Friday 10 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 37

ALFRIZZY YUDHA PRATAMA

[​IMG]



REVALIAN DWINSYIRAH

[​IMG]





BAB 36 – MASA LALU







Makassar...



Decy, pagi ini baru saja selesai berpakaian dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Terlihat kedua orang tua Eci saat ini sedang duduk santai berdua di depan teras menikmati udara pagi setelah selesai berolah-raga.

Eci menghampiri kedua orang tuanya, "Mah, Pah Eci berangkat dulu yah"

"Ingat, Jangan ngebut-ngebut nyetirnya." Kata Papahnya yang baru saja menyeruput kopinya.

"Beres bos," Jawab Eci.

"Ci, kamu udah ngomong ma Kak Cicit kan?" Tanya Mamahnya mengingatkan Eci untuk menginformasikan rencana wanita itu kepada Citra.

"Udah donk Mah, hehehehe... dan Kak Cicit sangat senang dan akan support semua rencana kita nantinya." Jawab Eci.

"Syukurlah kalau gitu, tinggal tunggu waktu yang tepat aja." Kata Mamahnya.

"Yoi Mah."

"Kalian ini sebetulnya sedang merencanakan apa sih? Kok Papah gak di ikutkan?" Tanya Papahnya.

"Kepo deh Pah... hehehe" Ledek Mamahnya.

"Iya nih Papah, mau tau aja urusan wanita... weeekkk" Eci menimpali sambil menjulurkan lidahnya mengejek Papahnya.

"Dasar... awas kalau aneh-aneh, Papah gak tanggung jawab."

"Tenang aja Pah, Mamah yakin semua akan baik-baik aja kok." Jawab Mamahnya.

"Ya udah, Pah. Mah eci pergi dulu.... Assalamualaikum" Ujar Eci menyalim tangan kedua orang tuanya bergantian.

"Wa'alaikumsalam,"



~•○●○•~​



Mall panakukang, pusat perbelanjaan yang terletak di pusat kota makassar, tidak begitu ramai oleh pengunjung ketika sebuah SUV Range Rover Sport baru saja terparkir di parkiran belakang mall tersebut. Beberapa pengunjung, terutama kaum hawa, terpukau melihat pengendara SUV mewah tersebut turun dan berjalan ke dalam mall. Walaupun hanya mengenakan busana santai, kaos putih polos dibalut jaket kulit hitam dan celana denim biru. Namun kesan elegan terpancar dari pria itu yang tak lain, Alfrizzy.

Al mengunjungi mall panakukang untuk menemui pak Toto dan Reza. Sebelumnya mereka membuat janji untuk bertemu di salah satu cafe yang berada di dalam panakukang mall, XO Suki & Cuisine. Kedua bawahan al telah sampai lebih dahulu.

"Pak Al..." Sapa Reza saat melihat Al baru saja tiba dan segera mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Pak Reza.. Pak toto... maaf sudah menunggu" Ujar Al menjabat tangan mereka bergantian.

"Duduk yuk Pak," Ujar Al menyuruh duduk kedua bawahannya yang tadi sempat berdiri saat Al tiba.

Mereka memilih ruangan VIP biar lebih private dan bisa berdiksusi tentang pekerjaan mereka nantinya.

"Udah pesan?" Tanya Al.

"Belum pak, kami sengaja menunggu bapak" Jawab Pak Toto.

Tak berapa lama, seorang waitres menghampiri mereka. "Selamat siang pak, mau pesan sekarang?

"Silahkan Pak toto aja yang pesan," Ujar Al dan akhirnya Pak Toto segera menyebutkan beberapa pesanan mereka.

"Ditunggu yah Pak... makasih"

"Ok Mas" Jawab ketiganya.

"Gimana kabar Pak Reza?" Tanya Al karena ia baru bertemu lagi dengan Reza. Kalau dengan pak toto, Al sudah bertemu sebelumnya saat Al berkunjung ke salah satu kantor cabang 3MP di Makassar. Kemudian mereka makan malam sambil membicarakan mengenai bisnis yang mereka geluti.

