Monday 6 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 15

ALFRIZZY YUDHA PRATAMA

[​IMG]


RAHMA LISTIANA

[​IMG]


REVALIAN DWINSYIRAH

[​IMG]



[SIZE=+2]BAB 14 - STUPID BOY[/SIZE]



Sayup-sayup sinar sang surya menembus jendela kosan Reva pagi ini, masih mengumpulkan setengah nyawanya diapun mengucek-ucek kedua matanya untuk mengembalikan kesadarannya dipagi hari ini.

Sedih dan sebuah rasa penyesalan menghinggapi perasaannya saat ini, mengingat kejadian semalam membuatnya mengeluarkan air matanya. Masih bermalas-malasan gadis itu meregangkan kedua tangannya ke atas lalu mencoba bangun dari tempat tidurnya.

"Hoaemmmm"

"Hah?" Ujar Reva tiba-tiba karena melihat keadaannya sekarang masih lengkap dengan pakaian tidur yang semalam dia pakai.

"Rian... yann lu dimana?"

Reva bangkit dari ranjangnya sambil berjalan menuju ke toilet. Karena kosannya sekarang lengkap dengan toilet dalam.

"Hah?? Kok gak sakit yah?" Ujar Reva saat membuka seluruh pakaiannya karena mengingat pagi ini dia harus bekerja, lalu mencoba meraba selangkangannya.

"Apakah gw hanya mimpi yah semalam?" Gumamnya pelan.

Setelah selesai berpakaian lalu gadis itu mencoba menghubungi Rian pagi ini.

"Halo yan, semalam lu pulang jam berapa?" Tanya Reva saat Rian mengangkat telfonnya.

"Gak lama kamu tidur, aku langsung balik Va... karena Indah semalam minta dijemput" ujar Rian diseberang.

"Syukurlah kalo gitu" ujar Reva lega karena mengingat kejadian semalam hanyalah sebuah mimpi buruk belaka.

"Kenapa gitu Va?"

"Gak... gak papa yan, ya udah kalo gitu... gw mau berangkat kerja dulu"

"Ya udah hati-hati yah"

"Oke deh... byeeee"


○●○​


Sebuah sedan all new Civic pagi ini melaju dengan kecepatan sedang menuju ke Hotel Clarion. Karena setelah beberapa hari yang lalu berdiskusi dengan ke dua sahabatnya untuk posisi yang akan menghandle bisnisnya di area indonesia timur, maka manajemen memutuskan bahwa kandidat yang akan mengisi posisi tersebut lebih baiknya dari orang dalam.

"Halo pak Toto, pagi ini aku ngantor di tempat bapak yah" ujar Al saat menelfon pak toto.

"Oke pak Al... saya tunggu dikantor pak"

Saat tiba di hotel, dia tak segera menghubungi pak Toto tetapi lebih memilih menengok si Reva. Al dengan santai melangkah masuk ke receptionis.

"Eh Al... ngapain lu disini?" Tanya Reva saat melihat Al baru saja masuk dari pintu lobby hotel.

"Mau melamar kerja Va" ujar Al saat tiba di meja receptionis.

"Hehehe... cie cie yang udah mau kerja" ujar Rio nyeletuk, salah satu teman kelas Al dulu dijaman sekolahan.

"Pak Toto ada?" Tanya Al.

"Ngapain lu nyari big-boss?" Tanya Reva nampak menyelidik.

"Kepo kamu Va... urusan aku donk" jawab Al lalu tiba-tiba matanya bertemu pandang dengan rahma yang baru saja tiba di meja receptionis.

"Hai Zy... ngapain disini?" Tanya Rahma menyapa Al pagi ini.

"Mau check in ma," jawabnya.

"Bo'ong banget lu Al... paling juga mau ngelamar jadi OB dia mah" ujar Reva.

Tiba-tiba ada panggilan masuk di HP Al dari pak Toto membuat Al harus menjauh dari mereka.

"Iya Pak, ok aku bentar lagi naik ke ruangan bapak"

Ruang GM milik Pak Toto dengan ruangan lumayan luas, terlihat beberapa berkas tertata rapi di lemari besi belakang meja pak Toto. Al duduk berhadapan dengan Pak toto sambil mengobrol mengenai perkembangan hotel beberapa bulan terakhir.

"Jadi begini pak, aku butuh seorang Regional Business Director buat menangani bisnisku di wilayah indonesia timur" ujar Al dengan mimik muka yang serius sambil menatap wajah pak Toto dihadapannya.

"Iya pak terus? Apakah udah ada kandidat untuk mengisi posisi tersebut?" Tanya Pak Toto.

"Udah" jawab Al.

"Alhamdulillah pak kalo gitu, biar nanti saya akan support apa aja yang beliau butuhkan" ujar Pak Toto sambil tersenyum.

"Menurut pak Toto, untuk growing bisnis di area Sulawesi apa yang harus kita lakukan?"

