Tuesday 7 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 28

ALFRIZZY YUDHA PRATAMA

[​IMG]


REVALIAN DWINSYIRAH

[​IMG]



BAB 27 - ALL NIGHT LONG



Seorang gadis memandang lurus ke depan, tepatnya kepada cermin yang memantulkan sebagian besar tubuhnya. Pandangannya tertancap pada matanya sendiri, mencoba mencari sesuatu dari sana. Sesuatu yang mungkin memberikan jawaban kepadanya tentang perasaannya saat ini. Hal yang telah terjadi pada malam itu memberikannya begitu banyak pertanyaan yang harus ditemukan jawabannya. Bukan oleh siapapun, tetapi hanya dirinya sendiri yang dapat memberikan jawaban itu.

Rasanya sulit sekali menggambarkan perasaannya saat ini. Malam itu, gadis itu telah melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Yah… Reva, sudah memberikan mahkotanya kepada seorang pria yang dianggapnya sampai dengan sekarang adalah pria GAY. Namun, ada rasa heran dibenaknya saat ini. Kalau dia GAY, kenapa dia bisa menikmati setiap sentuhan dan menikmati persetubuhan mereka yah? Walaupun dalam keadaan setengah mabuk.

Sore ini Reva sedang berada didalam toilet karyawan, sambil bercermin mencoba memperbaiki seragamnya. Dan juga bersiap-siap untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sebentar lagi pergantian shift dengan temannya.

Sudah cukup bagi Reva menahan beragam gejolak di dadanya. Ingin sekali rasanya ia berada di hadapan Al, menyentuhnya dan memperlakukannya layaknya seorang kekasih kepada Al. Namun, ia sadar bahwa dirinya harus menahan gejolaknya saat ini dikarenakan mengingat keadaan Al yang belum sembuh total. Itu sih menurut Reva.

Reva kembali ke meja resepsionis sambil merapihkan beberapa kerjaannya dari pagi sampai sore. Beberapa temannya juga baik yang satu shift dengannya, maupun yang baru saja tiba sedang sibuk dengan serah terima pertukaran shift. Reva masih menatap hampa berkas-berkas di hadapannya. Pikirannya berkecamuk, merindukan sosok Al saat ini.

Seorang pria yang baru saja masuk dari pintu lobby, segera melangkah mendekat ke meja resepsionis. Ada perasaan ingin memeluk gadis dihadapannya, namun pria itu hanya bisa berdiri tersenyum menatap sosok Reva yang masih menunduk melihat-lihat berkas di atas meja resepsionis. Reva tak sadar bahwa sedari tadi pria yang hadir dipikirannya sudah berdiri di hadapannya sambil memasang senyum khas milik pria tampan itu.

Seperti merasa seseorang sedang berdiri dihadapannya, perlahan-lahan Reva mengangkat wajahnya dan terkejut melihat siapa yang hadir saat ini di depannya.

"Hai," sapa Al saat Reva mengangkat wajahnya dan melihat Al sudah berdiri di depan meja resepsionis.

"Eh... astagaaa, udah lama kamu disini?" Tanya Reva sedikit kikuk. Sambil menyelipkan rambutnya di telinga kanannya, lalu sedikit grogi gadis itu membereskan berkas-berkas dimejanya.

"Udah," jawab Al mendekat dan berpangku kedua lengannya di atas meja resepsionis.

"Mau jemput aku yah?" Tanya Reva tersenyum dengan rona merah di kedua pipinya.

"Iya, dan sekarang kamu beresin gih perlengkapan kamu... udah waktunya pulang kan?" Ujar Al.

"Eh... bentar lagi, gak enak ama Indah tau." Jawab Reva menoleh ke arah Indah yang sibuk dimejanya.

Beberapa temannya yang mengenal Al, hanya tersenyum. Rio, juga hanya menegur Al lalu kembali sibuk dengan kerjaannya. Mengingat Rio saat ini masuk shift siang.

"Udah, ayooo! waktunya pulang kan?" Ujar Al sembari menarik lengan Reva pelan untuk mengajak pulang.

Sepertinya Reva sedikit merasa gak enak dengan teman-temannya, walau memang sudah habis waktu shiftnya tapi se-enggaknya ada loyalitas terhadap tempat kerjanya.

"Bentar Al, nunggu yang lain pulang dulu." Ujar Reva menepis tangan Al.

"Udah waktunya kan? Yuk pulang." Al tak menghiraukan ucapan Reva dan memaksa gadis itu untuk membereskan perlengkapannya.

"Hei... kok kamu maksa gini sih Al, tuh liat si Indah bakalan marah loh kalo kamu maksain pulang." Ujar Reva namun tak di indahkan oleh Al.

"Pulang." Ujar Al singkat. Merasa tak terima dengan perlakuan Al, Reva menepis kembali tangan Al dan menjauh sedikit kebelakang.

"Gak mau," jawab Reva cemberut.

"Ibu Indah, udah waktunya shift pagi pulang kan?" Ujar Al sedikit berteriak membuat Indah menoleh.

"Selesaikan dulu pekerjaan lu Reva, baru bisa pulang." Jawab Indah sedikit ketus.

"Nah kan, gara-gara kamu nih." Ujar Reva berbisik.

"Gak perduli, pulang." Ujar Al masih menarik lengan Reva untuk pulang. Walaupun dalam hati Reva sangat senang akan kehadiran Al saat ini, namun ada perasaan dongkol bukan karena Al memaksanya pulang, tapi karena Indah yang sudah menatap mereka berdua dengan tatapan tak suka.

"Hei! jangan dipaksa donk kalo dia gak mau pulang. Lagian, gue gak izinkan dia pulang dulu... loyalitas dikitlah ama manajemen." Ujar Indah yang sudah menghampiri mereka berdua.

"Gak, pokoknya Reva harus pulang sekarang." Ujar Al membuat Indah makin tersulut emosinya.

"Al... udah, gak usah ribut ma dia." Bisik Reva namun Al tetap aja menyuruhnya pulang. "Nah kan ada big bos tuh Al, kesana gih sebentar, gak enak tau." Lanjut Reva sedikit mendorong tubuh Al karena melihat dari kejauhan Pak Toto dan Reza baru saja keluar dari lift dan melangkah mendekat ke meja resepsionis.

Al melihat mereka berdua, dengan sedikit kode di wajahnya mengartikan bahwa tolong dijaga rahasia dia. Akhirnya sekali anggukan dari Reza maupun Pak Toto meng-iyakan permintaan Al barusan.

"Yuk pulang." Ajak Al membuat Reva sudah tak tau harus berbuat apa lagi. Reva menunduk memberi sedikit hormat kepada kedua big bosnya. Namun, ia tak sadar bahwa pemilik hotel tempatnya bekerja saat ini sedang mengajaknya pulang.

Ada rasa sungkan yang dirasakan oleh Reva, rasa takut juga tentu saja karena kedatangan dua big bosnya dan adanya Al yang mengganggu kerjaannya saat ini.

