Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku dari
meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku bertumpu di lantai,
tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua payudaraku
tertekan di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari belakang,
posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja.
Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami
beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur baur
dengan erangan kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku
lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah
menetes-netes di meja.
Namun sepertinya Taryo masih belum selesai, nampak dari penisnya yang
masih tegang. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa, lumayan aku
bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan tapi
masih belum keluar. Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.
"Yessica sama Pak Joko mana Tar? Kok nggak masuk-masuk?" tanyaku pelan.
"Nggak tahu juga Neng, mungkin sudah mulai ngentot lagi di luar, kita lihat aja yuk!"
"Oo... kalo gitu ntar aja deh, masih lemas"
Namun sebagai jawabannya Taryo malah menggendong tubuhku dan membawaku
ke kebun. Di sana Yessica maupun Pak Joko sudah tidak ada lagi yang ada
hanya baju mereka yang berceceran di atas tikar. Sayup-sayup terdengar
suara desahan tak jauh dari sini, tepatnya dari kolam renang.
Dengan menggendongku, Taryo berbelok ke kanan menuju ke kolam. Di sana
kami melihat di kolam daerah dangkal Pak Joko sedang asyik menggenjot
sepupuku dari belakang dengan doggy style. Yessica mendesah-desah dan
sesekali menjerit kecil menerima sodokan Pak Joko, rambut panjangnya
kini basah oleh air dan terurai karena ikat rambutnya sudah dilepas.
"Neng, kita nyebur juga yuk, biar seger" ajak Taryo.
Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, diapun melangkah turun ke air,
di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm.. Rasanya dingin
dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air.
"Masih kuat juga Pak Joko, sejak kapan mulai lagi nih?" sapa Taryo.
"Kuat dong, buat neng-neng cantik ini kapan lagi," sahut Pak Joko di tengah aktivitasnya.
Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku sandaran pada dinding
kolam mengendurkan otot-ototku. Taryo kembali menghampiri dan menghimpit
tubuhku. Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat ke
telinga dan leher sehingga aku menggeliat geli. Penisnya kugenggam lalu
kukocok di dalam air. Dia angkat satu kakiku dan mendekatkan penisnya ke
vaginaku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah penis
itu ke vaginaku.
Air semakin beriak ketika dia memulai genjotannya yang berangsur-angsur
tambah kencang. Kakiku yang satunya dia angkat sehingga tubuhku melayang
di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku menengadahkan wajah
menatap langit yang sudah mulai senja dan mengeluarkan desahan nikmat
dari mulutku. Mulutnya melumat payudaraku dan mengisapnya dengan gemas
membuatku semakin tak karuan.
Aku menoleh ke sebelah untuk melihat Yessica yang berada sekitar lima
meter dari kami, sekarang mereka sudah berganti posisi, Yessica duduk di
atas pangkuan Pak Joko menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas penis Pak
Joko yang disaat bersamaan sedang mengenyot payudaranya. Tangan kiri Pak
Joko bergerilya mengelusi punggung dan pantatnya. Taryo memang sungguh
perkasa, padahal kan sebelumnya dia sudah menggarap Yessica sampai
orgasme berkali-kali. Aku sendiri sudah mulai kecapekan dan setengah
sadar karena sodokan-sodokan brutalnya. Gesekan-gesekan penisnya dengan
dinding vaginaku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang
membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak keenakan hingga akhirnya aku
klimaks lagi bersamaan dengan Taryo. Spermanya yang hangat mengalir
mengisi rahimku.
"Neng.. Neng keluar nih saya!" erangnya panjang sambil meringis.
Rasanya sungguh lemas, badan seperti mati rasa, mataku juga makin berat.
Mungkin karena kecapaian di perjalanan atau Taryo yang terlalu
bersemangat, akupun tak sadarkan diri, padahal jarang sekali aku pingsan
setelah bersenggama. Aku masih sempat merasakan diriku digendong Taryo
lalu dibaringkan di pinggir kolam, juga menyaksikan Yessica sedang
mengoral Pak Joko yang berdiri berkacak pinggang, nampaknya mereka juga
sudah mau selesai, tapi entahlah karena aku keburu tidak sadar.
Aku terbangun ketika langit sudah gelap di kamarku, masih telanjang dan
terbaring di ranjang. Yessica lah yang membangunkanku dengan
mengguncangkan tubuhku. Dia juga masih telanjang, cuma ada kami berdua
di kamar ini. Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeliat.