"Wah... kebetulan dulu saya pernah bekerja di FMCG juga pak... justru di bisnis hotel saya baru 2 tahun belakangan ini menguasainya... jadi menurut saya, untuk wilayah Sulawesi saat ini sedang di dominasi oleh bisnis FMCG khususnya di bidang Home Care... dan beberapa produk RTD (Ready To Drink), dan juga mungkin di bisnis kuliner" ujar Pak Toto.

"Ok bisa kasih gambaran sedikit, seperti apa yang bapak maksud?" Al mulai bertanya sambil menyiapkan buku agenda kecilnya yang selalu dibawanya disaku celananya tiap saat.

"Pertumbuhan ekonomi sudah jelas makin meningkat di wilayah sulawesi, dan juga masyarakat saat ini khususnya sulawesi lebih mementingkan harga dibanding kualitas"

"Hemm... jawaban bapak masih belum menjawab pertanyaanku" ujar Al sambil tersenyum membuat suasana supaya tidak kaku.

"Jadi gini, produk home care yang saya maksud itu adalah produk-produk rumah tangga... nah saya sangat optimis produk baru 3MP akan menguasai pasaran indonesia timur"

"Hemm... kenapa bapak sangat yakin?"

"Karena dinilai dari sisi price pak, terakhir istri saya membeli produk tersebut walaupun masih sedikit avaibilitynya dimarket... ternyata harganya sangat jauh dibawah produk kompetitor... tetapi kualitasnya hampir sama dengan kompetitor"

"Kalau bapak diposisi bisnis distribusinya, apa yang akan bapak lakukan untuk meningkatkan salesnya?" Al memposisikan dirinya agak santai sambil menyandar di kursi.

"Saya akan lakukan TP(Trade Promotion) pak, karena biar bagaimana yang memegang kendali peningkatan omset kita itu ada di tangan grosir maupun wholesalers"

"Contohnya?"

"Saya akan mengajukan kontrak grosir memakai koin emas, bukan kontrak volume diskon... karena emas adalah salah satu investasi yang sangat bagus... dan juga pihak grosir akan senang apabila diberikan sebuah hadiah atas kerjanya selama ini... maka mereka akan bergairah menjual produk kita semakin banyak dibandingkan menjual produk kompetitor... karena menurut saya, iklan produk yang paling bagus itu adalah iklan yang keluar dari mulut si grosir... konsumen akan mendapatkan informasi lebih detailnya dari para grosir dibanding kita buat iklan Vtv ataupun iklan media cetak... cuma berapa persen doang efektifnya untuk menunjang peningkatan sales dimasa akan datang"

"Menarik, mungkin akan saya fikirkan bareng team marketing"

"Tambahan lagi pak, mungkin adakan team spreading di area pinggiran... karena saya sangat yakin jika kita memakai pola obat nyamuk bakar... menyisir area pinggiran maka sales produk kita lebih mudah diterima di market dibanding di daerah perkotaan"

"Apakah bapak udah persiapkan counter attack dari para kompetitor?" Tanya Al sambil mencatat beberapa poin yang disebutkan oleh pak Toto barusan.

"Pastinya pak, kompetitor pasti akan melakukan perlawanan balik terhadap kita... tapi, selama ini pengalaman saya di FMCG... kompetitor akan melakukan down price gila-gilaaan dimarket... tetapi tetap tidak mampu menyaingi price kita saat ini... karena kenapa? Karena price kita masih selisih 35% dari harga kompetitor.... dan imposible apabila kompetitor menyamakan harganya dengan harga kita"

"Lebih tepatnya 40% pak" ujar Al.

"Yah lebih kurangnya begitulah pak... hehehe"

"Oke, pertanyaan aku yang kedua... bagaimana cara menentukan target per area buat produk kita?"

"Kalau saya, berapa jumlah rumah di area tersebut... maka itulah sasaran target kita... tidak muluk-muluklah, 5% saja kita bisa merebut market share kompetitor itu sudah sangat lumayan"

"Adakah gambaran jumlah valuenya?"

"Berapa yang pihak manajemen inginkan, itulah yang akan saya kejar... tapi tanpa menelan mentah-mentah target yang diberikan oleh manajemen... karena harus melihat kondisi dan aktivity kompetitor kedepannya nanti... jadi intinya, kalau bapak bisa mendapatkan data avarage sales kompetitor... maka kita akan bisa menentukan target yang akan kita capai"

"Kalau aku bilang target yang manajemen inginkan untuk 3 bulan terakhir sebesar 3 Milyar... menurut bapak bagaimana?"

"Hemm... saya optimis bisa mengejarnya dalam waktu 3 bulan"

"Bisa coba gambarkan salesnya datang dari mana?" Al mulai mengasah kemampuan pak Toto tentang dunia Distribusi.

"Berapa harga perkartonnya pak?"

"127 ribu perkarton, isi 24 Pcs"

"Berapa jumlah langganan yang teregister di data base?"