"Alhamdulillah sehat, pak. Terima kasih telah memberikan kepercayaan penuh pada reza untuk memimpin hotel clarion.

"Nyonya udah isi, pak?" tanya Al.

"Hehehe, udah Pak... udah 2 bulan" Jawab Reza.

"Alhamdulillah, pasti sudah gak sabar yah menanti kelahiran si kecil." Kata Al.

"Iya Pak."

"Oh iya, kemarin Pak Toto ngasih info katanya nyonya sudah tidak bekerja lagi yah?" Tanya Al.

"Iya Pak, lebih baik dia dirumah aja... sekalian istirahat dan fokus menjaga jabang bayi kami"

"Iya sih Pak," kata Al.

"Ok, jadi gini" Ujar Al. "Sepertinya bulan depan perusahaan akan membangun satu hotel lagi... menurut kalian lokasi yang strategis itu dimana?"

"Wah, alhamdulillah pak. Kalau menurut saya sih... cari di daerah sekitar pantai losari Pak" Jawab Reza dan diiyakan oleh pak toto.

"Tapi harga tanahnya lumayan tinggi di daerah sana, ada opsi lain?" Kata Al masih menatap wajah kedua bawahanya.

Reza dan Pak Toto sedang berfikir sejenak. Memikirkan daerah strategis lainnya yang di maksud Al.

"Begini... aku kasih gambaran saja yah," Kata Al. "Sebuah hotel, memang yang sangat menunjang itu adalah lokasinya. Namun, belum bisa dikatakan menjadi tolak ukur sebuah hotel bisa sukses atau tidak. Tetapi, apa yang akan tim marketing support lakukan untuk pengembangan hotel."

"Aku sih sempat kepikiran di daerah cendrawasih."

"Alasannya Pak?" Tanya Pak Toto.

"Ok alasannya sih simple, sasaran kita itu adalah semua para tamu yang akan berkunjung ke daerah Pantai Losari. Kan jaraknya gak terlalu jauh. Lagian juga harga tanah di daerah Cendrawasih tidak semahal di daerah Pantai Losari. Akan tetapi, apa yang akan kita berikan kepada para tamu tersebut hingga mereka mau menginap di hotel kita. Simplenya gitu" kata Al kembali. "jaman sekarang, semua konsumen sudah pintar. Gak perlu mendatangi hotel untuk sekedar mencari tau harga atau fasilitas yang akan mereka dapatkan jika mereka menginap, karena sudah banyak situs/web yang menyediakan informasi tersebut. Nah tugas kita bagaimana cara agar bisa memfasilitasi semua keinginan para tamu tersebut."

"Setuju Pak," Ujar pak Toto.

"Betul sekali pak," Kata Reza menimpali sambil mangguk-mangguk.

"Informasi yang sudah aku dapatkan sih, harga tanah sekitar Pantai Losari dengan Cendrawasih itu selisih 30-50%. Nah, coba deh kalian pikirkan. Jika dana selisih tersebut kita pakai untuk menambah fasilitas hotel kita, dan kebetulan aku sudah mendapatkan hitungannya dari Mr.L... ternyata selisihnya lumayan banyak, kita bisa saving budget 20% dari selisih harga tanah tersebut."

"Luar biasa pemikiran bapak." Jawab Pak Toto yang sudah menangkap maksud Al barusan.

"Sisanya, kita bisa gunakan untuk memberikan standar income lebih bagus buat karyawan kita. Buat apa? Buat meningkatkan standar kerja mereka. Dan tentu saja, kita bisa mendapatkan karyawan-karyawan yang jauh lebih berkualitas daripada sebelumnya." Jelas Al dan cukup dimengerti oleh kedua bawahannya.

"Mengerti pak."

"Noted Pak"

"Ok, mungkin aku akan memberikan proyek ini ke Pak Reza. Dan tentu saja, memberikan challenge baru buat pak Reza untuk memegang dua Hotel... gimana Pak? Sanggup tidak?" Tanya Al menatap ke Reza.

"Insya allah Reza sanggup Pak," Jawab reza tegas.

"Ok, siapkan dua orang untuk posisi baru yang akan memegang masing-masing Hotel"

"Maksud bapak?" Tanya Reza.

