Tuesday 7 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 30

NOSTRA AJIE PRASTEYO AKA Mr. Nos

[​IMG]


HELLEN KURNIAWATI

[​IMG]


BAB 29 - WHY, WHY AND WHY?

Setiap akhir pekan, kemacetan di jalan tol Cipularang menjadi pemandangan yang lumrah. Bandung merupakan salah satu destinasi utama warga Jakarta untuk berwisata, baik wisata alam maupun belanja. Selain terkenal dengan panorama alam yang indah, Bandung menjadi surga bagi mereka pecinta fashion. Itulah mengapa jalanan di Kota Kembang ini selalu dipenuhi kendaraan plat B, terutama di Jalan Cihampelas, Jalan RE Martadinata, Jalan Setiabudhi, dan Jalan Pasteur.

Kemacetan yang selalu membuat kesal bagi para pengendara, termasuk Nostra yang tejebak di pintu tol Pasteur. Sabtu sore, dia memutuskan berkunjung ke kota kelahirannya. Bukan untuk mengunjungi sanak saudara atau mengantarkan sang pujaan hati, Elsya, tetapi untuk menemui tunangan yang telah menghianatinya, Hellen.

Setelah 30 menit terjebak kemacetan di Jalan Pasteur dan kondisi padat merayap di Jalan Sukajadi, Nostra sampai di depan kosan Hellen, tepat nya di Jalan Cemara. Rumah kost tampak sepi dari luar, begitu juga pintu kamar Hellen yang tertutup rapat. Nostra berharap Hellen ada di dalam kamarnya. Dia sengaja tidak memberi kabar kepada tunangannya itu karena ingin memberikan kejutan.

Nostra segera turun dari mobil dan melangkah menuju kamar Hellen. Kamar kos yang cukup mewah dan menguras kantong. Tapi bukan masalah bagi Hellen karena semua biaya hidupnya ditanggung Nostra, termasuk biaya sewa kamar kos ini. Begitu sampai di depan kamar Hellen, Nostra pun mengetuk pintu

Tok...Tok...Tok!

Sayup-sayup terdengar suara orang teriak dari dalam kamar, "Bentar, lagi ganti baju."

Kriekkkk..! Tak lama pintu kamar pun terbuka. Hellen terkejut melihat siapa yang berdiri di depan pintu kamarnya. Sedikit gugup dan gembira bercampur dalam hatinya.

"Eh Aa?! Iih ya ampun Aa, kenapa gak bilang dulu mau kesini teh? Tah tingali, kamer Hellen masih berantakan keneh, belum diberesin," Ujar Hellen sedikit gugup. Namun Hellen lega karena dia telah memutuskan hubungannya dengan Nick sehari sebelumnya. Jika tidak, pasti Nostra akan memergoki dirinya sedang bermesraan dengan selingkuhannya itu. Mesra dan mesum, beda tipis.

Nostra tersenyum mendapatkan sebuah sambutan hangat dari tunangannya. "Kan Aa teh pengen kasih surprise," jawab Nos tersenyum tipis lalu tanpa di persilahkan oleh Hellen, Nostra segera masuk kedalam kamar.

"Eh, bentar atuh iih Aa. Hellen rapihin dulu kamarnya." Ujar Hellen namun tak dihiraukan oleh Nostra.

"Gak perlu. Eh, pakaian lo kok seksi banget? Tumben," Tanya Nos memperhatikan pakaian yang dikenakan Hellen.

"Hihihi, kan dikamar doang atuh a. Ngapain juga pake baju bagus-bagus? Tapi beneran A, neng teh seksi? Hihihi" ujar Hellen kikuk karena Nos telah menatap tubuhnya yang hanya menggunakan tanktop tipis dan hotpants yang sangat pendek.

Nostra mencoba mengalihkan pandangannya dari tubuh helen dengan melihat isi kamar Hellen. Fasilitas yang cukup mewah dengan AC dan beberapa peralatan elektronik, seperti satu set home theater dilengkapi LED TV 42 inch. Di samping tempat tidur, terdapat komputer all in one, Apple iMac dengan monitor 27". Semua fasilitas tersebut Hellen beli dari uang yang ditransfer Nostra.