"Sekitaran 40 ribuan toko"

"Saya hanya butuh 25% saja kita bisa masukin ke toko-toko tersebut... masing-masing toko kita coba system konsinyasi menitip jualkan 2 karton perbulannya... dengan memberikan sebuah gimmick CP (Consumers Promo), supaya membuat konsumen menjadi tertarik untuk membeli produk kita... dan tentu saja dibantu oleh pihak toko untuk memperkenalkan produk kita ke mereka... yah dengan cara yang tadi saya bilang pak... target volume"

"Oke saya lock statement kamu saat ini... dan apakah bapak sudah mempunyai kandidat untuk menggantikan posisi bapak di hotel?"

"Maksud bapak?" Tanya Pak Toto sedikit terkejut atas ucapan Al.

"Untuk posisi RBD east Indonesia itu akan aku berikan ke bapak"

"Alhamdulillah pak... insya allah akan saya buktikan kepada manajemen karena sudah yakin dan percaya kepada saya untuk memegang amanah tersebut"

"Jadi apakah bapak sudah punya kandidat untuk mengisi posisi bapak di hotel?"

"Reza pak... Marketing Manager kita"

"Atas dasar apa bapak memilih dia?" Tanya Al sambil meminum soft drink dihadapannya yang sebelumnya disiapkan oleh pak Toto.

"Karena biar bagaimana dia paling mengerti akan bisnis hotel saat ini, dan hanya dia yang mampu memegang kendali di Hotel ini"

"Attitudenya gimana?"

"Saya bisa pastikan attitudenya lumayan baik pak selama ini bekerja dengan saya"

"Oke... semua keputusan ada di tangan pak Toto... nanti lebih detailnya biar ibu Citra yang akan menjelaskan kebapak mengenai semuanya"

"Siap laksanakan pak... dan sekali lagi terima kasih atas kepercayaan manajemen terhadap saya pak"

"Ur Welcome... ini juga karena hasil kerja keras bapak selama ini... dan juga tentu saja atas masukan dari pak Ferdi selaku pemilik Hotel sebelumnya"

"Oh iya waktunya makan siang pak... bapak mau makan dimana? Biar bareng saya saja makannya"

"Hemm... apa aja deh" ujar Al yang sudah membuka Hpnya dan melihat beberapa pesan masuk maupun telfon masuk karena tadi sempat dia silent HPnya.

○●○​

Mall Panakukang yang terletak di jalan Boulevard berhubungan dengan jalan Adiyaksa maupun jalan pengayoman tampak ramai pengunjung. Baik dari anak muda yang hanya sekedar nongkrong maupun orang dewasa yang menghabiskan duitnya untuk berbelanja keperluan mereka.

Sore ini Al janjian dengan Rahma di Mall Panakukang, saat setelah memarkirkan mobilnya di parkiran mall maka segera Al mengkonfirmasi ke Rahma bahwa posisinya sudah di TKP.

Excelso Cafe menjadi pilihan Al saat ini untuk janjian bersama Rahma, maka saat dia tiba di meja bagian dalam maka seorang waiters menghampirinya untuk menawarkan pesanan yang di inginkannya.

Selang beberapa menit akhirnya orang yang di tunggupun tiba juga, dengan penampilan santai dan tak lupa jilbab berwarna hitam menambah kecantikan gadis itu, membuat Al hanya tersenyum menatap dari kejauhan.

"Hai Zy... sorry aku telat" ujar Rahma saat beberapa menit kemudian gadis itu tiba di TKP yaitu Exelso cafe yang berada di lantai 1 depan pintu masuk Mall.

"Aku juga baru tiba kok" ujar Al sambil mempersilahkan Rahma untuk duduk dan memesan minumannya sendiri.

Secangkir hot chocolate baru saja disajikan oleh waitersnya dihadapan si Rahma, lalu Al melirik ke waiter itu dan mengucapkan 'terima kasih'. Walau telah bertahun tidak melihat gadis dihadapannya akan tetapi wajah itu tidak bakal bisa Al lupakan. Wajah yang dulu pernah menolak cintanya di masa putih abu-abu.

"Dari tempat kerja atau sempat pulang kerumah dulu?" Tanya Al memulai pembicaraan.

"Aku pulang dulu kerumah keles... biasa cewek Zy, harus dandan dan lain-lain dulu" jawab Rahma sambil menyeruput minumannya sambil tersenyum ke arah Al.

"Dari rumah tadi jam berapa?"

"Jam 4... dan pertanyaanmu basi amat sih Zy, yang berbobot kek. Hehehehe" ujar Rahma sambik geleng-gelengkan kepalanya.

"Maaf atas kejadian itu malam" ujar Al yang rada malu mengingat kejadian didalam mobilnya dua hari yang lalu.

"Gak apa-apa Zy, kan aku juga butuh... dan juga aku udah mengungkapkan perasaanku sama kamu"

"Eh, kenapa jadi ngomong kaya gitu yah... Sorry, aku cuma mau bilang kalo aku benar-benar mau ketemu dengan kamu" ujar Al masih sedikit kaku membuat Rahma tersipu dan segera pindah tempat. Lebih tepatnya disamping Al duduk berdua di sofa berwarna coklat dengan cahaya sedikit remang membuat suasana makin mendukung.

