Friday 10 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 34

ALFRIZZY YUDHA PRATAMA

[​IMG]



REVALIAN DWINSYIRAH

[​IMG]



DESY (ECHI)

[​IMG]



BAB 33 &; NEW FAMILY



Jakarta...

Embun di pagi hari, menyapa sang Donjuan dengan menggunakan mobil SUV Ford New Everest berwarna Black Metalic kesayangannya menuju sebuah rumah kontrakan daerah ibu kota. Sebuah lagu Hysteria menemaninya dengan suara musik yang mengaung seisi ruangan kabin dalam mobil. Nostra, pagi ini terlihat begitu bahagia dan tersirat senyuman lepas di wajahnya. Sesekali suara pria itu terdengar kencang, mengikuti alunan syair lagu yang di nyanyikan oleh sang vocalis band Muse.

Tujuannya Cuma satu, yaitu menjemput gadisnya yang baru saja membalas BBM bahwa gadis itu sudah selesai dan siap dijemput oleh sang pangeran dari dunia perlendiran.

"Wuih... bener-bener nengnya cantik banget," sapaan Nostra ke Elsya pagi ini.

"Gombal" Elsya menjawab sambil memanyunkan bibirnya saat duduk di jok depan tepat di samping Nostra.

"Lah... kan emang cewek itu suka nya di gombal," Nostra nyengir saat Elsya mencubit pelan lengannya.

"Udah deh... aa nyetir aja, ntar telat kan bisa kena marah Elsya nya"

"Hehehe... emang siapa yang berani marahin ratu Nostra di kantor?" Tanya Nostra menoleh ke Elsya.

"Mulai deh...Profesional a, urusan pribadi jangan di ikutkan di kerjaan" Jawab Elsya membuat Nostra ngangguk-ngangguk.

"Iya...iya, makanya seperti yang aa bilang semalam... so, gak papa kan?"

"Berat sih a... tapi, mau gimana lagi... habisnya aa nya maksain sih" Jawab Elsya tersenyum.

"Ya udah, nyampe kantor nanti biar aa yang urus semuanya" Balas Nos dan di iyakan oleh Elsya.

Saat tiba di parkiran kantor pusat PT. Tiga Mandiri Perkasa, Tbk. Nos dan Elsya turun dari mobil lalu melangkah menuju lobby karyawan. Bersamaan dengan mereka, L dan Citra juga baru saja tiba di parkiran dengan menggunakan mobil masing-masing.

"Morning kang... Hei Pagi Elsya" Sapa Citra saat berpapasan dengan Nos dan Elsya.

"Pagi Ibu Citra, Pagi Mr. L" balas Elsya.

"Tumben loe Nos, terlihat beda loe sekarang ye" Ujar L.

"Beda apanya nyet... biasa aje kali" Jawab Nos nyengir.

"Hemm, iya sih Kang... rada rapi sekarang, dan apa yah... lebih bercahaya" Ujar Citra membenarkan perkataan tunangannya tadi.

"Kan udah ada yang ngurusin... iya gak neng" Jawab Nos dengan gaya khasnya yang rada tengil, membuat Elsya tersenyum malu dan tak berani menatap ke tiga direktur di hadapannya.

"wowwww... berarti loe berdua dah kumpul kebo' dong" Ledek L membuat Citra menoleh dan menatap aneh si L.

"Njirrrr loe L... belom juga halal, masa iye gue tinggal bareng ma neng Elsya sih" Jawab Nos kalem.

"Kan tadi loe bilang dah ada yang ngurusin...hahahahaha, mati loe kan, emang enak dikerjain nyet" Ujar L membalas apa yang selama ini Nos lakukan terhadapnya.

"Udah...udah... pada mau naik pa masih pengen nongkrong disini?" Tanya Citra yang sudah menekan tombol lift.

"Yuk ah... keknya Nos masih pengen berduaan sayang..." Balas L.

"ya udah gue juga pengen naik... neng, aa naik dulu yah" Ujar Nos sesaat lalu menoleh ke Elsya.

"iya Pak..." Jawab Elsya melempar sebuah senyuman hangat, terlihat sebuah senyuman tulus nan bahagia di wajah Elsya pagi ini.

Ketiga direktur 3MP meninggalkan Elsya naik ke lift menuju ke ruangan masing-masing.

"Cit, udah di update ma si bos gak?" tanya Nos saat ke tiganya masih berada di dalam lift.

"Tentang Elsya?" tanya Citra menoleh.

