Ini adalah pengalamanku yang agak beda dari yang biasa kuceritakan pada
pembaca. Karena kali ini aku akan membuka sisi lesbianku, seperti yang
dikatakan ilmu psikologi bahwa setiap manusia itu tidak 100% homoseks,
juga tidak 100% heteroseks. Pernah diceritakan pada kisah-kisahku
sebelumnya bahwa aku juga pernah melakukan aktivitas seksual dengan
sesama jenisku walau bersamaan dengan lawan jenisku. Namun
kecenderunganku pada wanita paling cuma 25%, cuma buat variasi atau
iseng saja. Pada kesempatan ini aku akan menceritakan aktivitas seksku
dengan sesama jenis secara khusus.
*****
Diantara empat sekawan geng-ku mungkin yang belum banyak diketahui
pembaca adalah Ratna, aku memang belum sempat menuliskan
pengalaman-pengalaman kami bersamanya. Ratna ini orangnya paling kalem
diantara kami, juga paling pintar dalam pelajaran. Dibanding kami
bertiga yang masih sendiri atau sering gonta-ganti pacar, perjalanan
cintanya adalah yang paling mulus, cowoknya seorang liberal sehingga
sehingga membiarkannya bebas bertualang dengan cowok lain, asalkan
hatinya tetap untuknya, begitu kata cowoknya yang juga pernah terlibat
ML denganku itu.
Dia mempunyai tubuh langsing dengan payudara sedang, berambut hitam
sebahu. Wajahnya bersih serta bermata bening dan berbibir indah, membuat
setiap pria terkesima oleh pesonanya. Karena lebih banyak menghabiskan
waktu dengan pacarnya, kebersamaannya denganku lebih sedikit dibanding
dua temanku lainnya.
Hari itu kami rencananya akan clubbing, sebelumnya aku harus menjemput
Ratna dulu di rumahnya baru ke rumah Verna yang tidak terlalu jauh dari
sana, barulah berangkat bareng dengan mobilnya Verna. Aku sampai ke
rumah Ratna terlalu pagi agaknya, baru jam setengah delapan malam.
Setiba di sana aku disambut mamanya yang mengatakan kalau Ratna sedang
mandi, beliau mempersilakanku langsung saja ke kamarnya di lantai tiga.
"Hai, Ci, masuk aja dulu, gua belum beres nih!" ajaknya saat membuka pintu.
Jelas sekali dia baru mandi karena rambutnya basah dan cuma memakai handuk hijau yang melilit di tubuhnya.
"Walah, lu baru mandi lu malam gini!" kataku.
"Hehehe.. Tadi ketiduran lama abis nonton film, ya sekalian isi tenaga buat nanti lah!" jawabnya.
Dia duduk di ranjang dan mengoleskan body lotion pada pahanya,
dipersilahkannya aku duduk di sebelahnya. Kuperhatikan tubuh montoknya
yang cuma terbalut handuk dengan kulit putih mulus, kaki kanannya yang
sedang diolesi lotion ditekuk sehingga memancarkan keindahannya.
"Ikutan Amway (salah satu usaha MLM) lu Na? Bukannya biasa lu pake Bodyshop?" tanyaku merujuk pada body lotion itu.
"Nggak, itu saudara gua nawar-nawarin terus sih, jadi aja gua beli deh, lumayan mahal loh!"
"Bagus nggak tapi?"
"Ya gitulah, kata gua sih nggak beda jauh, cuma bantuin saudara gua
nambah poin aja sih," jawabnya, "Nih.. Coba aja sama lu sini!" seraya
menawarkannya padaku
Aku menjulurkan telapak tangan menerima sedikit cairan itu, lantas
kuoleskan pada lengan dan betisku yang terbuka karena saat itu memakai
celana jeans ketat sepanjang lutut.
"Ci, bisa tolong gosokin ke punggung sekalian nggak?" pintanya sambil
melepas handuk yang membelit tubuhnya sehingga terlihatlah tubuh
telanjang dibaliknya.