"Iya, aku tau"

"Kenapa kamu pindah tempat?” tanya Al saat Rahma sudah menyandarkan kepalanya di pundak Al.

"Emang gak boleh aku menyandar dibahu kamu?" Ujar Rahma sambil mendongakkan wajahnya menatap wajah Al.

Kembali suasana saling diam. Al hanya memandang meja-meja di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa dijadikan bahan pembicaraan, sayangnya tidak banyak tamu saat ini.

"Kok diam Zy?" Tanya Rahma kembali.

"Bingung mau ngomong apa" ujar Al sambil meminum kembali minumannya, sebetulnya lebih tepatnya mencairkan dahaganya dari sebuah kebingungan.

"Hahahahaha... udah, gak usah bingung... kan aku udah ada sekarang" ujar Rahma sambil melingkarkan lengannya diperut Al.

"Ini kita ngapain yah ma?"

"Pacaran Zy," ujar Rahma singkat.

Suasana mereka berdua saat ini memang yang selama ini dinantikan oleh Al, berdua dengan wanita yang dicintainya membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Kadang Al hanya sesekali menarik nafas panjang memikirkan semua yang selama ini dilewatinya. Ada perasaan dalam hati ingin mengungkapkan jati dirinya saat ini, akan tetapi logikanya mengalahkan segalanya. Karena prinsip Al saat ini yaitu mencari pasangannya dikemudian hari adalah seorang wanita yang menerimanya apa adanya. Bukan karena melihat apa yang ada pada dirinya sekarang.

"Oh iya tadi ngapain kamu ketemu dengan pak Toto?" Tanya Rahma yang sudah mulai mengangkat kepalanya dari bahu Al, dan meminum minumannya kembali.

"Ada penerimaan marketing Ma, kali aja bisa lulus dan bekerja dengan kalian"

"Ohhh berarti nanti kamu jadi bawahannya mas Reza donk" ujar Rahma sambil meletakkan kembali gelas minumannya dimeja.

"Hehe... cowok kamukan"

"Kamu marah yah?" Tanya Rahma menyesal telah menyinggung nama Reza di antara mereka.

"Ngapain juga aku marah Ma, kan aku bukan siapa-siapa kamu" ujar Al.

"Tapi kamu calon suami aku Zy, diakan hanya pilihan orang tuaku saja... andai kamu bisa membuktikan ke papa aku bahwa kamu bisa jadi lebih baik dari mas Reza... insya allah kan kita bisa menikah dikemudian hari"

"Hufhhh... gak tau juga Ma, apakah masa depanku bisa lebih baik dari si Reza atau malah jauh lebih buruk" Al sepertinya belum mau membuka jati dirinya saat ini, TSnya pun bingung kok dia main rahasia-rahasiaan sih. Kan sekali ngomong, dia bakalan bisa dengan gampang mendapatkan wanita impiannya selama ini.

"Stttttttt... Rahma yakin kamu bisa Zy," ujar Rahma sambil meletakkan telunjuk kanannya dibibir Al.

"Maybe," ujar Al membalasnya dengan singkat.

Tidak ada lagi wajah kaku yang beberapa menit yang lalu terlihat. Sekarang mereka tertawa ceria, senyum dan tawa membuat Rahma terlihat lebih cantik, dalam hati Al bahkan baru menyadarinya kalau gadis itu terlihat lebih cantik dari yang selama ini ada diingatannya. Atau mungkin selama sepuluh tahun ini Al membayangkan dia seperti wanita penyihir yang telah melukai hatinya. Entahlah, karena dalam hatinya saat ini adalah menikmati saja masa-masa berdua dengan gadis itu.

"Anyway, terusin lagi donk cerita tentang pacar kamu si Reza" ujar Al.

"Mau cerita apa lagi?" Tanya Rahma heran.

"Ya, apa aja. Kalian jadiannya kapan... atau apalah" jawab Al sambil tersenyum dan menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Aku ketemu dia di sini Al, kita ketemu secara gak sengaja... lalu berlanjutlah keseringan ketemu, sering ngobrol, sering jalan terus… yah, enak aja kalau bareng dia..* ya udah, kebetulan dia juga saat bertamu ke rumah, papa dan mama aku langsung srek ma dia... udah deh gitu aja" jawab Rahma membuat Al jadi dongkol kembali.

"Koq, gak diajak kesini" tanya Al.

"Ntar ada yang cemburu lagi... hehehe, gak kok, sekarang dia lagi sibuk karena banyak kerjaan kali" jawab Rahma sambil tersenyum menatap wajah Al yang rada dongkol.

"Aku doain kalian baik-baik aja, dan kedepannya bisa nikah. Amin…amin…" ujar Al sambil mengangkat kedua tangannya dengan gaya berdoa lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aku maunya ma kamu Zy"

"Amiiiiiiinnnnnnn" ujar Al sambil tertawa kecil membuat suasana cair kembali.

