“Lho.., om kok CD Salma dilepas..?” kataku dengan gugup.
“Khan mau diperiksa.., pokoknya Salma tenang aja… dijamin aman” katanya dengan lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum om Ajie penuh maksud tersembunyi.
Tapi waktu itu aq sudah tak bisa berbuat apa-apa.
Stelah CD ku dilepas oleh om Ajie, om Ajie duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkdedip melihat memekku yang mungil, dengan bulu-bulu lembut dan tipis.
Lalu keduaku diangkat dinaikkan ke pahanya, sehinnga pahaku meumpang di atas paha om Ajie. Lalu om Ajie mulai mengelus betisku, lembut dan halus sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan meraba bagian paha atasku, lalu ke paha bagian dalam. Hiii…, aq jadi merinding berat rasanya
“Ooommhh..” suaraku lirih.
“Tenang Salma sayang.., pokonya nanti kamu akan merasa nikmat..” katanya sambil tersenyum.
Om Ajie mengelus halus selangkanganku, perasaanku makin tak karuan rasanya.
Lalu, dengan jari telunjuknya, om Ajie menggesekkan ke bibir memekku dari bawah ke atas.
“Aaghhh..Oommm..” jeritku lirih.
“Ssstt..hmm.. enak.. kan…?” katanya.
Mana mampu aq menjawab, malahan om Ajie mulai meneruskan gesekkan jarinya berulang-ulang.
Tentu aja ini membuatku bertambah tak karuan, aq menggeliat-geliat kesana kemari.
“Ssshhhh… oohhh.. Oomm.. ohhhh..” erangku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku melayang entah kemana. Memekku rasanya sudah basah sekali karena aq memang bener-bener sudah sangat terangsang.
Setelah om Ajie merasa puas memainkan memekku dengan jari-jarinya, om Ajie menghentikan sejenak permainan itu, tapi kemudian wajah om ajie di dekatkan ke wajahku, aq yang belum sama sekali, dengan pikiran antara sadar dan tak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenrnya sedang terjadi.
Wajah om Ajie semakin dekat dengan wajahku, kemudian bibir om ajie mendekati bibirku, lalu om Ajie menciumku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun om Ajie bukan hanya mencium, om Ajie lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, hiii.., saranya semakin geli.., apalagi ketika lidah om Ajie memancing lidahku, sehingga aq tak tau kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah om Ajie saling membelit, tentu saja aq tambah semakin nikmat kegelian.
Tak lama kemudian om Ajie mengangkat wajahnya dan memundurkan tubuhnya, Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aq toh sudah pasrah. Dan eh.., gilak.., tiba-tiba tubuh om Ajie dimundurkan ke bawah dan om Ajie tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis mengangkang, kepala om Ajie tepat di atas memekku dan om Ajie dengan jepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala om Ajie.
Aq benar-benar terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangan om Ajie memegang pahaku denga kencang, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi om Ajie mulai menjilati bibir memekku.
“Auwhh..Ooommmm..!” jeritku, walaupun lidah om Ajie terasa lembut, namun jilatan om Ajie terasa menyengat memekku dan menjalar ke sekujur tubuhku, namun om Ajie yang sudah pengalaman itu, justri menjilati habis-habissan bibir memekku, lalu lidah om Ajie masuk ke dalam memekku, dan menari-nari di dalam memekku.
Lidah om Ajie menjilat-jilat seleuruh dinding memekku. Tentu aja aq makin menajdi-jadi, tubuhku mengelinjang-gelinjang dan terhentak-hentak. sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepala om Ajie dari memekku, Akan tetapi usahaku itu sia-sia aja, om ajie terus melakukan aksinya dengan liar. Aq hanya bisa merintih menjerit tak karuan.
“Ogghhhh.. oommm… jangann.. teerruusskannn oomm..,.. ituu.. aaa..aaku..nggaakk.. maauuu… geliii.. sudahh…. oohhh!!!”
Aku menggleinjang-gelinjang tak karuan, menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang luar biasa sangat mendominasi seleuruh sekjuru tubuhku. Om Ajie dengan kencang memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aq menggeliat kesana kemari, namun om Ajie tetap mendapatkan yang om Ajie inginkan.
Jilatan lidah om Ajie bener-bener membuatku bagaikan orang lupa daratan, memekku sudah bener-bener becek dibuatnya, hal ini membuat om Ajie menjadi semakin liar, om Ajie bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menydot menghispa memekku dengan kuat, membuatku jadi semakin kelojotan.
Kemudian om Ajie menghentikan sejenak jilatannya. Dengan jarinya om Ajie membelah bibir memekku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aq saat itu tidak tau apa maksud om Ajie, rupanya om Ajie mengicar klitorisku. Lalu dijilatinya klitorisku.
“Eemmhhh..” tentu aja aq menjerit kencang sekali, aq merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aq merasakannya, aq sampai mengangkat pantatku. Om Ajie malah menekan phakau ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati klitorisku sambil di sedot-sedotnya.
“Aauwh… Oomm.. oohhhh… oohhh!” jeritanku semakin liar. Tiba-tiba aq merasa sesuatu yang terama sangat, yang ingin keluar dari dalam memekku, rasanya seperti mau pipis, dan aq tak kuat menahannya, namun om Ajie yang sepertinya sudah tau, malahan menyedot klitorisku dengan kencangnya.
“Ooommmmm…., aaaaahh!” tubuhku terasa tersengat listrik bertegangan tinggi, sekujur tubuhku mengejang, tak sadar kujepit dengan kuat kepala om Ajie dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar kuat bersamaan dengan keluarnya lendir kenikmatanku, dan tampaknya om Ajie tidak menyia-nyiakan dihispanya memekku, dihisapnya seleruh lendir kenikmatanku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lunglai. Aq tergolek lemas.
Om ajie kemudian bangkit dan mulai melucuti pakaianya. Aq, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan tubuhku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan om Ajie. Mula-mula om Ajie melepas bajunya yang dilemparkan ke lantai, kemudian dengan cepat dia melepas celananya, sehingga kini sekarang dia hanya mengenakan celana dalam aja.
Aq agak ngeri melihat tubuh om Ajie yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tidak sengaja melihat ke bawah, aq sangat kaget melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh celana dalamnya, mencuat ke depan. Om Ajie mulai melorotkan celana dalamnya ke bawah perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu om Ajie membungkuk untuk melepas celana dalamnya dari kedua kakinya, aq belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu om Ajie kembali berdiri tegak, jantungku langsung berdgup kencang dan mukaku menjadi pucat kerena terkejut melihat benda yang berada di antara paha atas om Ajie. Benda tersebut besar dan panjang dengan bagian ujungnya membesar bulat berbentuk topi baja tentara.
Benda tersebut berdiri tegak menantang kearahku, yang panjangnya sekitar 19cm dengan lingkaran 6cm, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna kehitam-hitamman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut penis laki-laki, tampak menyeramkan. Aq menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan om Ajie terhadapku dengan penis itu.
Melihat ekspresi wajahku itu, om Ajie hanya tersenyum-senyu aja dan tangan kirinya memegang batang penisnya, sedangkan tangan kanannya mengelus bagian kepala penisnya yang keliatan makin mengkilap saja. Om Ajie kemudian melangkah mendekat ke arahku yang masih tidur terlentang lemas di atas ranjang.
Kemudian om Ajie menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di pinggir ranjang. Kedua kakiku dikangkangkannya, sehingga kedua pahaku terbuka lebar. Aq tak bisa berbuat apa-apa, karena tubuhku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan om Ajie.
Kemudian om Ajie mendekat dan berdiri di tengah-tengah kedua pahaku yang sudah terbuka lebar. Dengan berlutu di lantai di tengah-tengah pahaku, penisnya tepat berhadapan dengan memekku yang sudah terkangkang itu. Tangan kiri om Ajie memegang pinggulku dan tangan kananya memegang batang penisnya.
Kemudian om Ajie menempelkan kepala penisnya pada bibir memekku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala penisnya yang besar itu mulai di gesek-gesekkannya sepanjang bibir memekku, sambil ditekannya pelan-pelan.
Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke sekujur tubuh, tubuhku terasa panas dan memekku terasa mulai mengembung, aq agak menggelinjang-gelinjang kegelian atas perbuatan om Ajie itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat om Ajie makin terangsang. Dengan mesra om Ajie memelukku, lalu mencium bibirku.
“Gimana Ma.., enak kan..? bisik om Ajie ditelingaku, namun aq sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu-satu, aq hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aq sudah tak berdaya diperlakukan begini oleh om Ajie dan tak pernah kusangka, karena sehari-hari om Ajie sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya om Ajie merangkulkan tanganya ke pundakku dan yang satunya memegang batang penisnya sambil digesek-gesekkan ke bibir memekku, hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan penis besar itu menyentuh bibir memekku, aq merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan om Ajie, di samping pula ada perasaan bingug yang melanda pikiranku.
Batang penis om Ajie yang besar itu sudah keras sekali dan kakiku makin direnggangkan oleh om Ajie sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku bener-bener setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala penis om Ajie mulai ditekan masuk ke dalam lubang memekku dan dengan sisa tenaga yang ada aq mencoba mendorong tubuh om Ajie untuk menahan masuknya batang penis itu, tapi om Ajie berkata tidak akan dimasukkan semua cuma di tempelkan saja. Aq membiarkan penisnya itu ditempelkan di bibir memekku.
Tapi tak lama kemudian dengan perlahan penisnya itu ditekan-tekan ke dalam lubang memekku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir memekku. Memekku menjadi sangat becek, dengan sekali dorongan kepala penis om Ajie ini masuk kedalam lubang memekku, gerakan ini membuatku kaget karena tak menyangka om Ajie akan memasukkan penianya ke dalam memekku seperti apa yang dikatakan olehnya.
Tusukkan penis omAjie ini membuat memekku terasa mengembang dan sedikit perih, seluruh kepala kemaluan om Ajie sudah berada di dalam lubang memekku dan selanjutnya om Ajie mulai menggerakan kepala kemaluannya keluar masuk dan selang sesaat aq mulai menjadi biasa lagi, perasaan nikmat mulai menjalar ke sekujur tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat memekku serasa penuh, tanpa sadar dari mulutku keluar suara,
“Emmhhhh… sshhhh.. oohh.. ohh.. oommm… nikmaattt… ommm.. nikmaattt!”
Aq mulai terlena oleh kenikmatan dan pada saat itu, tiba-tiba om Ajie menusuk batang kemaluannya dengan cepat dan kuat, sehingga batang kemaluannya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput darahku dan aq pun menjerit kencang karena terasa sakit pada bagian dalam memekku oleh batang kemaluan om Ajie yang terasa membelah memekku
“Aauuwwwhhhh… sakit banget oommmm… sudahh ommm sudahhhh… jangannnn.. diterussiinn” aq meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong tubuh om Ajie, tapi sia-sia saja. Om Ajie mencium bibirku dan tangannya yan lain mengelus-elus toketku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku.
Tangan yang lain menahan kuat bahuku sehingga aq tak dapat berkutik. Tubuhku cuma bisa mengeliat dan pantatku kucoba menarik keatas tempat tidur untuk menghindari tekanan batang kemaluan om Ajie ke dalam lubang memekku, tapi karena tangan om Ajie menahan pundakku, maka aq tak bisa menghindari msauknya batang kemaluan om Ajie lebih dalam ke lubang memekku.
Rasa sakit masih terasa olehku dan om Ajie membiarkan batang kemaluannya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat memekku terbiasa dengan batang kemaluannya yang besar panjang itu.
“Om Ajie.., kenapa dimasukkin semua, kan.., janjinya cuma digesek-gesek aja?” kataku melas, tapi om Ajie diam hanya senyum-senyum saja.
Aq merasakan batang penis om Ajie itu, terasa besar dan mengganjal saranya memenuhi selurung lubang memekku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya batang kemaluan om Ajie tersebut. Saat aq sudah mulai tenang, om Ajie kemudian mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur batang kemaluannya mengocok memekku.
Tubuhku terhentak-hentak dan mengglepar-glepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar,”Ssshhh… mmhhhh… aghh.. aaghhh” dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda kesekujur tubuhku, bayangan hitam mentupi seluruh pandanganku, sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar dimataku. Sensasi itu sudah tak dapat dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, sekujur tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak.
Toketku terasa mengeras dan outingku mengang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku menglepar-glepar di atas ranjang. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari jariku menggenggam erat sprei ranjang, tubuhku mengejang, meronta dibawah tekanan tubuh om Ajie ketika aq mengalami orgasme yang sangat dahsyat.
Aq merasakan kenikmatan berdesir dari memekku, menghantarkan rasa nikmat ke sekujur tubuhku selama beberapa detik terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemas di atas ranjang.
Melihat kondisiku om Ajie makin terangsang, sehingga dengan buasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga seluruh batang kemaluan om Ajie terbenam di lubang memekku. Aq hanya bisa menggelinjang lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa klitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang kemaluan om Ajie yang besar dan panjang itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampi 60 menit lamanya om Ajie mempermainkanku sesuka hatinya, dan saat itu pula aq beberapa kali maraih orgasme dan setiap terjadi, selama satu menit aq merasakan memekku berdenyut-denyut dan mencengkram kuat batang kemaluan om Ajie, sampai akhirnya pada suatu saat om Ajie berbisik dengan sedikit tertahan”
“Aaghh.. Salma.. Salmaa.. aakkuuu.. mauu.. keluaarrrr!! Aagghhh… Oghhhh…Ouuugghhhh!”.
Tiba-tiba om Ajie bangkit dan menarik keluar batang kemaluannya dar lubang memekku. Sedetik kemudian,
“Croott.. crott.. crott” pejuhnya menyembur di atas perutku. Tanganya dengan gerakan cepat mengocok-ngocok batang kemaluannya seolah ingin mengeluarkan semua pejuhnya tanpa sisa.
“Ooohhhhh…” om Ajie mendesis panjang dan kemudian menarik nafas dengan lega.
Dibersihkannya pejuh yang berceceran diperutku. Setelah itu kami berdua tergeletak lemah sambil mengatur nafas kami yang masih terengah-engah sewaktu mancapai puncak kenikmatan tadi. Dipandangi wajahku yang masih penuh dengan peluh untuk kemudia disekanya. Dikecupnya bibirku dan tersenyum.
“Makasih Salma sayang..” bisik mesra om Ajie. Dan akhirnya aq yang sudah benar-benar lemas terlelap di pelukan om Ajie.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aq benar-benar terasa gamang, perasaan-perasaan aneh menyelimuti diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aq bangun dari tidurku om Ajie berupaya menenangkan dengan halus.
Namun entah mengapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aq jadi kepengen lagi, memang kalau diingat-ingat sebenranya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aq mampir ke eumah om Ajie, tentu saja aq malu untuk mengatakannya, aq hanya pura-pura ngobrol sana sini, sampai akhirnya om Ajie menawarkan lagu untuk berhubungan intim, barulah aq menjawabnya dengan mengangguk malu.
Begitulah akhir cerita seks nyataku ini, cerita pengalaman pertama kali aq merasakan kenikmatan surga dunia.