"Iye... Hehehe, gak enak aje Cit... Jadi sorotan ntar dikantor" jawab Nos mengingat rencananya sebelumnya untuk menyuruh Elsya untuk resign dari perusahaan.

"Bilang aje kalo loe takut ketahuan kelakuan loe selama ini kan dodol?" L berbicara yang langsung ngeledekin si Nostra.

"Njir loe nyet... Kagak lah, masa iya loe orang tega ratu Nostra ajie pras..." ujar Nos terputus.

"Iya akang prasetyo... Yang sombong dan baik hati... Hahahahaha" balas L membuat Nos ikut tertawa bersama Citra.

"L, udah ah becandanya... Masih pagi-pagi dah ledekin kang Nos" ujar Citra menegur si Mr.L membuat pria yang menyayanginya selama ini hanya tertawa kecut.

"Bruakakakka... Mati loe kan" balas Nos.

"Ya udah Kang, atur aja gimana baiknya... Oh iya sekalian surat resign-nya kasih ke Liana aja" ujar Citra.

"Loe emang baik dah Cit" ujar Nos mencolek dagu Citra.

Plakkkkk! "Woi nyet... Sopan loe yeh... Laki-nya ada disini, loe maen nyolek-nyolek aje... Gue kepret loe" ujar L menabok kepala Nos yang kesal karena kelakuan Nos barusan.

"Hahahahaha, Citra aje yang gue colek kagak marah... Napa loe yang ngamuk..."

"Sekarep loe dah dodol..." ujar L.

Ting...tong! Tak lama pintu lift terbuka lalu Citra pamit karena lift berhenti duluan di lantai ruangannya, lalu L dan Nos melanjutkan dengan menekan tombol angka lantai 6 dan 7 menuju ruangan masing-masing.


~•○●○•~​

Ditempat berbeda...

"Al, kenapa 3 hari ini kamu gak ada kabar yah? gumamnya.

Seorang gadis memangku wajahnya menggunakan kedua tangannya dan menekuk kedua kakinya ke atas sofa depan LCD TV di dalam sebuah apartemen yang terletak di daerah Panakukang Makassar. Reva, hari ini adalah jadwal off dari tempatnya bekerja.

Sejenak ia merindukan sosok Al, sosok seorang pria yang selama ini sudah mengusik hatinya. Bahkan bisa dikatakan, dialah yang sudah mengukir indah nama lengkapnya di dalam jantung dan hati Reva selama ini.

Seorang pria, yang ia akuin begitu tampan, mandiri dan pesonanya mampu membuatnya merasakan sebuah kehangatan jika berada di sisi pria tersebut. Namun, beberapa hari ini sepertinya bayangan-bayangan tentang masa depan gadis itu seakan mulai meredup. Tak seperti biasanya yang hampir tiap hari ia mendapatkan kabar walau hanya sebuah sapaan lewat BBM.

Rindu ini, tak bisa ia lepaskan dari jiwanya. Ingin sekali ia mendengar suara Al walau hanya sapaan biasa seperti bertanya kabar, kerjaan ataupun hal yang sepeleh namun bisa membuatnya tersenyum.

"Sepertinya aku yang harus cari tau, siapa kamu sebenarnya."

Keingintahuan tentang asal-usul Al makin besar yang dirasakan oleh Reva, lalu sejenak ia berfikir apa yang harus ia lakukan.

"Aku pasti bisa menemukannya" gumamnya, lalu melangkah masuk kedalam kamar.

Sebuah lemari yang terletak di pinggir kanan samping pintu kamar, menjadi sasaran utamanya untuk memulai aksinya kali ini.

Srekkkk....Cekklekkkkk...! Reva mulai membongkar isi lemari perlahan-lahan berharap menemukan sesuatu yang bisa membantunya untuk mengetahui siapa pria itu dan asal usulnya dari mana.

Gadis itu memeriksa satu persatu baju, celana maupun apapun yang berada di dalam lemari. Lalu membuka laci namun tak ada titik apapun yang ia dapatkan di dalam lemari.

Reva merapikan kembali berkas-berkas dan juga pakaian-pakaian yang sebelumnya terbongkar sambil melirik jam dinding. Ia pun akhirnya melakukan apa yang tadi ia lakukan di lemari. Meja TV dalam kamar, apapun itu yang berada di dalam kamar menjadi sasarannya mencari-cari sesuatu yang bisa membantunya.

Namun nihil, di dalam kamar tak ada satupun petunjuk yang ia dapatkan.

