Sunday 10 June 2018

Bidadari Kecil

Heru adalah seorang pengusaha berusia 36 tahun, yang cukup sukses. Walau sudah dikaruniai anak dan istri yang cantik, Heru masih tidak bisa menghilangkan kebiasaan-nya untuk bermain perempuan.


Bginya hubungan sex dengan wanita yang berbeda memberikan kenikmatan yang berbeda pula. Berbagai macam hal berbau postitusi sudah sering ia datangi mulai dari lokalisasi, tempat pijat bahkan lewat media online. Dalam hubungan sex Heru memang cukup handal, tidak jarang para wanita penjajak seks yang justru menikmati permainan Heru. Karena Heru memang tidak pernah terburu-buru, dan lebih menikmati hubungan sex yang mengalir. Apalagi Heru memang selalu berpenampilan menarik, membuatnya digilai para wanita penyuka pria matang.


Saat ini Heru sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota bersama Pak Andi orang kepercayaan sekaligus karyawan paling jempolan di perusahaan Heru. Pak Andi adalah pria paruh baya bertubuh gemuk dengan rambut yang mulai memutih. Walaupun sudah berumur, Pak Andi juga memiliki hoby yang sama dengan Heru dalam hal perempuan, hal itu juga yang menjadikan keduanya begitu klop


Dan kali ini, keduanya tengah dalam perjalanan menaiki mobil ke luar kota, untuk melakukan negosiasi dengan kostumer. Tentu saja seperti biasa Pak Andi lah yang di tugaskan untuk mengatur masalah perempuan.



“Gimana Pak selimutnya sudah siap nih… tinggal dikirim ke hotel saja..” ujar Pak Andi yang tengah menyetir di samping Heru


“Wah… cocok kalau begitu… atur saja… saya terima beres saja..”


“Tapi agak mahal nih pak….. tapi dijamin puas deh…kata maminya sih gitu” Tambah Pak Andi sambil mengancungkan ibu jari


“Aman… yang penting proyek ini goal… soal bayaran gak jadi masalah Pak..”

“Hahahah….oke kalau begitu.. nanti saya hubungi lagi maminya… “ Balas pria paruhbaya berperut buncit tersebut.



Ternyata perjalanan cukup lancar, tepat sebelum makan siang mereka pun sudah sampai di tujuan. Sambil makan siang dengan santai mereka pun mulai melakukan negosiasi dengan kostumer. Dan seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, negosiasi pun berjalan dengan mulus.


Setelah menyerahkan beberapa kelengkapan dokumen. Kedua rekan tersebut pun bergegas ke hotel yang sudah dibooking sebelumnya. Setelah sampai di kamar masing-masing Heru pun segera mandi dan berganti dengan pakaian yang lebih santai. aku pun untuk mengabari istrinya sambil membaca email. Dan tak lama kemudian bel kamar pun berbunyi.


Dari kaca intip pintu terlihat Pak Andi tengah berdiri di balik pintu. Dengan cepat Heru pun membukakan pintu untuknya, dan melihat dua remaja yang terlihat masih sangat belia berdiri di samping Pak Andi.



“Pak… ini sudah datang… “



Heru pun sempat syok saat melihat dua remaja berwajah imut tersebut, dapat ia perkirakan usia mereka yang masih kurang dari 16 tahun.



“Cindy..Om..”


“Nina..”



Mereka pun berkenalan,”Gila sungguh gila.. aku sama sekali belum pernah merasakan wanita semuda mereka” Batin Heru bersemangat saat ia merasakan lembutnya tangan keduanya ketika bersalaman.



“Silahkan di pilih Pak… biar Pak bos yang milih. … Saya sisanya saja….heee” Ujar Pak Andi sambil mengelus perut buncitnya.



Heru pun langsung dihadapkan dengan pilihan sulit. Si cantik Cindy dengan penampilan yang lebih dewasa karena memakai make up dan baju yang lebih menantang dan terbuka, memperlihatkan kemulusan kulit putihnya.

[​IMG]



Sedangkan yang satunya Nina, dengan penampilan lebih kalem dan manis. Dan dari penampilannya pasti tidak ada yang mengira kalau dia adalah wanita panggilan. Tubuhnya lebih imut, dan payudaranya terlihat menggemaskan dibalik kaus yang ia kenakan.

[​IMG]




“Jangan bengong Pak… atau mau dua-duanya saja.. ? saya mah gampang…” Ujar Pak Andi cengengesan.



