Monday 6 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 14

ALFRIZZY YUDHA PRATAMA

[​IMG]


REVALIAN DWINSYIRAH

[​IMG]




BAB 13 - COMING OUT



Rumah bergaya western dengan cat bernuansa coklat dan beberapa goresan cat kuning gading membuat rumah tersebut terlihat mewah. Kolam ikan dengan pancuran air di sebuah patung ayam jago menandakan empunya rumah berasal dari kota Daeng. Yap, Ayam Jantan dari timur itulah selogan buat sang pahlawan dari kota Makassar. Beberapa mobil mewah, ada Lamborghini, Audi A8, Range Rover maupun JEEP Wrangler terparkir dengan rapinya digarasi rumah dan juga sebuah SUV Grand CH yang saat ini mesinnya sedang dipanasin oleh Al. Yah rumah tersebut yang terletak disebuah perumahan elita ibu kota adalah milik Al.

Saat Al akan naik ke atas mobil tiba-tiba HPnya berdering menandakan adanya panggilan masuk. Nomor dengan kode area 0411, membuatnya mengernyitkan alisnya.

"Nomor baru, siapa yang nelfon pagi-pagi gini yah?" Gumam Al pelan lalu mengangkat telfonnya.

"Halo, selamat pagi Pak Alfrizzy. Saya Mira dari pengelola gedung appartemen Pnk Square, saat ini seseorang ingin berbicara dengan anda" ujar orang yang berbicara ditelfon.

"Iya dengan aku sendiri, siapa yah yang ingin berbicara denganku? Kenapa gak telfon saja langsung ke nomor HP aku?"

"Bentar yah pak, ibu nih silahkan" ujar Mira lalu sepertinya berbicara dengan seseorang diseberang.

"Hallo... Al, hadeeehhh susah amat lu di hubungin sih" tiba-tiba suara yang berbeda terdengar diseberang.

"Reva, ngapain kamu nelfon dari kantor pengelola?" Tanya Al sembari naik ke atas mobilnya lalu memasang headset dikedua kupingnya karena mengingat dia akan menyetir pagi ini.

"Ya elah, kalo gw punya nomor HP lu gak bakalan gw nelfon dari kantor pengelola"

"Ya udah mana nomor HP kamu, biar aku telfon ke HP kamu sekarang" ujar Al lalu mengambil sebuah pulpen disaku bajunya dan secarik kertas kecil siap-siap menulis nomor HP si Reva.

Setelah Reva menyebutkan nomor HPnya lalu Al segera menghubungi nomor tersebut.

"Halo Va, yah ada apa?" Ujar Al saat Reva mengangkat telfonnya.

"Gini Al, gw kan dah punya duit sekarang. Jadi gw rasa sudah saatnya gw keluar dari appartement lu dan nyari kosan buat gw"

"Loh kenapa? Kan kamu bisa hemat duit buat keperluan yang lain"

"Gak lah Al, gaji gw juga cukuplah untuk biaya keseharian gw dan juga untuk bayar kosan perbulannya... lagian gw juga gak enak numpang terus di appartement lu tau. Hehehe" ujar Reva membuat Al hanya geleng-geleng kepala.

"Kamu jangan ngambil keputusan sepihak dulu, tunggu aku di sana. Paling sorean aku tiba di appartement"

"Loh emangnya lu lagi dimana? Katanya lu lagi dijakarta?"

"Gak usah banyak nanya, udah yah. Aku mau jalan dulu byeeeee" ujar Al tanpa membiarkan Reva berbicara lalu kemudian menutup telfonnya sepihak.

Al menyetir SUVnya dengan kecepatan tinggi sambil menelfon seseorang.

"CKG UPG hari ini dan secepatnya kalo bisa" ujar Al.

"Maaf pak Al, yang available saat ini hanya bisnis class dan harganya diatas 4jtaan" Ujar pemilik travel langganan Al.

"Apakah pernah aku permasalahin masalah harga? Aku gak perduli" ujar Al dengan nada sedikit tinggi khas bahasa kota kelahirannya.