Ratna merebahkan tubuhnya tengkurap dan menaruh kepalanya pada kedua
lengannya yang dilipat. Mulailah aku menggosok punggungnya, perlahan
sambil memijat. Dia senyum-senyum kecil sambil dan memuji pijatanku yang
katanya enak dan lembut.
"Eemmhh.. Enak Ci, kaya di salon aja, lu emang bakat mijat deh!"
"Enak aja.. Gua disamain tukang pijat, iihh!" kataku sambil menepuk pelan pantat montoknya.
"Aw.. Genit ah lu, tepuk-tepuk pantat segala" sambil tertawa cekikikan.
Mumpung tanganku sudah mendarat di pantatnya dan cairan itu masih
tersisa sedikit ditanganku, akupun sekalian memijati pantatnya.
"Disini sekalian dioles juga yah, tanggung nih dikit lagi, sayang kan mahal-mahal mubazir" saranku yang lalu diiyakannya.
Ketika mengurut bongkahan pantatnya terdengar olehku dia mendesis pelan
dan tubuhnya sedikit bergetar. Melihat reaksinya, iseng-iseng aku
menyusupkan tanganku ke paha dalam lalu merambat perlahan ke pangkalnya.
"Oohh.. Ci!!" desisnya makin jelas begitu daerah sensitif itu kusentuh.
Entah secara disadari atau tidak, dia merenggangkan kedua pahanya seolah
minta lebih. Karena dia menikmati yang kulakukan, akupun mulai horny
dan terdorong meneruskan lebih jauh lagi.
Pinggiran vaginanya kuusapi dan sedikit demi sedikit jari tengah dan
telunjukku mulai masuk ke lubang kemaluannya. Jempolku kususupi ke
anusnya diiringi desahannya, oohh..! Baik aku maupun dia makin
terangsang saja dengan suasana seperti ini. Tanganku yang sudah basah
oleh body lotion jadi tambah basah bercampur dengan air kewanitaan
Ratna. Sekitar sepuluh menit jari-jariku bermain pada anus dan vaginanya
hingga akhirnya dia menggelinjang dan mendesah mencapai orgasmenya. Dua
menit kemudian dia bangkit duduk di ranjang dan menatapku dengan senyum
manis.
"Ok, sekarang giliran lu Ci" katanya.
Akupun mulai melepas tank-top dan BH-ku sehingga aku topless sekarang.
"Wah, tambah seksi aja lu Ci" sahutnya sambil memencet payudaraku.
"Sama lu juga, pantesan si Samuel betah sama lu" jawabku sambil balas mencubit putingnya.
Kami saling meraba payudara, pelan-pelan wajah kami semakin dekat,
hidungku bertemu hidungnya. Hembusan nafas Ratna yang sudah memburu
terasa di wajahku. Kulingkarkan tanganku pada lehernya dan bibir kami
mulai saling mendekat hingga bertemu.
Aku mengeluarkan lidah menjilati bibirnya, dia juga ikut mengeluarkan
lidahnya membalas perbuatanku. Lidah kami menari-nari dalam mulut
pasangan masing-masing. Tangannya yang lembut membelai punggungku
menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Demikian pula halnya tanganku
turut mengelus punggungnya, sementara tangan kananku meremas payudaranya
sambil memilin-milin putingnya, puting itu makin mengeras karena terus
kumain-mainkan. Tanpa melepas ciuman, kudorong tubuhku de depan sehingga
menindihnya. Ciuman kami semakin hot seiring dengan gairah yang makin
membara dalam diri kami. Suara-suara kecupan bercampur dengan erangan
tertahan dan nafas kami yang makin menderu.
Tiba-tiba Ratna mendorong tubuhku dan berguling ke samping, kini posisi
kami bertukar menjadi dia yang menindihku. Tangannya dengan sigap
membuka sabukku dan memerosotkan celanaku berserta celana dalam
dibaliknya. Aku turut menggerakkan kakiku membantu celana itu lepas dari
tubuhku. Ratna melemparkan celana dan celana dalamku ke kursi rias yang
tak jauh dari sini. Kembali dia menindihku hingga payudara kami saling
menghimpit. Setengah menit kami berpelukan erat dengan mata saling
tatap, kemudian kurasakan suatu gesekan pada bibir vaginaku yang
membuatku mendesah secara refleks.