Jujur saja ke imutan Nina yang sangat manis, langsung mencuri perhatian Heru. Namun ia takut kalau Nina akan bersikap pasif, dibandingkan Cindy yang terlihat lebih centil. Berkali-kali pria beranak dua tersebut menatap sekujur tubuh dua remaja belia di depannya. Ini benar-benar pilihan yang sulit untuk Heru.



“Okeh aku pilih Nina..” Ucap Heru yang semakin penasaran dengan remaja manis tersebut.


“Nah… gitu aja lama… Ayo Cindy sayang..” Ujar Pak Andi Sambil cengengesan dan langsung merangkul Cindy lalu memboyongnnya masuk ke kamar sebelah, meninggalkan Heru dan Nina.


“Ayo kita masuk..” Ajak Heru kepada Nina yang masih terlihat canggung.


Sesampainya di dalam kamar hotel, Heru pun mempersilahkan Nina untuk duduk di pinggir tempat tidur dan memberikannya sekaleng softdrink dingin.



“Sudah makan..?” Tanya Heru ikut duduk di samping nina dan mencoba membuka obrolan.


“Sudah…” Jawab Nina yang tertunduk sambil memegangi kaleng softdrink yang masih tersegel.



Heru pun tersenyum, melihat Nina yang yang terlihat canggung. “Apes… gue udah tau bakalan gini jadinya kalau pilih yang innocent, tapi masih aja gue ulangin, aduhh” Maki Heru mengutuk kebiasaan dirinya.



“Udah gak usah takut, kamu santai-santai saja di sini sampai besok, Om lagi males gituan kok.. Om cuman nemenin temen Om yang tadi aja…” Ujar Heru patah semangat dan mulai kembali sibuk dengan laptopnya.



Heru memang bukanlah tipe hidung belang yang suka memaksakan kehendak. Dia tidak menginginkan permainan sex yang searah. Walau ke imutan Nina sungguh membuat birahinya berkobar-kobar saat ini.



“Ma..maksud Om..?” Tanya Nina yang paham maksud Heru.


“Udah… Om lagi males maen… tenang saja… Om gak akan lapor mami kamu..”


“Tapi Om udah bayar… Nina mau kok… maaf nina masih baru jadi masih bingung mau gimana.. Om mau sekarang? Nina mandi dulu deh yah..” Ujar remaja imut tersebut kelabakan dan merasa tidak enak hati kepada sikap baik pria yang telah menyewanya.


“Hhaha… udah-udah jangan ketakutan gitu… sini duduk temenin Om kerja aja yah?” Ujar Heru sambil memberikan tanda agar Nina duduk di pangkuannya.


Dengan wajah bingung remaja mungil tersebut pun menghampiri Heru dan duduk dipangkuan pria bertubuh besar dan tegap tersebut. “Kerja yah Om?” Tanya Nina polos sambil mengintip monitor laptop.


“Iya… kamu umur berapa?” Tanya Heru yang mulai kehilangan kosentrasi karena aroma tubuh remaja belia dipangkuannya.


“15 tahun Om..” Jawab Nina.


“Pantes masih imut banget… Kamu sekolah?” Ujar Heru mulai meletakan laptop di atas kasur dan mulai mencari celah terhadap remaja belia di pangkuannya.


“Iya… SMP..”


“Orang tua kamu tau kamu di sini?” Tambah Heru mulai mengelus lembut paha Nina yang masih mengenakan celana jeans ketat.


“Papah udah meninggal Om.. Mamah Nina jadi TKW ke ****** ” Jawab Nina polos


“Oh… Papah kamu sakit?“


“Iya Om.. aku juga belum pernah ngeliat papah, soalnya papah meninggal pas Nina bayi” Jawab Nina murung.


Heru pun mengambil kesempatan untuk mengusap pipi lembut remaja belia tesebut. “maafin Om yah.. kamu jadi ingat papah kamu…” Hibur Heru


“Iya gak apa-apa…” Jawab Nina sambil mengangguk dengan imutnya, membuat Heru semakin harus berusaha sabar menahan birahi yang kian bergegejolak.


“Hmm… kamu masih baru yah nemenin orang kaya gini?”


“Iya Om… jadi aku masih bingung mau ngapain… biasanya sih langsung aja mereka minta main…” Jawab remaja tersebut polos.

“masih malu yah…? Hee” ledek Heru sambil mencolek pipi Nina.