Lalu, Reva keluar kamar dan menggeledah se-isi appartemen. Berharap segera mendapatkannya. Mendapatkan apa yang selama ini membuatnya penasaran.

Penasaran terhadap pria yang menurutnya rada misterius.

Apakah memang dia berasal dari keluarga tajir?

Apakah memang dia seorang Gay?

"Arghhhhhhhhhh..." keputusasaan menghampirinya, karena apa yang telah ia lakukan dengan menggeledah semua isi appartemen. Namun, tak ada satupun petunjuk untuknya. Ia melirik jam dinding di ruangan, sudah jam 4 Sore. Lumayan juga, 2 jam lebih ia melakukan kegiatan yang menurutnya sia-sia belaka. Bongkar, lalu rapikan kembali. "Hehehe, dasar Reva bego... Hufhhhhhhh" gumamnya tersenyum.

"Setelah satu purnama telah lewat, aku akan menepatin janjiku kepadamu" teringat kembali sebuah kalimat yang selama ini membuatnya menunggu dan menunggu.

"Hikz...hikz... Al, aku kangennn... Kamu dimana sihhhh" isaknya terdengar, saat merasakan bayangan seorang pria yang baru saja menyapanya sore ini.

Suasana damai dan sejuk di dalam ruangan appartemen tidak menghilangkan rasa gundah di hati gadis itu. Beberapa kali ia mencoba menghibur dirinya dengan mengalihkan pikirannya dari pria itu. Namun apa daya semua nya sia-sia belaka.

Apakah ini yang dinamakan cinta??

Sebuah pertanyaan dalam hatinya yang tak mampu ia pecahkan secara logika.

Tiba-tiba terbersit suatu ide dipikirannya, mungkin bisa membantunya memecahkan rasa penasarannya ke Al.

Tanpa pikir panjang, gadis itu memutuskan pergi ke kantor pengelola Appartemen yang berada di lantai 1 gedung appartemen.

"Sore Pak," Sapa Reva saat tiba di depan kantor pengelola gedung.

"Iya mba, sore juga... ada yang bisa kami bantu?" Balas salah satu karyawan marketing pengelola gedung.

"Ada yang pengen aku tanyakan nih Mas" Jawab Reva.

"Ohh, silahkan duduk mba" Ujar marketing itu sambil mempersilahkan Reva untuk duduk.

"Gini mas, aku mau nanya... nama pemilik tempat yang saya tinggalin" Ujar Reva.

"Nomor berapa mba?" Tanya pria itu menanyakan nomor appartemen.

"304 Mas"

"Oke bentar yah..." Ujar pria itu sambil beranjak dari duduknya untuk mengambil sebuah berkas di lemari yang tak jauh dari posisinya sebelumnya.

Tak begitu lama, pria tadi kembali ke sofa membawa sebuah berkas di tangannya.

"Nama pemiliknya, Alfrizzy Pratama Mba," Ujar pria itu memberitahukan nama pemilik appartemen tempat tinggalnya.

"Ohhh, ternyata dia yah pemiliknya" Ujar Reva seperti memikirkan sesuatu.

"Adalagi mba, yang bisa kami bantu?"

"Untuk alamat dan pekerjaannya, boleh aku tau gak?" Tanya Reva.

"Wah, kalau itu kami tidak bisa memberitahukan ke orang lain tentang profil data pemilik. Tanpa persetujuan pemiliknya mba, kami disini sangat menjaga privasi semua pemilik ruangan" Jawab pria itu membuat Reva kecewa.

Beberapa kali Reva membujuk pria itu untuk memberitahukan sedikit info tentang Al, namun sia-sia saja, karena pengelola gedung tidak berhak menginformasikan data lengkap pemilik appartemen.

"Terima kasih yah Mas," Ujar Reva saat setelah pamit.

"Gak mungkin kamu hanya pengangguran atau karyawan biasa Al, sepertinya bentar lagi aku akan menemukan siapa kamu sebenarnya" Gumam Reva lalu kembali ke appartemennya.



Saat Reva kembali ke dalam ruangan appartemen, ia kembali menyibukkan diri dengan bersih-bersih ruangan. Tapi, tiba-tiba HP nya berdering tanda adanya telfon masuk.

"Eci" Gumamnya saat melihat nama yang tertera di layar Hpnya sambil tersenyum.

"Yah hallo cantik" Ujar Reva saat mengangkat telfonnya.