"Jam berapa Yes?" tanyaku dengan pelan.
"Setengah tujuh, mandi yuk, gua juga baru bangun!" ajaknya.
"Entar ah, masih lemes sepuluh menit lagi deh!" jawabku dengan malas dan menarik selimut menutup tubuh bugilku.
"Ci, handycamnya mana? Lihat dong hasilnya, bagus nggak?"
"Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir gua taro sana, coba lihat aja"
"O iya, Yes.. Sekalian buatin air hangat yah, tinggal buka krannya aja
kok, itu otomatis!" pintaku sebelum dia keluar dari kamar.
Dia kembali tak lama kemudian dengan membawa handycam dan segelas air
putih. Kugeser tubuhku duduk bersandar ke ujung ranjang. Dia minta aku
menyalakan alat itu karena tidak mengerti. Kami menyaksikan hasil
rekamanku tadi melalui layar kecil pada alat itu.
"Hot juga lu Yes mainnya, bakat jadi bintang bokep nih!" godaku melihat
keliarannya, "By the way, gimana perasaan lu sesudah ngeliat ini?"
"Lega Ci, gua akhirnya bisa juga ngebales cowok brengsek itu, biar tahu
rasa dia ceweknya main sama orang-orang kaya gini, putus ya putus, gua
dah nggak peduli lagi kok" katanya berapi-api.
"Sudah dong jangan nafsu gitu Yes, serem ah liatnya!" kataku sambil mengelus-elus punggungnya menenangkan.
"Eh.. Gimana airnya, bisa tumpah nih!" kataku mendadak baru ingat
limabelas menit kemudian gara-gara asyik ngobrol sambil menonton rekaman
itu.
Kami buru-buru ke kamar mandi dengan berlari kecil dan benar saja airnya
sudah meluap tapi sepertinya belum lama karena lantainya belum terlalu
banjir. Terpaksa harus kubuang sedikit airnya, lalu kutaburi buble bath
dan mengocoknya hingga berbusa. Kusuruh Yessica agar membawa saja
handycamnya ke sini agar bisa nonton sambil berendam. Hhmm.. Segarnya
berendam di air hangat berbusa itu, sepertinya segala beban seharian
hilang sudah oleh kesegarannya.
Di bathtub kami saling menggosok punggung kami sambil menonton handycam
yang diletakkan di tepi bak yang agak lebar, aku juga membantu Yessica
mengkramas rambutnya yang panjang itu. Setelah dua puluh menitan kamipun
menyelesaikan mandi kami, kuguyur badanku dengan air membersihkan
busa-busa yang menempel lalu mengelap badan dengan handuk. Yessica ke
kamar dahulu karena aku mau buang air kecil dulu. Aku keluar dari kamar
mandi sambil mengikat tali pinggang kimonoku, di ruang tengah aku
berpapasan dengan Pak Joko yang juga baru masuk dari pintu yang menuju
kolam.
"Eh Bapak, Taryo mana Pak, kok nggak keliatan?" sapaku.
"Oo.. Tadi katanya mau pulang dulu ke rumahnya, ndak tahu deh ngapain,"
jawabnya, "Tapi nanti katanya mau ke sini lagi sekalian bawain makanan"
Aku lalu meninggalkannya dan masuk ke kamarku, di sana Yessica yang
masih memakai gulungan handuk di kepalanya sedang mengoleskan body
lotion pada pahanya. Tak lama kemudian terdengar bel berbunyi, Taryo
datang membawa empat bungkus nasi uduk, dia bilang tadi dia menengok
istri dan orang tuanya dulu di desa tak jauh dari sini. Kami makan di
meja makan, tidak terlalu enak sih, tapi lumayan lah buat sekedar ganjal
perut.
Di tengah makan, terdengarlah suara dering HP dari kamarku.
"HP lu tuh Yes, sana gih terima dulu!" kataku padanya.
Yessica bergegas ke kamar meninggalkan makannya yang belum habis
sementara kami bertiga meneruskan makan. Taryo selesai paling awal, saat
itu Yessica masih belum kembali juga, lama juga neleponnya pikirku.
"Saya panggilin Neng Yessi dulu yah!" kata Taryo setelah meminum airnya seraya melangkah ke kamarku.