Nina pun mengangguk, dan merasakan sesuatu mulai mengeras dan mulai menyundul-nyundul pantatnya yang berada di pangkuan Heru. Walau Heru berusaha bertahan bagaimanapun, lembutnya pantat Nina yang sedari tadi menekan selangkangan Heru, membuat penis Heru mulai bereaksi.



“Om… itunya berdiri yah?” Tanya Nina dengan polosnya.


“Eh…Iya maaf… gak apa-apa kan?” Ujar Heru mulai melingkarkan tangannya di tubuh mungil Nina.


“Gak apa-apa kok… Om mau sekarang?” Jawab Nina yang hendak bangkit dari pangkuan Heru.


Dengan sigap Heru pun menahan tubuh Nina agar tetap di pangkuannya “Tadi kan Om bilang lagi belum mau..”


“Tapi punya Om udah keras nih..” Ucap Nina lugu sambil menggoyang-goyangkan pantatnya untuk memastikan apa yang sedari tadi menyundul-nyundul pantatnya.


“Kamu udah pinter nih kayanya…” Ledek Heru..


“Ih apaan sih Om..” Balas Nina sambil menepuk pelan tangan kekar Heru yang melingkar di perutnya.


“Hahahaha… jangan malu-malu kalo sama om… ini nya udah sering di masukin yah?” Ujar Heru sambil mengelus selangkangan Nina dari luar celana jeans.


“Iiiiihh… Om mulai resek deh…” Ujar Nina sambil menepuk tangan Heru yang mengusap selangkangannya, tanpa berani menyingkirkan tangan tersebut.


“Emang kamu gak suka memeknya di masukin kontol?” Bisik Heru yang mulai berkata fulgar sambil terus mengusap selangkangan Nina.

“Sakit tau Om… malah kadang sampai seminggu punya aku perihnya gak ilang-ilang” Ujar Nina polos, membuat Heru membayangkan lubang vagina Nina yang sempit dimasuki penis-penis para pelanggannya. Bahkan ada sedikit penyesalan karena tidak sempat mencicipi keperawanan Nina.


Perlahan-lahan tangan Heru pun mulai mengelus payudara mungil Nina yang masih tertutup kaos dan Bh. “berarti Ininya juga udah sering di pegang cowok dong?” Tanya Heru membuat wajah Nina mulai berubah merah padam.


“I..iya… Om.. bukan di pegang lagi, tapi diremes sama diisep… sakit banget.. mereka suka ngeremes nenen aku seenaknya aja…” Ucap Nina dengan ekspesi menggemaskan, seperti sedang mengadukan suatu hal kepada orang tuanya. Hal tersebut trentu saja membuat Heru tidak kuasa menahan biarahinya. Elusan tangan Heru mulai berubah menjadi remasan lembut di payudara mungil Nina. Sedangkan remaja belia tersebut hanya terdiam sambil menatap kedua payudaranya yang sedang diremas oleh tangan Heru.


Harum tubuh Nina yang khas, membuat Heru mulai menciumi leher Nina. Membuat Remaja mungil tersebut, bergidik menahan geli akibat kumis Heru yang menusuk-nusuk kulit lehernya.


Heru yang semakin terbawa hawa nafsu untuk menikmati tubuh mungil tersebut, mulai memposisikan tubuh Nina agar terlentang di atas kasur. Dipandanginya wajah polos Nina sekali lagi. “Sayang… Om gak tahan… kita main sekarang yuk?” Tanya Heru lembut.


Nina pun hanya mengangguk kecil menatap wajah pria bertubuh besar yang kini siap meniban tubuhnya. Dan tanpa menunggu lagi Heru mulai mendekatkan wajahnya dan mulai melumat bibir mungil Nina. Walaupun Nina belum bisa mengimpangi ciuman Heru, namun wangi nafas dari mulut Nina membuat Heru begitu terbuai.


Setelah cukup lama melumat bibir lembut remaja belia tersebut, Heru pun menarik kepalanya dan kembali menatap wajah Nina yang terlihat pasrah dengan bibir yang belepotan air liur Heru. “Kamu buka baju dulu yah sayang?”


Setelah Nina kembali mengangguk pasrah, Heru pun mulai membantu remaja belia tersebut melepaskan kaos dan celana jeans yang ia kenakan. Kini tinggalah sebuah BH dan celana dalam bermotif lucu yang menutupi tubuh setengah telanjang Nina.


