Thursday 18 January 2018

Me & U - PRIVATE SECRET 42

EPILOG


“Kok diam?” Tanya Reva saat mereka dalam perjalanan pulang kerumah Al.

“Hmm, gak tau… takut salah ngomong lagi.” Jawab Al menoleh kesamping.

“Semuanya lagi nungguin kita dirumah tuh.” Ujar Reva saat baru saja melihat sebuah pesan masuk di smartphonenya.

“Hufhhh, kok aku jadi grogi gini yah.” Jawab Al. jantungnya berdebar kencang saat mengetahui saat ini semua keluarganya sedang menunggu di rumah.

Beberapa saat yang lalu, saat Al mengetahui bahwa Reva sedang berada dikantornya membuatnya begitu bahagia. Dia akui bahwa semua ini bukan faktor kebetulan, tapi memang ada yang telah mengatur semuanya.

Dan Reva pun menceritakan bahwa Citra, Eci dan Mamahnya-lah yang telah mengatur semuanya.

Dari mulai Reva bertemu dengan Eci di Hypermart. Mengajak Reva masuk kedalam rumahnya. Dan tentu saja, sampai mereka bertemu di kantor pusat 3MP. Semuanya telah di atur oleh Citra.

Tak sedikitpun terlihat di wajah Al sebuah kekecewaan karena mengetahui bahwa keluarganya telah mengatur hal itu.

Beberapa penggal kalimat masih begitu jelas melekat dipikirannya.

“Kenapa senyam-senyum?” Tanya Reva saat Al baru saja mengingat kejadian di ruangannya.

“Gak… Cuman pengen senyum aja, emang gak boleh?.”

“Gak boleh… dan, aku itu masih kesal ma kamu tau.” Jawab Reva.

“Karena?”

“Karena kenapa kamu itu gak jujur dari awal sama aku?” Jawab Reva. Al hanya tersenyum sesaat.

“Karena, aku ingin mengetahui bahwa kamu itu mencintaiku bukan karena sesuatu yang aku miliki saat ini. Akan tetapi menerimaku sebagai orang biasa saja yang tak mempunyai apa-apa.” Jawab Al dengan serius.

“Siapa yang bilang aku mencintai kamu apa adanya?” Tanya Reva. “Eh…” Lanjutnya terkejut saat Al menyentuh dadanya dengan jari telunjuk.

“Bukan siapa yang bilang Va, tapi… hati kamu yang mengatakan semuanya.” Jawab Al setelah menunjuk dada gadis itu.

“Makasih…makasih karena kamu nyata… dan sebuah kenyataan yang jauh lebih sempurna dari harapanku selama ini.” Sebuah kejujuran yang di ungkapkan gadis itu sambil menunduk menahan gejolak di dadanya yang tiba-tiba ia rasakan.

Al hanya menoleh, dan mengusap lembut rambut gadis itu.

“Kamu…kamu hik..hik… sangat terlalu sempurna buat aku Al… hik…hik”

“Kok nangis lagi sih sayang?” Tanya Al mengangkat wajah gadis itu, dan tersenyum hangat saat menatap mata Reva.

“Gak tau Al… hik…hik… i-ini nyata kan?... dan kamu…kamu bukan hanya sebuah khayalan kan?” Al mengernyitkan alisnya mendengar kepolosan gadis itu.

“Emangnya ini kayak di film-film Va… hehe, iya-lah aku itu nyata sayang.” Jawab Al. “Udah ah… udah cukup galau-galauannya sayang… tuh kita udah sampai kok.” Lanjutnya saat mobil Al telah sampai di depan gerbang rumahnya.


Beberapa menit kemudian…


Dugh…Dugh!


Semua keluarga sedang berkumpul di ruang tamu. Al dan Reva melangkah masuk kedalam rumah.

Ada kedua orang tua Al, Ibu Ningsih, Eci, dan juga Puput sedang duduk di sofa. Kebetulan Citra saat ini masih berada di kantor.

“Assalamualaikum…” Al dan Reva mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah.

“Wa’alaikumsalam,” Jawab semua orang yang berada di dalam.

Tubuh Al terasa kaku, berdiri menatap wajah-wajah semua orang yang berada di dalam rumah. Mamahnya hanya melotot menatap wajah Al. begitu juga Papahnya, hanya terdiam memasang wajah datar.

“Hufhhh…” Al menarik nafas panjang. Tangannya berkeringat dan terasa gugup untuk menghadapi semua orang di ruang tamu.

“Mah…Pah… Bu.” Reva segera meninggalkan Al yang masih berdiri kaku di depan pintu, dan duduk di apit oleh Ibu dan Mamahnya setelah menyalim tangan ke tiga orang tua itu.

“Hei… masuk Yud. Kok masih berdiri aja disitu.” Kata Mamahnya.

“I-iya Mah.” Jawab Al lalu melangkah pelan, menyalim tangan mamah dan Papahnya.

“Bu…” Al menyalim tangan Bu Ningsih.

“Eh… Den…” Ibu Ningsih terkejut dan Al hanya menatap wajah wanita itu dengan sebuah senyuman setelah menyalim tangan ibu Reva. Baru kali ini seorang Al menyalim tangannya selama ia bekerja dirumah.