Pak Joko sudah selesai makan, sedangkan aku tidak habis karena nasinya
kebanyakan, tak enak pula jadi sisanya kubuang. Kami berdua membereskan
sendok-garpu dan gelas ke bak cucian, serta membuang kertas pembungkus
ke tempatnya.
"Yes, ini makannya habisin dulu dong, dingin nanti!" teriakku padanya,
"Wah jangan-jangan si Taryo dah mulai lagi tuh, habis belum
keluar-keluar sih"
Kami berdua pun segera ke kamarku dan benar juga apa kataku tadi. Taryo
sudah telanjang, duduk selonjoran di ranjang dan mendekap Yessica yang
duduk membelakanginya bersandar pada tubuhnya. Kimono putih bermotif
bunga-bunga kuningnya tersingkap kemana-mana, payudara kirinya yang
terbuka dipencet-pencet dan dimainkan putingnya oleh Taryo. Pahanya
terbuka lebar dan dipangkalnya tangan Taryo bermain-main diantara
kerimbunan bulunya, mengelusi dan mengocok dengan jarinya.
Tak ketinggalan bahu kirinya yang terbuka dicupangi olehnya. Yessica
hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan dan rasa
nikmat.
Pak Joko yang terangsang sudah mulai grepe-grepe pantatku dan mulai menyingkap bagian bawah kimonoku. Namun kutepis tangannya.
"Ntar dong Pak, baru juga makan, masih penuh nih perutnya, nggak enak"
"Ya sudah nggak apa-apa pemanasan aja dulu neng, boleh ya" jawabnya sambil membuka bajunya sendiri.
Dia menyuruhku jongkok di depan penis hitamnya yang setengah ereksi.
Akupun menggenggam penis itu dan mulai memainkan lidahku, kuawali dengan
menjilati hingga basah kepala penisnya, lalu menciumi bagian batangnya
hingga pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai mengocok batangnya
dengan tanganku.
Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena teknik oralku. Desahan
Yessica tidak terdengar lagi, kulirikan mataku melihatnya, ternyata,
keduanya sedang asyik berfrech-kiss. Posisi mereka tidak berubah,
Yessica hanya menengokkan kepalanya ke samping saja agar bisa saling
memagut bibir dengan Taryo.
Pak Joko menikmati sekali permainan lidahku, dia terus merem-melek dan
mendesah tak henti-hentinya saat penisnya kukulum dan kuhisap-hisap.
Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal, akhirnya dia suruh
aku berhenti agar tidak cepat-cepat keluar. Saat itu Taryo dan Yessica
sudah ber-posisi 69 dengan pria di atas. Yessica masih mengenakan
kimononya yang sudah terbuka sana-sini memainkan penis Taryo yang
menggantung dengan mulutnya. Sedangkan Taryo sibuk melumat vagina
Yessica, klitorisnya dijilati sehingga tubuh Yessica menegang
kenikmatan. Kulihat paha mulusnya menegang dan menjepit kepala Taryo.
Setelah berdiri Pak Joko memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah
hot, aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat penisnya. Tangannya
meraih tali pinggangku dan menariknya lepas hingga kimonoku terbuka.
Sambil terus berciuman tangannya menggeser kain yang menyangga pada
kedua bahuku maka melorotlah kimono itu, ditubuhku pun sudah tidak
menempel apapun lagi.
Aku melepas ciuman untuk mengajaknya ke ranjang agar lebih nyaman. Di
sebelah Yessica dan Taryo yang masih ber-69 kutelungkupkan tubuh
telanjangku dan menaruh kepalaku di atas kedua lengan terlipat seperti
posisi mau dipijat, dari sini dapat kulihat jelas ekspresi wajah Yessica
yang meringis menikmati vaginanya dilumat Taryo, sementara dia
memainkan penis yang menggantung di atas wajahnya. Pak Joko menaikiku
lalu mencium juga mengelusi punggungku, aku mendesah merasakan
rangsangan erotis itu. Ciumannya makin turun sampai ke pantatku,
disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih sekal itu, diciumi,
bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil.
Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku.
Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari kakiku. Beberapa saat
kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku lebih
terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh vaginaku, dua jari
masuk ke liangnya, satu jari menggosok klitorisku. Rambutku dia sibakkan
dan aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat wajahku. Leher dan
tengukku digelikitik pakai lidahnya, juga telingaku, aku tertawa-tawa
kecil sambil mendesah dibuatnya. Aku suka rangsangan dengan sensasi geli
seperti ini.