"Va, loe lagi ngapain sekarang?" Tanya Eci di seberang.

"Hemm, lagi bersih-bersih sih Ci, kenapa gitu?" Jawab Reva.

"Gue jemput yah, mau ngajakin maen ke rumah cin... hehehe, nyokap lagi masak enak tuh" Ujar Eci.

"Hemm gimana yah, malu Ci maen ke rumah kamu" Jawab Reva.

"Nah kan, mulai lagi loe ah... gak asyik banget jadi sahabat" Ujar Eci.

Sahabat?? Sebuah kata yang simple namun mampu membuat Reva tersenyum, karena ia tak menyangka orang seperti Eci mau menjalin sebuah persahabat dengannya.

"Woy, kok diem non" Reva terkejut saat Eci sedikit teriak di seberang.

"Hehehehe, gak kok... Reva denger kok apa yang kamu bilang"

"Ya udah, gue jemput sejam lagi yah" Ujar Eci lagi.

"Gak usah Ci, biar aku aja yang ke rumah kamu... gak enak ngerepotin tau" Balas Reva sungkan sambil tersenyum.

"Hemm, yakin bisa kerumah? Emang dah tau alamat rumah gue?"

"Hehehehe, BBM aja alamat kamu yah... nanti biar Reva ke sananya naik taksi aja" Jawab Reva lalu setelah itu mereka pun saling menutup telfon dan janjian sejam dari sekarang di rumah Eci.



Tak lama ada notif di HP Reva, lalu ia pun membuka HPnya dan melihat adanya BBM masuk dari Eci.



~•○●○•~​



Tempat berbeda...

Beberapa saat di rumah orang tua Eci, saat ini mamahnya baru saja selesai mengatur semua makanan yang lumayan banyak di atas meja makan. Eci pun baru saja selesai melaksanakan tugasnya bersama papahnya menyingkirkan foto-foto atau apapun yang berkaitan dengan Al saat ini.

Kedua orang tua Eci tak sabar bertemu lagi dengan Reva. Sepertinya apa yang telah di rencanakan oleh Mamahnya berjalalan dengan lancar.

"Tadaaaahhhhhh, akhirnya selesai juga" Ujar Mamahnya saat selesai menyiapkan semua hasil masakannya di atas meja makan yang berada di ruang tengah.

"Wuihhh enaknyooooooo... boleh nyicipin gak?" Ujar Eci menghampiri mamahnya.

"Eh... jorok deh kamu nak, mandi dulu gih" Ujar Mamahnya membuat Eci cemberut.

"Ok boss, yah udah Eci mandi dulu yah Mah"

"Gimana? Udah di beresin semuanya sayang?" Tanya mamahnya saat Eci beranjak ingin naik ke kamarnya yang berada di lantai 2.

"Beres lah mah, Eci gitu loh" Jawab gadis itu.

Memang sih tak banyak foto-foto Al di dalam rumah, paling hanya 2 saja yang terletak di ruang tamu dan juga ruang keluarga. Foto keluarga Eci ganti menjadi foto keluarga yang hanya mereka ber 4 dengan Citra. Aneh sih emang, namun inilah salah satu bagian yang direncanakan oleh mamahnya.

Tanpa sadar, Mamahnya melamun sendiri menanti apa yang telah ia rencanakan. Jelasnya untuk membahagiakan putra satu-satunya. Namun, ia tak pernah berfikir apakah Al akan menyukai semua ini apabila dia mengetahuinya nanti? Entahlah, yang jelas Mamahnya tak sabar ingin menggendong cucu. Hanya itu yang saat ini yang ada dibenaknya.

Apalagi selama ini kedua orang tuanya tak pernah mendengar Al dekat dengan seorang wanita, baik itu saat di Makassar maupun di Jakarta atas informasi yang diberikan oleh Citra selama ini. Kedua orang tua Al gemas dan kesal terhadap putranya.

Sempat mereka berfikir jangan-jangan putranya tidak normal, namun hal itu mereka tepis karena sebuah ketidak mungkinan seorang Al menyukai sesame jenis. Karena biar bagaimana hati seorang ibu sangat kuat terhadap apa yang terjadi terhadap anaknya.

"Kok senyam-senyum sendiri sih Mah?" Ujar Papahnya Al saat menghampiri Mamahnya yang sedang melamun memikirkan sesuatu.

"Kepo deh papah, urusan perempuan dong Pah" Cibir Mamah Al membuat papahnya hanya tersenyum.