Tidak terasa mereka sudah lama duduk dicafe, meja-meja disebelah mereka juga sudah mulai terisi. "

"Kita jalan keluar, yuk." Ujar Rahma dan Al hanya menggangguk mengiyakan permintaan Rahma. Setelah membayar dikasir akhirnya mereka memutuskan berjalan-jalan sambil melihat-lihat di Mall. Tak lupa Rahma dengan manja menggandeng lengan Al seperti halnya pasangan suami istri.

Mereka berhenti di depan toko baju bermerk internasional.

"Masuk yuk, temenin aku nyari baju" ujar Rahma.

"No problem, yuk" jawab Al lalu merekapun masuk kedalam toko tersebut.

Selagi Rahma sibuk memilih-milih baju yang tergantung, Al sama sekali gak tau mau ngapain. Dia hanya bisa memperhatikan gadis itu.

"Yang jaga toko pasti ngirain kita suami istri yah Zy" ujar Rahma berbisik. Al gak menjawab hanya mengangkat kedua bahunya.

"Aku tunggu di luar ya" ujar Al karena makin lama dia jadi serba salah, ini pertama kalinya dia masuk ke toko pakaian berdua dengan wanita. Sementara Rahma kelihatan masih serius memilih baju, maka Al melangkah keluar. Baru beberapa langkah tiba-tiba Rahma teriak.

"Papa tunggu di kasir ya," suara Rahma lumayan keras, atau memang disengaja, cukup untuk membuat beberapa pasang mata melirik ke arah mereka berdua. Membuat Al cuma bisa tersenyum meringis.

"Udah selesai belanjanya, Ma?" Ujar Al saat melihat Rahma keluar setelah beberapa menit di dalam toko. Al mengulurkan tangannya untuk membawa tas kertas berisi baju.

"Sorry ya, ngerepotin kamu"

"No Problem... hehehe" jawab Al.

“Kamu tau kalau nanti kita punya anak, aku mau anak cewek. Trus baju-bajunya aku pengen kayak gitu" ujar Rahma manja sambil menggandeng lengan Al lalu menunjuk beberapa pakaian anak kecil yang terdispay didepan kaca disalah satu toko pakaian baby yang baru saja mereka lewati.

Akhirnya mereka berdua berjalan ke lantai dasar, air mancur yang ada di depan mall sudah terlihat. Rasanya Al belum mau keluar. Karena dalam benaknya saat ini jika keluar berarti, mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa. Kata hatinya masih belum mau mengakhiri sore ini.

"Kamu mau pulang jam berapa?" Tanya Rahma membuat Al sedikit tersadar dari lamunannya. Kata ‘pulang’ sebenaranya tidak ingin dan terasa berat didengar ditelinga Al. Dia melirik ke jam tangannya. Sepertinya Al masih ingin menjalani sore ini lebih lama.

"Kamu naik apa tadi kesini, Ma?" Tanya Al.

"Taksi... hehehe" jawab Rahma saat mereka tiba di depan pintu Mall.

"Gimana kalau kita jalan-jalan lagi? Karena kebetulan aku masih bawa mobil yang kemarin" ujar Al menawarkan ke Rahma, karena cuma Ide tersebut yang Al bisa ucapkan untuk menahan gadis itu untuk tetap bersama dengannya. Dan terlintas begitu saja dalam kepalanya.

"Ya udah yuk" jawab Rahma dan akhirnya mereka melangkah menuju parkiran tempat mobil Al teroarkir tadi. "Bentar yah, kamu jangan bersuara aku mau telfon mas Reza dulu yah" lanjutnya saat mereka sudah berada didalam mobil.

Saat Rahma sibuk menelfon Reza bahwa dia pulangnya agak telat, Al hanya bisa kembali memandang gadis itu dari samping, entah kenapa Al begitu menikmati setiap momen memandang dia. Tanpa harus mengucapkan satu kata, cukup hanya dengan memandang dia saja.

"Hei, jangan melamun... yuk jalan" ujar Rahma memecahkan lamunan Al setelah menutup telfonnya tadi.

"Hemmm, ya udah yuk jalan"


○●○​


Tak terasa waktu sudah lumayan menunjukkan jam 10 lewat. Lalu Al menutuskan untuk mengantar gadis itu pulang. Saat mereka tiba didepan rumah Rahma, tiba-tiba papa Rahma melihat Rahma turun dari mobil Al. Lalu kemudian mendekat ke arah mereka.

"Rahma, dari mana aja? Mana Reza?" Tanya papanya mengagetkan Rahma.

"Eh papa, Mas Reza lagi sibuk pa... banyak kerjaan katanya" jawab Rahma.

"Siapa dia?" Tanya Papanya saat Al turun dari mobilnya lalu mendekat ke arah Papanya Rahma.

"Kenalkan pah, dia teman Rahma... namanya Izzy" ujar Rahma memperkenalkan Al ke papanya.

"Alfrizzy om" ujar Al memperkenalkan dirinya.

"Papanya Rahma, kenapa gak masuk nak?" Ujar Papanya sok ramah karena melihat sebuah mobil sedan yang dikendarai si Al saat ini. Mungkin dibilang papanya Rahma itu seorang yang materialistis.

