Friday 10 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 36

ALFRIZZY YUDHA PRATAMA

[​IMG]



REVALIAN DWINSYIRAH

[​IMG]




BAB 35 – BAHAGIAKU BERSAMAMU



Makassar…

Beberapa hari sebelumnya…


Hari ini Reva merasa bahagia banget atas kehadiran Al di Makassar. Wajah Reva begitu cerah, secerah mentari pagi yang menyapanya samar-sama dengan cahyanya melalui kaca mobil milik Al.

Pagi ini Al mengantarnya ke Hotel Clarion. Saat di perjalanan, tak hentinya mereka mengobrol, bertanya keadaan selama ini. Pokoknya selama diperjalanan Reva bersikap manja terhadap pria itu. Sesekali menoleh ke Al dan tersenyum saat mata mereka bertemu. Begitu juga yang terjadi terhadap pria itu. Keyakinannya sudah bulat untuk menentukan sikap bahwa gadis itulah yang pantas ia pilih menjadi pendampingnya kelak.

“Ihh apaan sih…” Reva tersenyum manja saat Al melirik wajahnya.

“Hehe, kok wajah kamu merah gitu Va?” Tanya Al.

“Kamu sih… ihhh, udah deh… mending liat jalan aja di depan”

“Btw bentar sore aku jemput yah” Ujar Al kembali.

“Eh… gak perlu Al karena aku ada janji ma teman nih.” Jawab Reva mengingat hari ini ia janji ke Eci untuk main ke rumahnya.

“Teman?” Tanya Al menyelidik.

“Kenapa? Cemburu yah…hihihihi” Ledek Reva membuat Al mengusap wajah gadis itu. “Ihh, make up Reva terhapus nihh” lanjut Reva cemberut.

“Biarin”

“Bodo’… tapi kamu hari ini mau ngapain Al?” Tanya Reva menoleh kembali.

“Hemm, mungkin tidur seharian di kamar” Jawab Al membuat Reva menggelengkan kepalanya.

“Dasar… gimana rejeki kamu mau datang, kerjanya tidur melulu… udahhh, mending kamu nyari-nyari kerja di sini… ngapain juga kerja jauh-jauh di Jakarta.” Ujar Reva.

“Kan aku baru kerja di sana… masa iya harus resign lagi sih Va”

“Oh iya aku belum tau loh, kamu tuh kerjanya apaan?” Tanya Reva menyidik. Terlihat Al hanya tersenyum membuat Reva memanyunkan bibirnya.

“Pokoknya halal kok…”

“Yeee… bukan itu jawabannya” Reva merajuk.

“Yah udah, aku tuh kerja di perusahaan FMCG” Jawab Al singkat.

“Apaan tuh FMCG?” Tanya Reva.

“Susah jelasinnya, kamu searching aja di om Gugel.” Jawab Al menoleh.

“Dasar…”

“Jelek loh kalo ngambek kek gitu,” Ujar Al nge-ledeknya.

“Biarin… suka-suka aku dong, kenapa kamu yang sewot” Cibir Reva berlaga ngambek.

“Ya udah… pokoknya nanti sore aku jemput yah… gak pake nolak” Ujar Al lagi saat mobilnya memasuki area parkir karyawan Hotel Clarion.

“Gak usah Al, udah dibilangin kalo aku tuh sudah janjian ma teman bentar sore… nanti malam aja ketemuannya di apartemen” Jawab Reva.

“Hmm, tapi sepertinya aku malam ini gak nginap di apartemen deh Va”

“Kok gitu sih Al…” Ujar Reva menatap wajah Al. sesaat gadis itu terdiam dan tersirat wajah kecewa mendengar ucapan Al barusan. “Baru juga ketemuan… kok harus pisah lagi sih”

“Ya udah… jangan sedih gitu dong,”Jawab Al menghibur gadis itu. “Nanti aku usahakan pulang ke apartemen… tapi ingat, kamu pulangnya jangan terlalu malam”

“Siap Bos!”