“Bolos lagi yah kuliahnya?” Ujar Al saat Eci menyalim tangannya.

“Ye… orang lagi libur kok… wekk… jangan mengalihkan perhatian dulu… hihihihi, bentar lagi kena sidang eksekusi mati tuh Kak.” Ujar Eci nyengir.

“Hufhh dasar… Hai Put.” Al melanjutkan menjabat tangan Puput.

“Pak…” Puput menyalim tangan Al.

“Hmm, maaf Mah Pah… gak sempat jemput di bandara.” Ujar Al gugup dan masih berdiri dihadapan semua orang.

“Gak apa-apa… “ Jawab Mamahnya simple.

“Hufhhh… kok semuanya pada ngelihatin aku kayak gitu sih?”

“Va.” Reva hanya tersenyum manja menatap wajah Al yang terlihat kaku.

“Terus… ngapain kamu masih berdiri disitu? Huh!” Papahnya melototkan matanya membuat Al hanya nyegir.

“Ya udah, Al masuk dulu ke kamar yah… hehehe,”

“Hei Yud…siapa yang suruh kamu masuk? Sini…duduk dulu,” Kata Mamahnya saat Al ingin beranjak masuk ke kamarnya.

“Ok, Hufhhhh… tenang Al… tenang… Tarik nafas dalam-dalam… bismillah.” Ujar Al mencoba menenangkan dirinya. Dan tentu saja terlihat bodoh di depan semua orang.

“Hahahahahahahaha, dasar anak mamah… ihhhh menggemaskan banget ih.”

“Hahahahaha, dasar Kakak Eci yang kolot.”

“Yud, kamu ngapain?” Ujar papahnya yang hampir bersamaan semua orang saat melihat tingkah Al barusan.

“Duduk dulu.” Ujar mamahnya.

Al kemudian duduk di sofa dan berhadapan dengan semua orang. Seperti saja ia sedang menghadapi sebuah sidang yang seperti Eci katakan tadi.

“Va…” Ujar Al pelan.

“Yah…” Jawab Reva menahan senyumnya.

“Ibu Ningsih…” Ujar Al menatap wajah Ibu Ningsih.

“I-iya… Den Al.” Jawab Ibu Ningsih gugup.

“Bu… kok masih manggil aden sih ke Yudha.” Ujar Mamahnya menoleh ke Ibu Ningsih.

“Eh… anu Bu… itu…” Jawab Ibu Ningsih gugup.



Dugh…Dugh!

Al menguatkan hatinya kembali untuk melanjutkan sesuatu yang akan ia ungkapkan saat ini. Lalu, ia pun menatap wajah Ibu Ningsih membuat wanita itu menatap wajah Al dengan perasaan yang gugup

“Bu… maaf, sudah lancang mencintai anak Ibu selama ini… dan,” Al tak melanjutkan kalimatnya, dan sedetik ia kembali menarik nafas panjang.

“Terus?” Mamahnya tak sabar ingin mendengar kalimat selanjutnya dari Al.

Semua orang, kecuali Al. sedang terdiam menunggu Al melanjutkan kalimatnya.

“Dan, maaf karena tidak mengetahui bahwa selama ini... Reva itu anak Ibu… “

“Terus…” Papahnya menimpali.

Terlihat Eci menganga dan kepalanya naik turun mengikuti irama kalimat yang Al ucapkan. Semua orang seperti tersihir dengan Al yang pelan tapi pasti mulai mengatakan semuanya.

“Dan, Izinkan aku mencintai anak ibu... Reva untuk selamanya… dan aku mohon izinkan aku untuk menikah dengan Reva Dwinsyirah… Bu.” Al menyelesaikan kalimatnya, dan ditutup dengan tarikan nafasnya yang terasa begitu berat.


“Gimana Bu?” Tanya Al tertunduk.

“Den, I-ibu selalu merestui hubungan kalian sampai kapanpun... dan, Ibu juga selama ini sangat menyayangi Den Al sebagai anak ibu sendiri… dan, Hik…hik… Ibu sangat berterima kasih karena selama ini sudah sangat baik kepada Ibu dan Puput.”

“Bu… jangan panggil aden lagi yah… cukup panggil Al aja… atau Yudha.” Ujar Al tersenyum hangat membuat Ibu Ningsih mengangguk dan langsung memeluk tubuh Reva.

“Alhamdulillah… Mamah bangga ama kamu sayang… kamu akhirnya bertanggung jawab dengan apa yang telah kamu lakukan… dan, mamah juga sudah melamar nak Reva ke Ibu Ningsih untuk menjadi menantu Mamah. Menjadi Istri kamu…” Ujar Mamahnya menimpali.

“Iya Mah, makasih juga sudah menerima Reva… untuk menjadi istri Yudha nantinya.”

“Va… “ Al melanjutkan ucapannya seakan memanggil Reva yang masih saja terharu atas semua yang terjadi.

“Sudah ah… mending kita makan dulu yuk. Keburu dingin makanannya.” Ujar mamahnya dan akhirnya semua orang ikut mengangguk dan bergegas menuju meja makan untuk menyantap makanan yang telah di persiapkan oleh Ibu Ningsih dan tentu saja dibantu oleh Mamahnya Al.