"Iya pak gak usah, mungkin lain kali aja" ujar Al mencoba menolak tawaran papanya Rahma.

"Ya udah... kalo gitu om masuk dulu" ujar Papanya lalu meninggalkan mereka berdua di depan rumah.

"Hemmm... Ma, aku pulang yah" ujar Al mencoba pamit ke Rahma.

"Ya udah... hati-hati yah sayang, kalo udah nyampe rumah sms" jawab Rahma sambil tersenyum.

"Oke deh... ya udah aku pamit yah"

"Gak cium dulu?"

"Hehehe... ya udah sini... muachhhhh" ujar Al yang langsung mengecup kening gadis itu.

"Ya udah ti ati yah," ujar Rahma lalu Al pamit dan meninggalkan Rahma yang masih berdiri melihat mobil Al sampai keluar dari gapura perumahannya.

Rahma melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, dan sang papa sudah menunggunya diruang tamu saat ini.

"Siapa dia?" Tanya papanya saat Rahma sudah masuk kedalam rumah.

"Teman Rahma pah" jawab Rahma menunduk.

"Apa kerjaannya? Bibit, bobot, bebetnya bagaimana?" Tanya Papanya.

"Saat ini anu pa... dia itu kerja bareng Rahma dihotel" jawab Rahma berbohong.

"Bosnya Reza dong? Atau?"

"Anu pah... itu dia itu... eh" jawab Rahma terbata-bata kaku bingung mau menjawab apaan ke papahnya.

"Kenapa kamu gak menjawab pertanyaan papa?"

"Pokoknya dia itu satu level dengan Reza pah" jawab Rahna berbohong lagi.

"Ya udah syukur deh kalo gitu, kelihatan sih dari penampilannya kalo dia itu berasal dari keluarga terhormat" ujar Papanya yang sudah tersenyum kembali.

"Iya pah, ya udah Rahma naik dulu ke kamar yah pah... mau bersih-bersih dulu"

"Oke sipp" jawab Papanya lalu Rahma melangkah naik ke kamarnya dengan berbagai perasaan yang tak menentu saat ini.


○●○​


Ke-esokan harinya kembali Rahma dan Al sedang jalan berduaan menuju sebuah rumah makan didaerah pantai losari. Saat mereka baru saja turun dan lengan Al sedang menggandeng lengan Rahma, tiba-tiba sepasang mata melihatnya dari arah kejahuan. Lalu pemilik mata tersebut mendekati mereka berdua yang baru saja akan masuk kedalam rumah makan tersebut.

"Rahma," Ujar orang tadi membuat Rahma terkejut lalu melepaskan lengannya dilengan Al.

"Eh Mas Reza... ngapain mas disini?" Tanya Rahma yang sudah ketangkap basah oleh Reza sedang berselingkuh dibelakangnya.

"Kamu memang perempuan tak tau di untung... ternyata selama ini kamu berselingkuh dibelakanhku yah... dan kau juga, sudah tau Rahma punya cowok kenapa masih didekatin?huh!" Ujar orang itu yang ternyata si Reza pacar Rahma.

"Bukan salah Rahma, ini salahku" ujar Al masih dengan gayanya yang cool.

"Halaaahhhh... kalian berdua memang sama" ujar Reza yang sudah terbakar api cemburunya saat ini.

"Mas... ini salah sangka, biar Rahma jelaskan nanti"

"Apa lagi yang mau dijelaskan? Nanti biar aku yang bilang ke papah kamu bahwa kamu ternyata selingkuh dibelakangku" ujar Reza.

"Pak Reza, biar aku jelasin kalo..." ujar Al terputus.

"Udah... anda tidak sepantasnya ngomong denganku... dan jangan pernah dekatin lagi tunanganku... Rahma sini, kamu ikut denganku sekarang" ujar Reza memutus ucapan Al lalu menarik lengan Rahma.

"Jangan kasar dengan wanita bos... biasa aja kalo bertingkah" ujar Al dingin.

"So what?huh! Anda mau cari masalah denganku?" Ujar Reza yang melangkah maju ke Al.

"Udah... udah... ngapain kalian, Zy... plis tinggalkan kami berdua.. dan mas Reza ayo kita pulang" ujar Rahma menengahi. Karena melihat kondisi Reza akan memukul Al saat ini.

"Mas Reza pliss... saat ini mas lagi terbakar cemburu sampai tidak berpikir jernih? Dan Zy tolong pergi dari sini" lanjutnya memeluk tubuh Reza dan menyuruh pergi Al. Mau gak mau akhirnya Al melangkah menjauh dan segera naik ke dalam mobilnya untuk meninggalkan tempat tersebut.

Saat tiba dirumah segera Reza menyuruh Rahma masuk kedalam rumah dan kebetulan papa dan mama Rahma sedang duduk diruang tamu.

"Duduk" ujar Reza menyuruh duduk Rahma.

"Ada apa ini? Kalian kenapa tiba-tiba datang sudah berantem?" Ujar papanya yang kaget melihat tingkah keduanya.