Ternyata Ratna mengelus vaginaku dengan pahanya. Aku membuka pahaku
lebih lebar agar klitorisku juga merasakan belaian lembut itu. Gesekan
itu membuatku menggelinjang, belum lagi sekarang Ratna sudah mulai
menciumi telingaku. Hembusan nafas ditambah permainan lidahnya pada
lubang dan daun telingaku menghanyutkanku lebih dalam.
"Eemmhh.. Nana.. Mm!" desahku dengan mata terpejam.
"Servis gua ok kan" katanya berbisik di telingaku.
Ciumannya merambat turun ke leherku, ssrr.. Lidahnya menyapu telak leher
jenjangku disusul gigitan pelan dan cupangan yang dilakukannya dengan
lembut dan mesra. Tangan kirinya menangkap payudaraku dan meremasnya
lembut, jari-jarinya yang lentik menyentil-nyentil putingku hingga
membuatnya makin tegang. Dari leher mulutnya turun lagi ke dadaku,
lidahnya menjilati putingku yang kanan sementara tangan kirinya tetap
memijat payudara kiriku.
"Terus Na.. Give me more!" kataku sambil menekan kepalanya karena tidak puas hanya dengan dijilati saja.
Tubuhku bergetar hebat merasakan payudaraku dikenyot dan diremas olehnya.
Tangan kanannya kini bercokol di kemaluanku menggantikan pahanya,
jarinya membelai lembut diantara kerimbunan bulu-bulu kemaluanku. Dua
jari lainnya masuk ke dalam dan mengelus-elus dinding vaginaku sekaligus
mencari klitorisku. Ketika menemukan titik rangsangan itu, semakin
gencarlah dia memainkan benda itu sehingga tubuhku makin tak terkendali
dengan mendesah dan menggeliat-geliat. Butir-butir keringat seperti
embun sudah membasahi dahiku dan wajahku makin merah menandakan betapa
terangsangnya aku. Kugerakkan tanganku ke bawah meraih payudaranya dan
meremasinya sebagai respon perbuatannya.
Jilatan Ratna turun lagi ke pusar yang dia jilati sebentar membuatku
tertawa kecil karena geli, kemudian turun lagi mencapai vaginaku.
Diperhatikannya sejenak kemaluanku sambil mengelus bulunya yang lebat.
Kedua jarinya membuka bibir vaginaku sehingga udara dingin dari AC
menerpanya. Darahku makin bergolak ketika dia mulai membenamkan wajahnya
ke daerah itu. Aahh.. Desisku begitu lidahnya menyentuh bibir vaginaku.
"Na.. Eenngghh.. Di situ.. Terus!" aku menggeliat merasakan lidah Ratna
bergerak liar seperti ular merangsang setiap titik peka pada vaginaku.
Sebagai seorang wanita, dia tahu betul bagaimana memanjakan tubuh wanita
secara seksual.
Aku sungguh menikmati permainan oralnya. Kedua pahaku merapat mengapit
kepalanya menahan rasa geli. Otomatis pinggulku ikut bergoyang akibat
rangsangan itu, Ratna memegangi pinggulku untuk menahan guncangan agar
tak terlalu keras. Birahiku pun makin memuncak yang berakibat tubuhku
menggelinjang hebat. Akhirnya sebuah erangan panjang menandai orgasmeku,
tubuhku mengejang dengan tangan kiri meremas payudaraku sendiri dan
tangan kananku menekan kepalanya lebih terbenam lagi di selangkanganku.
Aku merasakan vaginaku dihisap-hisap kuat olehnya, melahap setiap tetes
cairan yang terus mengalir dari sana.
"Oohh.. Nana.. Bitch.. Aahh.. Akh!" erangku dengan mata merem-melek sambil meremas rambutnya.
Lalu Ratna pun mengangkat wajahnya dan kembali naik ke tubuhku, pada
mulutnya yang belepotan cairan kewanitaanku itu tersungging sebuah
senyum.
"Love it?" tanyanya dekat wajahku.