Suasana menjadi ceria kembali, Al merasa sebuah kebahagiaan yang tak bisa terlukiskan saat ini. Begitu juga Ibu Ningsih dan Reva ikut berbahagia karena mereka diterima dengan baik oleh keluarga Al.

“Bu… benerkan yang saya katakan tuh hari… kalau putra saya itu akan senang menerima Reva dan juga Ibu Ningsih sebagai keluarga kami. Reva sebagai istrinya dan juga Ibu Ningsih sebagai mertuanya.” Ujar Mamahnya Al saat berdiri berdua dengan Ibu Ningsih menyaksikan semua orang mengambil makanan di meja makan.

“Iya Bu, makasih yah atas semua ini… dan saya tidak tau lagi mesti membalas kebaikan ibu dan keluarga selama ini terhadap kami.”

“Gak perlu Bu… Kami semua menyayangi Reva kok… karena dialah satu-satunya yang menerima putra saya apa adanya… dan ibu tau sendiri-kan? Sampai kemarin-pun dia masih mempertahankan cintanya terhadap Putra saya yang belum ia ketahui sebenarnya. Dan menolak lamaran kami, padahal ia tahu bahwa putra saya itu pemilik perusahaan tempatnya bekerja… itulah yang dinamakan cinta sejati Bu.”

“Iya Bu, saya juga bangga dengan putri saya Bu… tidak menilai seseorang dari luarnya saja. Tapi, dia mencintai den Al dengan sepenuh hatinya.”

“Kok Den lagi sih Bu… ingat loh, dia anak Ibu juga loh.” Ujar Mamahnya Al.

“Hehehe, belum terbiasa Bu.” Jawab Ibu Ningsih.

“Harus dibiasakan dong Bu… hehehehehe,”

“Iya nanti pelan-pelan yah Bu…” Jawab Ibu Ningsih tersenyum.



~•○●○•~​


Makassar…

2 bulan kemudian...




Grand Clarion & Convention Center


“Saudara Lara Abdullah Bin Abdullah saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Citra Dwi Andayu Binti Alhabsyih dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar 4400 rupiah dibayar Tunai.” ucap Pak Imam saat menekan jari jempol L di atas panggung dan disaksikan oleh beberapa tamu undangan yang hadir di acara akad nikah tersebut.

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Citra Dwi Andayu binti Alhabsyih dengan mas kawin tersebut dibayar Tunai.”

“SAH”

“SAH”

Semua tamu undangan yang hadir di acara pernikahan Mr.L dan Citra ikut berbahagia saat pengucapan ijab Kabul selesai dilaksanakan. Maka kedua pasangan tersebut akhirnya resmi menjadi pasangan suami istri.

Kedua mempelai itupun saling berhadapan. Citra memandang pria dihadapannya yang kini berstatus sebagai suaminya itu dengan tatapan bahagia dan sendu. Air mata sedikit demi sedikit membanjiri pelupuk matanya. Sedangkan pria itu tersenyum manis.

Sejenak sang mempelai pria mengelus lembut pipi pengantinnya, lalu perlahan ia mendekatkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya kepada bibir gadis itu. Memberinya satu ciuman manis tanpa tuntutan. Helaan napas lega terdengar serentak dari para undangan, terutama pihak keluarga. Mereka semua tadinya merasa cemas bahwa menanti saat-saat pengucapan ijab Kabul di mulai.

Setelah acara ijab Kabul, maka kedua mempelai di persilahkan untuk duduk di atas panggung yang telah di sediakan oleh pihak EO. Suasana hall di hotel tersebut sudah ramai dan riuh. Semua sibuk dengan obrolannya masing-masing. Ada obrolan antar keluarga yang sudah lama tidak bertemu, ada juga pertemuan antar sahabat yang juga sudah lama tidak bertemu.

Namun, ada beberapa tamu yang hadir terlihat sedang berfikir dan juga terkejut atas kehadiran seseorang yang juga menjadi salah satu pendamping mempelai wanita.

“I-itu kan Reva?”

“Itu-kan Izzy?

“Perasaan… Reva kan sudah pindah di HO, kenapa sekarang dia ada di sini yah?” Indah, salah satu karyawan hotel Clarion yang hadir sebagai salah satu undangan terlihat heran dengan apa yang ia lihat saat ini.

Reva berjalan mendekati sekelompok orang yang sedari tadi bertanya-tanya tentang sesuatu yang mereka lihat saat ini.

“Hai Ibu Indah, apa kabar?” Reva menyapa Indah sambil tersenyum. Tak terlihat sebuah kesombongan di wajah Reva.

“Alhamdulillah baik… Reva juga, gimana kabar di HO?” Jawab Indah balik bertanya.

“Alhamdulillah baik juga, hei say… hai cin…” Jawab Reva, lalu menyalim semua teman-teman sesame resepsionis saat ia bekerja di Hotel milik Al.

“Loe sekarang makin cantik aja nek.”

“Hehehe, yah… biasa aja kali say.” Jawab Reva membalas candaan mereka.

“Eh bentar… loe udah jadian ama si Izzy?” Tanya salah satu kawan Reva yang juga teman sekolah Al dulunya.

“Hehe, iya say… “ jawab Reva.