"Baik pak Al, dua jam dari sekarang pesawat akan boarding. Apakah Pak Al setuju atau kalo tidak pesawat jam 2 siang supaya memberi bapak waktu untuk preparation"

"Gak usah mikirin aku, lebih cepat lebih baik. Issued sekarang pesawat jam 10 yah" ujar Al dan akhirnya di 'oke'kan oleh pemilik travell. Kemudian Al menelfon Kim saat setelah menutup telfonnya dengan si pemilik Travell.

"Kim, please handle Head Office. Aku ada urusan mendadak yang harus segera aku selesaikan"

"L dan Kang Nos, aku hari ini lagi ada urusan mendadak. Kalo ada masalah urgent segera konfirmasi yah"

Setelah menelfon semuanya, Al segera memutar balik menuju bandara tanpa membawa persiapan baju. Karena dipikirannya saat ini adalah bagaimana caranya supaya dia bisa membatalkan keinginan gadis itu untuk keluar dari appartementnya.

"Kok aku memperdulikan gadis bodoh itu yah? Arghhhh perduli setan. Otakku mengatakan kenapa... tapi hatiku mengatakan lain" bathin Al sambil masih fokus menyetir. Dan beberapa menit kemudian sebuah pesan masuk di HPnya dari nomor pemilik travel mengirimkan kode booking tiketnya.



○●○​



Dengan Civic hitam miliknya Al segera menjemput Reva di tempat kerjanya sore ini, setelah mengkonfirmasi dahulu melalui telfon.

"Hai sorry nih Al, gw lagi ada janji ma seseorang... bentar aja yah kalo mau ketemuan" ujar Reva saat menghampiri Al di parkiran.

"Aku dah bela-belain jemput kamu, kok malah kamunya janjian sama orang lain?" Ujar Al rada kesal.

"Yah mau gimana lagi Al, gw kan dah bilang tadi di telfon gak usah dijemput" ucap Reva sedikit membela diri sambil memperlihatkan wajahnya yang juga kesal dengan kelakuan Al yang tiba-tiba saja datang ditempat kerjanya.

"Jadi?" Tanya Al.

"Ya udah gw pergi dulu yah... bye Al bodoh" jawab Reva lalu segera meninggalkan Al diparkiran.

Al menatap punggung Reva yang sudah menjauh dan menghilang dibelokan gedung Hotel Clarion, dengan menarik nafas dalam-dalam Al sadar bahwa dirinya saat ini sedikit terguncang. Tanpa dia sadari perasaan-nya pada Reva makin tak menentu, membuatnya tak tahu harus berbuat apalagi.

"Hai Zy, ngapain disini?" Tiba-tiba Rahma menyapa Al, karena barusaja gadis itu keluar dari pintu karyawan.

"Eh Rahma, habis nganterin teman tadi Ma" jawab Al berbohong.

"Ohhh... kirain jemput Rahma" ujar Rahma sambil tersenyum dihadapan Al saat ini yang masih juga berdiri bingung dan keki tak tau mau ngapain.

"Maunya sih,"

"Hehehe... seriusan?" Tanya Rahma.

"Kalo gak mau juga gak apa-apa kok" ucap Al.

"Hayoo... siapa takut" ujar Rahma lalu menggandeng tangan Al mengajaknya masuk kedalam mobil.

"Loh harusnya aku yg gandengin tangan kamu tau, kamu kan cewek... udah sana naik" ujar Al melepaskan lengan Rahma dan menyuruhnya naik kedalam mobil.

"Ini mobil kamu Zy?" Tanya Rahna saat diperjalanan.

"Hemmm... bisa dibilang rental Ma, aku mah gak ada duit buat beli mobil tau" Jawab Al bohong.

"Tapi platnya itu loh... kayak nama kamu... 4 YP alias AYP, benerkan?"

"Kebetulan doang Ma, aku juga gak tau kenapa bisa sama... hehehe"

"Bo'ong banget kamu Zy, kamu gak bisa bohong ma aku tau" ujar Rahma sambil menatap wajah Al.

"Ya udah kalo gak mau percaya, lagian kan emang dari dulu aku gak pernah dipercaya ama kamu"

"Maksud kamu Zy?"

