Sunday 3 June 2018

norma nakal

Kehidupan malam baru saja berangkat menanjak gulita. Suasana desa Baturan terasa lenggang. Angin berembus menyelusup celah-celah rumah Ibu Norma yang hanya ditemani anak lelaki semata wayangnya. Pikirannya gelisah menanti pagi. Pagi yang kelam sekelam mimpinya kemarin malam. Suami yang sangat dicintainya, yang telah menghidupinya dengan segala kemewahan dunia dan kemanjaan birahi, terkena skandal "Desa Gate".
-----3-----
Kasus korupsi penyalahgunaan subsidi kesejahteraan masyarakat desa. Sebagai kepala desa, suami ibu Norma bertanggung jawab atas lancarnya dana tersebut di terima masyarakat prasejahtera. Rupanya nasib menentukan lain. Masyarakat sekarang mulai kritis dan penegakkan hukum sangat diperhatikan aparat pemerintah. Masyarakat sangat antipati melihat kebobrokan aparat desanya. Maka dijebloskanlah suami ibu Norma ke penjara. Segala perbuatannya selama sekian tahun diam-diam diintip oleh aparat pemerintah yang bernaung dalam badan yang bernama PKKN "Pemberantas Korupsi Kolusi dan Nepotisme". Bukti-bukti yang telah dikumpulkan, meja pengadilan telah siap membeberkan dalil-dalil pembenaran atas kasus suami ibu Norma. Bila terbukti hukumnya MATI.
-----3-----
Dengan berdandan seadanya dan pikiran yang masih gundah. Ibu Norma melangkah masuk menemui suaminya. Penjagaan sangat ketat. Empat orang polisi mendampingi percakapan ibu Norma dan suaminya. Ibu Norma menjauh memandangi jendela yang terkurung besi kokoh. Saat suaminya berusaha membuka percakapan dengan anaknya.
"Bapak kapan pulang" dengan tatapan lugu anaknya bertanya pada bapaknya. Deg jantungnya serasa disetrum berpuluh-puluh watt listrik tegangan tinggi. Jantungnya serasa hangus dan jiwanya serasa terbang mendengar pertanyaan anaknya. Tidak tahukah anaknya, besok bapaknya akan dihukum mati. Vonis sudah keluar, segala banding sudah tidak berguna. Masyarakat dan pemerintah begitu bersatu menentang segala bentuk ketidaksenonohan oknum pemerintah.
-----3-----
Ibu Norma segera merangkul anaknya seraya melangkah keluar. Besok pukul 12.00 siang eksekusi mati atas diri suami ibu Norma akan dijalankan. Permintaan terakhir suaminya, meminta persetubuhan dengan istrinya. Didalam ruang yang tertutup dengan lampu yang temaram, ibu Norma dan suaminya bugil saling menatap tubuh satu persatu. Dirabanya dada suaminya yang bidang. Suaminya memagut bibir ibu Norma dan meremas buah dadanya yang masih kencang. Dihisapnya puting susu ibu Norma.
"Ahh.." desahan napas ibu Norma memantul setiap dinding ruang 3x4 tersebut. Desiran darah dan birahinya memuncak, menghilangkan kekalutan pikirannya. Puting susu ibu Norma mengeras pertanda birahinya memuncak. Kemaluan suaminya menegang siap memasuki vagina ibu Norma yang telah sekian lama tidak tersentuh senjata tumpul. Dalam kondisi masih berdiri, BLESS.. sedikit kesat kemaluan suaminya menerobos dinding vaginanya.
"Ahh.. trus pak..ahh..masukkan yang dalam..ahh.." dengan suara sedikit serak mengandung birahi, ibu Norma sangat menikmati vaginanya diterjang dan dimaju mundurkan oleh suaminya.
-----3-----
Dinding-dinding vaginanya mencengkeram batang kemaluan suaminya. BLEP..BLEPP..SRETT..SRETT.. bunyi kemaluan dan vagina yang sangat klasik. Dinding-dinding vaginanya sedikit demi sedikit mengeluarkan cairan pertanda kepuasan duniawai telah direngkuh. Matanya memejam merasakan sensasi yang luar biasa. Otot-otot vagina mulai mengendur dan cairannya membahasi lubang vaginanya. Suaminya semakin cepat memainkan kemaluannya. Maju mundur maju mundur, pantatnya bergoyang.
"Ahh..aku mau keluar.. bu.." semakin keras goyangan badan suaminya. Desiran nafsu birahi ibu Norma kembali memuncak. Otot-otot vagina ibu Norma mulai berkedut-kedut mencekram lebih kuat kemaluan suaminya.
"Ahh..keluar pak..keluar sama-sama.. ahh.." Crot-crort..crroott.. semburan sperma suaminya bercampur dengan cairan ibu Norma, Banjir

Lubang vaginanya basah oleh cairannya dan sperma suaminya. Satu dua menetes sperma suaminya keluar dari celah-celah lubang vaginanya. Dirangkulnya suaminya, seraya menangis.
-----3-----
Enam bulan telah berlalu. Kematian suaminya masih menyisakan kesedihan yang mendalam. Rumah yang jauh dari keramaian serta hanya ditemani oleh anak semata wayangnya, benar-benar membuat stress pikiran ibu Norma. Pikirannya kembali menerawang saat ibu dan anak tersebut menonton TV. Ibu Norma membayangkan saat-saat percintaannya dengan suaminya. Begitu romantis dan indahnya hidup saat itu. Airmatanya tak kuasa menerobos celah-celah kelopak matanya.
"Ibu, jangan menangis ya.." dengan lugu, seorang anak berumur delapan tahun menghapus airmatanya.
"Tidak, nak.. Ibu hanya kangen dengan bapakmu" matanya sembab memandang anaknya. Diusapnya rambut anaknya dengan kasih sayang. Diciumnya rambut anaknya, pipi dan bibir anaknya. Anak kecil yang lugu itu membalas ciuman ibunya dengan kasih sayang. Ibu Norma seperti menemukan gairah hidup, semangat membara.
-----3-----
Desiran darahnya perlahan-lahan berusaha naik, menguasai saraf-saraf birahinya. Ibu Norma benar-benar terlena dengan keadaan itu. Dilumatnya bibir anaknya dengan sedikit nakal. Seolah-olah roh suaminya masuk kedalam raga anaknya. Anak kecil berumur delapan tahun, pandai memberikan rangsangan birahi kepada ibunya. Diremasnya susu ibu yang masih terbalut pakaian. Satu persatu dibukanya kancing pakaian ibunya. Ibu Norma membiarkan kenakalan tangan anaknya. Pikirannya berkecamuk antara dua sisi black and white.
-----3-----
Antara birahi dan sayang bedanya sangat tipis. Saat sekujur tubuh telah dirasuki saraf-saraf nakal birahi, saat itulah nafsu akan muncul. Lumatan bibir kedua anak manusia yang dibatasi oleh status hidup, Ibu dan Anak makin menjadi-jadi. Ibu Norma begitu agresif melumat bibir anaknya. Dengan pakaian yang telah terbuka dan susu yang menggantung, ibu Norma membuat kemaluan anaknya menjadi keras. Perlahan-lahan dibukanya celana pendek anaknya. Kemaluan kecil tersebut tidak malu-malu lagi mendongak ke atas. Sepertinya kemaluan kecil tersebut masih bingung menunggu intruksi dari ibunya. Dengan lembut tangan ibu Norma meremas kemaluan kecil anaknya.
-----3-----
Berkali-kali diusapnya ujung kemaluan anaknya. Terlihat mata si kecil merem melek merasakan sensasi yang sangat luar biasa dan pertama baginya. Dengan tanpa disangka-sangka, ibu Norma melepaskan pagutan-pagutan dibibir anaknya. Bibirnya kemudian mencium kemaluan anaknya. Dari ujung kemaluan kecil tersebut hingga kedua pentol anaknya dilumatnya tanpa sisa. Dikulumnya kemaluan tersebut, dihisapnya dengan perlahan-lahan, maju-mundur kepala ibu Norma memasukkan kemaluan anaknya hingga memenuhi rongga-rongga mulutnya.
-----3-----
Birahi ibu Norma meledek-ledak membakar setiap sendi-sendi tubuhnya. Menjalar dari atas menyelusupi setiap tubuhnya hingga memuncak, membuatnya kehilangan daya pikir. Dilepasnya seluruh pakaiannya hingga tubuhnya polos tanpa ditutupi sehelai benang pun. Kedua susunya menggantung bebas menantang seakan ingin memamerkan kepada anaknya. Jamah diri ibumu sayang, reguk setiap tubuhku, nikmati nikmati kenikmatan duniawi ini bersama ibu. Seakan mengerti atau naluri purbanya menuntun, sikecil segera menghisap puting ibunya. Srep srep bunyi hisapan mulut anaknya menghisap susu ibunya. Hisapan yang berbeda saat sikecil menyusui mencari air susu ibunya.
-----3-----
Hisapan tersebut membuat sekujur tubuh ibu Norma meregang menahan geli. Begitu tidak tahan birahinya. Dengan perlahan ibu Norma merebahkan badannya di sofa merah tersebut. Kedua pahanya terbuka menantang, mempertontonkan lebatnya bulu-bulu kemaluannya. Berkedut-kedut vagina ibu Norma pertanda birahinya begitu memuncak. Dituntunnya kemaluan anaknya memasuki lubang vaginanya. B l e s.. tiada kata-kata yang dapat diucapkan, hanya erangan napas birahi ibu Norma dan bunyi paha keduanya beradu menimbulkan bunyi persetubuhan yang khas. Mata anaknya sedikit terpejam merasakan sensasi pertama baginya. Otot-otot kemaluannya sedikit memerah, menampakkan goresan.
-----3-----
"Ah ah ah" dari mulut anak kecilnya terdengar sembari menggoyangkan badannya. Maju dan mundur.
"Trus trus sayang.. ah.. ohh.." Ibu Norma melenguh memejam matanya. Rupanya kenikmatannya telah sampai. Pikirnya, walaupun kemaluan anaknya tidak begitu besar khas kemaluan anak-anak, rupanya bisa juga membuat dirinya terlena. Cengkeraman dinding vaginanya tidak begitu erat mencekram kemaluan anaknya. Dengan bebasnya kemaluan anaknya maju dan mundur mengikuti irama persetubuhan kedua orang manusia. Bles..bless..bless..
"Ibu.. aku mau piipiiss.." Sambil menarik badannya, sehingga crroott.. croott.. keluar sperma dari ujung kemaluan anaknya.
-----3-----
Muka dan buah dada ibu Norma terciprat oleh sperma anaknya. Anaknya hanya mematung memandang kemaluannya yang masih tersisa ceceran sperma. Sedikit demi sedikit ceceran spermanya jatuh pada paha ibu Norma. Ibu Norma hanya tersenyum melihat sikap anaknya yang terkesan bingung. Mungkin dia berpikir akan keluar air kencing, sehingga menarik kemaluannya. Padahal kalau di keluarkan didalam sensasinya akan lain. Dasar anak-anak, pikir ibu Norma.
-----3-----
TAMAT

Pengalaman Bercinta pertama kali

Kak, 2 minggu lagi Santi akan menikah dengan orang yang Santi tidak cintai," Santi mengungkapkan perasaan hatinya sambil menangis tersedu- sedu di dadaku. Waktu itu kami baru saja melewati kemesraan bersama di sebuah hotel. "Yah mau apa lagi, kita toh tak mungkin bisa bersatu dalam sebuah mahligai, terlalu banyak perbedaan diantara kita, Agama, budaya dan masih banyak lagi," kubelai rambutnya yang hitam, dan ku usap air matanya dengan jariku.

Dalam perjalanan pulang kami hanya diam dengan masing-masing pikiran mengembara, memikirkan kelanjutan hubungan kami. Satu minggu kemudian atau seminggu sebelum hari pernikahannya, Santi mengajakku jalan-jalan seperti biasa. Selepas jam kantor aku segera mengarahkan mobilku ke hotel langgananku. Didalam kamar... "San!, bukan sudah waktunya kamu dipingit," tanyaku. "Tau!, di keluargaku nggak ada pingit-pingitan. Hanya mungkin Santi besok ijin cuti, kak selama dua minggu." "oh, ya, no problem."

Aku mulai mencumbunya perlahan, rasa sayangku padanya mendorong aku utk selembut mungkin. Bibirnya yang mungil kulumat pelan, Santi membalas dengan lembut, lidah kami saling beradu menimbulkan rangsangan awal yang menggairahkan. Tangan kami semakin sibuk menyerang titik rangsang masing-masing, Saat tanganku memegang gundukan buah dadanya aku lihat mata Santi terpejam menikmatinya, jari-jarinya yg lentik balas membuka kancing bajuku dan mencampakkanya ke lantai. Aku pun tak mau kalah segera membuka bajunya.

Bra-nya yang hitam sangat kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus. perlahan ciumanku turun lidahku menari-nari di lehernya yg jenjang, berputar ke belakang kupingnya balik lagi ke depan hingga bibirku menemukan gundukan daging yang sangat lembut. Perlahan kujelajahi buah dadanya, putingnya kuhisap dan kukemot dengan lembut sementara tanganku aktif membelai dan meremas pantatnya yang bulat. Tak sabar dengan sekali sentakan rok-nya melorot kelantai, Santi pun tidak tinggal diam dibukanya resleting celanaku. Kini kami hanya mengenakan celana dalam saja, sambil tetap berdiri kupeluk tubuhnya, geseken kulitnya yg halus membuat debar-debar dijantungku semakin keras. Kulihat muka Santi mulai memerah pertanda gairahnya sudah bangkit.

Aku meneruskan aksiku. Kuciumi seluruh tubuhnya sambil berdiri, senti demi senti ku cium dan kujilat dengan lidahku yg hangat, membuat Santi seperti cacing terpanggang matahari. Tubuhnya yang indah bergoyang goyang, mulutnya mengeracau tak karuan menahan kenikmatan atas jilatan-jilatan lidahku di permukaan tubuhnya. Setelah puas, kini Santi yang menciumi aku. Seluruh tubuhku dicium dan dijilatinya, leherku, dadaku, perut sampai pada kemaluanku. Santi yg kelihatan sudah spanning segera menarik celana dalamku. Kini senjataku dengan bebasnya mencuat menunjuk langit-langit kamar hotel. Aku merasakan hangat-hangat basah di kepala kemaluanku saat bibirnya yang mungil melahap kepala senjataku, lidahnya berputar-putar meng gelitik ,sementara tangan Santi yg kiri mengelus-elus dadaku, sesekali menarik-narik putingku, sementara tangannya yg kanan dengan lembutnya memainkan biji kemaluanku. Nafsuku semakin memuncak tak karuan.

Aliran darahku semakin bergejolak menahan birahi atas perlakuan Santi... Segera kubopong tubuhnya kekasur, kulepaskan celana dalamnya, kuletakkan tubuhnya perlahan yang mulus. Aku langsung membuka pahanya dan menciumi selangkangannya, ku basahi kemaluannya dengan liurku,, kuhisap klitorisnya kuat-kuat, Santi semakin menjerit tak karuan. Tangannya mencari-cari senjataku. Setelah ketemu digenggamnya dan dikocok perlahan, sementara aku masih asik memainkan klitorisnya, sesekali ku masukkan lidahku kedalam celahnya yg hangat. Untuk mempermudah hubungan anal, segera kuturunkan lidahku, kujilati anusnya, kubasahi dengan liurku, bahkan kumasukkan lidahku yg runcing. Santi membalasnya dengan mengocok kemaluanku semakin kuat.