"Kurang apa gue sama lo, neng? Liat! Semua yang lo mau gue kasih. Hidup mewah-mewahan ama selingkuhan lu. Sekarang udah saatnya lu kenal siapa Nostra yang sesungguhnya. Saatnya lu menikmati sajian terakhir gue, neng." Ujar Nostra dalam hati setelah memandangi barang-barang mewah yang ia belikan untuk Hellen. Seketika ekspresi wajahnya berubah menjadi datar namun dengan pandangan "membunuh".

"Jalan yuk, neng! Kemana gitu," Ajak Nostra dengan menatap tajam Hellen.

Hellen yang merasakan adanya perubahan sikap dari Nostra hanya bertanya-tanya dalam hati. "Ada apa yah dengan a Nostra?" Dia tidak berani bertanya langsung kepada tunangannya itu. Ada kekhawatiran bahwa Nostra mengetahui hubungannya dengan Nick, tapi Hellen mencoba menepisnya. Dia beranggapan mungkin tunangannya itu lelah setelah perjalanan dari Jakarta.

"Hayuuu! Udah lama iih gak jalan sama Aa" hellen mencoba antusias menanggapi ajakan Nostra. Ia pun mengambil satu stel pakaian, lalu melangkah ke kamar mandi.

Tak lama Hellen keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian. Dengan memakai pakaian casual dan tak lupa menggunakan Hijabnya membuat Nos tersenyum. Nos mengakui kecantikan Hellen saat ini. Namun, apalah sebuah arti kecantikan diluarnya jikalau dalamnya sudah hancur. Itulah yang dipikirkan oleh Nos.

Selama Hellen mengganti pakaiannya. Nostra mengirimkan pesan singkat kepada seseorang. Tak butuh waktu lama, pesan balasan pun ia terima. Bibirnya menyeringai tipis setelah memastikan rencana yang ia susun berjalan lancar.

Hellen pun keluar dari kamar mandi setelah selesai mengganti baju dan merias wajahnya. Cantik, penampilan Hellen memang cantik dan anggun. Make up tipis menghiasi wajahnya memberi kesan natural. Nostra pun menatap tajam, membuat Hellen grogi. "Iih segitunya liatin Hellen, cantik ya? Hihihi udah ah, yuk jalan!" ujar Hellen lalu menggandeng lengan Nos untuk keluar. Sementara Nos hanya tersenyum saja menjawab pertanyaan Hellen.

"Heh. Cantik emang gue akuin lu. Tapi buat gue, lu itu bagaikan sebuah kotoran berlapiskan emas. Biar luarnya terlihat mewah, tetap saja dalamnya...bau dan menjijikan" Gumam Nostra dalam hati dengan ekspresi jijik, tanpa sepengetahuan Hellen.

~•○●○•~​



Hellen terngiang-ngiang percakapannya dengan Nick di telepon kemarin. Hellen sempat berpikir untuk mempertimbangkan permintaan Nick, mengingat mereka sudah lama bersama menjalin hubungan. Namun Hellen menganggap tidak ada yang lebih baik dibanding Nostra.

Dengan Nostra, ia akan menjadi seorang ratu kecil yang tinggal di istana megah dan semua kebutuhan hidupnya akan terpenuhi. Dengan Nick belum tentu akan seperti itu. Masa depannya belum jelas, kuliah saja dia sudah 7 tahun belum lulus.

Selama ini Nick bahkan ikut menumpang hidup dari uang yang Nostra berikan pada Hellen, termasuk hanya untuk sekedar membayar cicilan kredit mobil kelas LCGC yang ia pakai. Hellen juga sebenarnya sangat mencintai Nostra. Namun karena tidak bisa membendung hasrat seksualnya, maka ia selingkuh dengan Nick.

"Neng, itu dimakan. Jangan diliatin terus. Nanti udangnya hidup lagi loh" Celetuk Nostra membuyarkan lamunan Hellen.

"Hehehe, iya Aa Nostra-ku yang tampan," Jawab helen agak kikuk.

"Hello...kemana aja, neng? masa baru sadar Aa tampan gini." Canda Nostra mencoba mencairkan suasana yang sedari tadi sunyi.

"Iih mulai deh ge-er, baru dipuji gitu juga." Balas Hellen sedikit meledek Nostra.