Tamat

Teman yang nikmat

Perkenalkan namaku Diki, asal kota pahlawan. Aku terlahir dr keluarga yg kurang mampu dg tampang pas pasan. Sejak SMP aku sudah belajar mencari uang sendiri. Walau saat itu aku baru SMP kelas 3 tepat nya berumur 15 thn tp sudah ikut bekerja sebagai pekerja proyek harian dg upah 20 rb per hari. Saat itu 1 dollar seharga Rp. 2500,-. Jd 20 rb dapat sekitar 8 dollar. Klo kurs sekarang mungkin dapat 100 rb an. Dengan upah segitu aku sudah bisa menabung sebanyak 2 jt dalam 6 bulan itupun setelah dikurangi kebutuhanku spt uang jajan dan bayar SPP sekolah. Oya proyek yg aku kerjakan adalah mengaspal jalan raya, waktu kerjanya mulai dr jam 3 sore hingga jam 12 malam. Jd masih bisa mengatur jadwal sekolah dan kerjaan.
Perkenalanku dg dunia lendir saat suatu ketika diajak tetangga untuk nonton film bf dg kaset beta. Mungkin player itu sekarang sudah jd barang langka. Awal nya layar nya biru selama beberapa menit. Mungkin itu sebabnya di sebut blue film atau disingkat bf. Lalu mulai keluar lah film nya. Cerita awal nya ada bule yg sedang berkunjung kerumah temannya, lalu mereka ngobrol dan akhir nya bercinta.
Aku yg masih polos jd gelisah sendiri krn batang ku keras dan terjepit celana. Setelah film nya usai, aku pulang dg perasaan penasaran. Gimana ya rasanya batangku klo masuk ke memek cewek. Aku pun jd sering berfantasi jika melihat teman2 cewek sekelasku.
Ada seorang teman sekelasku yg kurasa naksir dg ku krn ada teman yg bilang klo dia suka dg ku. Namanya yuni,,Orang nya sih lumayan manis, wajahnya mirip Dian Sastro saat main AADC. Klo sekarang dian sastro kan lebih gemuk dan lebih putih hehehe. Dg perasaan bingung aku cari dia
Aku : Yun bisa kita bicara sebentar?
Yuni : boleh, sekarang? Disini?
Aku : kita bicara di toilet belakang aja, aku tunggu di sana sekarang, tp sendirian ya.
Yuni datang dgn wajah bertanya tanya.
Aku : Yun aku dengar dr ina klo km suka ama aku ya.
Muka nya jd merah dan menunduk menahan malu.
Kuangkat dagunya dan kutatap matanya.
Aku : km harus jujur padaku yun
Dia menunduk lg sambil mengangguk. Betapa senangnya hatiku saat itu bisa disukai oleh seorang gadis cantik yg menjadi salah satu fantasiku.
Aku : Sebenarnya dr dulu aku jg suka sama km, tp aku takut km nggak suka aku
Aku pegang tangan nya lalu ku peluk dia.
Saat itu batanggku bereaksi saat dada nya nempel ke tubuhku. Terasa empuk dan kenyal dg ukuran agak besar dibandingkan teman cewekku yg lain.
Setanpun ikutan menghasut
" Ayo sikat bos, mumpung lg sepi "
Aku : Yun, klo km mau jd pacarku, apa yg mau km berikan padaku?
Yuni : Apapun yg km minta akan aku kasi.
Aku : boleh aku minta.... Sambil tanganku menggenggam toket nya.
Yuni : Semua milikmu sayang
Tanpa babibu lg langsung ku sikat bibirnya, aku yg baru pertama kali ciuman hanya berbekal film yg pernah kutonton dg semangat 45 ala syetan langsung kutarik dia ke dalam kamar mandi. Kubuka semua pakaiannya hingga bugil di depan ku. Tp aneh nya dia tidak merasa malu saat ku pelototi lekuk tubuhnya. Setelah aku bugil juga, dia langsung melahap konti ku hingga terasa geli bercampur nikmat. Dijilat nya seluruh bagian kontiku tanpa ada yg terlewat.
Aku yg belum berpengalaman hanya diam tak berdaya saat dia masukkan kontiku ke memeknya dg gaya nungging.
Uhhhhh begitu nikmat rasanya....
Aku : yun kok km pinter sih. Enak banget sayang
Yuni : iya sayang, aku jg enak. Ahhhhh.
Baru 10 menit kurasakan ada yg mau keluar. Dan...... Ahhhhh aku keluar sayang.....
Yuni " jgn di dalam dalam, aku lg subur "
Aku yg belum pernah merasakan orgasme hanya bisa mengerang nikmat tanpa mendengarkan pekataannya. Crooottt croott crot. Tumpahlah spermaku di liang vagina Yuni.
Yuni : kok di dalam sih, ntar klo aku hamil gimana?
Juederrrr waduh hamillll?????
Aku nggak bisa ngomong apa2 lg.
Setelah itu km berpakaian lg dan gantian keluar dr toilet.
 Besok nya aku sengaja duduk disebelah Yuni, walau agak canggung krn di sorakin temen2 yg mengira aku lg PDTK ama dia, padahal kami sudah jadian dan udah indehoi di toilet. Hehehe
" yun boleh aku tanya sesuatu? "
" boleh, mau tanya apaan? " jawabnya
" kok kemarin km pinter banget sih, kayak udah sering melakukan, padahal aku sendiri baru pertama kalinya. Dan jujur klo km nggak agresif pasti aku nggak tau harus gimana "
Dia menatapku tajam sambil matanya berkaca kaca
" aku emang sudah nggak perawan, apa km kecewa? "
Aku menarik nafas dalam - dalam
Kugenggam tangannya dg lembut
" Sayang, apapun km dan bagaimanapun keadaan mu aku terima, asal kita tetap saling setia " kata2 itu meluncur bagitu saja dr mulutku, padahal aku blum pernah sekalipun pacaran dg cewek lain.
" tp klo boleh aku tau, siapa laki2 yg beruntung mendapatkan mahkotamu? "
Air matanya langsung mengalir tak terbendung saat dg bodoh nya kutanyakan tentang hal itu.
"Maaf sayang, aku salah ngomong, baiklah aku nggak akan pernah bertanya lagi"
Dengan berlinang air mata dia berkata
" km adalah kekasihku, dan aku harus jujur sama km " tatapannya sayu seolah ingin memelukku dg erat tp apa daya, posisi kami sedang didalam kelas.
" sebenar nya aku kehilangan keperawananku saat kelas 1 smp, saat itu aku nggak sengaja masuk kedalam kamar pamanku yg sedang nonton film porno sambil onani, dia kaget saat aku tiba2 masuk kamarnya.
Mungkin dia udah kebawa nafsu yg akhirnya aku diperkosa. Sakit banget rasanya. Nggak ada orang lain yg tau kecuali kamu. Semenjak saat itu, aku sering dipaksa melayaninya hingga saat ini "
" kenapa km nggak lapor ke orang tuamu? "
" aku takut krn dia mengancam akan membunuh ku dan semua keluargaku krn dia jago silat "
Kubelai rambutnya dengan lembut
" sudahlah sayang, biarkan aib itu kita kubur dalam2. "


Teng - teng - teng
Bel pun berbunyi, kami langsung mengeluarkan buku pelajaran dan mulai belajar

Saat terjadi percakapan tadi, ternyata wardi salah seorang teman kelasku cemburu padaku. Dia adalah salah satu atlit lari andalan sekolahku, ya walau dia nggak pernah juara 1 tp dia termasuk siswa berprestasi.

Esok nya tiba saat nya pelajaran penjaskes, dimana saat itu adalah hari seleksi untuk kejuaraan lari tingkat kota.
Aku yg sibuk bekerja di proyek sangat tidak tertarik ikut seleksi itu.

Dengan wajah marah Wardi mendatangiku
" hei brengsek, ada hubungan apa kamu dg Yuni? "
" oh yuni, aku udah jadian ama dia, ada yg salah? "
" brengsek, aku tuh udah suka ama dia sejak kelas 1, kok malah km yang dapetin dia. "
Dia mendekat padaku dg ancang2 mau memukulku.
Dengan sigap aku lari krn aku nggak mau ada keributan. Dia mengejarku sekencang kencang nya dan sekuat tenaga tp dia gagal menangkapku.
Akupun heran knapa tiba2 lariku secepat itu, padahal aku tidak pernah latihan. Aku berfikir mungkin itu efek dr pekerjaanku yg sangat berat dan melelahkan.
Ternyata kejadian itu tak luput dr pengamatan guru olahraga ku.
" Hebat kamu diki, bapak nggak nyangka km punya bakat terpendam, mulai besok km ikut program latihan untuk kejuaraan lari.
" Waduh pak jangan saya deh, klo sore saya kerja di proyek dr
Sore sampe malam. Saya nggak ada waktu "
" Bapak tau itu. Makanya besok kita latihan pagi, saya siapkan dispensasi khusus "

Wajah Yuni sangat senang dan bangga mendengar aku jd bagian dr atlit sekolah. Tp tidak denganku, krn itu berarti aku tambah capek lagi.

Yuni menggandeng tanganku
" sayang aku bangga banget ama kamu, jgn kecewain aku ya, aku akan selalu dukung kamu. "
Dengan senyuman terpaksa, aku mengangguk kecil.
Hari ini kami pulang lebih awal krn para guru akan mengadakan rapat.
Sehingga yuni blum ada yg jemput.

Saat pulang sekolah yuni mendatangiku
" yank, anter aku pulang yuk tp mampir makan dulu sebentar"
Aku yg pulang pergi jalan kaki ke sekolah jd bingung mau nganterin pulang naik apaan.
" tp mau ngaterin pake apaan? Rumah km kan lumayan jauh. "
" Naik angkot dah nggak apa2 "
" ya udah aku anterin "

Sampai di rumah yuni ternyata keadaan nya sepi,
" Yun kok rumahmu sepi, pada kemana? "
" oh biasanya blum pada pulang kerja "
Dengan senyum mesum aku berkata
" wah kesempatan nih, mumpung lg sepi "
" Hus otak mesum, hahahaha " dia mencubitku sambil masuk ke dalam rumah
Langkah kami terhenti saat mendengar ada suara erangan dan desahan dua orang didalam kamar.
Kami mendekat ke kamar itu yg pintu nya sedikit terbuka.
Yuni sangat kaget dan nggak tau mau bilang apa saat melihat......
Yuni seolah menjadi patung, matanya merah, entah mau nangis atau mau marah. Kucoba bertanya" ada apa sayang " namun dia malah lari keluar rumah. Aku yg belum tau ada siapa di kamar itu mencoba mengintip dr celah pintu.
Aku melihat teman sekelasku Ina sedang mengulum penis laki2 paruh baya. Begitu senang nya mereka seolah mereka adalah pasangan pengantin baru. Tidak ada keterpaksaan di balik wajah polos anak SMP yg sedang mengadu birahi dengan laki2 yg mungkin lebih pantas jd ayahnya. " Kok kita disini sih, Om nggak takut ketahuan yuni? " selidik Ina, " Jangan takut sayang, yg jemput Yuni dr sekolah kan om sendiri, jd klo belum om jemput dia nggak bakalan bisa pulang."
" Oh jd kita aman dong om "
" iya aman sayang " jawab Ina sambil terus menghisap dan mempermainkan penis laki2 itu.

Aku coba mencari yuni yg ternyata sedang nangis di teras rumah. Kubelai rambutnya mencoba untuk menenangkan hati nya.
" penghianat!brengsekkk!bajingan!" Yuni mencoba meluapkan kemarahan nya dalam pelukanku.
" Sabar sayang" hanya itu yg bisa kuucapkan
" Tega sekali papa menghianati mama, padahal mama sangat setia dan mengorbankan segalanya demi keluarga ini. Brengggsseeeekkkkkk!"
Aku kaget setengah mati mendengar perkataan Yuni
" HAhhhh..!?????, laki2 itu papamu?"
Dia tak menjawab tp malah menangis sejadi jadinya dalam pelukanku.
Dengan muka merah padam Yuni masuk kerumah lg dan langsung menerobos masuk ke kamar papanya.
" Papa!??? Tega sekali papa menghianati mama yg sudah setia selama ini. Dan km Ina, aku nggak nyangka km brani melakukan ini dg papaku."
Mereka yg kaget mukanya langsung pucat, Tanpa brani membela diri sama sekali.
" Maaf kan papa yuni, papa khilaf"
Tp Yuni tidak mau terima " khilaf kata papa, mana ada orang khilaf seperti kalian. Seolah olah sudah direncakan?" "Hei Ina, sejak kapan km punya hubungan dg papaku?."

" Maaf Yun,3 bulan lalu awalnya aku kesini nyari km buat belajar kelompok, tp ternyata km nggak ada, trus aku disuruh nunggu di ruang tamu oleh papamu dan disuguhi teh, habis minum teh mataku berkunang-kunang, Kepalaku berat. Saat aku bangun bajuku sudah lepas semua dan selangkanganku sakit. Rupanya papamu telah memperkosaku, setelah itu dia memberiku uang 100 rb untuk uang tutup mulut. Semenjak itu aku jd ketagihan dapat uang banyak dr papamu." Ina menjelaskan panjang lebar tentang kejadian sebenarnya. Yuni tak tahan dan langsung menampar Ina
" kalian bajingan" pllaakkk... Tangan kanan Yuni tepat di pipi kiri Ina.
"Hentikan Yuni, papa nggak suka klo km berbuat kasar sama Ina"
" Knapa??? Papa nggak suka klo pelacur ini aku tampar ??
" Cukup Yuni, jangan sok suci km, papa tahu klo kamu pernah mesum di toilet sekolah dengan diki, jd km nggak usah banyak omong"
Aku dan Yuni kaget bukan main mendengar hal itu.
" Kok papa bisa tau??" jawab Yuni
" Maaf Yun, aku yang ngasi tau papamu, aku nggak sengaja dengerin kalian di toilet saat aku mau pipis di sana."

Dengan tenang Papa Yuni berkata" Sudahlah, kita sama2 khilaf, papa restui hubungan kalian asal km jangan bilang siapa2 tentang papa dan Ina apalagi kepada mamamu."
Yuni membanting pintu kamar papanya dan pergi ke kamarnya sendiri.
Aku pun ikut keluar dan ikut masuk ke kamar Yuni.
Aku coba menenangkan keadaan agar dia bisa terima kenyataan ini. Tp dia tetap menangis.
" Yun, lebih baik aku pulang. Sepertinya km butuh sendiri " kukecup kening nya dan aku langsung pulang.