"Jadi gini Rez...nanti akan ada posisi baru, Operational Manager untuk stay di masing-masing hotel... karena kamu nantinya diposisi yang menghandle ke dua hotel tersebut, jadi butuh dua orang lagi yang membantu kamu dalam menjalankan operasionalnya" Jawab Pak Toto yang memang sudah mendapatkan kabar sebelumnya dari Al.

"Baik Pak... apakah kandidatnya dari internal? Atau kita mencari dari luar?" Tanya Reza.

"Silahkan atur dengan Pak Toto." Jawab Al.

"Baik Pak."

"Ingat, keep dulu informasinya... mungkin minggu depan manajemen akan melakukan penawaran ke pemilik lokasi"

"Siap Pak..."

Saat mereka sedang mengobrol, dua orang waiters baru saja tiba membawakan semua pesanan makan siang mereka.

"Silahkan dinikmati Pak" Ujar salah satu Waiters saat selesai mengatur makanan diatas meja. "Ada yang kurang pak?"

"Cukup.. makasih yah Mba" Jawab Pak Toto. Lalu kedua waiters itu pamit untuk meninggalkan ketiganya.

"Ok, diskusi kita tutup... silahkan makan dulu" Ujar Al.

"Siap Pak."

Mereka kemudian menikmati hidangan makan siang, dan sesekali mengobrol santai.

"Oh iya pak Toto sudah info ke Pak Reza yang tadi pagi aku sampaikan?" Tanya Al.

"Apa itu Pak," Tanya Reza.

"Gini Rez... Pak Al meminta penyetujuan pengajuan cutinya Reva, bukan gitu Pak." Ujar Pak Toto sambil menoleh ke Al dan sedikit tersenyum.

"Hehe, kalian pasti sudah bisa menangkap maksudku kan." Ujar Al.

"Siap Pak, untuk calon nyonya sih... saya pasti akan menyetujuinya...hehe" Canda Reza membuat mereka tertawa.

"Hahaha, bisa aja nih Pak Reza"

"Loh benerkan Pak? Atau saya salah ngomong yah. Hehehe" Jawab Reza nyengir.

"Gak kok... Pak Reza memang benar, jadi di acc donk cutinya nih?" Tanya Al.

"Pastilah Pak... masa iya saya gak acc-in sih, mau kena PHK saya nya nanti pak."

"Hahahahahaha... gak segitunya juga Pak."

"Hahahaha, bener kamu Rez, saya juga meng-iyakan aja deh. Awas loh Rez, dijagain tuh calon ratu kerajaan." Ledek Pak Toto ikut tertawa.

"Hahaha, bapak berdua bisa aja. Tapi ingat! Yang aku pernah sampaikan... tolong dijaga identitasku sebelum waktunya tiba." Ujar Al.

"Siap Pak."

Suasana dalam ruangan begitu ceria, tidak sedikitpun Al menunjukkan powernya kepada kedua bawahannya. Bahkan Al justru merangkul mereka dan mengobrol seperti gak ada jarak antara bawahan dan atasan.

Namun, keduanya masih sopan didepan Al. candaan mereka hanya candaan biasa. Dan juga Reza jelas bahagia masih dipercayakan oleh Al untuk memegang bisnisnya. Tak ada sedikitpun dendam kepadanya.



~•○●○•~​



Jakarta...



Sore ini, jalan raya ibu kota sangat padat oleh kendaraan. Sebuah sedan Toyota All New Camry sedang bermacet ria menuju salah satu perumahan elite. Citra mengendarai mobil kesayangannya menuju ke rumah Al. Setelah mendapat telefon siang tadi dari Al untuk meminta tolong memberikan gaji bulanan untuk para pekerja di rumahnya.

"Sore ibu Citra," tegur security dirumah Al yang baru saja membukakan pagar.

"Ibu Ningsih ada Pak?" Tanya Citra yang baru saja turun dari mobilnya.

"Tunggu yah bu, saya panggilin di belakang dulu," Jawab Security itu, lalu pria itu melangkah ke pos penjagaannya untuk menelfon kepala pekerja rumah tangga dirumah Al

Citra melangkah masuk kedalam rumah, dan saat baru saja ingin membuka pintu rumah.