Gelak tawa meledak diantara keduanya sebelum akhirnya mata mereka saling menatap. Kerinduan terpancar dari sorot mata Hellen. Karena kesibukan Nostra membuat mereka tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu. Juga ada perasaan bersalah atas apa yang ia lakukan bersama Nick. Hellen bertekad, mulai detik ini ia akan fokus memberikan jiwa dan raganya hanya untuk Nostra. Jemari tangan Hellen pun bergerak secara naluriah menyentuh lembut tangan Nostra, kemudian menggenggamnya erat-erat. Seperti tak akan lagi melepaskan pria pujaan hati gadis itu.

"Ciee ada yang kangen nih sama Aa Nostra, ehem!" Celetuk Nostra yang kembali membuat Hellen tersipu, tapi tidak melepaskan genggaman tangannya.

“Wajar kan neng kangen sama aa?” Sahut Hellen sambil tersenyum manis menatap Nostra.

“Wajar kok neng.” Wajar kalau saja lu kagak selingkuh. Lanjut Nostra dalam hati. Namun Nostra berusaha tersenyum tipis kepada Hellen.

Namun, Hellen yang berusaha terus menggenggam tangan Nostra membuat Nostra tidak bisa menahan rasa jijik lagi.

"Sampe kapan pegang tangan Aa terus? Ayo kita lanjutin makan dulu." Ujar Nostra datar dan dingin. Perubahan emosi yang tiba-tiba pada diri Nostra, membuat Hellen terkejut dan akhirnya melepaskan genggamannya dari tangan Nostra.

“Eh..i-iya a. Hmm...maafin Hellen ya a,” ujar Hellen dengan berbagai pertanyaan di dalam hatinya, melihat berbagai perubahan sikap Nostra yang aneh menurutnya.

“Gak masalah, neng. Makan dulu yuk.” Jawab Nostra sambil kembali tersenyum tipis kepada Hellen, membuat Hellen menjadi semakin salah tingkah.

Setelah selesai menikmati santap malam mereka, Nostra dan Hellen pun meninggalkan Resto menuju parkiran.

Pintu mobil Nostra sudah terbuka, lalu mempersilahkan Hellen untuk naik layaknya sang permaisuri. Hellen tersipu diperlakukan seperti itu oleh Nostra. Namun, tanpa ia sadari sebuah senyum sinis tersirat di wajah tunangannya saat menutup pintu mobil.

Baru saja Nostra hendak masuk ke dalam mobil, terdengar suara wanita meneriakan namanya.

“Kak Ajie!" Suara wanita itu cukup nyaring, membuat Nostra menoleh. Seorang gadis berambut pirang berjalan cepat mendekatinya. Blazer berwarna putih gadis itu cukup panjang dan hampir menyamai rok mini yang dikenakannya. Tampilan sangat modis dipadu-padankan dengan wajah yang cantik dan senyuman yang manis.

“Kak Ajie,” Panggil gadis itu lagi dengan suara yang lebih pelan. Begitu sampai ke depan Nostra, ia langsung memeluk dan memberikan ciuman di pipi kanan serta kiri Nostra. “Lama gak ketemu, kakak makin tampan saja.”

Hellen bengong melihat apa yang dilakukan gadis itu pada tunangannya. Hellen pun merasa kesal dengan reaksi Nostra yang berdiri mematung saat gadis itu dengan mudah mencium pipi kiri dan kanannya.

Walau itu cuma sebatas salam tapi Hellen tetap merasa tidak senang. Hellen merasa, ia gak pernah sama sekali diperlakukan seperti itu selama ia menjadi tunangan Nos, se-akan dirinya dijaga dengan baik oleh pria itu. Bahkan menyentuhnya sedikit saja, Nostra sangat enggan karena selama ini yang Hellen tau, Nostra menjaganya sampai gadis itu sah menjadi istrinya.

Padahal Hellen begitu mendambakan sentuhan-sentuhan dari Nostra. Bahkan Hellen berharap bukan hanya sentuhan saja yang di dapatkan dari Nostra. Itulah yang akhirnya membuat Hellen selingkuh dengan Nick.

“Ehmm…maaf, kamu...??!” Nos berlaga terlihat bingung. Sebuah kedipan mata, membuat gadis itu melanjutkan aksinya.

“Aku Jessica, kak” Ungkap gadis itu dengan mimik muka merengut manja “Iih Kakak jahat, masa lupa sama aku?! Huh!"

“Oh, jessica? Iya iya gue inget sekarang. Lo makin cantik aja, Pangling gue hahaha” Nostra akhirnya meladeni sapaan dari gadis yang bernama Jessica itu dengan cukup antusias. "Apa kabar lo?".