"Siapa lu, maen perintah ama bawahan gue? Lagian gue kan dah bilang kalo Reva belum bisa pulang." Ujar Indah yang tak sadar saat ini Pak Toto dan Reza sudah berdiri dibelakangnya.

"Udah, Reva. Kamu pulang aja." Ujar Reza mengejutkan si Reva maupun Indah.

Damm!

"Eh... pak Reza, tapi kan..." ujar Indah terkejut saat menoleh ke belakang. Biar bagaimanapun, Pak Toto maupun Reza adalah dua petinggi di hotel tempatnya bekerja. Maka Indah dengan terpaksa hanya bisa mengangguk mendengar ucapan Reza maupun Pak Toto.

"Udah selesaikan jam kerja kamu Va?" Tanya Pak Toto.

"I...iya Pak, sudah" jawab Reva sedikit terbata-bata.

"Yah sudah, waktunya pulang kan? Dan Indah, kamu yang lanjutin kerjaan si Reva yah." Ujar Pak Toto membuat Indah tak bisa berkutik lagi.

Akhirnya Indah dengan berat hati mengangguk dan meninggalkan mereka untuk kembali ke mejanya semula.

"Makasih yah Pak," ujar Al tersenyum dan dijawab dengan anggukan dan kata iya oleh Reza maupun Pak Toto.

Akhirnya Reva dan Al berjalan menuju parkiran mobil, terlihat Reva masih sedikit kesal oleh tingkah Al tadi. Namun, ia pun bersyukur karena tak perlu lembur lagi. Al menarik lengan kanan Reva sambil menggandeng paksa. Walaupun sedikit penolakan dari Reva, Al tetap memaksa menggandeng lengan gadis itu yang membuat Reva hanya bisa mengikutinya dan menggembungkan kedua pipinya.

"Huuuhhh..."

Seruan kecil dan terdengar halus itu, ternyata masih terdengar oleh Al, sehingga ia pun menoleh ke arah Reva yang terlihat sedang merajuk. Al sedikit tersenyum melihat Reva sedang merajuk seperti itu, dan bahkan membuat Reva terlihat semakin imut di mata Al.

"Masih ngambek?" Tanya Al saat tiba di mobilnya. "Yuk naik."

"Bodo'."

"Muka kamu jelek loh kalo cemberut gitu." Ujar Al saat mereka berdua meninggalkan parkiran karyawan.

"Terserah." Jawab Reva masih cemberut.

Jalan Pettarani sore ini sedikit macet, karena memang bertepatan dengan jadwal pulang kerja para karyawan. Dengan ditemani sebuah lagu dari 'Jason Mraz, Lucky', SUV Range Rover yang dikendarai oleh Al melaju dengan santainya.

"Mau kemana?" Tanya Reva saat Al berbelok ke jalan Sungai Saddang.

"Mau ke Tanjung Bunga." Jawab Al singkat sambil menoleh kesamping.

"Ngapain disana?" Tanya Reva masih sedikit cemberut.

"Pacaran," jawab Al.

"Huh, emang aku pacar kamu?" Tanya Reva menoleh pelan ke arah Al. Jantungnya sedikit berdetak lebih kencang mendengar kalimat yang di ucapkan Al. Walau simple, tapi mampu menciptakan rona merah dikedua pipi gadis itu.

"Menurut kamu?"

"Huhhhh, bodo'." Gerutu Reva karena melihat reaksi Al yang sangat datar.


~•○●○•~​


Pantai Tanjung Bunga, Al dan Reva memilih tempat itu hanya sekedar menghabiskan waktu sore ini sambil melihat Sunset yang terbenam dilautan nan biru. Tak banyak yang mereka lakukan di sana. Reva berdiri bersandar di kap depan mobil sambil melihat sekitar pantai yang sore ini tidak terlalu ramai oleh para pengunjung. Al duduk di depan mobil yang diparkir mengarah ke pantai. Sambil duduk menikmati kibasan angin sepoi-sepoi, pria itu juga menanti senja, tak lupa di tangan kanannya sedang memegang sebuah bungkusan kuaci, dan juga segelas es kelapa muda yang dipesannya di pedagang Es kelapa muda tak jauh dari tempat mereka.

Reva hanya menatap punggung Al yang masih duduk tanpa beralaskan apapun dipasir pantai Tanjung Bunga. Ada perasaan bahagia mengingat saat ini mereka masih diberi kesempatan untuk bisa berduaan lagi. Namun, ada kegelisahan dihatinya yang sampai detik ini membuatnya bingung. Reva melangkah mendekat di belakang Al, lalu kedua tangannya memegang kedua pundak pria itu sambil merungkuk menatap pantai nan indah.

"Al," sapa Reva pelan dari belakang Al.

"Hemm..." Al hanya berdehem sambil menoleh kebelakang. Sebuah senyuman tersirat diwajah pria itu saat mata mereka bertemu pandang.

"Senja tiba." Ujar Reva. Lalu Al berdiri dan menarik lengan gadis itu untuk kembali ke mobil.

Al memeluk Reva dari belakang sambil tubuhnya menyandar di kap depan mobilnya. Tak ada sepatah katapun yang terucap dari keduanya. Hanya detupan jantung mereka yang makin kencang. Reva menoleh kesamping dan mendapatkan wajah sendu dari Al dengan senyuman khasnya.

"Nanti malam kita kemana ya?" Tanya Reva sambil tersenyum dan membalas pelukan Al dengan memegang kedua lengan Al yang saat ini masih memeluknya.

"Terserah kamu aja Va." Jawab Al.

Mereka terdiam kembali, pikiran mereka berkecamuk. Kedua mata mereka malah asyik menyaksikan ombak-ombak yang menari dengan indahnya dilautan.

"Kamu tahan gak, tiap hari dijutekin gt sama indah?" Ujar Al mencoba mengobrol kembali.

"Yah mau gimana lagi, itu udah sifatnya dia... gak tau kenapa dia jadi sensi gitu" jawab Reva. Al hanya ngangguk-ngangguk sambil berfikir, apalagi yang akan dia obrolkan. Aneh memang, karena dasarnya Al orangnya gak banyak ngomong. Tapi, masa iya mereka hanya diam-diaman aja disini. Reva pun demikian, setelah menjawab pertanyaan Al akhirnya ia pun membisu kembali dengan pikirannya yang berputar-putar tak menentu.

Tiba-tiba Al tersenyum karena baru saja memikirkan sesuatu. Ingin sekali dia iseng ngeledekin si Reva. Maka wajahnya ia miringkan sedikit sambil memandangi wajah reva dari samping. Hari ini gadis itu terlihat lain, semakin cantik. Gumam Al dalam hati.

"Sepertinya kamu ada yang beda dari biasanya" ujar Al tersenyum.

"Apaan? Perasaan biasa aja" jawab Reva mencibir.