“Siang ibu Rahma, Siang Pak Reza… siang juga Pak Toto dan Ibu Indri.” Sapa Al saat ingin menghampiri Reva dan berpapasan dengan ke empat orang tersebut.

“Siang pak Al.” Jawab mereka bergantian lalu bersalaman dengan Al.

"Terima kasih Pak Toto, Pak Reza dan Ibu Rahma, Ibu Indri... Sudah datang di acara pernikahan adik aku." ujar Al. "Duduk dulu yah Pak, Bu... Aku tinggal dulu." lanjut Al pamit.

Semua orang yang berada bersama Reva saat ini terdiam saat Al mendekat ke mereka.

“Udah pada kenal-kan? Calon suami Reva…hihihihi,” Ujar Reva.

“Hai Zy…”

“Hai sin… hai…” Al menyalami satu persatu teman sekerja Reva saat di Hotel.

“Hmm, Zy… boleh nanya sesuatu?” Tanya Sinta penasaran.

“Yah… silahkan?”

“Kok loe bisa berada di panggung sih bareng keluarga Ibu Citra? Apa loe juga…” Tanya Sinta sedikit ragu.

“Hmm, perlu gak yah aku kasih tau? Hehe…” Ujar Al bercanda.

“Udah cin… nanti kalian akan tau kok siapa Al sebenarnya. Week” Reva menyela ucapan Sinta. Dan segera menarik lengan Al untuk bergabung kembali dengan keluarganya.

Semua orang terdiam, khususnya para pegawai Hotel Clarion saat Al kembali ke atas panggung. Semua para Direktur hadir di acara pernikahan L dan juga Citra. Nos dan Elsya terlihat sedang duduk di salah satu meja yang berada di depan panggung.

Rangkaian resepsi yang digelar di hotel mewah milik 3MP begitu ramai. Walaupun awalnya banyak orang yang terkejut dengan sepasang kekasih yang terlihat begitu mesra. Tapi tak ada seorangpun yang berani berbicara dan menanyakan langsung atas apa yang mereka saksikan.

L sedang berdiri di atas panggung untuk sekedar memberikan sepatah kata* buat para tamu undangan yang hadir.

“Terima kasih buat semua tamu undangan yang hadir.”

“Terima kasih banyak juga buat sahabat-sahabatku yang menyempatkan hadir di acara ini…”

“Dan… Special Thanks buat sahabatku dan juga selaku pimpinanku langsung… dialah Bapak Alfrizzy Yudha Pratama… selaku pemilik tunggal PT. Tiga Mandiri Perkasa… telah menjadi teman, sahabat dan juga saudara selama ini… bersama-sama membangun semua ini dalam suka maupun duka.”

Dugh!

Indah, Rian dan beberapa orang yang pernah mencemo’oh Al. betapa terkejutnya mereka saat mendengar sepatah kata dari mempelai pria. Mereka seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

Semuanya menyesali atas apa yang mereka lakukan dulu. Reva, melihat dari jauh dua meja tempat Indah dan teman-temannya duduk hanya tersenyum bahagia. Karena sebuah rahasia besar yang selama ini tak diketahui oleh mereka akhirnya terbongkar juga.

Selepas acara resepsi, kedua mempelai dipersilahkan memasuki kamar hotel yang telah dipersiapkan setelah acara selesai. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Citra dan L. Keduanya membisu penuh arti. Tentunya perasaan keduanya sangat bahagia, setelah melewatkan hari ini untuk sebuah kehidupan baru di masa mendatang.

Citra terlihat duduk terpekur di atas ranjang. Gaun pengantinnya masih melekat indah di tubuh gadis itu.

“Sayang…,” panggil Citra pelan. L yang hendak membuka pintu lemari mengurungkan niatnya dan menoleh ke arah gadis itu .

“Ya beib…” jawab L sambil berjalan perlahan mendekati ranjang.

“So…?” tanya Citra, ia mendongakkan kepalanya bertatapan dengan L.

“Hmm, Sudah siap?.” Jawab L balik bertanya.

“Sudah dong…hehe, kan memang malam inilah yang selama ini aku tunggu.”

L mengerang menahan gejolak birahinya yang muncul seketika. lalu L menyentuh dagu gadis itu secara lembut. “Beib…” Bisik L pelan, lalu Citra memejamkan kedua matanya menerima kecupan pria itu.

Mulut L melumat seluruh bibir Citra, menyerap semua aroma nafas dan liur milik Citra. Pelukan gadis itu makin erat.

“Mffffhhhhmmmm,” Jemari L menelusuri lengan Citra, bergerak naik turun mencoba menambah rangsangan terhadap gadis itu tanpa melepaskan ciuman mereka.

“Hash…hash…” Saat bibir mereka terlepas, L maupun Citra mengatur nafas.

L kembali melancarkan serangannya mengecup lembut bibir Citra, beralih ke pipinya, memberikan kecupan-kecupan kecil, kemudian lanjut ke telinganya, menghembuskan nafas lembut membuat Citra memekik merasakan geli akan perlakuan L.

L tersenyum. “Kamu sudah siap sayang?” Citra mengangguk pelan. Tubuhnya gemetar, walaupun beberapa kali mereka melakukan petting, namun entah kenapa malam ini Citra sedikit gugup untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.