“Iih kebiasaan, gombal! Kabar aku baik dan....liat! makin cantik kan? Hihihi,” sahut Jessica sambil merentangkan tangan dan kemudian memutar tubuh bak seorang model yang menunjukan pesonanya.

"Hahaha, lo emang selalu terlihat cantik dan euhmm...seksi" Goda Nostra sambil tangan kanannya menyentuh dagu jessica. Ditatapnya jessica tajam disertai senyum maut yang selama ini mampu membius gadis-gadis yang diincarnya.

Hellen terperangah melihat tingkah Nostra. Sikap hangat dan genit yang Nostra tunjukan kepada wanita itu, sangat jauh berbeda dengan saat sedang bersama dirinya, membuatnya seakan tak percaya bahwa Nostra bisa menggoda wanita seperti itu.

Terlebih hal itu Nostra tunjukan di depannya, seakan Nostra tidak menganggapnya ada di tempat itu. Reaksi Jessica yang malah memeluk pinggang Nostra semakin membakar api cemburu dalam hati Hellen. Ingin sekali Hellen meluapkan kecemburuannya daat ini, namun ia takut jikalau Nostra malah menganggapnya ke-kanak-kanakan.

Apa salah? Kalo saya tak senang dengan tingkahnya? Berulangkali pikirannya berkecamuk. Ingin rasanya melabrak wanita yang di anggapnya sangat ganjen terhadap tunangannya. Bahkan di hadapannya, di depan matanya dan seakan Nostra tak memperdulikan sama sekali apa yang ia rasakan.

“Oh iya, lagi ngapain disini? Bukannya lo di Amrik ya?” lanjut Nostra lagi. Mereka terlihat sangat akrab.

“Aku kesini ingin menemui seseorang, kak, Ada sedikit urusan penting.” Ucap Jessica dengan nada manja dan mengedipkan sebelah matanya.

Hellen semakin geram melihat tingkah Jessica yang genit dan manja pada tunangannya. Dia juga tak habis pikir mengapa Nostra malah membiarkan Jelssica memeluknya. Keadaan yang sangat tidak diharapkan Hellen. Beberapa saat yang lalu, dia sangat bahagia bisa makan malam romantis dengan Nostra. Namun semua berubah saat Jessica datang menghampiri. Nostra seperti lupa dengannya dan asik berbincang mesra dengan Jessica.

Dadanya berdegup kencang, tubuhnya terasa panas. Dan bendungan air matanya sebentar lagi meluap. Namun, Hellen berusaha menahan semuanya.

Karena merasa hanya sebagai aksesoris pemanis mobil, Hellen pun turun mencoba menegur Nostra. Melihat Hellen keluar dari mobil, Nostra pun melepaskan pelukan Jessica.

“Ups, maaf sayang. Keasikan ngobrol jadi lupa” ujar Nostra. Sebuah kata "Lupa" membuat Hellen merasa dirinya seakan tak dibutuhkan lagi oleh pria itu.

“Gak kok a. Lanjutin aja.” Ujar Hellen sambil menarik nafas panjang.

“Kak, siapa dia?”

“Astaga! Sampe lupa kenalin ke lo, Jes. Ini Hellen, tunangan gue” Nostra menarik Hellen dan langsung melingkarkan lengan kokohnya di pinggang gadis itu.

“Astagaaaa! Jadi kakak sudah bertunangan... surpriseee!” ujar Jessica menampilkan senyuman tulus dan suara manjanya. Jessica mengulurkan tangannya hendak memperkenalkan diri.

“Sayang, dia Jessica, teman aa dulu di kampus.” Nostra mempersilahkan Hellen menyambut uluran tangan Jessica. Tangan Hellen bergerak seperti robot ketika memaksa untuk menyentuh tangan Jessica. Nostra memutar bola matanya melihat kekakuan yang ditunjukkan gadis di sebelahnya itu. “Jessica adalah teman aa sekaligus mantan kekasih aa dulunya…”

DEG!

Hellen mematung mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Nostra. Tatapan Hellen langsung mengarah lurus pada Jessica, penuh dengan tanya soal kebenaran dari kata-kata Nostra. Mantan kekasih tunangannya… kata itu terngiang di telinga Hellen.