"Rahma selingkuh om" ujar Reza yang masih emosi.

"Hemm... si Alfrizzy yah?" Tanya papanya.

"I... iya pah... tapi dia hanya teman Rahma kok... gak lebih" jawab Rahma menunduk.

"Dia bohong om... aku memergokin mereka sedang bermesraan" ujar Reza.

"Ok... begini nak Reza, om hanya bisa menerima keputusan Rahma... siapa pria yang akan dia pilih... baik si Alfrizzy ataupun kamu" jawab Papanya menengahi mereka.

"Iya om... tapi aku gak terima kalo dia bersekingkuh sama orang yang levelnya jauh dibawahku" ujar Reza membela diri.

"Maksud kamu?" Tanya papanya lagi.

"Jangan dengarkan mas Reza pah... udah mas... plisss mending kamu pulang aja sekarang" ujar Rahma yang sudah meneteskan air matanya di depan mereka.

"Kamu diam Rahma... biar papa mendengarkan penjelasan nak Reza sekarang" ujar Papanya dengan mimik muka yang marah.

"Iya om... dia itu berasal dari keluarga biasa aja... dan juga asal usul kerjaannya juga gak tetap... karena itu aku gak terima kalo dia menjadi sainganku saat ini" ujar Reza.

"Kata Rahma, dia kerja di tempat kalian?" Sekarang mamahnya yang angkat bicara.

"Dia bohong tante... mana ada model kayak gitu kerja ditempat kami, dan sebelum dia melamar ditempat kami... aku duluan yang akan menolaknya" jawab Reza yang masih dengan keadaan emosi membuat Rahma menggelengkan kepalanya tak terima Al dihina didepan kedua orang tuanya.

"Rahmaaaa.... kenapa kamu membohongi papa?" Ujar Papanya yang juga terpancing emosinya.

"Iya pah... tapi kan sekarang Izzy lagi berusaha untuk mencari kerjaan... dan Rahma yakin dia akan mendapatkan pekerjaan yang jauh diatas mas Reza" jawab Rahma sambil menangis.

"Stop kamu berhubungan dengan dia... laki-laki yang gak punya masa depan... gak pantas mendapatkan anak saya" ujar papanya.

"Tapi Rahma mencintai Izzy pah... hikz... hikz... hikz"

"Nak Reza... maafkan Rahma yah, dan om akan janji kejadian ini gak akan terulang lagi" ujar papanya.

"Paaahhhh... hikz... hikz..." rahma memohon ke papahnya, akan tetapi papahnya tidak menggubrisnya.

"Nak Reza... kapan kamu mau melamar Rahma?" Tanya papahnya.

"Secepatnya om, oh iya sekedar informasi aja... tadi siang Reza baru saja mendapatkan informasi dari pak Toto bahwa Reza sebentar lagi akan dipromosikan naik jabatan menjadi General Manager loh om menggantikan pak Toto, karena beliau dipromosikan juga naik jadi direktur... nah kalo Reza udah jadi GM, Reza akan langsung melamar Rahma om" jawab Reza sedikit membusungkan dadanya, bangga akan jabatannya saat ini.

"Alhamdulillah yah nak Reza... om bangga dengan kamu" ujar Papahnya.

"Lihat itu Rahma... masa kamu gak mau punya suami seorang General Manager?" Ujar Mamanya yang sudah memeluk Rahma dan mencoba menasehati anaknya.

"Tapi Rahma cintanya sama Izzy mah"

"Udah lah nak... kenapa juga kamu pertahankan orang kayak dia yang gak punya masa depan... lihat nak Reza, dia sudah mapan dan sebentar lagi jabatannya akan naik... apa kamu gak bangga?" Nasehat mamanya tetap tak bisa membuat Rahma berpaling dari Izzy.

"Tapi mah..."

"Udah, gak ada tapi-tapian... papa setuju nak Reza menjadi suami kamu. Titik" bentak papanya membuat Rahma terdiam dan mau gak mau dia harus menurutin perkataan papahnya saat ini.

"Ya udah kalo gitu Om, Reza balik dulu yah... karena masih ada kerjaan yang harus Reza selesaiin sekarang" ujar Reza berpamitan kepada mereka.

"Iya nak, maafin anak om yah"

"Iya Om... Reza sayang banget sama Rahma om... makanya Reza berbuat kayak gini" jawab Reza yang memang dia beneran cinta dengan gadis itu.

"Ya udah, Reza pamit yah om... tante... Rahma" ujar Reza dan di iyakan oleh papa dan mamahnya Rahma.

"Ma... mas Reza minta maaf yah udah kasar ma kamu tadi" ujar Reza ke Rahma.

"Iya Mas gak apa-apa"

"Ya udah Asslamualaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab mereka bertiga bersamaan.



Malam harinya sebuah Motor Ninja 600cc berwarna hijau sedang membelah jalan menuju perumahan Minasa Upa, berpakaian santai hanya menggunakan Tshirt dengan jaket kulit berwarna coklat. Dan juga jeans biru menemani Al malam ini menuju rumah Rahma. Al ingin sekali membuka jati dirinya saat ini dihadapan kedua orang tua Rahma. Dan semoga saja kedua orang tuanya bisa menerima Al karena sebetulnya dialah owner dari tempat anaknya bekerja saat ini.