L lalu mengecup kembali telinga Citra dengan lembut, lalu memainkan lidahnya dengan nakal mencicipin setiap inci kulit milik Citra.

“Uhhhh, sayang…” Bisik Citra mendesah.

L hanya tersenyum, lalu ia mengangkat tubuh Citra, dan merebahkan tubuh gadis itu di atas ranjang. Sedetik, L kembali melumat bibir Citra dan menindih tubuh Citra dengan lembut. Jemarinya menyentuh pelan, menyentuh lembut bagian depan gaun pengantin milik Citra, membuat gadis itu menatap lembut wajah L.

L sangat cekatan membuka kancing demi kancing gaun putih Citra, begitu pelan gerakannya, seolah ingin menyiksa dirinya sendiri, seperti seorang lelaki yang membuka hadiahnya dengan penuh antisipasi dan kemudian mengintip dengan hati-hati. Padahal ia sering melihat tubuh Citra tanpa sehelai benang-pun, namun mala mini sepertinya ia merasa penasaran dan jantungnya berdetakt begitu kencang.

“Malam ini, kamu seksi banget sayang.” Bisik L dengan nafas yang menggoda.

Citra tersenyum membuat L makin bergairah. Gadis cantik dan mempesona itu, kini terbaring dengan baju yang telah terbuka menampakkan kulitnya yang begitu menggoda.

L membantu Citra menurunkan gaunnya hingga sepinggang, kemudian menciumi leher gadis itu dan menjilatnya lembut. Perlahan-lahan, L melepaskan kaitan bra Citra, membuat gadis itu telanjang dada di depannya.

Terdengar nafas Citra terengah ketika L menyentuh payudaranya, lalu mengusap lembut putting sebelah kanan dengan gerakan seolah tak sengaja. L tersenyum saat melihat puting itu mengeras, seakan ingin disentuh lagi.

“Hsssssss…” Desah Citra merasakan sensasi panas yang membakar payudaranya.

L kembali menyerang leher gadis itu, lalu bibirnya naik untuk melumat bibir Citra. Kemudian kembali ke leher dank e telinga lalu berbisik di sana. “Kamu sudah siap sayang?” Kembali, L menanyakan hal yang sama, membuat sekujur tubuh Citra merasa gemetar.

“Sayang…” Citra mengerang, lalu memejamkan mata ketika L menunduk dan mengecup bagian atas payudaranya, kemudian, bibir L lewat sambil menghembuskan nafas panasnya sambil lalu di atas payudara Citra, membuat putingnya mengencang dengan kerasnya.

“L… Cukup sayang” suara Citra makin keras ketika L mengulangi perbuatannya berkali-kali. Pria itu mengecupi seluruh bagian payudara Citra tetapi mengabaikan putingnya yang sudah sangat keras.

Sepertinya L menyiksa gadis itu perlahan-lahan, karea ia hanya menghembuskan napasnya sambil lalu, menggoda Citra yang telah terbakar nafsunya.

“L… hisap uhhhhh“ Desah Citra menarik wajah L dan mengarahkan payudaranya ke bibir pria itu. Tentu saja, L tersenyum karena tingkah gadis itu.

“Ampun deh sayang…buruannn uhhhhhkkk…” Citra mengerang seolah kesulitan bernapas. Puting payudaranya begitu tegak dan panas, karena godaan-godaan pria itu, Citra sudah sangat menginginkan sesuatu yang lebih.

Dan L akhirnya melakukannya. Bibirnya dengan lembut mengatup di puting payudara gadis itu yang telah sah menjadi istrinya beberapa jam yang lalu. Lalu L menjulurkan lidahnya bergerak menggoda untuk memainkan puting istrinya dengan usapan-usapan lembut. Sensasi tersebut membuat tubuh Citra lemas, kedua jemarinya mencengkeram rambut suaminya, membuatnya acak-acakan.

Kemudian L menindih tubuh Citra sepenuhnya, bertumpu pada kedua siku dan lututnya, dan menenggelamkan kepalanya di payudara istrinya yang begitu ranum.

L mencumbunya dengan lidahnya, dan menghisap putingnya perlahan, membuat istrinya mengeluarkan erangan-erangan gelisah.

Setelah puas. L mengangkat kepalanya dan mengecup ujung hidung istrinya yang terengah-engah.

Citra merasakan kejantanan suaminya sudah mulai mengeras.

L menurunkan gaun istirnya. Citra membantu mengangkat tubuhnya sehingga gaun itu akhirnya terlepas seluruhnya dari tubuhnya, lalu L melemparnya ke lantai.

Citra terbaring telanjang di bawah tubuh suaminya yang masih berpakaian lengkap.

Bibir L kembali mengecup leher istrinya dengan penuh gairah, lalu turun menelusuri dada Citra, memberi hadiah kecupan lembut di kedua putingnya. L membungkuk dan mengecupi perut istrinya, membuat gadis itu merasakan sensasi panas menjalari perutnya, menuju kewanitaannya.

Kemudian L tanpa permisi menarik celana dalam istrinya turun. Citra menatap wajah suaminya dengan tatapan sayu.