Sementara di sebelah kami semakin seru karena Taryo sudah menindih
Yessica dan memacu tubuhnya dengan cepat. Yessica menggelinjang dan
mengerang setiap kali Taryo menyentakkan pinggulnya naik-turun,
tangannya kadang meremasi sprei dan kadang memeluk erat si Taryo. Pak
Joko mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan kupakai
telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat kemudian aku
merasakan benda tumpul menyeruak ke vaginaku.
Seperti biasa aku meringis dengan mata terpejam menghayati moment-moment
penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan desahanku menerima hujaman-hujaman
penisnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak terlukiskan terutama waktu
dia memutar-mutar penisnya di vaginaku, rasanya seperti sedang dibor
saja, aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu, makannya aku
selalu mendesah:
"Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!"
Yessica dan Taryo berguling ke samping sehingga kini Yessica yang berada
di atas dan lebih memegang kendali. Dengan liarnya dia menggoyangkan
tubuhnya di atas Taryo, diraihnya tangan Taryo untuk meremas
payudaranya. Wow.. Kali ini dia bahkan lebih binal dan agresif dari tadi
siang, di tengah erangannya dia memaki-maki pacarnya yang menyakiti
hatinya.
"Randy bangsat.. Ahh.. Lu kira aku uuhh.. nggak bisa.. Nyeleweng apa!
Engghh.. Terus Bang.. Entot gua buat ngebales.. Aahh.. Cowok sialan
itu!!"
Kocokan Pak Joko padaku bertambah cepat dan kasar, otomatis eranganku
pun tambah tak karuan, sesekali bahkan aku menjerit kalau sodokannya
keras. Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku mengalami orgasme
dahsyat, sementara Pak Joko dia tak mempedulikan kelelahanku, justru
semakin gencar menyodokku. Tanpa melepas penisnya dia baringkan tubuhku
menyamping dan menaikkan kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini
penisnya menancap lebih dalam ke vaginaku. Selangakanku yang sudah basah
kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap menerima tusukan.
Dalam posisi ini aku bisa menyaksikan Taryo dan Yessica tanpa menoleh.
Payudaranya yang berayun-ayun akibat goyangan badannya mendapat kuluman
Taryo, beberapa kali kulumannya lepas karena Yessica menggoyangkan
tubuhnya dengan kencang, namun dengan sabar Taryo menangkapnya dengan
mulut dan mengulumnya lagi.
"Yahh.. Entot aku Bang.. Sedot susuku sampai puas.. Ahh.. Perlakukan aku
sesukamu.. Biar bajingan itu tahu rasa!!" erangnya terengah-engah
melampiaskan dendamnya
Sambil terus menggenjot, Pak Joko menyorongkan kepalanya ke payudaraku,
putingnya ditangkap dengan mulut kemudian digigit dan ditarik-tarik, aku
merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat. Sementara
situasi di sebelah nampaknya makin seru, kalau tadi siang Yessica
didominasi oleh mereka berdua, kini sebaliknya Yessicalah yang lebih
mendominasi permainan dan justru Taryo dibuat ngos-ngosan oleh
keliarannya. Setelah menggelinjang dan mendesah ketika mencapai klimaks,
dia mencabut penis itu dari vaginanya, lalu menggeser dirinya ke bawah
dan menjilati serta mengulum penis itu seperti orang kelaparan. Taryo
sampai merem-melek dan mendesah-desah dibuatnya.
Dalam jangka waktu lima menitan cairan putih kentalnya sudah menyemprot
bagaikan kilang minyak, bercipratan membasahi wajah Yessica, Yessica
terus mengocok dengan tangannya, mulutnya dibuka membiarkan cipratan itu
masuk ke mulutnya, rambutnya yang panjang itu juga terkena cipratan
sperma. Setelah semprotannya reda, dia menjilati sisanya yang masih
menetes, kepala penis Taryo yang seperti jamur hitam itu disedot-sedot.
Sesudahnya dia mengelap cipratan di wajahnya dengan jarinya, dihisapnya
jari-jarinya yang belepotan sperma itu, sisanya dibalurkan merata di
wajahnya. Kemudian dia rebahan di atas tubuh Taryo, kepalanya bersandar
di dadanya, keduanya berpelukan seperti sepasang kekasih.
Aku merasakan sebentar lagi giliran aku klimaks, dinding vaginaku makin berdenyut.