"Yah maksud aku, kamu gak percaya ma aku untuk jadi pacar kamu sejak dulu"

"Hehehe... maaf yah Zy, Rahma udah jahat banget ma kamu"

"Its Ok, udah lupain aja" ujar Al.

Tiba-tiba saat hampir tiba di tujuan yaitu Mall Ratu Indah, sebuah pesan masuk di HP Al membuatnya melihat pemilik sms tersebut. Reva mengirim SMS pada Al ("Lu lagi dimana?" Sms dari Reva), tapi Al saat ini ragu untuk membalasnya. Al berhenti di SPBU dulu untuk mengisi bahan bakar mobilnya. Tanpa Al sadari Saat mobil masuk kedalam SPBU, motor yang dikendarai oleh teman Reva dan jiga Reva berada di belakang sedang dibonceng oleh teman prianya baru saja lewat di sebelah mobilnya yang juga baru saja mengisi bahan bakar di SPBU yang sama.

"Eh stop dulu" ujar Reva menyuruh stop temannya tadi.

"Kenapa kamu Va?"

"Udah tunggu disini dulu, kayaknya tadi teman gw lagi ngisi bahan bakar di SPBU"

"Ohhh... ya udah buruan"

"Kok perasaan gw kek gini sih?" bathin Reva saat melihat mobil Al yang baru saja lewat didepannya. Dan karena kaca mobil Al tidak terlalu gelap maka dengan mudah Reva melihat dengan jelas siapa gadis yang berada disebelah Al saat ini.Rahma? Ada apa dengan mereka?" lanjutnya dalam hati dan lucunya dia tak punya keberanian untuk menahan mobil itu, bahkan sekujur tubuhnya terasa kaku dan batinnya saat ini sedang berkecamuk.


Beberapa saat kemudian...


"Makasih yah yan udah ngantarin gw dikosan gw yang baru" ujar Reva saat mereka udah tiba dikosan Reva yang baru.

"Iya gak apa-apa Va, ini memang udah tanggung jawab aku untuk ngantarin kamu" ujar Rian.

"Ya udah aku masuk dulu yah yan" ujar Reva dengan wajah lemas dan tubuhnya yang lunglai membuat Rian curiga dengan keadaan gadis itu.

"Kamu kurang fit yah Va?"

"Hemm... iya sih yan, gak tau kenapa badan gw jadi lemas kayak gini" ujar Reva sambil memijit-mijit belakang lehernya.

"Ya udah kalo gitu aku temenin kamu dikosan, siapa tau kamu kenapa-kenapa bentar" ujar Rian sambil melangkah masuk kedalam kosan Reva.

"Eh gak usah yan, gw gak apa-apa kok" ujar Reva mencoba menolak tawaran Rian.

"Udah gak usah bawel, aku hanya ingin menunggu sampai kamu tidur dan setelah itu aku akan pergi"

"Kenapa lu bisa berubah dalam sekejap?" Tanya Reva sambil menoleh ke arah Rian.

"Berubah kayak gimana Va?"

"Udah lupain aja, tapi beneran gw gak apa-apa kok yan kalo lu mau ninggalin gw di kosan"

"Va... biarkan Rian menemani kamu malam ini yah, pliss!" Rian memelas memohon kepada Reva membuat gadis itu hanya menganggukkan kepalanya tanda menyetujui permintaan Rian.

Ditempat yang berbeda nampak Al dan Rahma baru saja selesai makan malam bersama, sempat ngobrol bentar lalu kemudian mereka keluar dari resto tersebut menuju parkiran Mall untuk pulang.

"Hemm... Zy boleh nanya gak?"

"Iya tanya aja Ma, gak usah sungkan" jawab Al sambil menoleh tersenyum ke arah Rahma.

"Kamu masih suka denganku?"

"Kalo iya kenapa, kalo tidak kenapa?" Ujar Al.

"Kalo iya, Rahma berterima kasih karena masih mencintai Rahma sampai detik ini"

"Ma... kamu tau? Karena rasa cintaku dulu begitu besar terhadapmu, maka membuatku sekarang lebih mencintai diriku sendiri"

"Jadi?" Tanya Rahma yang matanya sedikit berkaca-kaca.