Esok nya Yuni tidak masuk sekolah, Entah kenapa. Dan tidak ada surat ijin ke sekolah.

Terlihat Ina duduk sambil melamun. Kuhampiri dan mengajaknya ke toilet belakang.
" Ina, aku tau ini bukan salah kamu sepenuh nya, tp aku mohon hentikan semua ini"
Kataku mencoba menengahi masalah ini.
" Sulit untukku menghentikannya. Aku butuh biaya buat membelikan gerobak dagang ayahku yg di sita oleh satpol pp."
" tp apa harus pake jual tubuh mu segala?"
" terpaksa, dr pada aku harus mencuri dan aku tidak suka mengemis apalagi menerima belas kasih orang lain."
" oke, brapa yg kamu butuhkan untuk beli gerobak itu.?"
" 500 rb "
" besok aku kasi uang itu tp tolong jauhi papa nya Yuni."
" Maaf dik, aku bukan pengemis, aku nggak bisa terima uang km tanpa melakuan pekerjaan apapun dr km."
" trus km maunya apa?"
" Gimana klo aku layani km seperti papa nya Yuni?"
" km udah gila, mana mungkin Aku mengkhianati Yuni"
" ya udah mendingan aku dapat uang dr papa nya Yuni aja"
Lama kutatap mata ina untuk meyakinkanku tentang resiko yg akan terjadi klo aku mau menerima tawaran Ina. Dengan penuh rasa was - was aku coba menenangkan diri.
" Oke2. Gini aja " kupegang pundak nya sambil kutatap matanya dg serius. " Gimana klo km layani aku pake tanganmu aja, tanpa harus buka baju"
Dia berfikir sejenak sambil mengernyitkan dahi.
" oke deh aku mau, tp sekarang aja ya, biar besok uang nya sudah bisa aku terima."
Aku mengangguk tanda setuju. tanpa basa basi lg Ina langsung membuka celana dan cd ku.
Dipegangnya penisku yg masih layu, karena memang agak terasa canggung dalam kondisi terpaksa dilayani wanita yg tidak aku cintai. Apalagi di pikiranku terbayang bayang wajah Yuni yg seolah marah padaku. Tapi ternyata pikiranku tetap kalah oleh nafsuku, penisku perlahan menegang tanpa bisa kukendalikan lg. Sekuat apapun aku berusaha seolah olah penisku menjadi satu satunya bagian dr tubuhku yg berkhianat. Dengan kelembutan tangan Ina akhirnya penisku tegak berdiri dihadapannya. Nafas Ina semakin memburu dan suaranya semakin parau
" Diki aku cium penismu ya, aku gemes banget pengen mengulum nya "
Mataku melotot tanda tidak setuju, tp dia memaksa tanpa menghiraukan aku lg.
Dimasukkannya penisku ke dalam mulut nya dan " ahhhhh.... Ina km....hesss oohhhh.... Ina....jangan..." kucoba menahan kepalanya yg maju mundur. Rasanya campur aduk di dadaku. Antara kesetiaan, nafsu, dan kenikmatan. Akhirnya aku menyerah jg, kubiarkan Ina membuka seluruh seragamku. Dicium, diraba, dijilat nya semua bagian dr tubuhku. Tp saat dia mencoba mencium bibirku, aku berpaling, entah knapa aku masih merasa jijik dg Ina. Apa mungkin krn aku tidak mencintainya, walau sebenarnya wajah Ina lebih cantik dr Yuni. Ina yg ber wajah putih bersih khas gadis priyangan pastinya lebih menarik dibandingkan Yuni, tp dia lahir di kota pahlawan krn orang tua nya merantau ke kota ini dg berjualan siomay dan batagor.
" ahhhhhhh " aku memekik nikmat saat Ina melahap dua bola ku.
Ku coba mengikuti nafsuku, agar aku cepat kluar dan aku bisa mengakhiri semua ini.
Kubuka seluruh pakaian Ina, dia hanya tersenyum simpul padaku.
Kuraba putingnya yg hitam kemerahan, kupilin pelan dan lembut. " sshhhh, enak diki, teruskan " kepalaku ditariknya dan diarahkan ke dua bukit kembar itu, terasa kenyal menggairahkan. Gemes banget, Ingin rasanya ku gigit seluruh bukit itu.
Rupanya Ina sudah tak tahan, didorong nya aku sampai terduduk di bibir bak toilet. Perlahan diarahkan penisku kelubang syurga dunia nya. Dan " ahhh sshhh aduh dik, enak banget kontolmu, jangan cepet2 keluar ya"
Kubiarkan Ina yang bekerja sendiri, aku hanya bisa mendesah dan mengerang penuh kenikmatan. Baru 10 menit dia udah minta ganti posisi. Sekarang dia nungging sambil berdiri menghadap tembok. Saatnya aku yg bekerja, dg tempo sedang kugenjot Ina bertubi tubi. Keringat kami berceceran kemana. Plak plak plak " ohhh Ina kenapa lubangmu lebih nikmat, apa km jarang dipake??" aku meracau tak karuan
" Iya dik, aku baru 3 kali dipake, kamu suka??? "
" Iya aku suka ahh. Oohhh" aku tak tahan dengan lubang yg begitu sempit, hangat dan nikmat
" oh aku mau keluar Na, mau dikeluarin di mana?"
" terserah kamu dik, aku udah minum pil KB kok..sshhh arrhhh.."
Dan crot croott croottt, 5 kali tembakan aku keluarkan di dalam rahim Ina..
Nafas kami ngos ngosan seolah habis lari marathon.
" Ina tolong jaga rahasia ini ya, aku nggak mau sampai putus sama Yuni gara2 ini" pintaku padanya
" tenang aja Dik, aku bisa jaga rahasia kok, tp klo kamu mau lg, kamu bilang aja, lain kali gratis sayang" sambil mencubit manja penisku yg mulai mengkerut.
" ya udah ayo kita cepet balik ke kelas, besok aku kasi uang nya "
Setelah memakai kembali seragam kami, Ina keluar duluan dr toilet. Aku segera menyusul tp ternyata saat pintuku terbuka bersamaan dengan pintu toilet sebelah yg juga terbuka.
Muncul dr dalam toilet teman sekolahku yg seangkatan tp beda kelas, Aku kelas 3 A dia kelas 3 C.
" Diki " hardiknya...
" Novi !???? " aku sangat terkejut saat kutau yg menegurku adalah Novi, gadis berjilbab yang selalu taat pada agama, selalu ramah dan sopan pada semua orang.
Ya, Novita dwi anggraini biasa dipanggil Novi, gadis imut asal kota udang yang sangat halus suaranya, tubuh nya hanya 145 cm, dg buah dada yg hanya sedikit menonjol di balik jilbab yg ia kenakan.
Ayahnya seorang pengepul atau bisa dibilang bos barang rongsokan. Maka dia termasuk gadis yang berkecukupan. Setiap hari ia di antar dengan mobil kijang, mobil yg kala itu tidak semua orang bisa memilkinya. Mungkin itu salah satu alasan ayahnya jadi ketua komite di sekolah ini.

Novi menatapku tajam.
" Diki km lg ngapain tadi? "
Aku diam seribu bahasa.
" jawab dik, km mesum di sekolah ya? "
Aku langsung bergegas meninggalkan nya tanpa menjawab apapun pertanyaannya.
Aku langsung masuk kelas dan mendekati Ina, untung saat itu guru yang mengajar di kelas terlambat datang jd aku bisa langsung nyelonong masuk kelas.

" Gawat Na, gawat " kataku gugup
" gawat kenapa? Tenang, tenang. Coba bicara pelan - pelan." Ina mencoba menenangkanku.
" Tadi saat kita ditoilet ternyata ada orang di sebelah kita dan mendengar semua nya"
Dengan senyum tipis Ina menjawab " ohh biarin aja, palingan dia jg menikmati jg. Dia nggak bakalan berani lapor ke guru. "
" ya walau dia nggak lapor guru, gimana klo dia lapor ayahnya? "
" tenang aja, palingan jg ayahnya nggak peduli, emang siapa sih orang nya? " tanya Ina
" Dia Novi, anak kelas 3C yg ayahnya ketua komite itu loh "
" apppaaaa????, kok bisa sih dia ada di sana. dia kan anak kesayangan guru2, Biasanya kan dia ke toilet guru."
" nggak taulah, dia tanya aku lg ngapain di sana, ya aku tinggalin aja dia. Aku nggak bisa jawab apa2."

" Waduhh emang gawat, klo dia sampe ngadu ke ayahnya dan ayahnya bilang ke sekolah, bisa nyebar ke semua siswa. Bisa bisa km putus ama Yuni dan kita di keluarin dr sekolah " Ina akhirnya panik juga.
" itulah mengapa bisa jd gawat, km punya ide nggak buat nyelesaiin masalah ini ? " aku bingung hanya garuk2 kepala.

" ya udah lihat nanti dah Dik, kita coba cari dia saat pulang sekolah " kata Ina sambil mengeluarkan buku pelajaran krn guru yg mengajar sudah masuk kelas.

Siang hari waktunya pulang sekolah, Ina buru buru mencari Novi,
" Nov, Novi. Bisa kita bicara sebentar ." sambil menarik paksa tangan novi ke ruang UKS.
Novi berontak sambil berusaha melepaskan tangannya.
" Apaan sih Na, aku mau km apain? "
" Nov km td lihat aku ama diki di toilet ya? "
" klo iya knapa? Kalian itu seperti binatang, apa kalian nggak sadar itu perbuatan dosa? " dengan agak ketakutan novi mencoba menasehati Ina.
" Iya emang kami tau itu dosa, tp apa pernah kamu merasakan nikmat nya bercinta? Pasti belum pernah kan?, makanya km bisa bilang begitu."
" Ya emang belum pernah dan tak akan pernah melakukan nya sebelum aku nikah "
" oke terserah km, kita urus urusan kita masing2. asal km janji nggak bakalan laporin masalah ini ke siapapun termasuk sama ayahmu dan guru2 disini, klo sampe masalah ini bocor, berarti km yg lapor. Dan aku akan suruh preman2 buat perkosa km rame2"
Sungguh tak terduga Ina brani mengancam Novi seperti itu. Novi hanya diam sambil berlinang air mata.
Novi yang menangis sambil memejamkan mata perlahan tanpa disadarinya bibir Ina mengecup bibirnya dan langsung melumatnya. Novi tersentak kaget dan langsung mendorong Ina.
Dengan senyum kemenangan Ina berkata
" Itu baru DP sayang, klo km berani lapor, aku kasi yg lebih dasyat lg, hahahaha, Ina tertawa layak nya penjahat sadis."
" Baik baik aku akan tutup mulut "
Ina langsung meninggalkan Novi yg masih menangis sendirian di dalam UKS

Besoknya aku membawa amplop berisi uang yg telah aku janjikan kepada Ina.
" Nih duit kamu, udah beres kan urusan kita? "
" wah ternyata kamu tepati janji juga, oke deh makasih ya! "
Dia tersenyum lebar dan langsung menyimpan uang itu ke dalam tas nya tanpa dihitung dulu.
" Iya sama2, tp inget jauhi papa nya Yuni dan jgn km jual lg tubuh mu hanya karna butuh duit."
" Siap bos " kamipun tertawa bersama
" Eh gimana urusanmu dg Novi? Udah selesai? Oya cewek ku mana? Belum masuk juga? "
" cewek mu sakit, tuh surat nya. Masalah Novi udah aku beresin, tenang aja! "
Lalu dia menceritakan semua nya padaku
Aku hanya bisa jd pendengar setia yg nggak bisa komentar apa2.
Aku berkata " Syukur deh, mudah mudahan dia nggak bertingkah "
 
3 bulan sudah aku pacaran dengan yuni, semua berjalan lancar tanpa ada masalah yang berarti. Rahasiaku dg Ina pun tertutup rapi.
Hari2 ku kujalani dengan penuh kesibukan, pagi nya aku latihan lari setelah itu langsung masuk kelas dan belajar. Sorenya aku kerja di proyek.
Klo dirasakan sangat capek banget, tp kujalani semua itu dg penuh keikhlasan. Karena kesibukanku hubunganku dg Yuni cuma sekedar pacaran di sekolah, nggak ada waktu buat jalan2 apalagi ML. Yuni adalah wanita yg sangat pengertian, setia dan sabar, oleh karna itu dia tidak pernah menuntut apapun dr ku. Tp saat aku lg kerja ngaspal jalan raya terkadang aku tertarik sama barang yg dijual di toko yg ada di dekat tempat kerjaku. Kubeli barang itu untuk Yuni, cuma sekedar hadiah kecil untuk mengexpresikan rasa cintaku padanya. Kadang aku belikan boneka, kadang bros, bunga mawar, novel romantis, dan pernah aku belikan pakaian casual 2 stel. Semua itu aku lakukan tanpa pamrih krn kalaupun aku pengen ML dengan nya, tanpa hadiah pun dia pasti akan melayaniku dg ikhlas.

Suatu ketika aku ingin sekali membelikan mukena yg sangat indah, harga nya lumayan mahal, sekitar 300 rb, dg kurs sekarang mungkin jd sekitar 1,5 jt. Mukena itu terbuat dr kain sutra dan ada benang emas nya yg membuat nya jd tampak mewah.
Setelah kubeli langsung ku bungkus dg kertas kado dan esok nya kubawa kesekolah.