"Ayoo.. Pak, terus.. Citra sudah mau..!" desahku dengan nafas tersenggal-senggal.
Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin terbakar, aku menggeliat
sambil memeluk guling erat-erat. Desahan panjang menandakan orgasmeku
bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi selangkanganku.
Dia melepas penisnya dan menurunkan kakiku, spermanya dikeluarkan di
dadaku, setelah itu dia ratakan cairan kental itu ke seluruh payudaraku
hingga basah mengkilap.
Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan kepala penisnya di
bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-sisa tenaga aku genggam
benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan
sisa-sisa spermanya kutelan saja. Akhirnya kami pun terbaring
bersebelahan, keringatku bercucuran dengan deras, dadaku naik-turun
dengan cepat karena ngos-ngosan.
"Ck.. Ck.. Ck.. What a naughty girl you are, Ci!" terdengar Yessica berkata dari sebelahku.
Aku menoleh ke arahnya yang masih berbaring di tubuh Taryo, dan
membalasnya tersenyum. Kami masih sempat ngobrol-ngobrol beberapa menit
sebelum satu-persatu tertidur kecapekan.
Pagi jam sembilan aku terbangun dan menemukan diriku telanjang tertutup
selimut, tidak ada siapapun di kamar semua sudah pergi. Jendela sudah
terbuka sehingga sinar matahari menerangi kamar ini, dari luar terdengar
suara kecipak air. Aku turun dari ranjang dan melihat ke luar jendela,
di kolam Yessica sedang berenang sendirian, tanpa sehelai benangpun.
"Yes.. Ooii!" sapaku sedikit teriak sambil melambai, "Mana tuh dua orang itu!?"
Dia menoleh ke asal suara dan balas melambai, "Nggak tahu tuh, kalau Pak
Joko tadi lagi nyapu di depan, sini Ci, segar loh renang pagi gini!"
Aku keluar dari kamar dan menyusulnya ke kolam. Baru turun dari tangga,
aku hampir bertabrakan dengan Pak Joko yang muncul di sebelah dengan
memegang sapu, dia baru masuk ke sini setelah selesai membersihkan
halaman depan.
"Aduh, Bapak, ngagetin aja.. Hampir deh!" kataku sambil mengelus dada, "O ya, Taryo hari ini nggak bisa ke sini ya katanya?"
"Haduh.. Bapak juga kaget Neng nongolnya mendadak gini.. Taryo ya, tadi
pagi dia pulang ke kampungnya lagi, tapi memang dia bilang hari ini
nggak bisa ke sini soalnya entar siang majikannya datang!"
Kebetulan dia ingin minta ijin padaku untuk menengok cucunya yang baru
sembuh di desa, tapi sesudah makan siang dia berjanji akan kembali.
Setelah dia pergi tinggallah kami dua gadis di villa ini.
Hampir sejam lamanya kami berenang dan mengobrol di kolam. Setelah mandi
bersih aku memasak dua bungkus mie Korea untuk sarapan. Habis makan aku
mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kompleks sekalian menikmati
suasana pegunungan yang tenang dan sejuk. Sepanjang jalan, hampir semua
orang yang kami temui (terutama pria) memperhatikan kami, bahkan
beberapa sempat menggoda dengan kata-kata. Tidak heran sih, karena aku
memakai pakaian kemarin yang seksi itu, sedangkan Yessica memakai rok
mini warna hitam dengan atasan kaos u can see kuning yang ketat sehingga
mencetak bentuk badan dan payudaranya yang menantang. Untung hari ini
tidak banyak angin, kalau tidak rok yang bahannya lembut itu sudah
tertiup angin kemana-mana.
Kami sih berlagak cuek aja dengan tatapan-tatapan nakal mereka. Siapa
sangka justru penjaga villa yang biasa kurang dianggap malah lebih
beruntung dibanding om-om dan pemuda kaya yang kami temui. Ketika pulang
kami melihat di villa sebelah sudah terparkir dua buah mobil dan
beberapa anak-anak asyik bermain di balik pagar. Majikan Taryo dan
familinya sudah datang, berarti dia tidak bisa menemani kami lagi karena
sibuk melayani mereka.
Di rumah, Yessica meminta kalau nanti ML lagi agar kembali disyuting,
dia juga menyayangkan kenapa aku tidak mensyutingnya semalam, padahal
menurut dia semalam itu sangat hot adegannya. Iya juga sih pikirku, tapi
kan waktu itu nafsu sudah diubun-ubun sampai lupa mau mensyuting juga.