"Iya Ma, jadi sekarang itu aku lebih mencintai diriku sendiri daripada ke kamu"

"Kok muter-muter gitu sih Zy?"

"Bingung kan? Hehehe aku aja bingung" ujar Al mengalihkan perhatian.

"Zy..." ujar Rahma sambil menggenggam erat tangan Al.

"Ka... kamu kenapa Ma?" Tanya Al gugup.

"Cintailah aku sampai waktunya tiba Zy, hikz... hikz... hikz" jawab Rahma yang sudah tak bisa lagi membendung tangisannya. Air matanya membasahi kedua pipinya membuat Al tak kuasa menahan perasaannya saat ini.

"Kamu kenapa Ma? Kok kamu nangis?" Al udah mengusap air mata gadis itu dan memarkirkan mobilnya sebentar di sebelah kiri jalan.

"Aku itu... aku itu sebenarnya dari dulu juga mencintai kamu Zy... hikz... hikz... hikz... tapi... tapi papa aku gak menyetujuinya karena mengingat latar belakang kamu yang menurut papa tidak mempunyai masa depan... huaa... huaaa... huaa... dan kamu tau? Sakit Zy... sakit banget menolak kamu saat itu di perpisahan sekolah" ujar Rahma melampiaskan perasaannya selama ini ke Al.

"Hufhhhh... syukurlah akhirnya aku tau bahwa cintaku tidak bertepuk sebelah tangan selama ini" ujar Al sambil membalas genggaman erat tangan Rahma.

"Zy... plisss, buktikan ke papa aku bahwa kamu juga mempunyai masa depan yang cerah" ujar Rahma sambil menatap wajah Al dengan berlinang air mata. Widih pake berlinang pula nih kata-kata. Hehehe...

"Iya... iya aku harus gimana Ma? Aku kan saat ini gak punya kerjaan tetap dan duit juga pas-pasan... trus aku harus buktikan kayak gimana?" Tanya Al.

"Iya usaha kek... cari kerjaan kek yang tetap Zy... aku yakin kamu pasti bisa"

Ingin sekali rasanya Al mengungkapkan jati dirinya saat ini, akan tetapi perasaan dihati kecilnya menolak untuk mengungkapkannya. Apakah dia salah dengan keputusannya saat ini? Menurut TSnya sih belum tentu. Karena cinta tak bisa dinilai dengan materi. Tapi sebuah hubungan rumah tangga juga gak bisa berjalan tanpa sebuah materi.... hadehhhh gw TSnya aje bingung.

"Ya udah nanti aku coba nyari kerjaan tetap deh"

"Makasih Zy, dan makasih juga sudah menjaga cinta kamu ke Rahma selama ini"

"Iya Ma sama-sama"

Lama mereka saling menatap, dan sesaat kemudian kedua insan tersebut tanpa mengetahui siapa yang memulai. Bibir mereka bertemu dan sebuah ciuman mesrah yang selama ini mereka inginkan akhirnya terlaksana juga.

Rahma menarik leher Al untuk lebih mendekat ke arahnya. Dan segera gadis itu melingkarkan kedua lengannya dengan posisi miring di belakang leher Al. Ciuman mereka makin panas, bahkan lidah Rahma mulai memasuki rongga mulut Al saat ini.

"Hemmfffhhhhhhh"

Al akhirnya membalas permainan lidah Rahma dan membalas pelukan erat di punggung gadis itu, beberapa menit mereka melakukan french kiss membuat keduanya kehabisan nafas dan menghentikan kegiatan mereka saat ini didalam mobil. Kening mereka menyatu dan nafas keduanya memburu. Sambil menutup mata meresapi rasa sebuah ciuman mesra membuat dada Rahma maupun Al berdetak kencang.

"Love you Zy" bisik Rahma kemudian.

"Hemmm," jawaban Al membuat Rahma menarik nafas dan melepaskan keningnya sambil menatap kedua mata pria dihadapannya.

"Kenapa kamu gak jawab?"

"Aku bingung mau jawab apa," ujar Al tersenyum.