Aku cuma mengangguk dengan nafas masih kacau. Diciumnya bibirku dan
kubalas dengan tak kalah bernafsu. Aroma vaginaku masih terasa tajam
pada mulutnya, kami ber-French kiss sambil menikmati sisa-sisa cairan
kemaluanku.
Setelah tenagaku terkumpul aku mencoba membalikkan tubuhnya hingga dia
telentang di sebelahku. Kubelai rambut dan wajahnya sambil mendekatkan
wajahku padanya. Putingnya yang terjepit diantara jariku kupencet dan
kuplintir menyebabkan dia mendesah, saat itulah aku mencium bibirnya
yang terbuka. Lidahnya kukulum dalam mulutku sambil menggerayangi
payudaranya. Ratna menggeliat-geliat saat lehernya merasakan jilatan dan
cupanganku, di saat yang sama tanganku sibuk memilin-milin kedua
putingnya yang sudah keras. Dalam keadaan birahi tinggi seperti itu
secara tidak sengaja, tangannya yang tadinya cuma mengelus punggung,
tiba-tiba mencakarku.
"Aduh-duh.. Hati-hati dong Na, sakit tau, udah tau kuku panjang gitu!" protesku.
"Eehh.. Sory Ci, sory banget, habis lagi tegangan tinggi sih, cuma lecet dikit kan nggak akan berbekas!"
"Awas ya, gua bales nih!" puting kanannya kugigit agak keras sambil meremas payudaranya.
"Aakkhh.. Ci.. Pelan-pelan!" erangnya dengan tubuh mengejang.
Erangannya justru membuatku makin bergairah mengenyot kedua payudaranya
secara bergantian. Selanjutnya aku mulai melakukan mandi kucing
terhadapnya. Leher dan pundaknya kusapu dengan lidah, kedua tangannya
kurentangkan ke atas sehingga aku bisa menjilati ketiaknya yang bebas
bulu.
"Oohh.. Ampun Ci.. Geli..!" desahnya bercampur tawa kegelian, tubuhnya pun terhentak-hentak.
Aku terus menjilati ke bagian dada, perut, hingga sampai pada
kemaluannya. Bulu-bulunya agak jarang, tidak selebat milikku, serta
bentuknya dicukur rapih. Tanpa buang waktu lagi aku langsung menjilati
belahannya dan menggesek-gesek klitorisnya dengan jariku, perbuatanku
ini spontan membuatnya menggelinjang hebat.
"Aahh.. Gila.. Uuhh.. Uhh.. Disitu enak Ci!" demikian desah Ratna.
Lidahku menyusup lebih dalam menjilati dinding kemaluan dan klitorisnya,
semakin kujilat semakin basah daerah itu. Klitorisnya kutangkap dengan
mulut dan kuhisap sehingga pemiliknya makin berkelejotan tak karuan.
"Ci.. Citra, udah.. Gua keluar!" erangnya lebih panjang seiring dengan mengejangnya tubuhnya.
Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak serta merta kujilati dengan nikmat.
Ratna kembali melemas sementara aku masih saja menjilati tubuhnya sampai
2-3 menit ke depan. Akhirnya kamipun tergolek bersebelahan,
beristirahat sejenak dengan obrolan dan canda ringan. Tiba-tiba HP Ratna
berbunyi.
"Iya-iya, ntar lagi kita berangkat kok.. Udah Citra dah datang dari tadi, tunggu ya!" kata Ratna menjawab HP-nya.
"Verna tuh, udah ngomel-ngomel, yuk siap-siap!" katanya lagi setelah menutup HP.
Kamipun bangun menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh dengan handuk
basah. Ratna berdandan dengan terburu-buru sampai hampir lupa
meresleting bajunya.
"Ya ampun Na, dari tadi pintu nggak dikunci yah, gimana kalo ada yang kesini?" seruku ketika mau membuka pintu.
"Ups, lupa.. Heheh.. Rasanya sih nggak, cuma ada nyokap di bawah, untung
si Vina (adiknya) lagi keluar, yuk let's go!" dia menarik lenganku dan
melangkah ke bawah dengan cepat.
Setelah pamitan pada mamanya, kamipun berangkat untuk menikmati hiburan malam.
E N D
No comments:
Post a Comment