Jam tigaan, setelah Pak Joko kembali, Yessica memintaku mensyutingnya
lagi. Kali ini settingnya di ruang tengah tempat Taryo menggarapku
kemarin. Yessica dan Pak Joko duduk bersebelahan di sofa, begitu kuberi
aba-aba, mereka berpelukan, Pak Joko melumat bibir Yessica dan lidah
mereka mulai beradu. Sambil berciuman tangan Pak Joko meraba-raba paha
mulusnya semakin ke atas menyingkap roknya yang pendek, Yessica pun
tidak kalah aktif, dia meremasi selangkangan Pak Joko dari luar
celananya. Kemudian Pak Joko menjatuhkan tubuhnya ke depan menindih
Yessica. Mereka mulai saling melucuti pakaian pasangannya sampai bugil.
Yessica dua kali orgasme di atas sofa, selanjutnya kami pindah ke kamar
mandi, mereka bercinta di bawah siraman shower, Yessica menyandarkan
tangannya di tembok menerima sodokan Pak Joko dari belakangnya. Sambil
menggenjot, Pak Joko menyuruhku mengambil sabun cair dekat bathtub, dia
menuangkannya ke tangannya lalu membalurinya ke tubuh Yessica. Tangannya
yang kasar itu menggosok seluruh tubuhnya, paha, pantat, perut, naik ke
payudaranya, lama-lama tubuh sabun cair itu semakin berbusa di tubuh
Yessica.
Usai menyabuni Yessica, dia membalik tubuhnya menghadapnya. Kaki
kanannya diangkat sepinggang, penisnya diarahkan memasuki lubang
senggamanya. Dengan gencarnya dia mengocok sepupuku dalam posisi
berdiri. Tak lama kemudian Yessica menengadah dan mengerang panjang
mengalahkan suara shower.
"Oohh.. Keluar Pak!!" sambil mempererat pelukannya.
Yessica berlutut dan menerima semprotan sperma Pak Joko di wajahnya.
Adegan di kamar mandi ini menyudahi persenggamaan siang ini. Malam
harinya kami main threesome di kamarku. Pak Joko berbaring sambil
menikmati vagina Yessica yang naik ke wajahnya, sementara aku sibuk
melayani penisnya dengan mulut dan lidahku. Semakin kukulum semakin
keras dan berdenyut benda itu, kulakukan itu sepuluh menit lamanya.
Sayang sekali kalau cepat-cepat orgasme sedangkan aku belum mencapai
kepuasanku. Akupun naik ke selangakangannya dan memasukkan benda itu ke
vaginaku.
"Uuugghh..!" desahku saat benda itu menusuk ke dalam.
Di sela-sela kegiatan menikmati vagina sepupuku, dia juga mendesah
merasakan jepitan vaginaku terhadap penisnya. Liarnya goyanganku
membuatnya makin liar memperlakukan Yessica, jilatan-jilatannya nampak
lebih seru sampai suara menyeruput cairannya pun terdengar. Tangannya
dijulurkan ke atas meraih kedua payudaranya, meremasnya sambil terus
menyedot vaginanya.
"Ahh.. Ohh.. Pak!" desah Yessica sambil menggeliat-geliat.
Setelah Yessica mencapai orgasme, Pak Joko mengajak ganti posisi. Kali
ini aku nungging di atas Yessica dengan gaya 69, kembali Pak Joko
menusukku dari belakang, sesekali kurasakan lidah Yessica pada vaginaku,
di bawah sana dia sedang menjilati vagina dan penis Pak Joko yang
sedang keluar masuk. Sebagai responnya, aku juga menjilati vaginanya
yang basah oleh cairan orgasme dan ludah. Aku menjilati bibir vaginanya
hingga klitorisnya yang merah itu. Hhmm.. Dia memakai pembersih
kewanitaan dengan merek yang sama seperti punyaku, aku sudah hafal
dengan aromanya.
Tangan Pak Joko mulai merayap di payudaraku, memilin putingnya dan
memijatinya. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi sesuatu yang mau
meledak dalam diriku, aku mengerang panjang saat mencapai puncak.