"Zy... aku akan menjadi wanita yang akan mencintai Kamu sepenuhnya, asal kamu bisa membuktikan ke keluargaku bahwa kamu memang punya masa depan yang cemerlang"

"Bingung Ma, aku juga gak tau menurut keluarga kamu itu yang cemerlang kek gimana"

"Hufhhhhhh... pokoknya punya kerjaan tetap dan penghasilan yang lumayan"

"Ntah lah Ma, biar waktu yang akan menjawabnya"

"Jangan pasrah gitu donk dengan nasib, aku yakin kamu bisa"

"Hemmmm... maybe"

"Kamu cintakan ma Rahma?"

"Iya bisa dibilang kayak gitu lah" jawab Al dengan coolnya.

"Kalo gitu Rahma tunggu kamu datang kerumah untuk meminangku di hadapan kedua orang tuaku,"

"Udah gitu doank?" Tanya Al.

"Yah pasti dengan semua syarat yang aku jelasin tadi tau... ihhhh Izzy bikin kesal deh"

"Hehehehe... kamu masih cantik kayak dulu yah Ma,"

"Masa sih? Kan Rahma udah berhijab... masa iya masih keliatan cantik?" Tanya Rahma sambil tersenyum manis dihadapan Al.

"Justru kamu makin terlihat cantik dengan jilbab ini" ujar Al sembari membetulkan letak jilbab gadis itu dan mengecup keningnya membuat Rahma tersenyum bahagia diperlakukan kayak gitu.

"Udah ah yuk... kamu makin jago ngegombal sekarang Zy" ucap Rahma menutupi rasa malu dan rona merah di kedua pipinya denhan cara menunduk dan menyuruh Al untuk mengantarnya pulang.

"Yuk kemana?"

"Antar pulang lah... tapi sampai depan gapura aja yah"

"Iya iya... ya udah yuk"


○●○​


Saat tiba diappartement, Al duduk di sofa panjang sambil menatap sebuah foto di dinding dengan menampakkan wajah cantik yang sedang tersenyum membalas tatapannya. Foto Reva saat ini terpajang di dinding membuat Al mengingat beberapa minggu kebelakang saat-saat bersama gadis itu.

Al berdiri dan berjalan melangkah menyusuri semua ruangan appartementnya, saat membuka pintu kamar utama yang didapatinya hanya sebuah kamar yang gelap gulita. Sepi saat ini yang dia rasakan, tetapi diapun tau bahwa gadis itu memang sangat keras kepala.

"Maaf Va" guman Al pelan saat menyalakan lampu kamarnya dan menadapati sebuah lemari kosong dan kamar yang sudah tertata rapi.

Diapun duduk di tempat tidur yang menjadi saksi bisu kebodohannya bersama Reva di beberapa moment yang tak akan pernah dia lupakan. Sebuah senyum simpul terlihat diwajah Al saat mengingat kejadian dimana dia membantu Reva untuk mencapai puncak orgasmenya.

"Andai saja lu normal, pasti kita bakalan ngentot terus tiap saat... hihihi"

"Heyyyy Al, nyimpan baju tuh pada tempatnya tau... jangan main lempar kayak gitu"

"Al... lu kerja apaan sih?"

"Al... hikz... hikz... gw sedih banget, pengen banget gw balik lagi kayak dulu ma Rian"

Suara-suara Reva mengiang-ngiang dimemori Al saat ini, dimana saat dia sedang mengobrol di ranjang. Ruang tamu bahkan didapur. Kenangan yang begitu indah untuk dilupakan.

"Dasar gadis bodoh," gumam Al sambil tersenyum menggelengkan kepalanya mengingat semua kenangan bersama Reva.

Sebuah foto terpajang di atas meja rias dengan wajah Reva yang dibuat manyun, Al melangkah meraih foto itu dan mendapatkan sebuah memo dengan beberapa tulisan yang ditulis oleh gadis itu.




Tanpa terasa kedua mata Al berkaca-kaca saat ini, ingin rasanya dia menelfon gadis itu. Akan tetapi rasa kesal tadi sore masih menghantui pikirannya saat ini.

Tiba-tiba...

DUGG...

Detak jantung Al berdetak sekali dengan sangat keras dan saat ini tiba-tiba saja perasannya menjadi tak enak. Seperti sesuatu akan terjadi membuatnya memegang dadanya dan berfikir keras tentang berbagai kemungkinan kejadian yang akan terjadi dan menimpa dirinya ataupun keluarganya saat ini.