"Maaf ibu Citra, tuh ibu Ningsihnya." Security tadi menyapa Citra kembali dan menunjuk ke arah Ibu Ningsih yang sedang mengantarkan seorang gadis yang tidak dikenal oleh Citra untuk naik ke dalam taksi.

"Itu siapa Pak?" Tanya Citra tersenyum. Bertanya tentang gadis yang bersama ibu Ningsih.

"Ohh itu keponakan bu Ningsih, bu... katanya sih dari Makassar Bu... dari siang berkunjung di rumah Ibu." Jawab Security itu.

"Ohh, ya udah... aku masuk dulu yah."

"Baik Bu," Ujar pria itu lalu berpamitan untuk kembali menjaga posnya.

Saat Citra baru saja mengambil sekaleng soft dring di kulkas, Ibu Ningsih muncul ke ruang tengah lalu menyapa Citra dengan senyuman.

"Sore non Cit, ada apa ya ibu di panggil?" Ujar Ibu Ningsih dengan sopan.

"Ohh, ini kak Al tadi siang nelfon bu... katanya minta tolong ke Citra untuk ngasih gaji anak-anak dirumah." Jawab Citra sambil melangkah ke ruang keluarga. Ibu Ningsih mengikuti Citra dari belakang.

"Duduk dulu Bu," Ujar Citra saat mereka tiba di meja keluarga. Lalu menyuruh duduk ibu Ningsih di sofa.

"Makasih Non Cit,"

"Ini, biar Ibu aja yang bagi-bagi ke mereka ya... karena Kak Al belum balik dari Makassar. Takutnya gajian mereka dan ibu juga akan telat kalau nunggu Kak Al pulang." Ujar Citra sambil memberikan beberapa amplop yang berisi sejumlah uang yang berbeda-beda sesuai hak mereka para pekerja di rumah Al.

"Makasih Non," Jawab ibu Ningsih menerima amplop-amplop tersebut.

"Gak di hitung dulu bu?" Tanya Citra.

"Gak usah lah Non, kami semua sangat senang sudah bekerja di sini... dan kami percaya apa yang diberikan oleh Den Al sudah lebih daripada cukup"

"Hehehe, iya Bu... Citra juga bangga dengan para karyawan disini. Gak ada sama sekali keluhan dari mereka yang Citra dengar selama ini."

"Alhamdulillah Non, Den Al itu orangnya begitu baik... tidak sombong terhadap kami. Apalagi selama ini Non, Den Al itu sering ngajakin bercanda para pekerja dirumah saat mereka semua sedang suntuk atau mungkin sedang ada masalah... ditambah lagi Den Al sering kali membantu kami saat tertimpa musibah" Ujar Ibu Ningsih membuat Citra tersenyum mendengar pengakuan Ibu Ningsih.

"Syukurlah kalau begitu." Ujar Citra. "Oh Iya, Puput udah semester berapa Bu?" Lanjut Citra dan bertanya tentang putri ibu Ningsih yang saat ini masih kuliah.

"Baru semester 3 Non... baru juga tahun lalu masuk kuliahnya."

"Hehe, gak terasa yah... udah 4 tahun ibu kerja ama Kak Al." Ujar Citra membuat Ibu Ningsih tersenyum dengan sopan.

"Oh Iya Non... ibu minta maaf sebelumnya nih." Ujar Ibu Ningsih sedikit ragu seakan ingin mengatakan sesuatu.

"Iya Bu, ada apa? Ngomong aja kalau butuh sesuatu, jangan ragu-ragu kayak gitu" Ujar Citra menangkap keraguan diwajah ibu Ningsih.

"Anak Ibu Non, yang paling tua sepertinya mau datang ke Jakarta... sekedar pengen main disini dan sekalian ketemu dengan Ibu... udah lama banget Non ibu gak ketemu dengan dia." Ujar Ibu Ningsih dan tersirat sebuah kesedihan diwajahnya saat selesai mengatakan tentang anaknya.