"Kamu pasti dikantor tadi, dandan dulu deh" ujar Al seakan meledek si Reva.

"Ih, sok tau deh... lagian ngapain juga aku dandan?" Ujar Reva namun tak bisa membohongi hatinya yang berbunga-bunga setelah mendapatkan pujian dari pria itu.

"Beneran, kamu semakin hari semakin cantik aja" ucapan Al telak membuat Reva tersipu, Al terus memandangi wajah reva dari samping. Ada senyuman terlihat diwajah Reva. Senyum malu-malu karena ditatap oleh Al.

"Paan sih," ujar Reva sambil mengusap wajah Al saking malunya. Dan akhirnya, kedua mata mereka saling berpandangan. Beberapa detik kemudian bibir mereka menyatu, beradu dalam romansa sore itu. Hanya sebentar bibir mereka bersentuhan. Lalu akhirnya, karena malu Reva kembali menatap kedepan dengan perasaan tak menentu. Sesaat kembali Reva menoleh kesamping, lalu mata mereka bertemu pandang. Ada sesuatu yang Reva rasakan di dalam hatinya. Tanpa sadar, wajah mereka saling mendekat. Reva hanya menerima sepersekian detik perlakuan Al kepadanya yang sudah mendekatkan bibirnya dengan bibir gadis itu.

"Hmmmmffffhhhhhh," mereka saling berciuman, melepaskan rasa rindu yang selama ini mereka pendam. Kedua mata mereka terpejam. Al memeluk erat tubuh Reva dari belakang, dan lidahnya sudah menggelayut menari indah didalam rongga mulut Reva. Air liur mereka telah berbagi, tanpa ada kesan rasa jijik dari keduanya.

Setelah dianggap cukup, Al melepaskan ciumannya di bibir gadis itu. Reva pun membuka kedua matanya lalu kembali memalingkan wajahnya menatap ke pantai. Ada rasa nyaman berada dipelukan Al, seperti itulah yang dirasakan oleh Reva. Tanpa terasa, dia bener-bener telah jatuh cinta terhadap Al.

Sedih, bimbang, yang saat ini sedang hinggap dihati Reva. Ingin sekali dia mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini. Tapi ada sedikit rasa ketakutan yang tiba-tiba terbersit dipikirannya.

"Al, kita ini sebenarnya bagaimana?" kata Reva sedikit ngos-ngosan setelah selesai mengatur nafasnya.

Al memalingkan tubuh Reva untuk berhadapan dengannya. Senyum simpul terlempar di wajah pria itu. Tatapannya mampu meluluhkan hati siapa saja yang melihatnya. Setidaknya, itulah yang ada di benak Reva saat ini.

Sedetik kemudian, Al mengusap lembut wajah kiri Reva turun ke pipi. Ada rasa deg-degan yang Al rasakan. Namun, dia berusaha menjaga emosinya agar tidak melakukan hal yang berlebihan sebelum saatnya tiba.

"Menurut kamu?" Tanya Al tersenyum.

"Bingung," jawab Reva menunduk tak kuasa menatap kedua mata pria dihadapannya.

Al tersenyum lalu mengangkat kembali wajah Reva, menatap matanya. Mata yang indah. Begitu indah malah. Sampai sulit sekali Al menilai mana yang lebih indah, antara mata gadis itu atau matahari senja di kaki langit sebelah barat sana.

"Kamu maunya gimana?" Tanya Al sambil berusaha menahan emosinya saat ini.

"Apakah kamu gak berusaha mengejar masa depanmu?" suara Reva sedikit bergetar saat menanyakan itu kepada Al.

“Masa depanku? Hmm...maksud kamu?” Tanya Al sedikit bingung dengan pertanyaan Reva. Dan Reva pun tampak sedang menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk menahan gejolak emosinya yang saat ini seperti hendak mengungkapkan segala perasaannya kepada Al.

Untuk mengatasi kegugupannya, Reva berusaha menutupinya dengan sibuk menyingkirkan beberapa helai rambutnya yang tergerai menutupi wajah karena tertiup angin pantai.Al kemudian membantu Reva menyingkirkan rambut dari wajahnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Rambutnya yang lurus sedikit berwarna merah maroom dan lembut itu memang mudah dikibarkan angin.

“Maksud kamu dengan masa depan aku itu gimana Va?” Al kembali bertanya kepada Reva.

“Hmm...yah...apa kamu gak mau berusaha untuk mengejar masa depan kamu yang sesungguhnya? Menjadi pria normal, dan hmm....memiliki seorang istri?” Tanya Reva yang berusaha untuk tegar sambil menatap mata Al. Dan Al pun langsung menaikan sebelah alisnya saat mendengar pertanyaan Reva itu

"Masa depan itu? Ngapain juga dikejar kalau masa depan yang itu..." jawab Al kemudian.

"Kok ngapain?" Reva melotot sedikit tidak terima ucapan Al barusan.

"Lah ngapain dikejar?" kata Al agak berbisik. Sambil menatap bola mata Reva dalam-dalam. "Masa depanku yang kamu maksud itu kan sudah ada di depanku sekarang."

Butuh waktu beberapa saat untuk Reva menyerap dan memahami makna perkataan Al itu, sebelum akhirnya wajahnya pun langsung merona merah.

"Gombaaaallll!" serunya sambil berusaha meninju lengan pria itu yang sedikit menghindar. Akhirnya Al berlari menghindar dari tangkapan gadis itu.

Mereka saling kejar-kejaran di atas pasir pantai ditemani oleh suara ombak diwaktu senja. Riang gembira, tawa bahagia menghampiri keduanya. Entah mengapa Reva sangat bahagia mendengar pengakuan Al barusan. Walaupun tanpa perkataan sebuah kalimat Cinta, namun sudah cukup membuat Reva tersenyum bahagia. Al berusaha menghindar dan Reva masih berusaha mengejarnya. Lalu pria itu berhenti dan menunggu gadis itu.

BUG! Tubuh Reva langsung menabrak tubuh Al dan mereka salinh berpelukan erat disaksikan oleh sang surua yang redup-redup sudah menyembunyikan dirinya dibalik awan dan seakan tersenyum berpamitan berganti dengan sang rembulan.

"Al... aku sayang banget ama kamu." Bisik Reva saat mata mereka saling memandang. Dan tubuh mereka saling berpelukan.

"Iya i know." Jawab Al singkat.

"Kalau bener aku masa depannya, maka buktiin dong Al!" cibirnya.

"Boleh... tapi, tunggu 1 purnama lewat dulu yah" jawab Al membuat Reva kembali memeluknya. Wajah Reva terbenam di dada Al dan seperti memikirkan sesuatu. Lalu gadis itu mengangkat wajahnya memandang Al tajam.

"Lamar aku! Setelah 1 purnama itu telah lewat" ujar Reva dengan serius.

Al terdiam.

"Kok diem aja sih, Al?" Tanya Reva karena tak mendapat jawaban dari Al.