Sembari membiarkan Nina sibuk membuka BH kecil yang ia kenakan, Heru pun menikmati menatap tubuh belia Nina yang mulus tanpa cacat sedikitpun.

URL=http://imgbox.com/fwwHJ6cL][​IMG][/URL]


Dan akhirnya terpampanglah payudara Nina yang masih imut dengan putting yang masih mungil khas remaja belia. Belum sempat Nina melepaskan celana dalamnya, Heru langsung menyerang dengan meremasnya dan menghisap gemas putting mungil Nina. Membuat Nina meringis kesakitan karena remasan dan isapan Heru yang kasar. “Akkhh….. issshhh…” Rintih Nina sambil meremas kasur, menahan rasa sakit di payudaranya. Karena sesekali gigi Heru mengigit gemas putting mungilnya.



“Eh.. maaf sayang… sakit yah..?” Heru pun menghentikan aksinya dan menatap wajah Nina yang meringis kesakitan.


“I..ya… dikit.. tapi gak apa-apa kok Om aku udah biasa..” Balas Nina tidak ingin Pria dihadapannya kecewa.


“Maaf sayang… tadi Om gemes.. Sakit banget yah..?” Tanya Heru sambil mengusap lembut putting Nina dengan telunjuknya.



Belum sempat Nina membalas ucapan Heru, bibir mungil Nina kembali dilumat Heru dengan ganas. Kembali tangan Heru mulai bermain dengan payudara Nina, namun kali ini remasan Heru lebih lembut. Membuat Nina kembali terbujur pasrah menerima lumatan bibir Heru dan remasan yang diselingi usapan di putting payudaranya.


Tangan Heru yang satunya pun tidak tinggal diam, perlahan lahan tangan tersebut mulai membelai perut rata Nina dan terus turun ke arah selangkangan Nina yang masih tertutup celana dalam.


Dengan lihai tangan Heru mulai menyusup ke dalam celana dalam Nina. Dan Sett… tiba-tiba Heru menghentika semua aksinya. “Ke..kenapa Om?” Tanya Nina heran dengan Heru yang tiba-tiba menghentikan cumbuannya.


“Sayang… kecil-kecil ternyata jembut kamu lebat juga yah..” Ledek Heru.


“Iiih…Malu tau..” Rengek Nina sambil tangan mungilnya memukul pelan dada bidang Heru.



Dengan cepat Heru pun langsung bangkit dan duduk di hadapan selangkangan Nina. Membuat Nina menjadi kebingungan. “Om mau ngapain?” Tanya Nina polos.


Tanpa menjawab pertanyaan Nina, Heru mulai meraih pinggir celana dalam Nina dan mulai melorotkannya. Perlahan namun pasti bulu-bulu kehitaman mulai mengintip dari balik celana dalam yang diloloskan Heru dengan perlahan. “Om… jangan kaget yah bulu itu aku gondrong” Jerit Nina sambil menutup wajahnya dengan tangan untuk menahan rasa malu.

[​IMG]


Heru pun terpesona ketika celana dalam Nina yang terlepas, memperlihatkan sebuah vagina yang gemuk dengan bulu kemaluan yang cukup lebat. “Om… ja…jangan jijik… “ Ucap Nina panik ketika Heru mulai membenamkan wajahnya di selangkangan Nina yang mengangkang.



“Awhh…. Om….Jorok tau…. Awhh….gelii… memek Nina geli..” wajah Panik Nina perlahan berubah menjadi desahan ketika lidah Heru mulai bermain di vaginanya.


Vagina Nina ternyata memang sangat rapat, bahkan Heru yang hendak menjilat klitoris Nina, membutuhkan bantuan kedua tangannya untuk membuka bibir vagina Nina yang gemuk.
Semenara Nina, terus menggeliat merasakan rasa yang bercampur di vaginanya, antara rasa geli, ngilu, dan juga nikmat. Vagina mungilnya pun semakin basah, dan semakin beraroma menggairahkan.


Setelah puas menjilati vagina mungil Nina, Heru pun sudah tidak kuasa lagi menahan hasrat untuk merasakan vagina tersebut menjepit penisnya. Denan cepat Heru langsung membuka celananya, membuat penis besarnya yang sudah ereksi maksimal mengacung kearah selangkangan Nina.



“Om… tititnya gede banget…” jerit Nina ketakutan. Nina memang belum pernah melihat penis sebesar dan sepanjang milik Heru. Membuatnya khawatir kalau penis tersebut tidak akan muat di vaginanya yang mungil.