Tak tahan lagi menahan gejolak nafsuku. Segera kuangkat kakinya dan kutumpangkan ke pundakku. Aku mulai mengarahkan senjataku keanusnya. Tiba-tiba dengan cepat Santi menangkap senjataku dan mengarahkannya ke lubang kemaluannya yang sudah basah. Aku bingung. "Jangan, San! sebentar lagikan Santi mau nikah," aku berusaha mencegah kenekatannya. "Kak, Santi sudah pikir dalam-dalam, kakak lebih baik dari pacar Santi, dan kakak sudah banyak berkorban buat Santi, kini Santi mau membalasnya dengan milik Santi yg paling berharga." "Nanti kalau suamimu tanya gimana?" "Itu tanggung jawab Santi." "Jangan san!' 'ntar masa depan kamu bisa hancur," aku masih berusaha mencegahnya. Tapi Santi malah menangis... "Kalau kakak tidak melakukannya, berarti kakak tidak sayang Santi, dan Santi benar-benar terhina," tangisannya makin keras.

Aku sudah tak dapat berfikir panjang lagi. Perlahan kuarahkan senjataku yang sudah menegang, kudorong pantatku perlahan, bibirku mencium matanya yg terpejam memberikan kekuatan. "Tahan, ya sayang," bisikku lembut di telinganya. Tapi Santi mengerakkan pinggulnya, hingga senjataku meleset dari sasaran. Peluh kami semakin banjir membasahi sprey. Akhirnya setelah pantatnya kupegang kuat-kuat, senjataku berhasil menembus miliknya. "Aaaahhh.......... kak .........," jari-jarinya mencengkram bahuku, matanya terbeliak menahan benda asing yang pertama masuk kedalam kemaluannya. "Sakit sekali." "Tenang sayang sebentar juga hilang."

Kembali dengan perlahan kudorong pantatku. Santi semakin menggeliat saat kemaluanku amblas semua. Kulihat muka Santi sudah tak karuan. Kutarik pelan dan aku melihat tetesan darah segar di kemaluanku. Santi telah memberikan yg paling berharga untukku. Aku yang seumur hidup baru merasakan perawan, sungguh terkesan, jepitan kemaluan Santi terasa mencengkram keras senjataku, hingga saat aku naik-turunkan pantatku, aku semakin merasakan nikmat sekali.... "Ahhh. kak, teruskan.... Santi mulai nikmat, kak."

Melihaat Santi sudah dapat merasakan kenikmatan, aku semakin semangat menaik-turunkan pantatku perlahan dengan irama tetap, karena aku sudah merasakan air maniku sudah diujung. Sambil mulutku menjilati puting dadanya, kuatur gerakan pantatku, kadang kekiri-kekanan........ "San, keluarin sayang...., kakak sudah tak tahan," aku membisikan ditelinganya. Kini pinggul Santi sudah bisa mengimbangi gerakan pantatku, sehingga gerakan kami membuat kami semakin cepat menuju puncak kenikmatan. Karena sudah tak tahan aku segera mempercepat gerakanku, dan kugenggam pinggulnya dengan kuat, kuhujamkan seluruh senjataku yang menggelembung kedalam lubang kemaluannya. ""San..........., kakak kelluar..........." "Kakkkk. Santi juga............"

Kaki Santi yang panjang menjepit pinggangku kuat, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Tepat saat aku semprotkan air maniku, Santipun berbarengan melepas orgasmenya hingga kami merasakan puncak kenikmatan yg benar-benar indah...... Kami menutupi tubuh kami dengan selimut. Kulihat nafas Santi tak beraturan. Buah dadanya turun naik mengikuti irama nafasnya. "San, kakak tidak akan melupakan Santi, walau apapun yg terjadi, pengorbanan Santi akan kakak kenang sepanjang hayat kakak." Kukecup keningnya perlahan...... Kini 3 tahun berlalu, Santi sudah berkeluarga. Seminggu sekali kadang sebulan sekali kami tetap melakukannya..... Cinta kami tak habis oleh realita, bahkan kini Santi semakin membutuhkan aku, sebab hubungan dengan suaminya hambar apalagi selama berhubungan seks dengan suaminya tak pernah sekalipun ia mencapai orgasme, karena selain cepat keluar, ukurannya hanya 3/4 aku, baik panjang maupun diameternya. Sampai sekarang aku masih bersama dengannya. Entahlah sampai kapan....

Hanya VIRA

Sebelum cerita gw mau kenalin dulu, nama gw ryan dan ane kuliah di universitas swasta di kota ******** .gw punya kenangan yang membekas di benak gw smpe skrang, waktu itu gw masih masih masa SMA, waktu gw sma ada seorang Cewe yang gw suka. Namanya Vira dengan postur badan tinggi 165an cm dengan ukuran bra 34b, kulitnya putih dan sintal sehingga setiap orang yang melihatnya udah pasti meransang, apa lagi saat dianya berjalan di depan kelas, semua mati pastinya akan tertujuh ke arah bokongnya yang begitu sangat menggiurkan. kebetulan saat itu aku sekelas dengan si vira duduk di bangku kelas XII IPA jadi aku punya cara untuk ngedekatin si vira,,,,
Kisah ini bermula saat kelas kami mengadakan pengayaan untuk persiaapn ujian nasional, dan saat itu semua para siswa di sarankan untuk membawa baju ganti dengan jeket (kerena maklum, kota gw terletak di daerah pegunungan sehingga pada saat malam, suhu di kota gw terasa sangat lah dingin), dan pada daat kegiatan pengayaan dimulai si vira hanya mengenakan celana jens setengah paha dengan jaket putih yang menghiasi tubuhnya, ketika gue melihat si dia langsung aja kontol gw berdiri mungkin kerena dingin ato kerena melihat putihnya paha vira. sesampainya pulang di rumah ane langsung ke kamar dan sediapin locien dengan tisue untuk melepas ketegangan kontol ane dengan membayangkan si vira yang sedang telanjang dan siap untuk ane genjotin,,,,
Pada hari minggu saat tidak ada pengayaan, temen ane si abas memanggil ane main DotA di net, ane sih ngikutin aja kerana bukannya sombong ane ini dewanya maen DotA, sesampainya di net mata ane tertujuh kepada seseorang yang membuat ane ngeceng setiap kali mengingat si dia yang tak lain dan tak bukan si vira temen sekelas ane yang selama ini membuat perasaan dan kontol ane selalu ngeceng. Ane liat tu vira lagi sementara main DotA (Bnet Publik)
"egh, kok ada disini" tanya ane.
"oh, nga caman refreshing aja, abis klas pengayaan buat gw jadi pusing" si vira pun membalas
" lagi main di server mana? ??" tanya ane balik.
"di server Publik lah, ayo join , ntar jadi team" ajaknya.
"yah klo di server publik gw sih ngana IDnya, jadi malas main lebih baik main LAN aja, kan asik sama orng net" balas gw.
"ok ya udah main LAN aja" dia pun bermain LAN dengan gw dan temen-temen
tiba-tiba teriakan abas sangatlah keras terdengar" woi,,, cpetan dong, kok lama amat sih??, masuk di gua aja"ajakan si abas
"ok ok ok, tunggu sedikit gw mau buat Name Player dulu" jawaban gw

Waktu pun berjalan, dan terasa matahari sudah di tengah kepala, gw dan vira pun mulai akrab kerna permainan tadi, telah selesai, gw pun buka facebook dan tiba-tiba saja si vira ngechat ama gw, dengn isi " coba baca ni cerita keliarannya seru http://46.166.167.16/threads/92?...ku-Kepada-Ira", kerena ane lgi BT ane baca ni cerita, egh ternyata ni cerita asik juga yang di posting oleh member go_to_hell. Tapi gw sangat kecewa saat melihat jam sudah mengarah ke anggka tiga, kerana pada jam segitu biasanya gw pulang untuk tidur siang, saat gw berdiri dari tempat gw main, si vira lagi ikutan berdiri, kelihatannya si vira juga ikut pulang tuh.
"Egh lo mau kemna??" sapa vira.
"ha,,, ohh gw pulang makan mandi dulu" sontak gw terkejut dengan sapaan si vira, sehingga tak ada alasan yang lain terucap di mulut gw.
"ohhhh klo bgtu sama-sama aja, kan searah tu" ucap si vira dengan senyum manisnya.
"bleh juga tapi ongkosnya nih,,,,,,,,," belum selesai gw bicara, vira pun menyambung"cepetan, nnti keburu malam" dengan langkah cepat dan tanpa pamitan dari abas aku dan vira pun keluar net mengambil motor gua yang ada di tempat parkir, vira pun naik dan siap menuju rumah.
pada saat menuju rumah vira(tujuan pertama rumah vira, krna jarak rumah vira dari net sekitar 400-an meter) hujan pun turun dengan deras sehingga aku yang menggonceng menjadi basa kuyup, sesampainya d i rumah vira, dia pun menyarankan nongkrong dulu di rumahnya tungguh hujan redah, kebetulan tuh pada saat itu orang tua vira pun lagi kerumah sakit sedang menjenguk tante vira yang sedang di opname di RSUD di kota gw.

Saat dirumah vira, gw ngerasa udaranya jadi sangat dingin sehingga membuat tangan dan kaki gw jadi bergeter kedingin, tiba-tiba vira turun dari kamar kakaknya sambil membawa pakaian yng tertinggal untuk gw pakai agar gw biasa hanget kembali,,,
"lo disini dlu ya, abz gwa mau mandi, udah gerah ni,,,, klo lo mw ganti baju, sana ke toilet belakang" tegur ira yng bergegas pergi ke kamar mandi.
Dalam benak gw kebayang saat vira mulai membuka baju dan celananya sehingga CD ama bra-menyala di muka gw sehingga membuat kontol gw naik seketika apa lagi tadi dinet gw abz baca cerita janji kepada ira dengan pemandangan paha mulus dari si vira.
Setelah vira seleai mandi, dianya hanya berjalan menuju ke arah ruang keluarga yang dimana gw sedang asik menonton TV.
"udah lama tunggu" sapanya dinggin.
"kok dingin skali sapaannya, udara udah dingin di tambah sapaan yng dinggin jadi tambah dinggin nih"balas gw sok akrab.
"hhmmmmm,,,,"senyumnya

dalam hati "gila ni senym, buat gw tmbah ngiler aja" seakan- akan gw ingin sedot bibirnya yng tpis dan berwarna pink tersebut tanpa sisa.
"kok ngalamun??" tanya si vira.
"oeeehhmmm,,,," balas gw dengan salah tinggkah...
Setelah beberapa saat kemudian si vira memutar film "Misteri Insidious" sehingga membuat matagw yng dari tadi tertujuh kepada wajahnya pun menjadi kearah TV, dengan penasaran gw menyimak film apa yang tngah di putarnya?? Setelah pertengahan filmpun gw baru tau klo film ini film horor, bgmna nga tau liat aja setannya aja jadi pada ngerinding....
setelah mendekati ending film adegan menegang pun menyelimuti film tersebut, dan tak terasa badan vira yang tadinya berjarak setengah meter dari gw sekarang udah ada di dada gw. Keadaan tersebut mulai membangkitkan JIN yng bersemayam di tubuh gw keluar dan berpikir ngeras sambil melihati buah dada berukuran 34b. Tiba-tiba saja mata vira menatap ke arah gw, semulanya gw kira tatapan ingin bersedot-sedotan, tapi sebaliknya mata tersebut mempetlihatkan perasaan malu dan marah pada diri si vira "egh, liat apa,,,,," vira blum meneruskan kata-katanya, dengan sergap langsung gwa sedot mulutnya "slemrrrrpphhhhh"
Tangan vira pun melayang di pipi gw, dengan refleks gw mnghinda saat tamparan kedua hendak mendarat di pipi gw, sehingga percubuhan antara aku dan vira terhenti.
"dasar kurang ajar lo yah, di kasih hati minta jantung" bentak vira dengan keras sehingga membuat gw takut.
"mulut juga bau anyer juga, asal sedot aja" lanjutnya
"anjreat, cepat lo kluar, gw udah nga mau liat muka lo" teriaknya sehingga membuat gw langsung keluar rumahnya tanpa pamit.

Di perjlanan pulang , gw sempat memikirkan perktaan vira barusan." mulut juga bau anyer juga, asal sedot aja", gw simaik baik-baik kalimat tersebut, sehingga bembuat gw jadi gak percaya diri untuk beberapa saat. Sesampainya dirumah gw sempatkan diri untuk mencium nafas gw sendiri. Sekilas tercium bauh ikan asam yagn keluar dari mulut gw, pikiran gw tadi pagi gw cman makan suntung/cumi bakar tapi kok bau anyer keluar dri mulut gw. Setelah beberapa menit gw sempatkan diri untuk membersikan badan dan tak lupa untuk membersikan mulut juga (maklum, akhir-akhir ini gw jarang mandi). Selesai mandi gw sempatkan diri ke tempat tidur gw sambil melihat Hp gw, ternyata ada 1 paggilan tak terjwab, dan 2 SMS msuk dari Abas, gw bka itu SMS dn gw baca
SMS 1:
"yan,, dimna lo?? Kok nga diangkat tlpn gw??"
SMS 2:
"yan,, cpat ke net. Ank'' udah pada ngumpul nih,,,,"
setelah membaca SMS dri Abas, gw langsung jadi ngak enak badan kepikiran kejadian tadi di rumah Vira," pikir gw kok Vira jadi pada marah sama gw??" Sambil memikirkan kejadian tersebut, tiba-tiba ada sebauh SMS di Hp gw, langsung aja gw baca tuh SMS
SMS :
From : Orclas Vira.
"Yan ,,, sorry banget ats kelakuan tdi, abis gw-nya blom pada siap lo langsung main sergap, jadi please maafin gw yah Yan,,,"
Langsung aja gw sms balik