"I promise." Jawab Al yang langsung membuat Reva melelehkan air matanya karena bahagia mendengar dari mulut Al yang selama ini ia tunggu.

"Makasih... hiks... hiks..." ujar Reva yang kembali menatap wajah Al sambil menangis, kali ini dengan sorot lembut dan cukup lama. Al sangat tau, kalau gadis itu menangis bahagia dan seakan sedang mencari keseriusan atas pernyataan Al barusan. Maka Al mengangguk mengartikan kesungguhan dari apa yang ia katakan barusan.

Satu anggukan kecil sudah cukup bagi Reva sebagai sebuah tanda janji untuknya, dan Reva pun kembali membenamkan wajahnya di dada Al, dan memeluknya sangat erat, seolah-olah tidak ingin terlepas dari pelukannya, walau hanya sedetik saja.

"Al, thanks yah" kata Reva mendongak wajahnya ke atas.

"Your welcome" jawab Al mengusap rambut gadis itu yang masih menggelayut manja di tubuhnya.

Mereka berdua kembali ke depan mobil, Al kembali memeluk tubuh Reva dari belakang sambil mengusap lembut lengan gadis itu yang sedang melipat kedua tangannya di dadanya.

"Udah malam yah." Ujar Reva membuka obrolan.

"Hemmm..." Al hanya berdehem tanpa merubah posisinya sebelumnya.

Walaupun langit mulai kehilangan cahayanya seiring kepergian sang surya, dan berganti dengan sinar temaram sang rembulan, tapi Al masih enggan untuk beranjak dari posisinya saat ini. Al seakan tidak ingin melepaskan kehangatan gadis itu dari pelukannya. Sebuah senyum tipis terbayang di sudut bibir manis Reva saat ia merasakan kehangatan dan kebahagiaan ketika berada dipelukan Al. Berbagai macam pertanyaan yang sudah mengganggu pikiran dan konsentrasinya selama ini, terbayarkan sudah sore ini. Walau tidak langsung mendapatkan sebuah kepastian dari mulut sang pria tampan, namun Reva tau bahwa Al bersungguh-sungguh atas apa yang sudah ia ucapkan barusan.

"Mikir apaan?" Tanya Al berbisik.

"Mikirin kamu." Jawab Reva menoleh.

"Heheh... ngapain dipikirkan? Kan udah ada di sini." Jawab Al tersenyum.

"Al, hemm... habis ini mau kemana?" Tanya Reva.

"Aku mau menghabiskan malam bersamamu." Jawab Al.

"Tapi, kan ada sodara aku di appartemen." Ujar Reva mengingat saat ini ada sepupunya yang menginap di appartemen milik Al.

"Ada hotel kan?"

"Hehe... iya sih. So?" Tanya Reva dengan mengulum mulutnya memikirkan sesuatu.

"Yuk..." ajak Al dan Reva hanya mengangguk tersenyum pasrah dengan ajakan pria itu.

Akhirnya Al pun menjalankan Mobilnya meninggalkan Pantai Tanjung Bunga menuju Hotel Arya Duta yang terletak berhadapan dengan jalan masuk Metro. Lebih tepatnya di jalan Penghibur Pantai Losari. Al memilih Hotel itu sebagai tempat menginap mereka dan menghabiskan malam ini bersama gadis itu, karena letaknya tak jauh dari Pantai Tanjung Bunga.

Setelah menyelesaikan seluruh administrasi dengan pihak resepsionis, akhirnya mereka pun segera ke kamar di antar oleh Bellboy Hotel.

"Nih mas." Ujar Al memberikan tip dengan selembar uang merah kepada bellboy yang mengantarnya ke Junior suite Room yang telah dipesan oleh Al.

"Wah, makasih Pak." Balas Bellboy tadi yang bersukur karena mendapatkan tip yang lumayan dari Al.

Reva melangkah masuk sambil matanya melihat sekeliling isi kamar dalam ruangan ini. Kamar Junior Suite yang di sewa Al, menyediakan ruang luas dengan tempat tidur King dan ruang tamu terpisah yang nyaman seperti suasana di rumah. Kamar suite berukuran 54 meter persegi ini dilengkapi dengan set sofa, televisi layar datar di ruang yang terletak di ruangan tamu dan ada juga di kamar tidur. Kamar Junior suite ini memiliki akses khusus menuju Club Lounge di lantai sebelas yang menawarkan berbagai keuntungan tambahan mulai dari makan pagi, evening cocktails, Internet akses, dan ruang meeting pribadi.

Tak hentinya Reva berdecak kagum atas apa yang ia lihat saat ini, ada perasaan tak menentu dan tanda tanya dalam benaknya. Bahwa dari mana Al mendapatkan uang sebanyak itu untuk membayar hotel mewah seperti ini?. Tapi Reva enggan bertanya kepada Al yang sudah memeluknya dari belakang.

"Kamu kenapa?" Tanya Al memeluk Reva dari belakang dan wajahnya ia sandarkan dibahu kanan Reva.

"Apakah gak berlebihan nginap disini?" Tanya Reva menoleh ke samping.

"Gak kok, aku kan pengen berduaan ama kamu dan gak ada yang mengganggu." Jawab Al makin merapatkan pelukannya.

"Kan bisa nyari hotel yang murah Al, kenapa harus buang-buang duit seperti ini?" Ucapan Reva barusan membuat Al makin yakin bahwa gadis yang saat ini berada dipelukannya adalah gadis yang sederhana. Al bersyukur bahwa ia tidak salah memilih Reva saat ini. Satu step sudah membuat Al yakin, namun belum saatnya ia mengungkapkan jati dirinya saat ini. Ia pun tersenyum sambil mencium lembut rambut gadis itu.

"Bau," ujar Reva.

"Gak kok, masih bau shampo." Jawab Al.

"Aku gak bawah baju ganti Al, masa iya aku pake baju seragam kek gini?" Tanya Reva yang sadar karena masih memakai seragam kerjanya yang hanya tertutupi oleh cardigan hitam miliknya.

"Kan bobonya ntar gak pake baju kan?" Ujar Al membuat Reva menoleh sambil melototkan kedua matanya.

"Hahaha, emang berani?" Tanya Reva sudah mulai mengetahui maksud Al barusan.

"Udah ah... mandi dulu gih." Ujar Al menyuruh mandi Reva.

"Trus baju gantinya gak ada Al." Jawab Reva.

"Udah kamu mandi, aku pesan makanan dari sini aja. Ntar kamu pake kimono aja." Ujar Al membuat Reva malu dan tersipu menatap wajah Al yang sudah terlihat mesum.

"Ihhhh kamu kayaknya udah ada kemajuan deh." Ujar Reva karena merasakan adanya tonjolan yang menekan-nekan bokongnya dari belakang.

"Hehe... gak suka?"

"Udah berdiri juga yah... hehehe, ya udah aku mandi dulu yah." Ujar Reva lalu meninggalkan Al di ruang tengah menuju kamar mandi.

