Sunday 10 June 2018

Asiiknya anak kuliahan


Hay nama ku Dega , aku ingin menceritakan pengalaman seks ku ketika aku duduk di kelas 3 SMP, kini aku sudah duduk di bangku SMA.​
pengalaman ini berawal dari perkenalanku dengan kk V didepan kampus B , yang pada waktu itu aku sedang menunggu temanku untuk mengajaknya latihan bersama dirumahku, dan sangat kebetulan rumah kk V tidak jauh dari rumah ku , hanya berjarak 2 blok dari rumahku (kepeleset juga sampai). awal dari hubungan kami biasa saja , hanya sekedar aku sering menjemput dan mengantarnya pulang pergi dari rumah ke kampusnya, hingga pernah suatu ketika hujan datang dengan tiba tiba membasahi kami berdua , segera aku mencari tempat berteduh "de kk kedinginan nih , boleh ya kk meluk kamu" kk V memeluku.. dengan detup jantung yang tidak teratur karena baju kemejanya yang tipis dan tersiram air hujan membuat pakaian dalam yang ia pakai terlihat semua dari luar , aku mengiyakan keinginannya, tak lama aku menemukan warung yang tutup . Kami berdua berteduh disana , singkat cerita hujanpun berhenti , tapi birahi seks ku tidak kunjung berhenti . Ketika sedang menikmati pelukan hangat kk V di atas motorku , tiba tiba kk V bilang "de kerumah kamu aja yuu , dirumah kk sendirian" "oke deh kk" jawabku. Setibanya dirumahku , aku langsung menuju kamarku untuk segera mengganti pakaian basahku, ketika aku bugil tiba tiba kk V mengetuk pintu kamarku dan memaksa masuk , dengan terpaksa aku hanya memakai handuk ketika ia masuk , "ah kk V , aku malu nih , aku kan lagi ganti baju" kataku "ah kamu de , kk juga mau ganti baju sekalian nih , dingin pake baju basah kaya gini"jawabnya , dari balik handuk yang aku kenakan tiba tiba adikku bangun dari tidurnya karena melihat body AJIB.. dengan jelas didepan mata, "ih anu kamu bangun tuh de" kk V menegurku , "ah kk si" jawabku , ketika aku akan menyuruhnya keluar kk V malah melepaskan bajunya yang basah dan semua yang ia gunakan, adikku yang sedari tadi terbangun sudah tak tertahankan lagi , akhirnya aku buka handuk ku dan seketika itu juga kk V memegang adikku dan menjilatnya "hmmm.. hmmm" aku mendesah , "enak kk , terus kk yang cepet" pintaku ..
cukup lama adikki di kulum olehnya , akhirnya kami berganti posisi menjadi 69 , vaginanya yang botak mempermudah permainan ku di selakangannya . 15 menit berlalu dan akhirnya untuk pertama kali aku merasakan kenikmatan ini aku menghembuskan sperma kemulut kk V, kk V langsung menilati dan menelan cairan cintaku.
Dengan penuh semangat aku menarik badanya agar posisinya duduk di atas adikku yang gagah perkasa ini, dengan susah payah aku memasukan adikku ke liang kenikmatan kk V , akhirnya aku dapat menembus liang nikmat perawan kk V dengan penuh gairah , begitupun kk V yang sangat menikmati permainan perdana kami.. "ah de , enak banget.. kk sayang kamu" kk V bilang sambil mencium pipiku dan berlanjut mengilum habis bibirku, "aku juga sayang sama kk ,en .. enaaak kk , hmm" jawabku,
30 menit berlangsung dengan beberapa gaya yang kami praktikan akhirnya kami mencapai puncak bersama sama dengan denyutan didalam liang Vagina kk V yang sungguh nikmat bersama cairan merah keperawanannya.
hinnga sekarang kami masih sering melakukannya , entah berapa kali kami melakukan hal itu , tapi yang jelas , kk V adalah segalanya bagi adikku

Permainan Masa Kecil

Masa kecilku di kampung kalau kuingat-ingat menggelikan juga. Kok bisa-bisanya ya waktu aku masih kecil dah pacaran malah sudah berbuat jauh pula. Ceritanya gini. Waktu itu aku tinggal di desa yang jauh dari kota. Anak-anak di desa tidak bermain di mall seperti di kota, lha wong di desa gak ada mall. Yang ada cuma pasar, itu pun tidak setiap hari ada. Pasar ramai pada hari-hari tertentu saja.

Kami anak anak, waktu itu kalau nggak salah ingat aku masih kelas 6 SD kalau menghabiskan waktu bermain di sawah, dirumah kadang-kadang berenang di sungai. Cari ikan, cari buah-buahan ya apa saja. Kalau malam kami sering main di halaman rumahku yang luas. Kebetulan halaman rumahku seperti memiliki alun-alun kecil di samping rumah, jadi tempat itu dijadikan pusat bermain anak-anak di sekitar rumahku.

Soal bermain-main rasanya tidak usaha dibahas panjang lebar. Ada satu permainan yang mengesankan dan sampai sekarang masih terus ku ingat , sehingga akhirnya aku tuturkan dalam cerita ini . Kami jika selepas magrib sering berkumpul, anak laki-laki dan perempuan. Umumnya usia kami sebaya antara kelas 5 dan kelas 6 SD.

Pada usia segitu, kami belum merasa berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Jadi tidak ada rasa risi misalnya aku laki-laki bermain dengan anak perempuan. Hanya saja mainan khas anak perempuan, kami yang laki-laki tidak memainkannya. Namun ada mainan yang laki perempuan berbaur. Permainan itu adalah main umpet-umpetan atau bersembunyi. Aturan mainnya tidak usah aku jelaskan, karena nanti jadi nglantur. Kuanggap semua pembaca udah tau lah

Permainan umpet-umpetan biasa kami mainkan selepas waktu magrib sampai sekitar jam 9. Kuingat benar waktu itu aku merupakan anak yang pandai bersembunyi sehingga aku jarang ditemukan. Ketika giliran aku bersembunyi aku segera berlari ke belakang rumah yang agak gelap. Kebetulan di situ ada lemari yang baru setengah jadi. Posisinya tidak terlalu rapat ke dinding. Diantara celah itulah aku bersembunyi. Rupanya Ida mengikutiku mencari persembunyian. Ketika aku menyelip diantara lemari dengan dinding dia memaksa ikut pula bersembunyi disitu. Celahnya tidak begitu besar, tetapi untuk dua anak sekecil kami masih bisa muat, tapi ya harus berdiri berhimpitan. Ida memaksa bersembunyi bersamaku, sehingga badan kami berhimpitan di sela-sela lemari itu. Dia membelakangiku sehingga aku seperti memeluk Ida dari belakang. Pantatnya yang agak tonggeng menekan bagian kemaluanku. Kami berusaha tidak menimbulkan suara sehingga berdiri mematung. Namun penisku yang tertekan pantat Ida rupanya memberi rangsangan. Tanpa aku sengaja, penisku jadi menegang.