"Ya udah Papah mandi dulu yah," Ujar papahnya.



Beberapa saat kemudian...

Kedua orang tua Eci dan juga Eci sedang duduk santai di ruang tamu sedang menunggu Reva yang sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Setelah mendapatkan konfirmasi dari Reva melalui BBM bahwa gadis itu sudah di jalan.

Sambil mengobrol, Mamahnya terlihat tersenyum tak sabar bertemu dengan Reva. Ia akuin bahwa gadis yang ia temuin waktu di Hotel bersama suaminya, sangat Cantik dan Ramah.

Apalagi di tambah dengan info-info dari Eci yang selama ini mulai menjalin persahabatan dengan Reva, membuat Mamahnya sangat yakin bahwa ia tidak salah dalam memilih.

"Hemm... Mamah yakin dengan semua ini?" Tanya Papahnya.

"Sangat yakin donk Pah, iya gak Ci" Jawab Mamahnya tersenyum sambil menoleh ke Eci yang masih sibuk dengan smartphonenya.

"Iya donk Pah, lagian Eci juga suka ma Reva" Jawab Eci.

"Ya udah deh, Papah ngikut aja apa yang kalian berdua lakukan" Ujar Papahnya.

"Harus ngikut, kalau gak... kapan lagi Pah, masa iya papah tega liat anak kita jadi bujang lapuk" Ujar Mamahnya dan ketiganya pun tertawa di sore ini sambil menunggu Reva tiba.



Tak lama sebuah taksi berwarna biru tiba di depan rumah kediaman orang tua Al. Reva yang baru saja membayar taksinya segera melangkah masuk ke dalam rumah melewati pagar.

"Assalamualaikum" Ujar Reva saat berada di teras rumah. Gadis itu sore ini hanya memakai pakaian santai dengan kaos dan jeans.

"Wa'alaikumsalam" Balas semua yang berada di dalam rumah.

"Hei, masuk yuk Cin" Ujar Eci saat melihat Reva telah tiba.

"Pah... Mah, kenalin sahabat Eci" Ujar Eci memperkenalkan kedua orang tuanya. Walaupun ia tau bahwa kedua orang tuanya telah melihat Reva sebelumnya.

"Masuk aja Nak"

"Reva Om, reva tan" Ujar Reva menyalim tangan kedua orang tua Reva.

Sejenak mamahnya Eci menoleh ke Papahnya, tersenyum seakan mengatakan dia sangat sopan dengan menyalim tangan di awal.

"Ya udah, Ci ajakin Reva masuk ke dalam gih" Ujar Mamahnya dan akhirnya Eci dan Reva pamit untuk naik ke dalam kamar sambil menunggu malam tiba.



~•○●○•~​



"Cii... Nak Reva... Makan yuk" Teriak Mamahnya dari luar kamar Eci sejam kemudian mengajak kedua gadis cantik yang masih bergosip ria dalam kamar untuk segera makan.

"Iya Mah..." Balas Eci.

Eci dan Reva akhirnya beranjak dari kamarnya menuju ruang tengah untuk menikmati santapan makan malam mereka yang telah dipersiapkan oleh mamahnya.

"Huwaahhh, makanan Lezattttt." Teriak Eci saat tiba dimeja makan.

Beberapa menu seperti Telur balado, ikan bakar parape, Sop kepala ikan, ayam bakar dan sayur kangkung ikan asin menjadi menu mereka malam ini.

"Duduk nak" Ujar mamahnya menyuruh Reva duduk.

Reva terharu, telah lama ia merindukan saat-saat seperti ini. Makan bersama, lengkap dengan kedua orang tua. Walaupun bukan keluarganya namun sepertinya sudah cukup membuat gadis itu bahagia. Ia tersenyum menahan isak tangisnya yang sepertinya akan keluar karena suasana kebahagiaan yang ia rasakan saat ini.

"Kenapa nak?" Tanya Mamah Eci saat mengetahui kondisi Reva saat ini.

"Eh... tidak apa-apa tan" jawab Reva tersenyum ramah.

"Ya udah, ayo di cicipin masakan Mamah dulu"

"Eh... i..iya tan" Balas Reva sedikit gugup.

Papahnya saat ini sudah menyendok nasi yang ada di atas meja, dan sepertinya enggan mengeluarkan suara. Karena ini adalah urusan wanita. Ia cukup mendengarkan dan belum saatnya ia mengeluarkan suara.

"Hmmm, mamahku hebatkan Va." Puji Eci membuat Reva tersenyum dan mengangguk.