Saat Reva berada didalam kamar mandi, Al menelfon operator hotel untuk memesan makanan untuk makan malam mereka. Sambil menunggu Reva yang masih berada didalam kamar mandi. Akhirnya Al menyibukkan diri membuka laptopnya sekedar mengecheck email yang masuk.

Beberapa saat kemudian Reva keluar dari kamar yang hanya menggunakan kimono berbahan lembut berwarna abu-abu sedang melangkah menuju ruang tamu dimana Al baru saja menutup laptopnya.

Begitu tiba di depan Al, gadis itu tersenyum manja ke arah Al. Menyadari bahwa gadis itu tak memakai dalaman apapun dari balik kimononya. Sontak, penis Al langaung menegang dari balik celana jeansnya.

"So?" Tanya Reva genit.

"Aku mau mandi dulu yah." Ujar Al lalu beranjak meninggalkan Reva yang masih memperhatikan tubuh belakang Al.

"Hihi..." Reva hanya tertawa melihat tingkah polos Al dihadapannya.

Reva kembali ke dalam kamar dan langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang, meraih remote TV untuk menyalakannya sambil menunggu Al selesai mandi.

Tak lama Al keluar dari kamar mandi dan mendapati Reva yang sedang baring di atas ranjang. Al hanya menoleh lalu melangkah dengan hanya menggunakan kimono yang sama dengan yang Reva gunakan keluar dari kamar menuju ruang tamu.

"Hei, kok keluar?" Tanya Reva sambil merubah posisi tidurnya menyamping dengan menahan kepalanya dengan lengan kanannya.

Ting... tong! Suara bel didepan pintu membuat Al tersenyum lalu seperti mengejek Reva dengan wajah yang dibuat-buat menjadi lucu.

"Tuh... ada orang.. hehe" jawab Al membuat Reva kesal lalu mengembalikan posisinya seperti semula.

Ternyata room boy baru saja mengantarkan pesanan mereka, lalu akhirnya Room boy tersebut mengatur beberapa pesanan mereka seperti steak 2 porsi dan 2 soft drink di atas meja ruang tamu.

"Makasih yah Mas." Ujar Al tak lupa juga memberikan tip kepada room boy itu.

"Sama-sama pak."

Akhirnya Room boy tadi meninggalkan ruangan dan Al segera menutup kembali pintu kamarnya. Menyadari bahwa dirinya sedang berduaan di dalam kamar hotel, dengan seorang gadis cantik dan seksi yang sedang menunggunya tanpa mengenakan daleman sama sekali, membuat gairahnya menguasai pikirannya hingga membuat penisnya jadi semakin menegang dari balik kimononya. Untung saja sang Room Boy tadi tidak sempat melihat tonjolan diselangkangan Al itu.

"Va, makan yuk." Ujar Al memanggil Reva dari luar.

"Gak lapar... sini aja Al, nemenin aku kek." Jawab Reva membuat Al hanya geleng-geleng kepala.

Akhirnya karena nafsu mengalahkan akal sehatnya, Al melangkah masuk kedalam kamar lalu duduk ditepi ranjang sambil alasan melihat siaran TV yang sebetulnya menampilkan acara yang gak jelas. Hanya pengalihan semata saja. Reva beranjak dari ranjang lalu berdiri dihadapan Al yang masih duduk ditepi ranjang.

"Mau ngapain?" Tanya Al saat Reva mendekat dan mulai duduk dipangkuan Al.

"Mau ngapain lagi coba? Berduaan disini?" Jawab Reva tersenyum genit.

Reva melingkarkan kedua lengannya di belakang leher Al. Lalu menatap mata pria dihadapannya. Al sepertinya mengerti dengan jelas apa yang dipikirkan oleh gadis itu. Begitu pula sebaliknya.

"Auwww..." pekik Reva saat merasakan adanya gundukan keras yang menekan di selangkangannya.

"Kenapa?" Tanya Al belagak bodoh.

"Itunya tegang... hehehe, untung masih ada kimono... kalo gak ada bisa berabe deh Al." Ujar Reva dengan wajah yang terlihat menggoda dan bergairah. Jelas Al tak bisa menahan gairahnya saat ini. Membuat penisnya makin menegang sejadi-jadinya.

Keduanya saling memandang, tersenyum penuh arti dan sedikit anggukan dari Reva akhirnya gadis itu yang sedikit agresif memajukan wajahnya ke wajah Al. Sepersekian detik akhirnya bibir mereka bersentuhan. Al membuka mulutnya membiarkan lidah Reva bermain-main di rongga mulutnya.

Setelah cukup lama mereka berciuman dengan penuh kemesraan satu sama lain, Al kemudian melepaskan tautan bibirnya dari bibir Reva, dan menatap matanya untuk sesaat, sebelum Al mulai mengecupi dengan lembut wajah Reva yang sudah dilanda gairahnya. Keningnya, pipinya dan bibirnya tak luput dari kecupan lembut bibir Al, hingga membuat bulu kuduk Reva sedikit berdiri seiring rasa geli akibat kecupan Al itu. Dan saat bibir mereka kembali saling bertautan, lidah mereka pun langsung saling beradu dan saling membelit dalam pergulatan bibir yang penuh birahi. Aroma semerbak bunga khas sabun mandi bermerk dari tubuh keduanya menambah rangsangan antara mereka. Kemudian sambil berciuman, Al berinisiatif melepaskan tali kimono Reva dengan perlahan-lahan. Reva melihat*Al sedikit kesulitan melepaskan kimononya, sehingga dengan terpaksa maka Reva pun melepaskan ciumannya, dan gadis itu pun bangkit untuk melepaskan kimononya sendiri.

Terpampang lah tubuh seksi dengan payudara berukuran sedang dan bulat dengan dua buah puting berwarna merah kecoklatan sangat menantang untuk segera di lumat. Vagina bersih dengan sedikit bulu-bulu tipis menghiasinya membuat Al tersenyum lalu menarik lengan gadis itu untuk membantunya membuka kimono Al.

Kini mereka berdua sudah sama-sama bugil tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Tidak ada lagi raut wajah malu yang terpancar dari wajah mereka.

Akhirnya Al kembali memeluk tubuh Reva dan melancarkan ciuman bertubi-tubi di wajah, leher telinga dan kembali ke bibir mungil gadis itu. Sambil berjalan mundur Reva menarik tubuh Al untuk rebahan di ranjang. Mereka masih saja meneruskan perang lidah, dan Al memeluk erat tubuh gadis itu hingga dua payudara sekal milik Reva menempel di dada Al, sungguh nikmat pikiran Al saat ini. Lalu Reva mulai menelusuri tiap inci tubuh bidang Al lalu tangannya perlahan-lahan turun untuk menjamah penis yang sudah begitu tegang milik Al.

"Huuuu..." desis Al saat jemari Reva mulai menyentuh penis panjang miliknya. Seperti tersetrum oleh sengatan listrik, tubuh Al bergidik menerima rangsangan dari gadis itu.