For : Orclass Vira
"seharusnya gw yng mnta maaf ats kjadian tdi sore, krana ge liat tu mulut lo bgtu menggiurkan,,,,,,
heheheheheh Kidding "
Dan tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu depan rumah gw, langsung aja gw cek siapa gerangan yng mengetuk pintuh rumah gw dengan hanya mengenakan handuk yang berbalut di pinggang gw ke bawa. Setelah gw buka itu pintu ternyata Abas yang dtang dan mengajak gw ke Net untuk main game kesukaan gw, "Bas tnggu dulu yah, gw mau pake baju" ucap gw,"iya sana cepetan, tman'' udah pada nunggu di net sambil main 1 putaran" sahutnya membalas. Setelah memakai baju dan hendak ke garasi gw liat jam pada lengan gw menunjukan 7.43 PM dan hendak menstater motor gw dan langsung aja ke net bareng Abas,

setelah bermain 2 putaran, gw liat jam menunjukan 10.23 PM, dan langsung gw segera pulang , kerena taku kesiangan.
"egh bas, gw pulang dulu, mw tidur nih takut kesiangan" tegur gw.
"ya ela,,, anak mami nih ada tidur-tiduran, ya sdah sana. tapi hati-hati di jlan yah , abiz pada jam segini banyak pemabuknya di jalan" balasnya.
"okokokookoko" jawab gw yng langsung menuju keluar.
baru 3 langkah kaki menuju pintu keluar, tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk , gw lngsung aja mengangkat panggilan tersebut.
"hallo yan ,tolong datang ke rumah gw skrang" ucap si Vira dari handpone gw.
"okoko, gw segera ke sana" balas gw yang pada bergegas menuju ke motor gw, den lansung menujuh rumah Vira. Sesampainya di depan rumah Vira, gw ketok tuh pintu rumahnya tapi ngak ada yng membukakan pintu tersebut, gw pun semakin bertanda tanya, di manasih si Vira kok nga di buka ni pintu??? Beberapa menit kmudian Vira membukakan pintu rumahnya dank langsung mendekap bibir gw tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya, dengan keadaan gini lansung aja kontol gw lansung tegang dan gw langsung menutup pintu rumahnya dengan tendangan ke arah pintu sehingga terdengan keras suara pingtu yang di bating, tetapi si Vira nga ngeliatin pintu dan malah asik dengan sedotannya terhadap gw
Langsung aja gw menggendong si Vira dalam keadaan saling bersodot ke arah sofa depan TV di ruang kelauarganya,,, "pantasan ni anak di tungguin di depan pintu kok lama , ternyata si Vira tadi sedang asik menonton Film Bokep yng sementara tayang diTVnya, dan saat itu gw berpikir inilah kesempatan yang selama ini membuat kontol gw pada tegang akan terwujud, langsung aja gw sedot balik tu bibirnya mungilnya dengn acara ra silat lidah,,,,,,

Setelah 10 menitan berciuman, gw liat ni anak udah kehilangan kesadaran dan sementara berpetualang di alam birahi, gw coba meramas buah dadanya tetapi gw liat tak ada perlawanannya dari dirinya, wah memang si Vira udah nga dapat mengontrol nafsu birahinya, kurang puas dengan apa gw lakuin, gw coba memasukan tangan ggw keadalam branya, tangan gw meraba buah dadanya yng begitu tegang dengan pentil yang mulai mengeras dan gw usap'' dengan tangan kiri gw. Terdengar jeritan-jeritan kecil terucap dari mulutnya,"ahhhh,,,,mmnmmmnnn.ohhh" sentah nfsu gw menjadi naik JIN setelah mendengar suara Sivira yng begitu menggairahkan,

setalah beberapa saat gw meramasin buah dadanya, tngan kanan gw mulai nakal masuk kearah cerlana pendeknya dan semakin dalam mengexplorasi rawah vaginanya yng mulai membasa, tangan kana gw mulai mengocok vagina nya dengan sesekali jari telunjung dan ibu jari gw mencubit dan memutar-mutar klitorisnya, Vira pun mulai menggelinjang dengan iran tak beraturan dan semakin cepat nafasnya menjadi memburuh dan "ahhhhhhh,,,,,,,mmmmmnnnnnnnn,,,,,,,,,,,,," terdengar suara kelegahan yng keluar dari mulutnya den seketika badan mulai melemas dengan kepuasan orgasme pertamanya.

saat melihat Vira dalam keadaan tersebut, JINku mulai memikirkan cara agar bisa merasakan tubuhnya yng indah itu,,,, kutarik bajunya dan kulucuti celanya, telihat badan yang sintal dalam keadaan setengah telanjang degan buah dada yng sudah keluar dari branya dan CD yng sudah membasa,,, tersebut. Keadaan ini membuat insting birahigw mulai menguasaii diri gw sendiri. Mulai gw luncurin CD yng basah keluar dari jepitan selngkangannya dan turun keluar dari jepitan kakinya, setelah melihat rawah vagiananya yang dalam setengah banjir tersebut, mulai ku jilati vagina dengan pelan dan sangat halus, sehingga membuat nafsu birahinya mulai naik dan menguasai dirinya sendiri.
Mulai gw membuka baju dan celana gw dengan keadaan setengah telanjang yang ditutupi boxer yng tengah aku pakai, si Vira mulai mengocok vaginanya dengan tangan nya sendiri dan terucap sebuah kalimat dari mulutnya," Yan ,,, cepetan masukin dong,,, udah ngak nahan ni", tanpa minta ijin kontol gw langsung di keluarin si Vira dari dalam boxer yng gw kenakan, gw yng di buat bgtu langsung lupa diri dan menuntut agar ini kontol mesti di masukin, entah di masukin di telingah kek, di pusar kek, ato di di mulutnya yng perting bisa masuk dan memompah dengan di tuntun nafsu birahi (maklum baru pertama kali gw lakuin ML dengan seorang wanita), di tuntunya kontol gw yng sudah mengeras kedalam vaginanya yng berwarna ping kemerahan yng sudah mengeluarkan cairan pelumas PERTAMAXnya, gw mulai memompa kontol gw kedalam vaginanya secara sedikit kuat, sehingga membuat membuat si Vira mulai menjerit kesakitan "awwhhh,,,,,, pelan –pelan dikit dong, sakit nih"(emangsih si vira nga perawan, tapi kelihatannya si vira belum berpengalaman didalam dunia birahi, mungkin baru 1 ato 2 kali melakuin hubungan sex)
"iya sayang, tapi vagina kamu sih enak sampe buat konta gw jadi bertingkat tak karuan"balas gw sambil memompa tubuh si vira dengan pelan, si vira tak membalas kembali perkataan gw kerena sudah asik keenakan dengan genjotan yng mulai gw lakuin (gw pikir sih si vira nga akan termelek dengan genjotan yng gw buat, kerena gw dalam dunia birahi masih newbie)

Sekitar 10 menitan menggenjot tubuh si Vira dengan gaya standar, terasa memek si vira mulai menyedot kontol ge dengan di picu gerak tubunya yang bergetan, kelihatannya si vira mulai mendapatkan orgasme ke duanya, tapi tanpa sadar ada sesuatu yng ada di dalam kontol gw yng ingin keluar dengan tekanan genjotan semakin cepat mengenjot tubuh Vira, "sayang ,,,,,Vira udah mau keluarnih,,,,,," desah si Vira, "sama aja sayang, aku juga udah mau kelaur nih,,,," balas gw, seketika badan gw mulai bergetar dan "Croootttt,,,,,,, Crottttt,,,, sesuatu yang panas mulai keluar dari kontol gua di luabgn vaginanya dan di dudu juga dengan cairan PERTAMAXnya si Vira, dan saat itu badan kami berdua pun mulai lemas yng di karenakan oleh orgasme kami yang barusan meledak. Sejenak gw mulai menup mata dan menyada bawa gw semalam telah tidur dengan si Vira dalam keadaan telanjang di rumah Vira sendiri....
Setelah kejadian itu vira menjadi kecanduan dengan nikmatnya dunia seks, sehingga kapan saja ada kesempatan aku dan vira akan meluangkan waktu kami untuk bercinta riah, hingga sampai saat ini aku dan vira menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Aku yang kuliah di jurusan teknik dan vira di jurusan ekonomi, masih menjalin cinta hingga lanjut kuliah. Suatu saat, di waktu libur semester vira pulang kampung kerena berhunguan neneknya yang sedang sakit parah, sehingga meninggalkan ku di kampus sendiri. Hari-hari gw lewati tampa kehadiran vira membuat gw menjadi strees, sehingga gw mncoba refreshing dlu ke mall bareng teman gw, sesampinya di mall kami nokrong di salah satu restoran, di sana teman gw gleen mengenalkan gw dengan adik kelasnya sewaktu sma yng bernama Fanny.
Menurut gw fanny orang-nya manis, tapi tak semanis si-vira. Tubuh fanny yng tingginya sekitar 170 dengan ukuran bra-36b membuat tubuhnya menjadi proposional. Setelah bercerita dengan sih fanny ternyata fanny adalah adik tingkat dari si-vira, kekasih gw. Saking asiknya bercerita sampai tak lupa aku memintai nomor dari si fanny, ternyata fanny pun tak keberatan untuk memberikan nomornya.kami pun bercakap ria hingga larut malam, Setelah pulang dari mall aku melihat jam menunjukan pukul 9.30 PM, waktunya ke-net untuk bermain game kesukaan gw Dota 2, sesampainya di warnet aku bertemu dengan si gleen.
"ngepet yuk" sapah gw
"siapa takut" sambung si gleen
begadang di-net membuat aku lupa kepada vira, sampai pagi menjelang aku kembali ke kost-kosan ku untuk mengistirahatkan tubuhku yang letih ini. Tersadar akan panas yng mencekam, kulihat jam yang menunjukan pukul 11.30 AM, kunyalakan AC dan laptopku untuk melihat peberitahuan, tak ada informasi tentang si vira, kucoba menelpon vira tapi tak ada jawaban dan kucoba sms-in vira, tentang gmna kabarnya. Persaan kehilangan menyelimuti pikiranku dan kucoba untuk fokus ke hall yang lain. "Bruuoootthhhhhh............." tanda perut ini ingin di isi dengan stok makanan, dan ku pergi ke-warung makan di samping kampus, sesampainya di warung makan, aku mendapati si fanny yng lagi membayar dikasir warung, ku tegur dia.
"lagi belanja makanan yah?" tegur gw
"kak ryan... ngak cuman beliin makanan untuk teman yng lagi sakit" jawabnya terkejut.
"gak pulang kampung yah?" tanya gw balik
"pada malas pulang kampung, abisnya lagi ngerapat untuk ospek mahasiswa baru" jawabnya
"Ohhhhhh" lanjut gw memotong ucapanya.
saking asiknya bercerita, perut yng tadinya keroncongan uda terasah kenyang dengan pembicaraan itu, kucoba antar pulang si fanny, ternyata fanny-nya gak keberatan. Sesampainya di rumah kontrakannya fanny, aku di suruh duduk untuk istirahat, sementara fanny lagi sibuk untuk nyiapin es jeruk untuk dihindangkannya. Sambil fanny duduk di samping depan, kelihatan mukanya pada kusut.
"kok pada kusut mukanya?" tanya gw membuka percakapan.
"itu si gabye, pada pulang nga ngebilang dulu" sambungnya dngan nada kesal.
"kok pada tau klo dia pulang pada pulang?" tanya gw lugu.

"ini sms-nya pada telat, uda di beliin makan juga.." kesalnya.
setelah mengetahui bahwa temannya si fanny pada pulang, munculah jin gw yng ngebisik untuk memerawani si fanny. Ku manfaatkan kesempatan itu untuk mendekati si fanny,dan ku mulai meransangi nya dengan ucapan nakalku, fanny menggapinya dengan respon yng membuat kontolku, dengan mengkipas kepanasan menggunakan bajunya, ataupun melipat celana pendeknya. Dengan responya begitu, gw mulai berani memanjakan tangan gw ke pahanya yang putih mulus, dari paha naik ke tangannya, dengan usapan lembut fanny pun pada konak terdengar desahannya yang nakal, "ahhhhhh,,,,, Ssth......ahhhhh"
kupastikan bahwa fanny benar-benar konak, mulailah kebagian intimnya, gw mulai meramas toketnya yng lumayan besar dengan tangan kananku, kulihat wajahnya uda pada sayung, ternyata fanny pada menikmati pijatan extra gw dari tanggan gw. Nafsu birahiku mulai menguap dan waktu gw akan mengecup bibir manisnya fanny, terlintas dalam pikiranku tentang Vira yng akan selalu setia kepadanya, maka ku urungkan niatku untuk memerawani fanny, mulai kulepaskan tanganku dari toket fanny dan gw bangkit dari tempat duduk gw, dengan penuh tanda tanya fanny pun menegurku.
"Kok pada berhenti?" tanya si fanny
"Sorry,,, maksud gw gak sampai disini" balas gw
"Gw mau pulang dulu, ada yng harus di selesain" lanjut gw
Waktu gw berjalan keluar, gw liat mukanya fanny pada merah menyala, entah kerena malu, kesal atau uda pada konak. Dalam perjalanan pulang kost, badan ini terasah lemah dengan di iringi bayang bayang vira yng menemani, sesampainya di kost gw membaringakan tubuh ini yng pada letih di tempat tidur, waktu ku buka mata kulihat jam menunjukan pukul 3.00 PM, dan ku sempatkan membuat mie instan untuk gw santap, setelah kenya muncul pikiran untuk menyusul vira di kampung, maklum jarak kota tempat saya kuliah dengan kota halaman saya hanya menempuh waktu 1,5 – 2 jam perjalanan.
Sesampainya di kota saya, saya menyempatkan waktu untuk menjenguk si vira, kutanya ibu-nya dmna vira, ternyata vira lagi menjaga neneknya di RSUD di kota saya, gw pun menujuh ke RSUD meski harus menahan lelah, samapinya di RSUD gw pun menuju kamar rawat neneknya vira, dengan perasaaan rindu ku tegur vira.
"selamat malam" tegur gw.
"malam.... RYAN?" jawabnya rindu.
"nenek uda pada baikan?" tanya gw.
"uda lumayan dari pada sebelumnya" jawabnya dengan muka yang murung.
"yan,, maafkan aku, aku gak bermaksud cuek...." lanjutnya.
"gak papa, aku ngerti kok" potong gw.
"vir,, aku mau pulang mandi dulu yah, soalnya masih gerak gerah dari kampus" lanjut gw.
"pantasan, bau banget" sindirnya nakal.

Klar mandi gw pun bersiap untuk pergi menjemput vira, sebelum jemput vira gw sms terlebih dahulu.
For : sayang Vira
"kamu damna vir...?"

From : sayang Vira
"uda di rumah sekarang, lagi gantian sama mama gajain nenek di RSUD
datang aja dirumah"
For : sayang Vira
"Ok, tungguin yah ^^"

Sesampainya di rumah vira jam menunjukan pukul 9.30 PM, gw ketuk pintu dan langsung di bukain vira, "langsung aja kekamar, gw mau mandi dlu" tegurnya. Dengan katanya yang to the poin, kontol gw langsung negang. Beberapa menit mandi, vira pun meminta tolong, "yan tolongin aku dong, ambilin shampo di kamar mandi bawa". Tampa membalas percakapanya akupun langsung mengambil sampoh dengan perasaan bahagia, waktu aku ngasih sampoh di depan kamar mandi kamarnya sengaja gw tampil bugil dengan maksud mandi bareng,"waaaaw,,, sih adik kesayanganku uda pada gak sabar yah?" tanya vira, "iya nih, uda lama gak perna ngerasain memek kamu" sambut gw.dibukanya pintu kamar mandi untuk mempersilakan gw masuk, gw liat kulit yang putih yng di terangi lampu hingga bercahaya menamba gairahku untuk memenjakan kontol gw di memeknya.
Gw sandarkan si vira di bath tub dengan kaki terbuka lebar, dengan nakal tangan kananku mulai memainkan mekinya dan tangan kiriku memainkan toketnya, mulut gw gak tinggal diam, gw sedot aja bibirnya yng mungil dengan lembut. Vira pun pengeluh dengan suara-nya yang exotis,"uuhhhhh,,,,, Sssstthhh,,,,, ahhh....." yng membuat kocokan tangan kanan gw semakin bersemangat untuk mengaduk mekinya, tak terasa tubuh vira mengejang dengan mengeluarkan cairan panas di dalam mekinya.
"Sayang, masuking dong adik kesayngan aku kedalam meki..." belum kelar pembicaraannya aku pun sudah mengarahkan senjata pamungkas gw ke mekinya, dengan perlahan tapi pasti gw mulai memompah mekinya, beberapa menit kemudian gw mengajurkan gaya "women on top", beberapa kali vira mempercepat genjotanya,tetapi gw berusaha untuk mengontrol permainan, sehingga aku tak kalah dalam bercinta, 30 menitan bermain aku pun merasah ada sesuatu yng akan keluar dari kontol ku,"Crott,,, Crott,, Crott,, " spermaku tumpah didalam rahim vira. vira yng masih belum puas, masih memompah dengan semangat berapi-api, tapi apa daya aku pun uda usai. Kami pun beristirahat untuk mengeringkan badan kami yng basah keburuh masuk angin, kami pun tidur-tiduran sambil bercakap-cakap.
"vir,, tanten di RSUD yah?" tanya gw.
"iya, lagi temani nenek yng lagi sakit" sahutnya.
"terus Om pada kemana?" tanya gw lagi.
"papa ada keluar daerah, kerena urusan dinas" jawabnya
Dengar orang tua vira pada keluar semua, semangat 45 pun berkobar untuk menjantani kekasihku hingga pagi menjelang, dari hari itu kesetianku terhadap vira pun semakin erat ku jaga. Kini vira telah hamil 3 bulan, aku pun berjanji untuk bertanggung jawab untuk menikahinya.