"Apaan sih ini keras-keras," kata Ida merasa risi, karena penisku menekan pantatnya.

"Jangan berisik nanti ketauan," kataku.

Ida akhirnya diam, dan aku merasakan kenikmatan menjalar ke seluruh tubuhku.

Mungkin karena naluri, aku memeluk Ida lebih rapat. Padahal pada waktu itu aku belum pernah merasakan nafsu kepada perempuan. Namun karena dorongan naluri saja mungkin maka aku memeluk Ida lebih rapat, agar kemaluanku lebih tertekan. Ida diam saja.

Mungkin sekitar 5 menit sampai terdengar Udin berteriak menyerah baru kami keluar dari persembunyian. Berikutnya aku kembali sembunyi di tempat tadi. Ternyata Ida kembali mengikutiku. Posisinya sama lagi seperti tadi. Aku kembali memeluk Ida rapat-rapat, karena rasanya nikmat sekali penisku tertekan pantat Ida.

Aku tidak ingat benar asal muasalnya, tetapi ketika tanganku memeluk, aku menyentuh dada Ida. Ada setumpuk daging empuk. Kemaluanku makin mengeras dan aku gesek-gesekkan. Ida rupanya risih karena tanganku menyentuh teteknya yang baru tumbuh dan penisku menekan-menekan pantatnya. Tanganku ditepisnya dari wilayah dada dan dia kelihatannya tidak suka aku pegang tetek kecilnya. Kuingat betul waktu itu Ida hanya mengenakan kaus oblong dan seperti singlet dilapisan dalamnya. Aku lalu mengingatkan Ida agar tidak berisik. Dia kemudian menurut dan diam, tapi tanganku berusaha disingkirkannya dari susu kecilnya. Tapi aku suka memegang susu kecilnya rasanya kok enak, empuk-empuk gitulah. Dia lalu aku ancam, kalau tanganku tidak boleh memegang dadanya dia akan kutinggal bersembunyi di tempat lain. Ida yang penakut akhirnya menahan agar aku tidak pergi. Dia akhirnya membiarkan tanganku meremas-remas teteknya. "Jangan keras-keras mas, sakit," katanya.

Aku meremasnya pelan=pelan sambil menikmati keempukan tetek kecilnya.

Lama-lama aku bosan meremas dadanya dari luar. Aku ingin tahu bagaimana sesungguhnya bentuk teteknya. Aku berusaha memasukkan tanganku dari bawah. Belum kesampaian maksudku, Ida sudah mencegah. Aku kembali mengancam akan meninggalkannya. Dia yang penakut akhirnya menyerah dan membiarkan aku menjulurkan tanganku dari bawah kausnya.

Ketika aku jamah masih terasa ada penghalang kaus singletnya. Aku lalu menyuruh Ida untuk mengeluarkan kaus singletnya. Ida menuruti dan aku segera menggapai buah dada kecil. Waktu itu kurasa lucu sekali, ada daging empuk nyembul sepasang dan ujungnya agak mengeras kecil. Ida diam saja kuremas-remas, dia hanya mengingatkanku agar jangan terlalu keras meremasnya.

Kepala Ida kemudian malah disandarkan ke bahuku. Aku heran, dia bernafas seperti kecapaian habis lari-lari. Aku waktu itu sungguh tidak mengerti.

Setelah puas, aku mengakhiri meremas-remas dada Ida. Kami pun lalu kembali berkumpul dengan anak-anak lainnya. Malamnya aku tidak bisa tidur, memikirkan perasaan nikmat meremas tetek si Ida. Timbul di pikiranku untuk lain waktu melihat bentuknya.

Kesempatan itu akhirnya datang ketika suatu hari aku bersama Ida mencari kayu bakar di hutan. Hutan kecil letaknya agak jauh di belakang rumahku. Kami jalan berdua melintasi sawah yang habis dipanen. Di hutan , yang sebetulnya bukan hutan lebat, kami mengumpulkan ranting-ranting kering. Setelah cukup banyak dan diikat agar mudah membawanya kami pun istirahat. Di situ kebetulan ada pohon seri. Kami mengambil buah-buah seri yang sudah merah dan segera melahapnya. Lumayan juga untuk mengatasi haus. Di bawah pohon seri itu cukup bersih karena tidak ada rumput. Tanahnya seingatku ditutupi oleh guguran daun kering, sehingga kami bisa istirahat duduk di bawah kerindangannya.

Aku teringat oleh keinginanku melihat dada Ida. Keinginan itu aku sampaikan ke Ida, tanpa basa-basi. Maklumlah anak-anak tidak mengerti soal merayu dan basa basi. Ida serta merta menolak keinginanku sambil menutup kedua tangannya ke dadanya. Ah sialan pikirku, bertingkah amat si Ida. Aku lalu mengeluarkan jurus ancaman. Kalau dia tidak mau memperlihatkan teteknya maka aku tidak mau menemaninya lagi mencari kayu bakar. Kayu bakar memang hanya ada dihutan ini. Kami warga desa umumnya memasak dengan kayu bakar, sehingga jika Ida tidak mencari kayu bakar dia akan dimarahi ibunya.

"Ya udah, tapi jangan lama-lama ya aku malu, tau," katanya yang kuingat waktu itu.

Ida lalu kusuruh membuka atasannya.

Dia membuka atasannya, tapi menutup dadanya dengan baju yang sudah terbuka. Aku tentu saja protes karena tidak bisa melihat. Dibukanya sebentar lalu ditutup lagi. Aku kurang puas dengan melihat sepintas lalu. Aku mau melihatnya sepuas-puasnya.. Kemaluan ku sudah mengeras dari tadi. Setiap aku mengingat dada Ida aku selalu begini.