"Sayang aku ada hadiah buat kamu" kataku pda Yuni
" hadiah?, km tuh sering banget ngasih aku hadiah. Kamu tabung aja uang mu buat masa depanmu, nggak usah repot2 ngasih hadiah"
" Masa depanku adalah kamu, aku kerja buat kamu, wanita yg kelak jadi ibu dari anak - anakku "
Mendengar itu mata Yuni langsung meneteskan air mata.
Kuberikan kado itu padanya sambil kubelai pipinya.
" Buka deh, semoga kamu suka "
Dia membukanya dg pelan2, stelah terbuka dia langsung pasang muka heran.
" Knapa? Kamu nggak suka? " sambil ku ngenggam tangannya.
" Ini mukena yg bulan lalu ingin aku beli, kok kamu bisa tau keinginanku? "
Dengan senyum simpul kukatakan
" Aku nggak tau klo kamu pengen beli mukena itu, saat aku lihat barang itu yg terpajang di toko, aku langsung tertarik dan langsung kubeli "
" Tp harganya kan mahal banget, aku pengen beli tp tabunganku nggak cukup " antara senang dan bingung dia menerima barang dr ku, senang karena barang yg dia inginkan akhirnya ia miliki, bingung karena kasihan dg ku yg mau membelikan mukena yg sangat mahal.
Aku tak menyangka pagi itu adalah hari terakhir aku bersama Yuni.
Kami pulang kerumah masing2 setelah pulang sekolah, entah kenapa sepanjang perjalanan pulang hatiku resah sekali, ada yg beda. Kupandang Yuni yg berdiri dipinggir jalan sambil nunggu jemputan sambil kuberjalan makin jauh, makin jauh, makin jauh....Dan....
Ciiiiitttttt ciiitt cciiiittt bruakkk prankkk
Terdengar suara ban mobil yg sedang berdecit dan menabrak seseorang
Tp tunggu dulu..... Siapa yang ditabrak....
Aku kembali lari sekuat tenaga.
Yang kulihat darah berserakan ditengah jalan. Tampak mobil kijang super van terguling dan menghantam tembok.
Teman2 ku berteriak histeris....
" Yuni yuniiiiiii " tangisan mereka serempak dan saling bersautan.
Kulihat darah mengalir deras dari kepala Yuni.
Aku diam, terpaku,mematung. Dan tangisku pecah bersamaan dengan hancurnya hatiku menjadi berkeping keping.
Mukena yg kuhadiahkan padanya tampak digenggam nya dg erat walau kini sudah bersimbah darah.
Dengan sisa sisa tenaga dan kekuatan hati, ku ambil mukena itu dan ku tutupkan ke jasad nya.
Ya, wanita yang kusayangi telah pergi. Membawa kenangan terindah dalam hidupku, membawa semua masa depanku dan membawa harapan terakhirku.
Dalam kondisi goyah, rasanya aku butuh pelukan, pelukan yg dapat membagi lukaku, pelukan yang bisa sedikit menenangkan jiwaku. Tak kupikir lagi, aku langsung memeluk seseorang yg ada disampingku. Aku tidak peduli siapa dia. Dalam tangisku aku peluk ia dg erat sambil memejamkan mata hingga sekitar 10 menit.
Perlahan kulepas pelukanku dan mencoba membuka mataku dan berharap ini hanya mimpi.
Tp ternyata tidak, ini bukan mimpi, ini adalah kenyataan. Kenyataan bahwa aku telah ditinggal pergi oleh kekasihku.
Kulihat dihadapanku wanita yg matanya sembab habis menangis. Ya wanita ini yg kupeluk erat yang ternyata adalah Novi. Tak kupedulikan lg apapun kata teman temanku nanti. Yang pasti hatiku sudah lebih tenang.
Dari kejauhan terdengar suara sirine polisi dan ambulan yg suaranya makin memdekat.
Jasad Yuni langsung dibawa ke rumah sakit, aku mencoba untuk masuk ke mobil ambulan tetapi dilarang krn aku bukan keluarga korban.


Sebulan sudah Yuni meninggalku. Hampir setiap hari aku pergi ke makam nya untuk mendoakan nya dan ngobrol dg makam nya, memang tampak seperti orang gila tp itulah caraku untuk tetap mengingat nya.
Kelakuanku ternyata tak luput dr pengamatan Ina. Dia jg bersedih, tp dia bisa cepat pulih dibandingkan denganku.
Ina coba menghiburku
" Sudahlah diki, jgn kau bersedih terus, biarkan Yuni tenang di alam sana. Cobalah kau buka hatimu lagi untuk wanita lain, siapa tau kau bisa sedikit terhibur. Disini banyak cewek yang mau sama kamu "
Aku hanya diam menundukkan kepalaku.

Teng teng teng teng teng

Waktunya masuk kelas
Tp kok yang masuk kepala sekolah

" Anak2, bapak dapat kabar baru dr hasil otopsi jasad Yuni, ternyata saat meninggal Yuni sedang hamil 3 bulan,namun calon bayi itu tidak selamat.
Atas kejadian ini, bapak menghimbau kepada kalian semua untuk tidak melakuan sex bebas dan jauhi narkoba. Pikirkan masa depan kalian "

Aku kaget bukan kepalang, klo benar Yuni hamil 3 bulan berarti itu calon anakku karena saat aku melakukannya dengan dia tanpa sadar aku keluarkan spermaku di dalam, krn dia pernah cerita klo setelah aku yg ML dengannya, tidak ada laki2 lain lg yg menyentuhnya krn pamannya sudah kerja ke luar negeri.
Ina menggenggam erat tanganku krn pasti dia tau apa yg ada dipikiranku.

Saat jam istirahat aku duduk di kursi taman sambil mengingat kenangan indahku bersama Yuni.
Tiba tiba ada yang menegurku dr belakang
" hai diki, boleh aku duduk disini? " dg senyum manis dihiasi lesung pipit yg menawan Novi mencoba membuyarkan lamunanku.
" lagi mikirin siapa? Yuni? "
Aku mengangguk kecil
" Beruntung sekali Yuni dapat cowok seperti kamu, udah baik, romantis dan pengertian lagi. Aku jadi ngiri. Hehehe "
Aku hanya senyum tipis mendengar pujiannya.
" aku sudah mendengar semua tentangmu dr Ina dan teman2 yang lainnya " lanjutnya
" Ah mereka terlalu melebih lebihkan " kilahku tanpa sedikitpun ku pandang wajahnya.
" Oya ntar siang saat pulang sekolah anterin aku nyari buku yuk "
Sebenarnya aku malas mau kluar, tp dia memaksa dan akhirnya aku mau jg.
Dalam perjalanan dia banyak cerita ttg keluarganya yg lagi broken home. Ayahnya nikah lagi dan nggak peduli lagi dengan nya dan ibunya. Dalam situasi seperti itu ibunya menyuruh nya berhenti sekolah saat tamat SMP nanti yang memang kurang 3 bulan lagi.
Setelah berhenti sekolah pilihannya hanya 2, yaitu bekerja atau menikah dgn orang yg bisa mencukupi kebutuhan keluarnya.
Setelah mendapatkan buku yang dia cari akupun ingin segera pulang namun Novi memaksaku untuk mengantarkannya pulang.
Sampai dirumah keadaan nya sepi.

Tok tok tok
" Assalamu 'alaikum buk "
" Wa'alaikum salam, Loh Nov ini siapa? "
" Ini Diki buk, teman sekolahku "
Aku bersalaman dengan ibunya novi
" Saya Diki Tante, teman sekolahnya Novi "
" Oh... Silahkan masuk, anggap rumah sendiri, kebetulan ibu mau ke rumah nenek karena nenek lagi sakit, mungkin ibuk pulang nya besok pagi, Novi kamu jaga rumah dulu ya! "
"Iya buk"
Ibunyapun berlalu pergi menggalkan kami berdua. Oya Novi ini anak tunggal, makanya rumahnya sepi.

" Diki kamu di duduk disini dulu ya, aku mau mandi dan ganti baju. Klo km gerah ntar gantian mandinya "

Novi langsung beranjak ke kamarnya, beberapa menit kemudian terdengar suara cipratan orang yang sedang mandi. Aku yang duduk bengong melihat ada video player yang bisa aku putar. Kucoba menghidupkan nya dan ternyata bisa. Didalam nya sudah ada kaset beta nya. Tinggal langsung nonton. Sekilas aku faham film yg aku tonton. Ya benar, ini blue film atau bf.
Yuni yg baru keluar dr kamar mandi tampak wangi dan seksi, karena dia hanya mengenakan handuk yg dililitkan menutupi bagian payudara dan vaginanya.
" Nov kok kamu punya film ginian sih? "
" oh itu punya papaku, dulu dia sering nonton film itu malem2 sama ibuk ku, habis itu mereka indehoi deh. Hahahahha"
" hehehe, kamu ngintip ya? "
" ya habis aku penasaran aja kok tengah malem ada suara berisik di ruang tamu, aku intip eh ternyata mereka "
" kamu pernah nonton sampe habis nggak nov? " selidikku
" nggak lah mana sempat aku nonton, bapak ibukku selalu ada di rumah "
" Ya udah mumpung lagi sepi kita nonton bareng yuk " ajakku
Tanpa diduga Novi menerima ajakanku
" Oke tp km mandi dulu sana, bau tau "
" ya udah mana handuknya " dengan jahil aku tarik handuk yang sedang dipake Novi, akhir nya dia teriak karena langsung telanjang bulat didepanku " Diki" sambil matanya melotot. tubuhnya putih mulus seperti cewek jepang, bulunya tampak tercukur rapi.
Dengan tertawa puas aku langsung lari meninggalkan Novi di ruang tamu

Setelah mandi kuhampiri Novi yang sudah pake baju baby dol tanpa jilbab.
" ngapain pake baju sih nov, toh aku jg udah tau isinya, hahahahaha " candaku
Dibalas nya dengan berkata
" Ihhh najis " tp tidak terlihat dia sedang marah.
" Serius amat nonton nya, pengen ya? " godaku lagi
Dia hanya senyum2 malu

Kuhampiri Novi dari belakang dan ku peluk mesra, kukecup tengkuknya dan dia mendesah. Desahan itu makin membuatku bangkit.
"Nov kita lakukan yuk! "
" jangan dik, aku belum pernah"
" aku jg belum pinter, tapi apa salahnya dicoba"
Dia hanya memejamkan matanya tanda setuju.
Langsung kutindih tubuhnya dan kuserang dg ciuman yang bertubi tubi. Dari kenig, pipi, bibir, leher. Perlahan kusingkap kaosnya dan kubuka semua nya. Wow indah nya tubuh Novi tak bisa kukatakan lg. Puting nya yang pink makin membuatku panas.
Perlahan kupilin dan kuhisap bergantian. Memang beda rasanya pemanasan dg wanita perawan, ada sensasi luar biasa.
Jilatanku terus menjalar ke bawah dan akhirnya sampai pada vaginanya, bau nya sangat wangi karena memang dia habis mandi dan mungkin rutin perawatan. Kujilat semua permukaan vaginanya, desahannya makin kuat dan menggairahkan. Tampak selaput dara yang masih rapat di dalam vaginanya.
" ohhhhh dik, enak banget, teruskan dik " dia mulai meracau nikmat sambil meremas dan mengacak ngacak rambutku.
Jilatanku semakin cepat dan akhirnya " ahhhhhhh dikkkk aku keluar" Stelah mengatur nafas Novi membuka matanya dan langsung dihapannya ada penisku yang siap menantang.

Walau dia masih perawan tp dia tau maksudku,berbekal film yg kami tonton perlahan Novi belajar langsung praktek. Dilahapnya penisku dengan hati2. Tampak sepertinya agak jijik tp dia memaksakan diri. Sluppp slupp " ahhh Novi enak banget sedotanmu, terus sayank ahhh oohhh sshhhh "
Semua bagian dia lahap hingga ke testisku.
Tak mau kalah duluan akupun menarik batangku dari mulutnya dan langsung mengarahkan ke vaginanya
" Diki pelan2 ya, aku masih perawan "
Ku balas dg senyuman dan anggukan.
Kucoba memasukkan penisku ke vaginanya tp ternyata meleset. Ku coba lagi dan ......
" Aduuuhhhh, sakit dik, huhuhu." Novi menangis merasakan perih dalam vaginanya
Kubiarkan dia tenang dulu. Lalu kucoba memompa nya dengan pelan pelan. Rasanya sangat sempit dan nikmat, jauh lebih nikmat dibandingkan dengan Yuni atau pun Ina. Tiap detik demi Detik kunikmati syurga dunia ini, " ahhh aku sayang kamu Nov, enak banget vaginamu nov,"
" iya dik, aku jg sayang kamu, terus dik jgn berhenti."
Segala gaya ku coba, dan akhirnya setelah 30 menit aku nggak kuat jg " Nov aku mau keluar. Ohhhh crot crott crott. " tembakan keras berkali kaki langsung menghujam ke dalam vagina Novi.
Nafas kami tak beraturan.
" makasih sayang untuk semuanya " kuberikan kecupan terindah buat Novi.
" Sama2 sayang, aku rela memberikan mahkotaku padamu karna aku yakin kamu laki2 yg bertanggung jawab " kami tertidur di sofa hingga malam hari. Dan malam nya kami melakukannya hingga menjelang pagi.
Apa yang terjadi pdaku akupun tak tau, ratapanku setelah ditinggal Yuni kini telah hilang berganti kebahagiaan. Aku tak tau sampai kapan aku bisa bertahan dengan Novi. Biarlah waktu yang akan menjawab nya

The Chronicles of Three Family: Album Perkembangan Fitri 2

Malamnya, Mbak Milla menghubungiku. Aku merasa ini ada kaitannya dengan adegan panas yang kulakukan bersama putri sulungnya, yang dilihatnya sebelumnya.

Kuketuk pintu rumahnya, dan kulihat Fitri, yang sedang menunduk, dengan kain kaftan dan jilbab. Tak kulihat Fira. Anak itu memang lebih dekat dengan ibunya daripada Fitri.

“"Fira mana, Mbak?”" tanyaku.

“"Main ke rumah temannya."” jawab Mbak Milla membuka pembicaraan.

"“Dah berapa lama, Dik Fariz?”" tanya Mbak Milla. Nada suaranya jelas mengancamku. Nada suara yang biasa dipakainya untuk menghadapi laporan dari pegawai yang menghindari tanggung jawab. Hatiku membeku mendengar kata-kata Mbak Milla. Mbak Milla sedang membahas hubunganku dengan putri sulungnya, dan pilihannya jelas antara kantor polisi atau KUA.

Kuputuskan untuk jujur kepadanya, karena aku sudah bertekad untuk menyelesaikan masalah yang menghantuiku ini secara sah dan legal.

"“Empat, Mbak,”" jawabku.

“"Empat bulan?”" tanyanya memicingkan matanya.

“"Empat tahun," Mbak,” jawabku.

“"Empat tahun? Dari Fitri umur tiga belas tahun? Dik Fariz ini pedofil ya?"” tanya Mbak Milla tajam. Aku langsung terdiam mendengar kata-katanya.

"“Gini, Dik Fariz. Mbak sudah tahu dari dulu, gimana deketnya Dik Fariz sama Fitri. Mbak nggak melarang kalo kalian berdua mau deket-deketan,”" ujar Mbak Milla, "“Tapi, tolong pakai otaknya ya, Dik. Dik Fariz bisa dipenjara lho kalau orang lain tau lalu ngelaporin hal kayak gini. Kalo Dik Fariz dipenjara, siapa yang bakal jagain Fitri dan Fira, sementara Mbak sama Mas Zain sibuk?”".

Kutundukkan kepalaku, tak berani menatap wajahnya. Wajah yang biasanya teduh itu benar-benar terasa mengintimidasiku.