TAMAT.

laras

Sebenarnya umurku sudah tidak bisa dibilang muda lagi, bahkan bisa dibilang sudah kakek-kakek karena saat ini umurku sudah 58 tahun. Namun demikian banyak orang mengira umurku masih di bawah 40 tahun. Orang-orang di kantorku mengatakan kalau secara fisik aku memang hebat. Otot masih kencang dan wajah hampir tidak ada keriput.

Demikian juga isteriku, masih seksi dan kenyal, kulitnya juga masih kencang. Yang menunjukkan berapa umurku sebenarnya adalah rambutku yang sudah hampir tidak ada hitamnya lagi. Atas saran isteriku, rambutku aku cat hitam sehingga lengkap sudah penampilanku bagai lelaki yang masih berumur 30-an. Mungkin ini khasiat kami rajin berolah raga. Di samping itu kami selalu menyertakan sayuran atau buah sebanyak mungkin dalam menu makan kami, di samping sumber-sumber protein utama.

Kehidupan seksualku juga masih normal, walaupun isteriku yang tiga tahun lebih muda dariku sudah menopause, tapi seminggu tiga-empat kali kami melakukan hubungan sex. Memang harus memakai lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan ketika ML karena lendir vaginanya sudah tidak produktif lagi. Tapi semua terasa indah dan bisa kami menikmati. Akupun tak pernah selingkuh. Bagiku isteriku adalah segala-galanya.

Secara ekonomi hidupku sukses besar. Beberapa perusahaan sudah aku miliki dan semuanya telah berkembang dengan baik. Dalam kehidupan berkeluarga pun aku cukup bahagia. Aku punya isteri masih cantik dan seksi dan dua orang anak laki-laki yang gagah, ganteng, dan cerdas yang kuberi nama Arga Putra Pratama dan Bagas Putra Sentosa. Mereka sudah dewasa dan sedang menyelesaikan program S3 di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT). Di samping anak-anak kandungku, aku juga membiayai dan menghidupi sejumlah anak asuh. Mereka kebanyakan berasal dari anak-anak jalanan, anak yatim, dan anak yatim piatu, di samping ada pula yang berasal dari keluarga lengkap tetapi kurang mampu.

Aku menerapkan syarat yang ketat bagi anak-anak asuhku. Syarat pertama adalah mereka wajib mengikuti pertemuan anak asuh di rumahku sebulan sekali. Syarat kedua, mereka tidak boleh menjadi anak jalanan, terutama bagi mereka yang berasal dari anak jalanan. Bagi yang tidak punya rumah, termasuk anak jalanan dan yatim piatu, mereka wajib tinggal di rumah asuh yang aku bangun untuk menampung mereka. Setelah mereka lulus sekolah atau perguruan tinggi, jika mau, mereka aku beri pekerjaan di salah satu perusahaanku. Akupun mempersilahkan mereka jika mereka mau mencari pekerjaan sendiri atau membuka usaha sendiri.

Isteriku sendiri yang secara langsung menangani rumah asuh itu. Metode yang diterapkan dalam pengelolaan rumah asuh berdasarkan kebutuhan anak, bukan berdasarkan keinginan kami, selaku penyedia dana dan pengelola rumah asuh. Tak heran anak asuh yang ada di rumah asuh sangat akrab dengan isteriku.

Pertemuan dengan anak-anak asuhku, selain bermanfaat untuk memantau aktivitas mereka, juga bermanfaat untuk mengobati kerinduanku dengan anak-anak kandungku yang tidak lagi pulang di awal bulan seperti waktu SMA dulu, tapi mereka pulang sesuka hati mereka. Memang di era informasi sekarang, komunikasi bisa dilakukan lewat email, chatting dan telepon tetapi terasa tidak puas jika hanya bertemu anak-anakku lewat layar monitor.

Hasil pertemuan itu, aku juga bisa akrab dengan mereka. Hubungan kami lebih sebagai keluarga atau orang tua dengan anak-anaknya daripada pemberi dan penerima dana. Aku dan isteriku biasa bercanda dengan mereka dan mereka tidak lagi sungkan untuk sekedar ngobrol dengan kami. Tak jarang mereka datang di luar jadwal pertemuan untuk sekedar bertemu atau bersalaman dan mencium tangan kami sambil berkata, “Apa kabar Ayah dan Ibunda?” atau “Ayah dan Ibunda sehat kan?” Kalimat-kalimat yang mereka ucapkan cukup sederhana, tetapi dalam artinya bagi kami. Bukan karena merasa dihormati, tetapi kami merasa seolah menemukan kembali anak-anak kami yang seolah hilang dalam kedewasaan mereka.

Suatu hari isteriku diajak teman-temannya jalan-jalan ke Australia. Tentu saja isteriku antusias menanggapi ajakan mereka, karena sekalian menengok Arga dan Bagas anak-anak kami. Dan benar saja (walaupun kalau minta ijin pasti aku berikan) tanpa minta persetujuanku mereka berangkat ke Australia. Setengah delapan pagi mereka pamit. Aku tertawa mengiring kepergian mereka di pintu rumahku.

“Dasar nenek-nenek centil…” gumamku saat dengan manja isteriku pamitan. Dia hanya tersenyum mendengarnya. Sambil tetap tersenyum dia melambaikan tangannya dari balik jendela mobil yang akan membawa ke Bandara Ahmad Yani.

Setelah mereka berangkat kesepian menyergapku. Kulampiaskan rasa sepi dengan berlatih fitness di gym pribadiku yang ada di lantai dua. Setelah warming up dengan cukup, aku memacu treadmill dengan kecepatan agak tinggi sambil mendengarkan musik lewat ipod. Setengah jam aku berpacu di atas treadmill. Keringat yang mengucur deras akibat pacuan treadmill membuat aku gerah. Rupanya aku masih memakai kemeja yang aku pakai waktu mengiring kepergian isteriku. Tanpa berhenti berlari di atas treadmill aku lepas bajuku dan kulempar ke sudut ruang gym lalu kulanjutkan memacu treadmill dengan penuh semangat.



Tiba-tiba dari pantulan cermin di depanku nampak pintu gym pribadiku terbuka dan muncullah seorang gadis dengan seragam putih abu-abu yang sangat kukenal. Dia adalah Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan. Selain cantik dia juga cerdas dan cekatan. Rencananya setelah lulus SMA nanti, Laras akan kubiayai untuk kuliah di RMIT agar bisa aku tempatkan di salah satu perusahaanku sebagai manajer setelah lulus kelak. Terlalu sayang kalau anak cerdas dan cekatan seperti Laras tidak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Namun aku tak pernah memberi tahu rencana ini kepada siapapun kecuali isteri dan anak-anakku.

“Ayah…” sapanya manja sambil mendekat. “Bunda pergi ya..?”

“Yups” sahutku sambil terus memacu treadmill. “Darimana kamu tahu?”

“Mbak Ayu yang kasi tahu, Yah” kata Laras sambil duduk di shoulder press machine. Ayu adalah pembantuku.

“Baru jam sembilan lebih sedikit kok sudah pulang? Bolos ya..?” kataku sambil senyum

“Tidak ada kata membolos dalam kamus anak Ayah” kata Laras sambil tertawa. “Laras habis uji coba ujian nasional, Ayah. Hari ini hari terakhir uji cobanya, jadi setelah uji coba selesai, Laras langsung kemari.” Kata Laras menjelaskan. “Sayang Laras tidak ketemu Ibunda…” katanya dengan wajahnya berubah jadi sedih.

“Ada perlu sama Ibunda?” tanyaku ketika melihat wajahnya yang sedih

“Kangen sama Ayah dan Ibunda. Dua minggu Laras tidak kemari rasanya lama sekali”

Bangga dan bahagia merembes dalam hatiku ketika mendengar Laras merasa kangen pada kami. Aku tatap mata Laras sambil tersenyum. Laras memang yatim piatu. Orang tuanya bercerai waktu dia masih bayi, dan ibunya meninggal ketika dia baru berumur dua tahun. Saat itulah aku lewat dan melihat orang bergerombol di trotoar sebuah taman kota. Ada dua mobil polisi dan sebuah ambulan. Aku suruh sopir untuk berhenti dan melihat apa yang terjadi. Ternyata ada seorang tunawisma tewas dengan anak masih berumur dua tahun. Segera aku turun dari mobil dan menghampiri perwira polisi yang sedang memberi komando kepada anak buahnya. Ternyata dia mengenal aku sebagai bapak asuh dari anak-anak jalanan. Ketika aku bilang agar anak kecil itu di antar ke rumah asuh-ku , mereka langsung setuju. Sejak saat itu anak tadi aku beri nama Larasati karena tidak ada catatan tentang nama dia yang sebenarnya. Kini, empat belas tahun kemudian, anak itu sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan ada di depanku. Seandainya aku punya anak perempuan…

“Ayah melamun?” Tanya Laras mengejutkanku

“Ah tidak” kataku sambil senyum “Kamu sudah besar sekarang”

“Kelihatannya Ayah sedih..?” katanya sambil mendekat.

“Enggak… Ayah enggak apa-apa” kataku meyakinkan Laras. “Oh ya! Suruh Ayu menyiapkan makan siang sementara Ayah mandi. Banyak keringat.. lengket nih..” kataku sambil turun dari treadmill.

Laras menghampiri aku dengan membuka tangannya lebar-lebar ingin memeluk.

“Hei… Ayah masih berkeringat… bau lagi!” kataku sambil berusaha menahan pelukan Laras. “Nanti saja peluknya setelah ayah mandi hehehe…”

“Ahhh.. Ayah…” kata Laras sambil merengek. “masa obat kangennya nunggu ayah mandi sih..”



Akhirnya kudekap Laras dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang seorang lelaki tua yang merindukan anak perempuannya. Kuangkat wajah Laras dan kucium ubun-ubun dan keningnya. Pelukan Laras makin erat. Kubelai rambut Laras yang dipotong pendek.

“Ih… dada Ayah asin…” kata Laras tiba-tiba sambil tertawa

“Kamu sih… ngotot minta peluk, Ayah sudah bilang, masih berkeringat…” jawabku sambil menjatuhkan kepalan tangan kananku pelan ke atas ubun-ubunnya. “Udah Ayah mandi dulu, setelah mandi kita makan di luar aja…”

“Ayah bau.. asin dan asem jadi satu” kata Laras sambil tertawa ketika berlari menuruni tangga.

“Hahaha… Salah sendiri minta dipeluk” sahutku setengah berteriak. Aku segera mengambil baju yang tadi aku lempar dan turun menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku di lantai satu. Semburan shower benar-benar menyegarkan tubuhku. Selesai mandi aku keluar dengan handuk melilit tubuhku. Ternyata Laras ada di dalam kamarku.

“Hey… ayo keluar dulu. Ayah mau ganti pakaian” kataku.

Laras berdiri sambil tersenyum. Tangannya mengembang dan setengah berlari menubruk aku.

“Aku masih kangen.. aku pengen dipeluk Ayah lagi..” kata Laras sambil memeluk ku. Sekali lagi kubelai rambut Laras yang sedang mengelus-elus dadaku kiriku sambil menyandarkan kepalanya di bahu kananku.

“Berapa sih umur ayah?” katanya sambil menatap dada dan six packs di perutku.

“Emang kenapa dengan umur Ayah?”

“Pengen tahu aja.. Kok badannya masih bagus dan kecang. Juga nggak ada di kerutan wajah Ayah…” suara Laras seperti kagum.

“Tumben nanya-nanya umur… Coba kamu tebak aja”

“Empat puluh sekian”

“Ah.. anak Ayah kok jadi o’on sekarang..” kataku sambil tertawa. “Masa orang berumur empat puluhan sudah punya anak berumur 32 tahun. Emangnya ayah nikah umur berapa?”

“Masa Ayah umurnya lebih dari 50 tahun sih…” jawab Laras. “tuh.. badannya aja masih kenceng dan berotot gini..” kata laras sambil berusaha mencubit dadaku, tapi gagal karena ototnya terlalu penuh dan padat kencang untuk dicubit.

“Nyubitnya aja susah…” katanya lagi.

“Ayah sudah 58 tahun, Laras… Ini semua karena Ayah rajin berolah raga dan selalu makan sayuran dan buah” jawabku.



Kurasakan tangan Laras mengelus-elus punggungku. Sementara tangan satunya mempererat pelukannya. Wajahnya menempel ketat di dadaku. Mulutnya tersenyum damai sambil matanya terpejam. Laras mengelus punggungku dengan ujung kukunya dengan lembut. Ujung kukunya terasa meraba, bukan mengelus dari pangkal leher turun sepanjang tulang belakangku dan berhenti di bagian bawah pinggangku karena terhalang handuk, tapi gerakan ujung kuku Laras tidak berhenti tetapi bermain-main melingkar pinggangku. Gerakan kuku Laras membuat kelaki-lakianku bangkit. Aku angkat wajah Laras. Aku cium lagi ubun-ubun dan keningnya. Laras masih terpejam, tapi bibirnya tidak lagi tersenyum melainkan setengah terbuka.



“Ayaahhh…” Laras melenguh. Tiba-tiba dia menjilat dadaku dan menggigit putingku sambil memainkan lidahnya.

Sesaat aku sadar. Laras adalah anak asuhku dan sudah aku anggap anak sendiri.



“Sudah Laras… Ayah mau pakai pakaian dulu, terus kita makan di resto..” kataku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Laras. Bagaimanapun juga aku harus menghentikan rangsangan yang sudah hampir menghancurkan akal sehatku. Bukannya melepaskan, Laras malah makin mempererat pelukannya. Bibirnya dan lidahnya terus bermain di dadaku. Tak lagi aku mampu mencegah, penisku langsung ereksi.

“Apakah aku nggak boleh merasakan kasih sayang Ayah?” sahut Laras sambil terus mengigit-gigit dadaku. Lidahnya menjilat-jilat. Aku sudah tak lagi mampu membendung nafsuku. Kuangkat wajah Laras, Kucium keningnya, lalu mata kiri dan kanannya.

“Ahhh.. Ayah… Laras sayang Ayah… Ahhh” Laras mendesah dengan dengusan nafas yang tersengal.