Kenapa selama ini Hellen tak pernah mengetahui masa lalu Nostra? Yah, ia sadar selama ini ia terlalu dimanjakan oleh Nostra sehingga hal kecil pun tentang masa lalu pria itu tak sempat ia tanyakan. Layaknya seperti pasangan lain, kejujuran yang paling utama dari segalanya.

“Ah Kak Ajie… kenapa sih harus menyebut statusku itu pada tunanganmu? Hehehe!” sungut Jessica memprotes kelancangan Nostra menyebutkan hubungannya dulu.

Nostra tersenyum singkat. “So what? Kan itu dulu... sekarang mah udah ada dia”

Hellen menoleh pada Nostra, mengisyaratkan ketidaksukaannya pada mantan kekasih tunangannya itu. Namun, Nostra cuek, tidak mempedulikan arti tatapannya itu. Ada apa yah dengan aa? Beberapa kali Hellen bertanya dalam hati tentang tunangannya yang jauh berbeda saat ini.

~•○●○•~​

Selama perjalanan pulang, tidak ada satu obrolan pun diantara Hellen dan Nostra. Hellen masih kesal dan cemburu melihat keakraban Nostra dengan Jessica. Ditambah kemesraan yang terjadi diantara keduanya, saling memeluk dan cium pipi. Nostra menyadari perasaan Hellen saat ini. Dia hanya menyeringai tipis karena rencana awalnya berjalan lancar. Membuat Hellen terbakar cemburu namun tidak sanggup berbuat apa-apa, bahkan untuk mengungkapkan perasaannya saat ini. Sesuatu yang sangat menyiksa bagi Hellen, namun keindahan tersendiri untuk Nostra.

Perjalanan yang penuh kesunyian pun berakhir saat mereka sampai di depan kosan Hellen. Nostra berinisiatif turun dan membukakan pintu untuk Hellen, namun tetap tanpa membuka suara. Hellen turun dari mobil dengan perasaan tak menentu.

Sekilas Nostra bersikap mesra dengan membukakan pintu mobil untuknya, tapi tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dan tatapan tajamnya membuat Hellen sedikit merasakan hal aneh. Ada ada dengan Nostra? Cepat sekali perubahan sikapnya. Itulah yang ada dalam benak Hellen, dia merasa seperti asing dengan sikap Nostra saat ini. Hellen enggan untuk bertanya sampai akhirnya mereka memasuki kamar kost Hellen.

“Aa mau neng buatin kopi?” Tanya Hellen saat mereka sudah masuk ke kamar kos Hellen. Nostra pun langsung duduk di pinggir tempat tidur.

“Gak, makasih” Jawab Nostra singkat, walau sambil tersenyum tipis.

"Aa mau tidur dimana?" Hellen mencoba mencairkan suasana dengan bertanya pada tunangannya itu, saat ia menyusul Nostra duduk di samping Nostra.

"Disini aja, boleh kan?" Jawab Nostra melirik Hellen disertai seringai tipis di wajahnya.

"Umhh...boleh kok a. Tumben Aa mau tidur disini......."

Ucapan Hellen terpotong karena Nostra tiba-tiba merengkuh bahu Hellen dan merebahkan gadis itu di ranjang. Kini, posisi keduanya tidur berhadapan.

"Neng diem aja. Apa Neng cemburu ama Jessica tadi?" Tanya Nostra to the point. Tangan kanannya menyentuh pipi Hellen, sedikit mengangkat wajah gadis itu agar menatap matanya.

Hellen menjadi bertanya-tanya sendiri apakah Nostra benar-benar tidak menyadari bahwa ia memang sangat cemburu melihat kedekatan Jessica dengan Nostra tadi. Ia kemudian memejamkan mata sebelum menjawab pertanyaan kekasihnya itu.

"Ya iya lah neng cemburu a," Hellen berhenti sejenak merasakan sentuhan tangan Nostra di pipinya .

“Cewe mana sih yang gak cemburu ngelihat kekasihnya ngobrol sedeket itu ama cewe lain?” Hellen bertanya balik kepada Nostra.

“Oh, jadi neng gak suka yah kalo Jessica deket-deket gitu ama aa?” Nostra kembali membalikan pertanyaan kepada Hellen.