“"Fitri juga,"” ujarnya memalingkan kepala ke arah Fitri, "“Fitri sayang Oom Fariz?”". Kulihat wajah Fitri mengangguk.

"“Kalo Fitri benar-benar sayang Oom Fariz, harusnya Fitri bisa nahan diri dan ngingetin Oom Fariz kalo yang Oom Fariz lakuin itu salah,"” tegur Mbak Milla tajam kepada putrinya itu

Kulihat wajah Fitri terlihat murung. Akhirnya dengan satu tarikan napas panjang, Fitri berterus terang bahwa semua yang kami lakukan adalah berdasarkan keinginannya sendiri.

"“Mama, Fitri tau apa yang Fitri lakuin ini salah, tapi Fitri ngerasa kalau Oom Fariz suka sama Fitri. Tapi..., tapiii....,"” bela Fitri, "“Oom Fariz nggak pernah mulai. Jadi...,”" .

"“Jadi, Fitri mulai duluan gitu?”" tanya Mbak Milla, "“Fitri, kalau ada orang lain yang lihat, Oom Fariz bisa dilaporin ke polisi. Bisa dipenjara lho. Fitri mau Oom Fariz dipenjara?”".

Kulihat Fitri menggelengkan kepalanya dan menutupi wajahnya. Sepertinya dia tidak mampu membayangkan kalau aku akan dipenjara karena ulahnya.

“"Makanya, mikir!”" bentak Mbak Milla akhirnya, meledak, “"Jangan cuma kontolnya Oom Fariz doang dipikirin!”".

Tentu saja tidak benar bahwa Fitri hanya memikirkan kontolku. Kutahu hal itu karena akulah yang mengambil rapornya di sekolah apabila Mbak Milla sedang sibuk mengurus bisnis bersama Mas Zain dan kemudian dibantu Mbak Ifah. Nilai-nilainya tak pernah di bawah delapan puluh dari nilai tertinggi seratus. Bahkan beberapa kali ia menduduki posisi juara kelas sejak SMP hingga SMA. Hal ini sangat menakjubkanku.

Malah sebenarnya Fitri lebih butuh hiburan serta perlindungan. Itulah salah satu alasan mengapa aku mengizinkan Fitri belajar di rumahku, yang menjadi awal hubunganku dengannya.

"“Tapi Mbak ngasih pil antihamil ke Fitri?”" tanyaku ketika teringat fakta tersebut.

"“Itu karena Mbak mikir kalo Fitri punya pacar, pacarnya pasti seumur dia, Dik Fariz; bukan seumur Dik Fariz. Mbak percaya sama Dik Fariz, tapi sebagai wali, bukan sebagai oom-oom pedofil,"” jawab Mbak Milla tajam.

“"Jadi, Mbak lebih suka Fitri punya pacar yang belom bisa ngejagain dia? Yang belom bisa ngajarin dia? Yang belom bisa ngayomin dia? Yang belom bisa ngebiayain dia?"” balasku akhirnya, sama tajamnya. Kulihat Mbak Milla berjengit, kulanjutkan, “"Mbak, kalo Fitri waktu itu punya pacar yang seumur dia, terus dia sampe hamil, pacarnya yang seumur dia itu dah bisa kasih makan dia belom?”".

Mbak Milla hanya terdiam mendengar kata-kataku yang setajam itu, barangkali karena dia tidak membayangkan hal-hal tersebut terjadi pada putrinya.

"“Mbak Milla, memang yang kami lakukan ini salah. Tapi saya mohon, beri saya kesempatan buat nebus kesalahan saya,"” tukasku.

"“Nebus? Harus, itu!"” sambar Mbak Milla tajam, "“Dengan cara apa Dik Fariz mau nebus kesalahan Dik Fariz sama Fitri?”".

"“Saya mau nikah sama Fitri. Saya siap ngejagain Fitri. Saya siap ngelamar Fitri,"” jawabku berusaha membela Fitri yang matanya mulai berkaca-kaca, “"Saya mau Fitri jadi istri saya. Saya mau Fitri melahirkan anak-anak saya.”". Aku jatuh iba melihatnya membela diriku.

"“Memangnya Dik Fariz mau nikahin Fitri? Mau ngejagain Fitri seumur hidup Dik Fariz? Mau jadi ayah buat anak-anak Fitri?"” balas Mbak Milla masih tajam. Kuanggukkan kepalaku tanpa ragu.

"“Saya bersedia, Mbak!"” jawabku tanpa ragu pada akhirnya. Sejenak Mbak Milla menatap mataku, seolah mencari sedikit saja dusta dan keraguan di sana. Namun, tekadku sudah bulat. Apapun akan kulakukan untuk bersama dengan Fitri, sebagai bukti tanggung jawab dan cintaku pada kekasih muda berjilbabku yang sudah sering kujamah ini.

Menyadari bahwa dia tidak menemukan apa yang dicarinya, Mbak Milla pun mendesah pelan, dan memalingkan pandangan ke arah Fitri. Agaknya, Mbak Milla menyadari kebulatan tekadku, karena dia tidak menekanku lebih lanjut lagi. Aku bersyukur Mbak Milla tidak menekanku, karena bisa saja aku akan bertindak bodoh dan nekat untuk bisa bersama dengan putri sulungnya itu.

"“Gimana, Fitri? Oom Fariz sudah nawarin ke Mama buat ngelamar Fitri, sekarang keputusan ada di tangan Fitri. Fitri mau nikah sama Oom Fariz?"” tanya Mbak Milla pada putrinya itu. Fitri hanya menganggukkan kepalanya. Melihat putrinya itu, Mbak Milla pun hanya mendesah pelan.

"“Kalo gitu Dik Fariz, saya mau Dik Fariz nggak berhubungan suami istri lagi sama Fitri. Nggak sebelom akad. Ciuman enggak. Pelukan juga nggak. Habis itu, mari kita atur nikahnya Dik Fariz sama Fitri,"” jawab Mbak Milla yang segera menoleh ke Fitri, "“Gimana, Fitri? Nggak ada hubungan seks lagi. Ciuman ato pelukan juga nggak. Akad habis lulus. Sepakat?”". Kekasih mudaku itu hanya menganggukkan wajahnya.

"“Mama mau ngobrol dulu sama Oom Fariz. Kamu masuk kamar dulu,"” perintah Mbak Milla pada Fitri. Wajah gadis itu hanya tertunduk saja. Mbak Milla menatap anak gadisnya yang berlalu dan kembali menatapku sembari menghela napas panjang.

“"Dik Fariz, maafin Mbak. Sebenernya Mbak kecewa sekaligus lega,"” tutur Mbak Milla, "“Mbak kecewa terjadi hal seperti ini. Tapi Mbak lega Fitri memilih Dik Fariz, bukan orang lain”".

Aku terdiam mendengar hal itu, merasa malu karena Mbak Milla akhirnya mengetahui hubunganku dengan Fitri, dan berterima kasih karena Mbak Milla tetap mempercayaiku setelah apa yang sudah terjadi pada putrinya itu.

"“Dik Fariz,"” lanjut Mbak Milla, "“Benernya Mas Malik sudah nganggep Dik Fariz adik Mas Malik sendiri. Waktu Mas Malik meninggal, Mas Malik titip pesan ke saya, kalau ada apa-apa sama saya dan Mas Malik, kami harap Dik Fariz mau ngurus Fitri dan Fira.”".

Mendengar penuturan Mbak Milla, aku tak bisa menahan diriku lagi. Erangan penyesalan keluar dari mulutku, bersama air mataku yang mulai mengalir, seiring kenanganku akan kenikmatan terlarang yang telah kulakukan bersama putri sulungnya itu.

“"Udah deh, Dik Fariz. Mungkin takdirnya emang gini. Muter dulu ambil jalan yang salah, biar bisa nyampe ke tujuan,"” ujar Mbak Milla pasrah menepuk bahuku berusaha menenangkanku, “"Udah. Stop nangisnya. Mbak nggak mau lho, Fitri punya suami cowok cengeng.”".


***​

Tahun itu, aku mengunjungi keluarga besarku di kampung bersama Mbak Milla untuk memperkenalkan Fitri pada kedua orang tua dan adik-adikku. Ayah dan ibuku yang berusia sepuh itu kaget sewaktu aku memperkenalkan calon istriku pada mereka.

"“Akhirnya, ada cewek yang mau sama kamu ya, Riz. Kamu yang dulu grogi kalo dideketin cewek seumuran kamu,”" ujar ayahku kalem saat kami sedang bicara berdua mengenang masa kecilku.

"“Eh, emang iya, aku kayak gitu?"” tanyaku. Ayahku mengangguk pelan.

"“Mau kopi?”" tanya ayahku. Kutahu beliau biasa menyuguhi kopi pada seseorang kalau hendak bicara lama. Kuanggukkan kepalaku.

“"Apa kamu sudah sembuh?”" tanya ayahku lagi, setelah kami menyeruput kopi masing-masing. Kutahu yang ia maksudkan. Sebagai mantan dokter yang juga pernah belajar psikologi dasar manusia, dia pasti tahu banyak mengenaiku. Aku tidak terlalu suka membahas hal itu.

"“Yah, aku sudah bilang, aku nggak suka bahas hal itu,"” jawabku sebelum menambahkan, "“Lagian, kalau aku sembuh, aku nggak bakal bisa deket sama dia, ‘kan?”".

"“Ayah bicara nantinya, Nak,”" jawabnya, "“Kalau kamu nantinya punya anak gadis."”.

"“Tidak,"” jawabku akhirnya. Tentu saja tidak. Aku masih cukup waras untuk mengetahui yang mana anakku dan yang mana yang bukan.

Kami berada di sana selama seminggu, sebelum pulang ke kota dan mulai menyiapkan acara pertunanganku dengan Fitri.

***​

Acara pertunanganku dengan Fitri baru saja tuntas, dengan cincin tunangan melingkari jari manis tanganku dan tangan Fitri. Aku sedang berdiri bersandar di sebuah tembok merenungkan seluruh perjalanan panjang kami untuk bisa bersama.

"“Tuh, kenalan sama Oom Fariz, tuh”," seorang pria yang sedang menggendong anak laki-laki kecil yang lucu sambil mengulurkan tangan sang anak kepadaku, “"Oom Fariz, kenalan doooong. Ini Daus.”".

Aku hanya tertawa saja sambil mengulurkan tanganku menyambut tangan sang balita. Tentu saja aku tahu siapa dia. Hampir setiap hari raya, Mbak Milla mengajakku berkumpul bersama keluarga besar Mendiang Mas Malik.

“"Oyoyoyoyoy,”" ujar sang pria, Mas Zain, ketika si anak berontak dari gendongannya. Untunglah kulihat Mbak Ifah dengan sigap menghampiri mereka, mengambil alih gendongan sang anak. Kulihat kereta bayi mereka yang berisi satu orang bayi perempuan.

"“Udah, jangan cilukba-cilukbaan sama Ida. Ntar ditaksir lagi kayak waktu sama Fitri. Dah punya Fitri juga,"” canda Mas Zain, menyebut pertemuan pertamaku dengan Fitri. Aku hanya tersenyum kecil saja mendengar candaannya.

"“Meh...,"” seru Mas Zain menggelengkan kepalanya, setelah menyerahkan anak sulungnya pada istrinya yang cantik itu, “"Mas Fariz, kalo udah punya anak dari Fitri, Mas Fariz harus siap kayak gini lho, Mas.”".

"“BTW, Mas Fariz, akhirnya setelah aku tunggu-tunggu kapan Mas mau lamar Fitri, sekarang terwujud juga,”" ujarnya, "“Usaha lancar, Mas?"”. Kuanggukkan kepalaku. Saat itu aku adalah salah satu rekanan bisnis terbaiknya. Tentu saja dia tahu usaha yang kumiliki.

"“Yaaaa, kalo nggak begini, mana berani aku ambil resiko ke Mbak Milla buat ngelamar Fitri, Mas,"” tukasku jujur. Sejujurnya, pilihanku hanya dilaporkan ke kantor polisi atau menikahi Fitri. Seandainya aku benar-benar miskin, aku tidak akan senekat itu melamar Fitri yang masih kelas tiga SMA.

Kurasa Mas Zain mengerti sedikit mengenai kecemasanku, karena pria yang beberapa tahun lebih muda dariku itu menepuk bahuku.

"“Tenang, aku tau Fitri bakal jadi ibu yang baik buat anak-anak kalian,”" tuturnya menenangkanku, sebelum meminta, “"Jagain Fitri ya, Mas.”".

***​

Aku dan Fitri menikah tahun itu, di hari ulang tahunnya yang kedelapan belas, segera setelah Fitri dipastikan lulus SMA, dengan Mas Zain sebagai wali nikah Fitri.

"“Saya nikahkan keponakan saya Fitri Juliana Syaifuddin, dengan Saudara Fariz Haryanto Bimasatya, dengan mas kawin sekeping emas Antam seratus gram beserta sertifikat aslinya, dan seperangkat alat ibadah,"” ujar Mas Zain dalam acara akad nikahku dengan Fitri yang langsung kusambar, “"Saya terima nikahnya."”.

“"Oom, aku jujur, aku lega lho waktu Oom akhirnya ngelamar aku. Aku ngerasa bersyukur banget nggak salah pilih orang buat jadi pendamping aku. Aku ngerasa, Oom akhirnya mau tanggung jawab,”" komentar Fitri kepadaku pada malam pertama kami sebagai suami istri.

***

TAMAT​

The Chronicles of Three Family: Album Perkembangan Fitri 1

Namaku Fariz Haryanto Bimasatya. Tahun ini usiaku tiga puluh tujuh tahun. Aku termasuk orang yang cukup berada, dengan memiliki bisnis jual beli online dan pembuatan situs web. Aku sangat mencintai istriku, yang berumur hampir 20 tahun lebih muda dariku. Apalagi, hubungan di antara kami sudah lama terjalin.


***​

Kisah ini berawal ketika aku masih berada di bangku kuliah. Usiaku dua puluh tahun waktu itu. Pertama kali aku melihat istriku, dia adalah seorang bayi berumur satu tahun dalam kereta bayi yang didorong oleh sepasang suami istri muda.

Aku mengenal keluarganya karena aku diundang ke acara perkenalan keluarganya pada tetangga ketika mereka baru pindah ke lingkungan tetanggaku. Ayahnya, yang bernama Malik, sulung dari tiga bersaudara, adalah seorang anggota ormas keagamaan moderat dan pengusaha yang berkecukupan, yang berusia enam tahun lebih tua dariku. Ibunya, yang bernama Milla, seorang guru yang berusia lebih tua lima tahun dariku.

Sering aku melihatnya saat ia didorong dalam kereta bayi bersama orang tuanya. Terkadang aku iseng bermain cilukba dengannya. Orang tuanya hanya tertawa melihatku mengajak anak mereka bermain.