Genjotannya masih berlangsung beberapa menit ke depan sehingga memberiku
kenikmatan lebih lama. Selesai membawaku ke puncak, kini dia mengincar
Yessica. Dia rebahan lalu menyuruh Yessica menaiki penisnya yang masih
mengacung tegak, benda itu basah mengkilap berlumuran lendirku. Dia
mengisi vaginanya dengan penis itu diiringi desahan, setelah berhasil
menancapkannya tanpa buang waktu lagi dia menggoyangkan tubuhnya. Pak
Joko sendiri turun menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas merespon
goyangan badannya.
Birahiku mulai naik lagi, maka aku menaiki wajah Pak Joko dalam posisi
berhadapan dengan Yessica. Tanpa diminta lagi, lidahnya sudah beraksi
menyusuri organ kewanitaanku, jilatannya diselingi kocokan jari tangan
yang bergerak liar di dalam vaginaku, desahanku pun semakin
menjadi-jadi. Kedua telapak tanganku saling genggam dengan Yessica. Rasa
nikmatku kulampiaskan dengan memagut bibir sepupuku, lidah bertemu
lidah lalu saling jilat. Lidah Pak Joko bukan saja menjilati vaginaku,
duburku pun tidak luput darinya.
"Yeeaah, gitu Pak.. Terus.. Yahh.. Jilati aku sepuasmu!" demikian desahku menghayati setiap jilatannya.
Orgasmeku hanya lebih beberapa detik dari Yessica, tubuh kami
menggelinjang di atas tubuh Pak Joko diiringi erangan yang
sahut-menyahut. Cairan yang meleleh dari vaginaku dilahapnya dengan
rakus sekali sampai terdengar suara menyeruputnya. Yessica mencabut
penis itu dari vaginanya kemudian rebahan di antara paha Pak Joko
mengoral penisnya. Aku juga merundukkan badanku ke depan mendekati penis
yang masih tegak itu. Berdua kami melayani Adik kecilnya dengan
kocokan, jilatan, dan hisapan selama lima menit hingga isinya muncrat ke
wajah kami. Kami masih terus mengocok-ngocoknya hingga tetes terakhir,
pemiliknya sampai berkelejotan dan melenguh nikmat akibat perbuatan
kami. Maninya sudah tidak sebanyak kemarin sehingga kami sedikit
berebutan untuk mendapatkannya.
Kami terkulai lemas, tubuh kami sudah berkeringat, nafas pun sudah putus-putus.
"Hebat juga ya Bapak ini, bisa tahan segitu lama sama dua cewek" pujiku.
"Ahh.. Neng ini, sebenernya sih berkat jamu tadi sore hehehe!" katanya dengan tersipu malu.
"Oo.. Pantes tadi nafasnya bau gitu, tapi hebat juga ya jamunya Pak"
sahut Yessica sambil merapat dan menyandarkan kepalanya pada dadanya.
Sungguh seperti kaisar saja Pak Joko malam itu, tidur diapit dua gadis
muda dan cantik, suatu hal yang membuat banyak cowok iri tentunya. Dia
juga berterima kasih pada kami karena telah membuatnya merasa muda
kembali di usianya. Besoknya jam sebelas kami sudah berangkat kembali ke
Jakarta. Tidak lupa kami memberi ciuman perpisahan padanya, Yessica
pipi kiri dan aku pipi kanan, lalu dibalasnya dengan menepuk pantat kami
bersamaan.
Hari itu juga, sore harinya kami membawa rekaman handycam itu ke Verna
untuk ditransfer dalam bentuk vcd (komputer Verna memang paling lengkap
walau sebenarnya milik adiknya yang sedang kuliah di luar negeri). Cd
masternya dibawa Yessica sebagai koleksi pribadinya, copy-nya untuk
kami, tentunya hanya untuk kalangan kita-kita saja. Dia mengabariku
seminggu setelah kepulangannya bahwa dia telah memutuskan hubungan
dengan pacarnya setelah sebelumnya dia mengajak cowoknya menonton
bersama rekaman di villa itu sebagai pembalasannya. Kata-kata terakhir
pada cowoknya sebelum berpisah adalah...
"Kalau lu bisa main gila, gua juga bisa bikin yang lebih gila!"
Sekarang ini dia sudah mempunyai pacar baru yang lebih muda empat tahun
darinya, sifatnya juga lembek, biar lebih gampang dikendalikan katanya.
Duh.. Dasar Yessica, jadi woman rule nih ceritanya. O, ya met skripsi
juga Yes, good luck and success.
E N D
No comments:
Post a Comment