“I love you sayang…” L membisikkan kata cinta di telinga istrinya. Dan Citra menjawabnya dengan lembut. “Love you to my Husband“

L meraba paha istrinya, membuat tubuh Citra menggeliat. Seperti terserang sengatan listrik. “Ukhhhh…” Erang Citra saat vaginanya tersentuh oleh jemari suaminya.

Perlahan-lahan, L mulai mencium kulit istrinya memulai dari leher, turun ke dada. Lalu menjulur ke arah selangkangan istrinya.

“Hufhh, ini nih yang selama ini bikin suami kamu maen ama tante lux…” Celetuk L disela-sela gairahnya. Citra hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.

“Oughhht…” L mulai menyentuh titik sensitive kewanitaan istrinya. Dan memainkan lidahnya di klitoris berwarna kemerahan, membuat nafas istrinya terengah dan merasa seperti melayang di surge.

L begitu ahli menggerakan bibir dan lidahnya, membuat istrinya berkali-kali mengerang ketika dengan sengaja L menggerakkan lidahnya memutar, menggoda titik sensiti istrinya.

“Oughtttt… Sayanggg…” Citra memejamkan matanya, seperti akan mencapai sebuah ujung dari kenikmatan ini.

Citra menggigit bibirnya, menggerakkan tubuhnya ke kiri dan kanan. Nafasnya tersengal-sengal.

Tiba-tiba L menghentikan gerakannya dan menaikkan tubuhnya sejajar dengan istrinya.

“Sabar beib… jangan keluar dulu, biar barengan ama suami kamu.” Goda L membuat istrinya mengangguk pelan.

L menegakkan tubuhnya dan bertumpu pada lututnya yang mengangkang di atas tubuh telanjang istrinya, lalu membuka kemejanya. Citra menatap pria itu dengan rasa ketidak sabaran menghampirinya saat ini.

Citra menegakkan tubuhnya setengah duduk, dan membantu melepas ikat pinggang suaminya. Dan secepatnya L membuka celananya dan melemparnya ke lantai.

Kini mereka bugil bersama, Citra menatap suaminya yang berlutut telanjang di atasnya, dengan tubuh kekar. Sebuah penis yang berdiri kokoh sudah begitu keras dan siap untuk menembus pertahanan terakhir milik Citra.

Tanpa diperintah, Citra menarik tubuh suaminya, dan dengan posisi setengah duduk mulai menyentuh penis L yang sedang berjongkok di hadapannya.

Slurpppp…

“Oughtttt beib…” L mengerang, saat istrinya mulai mengoral batang kemaluannya dengan lembut.

Citra begitu lembut memaju mundurkan kepalanya, merasakan kulit batang kemaluan suaminya di dalam mulutnya.

Tak begitu lama, L menahan kepala istirnya. “Cukup beib… udah gak sabar nih pengen jebol tuh barang.” Celetuk L tersenyum.

Dengan penuh gairah, L merebahkan tubuh Citra kembali dan menindih tubuh tersebebut yang sudah sangat pasrah dihadapannya.

“Kamu tahu kan… ini bakalan sakit.” L mencoba melebarkan kedua paha Citra, dan Citra hanya mengangguk menjawab pertanyaan suaminya.

“Oughtttt…” Citra mendesah saat ujung penis suaminya menyentuh bibir vaginanya.

“Tahan yang sayang…” Bisik L, Citra hanya mengangguk sambil menggigit bibirnya.

L bertumpu kepada kedua sikunya, dan mendorongkan pinggulnya. Menekan tubuh istrinya perlahan-lahan. Tampaknya L sedikit kesulitan saat mencoba memasukkan kepala penisnya ke dalam liang vagina istrinya.

“Stttttttt…” Citra mendesis, menahan perih di vaginanya.

“Tahan yah sayang…” L kembali mencium bibir istrinya. Lalu mencoba menekan kembali penisnya ke bibir vagina istrinya. Perlahan-lahan, penisnya mencari jalan sendiri untuk menembus batasan akhir di dalam liang kenikmatan tersebut.

“Sa-sakit…. Ishhhhh, L, hik…hik” Seketika, Citra meringis kesakitan saat kepala penis L sudah hampir menembus keperawanannya.

Citra mengerang, mencoba mendorong tubuh L menjauh karena kesakitan yang dirasakannya.

“Jangan dorong aku sayang. Rileks yah…” L berbisik pelan di telinga istrinya, tubuhnya mendorong lagi.

“Arghhh, stttttttt…” Citra menahan rasa sakit yang begitu besar, dan segera L mencium bibir istrinya kembali saat penisnya berhasil membobol pertahanan terakhir milik Citra.

L menahan penisnya untuk tidak langsung bergerak, mengangkat kepalanya dan mengecup pipi istrinya lembut. L menatap wajah istrinya yang kesakitan selama proses itu.

“Maaf…” Bisik L.

“It’s Ok sayang…sttttttt,” Jawab Citra.

“Masih sakit?”

“Hu uh…” L mengusap air mata istrinya.

“Mau berhenti dulu?” Tanya L dan Citra menjawab dengan gelengan kepalanya.