"Udah... udah... berhenti dulu ngobrolnya, yuk makan dulu" Papahnya bersuara lalu ke tiga perempuan yang duduk bersamanya mau gak mau ikut mengambil makanan masing-masing.

Di meja makan saat ini ke empat orang itu sedang menikmati makanannya, dan sesekali mengobrol santai di selingin candaan dari Eci seperti biasanya.

Sepertinya mamahnya sengaja menciptakan sebuah ke akraban di acara makan malam ini membuat Reva sangat bahagia.

"Kok kamu nangis nak?" Ujar Mamahnya tersadar saat melihat kedua mata Reva berkaca-kaca saat ini.

"Eh gak tan... kelilipan kayaknya, terciprat saos" Jawab Reva mencoba menutupi kesedihannya.

Tapi sepertinya Papahnya Eci menangkap bahwa Reva sedang menahan tangis kerinduan akan suasana keluarganya saat ini.

"Emang orang tua nak Reva dimana?" Pertanyaan Papahnya Eci baru saja kembali mengguncang hatinya, sekejap kesedihannya menghampiri dirinya. Ia berusaha mengatur emosionalnya agar tidak mengeluarkan air matanya. dan, sepertinya ia berhasil menahan diri agar tidak larut dan mengikuti emosionalnya saat ini.

"Ayah udah meninggal Om," Sesaat Reva mengatur emosinya dan menahan kesedihannya mengingat tentang ayahnya. "Tapi kalau Ibu, terakhir kabarnya saat ini berada di Jakarta dengan adik Reva yang bungsu... udah lama sih mereka merantau disana" Jawab Reva membuat kedua orang tua Eci sedikit terharu.

"Maaf yah kalo kita makan sama-sama gini, malah bikin kamu sedih" Ujar Mamah nya Eci dengan wajah yang terlihat bersalah.

"Eh gak kok tan, bukan gitu... Aku... Cuma jadi kangen aja makan sama-sama keluarga kayak gini." Ujar Reva buru-buru menyanggah ucapan mamahnya Eci itu. Reva pun jadi merasa bersalah melihat ketulusan wanita itu terhadap dirinya.

"Hehehe, iya tante ngerti kok. Kamu suka gak? Kita makan sama-sama kayak gini?" Ujar Mamahnya Eci dengan lembut bertanya ke Reva.

"Hihihi... Suka banget tan. Makanya aku terharu banget... eci, om dan tante ngajak Reva makan sama-sama kek gini. Udah lama banget Reva gak ngerasain makan bareng keluarga kayak gini." Jawab Reva dengan senyuman manisnya, yang membuat Mamahnya Eci jadi semakin menyayangi Reva.

"Kalo kamu suka, kamu mau gak menganggap kami berdua sebagai orang tua kamu? Yah setidaknya bisa sedikit mengurangi rasa rindu kamu ke almarhum ayah kamu, dan ibu kamu yang lagi merantau" Ujar Mamahnya Eci dan sejenak menoleh ke Papah Eci.

"Mau banget Tan... Om... hikz...hikz..." Akhirnya iapun tak bisa membendung air matanya yang sudah menetes membasahi kedua pipinya.

"Hei Cin... kok loe nangis sih" Ujar Eci menenangkan Reva sambil memeluk tubuh gadis itu.

"Di depan makanan, gak boleh nangis yah" Ujar Papah Eci membuat Reva meminta maaf dan tersenyum menatap ke dua orang tua dihadapannya. "Dan manggil Papah dan Mamah aja, jangan Om dan tante yah" Lanjut papah Eci membuat Reva mengangguk senang dan bahagia mendapatkan keluarga baru yang begitu ramah.

Akhirnya mereka kembali menyantap sisa makanan mereka dan sesekali mengobrol ringan tanpa menyinggung perasaan Reva.

"Oh iya, weekend gini kok gak keluar sama pacar kamu sayang?" Ujar mamah Eci saat mereka selesai makan dan menikmati buah pencuci mulut.

"Cowoknya Reva gak di Makassar Mah, biasa mah LDR-an gityuuuuuu" Eci menjawabnya duluan membuat Reva tersenyum.

"Ohhh hubungan jarak jauh yah,"

"Mah Papah tinggal dulu yah, mau ngerokok dulu" Ujar Papahnya yang duluan pamit meninggalkan meja makan.

"Huh... kebiasaan tuh papah, habis makan pasti deh ngerokok" Cibir Mamah Eci yang hanya dibalas dengan senyuman oleh suami tercintanya.