***​

Kira-kira setahun setelah perpindahan keluarga kecil itu, anak kedua mereka lahir, seorang bayi perempuan. Mereka mengundang tetangga mereka ke acara mereka untuk bayi baru lahir. Aku datang karena kupikir tidak apa-apa datang ke sana, sekaligus berburu gulai dan sate kambing gratisan.

Di acara itu, aku melihat bayi itu sedang duduk di kursi bayi, sudah tumbuh menjadi seorang balita berumur dua tahun. Pipinya tidak terlalu tembam, tapi tetap imut. Terbayang olehku bahwa dia akan tumbuh menjadi gadis yang cantik.

***​

Tiga tahun kemudian, bayi yang lucu itu tumbuh menjadi anak balita yang imut dan cantik berusia lima tahun. Fitri, demikianlah mereka memanggilnya, jarang aku melihatnya menangis, baik saat terjatuh ataupun saat digoda oleh teman sebayanya. Aku kadang merasa trenyuh saat melihatnya diganggu oleh teman sebayanya.

"Biarin aja, Dik Fariz. Biar Fitri makin kuat mentalnya." jawab Mbak Milla sewaktu aku mengeluhkan anak-anak yang sering mengerjai Fitri. Kulihat Mas Malik setuju dengan kata-kata Mbak Milla. Akhirnya aku pun membiarkannya.

***​

Ketika Fitri berumur enam tahun, Mas Malik meninggal karena kecelakaan kendaraan bermotor. Di upacara pemakaman Mas Malik, aku melihat Fitri menangis. Saat itu aku pertama kalinya berkenalan dengan paman-pamannya, seorang pria berumur dua puluh tahunan akhir yang terlihat sakit-sakitan dan seorang pria tampan berumur dua puluh tahunan awal.

"Adiknya Mas Malik, Mas?" sapaku pada seorang pria yang agak mirip dengan Mas Malik. "Oh? Oh iya, Mas" balasnya. "Fariz, Mas" kuulurkan tanganku padanya untuk menjabat tangannya.

" Oh? Oh, iya Mas. Zainal," jawabnya menjabat tanganku. "Panggil saja Zain, Mas. Ini Rahman, Mas. Kakak saya" ujarnya memperkenalkan pria ringkih yang duduk di sebelahnya dengan seorang wanita, sepertinya istri dari si pria pesakitan itu. Muncullah Mbak Milla, yang menghampiri kami.

"Lho, Dik Fariz? Sudah kenalan sama Dik Rahman sama Dik Zain, ya?" tanya Mbak Milla. Kuanggukkan kepalaku. "Dik Fariz, dicari Fitri tuh" ujarnya, menunjuk ke dalam rumah.

"Oom" panggil Fitri kepadaku yang duduk di sampingnya, mengutarakan kekhawatirannya yang disembunyikannya selama pemakaman ayahnya, "Siapa yang bakal nemenin Fitri ntarnya?".

"Mang Zain juga masih ada, terus Mama juga masih ada. Oom juga masih ada" jawabku berusaha mengusir rasa khawatir yang kurasakan dari nada suaranya. Fitri masih tetap menangis terisak-isak. Akupun merasa iba melihatnya menangis terisak-isak. Kurangkul tubuhnya dan kuelus kepalanya, berusaha menenangkannya.

Tak lama kemudian, Mbak Milla menghampiriku dan Fitri, yang ternyata sudah tertidur dengan kepala bersandar di pangkuanku. Mbak Milla memintaku menggendong putrinya itu ke kamarnya, yang segera kuturuti. Setelah menaruh gadis kecil ini di kamarnya, aku segera berlalu, tak lupa sebelumnya kupasang selimut untuknya supaya tidak masuk angin.

***​

Setelah Mas Malik meninggal, Mbak Milla membesarkan Fitri seorang diri. Untunglah, Mas Zain dan Mas Rahman yang mengurusi bisnis keluarga Mas Malik tidak menelantarkan keluarga kakak sulung mereka. Mbak Milla pun berhenti mengajar dan mulai bekerja membantu bisnis keluarga mereka.

Celakanya, hanya enam bulan setelah Mas Malik meninggal, tiga bulan setelah Mas Zain lulus kuliah, giliran Mas Rahman meninggal karena sakit. Memang sewaktu ke pemakaman Mas Malik, Mas Rahman tidak pernah terlihat sehat. Beban Mas Zain dan Mbak Milla semakin besar untuk usaha mereka, terutama karena Mas Rahman mengurusi keuangan perusahaan mereka sewaktu beliau masih hidup. Kudengar dari Mbak Milla, Mas Rahman meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan seorang anak laki-laki. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya dengan anak-anak itu.

Ketika setelah itu Mbak Milla semakin sibuk dengan kegiatan bisnisnya, Fitri semakin sering tinggal hanya berdua bersama Fira di rumahnya. Supaya Fitri (dan juga Fira) ada pengawas di rumah, Mbak Milla memintaku menerimanya di rumah.

"Maaf ya, Dik Fariz" tutur Mbak Milla membuka percakapan kami, "Karena Mbak akhir-akhir ini makin sibuk kerja buat anak-anak juga, Mbak minta Dik Fariz nemenin anak-anak, sekalian tolong bantu belajarnya anak-anak, ya". Aku menyanggupinya.

***​

Ketika usia gadis itu mencapai sepuluh tahun, aku mendengar dari Mbak Milla bahwa ia mendapat mensnya yang pertama. Darahku berdesir sewaktu mendengar bahwa ia telah tumbuh menjadi gadis remaja kecil.

"Dik Fariz, aku tahu kamu suka sama Fitri dari waktu pertama kali kamu ketemu dia. Tapi tolonglah, tunggu sampe dia bisa milih. Aku percaya kalo kamu bisa nunggu, kok," pinta Mbak Milla sambil tersenyum.
Tak terasa sudah tiga tahun lebih berlalu sejak Mbak Mila menitipkan Fitri padaku. Akupun berusaha memenuhi harapan Mbak Milla. Aku bertekad menjaga kepercayaan yang diberikan Mbak Mila padaku. Kadang kalau Mbak Milla atau Mas Zain sedang sibuk, Mbak Milla memintaku menemani Fitri untuk membeli keperluannya.

"Oom Fariz, sini Oom," panggil Fitri dari dalam kamarnya ketika aku berkunjung ke rumahnya untuk mengantar surat, "Oom bisa ajarin aku, nggak? Ada PR, nih.".

"PR? Yang mana, Fit?" tanyaku, "BTW, Fira ke mana?"

"Fira masih lama pulangnya, Oom," jawabnya sembari mengulurkan sebuah buku ke arahku, "Ini lho, Oom... Aku nggak enak kalau harus minta tolong ke yang lain.".

'Berarti cuma kita berdua, ya?' pikirku membuka-buka buku itu. Pendidikan Seksual Bagi Remaja. Darahku terasa berdesir saat Fitri menggelendot di sampingku. Kurasakan buah dadanya yang baru tumbuh dan tertutup seragam sekolah, yang selama ini terbungkus pakaian longgar, menekan lenganku.

"Kenapa nggak nanya sama Mama?" tanyaku kalem sambil tersenyum, "Hmmm?".

"Habis, Mama...," Fitri tersipu-sipu malu.

"Fitri malu nanya kayak gini sama Mama?" tanyaku lagi. Kulihat Fitri menganggukkan kepalanya. Akhirnya akupun setuju.

Kubuka buku itu sambil menjelaskannya satu persatu. Tentu saja aku paham anatomi tubuh manusia. Ayahku dulu adalah seorang dokter, sebelum beliau dipidana karena kasus malpraktik, dan setelah beliau bebas, beliau mengundurkan diri dari dunia kedokteran dan mengasingkan diri ke pedesaan. Alasanku memilih ilmu IT, adalah karena lebih mudah menjadi anonim di dunia maya.

"Jadi gitu toh, caranya ya Oom?" tanya Fitri yang bersandar di bahuku. Kuanggukkan kepalaku.

Mendadak Fitri mendekatkan bibirnya ke bibirku. 'Eh, apaan nih?' pikirku. Kutatap wajah yang terbalut jilbab putih itu. Wajah yang biasanya kalem itu menatapku tajam, menyiratkan birahi yang membara, seolah menyampaikan, 'Inikah yang selama ini kau inginkan? Aku sudah siap.'.

Akupun membalasnya, dan kamipun berciuman. Nafsuku naik dengan cepat hingga menutupi pikiranku bahwa gadis yang sedang menciumiku ini adalah seorang siswi SMP berumur tiga belas tahun.

Sembari berciuman, kurangkul tubuh mungilnya dan kurebahkan ke ranjang. Kuhisap-hisap bibirnya, dan kurasakan napasnya. Kumasukkan lidahku ke bibirnya, dan iapun membalas dengan memainkan lidahnya. Terasa bahwa gairah seksualnya semakin meningkat. Ternyata dia termasuk cepat belajar mengenai seks.

"Oom..." desahnya pelan, saat aku menciumi lehernya yang tertutup jilbab kaus. Kudengar deru napasnya di telingaku. Begitu indah bagiku saat itu.

Perlahan kulepas kancing-kancing baju seragam sekolah berlengan panjang yang dikenakannya. Lalu kubuka seragamnya beserta kaus dalamnya. Terpampang buah dada yang baru tumbuh, yang berbalut BH trainingnya. Kulepas BH trainingnya dengan perlahan. Kini, Fitri hanya tinggal mengenakan rok panjang biru serta jilbab kaus.

Melihat hal itu, aku semakin bergairah. Kusingkap jilbab kaus yang dikenakannya dan kusambar payudara yang baru tumbuh itu dengan mulutku. Kumainkan puting susu yang berwarna coklat itu dengan bibir dan lidahku.

"Ouhh..., ahh..., emhh..., ahhh..., ouhh...," desahan dan racauannya ketika kulumat payudara yang baru saja tumbuh itu dengan bibir dan lidahku. Tidak lupa kupilin-pilih putingnya yang indah itu. Alhasil, buah dadanya pun basah kuyup terkena air liurku dan keringatnya.

Kusibakkan rok panjang biru seragamnya hingga sampai di perut dan kukangkangkan kakinya. Terpampang di hadapanku gundukan yang tertutup celana dalam putih yang sudah mulai basah di tengahnya. Kutatap wajahnya, meminta izin. Fitri memejamkan matanya, seolah pasrah kujamah.

Kuciumi dan kuendus gundukan yang tertutup celana dalam itu. Bau kemaluan gadis muda, yang masih belum bisa merawat kemaluannya pun menguar di udara. Kutarik celana dalamnya hingga mencapai mata kaki, dan terpampanglah kemaluan yang masih sangat rapat itu.

Kukangkangkan kedua kakinya hingga bagian dalam bibir kemaluan Fitri yang mungil terlihat. Kembali kudekatkan wajahku, dan kulumat kemaluan yang seharusnya belum waktunya untuk dijamah itu.

"Aiiiih," pekik gadis kecil berjilbabku ini ketika vagina mudanya menerima usapan dari lidahku untuk pertama kalinya. Kujilati klitorisnya, membuatnya memekik-mekik tertahan menahan rasa geli. Kuhisap-hisap lubangnya yang mulai basah itu. Tak lupa kujulurkan tanganku ke atas untuk meraih puting susunya yang belum sepenuhnya tumbuh itu.

"Aiiiih..., aaaaau..., geliiii..., Oooom...," kudengar pekikan-pekikan kecilnya saat aku menghajar klitoris mungilnya dengan lidahku. Tak lama kemudian kurasakan vaginanya semakin basah akibat rangsanganku. Tubuhnya semakin menegang dan puting susunya yang belum mekar itu semakin menonjol.

"Ooooooouh...," desahnya pelan ketika mencapai orgasmenya. Orgasme pertama dalam hidupnya yang terjadi akibat dirangsang oleh seorang laki-laki. Cairan cintanya mengucur dari celah di antara kedua pahanya. Kujilat cairan yang meluber.

"Oom...," panggil Fitri setelah sensasi orgasme pertamanya mereda akibat rangsanganku. Kudekatkan bibirku naik menyusuri tubuhnya mulai dari klitoris, lalu ke pusar. Kutempelkan lidahku di kulit pusarnya dan kurasakan keringatnya. Kugerakan kepalaku, semakin naik menuju belahan dada, leher, hingga wajah kami berhadapan. Kuraih wajahnya yang tertutup jilbab putihnya. Kembali kukecup bibirnya, dan kulumat lidahnya. Kali ini balasan dari Fitri datang dengan menggebu-gebu.

"Oom, aku mau jadi kayak Mbak Ifaaah," mohonnya setelah melepas ciuman kami, sembari menatap wajahku. Mbak Ifah adalah istri Mas Zain yang baru dinikahi beberapa bulan lalu. Konon Mas Zain menikahi Mbak Ifah karena Mbak Ifah terlanjur hamil. Mengingat Mbak Ifah yang begitu serasi dengan Mas Zain membuat hatiku iri.

Kuposisikan penisku di bibir kemaluan gadis kecil yang cantik ini. Terasa basah karena rangsangan-rangsangan yang telah kudaratkan di tubuhnya membuat lendir vaginanya mengalir pelan.

"Oooom, pelan-pelaaaaan," mohon Fitri ketika kudorong penisku perlahan memasuki liang kemaluan gadis SMP ini. Vaginanya terasa sangat rapat menjepit kepala penisku. Ketika ujung kepala penisku menyentuh selaput daranya, kuminta Fitri untuk bersiap-siap.

"Fitri, ini agak sakit. Mohon tahan, ya," pintaku sambil tersenyum. Tanganku mengelusi kepalanya yang berbalut jilbab putih untuk menenangkannya. Dianggukkannya wajahnya yang cantik itu. Tubuhnya menegang.

"Aiiii," terdengar pekikan gadis ini ketika kusentakkan penisku untuk menjebol keperawanannya. Terasa denyutan dinding vaginanya meremas-remas kepala penisku. Kutatap wajahnya yang menengadah ke atas mengernyit kesakitan. Sungguh indah menyaksikan ekspresinya.

Kembali kudorong penisku yang sudah berada di dalam liang senggamanya. Kutarik perlahan, lalu kudorong lagi. Fitri kembali mengernyit, menahan rasa sakit di selangkangannya. Tubuhnya melengkung ke belakang.

Akhirnya penisku menyentuh pintu rahimnya. Kubiarkan penisku berada di liang vaginanya, seolah diremas oleh dinding daging yang menjepit erat, sembari menunggu vagina mungilnya untuk menyesuaikan diri dengan dengan penisku. Kutatap wajah Fitri yang mengernyit menahan sakit.