"Jujur neng emang gak suka Jessica deket-deket, apalagi ampe meluk-meluk aa kaya gitu. Aa teh mesra banget sama dia, sampe peluk-cium segala. Sedangkan Aa sendiri aja jarang nyentuh neng, ketemu juga jarang," Lanjutnya. Merasa sudah mengeluarkan apa yang sedari tadi ia tahan, akhirnya hellen menarik nafas panjang.

"Jadi neng mau Aa sentuh? Apanya yang mau disentuh neng, hmmm?" jawab Nostra kembali tengil.

"Eh...anu... maksudnya...ehm itu" Hellen gelapan sendiri. Debar jantungnya terasa begitu kencang. Mendapat sebuah tatapan yang menurutnya sangat aneh, membuat Hellen memejamkan matanya perlahan-lahan.

Hembusan nafas Nos terasa hangat menyapu wajah Hellen. Hangat, damai yang Hellen rasakan. Perlahan bibirnya merasakan sentuhan bibir dari pria yang selama ini telah menjaga dan membiayainya. Hellen merasakan sebuah desiran hangat di tubuhnya. Nos menghisap bibir Hellen, dan tanpa di perintah, Hellen membuka bibirnya dan membiarkan lidah Nos memasuki rongga mulutnya. Tanpa ia sadari, seringai senyuman sinis terlukis diwajah pria itu yang saat ini mempunyai rencana terhadapnya.

Dalam hati, Hellen sangat bersyukur, akhirnya Nos mulai menyentuhnya. Sesuatu yang telah lama ia pendam, dan memutuskan melampiaskan kepada pria lain yang selama ini telah memberikan kepuasan hasrat seksualnya.

Hellen merasakan sebuah getaran berbeda saat ia bersama dengan Nick. Perasaan ingin melampiaskan semua hasratnya yang selama ini ia pendam.

Nos mulai menggelitik rongga mulut Hellen dengan penuh kemesraan. Hellenpun begitu menikmati apa yang dilakukan oleh Nos terhadapnya. Tak lama akhirnya bibir mereka terlepas. Kening mereka bersatu.

Hash... Hash...!

Hellen terdiam sambil mengatur nafasnya yang sudah tak beraturan. Ia tersenyum ketika tangan Nos yang kokoh melingkar di lehernya. Perlakuan Nos terhadapnya begitu lembut dan telaten. Masih dalam suasana spechless dan terpesona, Hellen menatap wajah Nos seakan meminta untuk melanjutkan apa yang selama ini ia impikan. Sebuah cumbuan hangat dari sang tunangan. Wajah Hellen begitu pasrah bahkan menunggu permainan selanjutnya dari Nos. Namun, terlihat Nos malah menahan sesuatu yang memang telah ia rencanakan sedari tadi.

"kenapa a?" bibir gadis itu bergerak tanpa mengeluarkan suara, meminta sebuah jawaban kenapa Nos tak melanjutkan apa yang selama ini ia inginkan.

"Lu dah siap neng? Hehe" ujar Nos dengan wajah sinis mengartikan sesuatu. Namun, sepertinya Hellen tak menyadari dan hanya mengangguk menunggu apa yang akan Nos lakukan selanjutnya.

Nos kembali memeluk tubuh Hellen demikian erat, bibir mereka kembali menyatu dan berciuman dengan begitu bergelora. hellen sangat menikmati setiap momen ini, saat-saat dimana bibir mereka saling bertemu, saling menghisap, saling menjilat. Dengan lihainya Nos mendaratkan ciuman yang begitu dalam, sangat intim, sampai membuat Hellen terbawa terbang langsung ke awang-awang. Mungkin sekitar 5 menitan mereka saling berpagut. Tangan kanan Nos memegang kepala Hellen dengan lembut, untuk kemudian Hellen menatap wajah Nos dengan pancaran penuh dan cinta menggelora.

"a, Neng cinta banget ama aa Nos" ujar Hellen singkat.

"lu mau gue bawa ke langit ketujuh Neng, udah siap kan?" ujar Nos membisikkan kalimat itu sambil menatap wajah Hellen yang telah merah padam karena malu. Anggukan mungkin jawaban terbaik yang bisa Hellen berikan pada Nostra karena bibirnya sudah terbisu dan tidak mampu mengucap satu katapun. Nostra melanjutkan dengan membimbing Hellen untuk berganti posisi dengan Nos berada di atas tubuhnya. Dalam posisi ini, Nos langsung menyusur pori-pori leher gadis itu. Menghirup aromanya pelan, untuk kemudian memberikan ciuman-ciuman kecil yang intens disekitarnya. Ciuman untuk merangsang libido Hellen. Tangan kirinya menengadahkan dagu gadis itu untuk memudahkannya mencium dan menghisap keindahan leher Hellen.