Ida akhirnya membiarkan aku melihat sepuasnya. Aku bahkan kemudian meraba dan menekan-nekan dada montok tapi masih kecil. Kulihat bentuknya lucu dengan ujung lancip berwarna agak gelap. Puting susunya kelihatannya masih sama besarnya dengan punyaku. "Pelan-pelan mas, sakit kalu diremas kuat-kuat.

Aku meremas-remas sepuasku dan memperhatikan tetek kecil Ida dari depan. Tiba-tiba Ida memelukku dari depan. Aku tidak tahu kenapa dia jadi begitu. Aku protes karena jadi susah melihat dan memegang teteknya, tapi Ida malah makin erat memelukku. Penisku jadi tertekan perutnya, sehingga rasanya jadi makin keras aja.

Ida kubaringkan dikakiku pada posisi bersila. Dia melemas dan mengikuti kemauanku. Mungkin karena tidak sengaja roknya terangkat agak tinggi. Aku lalu menyingkap roknya. Tapi tangan ida segera mencegah dan menurunkan kembali roknya.
 Aku waktu itu minta agar Ida memperbolehkan aku melihat sebentar saja. Mungkin karena dia sudah agak terangsang atau karena takut tidak aku temani cari kayu bakar akhirnya aku boleh menyingkap roknya.

Ida mengenakan celana dalam dari katun yang agak longgar, sehingga sebagian kemaluannya terlihat dari samping. Ini membuatku penasaran untuk sekalian melihat kemaluannya. Tanpa bilang apa apa aku berusaha menguak bagian samping celananya untuk melihat bentuk kemaluan Ida. Ida terkejut dan tangaku dipegangnya. Aku bilang aku ingin liat sebentar saja. Agak lama akhirnya dia baru melepas tanganku. Aku menguak celana dalamnya . kelihatan belahan memeknya dengan benjolan kemaluan. Aku ingat waktu itu Ida belum memiliki jembut,ajdi masih pelontos. Diantara belahan itu seperti ada daging tumbuh menyembul. Aku makin penasaran sehingga ingin menguak belahan memeknya. Namun karena celah celana dalamnya tidak begitu besar jadi agak susah melihat celah memek Ida.

Aku kemudian menurunkan celana dalamnya. Meski Ida berusaha menahannya, tetapi akhirnya aku berhasil melepas celana dalamnya.

Setelah terlepas aku duduk diantara kedua pahanya yang dikangkangkan. Aku puas melihat belahan memek Ida yang warnanya memerah. Sembulan daging yang muncul diantara memek Ida tadi rupanya adalah bibir memeknya. Aku baru tau kalau memek perempuan itu adanya dibagian bawah. Tadinya aku kira berada di depan seperti kemaluan laki-laki. Bentuk memek perempuan lucu banget, belahannya terus menyambung sampai ke pantat. Aku lihat dengan melebarkan lipatan memeknya ada lubang kecil. Aku kira disitulah lubang kencing perempuan.

Ida protes ketika memeknya aku sibak-sibak, sakit katanya.

Setelah puas aku mengakhiri permainan itu dan kami kembali pulang menggendong kayu bakar. Ida menjadi patner tetapku mencari kayu bakar. Jika ada anak lain yang mau ikut kami larang. Sebabnya setiap kami mencari kayu bakar aku selalu membuka memek Ida. Rasanya kok menyenangkan melihat memeknya berkali-kali. Jadi setiap kali sudah melihat, rasanya seperti lupa jadi ingin lihat lagi keesokan harinya.

Aku terbiasa melihat memek Ida, dan ida pun sudah tidak lagi mencegah jika aku ingin melihat memeknya. Kami sudah bebas. Satu kali Ida protes karena dia belum pernah melihat kemaluanku. Aku waktu itu benar-benar malu, untuk menunjukkan kemaluanku ke Ida. Ida kemudian mengancam tidak mau lagi membuka baju dan celananya kalau aku tidak memperlihatkan burungku.

Aku akhirnya menyerah dan memelorotkan celanaku sebentar memperlihatkan burungku yang ngacung lalu buru-buru menutupnya lagi. Ida tentu saja protes. Akhirnya kami berdua sepakat untuk bersama sama membuka celana. Dengan hitungan 1,2,3 celana kami buka. Ida tertawa geli melihat burungku. Aku waktu itu sudah sunat, sehingga ada bentuk topi baja di ujung penisku. Mulanya aku tidak mau burungku dipegang Ida, Tapi karena dia bilang tidak adil. Akhirnya aku menyerah dan membiarkan dia memegang burungku. Burungku dipencet agak kuat. Aku kaget dan menarik tubuhku, karena sakit. Aku minta Ida memegangnya jangan ditekan kuat-kuat. Akhirnya Ida memegang agak lembut. Ada rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku.

Kuajari Ida agar menggengam penisku dengan lembut. Dia menuruti dan aku merasa makin nikmat. Mungkin juga karena naluri aku menggenggam tangan Ida yang sedang menggenggam penisku dan melakukan gerakan mengocok. Padahal aku waktu kelas 6 SD belum tahu soal onani. Rasanya nikmat sekali dikocok tangan Ida. Dia kuminta melakukan terus sementara aku berusaha memegang teteknya lalu memeknya. Tiba-tiba knikmatan luar biasa menjalar kelseluruh tubuhku. Aku merasakan denyut-denyut nikmat dan Ida kuminta menghentikan kocokan. Diujung penisku keluar cairan bening kental, tetapi mungkin cuma 2 tetes. Aku pada waktu itu belum mengalami mimpi basah.

Kami kemudian sering melakukan adegan seperti itu ketika mencari kayu bakar. Aku bahkan sudah membuat tempat khusus untuk kencan kami, yaitu ditengah semak dan di situ kami gelar lembaran tikar bekas dan dibawahnya dilapisi daun-daun kering. Tempatnya agak jauh ke dalam hutan.

Suatu kali aku teringat anjing melakukan hubungan kelamin, ketika kami sedang bercumbu. Tapi aku takut memasukkan penisku ke dalam lubang memek Ida, karena takut tidak bisa lepas seperti anjing yang sering aku lihat. Aku hanya ingin menempelkan ujung penisku ke lubang memek Ida . Ketika kucoba pertama kali rasanya lebih nikmat. Aku menggeser-geser penisku di memek Ida sampai aku puas.