Matanya terbuka sedikit, tapi hanya putih bola matanya yang nampak. Bibirnya yang merekah basah mengkilat mengundangku untuk mengulum dan menghisapnya. Tanpa sadar aku mengecup bibir Laras dan melumatnya dengan lebut. Laras membalas dengan menghisap bibirku. Lidahnya menjulur masuk ke dalam mulutku. Menyapu seluruh relung rongga mulutku dan menggosok-gosok gusiku. Aku hisap lidah Laras sambil aku kaitkan lidahku pada lidahnya. Agak lama kami bermain-main dengan lidah. Kami saling hisap, saling gosok rongga mulut, dan saling mengaitkan lidah. Tanganku meremas pelan payudara Laras dari luar baju seragam. Bra yang dikenakan cukup tipis membuat aku bisa merasakan kenyal dan lembutnya payudara Laras.



Aku benar-benar dikuasai nafsu sekarang. Kulepas bibirku dari bibirnya, lalu aku susuri lehernya yang jenjang dengan bibir dan lidahku. Kugunakan kedua bibirku untuk menggigit leher Laras. Kemudian kucium dan kuhisap telinga Laras. Aku korek telinganya dengan lidahku sambil sekali-sekali menjilat dan menghisap bagian belakang telinganya. Akibat tindakanku itu Laras menggelinjang. Nafasnya terengah-engah. Mulutnya berkali-kali mengerang melampiaskan nafsunya yang makin meledak.



“Ayaaahhh… sayangi Laras… Yaaahhh…” Laras mendesah.

“Ayyaahh ssaayyang Larasss… sshhh” jawabku sambil terus mencium dan menghisap lehenr dan telinganya.



Tangannya mengapai penisku dari luar handuk lalu meremasnya. Laras kemudian menyibakkan handuk yang aku pakai dan merogoh penisku yang sudah sangat tegang. Handuk yang melilit di pinggangku dilepaskannya. Sejenak dia diam sambil menatap penisku.



“Kenapa sayang..” tanyaku saat Laras berdiam diri.

“Enggak apa-apa… Cuma heran… kok penis Ayah segede ini ternyata…” jawab Laras sambil meraih penisku dan meremas-remas.



Cairan kenal bening sedikit mengalir keluar dari penisku. Laras menggunakan cairan itu untuk mengusap kepala penisku dengan jempolnya yang mungil dan halus. Jempol itu diputar-putar di kepala penisku yang licin karena cairan yang keluar dari ujung penisku. Nikmat sekali rasanya.



“Laraasss.. hhh…” aku mendesah karena nikmat.



Segera aku buka kancing baju seragamnya. Tampak bra ukuran 34-B warna kulit membungkus payudara Laras yang bulat dan kencang. Bra itu terlalu tipis sehingga mencetak bentu payudara Laras dan putingnya. Aku kecup dan jilat pangkal payudaranya, kemudian aku gigit dengan bibirku sambil menghisapnya. Dengan tak sabar segera aku buka baju seragam Laras, lalu aku raih kait bra yang ada di punggung Laras untuk melepasnya. Laras telanjang dada sekarang. Payudaranya bulat indah dengan puting yang mengeras berwarna cokelat muda kemerahan. Kurendahkan tubuhku agar dapat kukecup puting Laras. Laras memeluku sambil mendesis-desis.



Dengan penuh kelembutan aku nikmati sepenuhnya payudara Laras. Dengan cara menghisap, menjilat, dan mengulumnya. Lidahku menelusuri tiap sentimeter payudaranya yang kenyal. Puting yang mengeras aku hisap dan aku pilin dengan lidahku. Erangan demi erangan keluar dari mulut Laras. Erangan yang menggairahkan naluri birahiku.



“Ahhh.. sshhh… Ayaaahh… nikmaatt…terussss…. Aaahhh…” Laras mendesis-desis.



Tangan kanannya menekan kepalaku sementara tangan kirinya meremas dadaku dan memilin putingku. Berganti-ganti payudara kanan dan kirinya aku jilat, aku sedot dan aku gigit pelan-pelan. Setelah puas menghisap payudara Laras, aku arahkan lidahku ke perut Laras. Lidahku menari dengan penuh perasaan di permukaan perut Laras. Agar tak menghalangi aksiku, segera kuraih kancing rok seragam Laras dan membukanya. Aku tarik resletingnya ke bawah. Rok yang dipakai Laras pun melorot dan lepas. Kini Laras hanya memakai celana dalam berwarna kulit senada dengan branya. Lidahku berpindah menari di pusarnya. Perlahan lidahku bergerak ke bawah. Di antara pusar dan karet celana dalamnya aku jilat dan aku sedot dengan bibirku.



Kemudian sambil jongkok, kulihat celana dalam Laras basah di bagian vaginanya. Segera aku gigit perlahan-lahan vagina Laras dari luar celana dalamnya sambil kuletakkan kedua tanganku di pantatnya untuk meremas-remas pantat yang masih kencang dan padat.



“Aahhh Ayaahh…” desah Laras sambil menekan kepalaku ke vaginanya.



Pinggulnya bergerak maju mundur perlahan. Sambil meremas pantatnya, aku selipkan jariku ke dalam celana dalamnya. Aku usapkan jari-jariku di belahan pantat Laras. Laras menggelinjang lagi sehingga vaginanya menabrak mukaku dengan agak keras karena kepalaku juga ditarik ke arah vaginanya. Segera aku pelorotkan celana dalam Laras ke bawah hingga terlepas. Vagina Laras benar-benar menawan. Vaginanya tebal dan penuh dengan selakang putih bersih di kanan kirinyanya. Bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar vagina masih belum sempurna menambah daya tarik vagina yang baru matang. Ada cairan yang merembes keluar. Rupanya Laras benar-benar telah terangsang. Aku usap bibir vagina luarnya dengan jempol kananku. Cairan vaginanya membuat jempolku dengan licin mengusap vagina Laras. Permainaku aku lanjutkan ke klitoris Laras. Mula-mula aku usap klitoris Laras dengan jempolku, kemudian sambil menekan klitorisnya, jempolku bergerak memutar mengitari klitorisnya. Setelah itu dengan jari dan jempol aku pijit klitoris Laras lalu aku urut dari atas ke bawah.



“Ayahhh.. aku sayang Ayah…” Laras mengerang sambil menggelinjang.

“Iya.. Ayah juga sayang Laras…”



Kupuaskan mataku untuk melihat vagina gadis yang baru mekar ini sambil terus memainkan jempol dan jariku di bibir vagina dan klitorisnya. Dengan jari-jari dan jempol tangan kiriku, kusibak kedua bibir vagina Laras. Tampak bagian dalam vagina laras berwarna merah muda yang terus mengeluarkan cairan sedikit demi sedikit. Jempol kananku kupercepat mengusap mengitari klitoris Laras. Tiba-tiba Laras menjambak rambutku dan menariknya mendekatkan wajahku ke vaginanya. Segera aku hisap vagina Laras. Lidahku perlahan menjilat-jilat vagina dan klitoris Laras seperti kucing mandi.



“Ayah.. uh… nikmat….”



Kujawab lenguhan Laras dengan memainkan lidahku di lubang vaginanya. Lalu dengan cepat aku sedot klitoris Laras sambil memasukkan lidahku ke dalam lubang vaginanya. Kugunakan lidahku untuk menusuk dan mengorek lubang vaginanya. Laras menggerakkan pinggulnya mengikuti gerakan lidah dan mulutku yang melumat vaginanya. Kusedot vaginanya sambil memutar lidahku di klitoris Laras. Jambakan pada rambutku makin kencang. Kepalaku dihentak-hentakkan ke arah vaginanya. Tak kubiarkan gadis yang masih segar ini untuk berlama-lama tersiksa menanti orgasme. Kutusukkan lidahku ke dalam vaginanya sambil kugetarkan dengan cepat. Lalu dan tubuh Laras menggelinjang hebat, dia berdiri sambil meliuk-liuk seolah pohon cemara yang tertiup puting beliung. Kemudian Tubuhnya mengejang kemudian dia melolong keras dan panjang.



“Ayyyaaahh…. Ah…uh…. Aku mau pipis…” teriak Laras sebagai cara menikmati orgasmenya.

“Keluarkan saja sayang… supaya Laras merasakan kenikmatannya” kataku memberi instruksi di sela jikatanku di klitorinya yang makin cepat.

“Tapi Ayah…. Auw..aahhh…” Laras kembali teriak dan mengerang. “nikmat banget… Laras puas… puas Yah…”



Dan… serrr…serrr cairan orgasme Laras mengalir dengan deras. Tubuhnya membungkuk ke depan kemudian mendongak seperti akan terjatuh ke belakang. Tubuh Laras makin mengejang. Kembali cairan orgasme Laras mengucur. Tangan kananku berusaha menopang tubuh Laras yang bergerak liar sambil kejang-kejang. Sedotanku di vaginanya makin intens, menyedot habis cairan orgasmenya sambil menjilat-jilatinya.



Setelah beberapa saat, perlahan aku berdiri. Tanganku tetap menopang tubuh Laras yang kini terkulai lemas dan lututnya menggigil akibat orgasme yang dia alami. Laras memeluku sambil bergayut dengan terpejam dan menggigit bibirnya bawahnya sendiri. Segera aku menenangkan Laras dengan mencium kedua matanya, pipinya, hidungnya dan kemudian aku hisap bibirnya.



“Ayah….” Laras memanggil sambil matanya tetap terpejam.

“Ya sayang…?”

“Ayah sayang Laras..?”

“Tentu, Ayah sayang Laras” jawabku sambil terus menciumi wajahnya.



Laras mempererat dekapannya untuk menjaga keseimbangan agar tak jatuh. Agar lebih mudah menopangnya, tubuh Laras aku balik sehingga dia membungkuk membelakangi aku. Sambil tetap bertahan untuk berdiri, aku peluk tubuhnya dari belakang. Aku kecup tengkuknya. Aku cium sekujur punggungnya sementara tangan kananku menopang tubuh Laras sedangkan tangan kiriku bermain-main kecil di vaginanya. Penisku yang masih berdiri dengan gagah aku gesek-gesekkan di belahan pantatnya. Tapi rupanya Laras sudah tak mampu berdiri lagi. Segera aku menggendong Laras sambil mencium bibirnya yang menyunggingkan senyuman. Matanya sayu menatapku mesra. Aku baringkan Laras pelan-pelan di tempat tidur tanpa melepaskan hisapan bibirku di bibirnya. Kemudian aku berbaring miring di samping Laras dengan posisi menghadap ke arahnya.



Sambil menatap gadis muda yang sedang mekar itu. Aku belai wajahnya. Nafasnya sudah tidak tersengal lagi dan mulai teratur. Sementara itu ketegangan penis mulai turun. Aku peluk Laras. Wajahnya aku benamkan di dadaku. Komunikasi tanpa kata-kata ini membuat Laras tersenyum. Tangannya menggapai meraih wajahku lalu menariknya ke arah wajahnya kemudian Laras melumat bibirku. Aku mencoba pasif dengan membalas sekedarnya. Laras menjilat dan menghisap seluruh permukaan wajahku. Lidahnya lincah menari-nari membuat aku tak tahan bersikap pasif. Aku pagut bibir Laras dan menghisapnya kuat-kuat. Laras bangkit menindihku. Kubiarkan aksinya yang liar menjilat sekujur tubuhku. Tangannya meremas penisku dan mengocoknya. Kemudian ujung penisku dijilat dan dikulum sambil disedot. Mula-mula dengan halus dan pelan. Aku benar-benar melayang dibuatnya. Rasa nikmat menjalar dari ujung penis sampai ke sekujur sumsum tulangku.



Penisku perlahan-lahan kembali tegang. Tak tahan dengan perlakuan Laras atas penisku, aku bangkit dan kubalik tubuh Laras sehingga dia ada di bawah kembali. Laras meronta dan protes.



“Ayah kok gitu sih… Biarkan Laras di atas dong… Laras ingin Ayah menikmati aja permainan Laras” katanya sambil berontak.



Aku ingin sedikit menggoda Laras, oleh karena itu aku tak memberi kesempatan kepada dia untuk berada di atas. Segera aku kulum puting Laras dan mengisapnya sambil memutar-mutar lidahku. Kembali Laras menggelinjang dan tak mampu berontak dan protes lagi.



“Ayah nakal...” kata Laras sambil melingkarkan tangannya di leherku.



Kepalaku ditekan ke bawah sampai-sampai kepalaku terbenam dalam lembah di antara payudara Laras. Kemudian tangannya mengapai penisku yang sudah sangat tegang. Kubiarkan Laras meremas dan mengocok penisku sambil mengisap payudaranya. Aku ingin menikmati aksi tangannya terhadap penisku. Sekali lagi cairan yang keluar dari ujung penis digunakan Laras untuk mengelus kepala penisku dengan jempolnya. Sambil mengelus kepala penisku Laras mengocok batang penisku.



Mula-mula Laras menggocok maju mundur dengan lembut, lama kelamaan kocokannya diputar ke kiri dan ke kanan dengan cepat seperti orang mengulek sambel. Akan tetapi karena posisi Laras di bawah, dia tidak leluasa dan aku merasa kurang nikmat. Laras minta sekali lagi agar aku yang berada di bawah. Aku jawab permintaan Laras dengan menjepit tubuhnya dengan kakiku dan memeluknya erat-erat. Kemudian aku berguling menjatuhkan diri ke samping kiri sambil mengangkat tubuhnya sehingga dia ada di posisi atas. Rupanya Laras tidak siap ketika aku berguling.



“Auw… Hihihi…” Laras memekik lalu tertawa. “Ayah bener-bener nakal… Masa Laras dibikin kaget sih…”

“Kan Laras tadi yang minta di atas…” sahutku sambil meremas payudaranya dan memelintir putingnya.



Laras menghentikan jawabanku dengan mengulum mulutku. Lidahnya mencari-cari lidahku. Setelah bertemu lidahku dikait-kait dengan lidahnya. Aku hanya memberi reaksi seperlunya. Aku biarkan Laras bermain-main dengan mulut dan lidahku, Sementara vaginanya digesek-gesekkan ke penisku. Penisku yang sejak tadi tegang dan keras berkali-kali menyodok klitorisnya. Laras bergerak maju mundur sambil mendesis-desis. Karena gesekan vagina dan klitoris Laras, penisku terasa hangat dan basah oleh cairan yang keluar dari vagina Laras.



Ciuman Laras berhenti, bibir dan lidahnya menyusuri wajahku, mencium telingaku dan leherku. Gerakan lidahnya lincah sekali berpindah menyusuri kulit dadaku. Bibirnya mengecup dan menghisap-hisap putingku, sambil terus menggesekkan vagina dan klitorisnya di penisku. Kini Laras duduk sambil terus bergerak maju mundur sambil menekan penisku dengan vagina dan klitorisnya. Gerakan Laras makin cepat. Dia nampak merasakan nikmatnya gesekan vagina dan klitorisnya dengan penisku. Matanya terpejam sementara bibirnya mendesis dan mengerang. Kubantu Laras memenuhi kenikmatan yang diperolehnya dengan meremas-remas payudaranya serta memutar-mutar putingnya.



“Aahh.. Ayah… Nikmat sekali…” kata Laras sambil mempercepat gerakkannya.