Lalu L dengan lembut mulai menggerakkan tubuhnya, agak sakit bagi Citra pada awalnya, merasakan sesuatu yang asing menggesek bagian tubuhnya yang begitu peka. Tetapi kemudian ritmenya mulai terasa. Setiap L bergerak, Citra mulai bisa menikmati rasa sensual yang terkirim dari kewanitaannya ke sekujur tubuhnya.

“Oughtttt…” Citra mengerang, sambil berpegangan pada tubuh L.

L tersenyum bahagia saat melihat bahwa Citra sudah tidak merasa sakit lagi. Lalu pria itu mulai menggerakkan tubuhnya kembali, dan mempercepat ritme goyangannya sedikit demi sedikit.

Plok…Plok…Plok…!

L bergerak cepat dengan penuh gairah, membawa mereka menuju puncak gairah masing-masing.

Ketika puncak itu hampir tiba, L membimbing istrinya, membawanya lebih dulu mencapai orgasme yang luar biasa itu. “Oughtttttt beibbb… aku nyampeeee…” Erang Citra saat mencapai orgasmenya.

L merasakan vagina istrinya mencengkram batang kemaluannya dengan kuat di dalam, membuatnya tak tahan lagi,

“Oughttt… beib… aku jugaaa…” orgasmenya meledak di dalam liang kenikmatan istrinya, dan menyemburkan bibit-bibit L junior beberapa kali.

L berbaring menindih tubuh istrinya, menahan dengan siku dan lututnya supaya tidak membebankan beratnya di tubuh istrinya, kepalanya berbaring di bantal di samping kepala isterinya. Napas mereka berdua terengah-engah. Kepalanya masih dipenuhi kabut kenikmatan itu. Luar biasa rasanya bercinta dengan orang yang dicintai. Orgasmenya sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. L membuka matanya dan mengecup telinga istrinya yang ada di depannya,

“I love you sayang…”

“Love you too… hash…hash…”

Mereka masih berusaha menormalkan napasnya.

Mereka tersenyum mesra dan saling berciuman. “Auwww…pelan-pelan sayang.” Citra meringis saat L melepaskan penisnya dari dalam vagina milik Citra.

“Maaf. Sakit ya.” Citra hanya menganggukkan kepalanya.

Sejenak, mereka beristirahat. Lalu akhirnya melanjutkan kembali pertempuran mereka dan menghabiskan malam ini menuju puncak kenikmatan yang luar biasa.


~•○●○•~​


Jakarta…

Beberapa bulan kemudian…




Reva terharu menahan sesuatu yang hampir saja meledak karena merasakan sebuah kebahagiaan setelah mendengar penjelasan dari pria itu. Mengenai rencana pernikahannya yang rencananya akan di adakan di Makassar.

“Hmm…” Gadis itu seperti ingin mengatakan sesuatu kepada pria tampan di hadapannya.

“Ada apa Va?”

“Kamu tau, sore ini kamu terlihat begitu ganteng tau…hihihi.”

“Gombal… udah ah, denger dulu nih.” Kata Al, mencoba menjelaskan kembali rencananya. Namun terlihat Reva hanya menatap wajah Al dan tak memperdulikan penjelasan dari pria itu.

Perasaan bahagia yang tak mampu Reva lukiskan saat ini. Menjadi seorang ratu dari kerajaan 3MP. Wanita mana yang tak menginginkannya?

Masih memandangi wajah Al, membuat pria itu menghentikan ucapannya. “Hei, gadis bodoh… kalau kamu liatin aku kek gitu terus…hmm,” Kata Al menggantung ucapannya.

“Apa?” Tanya Reva pelan.

“Aku akan memperkosamu malam ini…hehehehe.”

“Emang berani?” Tanya Reva seperti mengulum sesuatu dimulutnya.

“Siapa takut… Awas, bentar malam aku akan culik kamu.” Ujar Al.

“Ibuuuuuuu…tolong” Teriak Reva bercanda membuat Al memeluk tubuh gadis itu.

“Makasih yah sayang…” Al mengecup kening Reva.

“Sama-sama sayang… “Jawab Reva.

Sore ini, mereka lagi duduk santai di salah satu café yang terletak tak jauh dari kantor pusat 3MP. Awalnya, Reva menerima telpon dari Al dan menyuruh gadis itu segera ke café karena Al sudah menunggunya di sana.

“Bentar yah sayang…” Ujar reva, lalu membalas sebuah pesan yang baru saja terkirim dari seseorang. “Oh iya, kamu belum kenal ama sepupu aku yah Al?” Tanya Reva setelah membalas pesannya tadi.

“Hmm, belum… katanya dia lagi di bali?” Tanya Al.

“Iya sih, sebelum kita ketemu dia sudah di mutasi ke Bali… dan sekarang kebetulan doi sedang di Jakarta… aku ngajakin ke sini yah, sekalian kenalan ma kamu.” Jawab reva.

“Yah terserah kamu aja Va…” Jawab Al tersenyum.


Beberapa saat kemudian…


Dari arah pintu masuk, seorang gadis cantik berwajah oriental baru saja masuk ke dalam café. Gadis itu memakai seragam dari salah satu dinas pemerintahan berwarna coklat gelap.

“Hai Di…” Reva melihat gadis itu segera memanggilnya sambil mengangkat tangan kanannya.

“Itu yah Va?” Bisik Al saat gadis tadi melangkah menghampiri mereka.