Percumbuan kami terus mengalami kemajuan, sampai akhirnya aku mencoba menutup lubang memek Ida dengan kepala penisku. Berkali-kali kepala penisku meleset, seperti tidak bisa ditempatkan di memeknya. Aku pun berkali-kali berusaha , sampai akhirnya dengan menguak belahan memek Ida kepala penisku bisa menutup lubang memek Ida. Aku tekan-tekan, rasanya nikmat sekali, semakin aku tekan rasanya semakin nikmat. Sementara itu Ida protes karena dia katanya merasa sakit dan perih. Tapi aku yang dikuasai nafsu tidak perduli, sampai aku mencapai kepuasan.

Acara mengocok penisku dengan tangan sekarang sudah lagi tidak dilakukan. Aku selalu berusaha menutup kepala penisku ke belahan memek Ida. Aku mendapat akal agar mudah menutup kepala penisku di lubangnya memek ida maka kepala penisku kulumuri ludah. Dengan begitu rasanya lebih mudah bagiku menempatkan kepala penisku sehingga tidak kepeleset kemana-mana. Aku merasa sangat nikmat dan mungkin karena rasa nikmat itu aku menekan penisku makin keras. Aku tidak ingat akan anjing yang kelaminnya tidak bisa lepas sehabis kawin. Rasa nikmat itu membuatku menekan keras dan memaju mundurkan. Rasanya waktu itu aku bisa maju mundur sedikit-sedikit di memek Ida sampai aku mencapai kepuasan.

Sudah berapa kali aku dan Ida melakukan posisi seperti itu sampai akhirnya Ida tidak terlalu merasa sakit lagi. Anehnya Penisku bisa lebih mudah menancap di memek ida meski hanya kepalanya saja. Memek Ida jika aku tekan-tekan lama-lama seperti mengeluarkan lendir sehingga jadi licin.

Itulah sebabnya suatu kali aku tidak sengaja menekan terlalu keras ketika melakukan maju mundur sehingga penisku kejeblos ke dalam memek Ida. Ida menjerit dan dia menangis kesakitan. Aku pun terkejut, karena merasa penisku tenggelam di memek Ida. Tapi kok rasanya lebih nikmat. Tiba-tiba aku ingat soal anjing yang penisnya lengket. Buru-buru aku cabut. Ternyata bisa. Kulihat penisku berdarah, meski tidak banyak. Kuperhatikan memek Ida tidak ada darah meleleh. Aku lalu berpikir mungkin penisku lecet sehingga berdarah. Aku menyekanya dengan lap handuk yang selalu aku bawa untuk menyeka keringat. Kecermati penisku tidak terluka dan tidak ada rasa sakit. Sementara Ida mengeluh bahwa memeknya terasa perih.

Aku menduga mungkin memek Ida yang lecet karena aku terlalu dalam tadi membenamkan penisku. Dia mengambil sapu tangan handuknya dan melap celah memeknya. Terlihat disitu ada sedikit warna merah muda.

Aku kali itu mengakhiri permainan sebelum aku mencapai kepuasan. Aku terpaksa membopong kayu bakar Ida, karena katanya dia agak sakit kalau berjalan. Jalannya pada awalnya agak aneh, tetapi lama-kelamaan jadi normal.

Lebih dari seminggu aku tidak mengulangi adegan menancapkan penisku, meskipun aku punya keinginan kuat. Ida beralasan memeknya perih.

Mungkin 10 hari kemudian akhirnya Ida mau kembali melakukan adegan itu. Penisku agak mudah dimasukkan ke memek Ida, meski Ida mengernyit masih agak sakit katanya. Tapi aku merasa kenikmatan luar biasa ketika penisku terasa dicengkam oleh memek Ida. Aku melakukan gerakan maju mundur berkali-kali sampai akhirnya puas. Penisku sampai melemah di dalam memek Ida.

Setelah sekitar 5 kali permainan pada hari-hari berikutnya akhirnya aku lebih mudah memasukkan penisku ke memek Ida. Ternyata penisku lebih nikmat jika dijepit memek Ida daripada hanya digenggam-gengam.

Aku jadi terbiasa melakukan persetubuhan dengan Ida dan akhirnya menjadi kecanduan. Ida pun tampaknya sudah mulai menikmati persetubuhan karena pantatnya bergoyang-goyang ketika aku tusuk dengan penisku. Kami biasanya melakukan sampai 2 ronde di dalam hutan. Bahkan malam-malam kami melakukan lagi di bale-bale belakang rumah yang gelap.

Kami merahasiakan hubungan kami itu, meskipun aku rasanya ingin menceritakan pengalamanku yang mengasyikkan kepada teman-temanku. Tapi aku takut ketahuan, karena teman-temanku bisa saja tidak menjaga rahasia itu.

Sekitar setahun kemudian keluarga Ida pindah ke kota, sehingga aku kehilangan patner. Tetapi aku bisa membujuk teman cewekku yang lain untuk melakukan hubungan itu. Rita yang badannya lebih besar dari Ida berhasil aku setubuhi. Dia mulanya merasa sakit, tapi lama kelamaan dia juga bisa menikmati seperti halnya Ida.

Dari pelajaran biologi aku mengetahui kemudian bahwa jika sperma masuk ke dalam memek perempuan bisa menyebabkan kahamilan, aku kemudian membatasi tidak melepas spermaku, ketika suatu kali aku mulai memiliki sperma.

Ada sekitar 3 cewek yang sudah kusetubuhi di kampungku sampai aku akhirnya meneruskan sekolah di kota meneruskan SMA. ***

Bidadari Kecil

Heru adalah seorang pengusaha berusia 36 tahun, yang cukup sukses. Walau sudah dikaruniai anak dan istri yang cantik, Heru masih tidak bisa menghilangkan kebiasaan-nya untuk bermain perempuan.


Bginya hubungan sex dengan wanita yang berbeda memberikan kenikmatan yang berbeda pula. Berbagai macam hal berbau postitusi sudah sering ia datangi mulai dari lokalisasi, tempat pijat bahkan lewat media online. Dalam hubungan sex Heru memang cukup handal, tidak jarang para wanita penjajak seks yang justru menikmati permainan Heru. Karena Heru memang tidak pernah terburu-buru, dan lebih menikmati hubungan sex yang mengalir. Apalagi Heru memang selalu berpenampilan menarik, membuatnya digilai para wanita penyuka pria matang.