Reva menarik tubuh Al untuk berganti posisi dimana saat ini posisi Reva sudah berada di atas Al.

Reva terlihat sangat agresif, sambil melumat bibir pria itu, tangannya pun sibuk mengocok penis milik Al. Tangan Al pun kini sudah meraba dua payudara sekalnya. Al menarik wajah Reva lalu Lidahnya menyisiri isi mulut Reva, bagian dalamnya seperti gusi dan gigi terus ia sapu hingga ke langit mulutnya, Reva pun juga membalas dengan menyedot pelan lidah Al, sungguh permainan mulut yang cukup lama. Bibirnya pun terus digigit kecil oleh Al, baik bagian atas maupun bawahnya. Terus beradu beberapa menit hingga mereka merasa cukup, dan berlanjut ke tahap berikutnya.

"Ouhhhhh!" Pekik Reva saat Al mulai menciumi kembali leher gadis itu, lalu menurun hingga ke dadanya.

Slurpppp... slurpppp! Dengan lembut bibir Al mulai mengenyot puting payudara sebelah kanan milik Reva. Sedangkan payudara yang bagian kirinya diremas dengan tangan pria itu. Merasa seperti terbang ke langit ketujuh, sebuah sensasi kenikmatan yang dirasakan oleh Reva. Maka tanpa sadar ia menyodorkan dadanya kepada Al untuk lebih memainkan kedua payudaranya.

Cukup lama Al menyantap payudara milik Reva, hingga gadis itu sendiri merasa sebuah sensasi kenikmatan berbarengan dengan kegelian. Karena posisinya di atas, ia lebih leluasa bergerak.

Reva kemudian turun sehingga Al tidak bisa lagi menyedot payudaranya, ia sengaja turun untuk mencapai daerah penis pria itu. Tanpa ragu lagi, Reva mulai memegang penis milik Al lalu sedikit mengocoknya pelan. Matanya menatap wajah Al dengan mengulum mulutnya membuat sebuah pandangan yang begitu indah dihadapan Al saat ini. Kemudian Reva mulai menyentuhkan bibirnya di ujung penis Al. Lalu, ia pun membuka mulutnya sambil melahap penis milik Al perlahan-lahan.

Slurppp...slurppp! Reva mulai menaik turunkan kepalanya, mengulum batang kemaluan Al yang hanya setengah masuk kedalam tenggorokannya.

"Oughhttt" desis Al menerima rangsangan di penisnya. Sungguh nikmat sekali bisa bersetubuh dengan orang yang kita cintai. Itulah yang saat ini Al pikirkan.

Reva masih saja terus mengulum batang kemaluan Al, kantung telurnya pun tak luput dimainkan oleh Reva, baik dengan mulut maupun dengan jarinya. Kemudian ia mengocok penis Al dengan tangannya, sungguh nikmat. Lalu Reva mulai menjilat pangkal paha yang ditumbuhi bulu-bulu tipis hingga kembali ke ujung penis pria itu. Al tak bisa menahan rasa geli sekaligus nikmat di selangkangannya.

Cukup lama juga Reva mengulum penisnya, dan sepertinya Reva masih ingin berlama-lama bermain di penis milik Al. Tidak ingin sekedar hanya bersikap pasif dan menikmati kuluman Reva, Al pun berinisiatif memutar tubuh gadis itu, dan mengatur posisi Reva hingga wajah Al berada tepat di bawah selangkangan Reva. Reva pun kemudian menurunkan pinggulnya, berusaha mengarahkan vaginanya ke wajah Al. Reva masih saja tak melepaskan kulumannya dipenis Al. Dan Al pun mulai menjulurkan lidahnya untuk membelah bibir vagina milk Reva.

"Mmmhhhhh." Desah Reva yang mulutnya masih tersumbat oleh penis milik Al saat lidah Al udah mulai memainkan clitorisnya.

Al mulai menjalankan aksinya dengan jilatan dan gigitan kecil di bagian clitorisnya, Reva pun merasa geli, apalagi jemari Al tak henti-hentinya keluar masuk dan mengobok-obok liang vaginanya. Reva pun demikian, sesekali ia melepaskan kulumannya dan mengganti kerja mulutnya dengan tangannya.

Gaya enam sembilan mereka berlangsung cukup lama, hingga Al maupun Reva sudah sangat merasa di puncak, mereka pun segera menghentikan pergulatannya. Tak mau cepat-cepat menyudahi percintaan mereka, maka Al memutuskan untuk mengambil jeda menenangkan kemaluan mereka. Tak sampai dua menit, akhirnya Reva yang memulai kembali menciumi tubuh Al yang masih terbaring di atas ranjang.

"Gak sabar yah?" Ujar Al disela-sela pertarungan mereka.

"Hu uh" jawab Reva yang sudah mengangkangi penis Al sambil menggesek-gesekkan kepala penis Al di bibir vaginanya.

"Arghhhh........" desah Reva merasa nikmat walau hanya masih bergesekan kelamin.

"Ouggghhhh..." desah Al juga menikmati gesekan kepala penisnya di bibir vagina Reva.

Al menatap kedua mata gadis itu, seakan saling berbicara untuk mempertanyakam kesiapan leduanya. Dengan sekali anggukan dari Reva menunjukkan bahwa dirinya sudah sangat siap melanjutkan pertarungan yang sebenar-benarnya. Maka Al mulai membantu Reva dengan memegang penisnya dan mendorong tubuh Reva untuk menurunkan pantatnya perlahan-lahan.

Reva memejamkam kedua matanya menikmati inci demi inci batang penis Al melesat masuk ke dalam liang senggamanya.

"Uhhhhhhh... sssttt" desis Reva saat ujung penis Al mentok di rahimnya. Masih tersisa batang kemaluan Al yang masih berada diluar.

"Uhhhhhhh" desah Al dan Reva dan Bulu-bulu di tubuh mereka mulai merinding saat benda hangat dan tumpul milik Al mulai bergesek-gesek pelan didalam liang vagina gadis itu.

“Hkk.. Hh.. Shh.. Ouchh” Reva mendesis tercekat.

“Ouchh.. Hhahh..” Reva berkali-kali pula mendesis menahan nikmat yang kembali naik ke kepalanya.

Dengan pelan Reva mulai menarik pantatnya kembali ke atas lalu perlahan menurunkannya lagi. Membuat penis Al keluar masuk diliang senggamanya yang sudah mulai bisa beradaptasi dengan besarnya penis Al. Sekarang gerakan naik turun pantat Reva membuat batang penis Al mulai lancar melesat didalam liang vaginanya.

Plokkk... plookkk... plookkk!

“Hugghh..” mereka sama-sama menahan napas saat merasakan sebuah kenikmatan di kelamin mereka. Seluruh batang penis Al sudah masuk ke dalam jepitan lubang vagina milik Reva hingga ke pangkalnya. Gadis itu sangat* merasakan pantatnya menempel ketat pada kantung biji telur kemaluan Al. Lubang vaginanya terasa berdenyut-denyut meremas batang penis Al yang memenuhi lubang vaginanya.