Tubuhnya melengkung bungkuk ke depan, lengannya bertumpu pada dadaku. Mukanya menunduk dengan mata terpejam. Bibir bawahnya digigit sendiri. Sesekali Laras mendongak ke belakang, lalu membungkuk lagi. Kugunakan tangan kananku untuk meremas payudara Laras dan memilin putingnya, tangan kiriku meremas-remas pantat Laras. Sesekali aku oleskan jariku ke bagian luar anusnya setelah aku basahi dengan ludahku, dan setiap jariku mengoles anusnya, Laras memekik. Gerakan Laras makin cepat dan liar. Rupanya dia segera akan mendapatkan orgasme lagi.



“Ayah… ah…ah..uh.. Laras mau pipis lagi…”



Kembali tubuh laras mengejang beberapa saat, cairan vaginanya keluar dengan deras kembali. Pantatnya menekan ke bawah menjepit penisku dengan kedua bibir vaginanya. Klitorisnya terasa berdenyut-denyut kenyal. Laras yang lemas tak berdaya menjatuhkan diri di dadaku kemudian memeluku lalu dengan gemas diciumnya leher dan dadaku. Aku diamkan Laras untuk beristirahat. Sambil membelai dan menciumi kening dan matanya. Bagaimanapun juga dua kali orgasme tentu membuatnya lelah. Perlahan-lahan Laras membuka matanya dan tersenyum.



“Ayah… Ayah hebat…” kata Laras dibarengi senyum. “aku bisa keluar dua kali tanpa bersetubuh”



Sepertinya Laras merasakan penisku kini kembali tegang dan terasa mengganjal tertindih tubuhnya, walau tadi sempat menurun kekerasannya tapi belum sampai benar-benar lembek,. Aku peluk Laras sambil mengelus punggungnya. Beberapa saat kemudian Laras mencium lagi leherku sambil disedot dan dijilat. Penisku yang mengganjal vaginanya kembali tergesek-gesek karena Laras mulai menggoyangkan pinggulnya. Gerakannya mula-mula pelan dan tidak teratur, lama kelamaan gerakanya kurasakan memutar ke kiri, kemudian ke kanan. Hal ini membuat penisku terasa nikmat.



“Ah… Laras…” aku mendesah. Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku karena Laras segera mencium bibirku dan melumatnya.

“Ayah nggak boleh boleh nakal lagi… Ayah harus nurut sama Laras. Laras nggak boleh dibalik di bawah lagi..” kata Laras sambil terus menggoyangkan pinggulnya.



Aku hanya menggangguk sambil mendesah menikmati gerakan dan gesekan vagina Laras di penisku. Laras kembali duduk sambil terus menggesekkan vaginanya di penisku. Kemudia, tanpa dikomando Laras mundur ke belakang kemudian bersimpuh di antara kedua lututku dan meraih penisku, lalu dikocoknya sambil kembali mengelus kepala penisku yang basah karena cairan orgasmenya sendiri dengan jempolnya. Tiba-tiba Laras sudah mengulum penisku. Lidahnya berusaha menari di dalam rongga mulutnya yang penuh dengan penisku. Usaha Laras untuk memuaskanku dengan oral cukup keras. Dia berusaha memasukkan semua penisku ke dalam mulutnya yang tentu saja tak akan bisa. baru separo saja penisku sudah memenuhi rongga mulutnya. Berkali-kali Laras hampir tersedak karena penisku menyodok tenggorokannya dan masuk ke dalam kerongkongannya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika penisku masuk dalam kerongkongannya. Serasa dijepit dan dikocok benda lunak yang kenyal.



Walaupun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan cara Laras meng-oral penisku aku merasa kasihan juga melihat dia berkali-kali hampir tersedak, aku raih lengan Laras dan aku tarik tubuhnya. Laras menggelengkan kepalanya sebagai tanda menolak dan ingin bertahan dengan posisinya.



“Aku juga pengen cium vagina Laras..” kataku, tapi Laras tetap bergeming, asyik dengan penisku.



Lama-kelamaan pertahananku hampir jebol. Kocokan mulut dan kerongkongan Laras membuat penisku berdenyut-denyut. Segera aku duduk dan meraih badan Laras.



“Laras… Ayah udah ga kuat…” Kataku sambil meraih kedua lengan Laras. Penisku yang terlepas dari mulutnya tampak keras dan ujungnya berwarna kemerah-merahan.

“Ayah belum ejakulasi. Aku mau…“ protes Laras tak berlanjut karma aku aku lumat bibirnya.



Segera aku posisikan Laras di bawah lagi dan dengan lembut aku cium dan aku hisap payudaranya. Kemudian aku tindih Laras sambil terus mengulum dan memainkan putingnya. Laras mendesis, dan aku bergerak menyusuri tubuhnya dengan lidahku. Saat sampai di vaginanya, dengan rakus aku hisap cairan yang merembes keluar. Lidahku kembali memainkan klitorisnya lalu memasuki liang vaginanya secara berganti-ganti. Laras menjerit kecil. Kepalaku dijepit dengan kedua pahanya sambil ditekan dengan kedua tangannya. Laras kembali terangsang hebat. Aku ingin memasukkan penisku ke dalam vaginanya



Aku segera bangkit dan kembali menindih tubuh Laras. Penisku yang sudah sangat tegang berada di bibir vaginanya. Perlahan aku gesekkan kepala penisku di klitorisnya. Laras mendesis sambil memejamkan mata. Dengan perlahan gesekan penisku bergeser ke bawah dan ujungnya masuk ke dalam vagina Laras. Laras menggigit bibirnya sambil meringis. Aku tarik kembali penisku dan pelan-pelan kembali aku masukkan. Walaupun liang vagina Laras sudah sangat basah, ternyata sulit juga penisku melakukan penetrasi. Vagina Laras masih sempit, atau kemungkinan besar masih perawan. Tusukan penisku kuhentikan. Laras membuka matanya dan tersenyum.



“Ayah… Pelan-pelan masukinnya ya…” kata Laras sambil mengelus dan meremas dadaku.



Aku jawab permintaan Laras dengan mendorong penisku sedikit lagi. Laras menahan nafas sambil berjengit. Sekarang sudah seperempat bagian yang masuk ke dalam vagina Laras. Aku cium dan aku kulum puting Laras. Laras membuka matanya. Kembali aku lihat senyuman Laras.



“Masukin lagi Yah… Tapi pelan-pelan ya…”

“Ya sayang… Ayah akan pelan-pelan masukinnya. Sakit ya..?” tanyaku sambil mendorong kembali penisku. Kini sudah separo yang masuk.

“Enggak sakit…” kata Laras sambil menggelengkan kepalanya. “Laras ingin Ayah masukin semuanya ke dalam… Auw…sshhh” Laras kembali memekik kecil ketika penisku aku tarik keluar perlahan dan aku masukkan lagi.



Aku tahu Laras kesakitan ketika penisku maju memasuki vaginanya lebih dalam lagi. Air matanya meleleh, tapi hebatnya, dia masih menyunggingkan senyuman. Aku kocok penisku pelan-pelan yang baru masuk setengahnya.



“Ayo... masukin lagi Yah… biar tuntas…” Laras kembali memintaku untuk memasukkan penisku lebih dalam.



Aku kasihan melihat dia meringis kesakitan ketika penisku keluar masuk, walaupun baru setengah bagian. Aku luruskan tangan kananku agar bisa menopang tubuhku dengan posisi setengah tegak. Dengan demikian satu tanganku bisa leluasa mengelus vaginanya. Aku pijit-pijit dengan lembut klitoris Laras, kemudian jempolku aku putar-putar di klitorisnya. Laras melingkarkan kedua kakinya dipinggangku, dan tanpa aku duga, dia angkat pinggulnya dengan keras dan cepat sambil menekan pantatku dengan kedua telapak kakinya sehingga penisku masuk semuanya.



“Aaww…” Laras menjerit kesakitan sendiri akibat tindakannya itu. Wajahnya memerah menahan sakit.

“”Laras… Sakit ya…?” kataku sambil mencium bibirnya untuk menenangkan. “Ayah akan pelan-pelan supaya sakitnya hilang dan berganti dengan nikmat.”



Laras berusaha tersenyum walapun masih terlihat ekspresi kesakitannya. Aku diam sejenak agar vagina Laras menyesuaikan diri dengan penisku. Kemudian perlahan aku angkat penisku sampai keluar tiga per empatnya, lalu aku dorong masuk lagi. Laras masih menahan nyeri, terlihat dia menggigit bibir sambil meringis. Air matanya merembes keluar lagi. Aku tarik lagi penisku, lalu aku masukkan lagi berulang-ulang dengan pelan. Laras membuka matanya menatapku. Kuberi Laras senyuman yang dia balas dengan rangkulan mesra dan mencium bibirku. Gerakan penisku makin mantap keluar masuk vaginanya walaupun dengan kecepatan tidak sampai maksimal. Laras mulai menggoyangkan pinggulnya dan mendesah.



“Ayah… terus…”

“Nggak sakit kan sayang…” bisikku di telinga Laras sambil menjilatinya.



Laras tersenyum menatapku, kemudian diraihnya kepalaku lalu bibirku dilumat dan disedot. Lidahnya menari di dalam rongga mulutku. setelah yakin Laras tidak kesakitan lagi, aku percepat gerakan penisku sedangkan Laras juga makin mantap memutar pinggulnya. Kakinya tetap melingkar di pinggangku, sementara telapak kakinya yang ada di atas pantatku menghentak-hentakkan pinggulku hingga makin dalam tusukkan penisku di vaginanya. Laras terlihat sangat menikmati persetubuhan ini. Berkali-kali dia mendesah dan mengerang karena nikmat. Matanya kadang menatapku sambil tersenyum lalu terpejam menikmati tusukkan penisku di vaginanya.



Aku juga sangat menikmati goyangan pantat Laras. Vaginanya terasa sempit dan licin, sehingga menambah rasa nikmat yang muncul di batang penisku. Vagina Laras seperti mempunyai jari yang meremas penisku. Remasan vagina Laras makin nikmat ketika dia memutar pinggulnya. Penisku serasa disedot dan dipijit vagina Laras. Kaki Laras makin erat menjepit pinggangku dari sisi kanan dan kiri, sementara telapak kakinya makin kencang menghentakkan pantatku.



Kemudian aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan tanganku yang bertumpu di springbed. Kembali aku pompa vagina Laras sambil bertumpu dengan jari kakiku seperti orang push up. Akibatnya, tusukkan penisku makin mantap dan makin dalam. Laras berkali-kali menjerit dan mengerang karena keluar masuknya penisku. Tangan Laras berusaha menggapai kepalaku. setelah didapatkan, kepalaku ditarik. Aku menjatuhkan diri perlahan sambil bibirku mengulum putingnya, lalu Laras memelukku dengan erat sambil meraih kepalaku kemudian menciumi wajahku. Bibirnya dengan ganas dan liar melumat dan menyedot bibirku, sementara goyangan pinggul Laras dan hentakan penisku di vaginanya makin cepat, bibir Laras dengan cepat mengulum telingaku hingga aku menggelinjang nikmat. Lidahnya menyusup di dalam daun telingaku dan mengkorek-korek lubang telingaku. Kurasakan vagina Laras sudah sangat basah dan semakin licin sehingga penisku makin mudah keluar masuk di dalamnya.



Kurasakan kaitan kaki Laras makin erat, hentakan telapak kakinya dipantatku makin keras, tetapi tidak langsung dilepas seperti tadi, melainkan waktu penisku menghujam di vaginanya, Laras menekan pinggulku akan lama dan tentu saja penis agak lama juga berdiam diri di dalam vagina Laras. Yang kurasakan saat penisku berdiam di dalam vagina Laras beberpa detik, terasa vaginanya makin hangat dan makin basah, hingga sampai suatu saat Laras memekik sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Penisku amblas seluruhnya di dalam vagina Laras. Apalagi ditambah tekanan telapak kaki Laras di pinggulku juga makin kencang. Pelukan Laras makin erat. Tiba-tiba kuku tangan kanannya yang tajam mencengkeram pundak kiriku sementara tangan kirinya mengkait erat leherku.



“Ayah… Sshh… Nikmat sekali Ayah… Laras pipis lagi…” teriak Laras di sela-sela orgasme yang ketiga.



Aku percepat kocokan penisku untuk menyempurnakan orgasme Laras. Mulutku mencari-cari putingnya lalu menghisapnya dengan kuat. Laras melenguh panjang lalu diam lemas tak bergerak.



“Kita istirahat dulu ya, Sayang… Laras capek kan..?” kataku sambil menciumi wajahnya lalu berhenti dengan membiarkan penisku tetap di dalam vagina Laras.

“Nggak mau…” Laras merengek manja.



Di tengah kelelahannya, tangan Laras kembali memelukku dengan kencang. Bibir dan lidahnya menyusuri muka dan leherku, sedangkankan kedua kakinya kembali melingkar pinggangku dengan erat. Rupanya Laras tak ingin aku berhenti mempompakan penisku di vaginanya. Kembali aku ayunkan pantatku untuk memompa vagina Laras.



“Ayah belum apa-apa, kan?” katanya lagi.



Penisku yang belum tercabut dari vaginanya digoyang dan dikocok vagina Laras. Gerakan pinggul Laras tak seganas tadi, lebih lebih lembut dan pelan tapi terasa sangat nikmat. Dengan semangat dan bergairah aku pompakan penisku ke dalam vaginanya, dan kembali Laras mengerang sambil meremas rambutku. Berkali-kali bibirnya mencari bibirku kemudian melumat dan menyedot. Lidahnya mengait lidahku. Kami saling hisap dan saling menggoyangkan pinggul.

Kembali aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan kedua lenganku. Lalu aku raih kaki Laras satu per satu dan aku angkat ke depan dadaku lalu kurapatkan kedua kakinya kemudian aku tekuk lututnya. Dengan posisi ini, vagina Laras menyempit dan terasa lebih menjepit penisku. demikian pula gesekan penisku di vagina Laras lebih terasa. Laras berkali-kali mengerang dan menjerit.



“Ayah… Laras nikmat sekali… Sshh… Aahhh…” kata Laras di sela desahannya. “Ayah nikmat nggak…?”

“Iyaahh… nikmat sekali sayang…” sahutku.



Aku memompa vagina Laras dengan cara cepat dan pelan berganti-ganti. Kadang aku mengujamkan dengan keras penisku, kadang aku tarik dengan cepat tapi tidak sampai lepas kemudian aku hujamkan lagi dengan cepat dan keras. Erangan, teriakan dan desahan Laras makin sering dan makin keras terdengar. Hal ini membuat aku makin bergairan menusuk-nusukkan penisku. Apalagi kemudian badan Laras meliuk-liuk ke kakan dank e kiri seperti ular yang mengejar mangsanya. Aku percepat gerakan pinggulku memompa Laras lalu aku pelankan lagi.



“Ssshhh… Ayah nakal…ahhh…”

“Laras suka…?”