Saat ini Heru sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota bersama Pak Andi orang kepercayaan sekaligus karyawan paling jempolan di perusahaan Heru. Pak Andi adalah pria paruh baya bertubuh gemuk dengan rambut yang mulai memutih. Walaupun sudah berumur, Pak Andi juga memiliki hoby yang sama dengan Heru dalam hal perempuan, hal itu juga yang menjadikan keduanya begitu klop


Dan kali ini, keduanya tengah dalam perjalanan menaiki mobil ke luar kota, untuk melakukan negosiasi dengan kostumer. Tentu saja seperti biasa Pak Andi lah yang di tugaskan untuk mengatur masalah perempuan.



“Gimana Pak selimutnya sudah siap nih… tinggal dikirim ke hotel saja..” ujar Pak Andi yang tengah menyetir di samping Heru


“Wah… cocok kalau begitu… atur saja… saya terima beres saja..”


“Tapi agak mahal nih pak….. tapi dijamin puas deh…kata maminya sih gitu” Tambah Pak Andi sambil mengancungkan ibu jari


“Aman… yang penting proyek ini goal… soal bayaran gak jadi masalah Pak..”

“Hahahah….oke kalau begitu.. nanti saya hubungi lagi maminya… “ Balas pria paruhbaya berperut buncit tersebut.



Ternyata perjalanan cukup lancar, tepat sebelum makan siang mereka pun sudah sampai di tujuan. Sambil makan siang dengan santai mereka pun mulai melakukan negosiasi dengan kostumer. Dan seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, negosiasi pun berjalan dengan mulus.


Setelah menyerahkan beberapa kelengkapan dokumen. Kedua rekan tersebut pun bergegas ke hotel yang sudah dibooking sebelumnya. Setelah sampai di kamar masing-masing Heru pun segera mandi dan berganti dengan pakaian yang lebih santai. aku pun untuk mengabari istrinya sambil membaca email. Dan tak lama kemudian bel kamar pun berbunyi.


Dari kaca intip pintu terlihat Pak Andi tengah berdiri di balik pintu. Dengan cepat Heru pun membukakan pintu untuknya, dan melihat dua remaja yang terlihat masih sangat belia berdiri di samping Pak Andi.



“Pak… ini sudah datang… “



Heru pun sempat syok saat melihat dua remaja berwajah imut tersebut, dapat ia perkirakan usia mereka yang masih kurang dari 16 tahun.



“Cindy..Om..”


“Nina..”



Mereka pun berkenalan,”Gila sungguh gila.. aku sama sekali belum pernah merasakan wanita semuda mereka” Batin Heru bersemangat saat ia merasakan lembutnya tangan keduanya ketika bersalaman.



“Silahkan di pilih Pak… biar Pak bos yang milih. … Saya sisanya saja….heee” Ujar Pak Andi sambil mengelus perut buncitnya.



Heru pun langsung dihadapkan dengan pilihan sulit. Si cantik Cindy dengan penampilan yang lebih dewasa karena memakai make up dan baju yang lebih menantang dan terbuka, memperlihatkan kemulusan kulit putihnya.

[​IMG]



Sedangkan yang satunya Nina, dengan penampilan lebih kalem dan manis. Dan dari penampilannya pasti tidak ada yang mengira kalau dia adalah wanita panggilan. Tubuhnya lebih imut, dan payudaranya terlihat menggemaskan dibalik kaus yang ia kenakan.

[​IMG]




“Jangan bengong Pak… atau mau dua-duanya saja.. ? saya mah gampang…” Ujar Pak Andi cengengesan.



Jujur saja ke imutan Nina yang sangat manis, langsung mencuri perhatian Heru. Namun ia takut kalau Nina akan bersikap pasif, dibandingkan Cindy yang terlihat lebih centil. Berkali-kali pria beranak dua tersebut menatap sekujur tubuh dua remaja belia di depannya. Ini benar-benar pilihan yang sulit untuk Heru.



“Okeh aku pilih Nina..” Ucap Heru yang semakin penasaran dengan remaja manis tersebut.


“Nah… gitu aja lama… Ayo Cindy sayang..” Ujar Pak Andi Sambil cengengesan dan langsung merangkul Cindy lalu memboyongnnya masuk ke kamar sebelah, meninggalkan Heru dan Nina.


“Ayo kita masuk..” Ajak Heru kepada Nina yang masih terlihat canggung.


Sesampainya di dalam kamar hotel, Heru pun mempersilahkan Nina untuk duduk di pinggir tempat tidur dan memberikannya sekaleng softdrink dingin.



“Sudah makan..?” Tanya Heru ikut duduk di samping nina dan mencoba membuka obrolan.


“Sudah…” Jawab Nina yang tertunduk sambil memegangi kaleng softdrink yang masih tersegel.



Heru pun tersenyum, melihat Nina yang yang terlihat canggung. “Apes… gue udah tau bakalan gini jadinya kalau pilih yang innocent, tapi masih aja gue ulangin, aduhh” Maki Heru mengutuk kebiasaan dirinya.



“Udah gak usah takut, kamu santai-santai saja di sini sampai besok, Om lagi males gituan kok.. Om cuman nemenin temen Om yang tadi aja…” Ujar Heru patah semangat dan mulai kembali sibuk dengan laptopnya.



Heru memang bukanlah tipe hidung belang yang suka memaksakan kehendak. Dia tidak menginginkan permainan sex yang searah. Walau ke imutan Nina sungguh membuat birahinya berkobar-kobar saat ini.



“Ma..maksud Om..?” Tanya Nina yang paham maksud Heru.


“Udah… Om lagi males maen… tenang saja… Om gak akan lapor mami kamu..”


“Tapi Om udah bayar… Nina mau kok… maaf nina masih baru jadi masih bingung mau gimana.. Om mau sekarang? Nina mandi dulu deh yah..” Ujar remaja imut tersebut kelabakan dan merasa tidak enak hati kepada sikap baik pria yang telah menyewanya.


“Hhaha… udah-udah jangan ketakutan gitu… sini duduk temenin Om kerja aja yah?” Ujar Heru sambil memberikan tanda agar Nina duduk di pangkuannya.


Dengan wajah bingung remaja mungil tersebut pun menghampiri Heru dan duduk dipangkuan pria bertubuh besar dan tegap tersebut. “Kerja yah Om?” Tanya Nina polos sambil mengintip monitor laptop.