"huuuuuhhhhh" desahan kecil terdengar oleh Nostra.

Nostra berusaha mengendalikan ledakan-ledakan syahwat yang mendesak keluar untuk dipuaskan. Tangan kanan pria itu mulai bergeriliya menyentuh bahu Hellen yang tanpa pelindung. Mengelusnya perlahan centi demi centi. Nostra kemudian menghentikan hisapannya, meninggalkannya dengan penasaran dan wajah yang merah padam ingin dipuaskan. Nos tersenyum melihat wajah Hellen yang seakan memintanya untuk melanjutkan permainan mereka.

"aa..." desah Hellen.

Jemari Hellen mulai menelusur mulai dari dada turun ke perut Nos. Sepertinya Nos membiarkan apa yang dilakukan oleh Hellen. Lalu, jemarinya berhenti tepat diselangkangan Nostra. Kemudian, Hellen menatao wajah Nostra seakan meminta persetujuan untuk membuka resleting celana Nos. Dengan sebuah anggukan kecil, akhinya Hellen dengan rasa penasaran yang selama ini berkecamuk di pikirannya. Sebentar lagi akan terjawab.

Perlahan Hellen menarik resliting celana Nos ke bawah, dan sepertinya Nostra membantunya dengan memiringkan tubuhnya dan menarik celananya kebawah.

Hellen terbelalak, terkejut dengan apa yang ia lihat dihadapannya. Seakan tak percaya, dengan apa yang ia lihat. Penis panjang dan bogel mengacung dengan kokoh dihadapannya. Perasaan menyesal seketika menghampirinya, matanya berkaca-kaca, jantungnya berdegup kencang. Ternyata sebuah penis yang sangat jauh berbeda dengan punya Nick yang ukurannya tak bisa dibandingkan dengan milik Nos.

"aa" masih dalam sebuah rasa bersalah, Hellen menatap wajah Nos seperti menginginkan sebuah jawaban. Kenapa gak dari dulu membiarkan dirinya melihat apa yang dimiliki oleh Nostra. "kenapa a???? Kenapaaaaaaa?"

Nostra hanya mengernyitkan alisnya mendengar pertanyaan dari Hellen. Namun, ia sadar mungkin Hellen menyesal dan tak menyangka kalau ternyata Nos sangat perkasa dihadapannya.

Ingin rasanya Hellen melampiaskan kekesalannya kepada Nostra yang selama ini tidak membiarkan gadis itu mendapatkan sentuhan darinya. Tiba-tiba tetesan air matanya mengalir membasahi kedua pipi Hellen. Menyesal karena keperawanannya ia berikan kepada Nick. Menyesal telah menghianati Nos selama ini. Hanya karena bisikan dan hasrat seksualnya yang selama ini tak bisa ia tahan. Kenyataan yang ia lihat makin membuatnya merasakan sebuah penyesalan yang begitu mendalam, mengetahui kalo penis milik tunangannya jauh lebih besar dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh selingkuhannya.

Hellen hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, membuat Nostra hanya tersenyum karena merasa lega rencananya berhasil hari ini.

"Udah yah, nanti keterusan" ujar Nos memakai Kembali celananya dan membiarkan Hellen terdiam dengan pikirannya sendiri.

Pikiran Hellen berkecamuk, dan tubuhnya terasa kaku mengingat semua kejadian-kejadian beberapa tahun belakangan. Ada rasa rindu yang begitu besar akan pertama kali bertemu dengan Nostra. Beberapa kali pertanyaan dikepalanya mengganggu pikirannya. Apakah ia bisa mempertahankan hubungannya dengan Nostra kelak? Bagaimana jika Nostra mengetahui kalo ia tak perawan lagi? Sudahkah ia siap apabila Nos meninggalkannya karena sebuah kebodohan yang ia buat sendiri?

Tak terasa, matanya mulai terpejam. Karena telah lelah berfikir akhirnya gadis itu terlelap dalam tidurnya. Terlukis diwajahnya rasa letih lelah dan sedih akan kehidupan yang ia jalani saat ini.