"Masih sakit?" tanyaku. Fitri menganggukkan kepalanya. Kulihat matanya berkaca-kaca. Aku menjadi agak iba.

"Oom, tolong..., ngggah.., jangan gerak duluuuu..., auuuuh..." pinta Fitri menahan rasa sakit di kemaluannya. Kuturuti keinginannya, sembari menunggu vaginanya menjadi lebih basah.

Selama beberapa menit, kami hanya berpelukan dalam diam menunggu saat untuk memulai aksi. Fitri menikmati penisku yang mengganjal liang peranakannya sementara aku menikmati denyutan dinding vaginanya yang meremas-remas batang kemaluanku.

"Oom mulai yaa, Fiiit...," pintaku kepadanya dengan menatap wajahnya, yang dibalas dengan anggukan kepalanya. Kutarik penisku sedikit dari vaginanya dan kembali kutekan masuk. Fitri memejamkan matanya merasakan sensasi yang terjadi pada tubuh mudanya.

Seiring dengan vaginanya yang semakin becek dan genjotanku yang semakin lancar walaupun harus dilakukan dengan hati-hati, Fitri merangkulkan tangannya di leherku dan melingkarkan betis mungilnya di pinggangku

"Iyaaaah...., aduuuuuuh..., mmmmh..., aduuuuuuh.., Oommmmh..., di situuuuuh..., ouuuuuh," desah Fitri merasakan nikmat dan nyerinya gesekan antara kulit penisku dengan dindng liang senggamanya. Tubuh mungilnya terguncang-guncang akibat genjotanku.

Ketika genjotanku semakin lancar, erangan dan lenguhan gadis kecil berjilbabku ini semakin terdengar keras. Untuk mencegah supaya orang di luar rumah tidak curiga, kembali kulumat bibir mungilnya yang indah dan kumainkan lidahku di mulutnya.

Aku pun tak dapat bertahan lama. Selain karena jepitan vaginanya begitu rapat karena baru saja diperawani dan vaginanya pun belum waktunya dimasuki oleh penis seorang pria, ini adalah pengalaman pertamaku.

Ooooooh..., Oooom..., Fitri pipiiiiiss, Ooooommm...," kurasakan penisku dibasahi oleh cairan cinta yang keluar dari vaginanya. Gadis kecil berjilbabku ini telah mencapai orgasme dari persetubuhan pertamannya. Terasa denyutan dinding vaginanya meremas-remas penisku. Kusentakkan penisku hingga menembus sampai ke bibir rahimnya, daaan...

Crott, crott, crott, crott, crott, crott... Kutumpahkan spermaku di rahimnya, rahim yang seharusnya belum siap untuk mengandung anakku. Sedemikian banyaknya spermaku memancar, sampai-sampai meluber dari vaginanya membasahi seprai. Kupeluk tubuh mungilnya, dan kuciumi wajah cantiknya.

Kulihat setetes air mata mengalir dari sudut mata Fitri. "Apa dia menyesal?" tanyaku dalam hati.

"Nggak apa-apa, Oom. Fitri sendiri yang mau," seolah mengerti apa yang kupikirkan, Fitri menyenderkan dirinya di samping tubuhku, menenangkan diriku. Kurangkul tubuhnya dan kukecup dahinya, untuk memberi ketenangan baginya.

Setelah menikmati efek pasca-orgasme, kami bangkit, berbenah, dan membereskan seprai yang bernoda darah. Kumasukkan dalam kantong plastik untuk kukirim ke laundry kiloan yang agak jauh dari rumah kami. Kulihat Fitri berlalu tertatih-tatih karena luka robek pada selaput daranya.


***​

Setelah persetubuhan pertama kami, aku menyadari bahwa aku menginginkan gadis ini, bukan hanya sebatas kebutuhan seksual saja, tapi juga sebagai partner hidup. Aku ingin menjaga gadis ini, gadis yang kurenggut keperawanannya sebelum waktunya ini. Dan maksudku bukan hanya seks saja, aku ingin memilikinya seutuhnya.

Aku tak pernah merasa bosan menikmati kebersamaanku dengan gadis ABG ini. Dan kurasa dia pun demikian. Begitu banyak teman cowoknya menyatakan cinta kepadanya, tapi selalu ditolaknya. Akupun demikian, begitu banyak klien dan tetangga lain ingin menjodohkanku dengan kerabat mereka, semuanya kutolak.

Terkadang kami melakukan ibadah siang dan ibadah sore berdua, sembari menunggu Mbak Milla pulang dari urusan bisnisnya. Di lain waktu aku mengajarinya pelajaran sekolahnya. Dan kami pun makin terampil dalam memberikan kenikmatan terhadap satu sama lain.

***​

Pernah, aku mengajaknya berjalan-jalan ke wilayah pantai yang tidak terlalu ramai sebagai hadiahku untuknya karena menjadi juara pertama di sekolahnya. Sesampainya di sana, kusewa sebuah bungalow kecil berbentuk rumah panggung yang tinggi sebagai tempat kami menginap.

Begitu kami masuk kamar dan mengunci pintu, Fitri melumat bibirku dengan bibir mungilnya dan merangkulkan lengannya di leherku. Aku tergagap sejenak. Kuraih pinggangnya, dan kamipun saling melumat. Kurasakan bahwa gadis berjilbabku ini sudah tidak kuat menahan birahinya.

Kurasakan tangan Fitri melepas pakaianku, mulai dari baju kaus polo, celana denim, kaus dalamku, dan terakhir celana dalamku. Dijilatinya kulitku, membuatku merinding. Dikocoknya penisku dan kurasakan kulit tangannya yang halus mencengkram penisku. Semakin lama kocokannya membuat penisku tegang dan membuatku tak mau kalah darinya.

Kulepas kemeja yang dikenakan Fitri. Kurasakan bahwa kemejanya agak tebal. Ternyata dia tidak mengenakan pakaian dalam sehelai benangpun di baliknya. Benar-benar membuatku semakin bergairah. Kusingkap ujung jilbab yang menutup dadanya dan kusambar payudara berukuran 32B miliknya. 'Semakin besar karena sering kujamah,' pikirku. Kumainkan dengan lidahku, kusedot putingnya, dan kutinggalkan bekas cupangan di kulit dadanya supaya dia semakin bernafsu.

Kubalikkan tubuhnya, hingga wajah kami menghadap meja rias, dan kupeluk bahu dan pinggangnya. Kuremas-remas buah dadanya, kumainkan putingnya, dan kutangkupkan tanganku di selangkangannya yang masih tertutup celana panjang yang dikenakannya.

Tangan Fitri bergerak meraih tanganku yang sedang menjamah tubuhnya. Kepalanya yang masih berbalut jilbab itu bersandar pasrah di bahuku.

Kuraih celana panjang katun longgar yang dikenakan Fitri dan kuturunkan resletingnya sebelum kucengkeram pinggirannya dan kuturunkan bersama celana dalamnya. Kini Fitri telanjang bulat sudah dengan hanya mengenakan jilbab. Kulihat selangkangannya yang tertutup rambut tipis. Kurogohkan tangan kananku ke bibir vaginanya. Kuraba bagian dalamnya, terasa basah. Kurangsang klitorisnya.

Dengan mesra, kuminta Fitri membungkuk di depan meja rias dengan kedua tangannya bertopang pada meja rias. Perhatianku beralih pada bongkahan pantatnya, kuciumi bongkahan pantatnya yang bulat dan montok itu. Badannya gemetar menerima rangsanganku.

Kurenggangkan sedikit sepasang pahanya hingga terlihat bibir vaginanya yang menggembung padat. Kumasukkan jari tengahku ke dalam celah peranakannya yang sudah mulai basah, dan kukorek-korek dengan jari tengahku untuk mencari bagian yang disebut g-spot.

Begitu menemukan apa yang kucari, langsung kugesek-gesek bagian tersebut dengan jari tengahku. Akibatnya luar biasa. Lenguhan dan rintihan gadis berjilbabku ini makin membahana mengisi bungalow tempat kami memacu birahi. Kulihat bayangan Fitri di cermin, wajah seorang gadis berjilbab berumur lima belas tahun dengan ekspresinya yang sedang dilanda badai api birahi.

"Iiiiiiiih, Oooooooommmmh, mmmmmmmhhh, aduuuuuuhhh, aaaaaakh, udaaaaaah, udaaaaah, stooooph, ouuuh, enaaaaakh, udaaaaah, enaaaakh, iiiiih," jeritnya terbelalak merasakan kenikmatan dari gesekan jari tanganku dengan g-spotnya.

Tak lupa tanganku meraih ke depan, kembali menggapai buah dadanya. Kuremas, dan kumainkan puting susunya dengan jariku, membuat putingnya makin tegak mengacung. Erangan dan jeritan manjanya pun terdengar semakin indah.

"Emmmmph, aaaaaaauuh, iiiiiiiiiiiiih, aaaaaaaau, udaaaaaaaah, aduuuuuuh, ooooooh, udaaaaah, pliiiiiss, udaaaah, nggak kuaaaaaat," erang gadis berjilbabku ini. Tubuhnya menghentak-hentak, tak kuasa menahan badai birahi yang mengamuk di dalam tubuhnya, akibat ulahku. Tak lama kemudian, tubuhnya pun menegang.

"Ooooooouh," erangnya saat ia mencapai ejakulasinya. Cairan vaginanya mengucur deras membasahi tanganku. Wajahnya yang terengah-engah mengambil napas akibat dilanda birahi yang baru saja dialaminya terlihat kontras dalam balutan jilbab.

Tubuhnya yang relatif mungil untuk gadis seumurnya itu ambruk menindih meja rias. Kunaikkan bagian belakang tubuhnya ke atas, dan dalam posisinya yang menungging, kuarahkan penisku pada celah vaginanya. Penisku masuk dengan lancar dengan dilumasi cairan cintanya yang masih mengalir keluar.

"Hmmmm, mmmmmh," gumam Fitri merasakan liang peranakannya yang masih tumbuh itu diganjal batang penisku. Kuelus lembut belakang kepalanya yang tertutup jilbab. Kuraih kedua tangannya dan kutarik ke belakang sehingga tangan kami saling menggenggam satu sama lain, sebelum mulai menggenjotnya dengan sentakan-sentakan lambat dan keras.

"Lihat ke depan, Fit," ujarku tersenyum membujuk Fitri melihat pemandangan di depan cermin di tengah genjotanku. Terlihat sosokku yang sedang menggenjot Fitri yang masih mengenakan jilbab dari belakang. Matanya setengah terpejam, dan rahang bawahnya menggantung ternganga merasakan nikmatnya gesekan dinding vaginanya dengan kulit batang penisku. Erangan dan rintihan lirih terdengar dari mulut mungilnya.

"Ooouuh, ouuuuh, ouuuuh, yang kerassssh, Ooooommmh, ouuuuhhh" erang Fitri memintaku untuk menggenjotnya dengan cepat dan keras. Kurasakan cengkeraman tangannya pada tanganku semakin keras. Sesekali kurasakan tangannya yang mencengkram tanganku menyentak seolah meminta tubuhku supaya mempercepat dan memperkuat genjotanku pada liang nikmatnya.

Mendengar permintaan kekasih kecilku ini, kupercepat dan kuperkuat genjotanku pada liang nikmatnya. Sesekali kusentak tangannya ke arahku supaya sodokan penisku bisa masuk lebih dalam hingga menerobos mulut rahimnya. Apalagi kurasakan denyutan, remasan, dan cengkeraman dinding vagina gadis berjilbabku ini semakin kencang. Pertanda dia akan segera mencapai puncaknya.
.
"Ngeeeeeeeeh," erang Fitri saat badai orgasme kembali melandanya. Tubuh mungilnya bergetar, kepalanya yang berbalut jilbab itu mendongak, matanya terpejam, dan mulutnya menganga menyambut kenikmatan yang terjadi pada tubuhnya. Kurasakan penisku yang berada dalam vaginanya disiram cairan hangat.

Kucabut penisku dari kemaluan gadis berjilbabku ini dan kududukkan pantatku di kursi di depan meja rias itu, lalu dengan mesra kuminta supaya dia menduduki pahaku dengan kedua kaki mengangkang. Seolah paham keinginanku, diapun memundurkan tubuhnya dan mengepaskan liang nikmatnya dengan penisku dalam posisi membelakangiku sebelum menurunkan pantatnya. Penisku pun masuk dengan lancar ke dalam vaginanya.

Kulihat di cermin sosok Fitri yang menumpukan kedua tangannya di pahaku sebelum merapatkan kakinya dan mulai memompa tubuhnya naik turun di atas pangkuanku. Perhatianku beralih pada wajahnya yang terlihat pada pantulan cermin, wajah seorang gadis berjilbab berumur lima belas tahun yang sedang dilanda birahi yang berkobar-kobar. Kulihat penisku yang masih tertancap di vaginanya, mengkilap diselimuti lendir vaginanya.

Oooommm..., mmmhhh..., remesinh..., toketh..., Fitriiiih..., Ooooommmh..., mmmmmmmh..., maenin itil Fitriiiih..., Ooommmhhh..., uuuuuuhhh..., enaaaaaaakh...," desahnya saat tubuhnya naik turun bak seorang penunggang kuda.

Tanganku menjelajahi bagian depan tubuhnya, sebelum tangan kananku bersarang di payudara kirinya dan tangan kiriku bersarang di pangkal pahanya. Kuusap dan kugesek klitorisnya dengan jari tengah tangan kiriku, membuat gelinjang tubuhnya makin terasa. Tak lupa kuremas buah dadanya yang cukup montok untuk gadis seusianya dan kumainkan puting susunya, membuatnya mendesah-desah pelan.

"Fitriiiiih, hhhhh, Fitriiiiiih, hhhhh, nakaaaaaaaalh, godain Ooommmmh...," balasku sembari menyentakkan penisku ke atas ketika tubuh Fitri turun, membuat ujung penisku menumbuk mulut rahimnya. Akibatnya, tubuh mungil gadis berjilbabku ini makin kelojotan menahan nikmat. Dari mulutnya keluar pekikan-pekikan akibat sensasi tumbukan di rahimnya.

"Ooooohhh..., Ooooommmhhh..., mmmmhhhh, Fitriiiiiih..., eeeeeeeeuhhhh...," racaunya saat mencapai orgasmenya. Kepalanya yang berbalut jilbab itu bersandar di bahuku. Kurasakan penisku diremas-remas oleh denyutan dinding vaginanya dan cairan vaginanya yang hangat membasahi penisku. Kulihat di cermin, payudara mudanya yang cukup montok untuk gadis seusianya naik turun seiring napasnya.

Setelah orgasmenya berlalu, Fitri turun dari tubuhku dan bersimpuh di depanku yang belum mencapai klimaks sebelum mulai memainkan penisku dengan tangannya. Dikocoknya dengan tangannya yang halus.