Brummmm... bruummmm...

Banyak mata melihat motor Al saat melaju dijalan raya Alauddin, apalagi saat dilampu merah. Banyak yang mengagumi kuda besi tunggangan pria tersebut.

Saat tiba didepan rumah Rahma, Al segera memarkirkan motornya lalu turun menuju pintu rumah gadis itu yang kebetulan pagarnya tidak tertutup.

Tok... tok... tok...

"Assalamualaikum" ujar Al saat mengetuk pintu rumah Rahma.

"Wa'alaikum salam... siapaaa?" Suara Rahma teriak dari dalam membalas salam Al dari depan pintu.

"Eh Rahma" ujar Al saat Rahma membukakan pintu rumahnya.

"Izzy... ngapain kamu kesini?" Tanya Rahma terkejut melihat Al sudah berada didepan pintu rumahnya.

"Siapa Ma?" Tanya Papanya yang keluar melihat siapa yang datang.

"Ini pah... si Izzy" jawab Rahma ketakutan.

"Malam Om" sapa Al sambil tersenyum.

"Ohhh kamu toh, mau ngapain kamu kesini?" Tanya papahnya dengan pandangan yang berbeda sebelumnya waktu pertama kali bertemu dengan Al.

"Ini om... mau bertamu aja" jawab Al masih dengan gayanya yang cool.

"Naik apa kamu kesini?" Tanya papanya melihat ke arah pekarangan rumahnya dan mendapati motor Al terparkir di depan rumahnya.

"Itu om, naik motor... hehehe" ujar Al mencoba tersenyum.

"Motor siapa yang kamu pinjam?" Tanya papahnya dengan senyum sinisnya seakan memandang remeh si Al.

Dammm!

Al sangat tersinggung dengan ucapan papahnya Rahma, akan tetapi dia masih bisa menahan diri. Karena sebentar lagi dia akan membuka jati dirinya bahwa siapa dirinya sebetulnya.

"Pah... plis jangan gitu dong" ujar Rahma memotong ucapan papahnya.

"Kamu diam" bentak papahnya.

"Itu motor aku om" jawab Al mencoba menahan emosinya saat ini.

"Hemmm... mahal loh tuh motor" ujar Papahnya masih dengan senyuman sininya.

"Hehehe... bisa aja sih Om"

"Kok kamu tertawa?" Ujar papahnya yang mencoba mendekat ke arah Al. Membuat Rahma sedikit gemetar dan was-was jikalau sesuatu yang akan terjadi nanti.

"Gak kok om, ini motor beli dari teman beberapa minggu yang lalu" jawab Al saat papahnya Rahma menepuk-nepuk pundaknya.

"Ohhhh... beli atau nyolong?" Ujar papahnya membuat Al mengepalkan kedua tangannya.

"Maksud om apaan?" Tanya Al menatap tajam wajah papahnya si Rahma.

"Iya maksud saya, kamu dapat duit darimana bisa beli motor kayak gitu?huh!" Ujar Papahnya makin menghina Al.

"Kalo om hanya ingin menghinaku, mending aku pamit saja om" ujar Al yang sebetulnya ingin sekali rasanya membuka jati dirinya saat ini. Tapi entah mengapa mulutnya seakan terkunci untuk berterus terang tentang siapa dirinya.

"Lebih baik... dan ingat, jangan lagi kamu dekatin anak saya... ingat... kalian itu tidak cocok, karena anak saya itu cocoknya dengan laki-laki yang mempunyai masa depan yang cerah. Camkan itu baik-baik" ujar Papahnya.

"Zy... plis mending kamu pulang aja sekarang" ujar Rahma.

"Makasih Om sudah menghinaku, semoga dikemudian hari om tidak menyesal karena sudah menghina dan mengusirku sekarang" ujar Al menatap tajam papah si Rahma. Bodoh sekali dirinya saat ini, yah itulah yang ada dibenaknya sekarang. Karena jika dia membuka jati dirinya pasti papahnya Rahma akan dengan senang hati menerimanya menjadi pendamping anaknya.

"Yah... ngapain saya menyesal?"

"Oke om, Rahma... aku pamit yah... Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" jawab Papahnya dan segera Al meninggalkan rumah gadis itu dan mengutuk keras kebodohannya saat ini.

Apakah Al menyesal tidak membuka jati dirinya saat ini? Belum tentu juga. Karena yang ada dibenaknya saat ini yaitu cuma satu. Akan membalaskan perlakuan papahnya Rahma dikemudian hari.

"Va... kamu dimana sekarang?" batin Al mengingat Reva saat diperjalanan pulang. Segera dia menepi dan menelfon si Reva untuk menemaninya malam ini menghilangkan rasa kesal dan amarahnya terhadap perlakuan keluarga Rahma.



Still Continued...

No comments:

Post a Comment