“Tahan yah sayang… Om pelan-pelan kok..” Bujuk Heru yang mulai mengarahkan kepala penisnya ke bibir vagina Nina.

“Om…Om…. Muat gak?... punya Om gede banget..” Ujar Nina ketakutan saat merasakan kepala penis Heru yang besar mulai menyentuh bibir vaginanya.



Sebenarnya, Heru pun tidak yakin kalau penis besarnya akan bisa masuk ke lubang vagina Nina yang terlihat sangat mungil dan rapat. Namun rasa penasaran dan birahi sudah menguasainya. Dengan perlahan Heru mulai menggerakan pinggulnya dan kepala Penisnya mulai mendesak bibir vagina Nina yang gemuk.



“Om…Om..pelan pelan…Awwhh…. “ Jerit Nina ketika merasakan sesuatu yang besar tengah berusaha merobek vaginanya.


“Tahan sedikit yah…ini sudah mau masuk kok…” Ujar Heru terus berusaha memaksakan penis besarnya menerobos vagina Nina.



Ternyata memang sulit, bahkan dalam keadaan sudah basah. Dan dengan penis yang sudah sangat mengeras. Heru merasa kesulitan menembus bibir vagina Nina. “Awh… Awhh….Om…. Sak….sakiit…Awwhh” Jerit Nina ketika kepala penis Heru mulai masuk ke dalam lubang vaginanya.


Heru berusaha menahan birahi dan memasukan penisnya secara perlahan. Erangan dan jeritan Nina mengiringi kepala penis Heru yang mulai tertelan lubang sempit Nina yang terasa seret dan hangat.


Walau terus memaksa masuk, penis Heru seperti tertahan oleh dinding vagina Nina yang sangat sempit. Semakin Heru memaksa masuk semakin sempit pula dinding vagina tersebut.


“AAAAAAAAAWWWW….. Om…udah…UDAAAH…. PERIIIHH…..PERIIIHH….. AWWWHHHH” Jerit Nina sekuat ternaga sambil mengremas kencang kasur.


Melihat Nina yang semakin kesakitan, Heru pun kembali mencabut penisnya. Di usap nya perlahan rambut remaja belia yang kini berlinang air mata menahan perih. “Sempit banget… Kamu harus rileks sayang…. Biar gak sakit yah… Om kepingin banget nih..” Rayu Heru yang sudah tidak bisa mundur lagi.


“hiks….hiks…ta…tapi pelan-pelan yah Om…hiks-hiks…” Ucap Nina yang sadar akah keharusannya melayani nafsu pria yang telah membayarnya mahal tersebut.


Sementara Heru sendiri tidak habis fikir bagai mana vagina Nina bisa begitu sempit hingga seperti perawan. Setelah melihat Nina terlihat sudah sedikit tenang, Heru kembali mencumbu gadis belia tersebut dengan kecupan bibir lembut dan mulai memberikan rangsangan pada payudara mungil Nina. Sementara tangan Heru yang satunya mulai membelai lembut bibir vagina Nina, dan menggelitik klitoris gadis belia tersebut.


Seolah tidak mau buru-buru seperti sebelumnya, Heru mulai memasikan jari tengahnya ke dalam lubang vagina Nina yang mulai kembali basah. Kocokan demi kocokan jari Heru membuat birahi remaja belia itu kembali bangkit dan vaginanya semakin dibanjiri cairan.


Setelah merasa vagina Nina semakin basah, Heru mulai memasukan satu jari lagi untuk membelah lubang sempit di selangkangan Nina. Dengan perlahan Heru mulai mengocokan dua jarinya di lubang kewanitaan Nina. Membuat desahan demi desahan mulai keluar dari bibir mungil Nina.



“Emmhh…..Om… Coba masukin sekarang…. Aawwhh” Ucap Nina diselingi desahan.


“Tahan yah sayang…” Ucap Heru sambil mulai mencoba memasukan kepala penis besarnya ke vagina Nina.


“Aaakkhh……. “ Nina pun kembali meringis merasakan penis besar Heru mulai menerobos masuk.



Tapi kali ini perlahan namun pasti, vagina mungil tersebut mulai menelan batang penis Heru. “Sleeepp…” Akhirnya Heru berhasil memaksakan penis besarnya masuk seutuhnya.