Nos hanya menatap wajah Hellen sebentar, lalu mulai tertidur di atas sofa tak jauh dari ranjang. Ia pun tersenyum lega dengan hari ini. Maka, perlahan-lahan ia pun mulai memejamkan matanya untuk menuju ke alam mimpi.

~•๏⚪๏•~​

Embun pagi menyapa dedaunan di Kota Makassar. Para pengendara roda empat maupun roda dua, dan juga para pejalan kaki, pagi ini sedang ramai menuju tempat mereka mencari rejeki baik buat keluarga, pacar maupun sanak saudara.

Dikediaman rumah orang tua Al, diteras depan, ayah Al sedang duduk menikmati secangkir kopi dan rokok kretek menemaninya membaca sebuah koran tribun timur.

Echi baru saja tiba dari acara jogging paginya keliling kompleks perumahan, dan juga mamahnya baru saja selesai membereskan sarapan pagi buat mereka.

"Pah... Chi sarapan dulu yuk." ujar mamahnya saat menghampiri ayah Al dan juga Echi yang baru saja melepas sepatunya.

"Bentar lagi Mah," ujar Ayahnya, namun seperti biasa. Mamahnya Al segera menarik koran ayahnya lalu memaksa ayahnya untuk segera masuk kedalam rumah.

Memang sudah kebiasan pria setengah baya itu, jika sudah duduk sambil membaca koran kadang lupa akan waktu.

Saat mereka berkumpul di meja makan, tiba-tiba ayahnya mengajak ngobrol ke Echi. "Gimana kuliah kamu Chi?"

"Alhamdulillah Pah, nih bentar lagi Echi KKN" jawab Echi sambil memotong omletenya.

"Syukurlah kalo gitu, trus rencananya kamu mau KKN dimana?"

"Menurut mama dan papah, bagusnya Echi di kantor kakak diJakarta atau di Makassar aja?" tanya Echi.

"Kalo menurut Mama sih, mending kamu di Makassar aja. Kan kamu bisa KKN di Hotel Kakakmu aja. Pasti ada bagian Financenya kan?" Ujar Mamahnya menjawab pertanyaan Echi.

"Ya udah deh, nanti Echi telfon kak Yudha deh. Hehehe" ujar Echi, namun tiba-tiba Mamahnya memikirkan sesuatu.

"Chi, katanya mau nunjukin cewek yang di suka ama kakak kamu?" tanya Mamahnya membuat Echi menghentikan makannya. tapi ayahnya sepertinya masih sibuk mengunyah sarapan paginya dan mengangguk-ngangguk mengikuti ucapan mamahnya Echi.

"Eh iya Mah, hayuk kapan papa dan mama mau ketemu ama Kak Reva?" tanya Echi.

"Hari ini aja gimana?" jawab Mamahnya yang sangat antusias.

"Ok, ya udah habis sarapan kita kesana aja mah pah..." ujar Echi dan di jawab Ok oleh kedua orang tuanya.

Beberapa jam kemudian...

Mobil SUV Range rover sedang parkir dihalaman parkir Hotel Clarion. Lalu Echi dan kedua orang tuanya turun dari mobil dan beranjak masuk ke lobby hotel.

Sepertinya mamahnya Al tak sabar untuk melihat gadis yang menurut Echi sangat dicintai oleh putranya. Begitu juga dengan ayahnya. Lalu saat mereka tiba di lobby hotel, ketiganya memilih untuk duduk di lounge hotel sambil memperhatikan para resepsionis yang sedang bekerja melayani beberapa tamu yang akan check in maupun check out dari hotel.

Seorang gadis dengan senyuman khasnya, sedang melayani seorang tamu dengan begitu ramah. Penampilan yang layaknya resepsionis hotel dengan seragam hotel. "Itu dia pah mah, kak Revanya" ujar Echi menunjuk ke arah Reva.

"Hemmm...cantik yah Mah." ujar Ayahnya.

"Iya yah Pah...Mamah setuju kalo Reva jadi calon mantu Mamah."

"Ya udah, yuk kita samperin pah mah." ujar Echi namun ayahnya sepertinya memikirkan sesuatu.

"Hemmm...mungkin kita tunggu saat yang tepat dulu, baru kita samperin nak Reva." jawab Ayahnya membuat Mamahnya sedikit menggerutu karena sudah tak sabar memeluk calon anak mantunya.


Still Continued...

No comments:

Post a Comment