Berbeda saat ini yang terjadi dikamar kosan Reva, dimana gadis itu sudah terlelap dalam tidurnya.

Geli dan nikmat saat ini dirasakan oleh gadis itu, tapi dia merasa ini hanyalah sebuah mimpi.

"Oughhttttt..." desah Reva saat merasakan puting payudara sebelah kanannya di hisap dan dipelintir oleh lidah seseorang.

Perlahan tapi pasti orang itu menarik kebawah celana pendek miliknya dan juga sekalian CD gstring hingga memperlihatkan gundukan vaginanya yang ditumbuhi oleh beberapa bulu tipis. Kayaknya Reva sangat rajin mencukurnya dan merawat Vaginanya selama ini.

Sluurrrpppp... sluurpppp... slurpppp...

Lidah orang itu berganti turun ke selangkangannya, dan menujulrkan persis ke bibir vagina miliknya.

Damm!

Reva merasakan bahwa ini bukan sebuah mimpi, maka perlahan-lahan diapun membuka matanya.

"RIAAANNNN" Teriak Reva tersadar karena mendapatkan Rian yang sedang menghisap bibir vaginanya dan mencoba mengangkat wajah pria itu.

Secepat kilat Rian bangkit dan mendorong kembali Reva ke posisi tidur, lalu menindih gadis itu yang sudah meronta-ronta untuk melepaskan diri dari cengkraman pria itu.

"Tolonggggg lepasin gw... lu emang bangsat yan... mnmfhhhhhhhhh" teriak Reva yang langsung disumbat mulutnya oleh Rian.

Bug... bug... bug...

Reva masih berusaha dengan sekuat tenaga untuk memukul dan mendorong pria itu, tapi apa daya kekuatannya tak lebih besar dari kekuatan Rian.

"Udah Va, kamu nikmati aja... lagian kalo kamu hamil aku siap bertanggung jawab"

"Hemmmffffhhhhh,"

Reva masih saja meronta-ronta dan berusaha menendang perut Rian, tetapi pria itu langsung menindihnya dengan sekuat tenaga. Alhasil tenaga Reva mulai habis dan gerakannya mulai melemah. Mendapat kesempatan emas, Rian segera membuka resleting celananya dengan lengan kirinya. Dan mengeluarkan penisnya yang sudah sangat tegang lalu menempelkan ke bibir vagina gadis itu.

"Henmmmmmfffhhhhhh" Reva mencoba berbicara tetapi mulutnya disumbat lagi oleh Rian, dan dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tanda penolakan akan perbuatan Rian saat ini terhadapnya.

"Aku masukin yah Va,"

Air mata gadis itu mengalir membasahi wajahnya, sebuah penyesalan apabila Rian berhasil merebut keperawanannya saat ini yang selama ini dia jaga dari kelakuan pria-pria seperti Rian.

Rian mencoba menancapkan penisnya kedalam liang vagina Reva, akan tetapi beberapa kali gagal.

Reva hanya bisa menangis dan menggelengkan kepalanya, tetapi pria itu dengan cuek dan tidak mengindahkan permintaannya.

Zlebbb... sregggg...

"Hemmmmfhhhhhhhhhh...."

Tembus sudah keperawanan gadis itu, membuatnya mendongak ke atas menahan sakit di vaginanya. Reva hanya bisa pasrah dan menangis merelakan kehilangan keperawanannya saat ini. Dan dihatinya saat ini hanya mengingat satu orang saja yaitu Al. Dia menyesal meninggalkan appartementnya dan lebih memilih untuk kos sendiri. Anda saja!... yah itulah dua kata yang ada dipikirannya sekarang. Nasi sudah jadi bubur, semua kesalahan dan masalah ada hikmahnya dikemudian hari.

Plokk... plok... plokk...

Rian menggenjot penisnya didalam vagina Reva dengan cepat, dan gadis itu hanya bisa pasrah menahan sakit dan juga penyesalan.