“Aaaawwhh….. Om…. Ahh..” Desah Nina tidak karuan saat vaginanya di penuhi batang keras Heru.




Heru pun membiarkan sejenak, agar vagina Nina terbiasa dengan penis besarnnya, sembari merasakan nikmat kerika penisnya seperti diremas dinding vagina Nina yang basah dan sangat sempit.


Setelah membiarkan penisnya berdiam beberapa saat di vagina Nina. Heru pun mulai menggerakan pinggulnya perlahan. “Gila nikmat banget memek anak kecil emang sempit banget” Batin Heru ketika merasakan gesekan dinding vagina Nina yang seperti meremas penisnya.


“Akkhh…. Om… E..enak… memek aku diapain… kok enak… eemmpphhh” Desah Nina mulai menikmati percumbuan beda generasi tersebut.


“Memek kamu sempit banget sayang….”


“Empphh…. Akkhh iya titit Om juga gede banget…. Terus Om… enak…”


“Remas tetek kamu sayang….iya gitu… remes yang kenceng” Perintah Heru agar Nina meremas payudaranya sendiri.


“AWwwh….Om…Dalem bangeeeeettt…..awwwhh” Rintih Nina ketika merasakan sodokan Penis Heru yang semakin dalam.


“Buka yang lebar paha kamu sayang…. Om mau ngocok lebih cepat…”


“Aaaaaawwwh….. Om…. Ngilu…. Pelan-pelan….aaaaakkhhh”


“Enak banget memek kamu Nina…. Hah….hah…hah…” Ujar Heru dengan nafas yang semakin memburu. Heru bersusah payah berusaha menahan orgasmenya lebih lama, vagina Nina yang sempit membuatnya sungguh kewalahan. Namun Heru bukanlah orang yang egois, dia ingin remaja belia yang sedang ia genjot juga merasakan nikmatnya orgasme.



“Sayang bangun…. Gentian kamu yang diatas…” Perintah Heru agar Nina berpindah posisi dengan kemaluan mereka yang masih menyatu.


“Aku gak bisa Om…” Jawab Nina ketika kini tubuhnya sudah menindih Heru.

“Gerakin pinggul kamu naik turun aja sayang…. Iya… gitu… pinter… aaahh… nikmat banget memek kamu…” Ujar Heru mengarahkan agar Nina memompa tubuhnya.


Nina semakin bernafsu, dan mulai secara naluri mencari posisi sendiri demi mengejar kenikmatan yang seolah-olah tiada berujung tersebut. Kini vagina mungilnya telah leluasa dikobok oleh penis besar Heru. Heru pun semakin kewalahan, menahan orgasmenya yang terasa sudah di ujung. Bagai mana tidak, selain merasakan jepitan vagina Nina, pemandangan garis belia penuh keringat yang kini sedang naik turun di atas tubuh Heru membuat birahi Heru serasa ingin meledak. Ditambah lagi wajah Nina yang sedang mengerang keenakan dengan mata yang sayu.


“Om….Aaaahhh…. Om…. Akhhh” Jerit Nina dengan tubuh yang mulai gemetar.


Heru yang menyadari kalau remaja belia tersebut hendak mencapai orgasmenya, langsung bertindak dengan memeluk tubuh mungil Nina, dan mulai mengambil alih dengan gentian menggerakan pinggulnya menyodok vagina Nina. “Iya…. Lepasin sayang…. Om juga mau keluar….Hah…hah…hah..” Ujar Heru terus mempercepat sodokan penisnya.


“AAAANgggghhhhh………” remaja 15 tahun itu pun mendesah panjang, diikuti tubuh yang gemetar. Tanpa memperdulikan vagina Nina yang sensitif seusai orgasme, Heru terus menusukan penis mengejar orgasmenya. Membuat Nina kembali menjerit-jerit.



Setelah merasakan orgasme akan sampai, Heru langsung buru-buru menggulingkan tubuhnnya berganti posisi dengan Nina, “PloooKK” dengan cepat Heru mencabut penis besarnnya dan “Croooott…..crooott…croot” ia pun menyembukan spermanya di perut Nina.


Seketika Heru pun ambruk di samping Nina. Sambil berusaha mengatur nafas, Heru membelai pipi Nina yang kini juga masih terengah-engah. “Makasih yah Sayang..” bisiknya ditengah nafasnya yang tidak beraturan.



“Iya Om…” Jawab remaja belia itu polos.

No comments:

Post a Comment