Saking panjangnya batang penis milik Al hingga mulut rahimnya Reva seolah-olah seperti tersodok benda tumpul. Tubuh mereka terdiam seperti terpatok satu sama lain oleh pasak yang menyumpal lubang kemaluannya.

Tangan Al yang tadinya memegang kedua sisi pinggul gadis itu mulai bergerak meremas kedua payudara sekal milik Reva membuat gadis itu makin kuat mengeluarkan desahan-desahan erotis dari mulutnya.

Mata Reva pun terpejam menahan desakan nafsu yang mulai mendesak dari perutnya.

Sambil berpegangan pada dada Al, Reva mulai menaik turunkan tubuhnya dengan gaya WOT. Dan Al tak mau diam dengan makin meremas kedua payudara gadis itu yang bergelantung dengan indahnya.

"Aaaaahhhhh... Alllll, akuu mau keluuaaaaarrrr" erang Reva merasakan gejala-gejala orgasmenya akan segera tiba.

Liang vagina Reva mulai berdenyut-denyut mengurut batang penis milik Al. Lalu tiba-tiba tubuhnya terhempas di atas dada Al.

Orgasme pertamanya pun ia capai, lalu Reva melepaskan penis Al dari vaginanya kemudian berbaring lemas di atas tubuh Al.

"Huuuhhhh... Al, akuuu saayaanggg kamuuu" ujar Reva mencium seluruh tubuh Al. Kemudian Al hanya tersenyum mengangguk dan melepaskan tubuh Reva untuk dibaringkan di atas ranjang.

Al mulai menggauli kembali gadis itu, tubuh lemas dengan dua payudara sekal dan dua puting menghiasinya membuat Al makin gemas. Penis panjangnya masih mengacung dengan tegaknya dan terlihat kilapan-kilapan di batang penisnya hasil dari cairan pelumas liang kenikmatan milik Reva.

Tangan Al meremas kembali payudara Reva saat berada di atas tubuh gadis itu dan mulai melumat kembali bibir gadis itu yang sedikit terbuka karena dirinya sepertinya masih mengatur nafas.

"Hhhmmmmfffmm" Bibir Reva langsung menyatu dengan bibir Al. Lidahnya segera terdorong masuk ke dalam mulut Reva dan mulai menggelitik rongga mulutnya. Membuat nafsu Reva mulai bangkit kembali.

Posisi dengan Al diatas menindih Reva nampaknya mampu membangkitkan gairah gadis itu kembali. Penis Al menggelitik bibir vagina gadis itu dari arah depan, sementara tangan Al meremas-remas payudaranya dan keduanya saling berpagutan bibir. Indah sekali!

"Uhhhhhh..."

Al mulai menggesek-gesekkan ujung kemaluannya dibibir vagina Reva. Kemudian perlahan tapi pasti ia pun mulai memasukkan kembali penisnya ke dalam liang kemaluan gadis itu.

"Oughhhttttt" Reva terpekik sambil membuka mulutnya saat Al melepaskan ciumannya. Dan sepertinya Reva menikmati setiap inci kulit kemaluan mereka saling bergesekan. Mulut gadis itu sudah terbuka membentuk huruf O. Dan tatapan matanya sangat indah membuat hati Al menjadi teduh dan penuh gairah.

Bibir Al mulai memagut kembali bibir Reva dan dengan lidahnya kembali mendorong-dorong lidah gadis itu. Air liur mereka saling tertukar, tak ada rasa jijik dan rasa aneh yang saat ini mereka rasakan. Yang ada hanyalah sebuah nafsu yang di-iringi dengan rasa sayang dan rindu yang mendalam.

Sementara batang penis Al mulai menghujam lubang vagina Reva perlahan-lahan.

Plokkk... plokkk... plokkk!

Berkali-kali rambut kemaluan Al yang kasar seperti habis dicukur menggaruk-garuk selangkangan gadis itu saat penisnya melesak ke dalam lubang vagina gadis itu hingga ke pangkalnya. Terdengar gadis itupun berkali-kali mengerang tanpa rasa malu-malu lagi.

Tanpa harus diperintah, Reva mulai mengimbangi goyangan pantat Al naik turun mengikuti irama tusukan penis pria itu. Tubuh Reva pun mulai terhentak-hentak dan gerakannya sudah tidak terkendali. Tubuhnya semakin cepat bergoyang dan naik turun menyambut dorongan penis kekar milik Al hingga masuk sedalam-dalamnya ke dalam jepitan lubang vaginanya.

“Ter.. Rushh.. Aalllll.. Oohh” tak henti-hentinya Reva terus mendesis-desis tak terkendali. Tubuhnya seolah melayang dan ringan. Al semakin cepat menarik dan mendorong penisnya menghujam lubang vagina berlendir milik Reva.

"Aaaaaahhhhhhhhhhh" tiba-tiba Reva mengerang dan tersentak. Perutnya terasa kejang menahan desakan yang hampir meledak.

“Ouhhhhh...” terdengar Al juga mulai menggeram sambil menusuk-nusuk lubang vagina gadis itu kian kencang. Lalu mulutnya kembali melumat bibir Reva.

Gadis itu juga sepertinya tak dapat menahan lagi tubuhnya berkelojotan melepaskan ledakan birahi yang sudah tidak terbendung lagi. Ia-pun menggigit bibir Al yang melumat bibirnya. Pada saat yang sama, tubuh Al pun menggeliat dan tersentak-sentak seperti penari breakdance. Tubuh bagian bawah mereka yang saling menempel menggeliat secara bersamaan. Selangkangan yang menempel ketat dan seperti terpaku pada tulang kemaluan Al memutar tak terkendali.

“Arghh.. Shh..” seperti suara koor, mereka berdua menggeram secara bersamaan.

Otot-otot vagina Reva berdenyut-denyut mencengkeram penis Al yang tertanam sepenuhnya didalamnya.

"Ohhhhhhh... akuuu kekuaaaarrrr, akuuu tariiikkk yah" erang Al yang mengingat bahwa saatnya ia menarik penisnya supaya tidak muncrat di dalam vagina Reva.

"Saaaammmaa Allllllll, gak usaaahhh... didalam aja, aku lagi gak suburrr kok"

Crooot... crooot.... crooottt...

Akhirnya penis Al mengedut-ngedut dan hampir 7 kali menyemburkan cairan hangat yang menyiram ke dalam mulut rahim milik Reva. Terasa begitu kencang semburan sperma Al menyemprot dalam lubang vagina gadis itu. Dan juga Reva melepaskan orgasmenya yang berbarengan dengan Al. Mereka tak mau melepaskan kesempatan detik-detik sisa terakhir orgasme mereka. Mereka terus bergerak hingga tuntas sudah sperma Al terperas denyutan lubang vagina milik Reva.