“Iya… kamu umur berapa?” Tanya Heru yang mulai kehilangan kosentrasi karena aroma tubuh remaja belia dipangkuannya.


“15 tahun Om..” Jawab Nina.


“Pantes masih imut banget… Kamu sekolah?” Ujar Heru mulai meletakan laptop di atas kasur dan mulai mencari celah terhadap remaja belia di pangkuannya.


“Iya… SMP..”


“Orang tua kamu tau kamu di sini?” Tambah Heru mulai mengelus lembut paha Nina yang masih mengenakan celana jeans ketat.


“Papah udah meninggal Om.. Mamah Nina jadi TKW ke ****** ” Jawab Nina polos


“Oh… Papah kamu sakit?“


“Iya Om.. aku juga belum pernah ngeliat papah, soalnya papah meninggal pas Nina bayi” Jawab Nina murung.


Heru pun mengambil kesempatan untuk mengusap pipi lembut remaja belia tesebut. “maafin Om yah.. kamu jadi ingat papah kamu…” Hibur Heru


“Iya gak apa-apa…” Jawab Nina sambil mengangguk dengan imutnya, membuat Heru semakin harus berusaha sabar menahan birahi yang kian bergegejolak.


“Hmm… kamu masih baru yah nemenin orang kaya gini?”


“Iya Om… jadi aku masih bingung mau ngapain… biasanya sih langsung aja mereka minta main…” Jawab remaja tersebut polos.

“masih malu yah…? Hee” ledek Heru sambil mencolek pipi Nina.



Nina pun mengangguk, dan merasakan sesuatu mulai mengeras dan mulai menyundul-nyundul pantatnya yang berada di pangkuan Heru. Walau Heru berusaha bertahan bagaimanapun, lembutnya pantat Nina yang sedari tadi menekan selangkangan Heru, membuat penis Heru mulai bereaksi.



“Om… itunya berdiri yah?” Tanya Nina dengan polosnya.


“Eh…Iya maaf… gak apa-apa kan?” Ujar Heru mulai melingkarkan tangannya di tubuh mungil Nina.


“Gak apa-apa kok… Om mau sekarang?” Jawab Nina yang hendak bangkit dari pangkuan Heru.


Dengan sigap Heru pun menahan tubuh Nina agar tetap di pangkuannya “Tadi kan Om bilang lagi belum mau..”


“Tapi punya Om udah keras nih..” Ucap Nina lugu sambil menggoyang-goyangkan pantatnya untuk memastikan apa yang sedari tadi menyundul-nyundul pantatnya.


“Kamu udah pinter nih kayanya…” Ledek Heru..


“Ih apaan sih Om..” Balas Nina sambil menepuk pelan tangan kekar Heru yang melingkar di perutnya.


“Hahahaha… jangan malu-malu kalo sama om… ini nya udah sering di masukin yah?” Ujar Heru sambil mengelus selangkangan Nina dari luar celana jeans.


“Iiiiihh… Om mulai resek deh…” Ujar Nina sambil menepuk tangan Heru yang mengusap selangkangannya, tanpa berani menyingkirkan tangan tersebut.


“Emang kamu gak suka memeknya di masukin kontol?” Bisik Heru yang mulai berkata fulgar sambil terus mengusap selangkangan Nina.

“Sakit tau Om… malah kadang sampai seminggu punya aku perihnya gak ilang-ilang” Ujar Nina polos, membuat Heru membayangkan lubang vagina Nina yang sempit dimasuki penis-penis para pelanggannya. Bahkan ada sedikit penyesalan karena tidak sempat mencicipi keperawanan Nina.


Perlahan-lahan tangan Heru pun mulai mengelus payudara mungil Nina yang masih tertutup kaos dan Bh. “berarti Ininya juga udah sering di pegang cowok dong?” Tanya Heru membuat wajah Nina mulai berubah merah padam.


“I..iya… Om.. bukan di pegang lagi, tapi diremes sama diisep… sakit banget.. mereka suka ngeremes nenen aku seenaknya aja…” Ucap Nina dengan ekspesi menggemaskan, seperti sedang mengadukan suatu hal kepada orang tuanya. Hal tersebut trentu saja membuat Heru tidak kuasa menahan biarahinya. Elusan tangan Heru mulai berubah menjadi remasan lembut di payudara mungil Nina. Sedangkan remaja belia tersebut hanya terdiam sambil menatap kedua payudaranya yang sedang diremas oleh tangan Heru.


Harum tubuh Nina yang khas, membuat Heru mulai menciumi leher Nina. Membuat Remaja mungil tersebut, bergidik menahan geli akibat kumis Heru yang menusuk-nusuk kulit lehernya.


Heru yang semakin terbawa hawa nafsu untuk menikmati tubuh mungil tersebut, mulai memposisikan tubuh Nina agar terlentang di atas kasur. Dipandanginya wajah polos Nina sekali lagi. “Sayang… Om gak tahan… kita main sekarang yuk?” Tanya Heru lembut.


Nina pun hanya mengangguk kecil menatap wajah pria bertubuh besar yang kini siap meniban tubuhnya. Dan tanpa menunggu lagi Heru mulai mendekatkan wajahnya dan mulai melumat bibir mungil Nina. Walaupun Nina belum bisa mengimpangi ciuman Heru, namun wangi nafas dari mulut Nina membuat Heru begitu terbuai.


Setelah cukup lama melumat bibir lembut remaja belia tersebut, Heru pun menarik kepalanya dan kembali menatap wajah Nina yang terlihat pasrah dengan bibir yang belepotan air liur Heru. “Kamu buka baju dulu yah sayang?”


Setelah Nina kembali mengangguk pasrah, Heru pun mulai membantu remaja belia tersebut melepaskan kaos dan celana jeans yang ia kenakan. Kini tinggalah sebuah BH dan celana dalam bermotif lucu yang menutupi tubuh setengah telanjang Nina.


Sembari membiarkan Nina sibuk membuka BH kecil yang ia kenakan, Heru pun menikmati menatap tubuh belia Nina yang mulus tanpa cacat sedikitpun.