“Iya, dia seorang Jaksa loh Al… hati-hati, kalau kamu jahat, nanti aku nyuruh doi untuk menjarain kamu…hihihi,” Jawab Reva.

“Hai say… maaf sudah menggangu…” Ujar gadis tadi, dan Reva berdiri bersalaman dengannya. Dan tak lupa melakukan cipika-cipiki dulu.

“Oh iya, Di… kenalin nih cowok Reva.” Ujar Reva memperkenalkan Al dengan gadis itu.

“Alfrizzy… panggil Al aja yah.” Ujar Al menjulurkan tangannya untuk berkenalan dengan gadis itu.

“Dian... Dian Ekawati.” Balas gadis itu.



~•○●○•~​



Bali – Intercontinental Hotel

5 Tahun kemudian…




Sore ini, terlihat tiga orang pria sedang duduk di sebuah kursi sedang memperhatikan wanita-wanita dan juga beberapa anak kecil yang sedang bermain di pantai.

Mereka bertiga tak terasa sudah mempunyai kehidupan masing-masing.

Yah, mereka adalah Mr. Nos, Mr. L dan juga Al. tiga direktur 3MP.

“Oh iya, gimana rencana pengembangan BMT ke daerah Indonesia timur kang?” Tanya Al setelah meneguk softdrink-nya.

Nostra Ajie Prasetyo, saat ini sudah mempunyai perusahaan sendiri di bidang Distributor Teleco produk. Sudah 3 tahun ini ia menjalankan usahanya dibantu oleh istrinya yaitu Elsya Kirana. Namun, Nos tetap masih menjadi Marketing Direktur di 3MP.

Perusahaan yang ia bangun, cukup sukses selama 3 tahun ini. Menjalankan bisnis distribusi produk teleco dari salah satu group Sinarmas adalah suatu tantangan baru untuknya. Dan di bantu oleh Al dan juga L, akhirnya Nos bisa membuktikan dan mensejajarkan PT. Bukit Mas Telecom menjadi salah satu perusahaan Disributor Teleco terbesar di Indonesia.

Nos dan Elsya dikarunia seorang Putra bernama Mikael Abimayu dan saat ini sudah berumur 2 tahun. Nos dan Elsya melangsungkan pernikahan mereka 6 bulan setelah pernikahan L dan Citra.

“Insya allah, bulan depan sudah mulai proses administrasinya dengan pihak Smart. Al” Jawab Nos.

“Oh syukurlah kalau gitu… oh iya L, mending kamu suruh Citra naik gih… kasian tuh bini kamu lagi hamil malah nemenin si Tira bermain.” Ujar Al.

“Beib…” L memanggil Citra. Dan wanita itu segera menghampiri mereka bertiga.

“Hufhhhh, sayang tuh anak bandel banget… gak mau naik, jadi Cicit biarin aja ama bibi-nya sana.” Ujar Citra terlihat cukup lelah. Apalagi saat ini, ia sedang mengandung bulan ketiga anak ke dua mereka.

L dan Citra, masih bekerja di 3MP karena biar bagaimana L sudah menjadi keluarga Al setelah menikah dengan Citra.

L dan Citra dikarunia seorang putri bernama Atira Abdullah, dan saat ini berumur 3 tahun lebih tua 7 bulan dari putra Mr.Nos dan Elsya.

Citra akhirnya duduk disebelah suaminya sambil memperhatikan anaknya yang sedang bermain bersama kedua putri Al.

Tiba-tiba seorang anak kecil berlari ke arah Al.

“Yayah…yayah… marahin bubun neh, masa tadi marahin Qeqey.” Anak itu memeluk tubuh Al dengan manja.

“Iya sayang… nanti yayah marahin bunda yah.” Jawab Al.

Dzaqirah Alhabsyih, panggilan Qeqey. Putri sulung Al berumur 3 tahun.

Al saat ini mempunyai dua orang putri. Yang bungsu bernama Vina Alhabsyih, Panggilannya Vivi masih berumur 1 tahun dan saat ini sedang bermain dipantai bersama ibunya.

Dari kejauhan, rombongan keluarga mereka baru saja selesai bermain dipantai dan menghampiri mereka.

“Sya, udah?” Nos bertanya ke istrinya.

“Sudah A’… nih Kael nakal banget… gak mau berhenti bermain.” Jawab Elsya mengucek-ngucek rambut putranya.

“Sama ama babenya Sya, demen banget nakalin nyak-nya Kael.” Celetuk L.

“Yayah, aku naik dulu yah… kasian Vivi nih kedinginan.” Ujar salah satu wanita meminta izin ke Al untuk naik ke kamar mereka.

“Ya udah, bareng aja… aku duluan yah semuanya.” Al berpamitan kepada Nos dan L beserta keluarga mereka untuk naik duluan ke atas.

Al dan wanita cantik yang tak lain istrinya yang sedang menggendong putrinya si Vivi dan Al memegang tangan Qeqey sambil melangkah naik ke atas kamarnya.


Banyak hal yang telah terjadi selama lima tahun belakangan ini, namun yang pasti. Semua telah di atur oleh yang maha kuasa. Jodoh, umur dan tentu saja karir.




__FINISH__

No comments:

Post a Comment