"Oughhhttt Va, dari dulu kek kamu kasih vagina kamu"

"Nikmat banget tau Va" desah Rian menikmati vagina milik gadis itu tanpa menghiraukan air mata Reva saat ini.

"Aku lepasin tanganku asal kamu diam saja" ujar Rian dan Reva hanya bisa mengangguk, karena biar bagaimana saat ini dia juga merasakan suatu sensasi kenikmatan di liang vaginanya. Karena buktinya cairan pelumasnya saat ini juga sudah sangat banyak mempermudah Rian menambah goyangannya diselangkangan mereka.

"Hikz... hikz... hikz.. lu jahat yan.. lu jahat"

"Iya Va, hash... hash... tapi aku sangat mencintai kamu tau"

Plok... plok... plok...

Slurppp... slurppp... slurppp...

"Oughhhtttt... Va, enak?"

"Hikz... hikzz.. hikzz... bodoh lu yan... bodoh"

"Iya Va... udah terlanjur basah, lagian kalo kamu hamil nanti aku bakalan tanggung jawab kok"

"Janji? Hikz... hikz..." ujar Reva yang sudah mulai menikmati permainan Rian saat ini.

"Iya janji sayang"

Plokk... plok... plokk...

"Oughhhttt yan... ternyata ML enak banget" desah Reva yang sudah merasakan nikmatnya diselangkangannya.

"Iya sayang... memek kamu nikmat banget"

Rian menicum bibir Reva dan kedua tangannya meremas bongkahan kedua payudara milik Reva, membuat Reva makin merasa nikmat.

"Oughhtttt yan... gw mau pipis"

"Keluarin aja sayang,"

Plokk... plok... plokk...

"Oughhhtttt yan percepat" desah Reva makin tak karuan dan kepalanya menatap mata Rian dengan tatapan sendunya yang sebentar lagi merasakan puncak orgasmenya.

Slurppp... slurppp...

Rian membantu dengan menghisap puting payudaranya untuk menpercepat proses orgasmenya.

"Arghhhhhh oughhhttttt yannnn Revaaa pipissssss," erang Reva saat orgasmenya tiba.

"Aku juga bentar lagi" ujar Rian yang masih saja menggenjot liang vagina Reva saat ini.

Plokk... plokkk... plokkk...

"Cabut yan, gw lagi subur"

Croott... croottt... croottt...

Terlambat.

Sperma Rian menyembur ke dalam rahim Reva yang tidak sempat mencabutnya.

"Hash... hash... hash... maaf kepablasan sayang"

"Gak papa yan... tadikan lu bilang kalo gw hamil lu mau tanggung jawab"

"Iya pasti Va, hash... hash..."

Perasaan Reva saat ini tak menentu antara senang, puas, sedih, menyesal. Tetapi dia hanya bisa pasrah terhadap nasib yang tentu saja sudah digariskan sama sang pencipta. Tak terasa air matanya keluar membasahi kedua pipinya.

"Kok kamu nangis lagi?" Tanya Rian sambil mengusap air mata gadis itu.

"Gak papa kok" jawab Reva sambil memegang kedua tangan Rian yang masih mengusap kedua pipinya.

"Ya udah kamu bersih-bersih gih"

"Malas... mau langsung bobo yah"

"Hehehe... ya udah kalo gitu, aku juga mau bobo nemenin kamu" ujar Rian yang juga merebahkan tubuhnya disamping Reva.

"Met bubu Reva sayang"

Prangggg...

Tiba-tiba ditempat berbeda, lebih tepatnya diappartement Al saat ini baru saja dia menjatuhkan gelas ditangan kanannya saat selesai membasahi dahaganya.

"Ada apa ini? Kok tiba-tiba gelasnya bisa jatuh yah?" Gumam Al terkejut karena menjatuhkan gelas ditangannya.

"Siapa yang kena musibah?"

Setelah menelfon seluruh keluarganya dan mendapatkan kabar bahwa papa dan mamanya baik-baik saja, dan juga kedua adiknya yang juga baik-baik saja. Akhirnya diapun mencoba mengalihkan perhatiannya dengan membuka laptopnya dan membalas satu-persatu email yang masuk di akun email pribadinya.




Still Continued...

No comments:

Post a Comment