URL=http://imgbox.com/fwwHJ6cL][​IMG][/URL]


Dan akhirnya terpampanglah payudara Nina yang masih imut dengan putting yang masih mungil khas remaja belia. Belum sempat Nina melepaskan celana dalamnya, Heru langsung menyerang dengan meremasnya dan menghisap gemas putting mungil Nina. Membuat Nina meringis kesakitan karena remasan dan isapan Heru yang kasar. “Akkhh….. issshhh…” Rintih Nina sambil meremas kasur, menahan rasa sakit di payudaranya. Karena sesekali gigi Heru mengigit gemas putting mungilnya.



“Eh.. maaf sayang… sakit yah..?” Heru pun menghentikan aksinya dan menatap wajah Nina yang meringis kesakitan.


“I..ya… dikit.. tapi gak apa-apa kok Om aku udah biasa..” Balas Nina tidak ingin Pria dihadapannya kecewa.


“Maaf sayang… tadi Om gemes.. Sakit banget yah..?” Tanya Heru sambil mengusap lembut putting Nina dengan telunjuknya.



Belum sempat Nina membalas ucapan Heru, bibir mungil Nina kembali dilumat Heru dengan ganas. Kembali tangan Heru mulai bermain dengan payudara Nina, namun kali ini remasan Heru lebih lembut. Membuat Nina kembali terbujur pasrah menerima lumatan bibir Heru dan remasan yang diselingi usapan di putting payudaranya.


Tangan Heru yang satunya pun tidak tinggal diam, perlahan lahan tangan tersebut mulai membelai perut rata Nina dan terus turun ke arah selangkangan Nina yang masih tertutup celana dalam.


Dengan lihai tangan Heru mulai menyusup ke dalam celana dalam Nina. Dan Sett… tiba-tiba Heru menghentika semua aksinya. “Ke..kenapa Om?” Tanya Nina heran dengan Heru yang tiba-tiba menghentikan cumbuannya.


“Sayang… kecil-kecil ternyata jembut kamu lebat juga yah..” Ledek Heru.


“Iiih…Malu tau..” Rengek Nina sambil tangan mungilnya memukul pelan dada bidang Heru.



Dengan cepat Heru pun langsung bangkit dan duduk di hadapan selangkangan Nina. Membuat Nina menjadi kebingungan. “Om mau ngapain?” Tanya Nina polos.


Tanpa menjawab pertanyaan Nina, Heru mulai meraih pinggir celana dalam Nina dan mulai melorotkannya. Perlahan namun pasti bulu-bulu kehitaman mulai mengintip dari balik celana dalam yang diloloskan Heru dengan perlahan. “Om… jangan kaget yah bulu itu aku gondrong” Jerit Nina sambil menutup wajahnya dengan tangan untuk menahan rasa malu.

[​IMG]


Heru pun terpesona ketika celana dalam Nina yang terlepas, memperlihatkan sebuah vagina yang gemuk dengan bulu kemaluan yang cukup lebat. “Om… ja…jangan jijik… “ Ucap Nina panik ketika Heru mulai membenamkan wajahnya di selangkangan Nina yang mengangkang.



“Awhh…. Om….Jorok tau…. Awhh….gelii… memek Nina geli..” wajah Panik Nina perlahan berubah menjadi desahan ketika lidah Heru mulai bermain di vaginanya.


Vagina Nina ternyata memang sangat rapat, bahkan Heru yang hendak menjilat klitoris Nina, membutuhkan bantuan kedua tangannya untuk membuka bibir vagina Nina yang gemuk.
Semenara Nina, terus menggeliat merasakan rasa yang bercampur di vaginanya, antara rasa geli, ngilu, dan juga nikmat. Vagina mungilnya pun semakin basah, dan semakin beraroma menggairahkan.


Setelah puas menjilati vagina mungil Nina, Heru pun sudah tidak kuasa lagi menahan hasrat untuk merasakan vagina tersebut menjepit penisnya. Denan cepat Heru langsung membuka celananya, membuat penis besarnya yang sudah ereksi maksimal mengacung kearah selangkangan Nina.



“Om… tititnya gede banget…” jerit Nina ketakutan. Nina memang belum pernah melihat penis sebesar dan sepanjang milik Heru. Membuatnya khawatir kalau penis tersebut tidak akan muat di vaginanya yang mungil.


“Tahan yah sayang… Om pelan-pelan kok..” Bujuk Heru yang mulai mengarahkan kepala penisnya ke bibir vagina Nina.

“Om…Om…. Muat gak?... punya Om gede banget..” Ujar Nina ketakutan saat merasakan kepala penis Heru yang besar mulai menyentuh bibir vaginanya.



Sebenarnya, Heru pun tidak yakin kalau penis besarnya akan bisa masuk ke lubang vagina Nina yang terlihat sangat mungil dan rapat. Namun rasa penasaran dan birahi sudah menguasainya. Dengan perlahan Heru mulai menggerakan pinggulnya dan kepala Penisnya mulai mendesak bibir vagina Nina yang gemuk.



“Om…Om..pelan pelan…Awwhh…. “ Jerit Nina ketika merasakan sesuatu yang besar tengah berusaha merobek vaginanya.


“Tahan sedikit yah…ini sudah mau masuk kok…” Ujar Heru terus berusaha memaksakan penis besarnya menerobos vagina Nina.



Ternyata memang sulit, bahkan dalam keadaan sudah basah. Dan dengan penis yang sudah sangat mengeras. Heru merasa kesulitan menembus bibir vagina Nina. “Awh… Awhh….Om…. Sak….sakiit…Awwhh” Jerit Nina ketika kepala penis Heru mulai masuk ke dalam lubang vaginanya.


Heru berusaha menahan birahi dan memasukan penisnya secara perlahan. Erangan dan jeritan Nina mengiringi kepala penis Heru yang mulai tertelan lubang sempit Nina yang terasa seret dan hangat.


Walau terus memaksa masuk, penis Heru seperti tertahan oleh dinding vagina Nina yang sangat sempit. Semakin Heru memaksa masuk semakin sempit pula dinding vagina tersebut.


“AAAAAAAAAWWWW….. Om…udah…UDAAAH…. PERIIIHH…..PERIIIHH….. AWWWHHHH” Jerit Nina sekuat ternaga sambil mengremas kencang kasur.


Melihat Nina yang semakin kesakitan, Heru pun kembali mencabut penisnya. Di usap nya perlahan rambut remaja belia yang kini berlinang air mata menahan perih. “Sempit banget… Kamu harus rileks sayang…. Biar gak sakit yah… Om kepingin banget nih..” Rayu Heru yang sudah tidak bisa mundur lagi.