Akhirnya mereka sama-sama terdiam lemas tak berdaya. Napas mereka saling memburu. Denyut jantungnya pun berdentum setelah bekerja keras memburu kenikmatan. Baik Al maupun Reva yang kelelahan tak mampu bergerak lagi.

Al menggeser tubuhnya dan menghempas tubuhnya berbaring disebelah Reva. Tangan mereka menyatu, wajah mereka saling menoleh. Senyum kebahagiaan pun terlihat diwajah keduanya. Senyum kepuasan dan kebahagiaan karena bisa bersatu kembali. Terlihat juga betapa banyak cairan sperma yang disemprotkan Al ke dalam lubang vagina milik Reva hingga sebagian meleleh ke pinggir bibir vagina gadis itu.

Beberapa saat kemudian Al menatap lekat-lekat sosok Reva yang tertidur di sebelahnya. Wajah cantiknya tampak lelah, namun terlihat sedikit sunggingan senyum kepuasan. Ini adalah kedua kalinya mereka bercinta. Ada perasaan bahagia dan senang antara keduanya.

"Makasih yah Va..." ujar Al setelah mengecup lembut kening Reva dan dijawab dengan sebuah senyuman kepuasan diwajah gadis itu.


~•○●○•~​


Beberapa hari kemudian...


Bandara international soekarno hatta. Terlihat pagi ini Al dan L sedang menunggu kedatangan sahabatnya dari visit 2 hari di daerah sumatra. Tujuannya adalah memantapkan bahan persentasinya nanti yang tinggal beberapa hari lagi dengan pihak Satulever.

Dari arah pintu kedatangan, sosok yang di nantikan akhirnya muncul juga. Nostra Ajie Prasetyo, sahabat Al dan L sedang melangkah keluar dari pintu kedatangan dengan menggunakan kaos berkerah berwarna biru muda dengan garis strip berwarna hitam. Dan bawahannya menggunakan jeans berwarna biru dengan sepatu jungle kesayangannya berwarna coklat. Tak lupa kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya menutupi kedua matanya.

"Woi woi... tumben lu berdua jemput gue." Ujar Nostra saat bersalaman dengan kedua sahabatnya.

"Maklum lah Nos, lu kan ujung tombak kite-kite... iye gak Al." Jawab L.

"Hemm... bisa dibilang iya." Jawab Al singkat.

Akhirnya mereka bertiga meninggalkan gedung bandara soekarno-hatta menuju kantor pusat 3MP.

Saat mereka bertiga tiba di depan pintu lobby karyawan, terlihat Citra baru saja keluar dari pintu lift dan melihat ketiga ujung pentolan 3MP baru saja masuk dari pintu lobby. Akhirnya Citra melemparkan sebuah senyuman. Khususnya buat Mr.L.

"Hai, kapan nyampe kang Nos?" Tanya Citra menjulurkan tangannya menjabat tangan Nostra.

"Baru aje neng Cit." Jawab Nostra namun matanya melirik ke arah meja front line dan terlihat sosok gadis cantik dengan paras yang mampu meneduhkan hati Nostra selama ini. Elsya, gadis cantik yang selama ini hadir dibenak pria itu.

"Yuk ah." Ajak L untuk naik. Namun, sepertinya Nostra tak menanggapi ajakan sahabatnya. Malah mendekat ke arah meja Elsya.

"Hai neng... serius amat sih." Ujar Nostra membuat Elsya gelagapan. Bagaimana tidak, ke-empat direktur pimpinam perusahaan sedang berada dihadapannya.

"Eh bapak... hehehe, gak juga sih pak." Jawab Elsya tersipu malu sambil menunduk memberikan penghormatan kepada Al dan L maupun Citra.

"Ngehe lu Nos... woi ini kantor, gak boleh pacaran tau." Ujar L membuat Citra menyenggol tubuhnya karena mengingat posisi mereka berdua tidak beda dengan Nos dan Elsya.

"Ehemmm..." Al berdehem membuat L hanya tersenyum kecut.

"Mampooosss lu... makanya ngaca lu nyet." Celetuk Nos ngeledek si L.

Candaan L dan Nos membuat Al hanya tersenyum saja. Dan hanya bergeleng-geleng karena tingkah keduanya gak pernah berubah sama sekali. Tiba-tiba L mendekat ke Elsya lalu mulai ngejahilin si Nostra.

"Hei Nos, lu bawa ole-ole gak buat si Elsya?" Tanya L sambil cengingisan mengingat jelas bahwa pasti Nostra tidak akan pernah mengingat membawakan ole-ole buat siapapun saat ia melakukan trip keluar kota.


"Eh... jangan salah lu L. Nih, buat yayang Elsya tercinta." Ujar Nostra mengeluarkan sebuah bingkisan sirup markisa. "Asli dari Medan"

"Apaan nih Pak? Gak usah repot-repot kali." Jawab Elsya tapi tetap Nostra memaksa untuk menerimanya.

"Gue curiga nih." Ujar L.

"Ups..." ujar Elsya saat membuka dua botol jus markisa yang diberikan oleh Nostra. Lalu sambil menoleh ke arah Nostra yang sudah cengengesan memasang muka jahil dan bodohnya.

"Kenapa?" Tanya Citra.

"Hehehe... makasih yah Pak." Ujar Elsya lagi karena melihat bahwa markisa tersebut bukan berasal dari Medan. Malah ada sebuah tulisan from Jakarta. Namun, sepertinya Elsya tetap menerima bingkisan itu agar tidak mempermalukan Nostra dihadapan teman-temannya.

"Ya udah, neng gue naik dulu yah. Yang bener kerjanya loh... awas malas-malas." Ujar Nostra sambil mencolek dagu gadis itu.

"Segitu doank lu Nos? Kalah donk ama gue... sini sayang." Ujar L sambil lengannya menarik tubuh Citra.

PLAK!

"Bruakakakakkakaka...." tepokan di kepala L dari Al membuat Nostra ngakak melihat tingkah bodoh L.

"Ups ada abangnya... maaf kakak ipar." Ujar L cengingisan.


Akhirnya ke-empat Direktur itu meninggalkan Elsya dengan sebuah perasaan senang. Mereka melangkah masuk ke lift untuk memulai aktivitas mereka masing-masing.

Di dalam ruangan Marketing Direktur. Terlihat Nostra baru saja menyalakan laptopnya untuk memulai pekerjaannya siang ini.

Tiba-tiba kegiatannya terhenti mengingat sesuatu yang akan ia kerjakan selain pekerjaan kantornya.

"Hemmm... ok, neng... kamu siap-siap yah." Gumam Nostra pelan sambil memikirkan sesuatu. "Pokoknya lu bakalan nyesal karena sudah membuat gue kecewa."

Nostra kemudian tersenyum sinis, seperti sedang merencanakan sesuatu.



Still Continued...

No comments:

Post a Comment