"Sayang yah, nak Reva dah punya cowok... seandainya belum sih... mamah pengen jodohin ama Putra mamah yang paling tua"

"Uhuk...uhuk..." Reva terkejut lalu menatap Eci dan Mamahnya bergantian.



~•○●○•~​



Jakarta...



Sebuah rumah bergaya western milik Al dimana semua para pekerja di rumah tersebut sedang sibuk membersihkan taman, dan juga ruangan-ruangan yang berada di rumah itu. Ibu Ningsih, kepala pekerja rumah tangga saat ini sedang membersihkan kamar pribadi Al yang memang hanya dia lah yang di izinkan Al untuk masuk ke dalam kamar pribadinya.

Selama ini ibu Ningsih lah yang sangat mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang dibutuhkan oleh pemilik rumah tersebut.

"Den den... kasian yah, sampai saat ini belum berfikir untuk menikah" Gumam Ibu itu pelan saat selesai membersihkan ranjang.

Selama 4 tahun bekerja dengan Al, dan selama itu pula hanya seorang gadis saja yang pernah Al ajak masuk kedalam rumahnya. Dan Ibu itu sangat mengetahui bahwa Al tak pernah sama sekali melakukan hal di luar batas dengan gadis itu.

"Padahal neng Diah cantik, pintar dan juga manja... kok aku gak liat di diri den Al untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius... hufhhhhh"

Lalu ibu itu beranjak setelah membersihkan ranjang, lalu membersihkan kamar mandi di dalam kamar Al.

Setelah itu ia melangkah ke meja kerja Al, dan ternyata laptop yang memang sengaja Al siapkan satu unit di kamarnya masih posisi stand by, namun layar monitor posisi sedang mati.

Dia begitu bertanggunga jawab atas pekerjaannya, hingga tak pernah sedikitpun dihatinya berniat untuk melakukan hal yang tidak disukai si pemilik rumah.

Namun saat itu, ketika tangan terampilnya sedang menjamah ruang kerja lelaki itu. tak sengaja ia menyenggol mouse yang ada di ujung meja kerja AL.

Seketika laptop Al menyala, sebuah foto seorang gadis sedang tersenyum di layar monitor.

"Beres juga." gumam Ibu ningsih setelah membersihkan meja kerja Al.

Posisi ibu Ningsih saat ini sedang membelakangi Laptop, dengan kata lain, ibu Ningsi tak melihat gambar apa yang di tampilkan dilayar monitor.

Namun karena mengingat kerjaannya telah selesai. Maka ia pun tak memperdulikan laptop tersebut.

Lalu ibu Ningsih meninggalkan kamar Al menuju ke dapur untuk memasak makan siang buat para pekerja di rumah Al.


~•○●○•~​

Sore itu...

Di kantor pusat PT. Tiga Mandiri Perkasa, di dalam ruangan Direktur Utama.

"Halo Kak, Diah udah selesai nih kerjaannya" Sore ini Al yang baru saja memberesi tumpukan berkar-berkas yang berserakan di meja. Sedang menerima telfon dari Diah.

"Hemm, so?" Jawab Al yang sedikit berberat hati saat mengangkat telfon Diah, karena ia sangat kenal betul bahwa gadis itu pasti ingin mengajaknya jalan.

"Nonton yuk Kak"

Yah, saat ini Diah telah bekerja di Kantor PT.Tiga Mandiri Perkasa,tbk. Dan sedang melakukan training bersama Elsya yang akan menggantikannya menjadi FO di perusahaan tersebut.

Setelah mengikuti beberapa proses seleksi, akhirnya Diah dinyatakan lulus oleh Liana HRD Manager di 3MP dan juga calon istri salah satu karyawan di kantor itu.

Sudah 2 hari Diah bekerja di perusahaan,dan selama 2 hari itu pula ia pergi dan pulangnya barengan dengan Al.

Banyak karyawan yang memperhatikan gerak-gerik Al dan Diah, begitu juga kedua sahabatnya yaitu Mr.L dan Mr.Nos. namun sepertinya para karyawan enggan untuk mencari tau tentang siapa Diah sebenarnya. Karena di kantor pun Al masih menjaga sikap.

"Hemm, sebetulnya masih ada kerjaan sih, gimana kalau nanti aku info lagi?" Ujar Al, dan terlihat kekecewaan di seberang setelah mendapat jawaban seperti itu.