“Suka… Nikmat sekali Yah…” sahut Laras. “Aahhh… Ayah juga suka..? Aahhh… Ayah juga nikmat?” tanya Laras kemudian

“iyaaahhh… Ayah suka… ssshhh… Nikmat sekali sayang…”



Aku mencari klitorisnya dengan jari tangan kananku sementara tangan kiriku menahan kedua kakinya agar tetap tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kemudian, aku elus klitoris Laras sambil terus mengocok penisku. Reaksi Laras sungguh luar biasa ketika jari dan jempolku mengelus dan memijit klitoris Laras yang tegang dan licin terkena cairan yang terus-menerus merembes keluar dari vaginanya. Erangannya makin keras. Pinggulnya bergoyang makin hebat. Tiba-tiba dengan kuat kedua tangannya mencengkeram tanganku yang mengesek-gesek klitorisnya sampai kuku-kuku tangannya menghujam ke dalam kulit lenganku. Rasa sakit dan perih akibat luka terkena tusukan kuku Laras lak kuhiraukan. Jari dan jempolku teruis mengelus dan meijit klitoris Laras dengan cepat.

Tubuh Laras meliuk-liuk tak karuan, kadang ke kanan dan ke kiri, lalu melengkung ke belakang, lalu membungkuk ke depan, lalu ke belakang lagi, ke depan lagi dan seterusnya. Akhirnya terdengar jeritan Laras yang sangat keras disertai gerakan tubuhnya yang mengejang dengan kuat sambil melengkung ke belakang. Kepalanya mendongkak, pinggulnya bergetar hebat sampai aku dapat merasakan penisku seperti dipijat dan digetarkan, lalu vagina Laras terasa sangat basah dan hangat. Selanjutnya aku melepas kedua kaki Laras yang tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kaki Laras kembali membelit pinggangku. Selanjutnya aku peluk Laras sambil menggeser tubuhku sehingga pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya.

Ini aku maksudkan agar pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya sehingga klitoris Laras makin merasakan tekanan penisku. Genjotanku makin aku perkuat dan percepat. Jeritan Laras makin menjadi, gerakannya makin liar, sementara vaginanya makin kuat mencengkeram dan menggetarkan penisku. Vaginanya seolah memijat dan menghisap penisku. Penisku serasa diremas kemudian dipilin dengan benda yang sangat kenyal, licin dan hangat. Akibatnya penisku pun berdenyut-denyut. Rasa nikmat yang luar biasa mulai aku rasakan di ujung penisku, lalu perlahan menjalar menuju pangkalnya. Rasa nikmat itu kembali mengalir dari pangkal penisku dan dengan cepat menuju ujungnya.



“Laras… sshhhh… Ayah mau keluarrrr…” Kataku mengeksperesikan kenikmatan yang aku rasakan.



Laras menjawab dengan mengaitkan kakinya kembali ke pinggangku kemudian menariknya sehingga penisku menghujam makin dalam. Aku tekan vagina Laras dengan penisku dalam-dalam kemudian aku peluk Laras sambil kucari bibirnya lalu melumat dan menghisapnya kuat-kuat saat spermaku muncrat di dalam vagina. Laras memekik kecil karena **an spermaku mengenai dinding liang vaginanya.

“Oh… Ayah… nikmat sekali…”

“Iya sayang… nikmat sekali…."

Kemudian kami terkulai dengan posisi aku menindih tubuh Laras. Laras masih berusaha menciumi wajahku dan menghisap bibirku. Kubuka mataku dan menatap mata Laras. Kami tersenyum puas lalu kembali Laras mencium bibirku.

“Ayah cabut ya…?” kataku

“Jangan dulu… Laras masih ingin penis Ayah ada di dalam” jawab Laras. Maka aku biarkan sejenak penisku sampai mengendur dan mengecil di dalam vagina Laras. Beberapa saat kemudian aku berguling ke samping kiri Laras.

“Ayah puas…?” Tanya Laras samil memelukku.

“Puas sekali, Sayang…” jawabku.

Aku balas pekukan Laras dengan meletakkan tangan kiriku sebagai bantal kepala Laras sedangkan tanganku membelai wajahnya. Laras menelusupkan wajahnya di dadaku.

“Laras puas nggak..?” Tanyaku balik.

Laras tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil memejamkan mata kemudian menggigit putingku. Kami beristirahat sambil tiduran berpelukan. Perlahan kesadaran nalarku pulih. Aku menengok jam weker didital yang ada di atas nakas. Jam 14.36. Berarti sudah hampir sore. Aku lirik Laras yang meringkuk dalam pelukanku, ternyata dia sudah tidur.

Perlahan aku angkat kepala Laras dan aku meletakkan batal di bawah kepalanya, lalu aku bangun menuju kamar mandi. Tiba-tiba aku melihat pintu kamarku sedikit terbuka dan ada seorang di balik pintu. Sepertinya seorang perempuan. Orang itu dengan cepat menghilang dari pintu. Aku kejar orang itu sambil menyarungkan handuk di pinggangku. Sampai di pintu aku tidak melihat siapa-siapa. Yang jelas bukan isteriku, tubuh orang itu lebih pendek dari isteriku.

Ah… Siapa dia? Pembantuku kah? Di rumah ini hanya ada aku dua orang pembantu, seorang tukang kebun, seorang sopir, dua orang satpam dan Laras. Selain Laras, wanita di rumah ini hanya Ayu yang bertugas memasak dan Wiwid yang bertugas membersihkan rumah. Siapa dia? Ayu atau Wiwid? Aku tidak mungkin mengejar wanita itu lebih jauh. Aku segera menutup pintu dan menguncinya. Aku kembali ke tempat tidur.

Aku berbaring di samping Laras kembali. Aku tatap Laras yang tidur dengan nyenyak. Aku mencoba mengingat peristiwa yang aku alami dari pagi sampai sore ini. Apa yang baru saja aku lakukan? Menyetubuhi Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan? Kenapa Laras mau dengan mudah menyerahkan kegadisannya? Mengapa Laras sangat ahli memanjakan nafsuku? Darimana dia belajar hubungan sex? Apa..? Kenapa..? Bagaimana…? Berbagai pertanyaan muncul di kepalaku dan tak satupun dapat aku jawab.

Berbagai pertanyaan yang berkecamuk membuat aku ingat isteriku. Marahkah dia jika tahu? Ah, tentu saja isteriku akan marah jika tahu aku sudah menyetubuhi Laras. Haruskah aku menyesal…? Menyesal setelah menikmati tubuh perawan yang baru tumbuh? Perawan yang mempercayakan hidupnya kepadaku karena aku sudah mengangkat dia sebagai anak asuhku… Sungguh pengecutnya aku kalau sampai hal itu terjadi. Aku tak akan menyesali persetubuhan ini.

“Baiklah Laras… aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku...”

Gairah Laura Sahabat Karibku

Namaku Andhi, aku seorang siswa Kelas 1 di SMU yang cukup top di kota Makassar. Pada hari itu aku ingin mengambil tugas kimia di rumah salah satu teman cewekku, sebut saja Rina. Di sana kebetulan aku ketemu sahabat Rina. Kemudian kami pun berkenalan, namanya Laura, orangnya cukup cantik, manis, putih dan bodinya sudah seperti anak kelas 3 SMU, padahal dia baru kelas 3 SMP. Pakaian sekolahnya yang putih dan agak kekecilan makin menambah kesan payudaranya menjadi lebih besar. Ukuran payudaranya mungkin ukuran 32B karena seakan akan baju seragam SMP-nya itu sudah tidak mampu membendung tekanan dari gundukan gunung kembar itu.

Kami saling diam, hanya aku sedang mengamati dadanya dan pantatnya yang begitu montok. Wah serasa di langit ke-7 kali kalau aku bisa menikmati tubuh cewek ini, pikirku. Terkadang mata kami bertemu dan bukannya ke GR-an tapi aku rasa cewek ini juga punya perasaan terhadapku. Setelah satu jam berada di rumah Rina, aku pun berpamitan kepada Rina tetapi dia menahanku dan memintaku mengantarkan Laura pulang karena rumahnya agak jauh dan sudah agak sore dan kebetulan aku sedang bawa "Kijang Rangga" milik bapakku.

Akhirnya aku menyetujuinya hitung-hitung ini kesempatan untuk mendekati Laura. Setelah beberapa lama terdiam aku mengawali pembicaraan dengan menanyakan, "Apa tidak ada yang marah kalau aku antar cuma berdua, entar pacar kamu marah lagi..?" pancingku. Dia cuma tertawa kecil dan berkata, "Aku belum punya pacar kok." Secara perlahan tangan kiriku mulai menggerayang mencoba memegang tangannya yang berada di atas paha yang dibalut rok SMP-nya. Dia memindahkan tangannya dan tinggallah tanganku dengan pahanya. Tanpa menolak tanganku mulai menjelajah, lalu tiba-tiba dia mengangkat tanganku dari pahanya, "Awas Andhi, liat jalan dong! entar kecelakan lagi.." dengan nada sedikit malu aku hanya berkata, "Oh iya sorry, habis enak sih," candaku, lalu dia tersenyum kecil seakan menyetujui tindakanku tadi. Lalu aku pun membawa mobil ke tempat yang gelap karena kebetulan sudah mulai malam, "Loh kok ke sini sih?" protes Laura. Sambil mematikan mesin mobil aku hanya berkata,
"Boleh tidak aku cium bibir kamu?"
Dengan nada malu dia menjawab,
"Ahh tidak tau ahh, aku belum pernah gituan."
"Ah tenang aja, nanti aku ajari," seraya langsung melumat bibir mungilnya.

Dia pun mulai menikmatinya, setelah hampir lima menit kami melakukan permainan lidah itu. Sambil memindahkan posisiku dari tempat duduk sopir ke samping sopir dengan posisi agak terbungkuk kami terus melakukan permainan lidah itu, sementara itu dia tetap dalam posisi duduk. Lalu sambil melumat bibirnya aku menyetel tempat duduk Laura sehingga posisinya berbaring dan tanganku pun mulai mempermainkan payudaranya yang sudah agak besar, dia pun mendesah, "Ahh, pelan-pelan Andhi sakit nih.." Kelamaan dia pun mulai menyukaiku cara mempermainkan kedua payudaranya yang masih dibungkus seragam SMP.

Mulutku pun mulai menurun mengitari lehernya yang jenjang sementara tanganku mulai membuka kancing baju seragam dan langsung menerkam dadanya yang masih terbungkus dengan "minishet" tipis serasa "minishet" bergambar beruang itu menambah gairahku dan langsung memindahkan mulutku ke dadanya.
"Lepas dulu dong 'minishet'-nya, nanti basah?" desahnya kecil.
"Ah tidak papa kok, entar lagi," sambil mulai membuka kancing "minishet", dan mulai melumat puting payudara Laura yang sekarang sedang telanjang dada.Sementara tangan kananku mulai mempermainkan lubang kegadisannya yang masih terbungkus rok dan tanganku kuselipkan di dalam rok itu dan mulai mempermainkan lubangnya yang hampir membasahi CD-nya yang tipis berwarna putih dan bergambar kartun Jepang. Mulutku pun terus menurun menuju celana dalam bergambar kartun itu dan mulai membukanya, lalu menjilatinya dan menusuknya dengan lidahku. Laura hanya menutup mata dan mengulum bibirnya merasakan kenikmatan. Sesekali jari tengahku pun kumasukkan dan kuputar-putarkan di lubang kewanitaannya yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia hanya menggenggam rambutku dan duduk di atas jok mobil menahan rasa nyeri. Setelah itu aku kecapaian dan menyuruhnya, "Gantian dong!" kataku. Dia hanya menurut dan sekarang aku berada di jok mobil dan dia di bawah. Setelah itu aku menggenggam tangannya dan menuntunnya untuk mulai membuka celana "O'neal"-ku dan melorotkannya. Lalu aku menyuruhnya memegang batang kemaluanku yang dari tadi mulai tegang.

Dengan inisiatif-nya sendiri dia mulai mengocok batang kemaluanku.
"Kalau digini'in enak tidak Andhi?" tanyanya polos.
"Oh iya enak, enak banget, tapi kamu mau nggak yang lebih enak?" tanyaku.
Tanpa berbicara lagi aku memegang kepalanya yang sejajar dengan kemaluanku dan sampailah mulutnya mencium kemaluanku. "Hisap aja! enak kok kayak banana split," dia menurut saja dan mulai melumat batang kemaluanku dan terkadang dihisapnya. Karena merasa maniku hampir keluar aku menyuruhnya berhenti, dan Laura pun berhenti menghisap batang kemaluanku dengan raut muka yang sedikit kecewa karena dia sudah mulai menikmati "oral seks". Lalu kami pun berganti posisi lagi sambil menenangkan kemaluanku. Dia pun kembali duduk di atas jok dan aku di bawah dengan agak jongkok. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya dan telihat kembali liang gadis Laura yang masih sempit. Aku pun mulai bersiap untuk menerobos lubang kemaluan Laura yang sudah agak basah, lalu Laura bertanya, "Mau dimasukin tuh Andhi, mana muat memekku kecilnya segini dan punyamu segede pisang?" tanyanya polos. "Ah tenang aja, pasti bisa deh," sambil memukul kecil kemaluannya yang memerah itu dan dia pun sendiri mulai membantu membuka pintu liang kemaluannya, mungkin dia tidak mau ambil resiko lubang kemaluannya lecet.

Secara perlahan aku pun mulai memasukan batang kemaluanku, "Aah.. ahh.. enak Andi," desahnya dan aku berusaha memompanya pelan-pelan lalu mulai agak cepat, "Ahh.. ahh.. ahh.. terus pompa Andi." Setelah 20 menit memompa maniku pun sudah mau keluar tapi takut dia hamil lalu aku mengeluarkan batang kemaluanku dan dia agak sedikit tersentak ketika aku mengeluarkan batang kemaluanku.
"Kok dikeluarin, Andi?" tanyanya.
"Kan belum keluar?" tanyanya lagi.
"Entar kamu hamilkan bahaya, udah nih ada permainan baru," hiburku.
Lalu aku mengangkat badannya dan menyuruhnya telungkup membelakangiku.
"Ngapain sih Andi?" tanya Laura.
"Udah tunggu aja!" jawabku.
Dia kembali tersentak dan mengerang ketika tanganku menusuk pantat yang montok itu.
"Aahh.. ahh.. sakit Andhi.. apaan sih itu..?"
"Ah, tidak kok, entar juga enak."
Lalu aku mengeluarkan tanganku dan memasukkan batang kemaluanku dan desahan Laura kali ini lebih besar sehingga dia menggigit celana dalamku yang tergeletak di dekatnya.

"Sabar yah Sayang! entar juga enak!" hiburku sambil terus memompa pantatnya yang montok. Tanganku pun bergerilya di dadanya dan terus meremas dadanya dan terkadang meremas belahan pantatnya. Laura mulai menikmati permainan dan mulai mengikuti irama genjotanku. "Ahh terus.. Andhi.. udah enak kok.." ucapnya mendesah. Setelah beberapa menit memompa pantatnya, maniku hendak keluar lagi. "Keluarin di dalam aja yah Laura?" tanyaku. Lalu dia menjawab, "Ah tidak usah biar aku isep aja lagi, habis enak sih," jawabnya. Lalu aku mengeluarkan batang kemaluanku dari pantatnya dan langsung dilumat oleh Laura langsung dihisapnya dengan penuh gairah, "Crot.. crot.. crot.." maniku keluar di dalam mulut Laura dan dia menelannya. Gila perasaanku seperti sudah terbang ke langit ke-7.
"Gimana rasanya?" tanyaku.
"Ahh asin tapi enak juga sih," sambil masih membersihkan mani di kemaluanku dengan bibirnya.