"Oom," Fitri menatap mataku, sembari tersenyum, "Maaf ya, Oom nggak bisa keluar di dalem kali ini.". Aku mengerti, bahwa saat itu kekasih mudaku ini sedang berada dalam masa suburnya.

Nggak apa-apa kok, Fitri... Oom ngerti," jawabku menikmati kocokan tangan di penisku. Tak berapa lama, Fitri mulai menjilati penisku, dan memasukkan kepala penisku ke mulut mungilnya.

"Hmmm, hmmm, hmmm," erang Fitri tertahan penisku di mulutnya. Kedua tangannya memainkan buah pelirku. Dengan lenbut dan penuh terima kasih, kuelus kepalanya yang berbalut jilbab yang kini sudah lecek terkena keringat kami berdua.

Crott, crott, crott, crott, crott, crott... Kutumpahkan spermaku di mulutnya. Tanpa ragu, Fitri menelannya tak bersisa. Belum cukup, setelah menelan spermaku, gadis berjilbabku ini menjilati batang penisku untuk membersihkan cairan vaginanya yang melekat di sana.

Kuraih tubuh mungilnya yang hanya mengenakan jilbab dan masih bersimpuh di lantai. Kulap sisa-sisa spermaku yang meluber membasahi bibir dan pipinya. Kuciumi dahi dan matanya, kali ini tanpa nafsu, sebelum kami naik ke ranjang dan kutarik bed cover dalam posisi memeluknya dari belakang, untuk tidur karena kelelahan yang kami alami.

Kejadian tersebut berulang setiap liburan. Entah kenapa, Mbak Milla membiarkanku mengajak Fitri berjalan-jalan, seolah tetap mempercayaiku. Padahal aku terus mereguk kenikmatan bersama putri sulungnya itu. Ketika kutanyakan hal ini dengan Fitri, dia berkata, "Kayaknya Mama tau. Kemarin, aku dikasih pil antihamil.".

***​

Tentu saja cinta tanpa modal itu adalah omong kosong. Aku mempelajari hal itu dari ayahku. Dan aku pun biasa memanjakan Fitri sesuai komitmenku dalam menyanggupi pemintaan Mbak Milla untuk memenuhi kebutuhan Fitri dan Fira sejauh yang kubisa saat menitipkan kedua putrinya itu padaku.

Untungnya, Fitri bukan orang yang boros dan materialistis. Barang termahal yang dimilikinya dariku hanyalah sebuah komputer jinjing dan sebuah telepon seluler yang bisa dibilang bukan kelas tertinggi dari produsennya. Itupun kubelikan sebagai hadiah ulang tahunnya. Kubeli lebih karena kualitas built-in dan fungsional dari produsen terkait, dan Fitri tetap mengeluh kepadaku bahwa barang-barang itu terlalu mewah untuknya.

Sementara itu, Fira sering berbelanja pakaian dan makanan, serta jajan bersama teman-temannya. Bahkan pernah Fira lima kali membeli sepatu baru dalam setahun. Fitri hanya menggelengkan kepala saat Fira meminta kebutuhan kepadaku.

"Boros banget, Oom," komentarnya padaku sebal suatu hari ketika kami menunggu Fira di restaurant row sebuah pusat perbelanjaan sementara Fira berbelanja.

"Mungkin dia mau jadi saudaranya setan, bukan jadi saudaranya kamu," jawabku kalem.

"Iiiiiih, Oom gitu deh," sambut Fitri merajuk, "Itu 'kan adekku sendiri, Oom... Masak dibilang mau jadi sodaranya setan, sih?".

"Iya... Sodaranya setan... Kan kamu setannya... Setan yang ngegodain Oom... Hehehe...," ujarku kalem merujuk saat dulu kami bercinta untuk pertama kalinya.

"Iiiih, Oom gitu deh...," ujar Fitri merajuk malu saat cengir lebar terpampang di wajahku.

Walaupun Mbak Milla selalu berpesan padaku untuk menagih uang ganti darinya apabila Fitri dan Fira menggunakan uangku, aku tidak keberatan mereka memakai uangku selama aku ada uang. Biasanya, aku hanya melaporkan sebesar jumlah uangku yang digunakan Fira, itupun setelah Mbak Milla memaksaku untuk menerimanya, karena Mbak Milla tahu sejak awal bahwa Fira cenderung lebih boros.

***​

Akibat terlalu sering kujamah, payudara Fitri berkembang melebihi ukuran yang wajar pada gadis-gadis seusianya. Terkadang aku menemani Fitri berbelanja pakaian dalam atas seizin Mbak Milla, sehingga aku menyadari perubahan yang terjadi pada tubuh kekasih mungilku yang berjilbab ini.

Pada saat-saat seperti itu, seringkali Fitri mencoba pakaian dalam yang bentuknya aneh dan unik, dan menunjukkannya padaku di ruang ganti. Tak mengherankan apabila ia sudah mengenal celana dalam berenda dan BH seksi di usia lima belas tahun. Bahkan dia memiliki string bikini set.

Terkadang, saat ia mengajakku bercinta dengannya, ia memakai bikini set, thong, atau g-string dan BH berenda berwarna mencolok yang seksi di balik bajunya yang lebar sebagai bukti bahwa dia sedang tersedia untuk jamahanku. Di saat lain, saat ia tidak tersedia untuk jamahanku, dia akan mengenakan celana dalam lebar dan BH polos berwarna putih krim.

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku saat melihat g-string dan BH berenda yang tembus pandang di saat aku sedang menyingkap pakaian rumahnya ketika kami sedang melalukan sesi pemanasan sebelum bercinta, mengingat ia selalu mengenakan jilbab saat berhadapan dengan laki-laki. Sebenarnya aku agak khawatir kalau-kalau Mbak Milla menjadi curiga mengenai adanya celana dalam dan BH seksi. Namun, Fitri selalu berhasil menenangkanku.

"Sebenarnya, kayaknya Mama punya celana dalam bekas waktu Papa masih ada. Kayaknya masih dipake sampe rusak dulu. Sama, Mama juga pernah cerita kalo dia doyan pake g-string waktu kuliah dulu. Jadi ya Mama nggak terlalu peduli aku punya g-string. Asal nggak ada putih-putih lengket aja 'kali ya," jawabnya sewaktu aku menanyakan apakah ibunya akan curiga.

"Terus, 'kan di rumah ada mesin cuci, jadi habis mandi cucian langsung ditaro. Kecuali kalo kegedean, kayak seprei yang dulu," tambahnya membuatku teringat saat aku mengambil keperawanannya beberapa tahun sebelumnya.

***​

Suatu ketika, sewaktu Fitri berumur tujuh belas tahun, hampir delapan belas tahun, kira-kira dua minggu menjelang ujian akhir, Mbak Milla berpamitan kepadaku hendak pergi untuk urusan bisnis. Setelah melihat Mbak Milla pergi, kulihat Fitri yang memakai jilbab dan seragam SMA mengetuk pintu rumahku. Kubuka, dan kuajak dia masuk rumah.

Begitu Fitri masuk ke rumahku dan menutup pintu rumahku, tangannya segera meraih pinggangku dan bibirnya yang merekah dengan lip gloss menciumi bibirku. Sejenak akupun agak gelagapan.

Kubuka kancing-kancing seragamnya, dan kusampirkan seragamnya di bahunya beserta ujung jilbabnya. Ternyata dia tidak memakai BH. Kuhajar buah dadanya dengan ciuman dan lumatan. Buah dada yang telah tumbuh selama beberapa tahun ini, yang entah berapa kali aku menjamahnya, yang sekarang sudah berukuran 32D, dengan puting yang mengacung tegak, yang entah berapa kali sudah kujilati dan kuhisap, sangat serasi dengan tubuh mungilnya yang kini hanya 150cm.

Fitri mendongakkan tubuhnya, dan kedua tangannya meremas-remas kepalaku yang terbenam di celah payudara montoknya. Kudengarkan desahan, erangan, dan lenguhan tertahan yang keluar dari mulut mungilnya.

Kumasukkan tanganku dari atas rok panjang seragamnya, dan kurasakan kulit dan rambut halus ketika tanganku mencapai bibir vaginanya. Ternyata dia sudah tidak mengenakan celana dalam. Benar-benar siap untuk kujamah dan kunikmati. Kutangkupkan tanganku pada bibir kemaluannya, dan kurogohkan jari-jariku mencari dan menjamah klitorisnya.

Kucabut tanganku dari vaginanya, lalu kuminta kekasihku ini menyingkap ujung rok abu-abunya yang berlipit. Diapun menggulung roknya hingga mencapai pangkal paha, lalu menyelipkan ujung roknya ke pinggang. Terlihat betis dan paha putihnya yang mulus, disertai celah yang sudah basah di antara kedua pahanya.

Kuturunkan posisi tubuhku hingga berjongkok di depan selangkangan Fitri. Kudekatkan bibirku untuk menciumi sepasang pahanya, lalu kujilati paha mulusnya hingga basah kuyup. Terdengar erangan tertahan keluar dari mulutnya.

Kuraih pantatnya dengan tanganku supaya selangkangannya menempel di wajahku. Kuendus bau kemaluannya yang tak tertutup celana dalam itu, dan kujilati kemaluannya. Kemaluan yang entah sudah berapa kali menjadi sasaran jilatan lidah dan sodokan penisku. Kudengar erangan dan pekikan manjanya ketika aku menjilati kemaluannya. Tetap merdu seperti biasa selama empat tahun ini. Setelah kurasa sudah cukup, kukeluarkan kepalaku dari posisi di antara kedua pahanya.

Kubaringkan tubuhku di sofa ruang tamu, dan kuatur supaya Fitri bisa menunggangiku dengan gaya woman-on-top. Gaya yang sangat kami sukai, dengan alasan yang berbeda. Bagi Fitri karena dia bisa mengontrol kapan dia ingin orgasme, dan bagiku karena aku bisa melihat goyangan buah dadanya yang mulai membesar sejak dia berusia empat belas tahun, dan kibaran ujung jilbab yang menutupi leher serta sebagian dadanya.

Tangan Fitri menggenggam penisku, dan memasukkannya ke liang nikmatnya, seolah pedang yang dimasukkan ke sarungnya. Masih terasa rapat, walaupun sudah tidak serapat dulu lagi. Untunglah tak terlihat jelambir vagina yang biasanya ada pada seorang wanita yang sering bersetubuh.

"Oom, Oom diam saja, ya... Fitri mau kasih servis spesial buat Oom... Kan Oom ulang tahun hari ini," tutur Fitri lembut. Mendadak aku teringat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku yang ketiga puluh tujuh.

Kusingkap sedikit kemeja seragam SMA-nya dan kuraih bongkahan daging padat yang menggantung di dadanya. Sesekali kumainkan puting susunya, kusentuh-sentuh, kutarik-tarik lembut, dan kupilin-pilin. Akibatnya, gerakan tubuh Fitri semakin menggila.

"Ooooomh..., iyaaaah..., di situuuuh..., oooouh...," desah Fitri sembari memutar-mutarkan pinggulnya, membuat penisku serasa dilumat dan digiling oleh dinding vaginanya.

Tangannya bergerak meraba-raba tubuhnya sendiri, sesekali meremas buah dadanya sendiri, sesekali meraih kepalanya yang tertutup jilbab, sesekali mengusap pahanya, sesekali merogoh klitorisnya. Akupun tak mau kalah, kuremas buah dadanya. Sesekali kusodokkan penisku ke atas, menumbuk mulut rahimnya.

Sungguh sangat erotis menyaksikan ekspresi seorang siswi SMU berjilbab yang sedang dilanda badai birahi dengan seragamnya yang telah tersingkap dan buah dadanya yang tak berbalut BH sedang bergoyang di atas tubuh seorang laki-laki dengan penis sang laki-laki menancap di kemaluan gadis berjilbab itu.

Kurasakan bahwa gadis berjilbabku ini akan mencapai orgasmenya, dari remasan dnding vaginanya yang semakin intens. Di sisi lain, penisku sudah tidak kuat menghadapi goyangan dan liukan pinggulnya.

"Ooooom Fiiith sayaaaaangh, enaaaakh, mau keluarinh..., di manaaaaa?" tanyaku ketika merasakan bahwa aku akan mencapai klimaks. Keringat bercucurnn dari dahinya membasahi jilbabnya.

"Oooom, di dalem ajaaaaaah... Tunggu bentaaaarh, Oooooommmh" pinta gadisku ini manja, semakin meningkatkan genjotan dan goyangannya. Liukan tubuhnya semakin menjadi-jadi. Jilbabnya kini semakin berantakan. Wajahnya semakin sayu akibat orgasmenya yang semakin mendekat.

"Ooooooouhhh," desah Fitri ketika mencapai orgasmenya. Cairan orgasmenya menyemprot membasahi batang penisku. Buah dadanya yang berukuran 32D itu bergoyang ke atas ketika kepalanya mendongak ke atas menikmati klimaksnya. Denyutan serta remasan dinding vaginanya pada penisku di saat orgasmenya, membuatku tak kuat lagi. Kusentakkan penisku ke atas hingga menumbuk pintu rahimnya, daaaan...

Crott, crott, crott, crott, crott, crott... Akupun mencapai klimaksku. Kusemprotkan spermaku ke dalam rahim gadis berjilbabku ini, seolah ingin membuahinya. Ingin menghamilinya. Ingin ia memiliki anak dari benihku.

Dan itulah perasaanku kepadanya. Ingin bertanggung jawab atasnya. Ingin menikahinya. Ingin supaya ia jadi milikku.

"Oooooouuuugh, Oommmmh," lenguhnya pelan merasakan orgasme susulan ketika penisku menyemprotkan sperma ke dalam rahimnya. Tangannya meraih rambutnya sendiri, sebelum tubuhnya ambruk menimpa tubuhku. Tanganku pun memeluknya tubuhnya serta mengelusi kepalanya yang terbalut jilbab seragamnya. Kutatap matanya yang indah itu dengan tatapan penuh perasaan cinta dan kuciumi serta kulumat bibir mungilnya.

Selagi kami berciuman menikmati sensasi pasca orgasme, terdengar ketukan dari jendela. Betapa terkejutnya aku melihat Mbak Milla mengetuk kaca jendela rumahku. Kulihat wajah Fitri pun menjadi sama pucat pasinya. Untunglah Mbak Milla tidak menjadi histeris karena melihat putri sulungnya yang hanya mengenakan jilbab dan rok abu-abu panjang sedang bergoyang di atas tubuh separuh bayaku yang terbaring di sofa. Kulihat Mbak Milla hanya menggelengkan kepalanya dan memegang ulu hatinya, sebelum berlalu.