Al menutup telfonnya dan hanya menggeleng-gelengan kepalanya memikirkan tentang Diah. Apakah ini adalah keputusan yang salah telah memasukkan Diah di perusahaannya?

Memang ia akuin, Diah sangat manja terhadapnya. Sering kali Diah mengirimkan pesan BBM mengingatkan dia untuk Makan, jangan terlalu capek di kerjaan. Dan lain-lainnya. Yang awalnya sih Al senang mendapatkan perhatian tersebut, dan ia di awal sempat membanding-bandingkan antara Reva dan Diah. Namun, makin kesini Al merasa perhatian gadis itu sungguh sangat berlebihan.



"Reva? Hufhhhh... kenapa aku jadi sungkan yah untuk menghubunginya... padahal aku yang salah... aku yang gak membalas pesannya sama sekali"



Bimbang yang Al rasakan, mungkin ada baiknya dia ke Makassar untuk sekedar mengobati rasa rindunya terhadap gadis itu.

Lama pria itu menatap layar Hpnya, berfikir sejenak untuk menghubungi Reva atau tidak. Tanpa ia sadari, perasaannya saat ini semakin dalam terhadap gadis itu. Gadis yang sudah dengan ikhlas memberikan keperawanannya kepada pria itu.

Hati mengalahkan logika...

Maka segera ia mencoba menelfon gadis itu sore ini untuk meminta maaf atas apa yang ia lakukan dengan tidak mengangkat telfon maupun membalas pesan gadis itu beberapa hari ini.



"Nomor yang anda hubungin sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi"

"Tumben, sibuk" Gumam Al pelan.

Beberapa kali Al mencoba menelfon Reva namun nomor gadis itu sibuk terus, detik berganti menit. Menit berganti 1 jam. Nomor tersebut masih saja sibuk dan susah untuk di hubungi.



"Sepertinya aku harus ke Makassar" Gumam Al pelan.

"Halo, CKG UPG untuk besok pagi..." Ujar Al saat menelfon seseorang.



~•○●○•~​



Malam hari, seorang gadis baru saja melangkahkan kakinya keluar dari pusat perbelanjaan salah satu Mall di daerah ibu kota.

Dengan memakai seragam pemerintah berwarna coklat, gadis itu yang baru saja lulus sebagai pegawai negeri di pemerintahan ibu Kota menghentikan langkahnya saat baru saja melihat seseorang yang tak jauh dari posisinya.

"Tante..." Gumamnya yang akhirnya menghampiri wanita itu yang akan memasuki pusat perbelanjaan.

"Tante..." Sapa gadis itu membuat wanita tadi menoleh.

Wanita itu terkejut saat mengetahui siapa yang baru saja menyapanya.

"Astagaaaaa.... Tanteeee, apa kabar" Ujar Gadis itu karena ternyata wanita itu adalah wanita yang ia kenal.

"Loh... ngapain kamu di Jakarta?" Tanya wanita itu.

"Hehehe, dapat kerjaan di Jakarta Tan, btw gimana kabar tante?" Tanya gadis itu.

"Alhamdulillah nak, yah seperti yang kamu liat sekarang" Jawab wanita itu.

"Lama yah gak ketemu, 10 tahun lebih yah Tan" Ujar gadis itu.

"Iya, hehehe... kamu tambah cantik yah sekarang"

"Ahh tante bisa aja. Btw sekarang tante tinggal dimana?" Tanya Gadis itu tersenyum.

"Hemm, nanti aja deh tante kasih tau... oh iya Tante minta nomor HP kamu yah, boleh gak?" Jawab wanita itu.

Dan akhirnya gadis itu memberikan nomor HPnya dan setelah wanita itu mengesave nomor HP gadis itu maka ia pun berjanji akan menelfonnya nanti.

"Ya udah kalo gitu tante ke dalam dulu yah" Ujar wanita itu.

"Jangan lupa nelfon yah Tan" balas gadis itu lalu wanita tadi melangkah meninggalkan gadis itu setelah mereka saling pamitan.

Namun tiba-tiba gadis itu teringat sesuatu.

"Eh iya Tan, bulan lalu aku ke Makassar dan tinggal di..." Ujar gadis itu terputus, karena tersadar wanita itu sudah jauh meninggalkan posisinya saat ini.

Lalu gadis itupun akhirnya pulang, dan berharap wanita tadi segera menelfonnya dan memberikan info alamatnya di Jakarta.





Still Continued...

No comments:

Post a Comment