Setelah itu kami pun berpakaian kembali, karena jam mobilku sudah pukul 19:30. Tidak terasa kami bersetubuh selama 2 jam. Lalu aku mengantarkan Laura ke rumahnya di sekitaran Panakukang Mas. Laura tidak turun tepat di depan karena takut dilihat bapaknya. Tapi sebelum dia turun dia terlebih dahulu langsung melumat bibirku dan menyelipkan tanganku ke CD-nya. Mungkin kemaluannya hendak aku belai dulu sebelum dia turun. "Kapan-kapan main lagi yach Andhi!" ucapnya sebelum turun dari mobilku. Tapi itu bukan pertemuan terakhir kami karena tahun berikutnya dia masuk SMU yang sama denganku dan kami bebas melakukan hal itu kapan saja, karena tampaknya dia sudah ketagihan dengan permainan itu bahkan Laura pernah melakukan masturbasi dengan pisang di toilet sekolah. Untung aku melihat kejadian itu sehingga aku dapat memberinya "jatah" di toilet sekolah.

belenggu yg tertahan

Siang itu di sebuah rumah yang cukup asri, seorang gadis yang berambut panjang terurai dengan raut wajah yang manis terlihat sedang menanti kedatangan seseorang. Tiba-tiba datang seorang pemuda yang mengenakan kaos biru di padu dengan jeans warna serupa. Dia berjalan menuju kerumah gadis yang sedang asyik duduk di depan rumahnya, si gadis sesekali mengawasi depan rumahnya kalau-kalau yang di tunggu sudah datang atau belum.
-----1-----
Dengan senyum yang manis kemudian gadis itu menyapa sang pemuda yang kelihatan rapi, harum dan segar siang itu.
-----1-----
"Hallo Mas Adietya sayang.." sapanya dengan panggilan khas yang mesra ke padaku.
"Hallo juga.. Sayang," balasku pendek.
"Sudah lama yah nunggunya," lanjutku lagi.
-----1-----
Antara aku dan si gadis memang terlihat mesra di setiap kesempatan apa aja. Baik itu melalui panggilan ataupun sikap terhadap masing-masing. Seperti halnya siang itu, yang kebetulan keadaan di rumah sang gadis nampaknya sedang sepi, dia bilang ortunya lagi ke rumah saudaranya yang pulangnya nanti sore.
-----1-----
Dengan masih menyimpan rasa rindu yang tertahan, aku memeluk gadis pujaanku dengan mesra, sambil membisikan kata.
-----1-----
"Adiet kangen banget nih sayang," bisikku di telinga nya sambil mencumbu daun telinganya.
"aku juga kangen Mas sayang.." jawabnya pelan.
-----1-----
Kemudian kita terlibat perbincangan sesaat, yang selanjutnya aku merengkuh bahu si gadis dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan tamu. Di sofa kita duduk sangat dekat sekali, sampai-sampai kita bisa merasakan hembusan nafas masing-masing, saat kita bertatapan wajah.
-----1-----
"Kamu cantik sekali siang ini sayang.." kataku lembut.
-----1-----
Sembari tanganku meremas kedua tangannya dan kemudian aku lanjutkan untuk menarik tubuhnya lebih rapat. Si gadis tak menjawab hanya tersipu raut wajahnya, yang di ekspresikan dengan memelukku erat. Tanganku kemudian memegang kedua pipinya dan tak lama bibirku sudah mengulum bibirnya yang terbuka sedikit dan bentuknya yang ranum, sembari dia memejamkan kedua bola matanya.
-----1-----
Lidahku bermain di rongga mulutnya untuk memberikan perasaan yang membuat nya mendesah sesaat setelahnya. Di balik punggungnya jemari tanganku dengan lembut masuk ke dalam kaos warna putihnya dan mencoba membuka kaitan bra dari belakang punggungnya. Dengan dua kali gerakan, terbukalah kaitan bra hitamnya yang berukuran 36b itu.
-----1-----
Jemari tanganku langsung mengelus tepian payudaranya yang begitu kenyal dan menggairahkan itu. Dan tak lama setelah itu jariku sudah memilin putingnya yang mulai keras, yang nampaknya dia mulai menikmati dan sudah terangsang diiringi dengan desahannya yang sensual.
-----1-----
"Ohh.. Mas sayang.." desahnya lembut.
-----1-----
Sambil memilin, bibirku tak lepas dari bibirnya dan menyeruak lebih ke dalam yang sesekali mulutku menghisap lidahnya keluar masuk. Selanjutnya dengan gerakan pelan aku membuka kaos putihnya dan langsung mulutku menelusuri payudaranya dan berakhir di putingnya yang menonjol kecil. Aku menjulurkan lidahku tepat di ujung payudaranya, yang membuat dia menggelinjang dan mendesah kembali.
-----1-----
"Ohh.. Mas sayang.. Enak sekali."
-----1-----
Sesaat aku menghentikan cumbuanku kepadanya dan memegang kedua pipinya kembali sambil membisikkan kata.
-----1-----
"Sayang.. Payudara kamu sungguh indah bentukya," bisikku lirih di telinganya.
-----1-----
Sang gadis hanya mengulum senyumnya yang manis sembari kembali memelukku mesra. Dengan mesra aku mengajak si gadis berjalan ke arah kamarnya yang lumayan besar dan bersih. Layaknya kamar seorang gadis yang tertata rapi dan aroma segar wangi bunga-bunga yang ada ditaman depan kamarnya terhirup olehku saat memasukinya.
-----1-----
Tak berselang lama kemudian, aku mengangkat tubuh sexy sang gadis dan meletakkannya di atas meja belajar yang ada di kamarnya. Sang gadis masih mengenakan celana jeansnya, kecuali bagian atasnya yang sudah terbuka saat kita berasyik masyuk di ruang tamu. Perlahan aku memeluk tubuh sang gadis kembali, yang aku lanjutkan dengan menjelajahi leher jenjangnya dengan lembut.
-----1-----
Bibirku mencumbui setiap senti permukaan kulitnya dan berpindah sesaat ketika lidahku mencapai belakang telinganya dan membuat tubuh sang gadis kembali bergetar pelan. Desahan dan getaran tubuhnya menandakan kalau sang gadis sudah sangat terangsang oleh setiap cumbuanku. Tanganku tak tinggal diam sementara bibirku mencumbui setiap titik sensitif yang ada di tubuh sang gadis. Jemariku mulai mengarah kebawah menuju celana jeans nya dan tanpa kesulitan aku menurunkan resliting celananya yang nampak olehku pinggiran celana dalam warna hitamnya yang sexy.
-----1-----
Kemudian aku melemparkan celana jeansnya ke lantai dan seketika tanganku dengan lembut merengkuh bongkahan pantatnya yang padat berisi. Aku mengelus kedua bongkahannya pelan dan sesekali jariku menyelip di antara tepian celana dalamnya yag membuat bibirnya kembali bergetar mendesah lirih.
-----1-----
"Oh.. Mas sayang.." desahnya parau.
-----1-----
Bibirku yang sejak tadi bermain di atas, kemudian berpindah setelah aku merasakan cukup untuk merangsangnya di bagian itu. Lidahku menjulur lembut ketika mencapai permukaan kulit perutnya yang berakhir di pusarnya dan bermain sejenak yang mengakibatkan tubuhnya menggelinjang kedepan.
-----1-----
"Ssshh.." desisnya lirih.
-----1-----
Perlahan kemudian aku mulai menurunkan celana dalamnya dan aku membiarkan menggantung di lututnya yang sexy. Kembali aku melanjutkan cumbuan yang mengarah ke tepian pangkal pahanya dengan lembut dan sesekali aku mendengar sang gadis mendesah lagi. Aku mencium aroma khas setelah lidahku mencapai bukitnya yang berbulu hitam dan lebat sekali, namun cukup terawat terlihat olehku sekilas dari bentuk bulu vaginanya yang menyerupai garis segitiga.
-----1-----
Dan tak lama lidahku sudah menjilati bibir luar vaginanya dengan memutar ujung lidahku lembut. Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan lebih ke dalam lagi untuk mencapai bibir dalamnya yang sudah sangat basah oleh lendir kenikmatan yang di keluarkan dari lubang vaginanya. Tubuh sang gadis mengelinjang perlahan bersamaan dengan tersentuhnya benjolan kecil di atas vagina miliknya oleh ujung lidahku.
-----1-----
"Ohh.. Mas sayang" jeritnya tertahan.
"Aku nggak kuat Mas.." tambahnya lirih.
-----1-----
Yang aku lanjutkan dengan menghentikan tindakanku sesaat. Aku menurunkan tubuh sang gadis dari atas meja, kemudian aku berdiri tepat di hadapanya yang sudah berjongkok sambil menatap penisku yang sudah berdiri tegang sekali.
-----1-----
Dengan gerakan lincah bibir sang gadis langsung mengulum kepala penisku dengan lembut dan memutar lidahnya di dalam mulutnya yang mungil dan memilin kepala penisku yang mengkilat. Tubuhku bergetar hebat ketika menerima semua gerakan erotis mulai dari jemari tangannya yang lembut mengelus batang penisku serta bibir dan lidahnya yang lincah menelusuri buah zakarku.
-----1-----
"Ohh.. Sayang" desahku pelan.
-----1-----
Rambutnya yang hitam panjang ku remas sebagai expresi dari kenikmatan yang mengalir di sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat sang gadis menjelajahi organ sensitifku, aku merengkuh bahunya serta memintanya berdiri dan kembali aku mendudukkan pantatnya yang padat berisi di tepian meja sementara salah satu kaki jenjangnya menjuntai ke lantai.
-----1-----
Dengan gerakan lembut aku mengangkat paha kirinya dan bertumpu pada lenganku, di saat selanjutnya tangan kiriku memegang batang penisku yang sudah sangat tegang sekali menahan rangsangan yang menggelora dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya yang sudah basah oleh lendir birahi. Pada saat bersamaan ujung telunjukku juga mengelus belahan antara anus dan bibir bawah vaginyanya.
-----1-----
"Oh.. Mas sayang.. Please.. Aku enggak kuat" jeritnya lirih.
-----1-----
Aku masih belum merespon atas jeritan lirihnya, sebaliknya aku menundukkan kepala untuk kembali menjilati kedua payudaranya bergantian dan berakhir di puting payudara yang sebelah kiri. Gerakanku membuatnya menggelinjang dan semakin keras desahannya terdengar.
-----1-----
"Ohh.. Mas sayang.. Sekarang yah" pintanya lirih, dengan mata yang sayup penuh nafsu.
-----1-----
Perlahan aku mengarahkan batang penisku tepat di belahan vaginanya dan mendorongnya lembut.
-----1-----
"Slepp.." irama yang di timbulkan ketika penisku sudah menyeruak bibir vaginanya.
-----1-----
Kembali bibir sang gadis mengeluarkan desahan sexynya.
-----1-----
"Hekk.. Mmm.." gumamnya lirih.
-----1-----
Setengah dari batang penisku sudah masuk ke dalam vaginanya, yang aku padukan dengan gerakan bibirku mengulum bibirnya yang ranum serta memilin dan memutar ujung lidahnya lembut. Untuk menambah kenikmatan buat dirinya, aku mulai memajukan sedikit demi sedikit sisa batang penisku ke rongga vaginanya yang paling dalam dan aku mengarahkan ujung penisku menyentuh G-spotnya. Mulut sang gadis menggumam lirih karena mulutku juga masih mengulum bibirnya.
-----1-----
"Mmm.. Mmm" gumamnya.
-----1-----
Sambil menahan nikmat, tangan sang gadis menyentuh buah zakarku dan memijitnya lembut yang membuat tubuhku ikut mengelinjang menahan kenikmatan yang sama. Pinggulku membuat gerakan maju mundur untuk kesekian kalinya dan sepertinya sang gadis akan mendapatkan orgasme pertamanya ditandai dengan gerakan tangannya yang merengkuh bahuku erat dan menggigit bibir bawahnya lirih.
-----1-----
"Ohh.. Mas sayangg.." jeritnya bergetar.
-----1-----
Bersamaan dengan aliran hangat yang kurasakan di dalam, rongga vaginanya menjepit erat batang penisku. Tangannya merengkuh bongkahan pantatku serta menariknya lebih erat lagi. Tak lama berselang sang gadis kemudian tersenyum manis dan mengecup bibirku kembali sambil mengucapkan kata.
-----1-----
"Thanks yah.. Mas sayang"ucapnya mesra.
-----1-----
Aku membalasnya dengan memberikan senyum dan mengatakan.
-----1-----
"Aku bahagia.. kalau sayang bisa menikmati semua ini" ucapku kemudian.
-----1-----
Hanya beberapa saat setelah sang gadis mendapatkan orgasmenya, aku membalikkan tubuhnya membelakangiku sembari kedua tanganya berpegang pada pingiran meja. Dengan pelan kutarik pinggangnya sambil memintanya menunduk, maka nampaklah di depanku bongkahan pantatnya yang sexy dengan belahan vaginanya yang menggairahkan.
-----1-----
Perlahan aku memajukan tubuhku sambil memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya, sementara kaki kananku mengeser kaki kanannya untuk membuka pahanya sedikit melebar. Dengan gerakan mantap penisku menyeruak sedikit demi sedikit membelah vaginanya lembut.
-----1-----
"Slepp.." masuklah setengah batang penisku ke dalam rongga vaginanya.
"Sss.." sang gadis mendesah menerima desakan penisku.
-----1-----
Tanganku perlahan meremas payudaranya dari belakang mulai dari yang sebelah kiri dan dilanjutkan dengan yang sebelah kanan secara bergantian. Sementara pinggulku memulai gerakan maju mundur untuk kembali menyeruak rongga vaginanya lebih dalam.
-----1-----
Posisi ini menimbulkan sensasi tersendiri dimana seluruh batang penisku dapat menyentuh G-spotnya, sementara tanganku dengan bebas menjelajahi seluruh organ sensitifnya mulai dari kedua payudara berikut putingnya dan belahan anus dan bagian tubuh lainnya.
-----1-----
"Ohh.. Mas sayang" desahnya.
-----1-----
Ketika ujung jemariku menyentuh lubang anusnya sambil aku berkonsentrasi memaju mundurkan penisku. Setelah cukup beberapa saat aku menggerakan pinggulku memompa belahan vaginanya. Dengan gerakan lembut aku menarik wajahnya mendekat, masih dalam posisi membelakangiku aku mengulum bibirnya dan meremas kedua payudaranya lembut.
-----1-----
"Sayang aku mau keluar nih," bisiku lirih.
"Ohh.. Mas sayang aku juga mau" sahutnya pelan.
-----1-----
Aku mempercepat gerakanku memompa vaginanya dari belakang tanpa melepas ciumanku di bibirnya dan remasan ku di kedua payudaranya. Pada saat terakhir aku mencengkeram kedua pinggulnya erat dan memajukan penisku lebih dalam.
-----1-----
"Creett.. Ohh.. Sayang," jeritku kemudian.
-----1-----
Menyemburlah spermaku yang cukup banyak ke dalam rongga vaginanya dan beberapa tetes meleleh keluar mengalir di kedua pahanya. Untuk beberapa saat aku mendiamkan kejadian ini sampai akhirnya penisku mengecil dengan sendirinya di dalam vaginanya yang telah memberikan kenikmatan yang tak bisa aku ungkapkan.
-----1-----
Demikianlah rasa rinduku terhadap kekasihku setelah beberapa lamanya tidak saling bertemu.
-----1-----
E N D