"Ohh, selain Puput... ibu masih punya anak juga yah?" Tanya Citra heran.

"Iya Non, sebetulnya sih..." Ujar Ibu Ningsih menceritakan tentang masa lalunya.






"Jadi gitu Non" ujar Ibu Ningsih setelah selesai menceritakan ke Citra. Tak terasa wanita itu meneteskan air mata mengingat apa yang telah ia lakukan dulu.

"Sabar ya Bu" Ujar Citra yang sedari tadi mendengar cerita menyedihkan wanita itu.

"Hik...hik..hik.. Iya Non... makanya ibu malu ketemu dengan anak ibu." Ujar Ibu Ningsih menunduk dihadapan Citra.

"Kenapa harus malu... hubungi dia Bu, suruh datang ke Jakarta. Citra yakin, dia juga merindukan ibunya saat ini" Jelas Citra memberikan kekuatan kepada wanita itu. "Atau Ibu Ningsih mau ke Makassar? Biar nanti Citra yang ngomong sama Kak Al, bilang ibu minta Cuti. Gimana?"

"Gak usah non... gak usah, kebetulan anak Ibu yang mau kesini... karena... hik..hik..hik" Tepis wanita itu menolak usulan Citra dan kembali bersedih mengingat sesuatu.

"Karena kenapa Bu? Cerita aja dengan Citra" Tanya Citra tersenyum dan meraih kedua tangan wanita itu untuk sekedar memberikan kekuatan agar bisa menceritakan semua masa lalunya.

"Suami Ibu Non... hik...hik...hik... Suami Ibu telah meninggal karena kecelakaan... hik...hik" Terang Ibu Ningsih membuat Citra ikut bersedih.

"Sabar yah Bu... semua sudah di atur olehnya" Ujar Citra.

"Iya Non... makasih Yah Non udah baik ama ibu selama ini, hik..hik..hik... gak tau bagaimana Ibu membalasnya nanti" Tangis ibu Ningsih membuat Citra bergeser posisinya dan segera memeluk tubuh wanita itu.

"Semua sudah diatur oleh yang maha kuasa Bu... Citra gak butuh sesuatu dari Ibu. Citra ikut bahagia jika ibu Bahagia kok. Sabar yah Bu" Ujar Citra mengelus pundak Ibu Ningsih.

"Makasih ya Non," Ujar Ibu Ningsih setelah tangisannya mereda.

"Oh iya nama anak Ibu Dwi yah?" Tanya Citra tersenyum.

"Iya Non... Lengkapnya Revalian Dwinsyirah Non" jelas Ibu Ningsih membuat Citra mengernyitkan alisnya dan seperti mengenal nama tersebut.

"Re-Va-Li-An-Dwin-Syi-Rah," gumam Citra pelan mengeja nama anak Ibu Ningsih dan sedang berfikir sesuatu. "Hmm, kayak familiar deh"

"Ada apa Non? Non kenal dengan anak ibu?" Tanya Ibu Ningsih yang ternyata mendengar ucapan Citra barusan.

"Eh, gak Bu... mungkin Citra salah orang." Tepis Citra sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum menatap wajah Ibu Ningsih.

"Ya udah deh Bu, Citra pamit yah... kasian kak L nungguin di kantor nih" Ujar Citra minta pamit.

"Baik Non, makasih yah sebelumnya"

"Sama-sama Bu... ya udah Assalamualaikum" Ujar Citra dan segera meninggalkan rumah Al.



Citra segera menjalankan sedan kesayangannya untuk kembali kekantor. Terlihat saat ini gadis itu sedang memikirkan sesuatu. Lalu tersirat sebuah senyum diwajahnya saat sebuah ide yang akan ia lakukan selanjutnya. "Let's start the game"

"Hemm, Reva... hehe, oke tunggu saja tanggal mainnya sayang" Gumam Citra tersenyum licik. Lalu segera meraih HPnya untuk menelfon seseorang.

"Wa'alaikumsalam," Ujar Citra saat menelfon seseorang. "Ci... ada kabar terbaru nih, hehehe"

"Jadi gini...ternyata Reva itu..........."





Still Continued...

No comments:

Post a Comment