“hiks….hiks…ta…tapi pelan-pelan yah Om…hiks-hiks…” Ucap Nina yang sadar akah keharusannya melayani nafsu pria yang telah membayarnya mahal tersebut.


Sementara Heru sendiri tidak habis fikir bagai mana vagina Nina bisa begitu sempit hingga seperti perawan. Setelah melihat Nina terlihat sudah sedikit tenang, Heru kembali mencumbu gadis belia tersebut dengan kecupan bibir lembut dan mulai memberikan rangsangan pada payudara mungil Nina. Sementara tangan Heru yang satunya mulai membelai lembut bibir vagina Nina, dan menggelitik klitoris gadis belia tersebut.


Seolah tidak mau buru-buru seperti sebelumnya, Heru mulai memasikan jari tengahnya ke dalam lubang vagina Nina yang mulai kembali basah. Kocokan demi kocokan jari Heru membuat birahi remaja belia itu kembali bangkit dan vaginanya semakin dibanjiri cairan.


Setelah merasa vagina Nina semakin basah, Heru mulai memasukan satu jari lagi untuk membelah lubang sempit di selangkangan Nina. Dengan perlahan Heru mulai mengocokan dua jarinya di lubang kewanitaan Nina. Membuat desahan demi desahan mulai keluar dari bibir mungil Nina.



“Emmhh…..Om… Coba masukin sekarang…. Aawwhh” Ucap Nina diselingi desahan.


“Tahan yah sayang…” Ucap Heru sambil mulai mencoba memasukan kepala penis besarnya ke vagina Nina.


“Aaakkhh……. “ Nina pun kembali meringis merasakan penis besar Heru mulai menerobos masuk.



Tapi kali ini perlahan namun pasti, vagina mungil tersebut mulai menelan batang penis Heru. “Sleeepp…” Akhirnya Heru berhasil memaksakan penis besarnya masuk seutuhnya.


“Aaaawwhh….. Om…. Ahh..” Desah Nina tidak karuan saat vaginanya di penuhi batang keras Heru.




Heru pun membiarkan sejenak, agar vagina Nina terbiasa dengan penis besarnnya, sembari merasakan nikmat kerika penisnya seperti diremas dinding vagina Nina yang basah dan sangat sempit.


Setelah membiarkan penisnya berdiam beberapa saat di vagina Nina. Heru pun mulai menggerakan pinggulnya perlahan. “Gila nikmat banget memek anak kecil emang sempit banget” Batin Heru ketika merasakan gesekan dinding vagina Nina yang seperti meremas penisnya.


“Akkhh…. Om… E..enak… memek aku diapain… kok enak… eemmpphhh” Desah Nina mulai menikmati percumbuan beda generasi tersebut.


“Memek kamu sempit banget sayang….”


“Empphh…. Akkhh iya titit Om juga gede banget…. Terus Om… enak…”


“Remas tetek kamu sayang….iya gitu… remes yang kenceng” Perintah Heru agar Nina meremas payudaranya sendiri.


“AWwwh….Om…Dalem bangeeeeettt…..awwwhh” Rintih Nina ketika merasakan sodokan Penis Heru yang semakin dalam.


“Buka yang lebar paha kamu sayang…. Om mau ngocok lebih cepat…”


“Aaaaaawwwh….. Om…. Ngilu…. Pelan-pelan….aaaaakkhhh”


“Enak banget memek kamu Nina…. Hah….hah…hah…” Ujar Heru dengan nafas yang semakin memburu. Heru bersusah payah berusaha menahan orgasmenya lebih lama, vagina Nina yang sempit membuatnya sungguh kewalahan. Namun Heru bukanlah orang yang egois, dia ingin remaja belia yang sedang ia genjot juga merasakan nikmatnya orgasme.



“Sayang bangun…. Gentian kamu yang diatas…” Perintah Heru agar Nina berpindah posisi dengan kemaluan mereka yang masih menyatu.


“Aku gak bisa Om…” Jawab Nina ketika kini tubuhnya sudah menindih Heru.

“Gerakin pinggul kamu naik turun aja sayang…. Iya… gitu… pinter… aaahh… nikmat banget memek kamu…” Ujar Heru mengarahkan agar Nina memompa tubuhnya.


Nina semakin bernafsu, dan mulai secara naluri mencari posisi sendiri demi mengejar kenikmatan yang seolah-olah tiada berujung tersebut. Kini vagina mungilnya telah leluasa dikobok oleh penis besar Heru. Heru pun semakin kewalahan, menahan orgasmenya yang terasa sudah di ujung. Bagai mana tidak, selain merasakan jepitan vagina Nina, pemandangan garis belia penuh keringat yang kini sedang naik turun di atas tubuh Heru membuat birahi Heru serasa ingin meledak. Ditambah lagi wajah Nina yang sedang mengerang keenakan dengan mata yang sayu.


“Om….Aaaahhh…. Om…. Akhhh” Jerit Nina dengan tubuh yang mulai gemetar.


Heru yang menyadari kalau remaja belia tersebut hendak mencapai orgasmenya, langsung bertindak dengan memeluk tubuh mungil Nina, dan mulai mengambil alih dengan gentian menggerakan pinggulnya menyodok vagina Nina. “Iya…. Lepasin sayang…. Om juga mau keluar….Hah…hah…hah..” Ujar Heru terus mempercepat sodokan penisnya.


“AAAANgggghhhhh………” remaja 15 tahun itu pun mendesah panjang, diikuti tubuh yang gemetar. Tanpa memperdulikan vagina Nina yang sensitif seusai orgasme, Heru terus menusukan penis mengejar orgasmenya. Membuat Nina kembali menjerit-jerit.



Setelah merasakan orgasme akan sampai, Heru langsung buru-buru menggulingkan tubuhnnya berganti posisi dengan Nina, “PloooKK” dengan cepat Heru mencabut penis besarnnya dan “Croooott…..crooott…croot” ia pun menyembukan spermanya di perut Nina.


Seketika Heru pun ambruk di samping Nina. Sambil berusaha mengatur nafas, Heru membelai pipi Nina yang kini juga masih terengah-engah. “Makasih yah Sayang..” bisiknya ditengah nafasnya yang tidak beraturan.



“Iya Om…” Jawab remaja belia itu polos.