“Hati-hati yah Yayahku sayang” Ujar Reva saat mobil Al berhenti di depan pintu lobby karyawan.

“Hehehe, iya… kamu juga, semangat yah kerjanya”

“Al… hemm, gak cium dulu?” Tanya Reva malu.

“Sini” Ujar Al menarik wajah Reva lalu segera mencium bibir gadis itu.”Muachhh”

“Makasih yah… ya udah Reva tinggal yah… hati-hati juga, jangan selingkuh… hihihih,” Ujar Reva dan akhirnya mereka pun berpisah pagi ini dengan sebuah kebahagiaan.



~•○●○•~​


Sore harinya…

Al ternyata seharian mengurus beberapa urusan kantor selama di Apartemen. Dan menyempatkan untuk mengadakan teleconference dengan para direksi 3MP yang berada di HO.

Kemudian Sore ini Al mengabari orang tuanya bahwa ia akan makan malam dirumah. Ia sangat merindukan suasana berkumpul bersama dengan keluarganya. Namun, yang ia dapatkan justru mamahnya malah seperti sedang berusaha mencari alasan agar Al tidak pulang kerumahnya sore ini.

“Kenapa emangnya Mah?” Tanya Al bingung saat menelfon mamahnya.

”Mamah malas masak Yud, lagian kok dadakan sih kamu mau makan di rumah?” Jawab Mamahnya di seberang.

“Loh, kan namanya anak… masa iya harus bilang dulu kalau mau makan dirumah” Ujar Al.

”Iya pokoknya Mamah malas masak… kalau mau, makan diluar aja, nanti kamu ke rumah Malam aja” Ujar Mamahnya beralasan.

”Mah… Laparrr nih… yah gak Cin,” Tiba-tiba terdengar suara Eci saat Al sedang berbicara dengan mamanya di telepon, disusul suara gadis lain yang membuat Al mengernyitkan dahi. ”Kalo aku sih belum lapar mah”

“Mah, itu Citra yah? Kok ke Makassar gak bilang-bilang” Tanya Al.

”Eh, gak ada-gak ada! Nanti lanjut lagi yah, mama lagi sibuk. Assalamualaikum,” sang Mamah buru-buru menutup telfon. Karena khawatir Al bertanya lebih lanjut tentang suara yang Al dengar barusan.

“Wa’alaikumsalam wr wb” Jawab Al. Tut…Tut…Tut!

”Mamah kok aneh banget yah hari ini” Gumam Al.



Di tempat berbeda…

Seperti biasa Eci menjemput Reva sore ini untuk main ke rumahnya.

Saat kedua gadis cantik tersebut tiba di dalam rumah, mereka langsung menghampiri mamahnya yang sedang menerima telfon.

“Mah, siapa yang nelfon?” Tanya Eci saat Mamahnya menutup telfon, Reva hanya tersenyum setelah menyalim tangan Mamahnya.

“Ada deh… mau tau aja anak Mamah ih,” Jawab Mamahnya mencubit pipi Eci. “Kalian ganti baju dulu, baru makan… sana, mamah dah masak enak buat kalian.”

“Asyikkkk… yuk Va, loe bawa pakaian ganti kan” ujar Eci mengingat saat ini perutnya memang sudah keroncongan.

“Iya Ci… hehe” Jawab Reva.

“Ya udah, yuk Va naik ke kamar” Ujar Eci dan setelah pamit ke Mamahnya, kemudian mereka melangkah menuju kamar Eci yang terletak di lantai dua.

Saat kedua gadis itu berada di dalam kamar, Mamahnya terlihat seperti kebingungan memikirkan bahwa Al sepertinya akan datang kerumah. Karena ia paham betul karakter putra sulungnya itu. Dimana pasti ia akan pulang dan makan malam dirumah setelah memberikan kabar seperti tadi. Tak perduli dengan alasan apapun.

"Sepertinya Eci harus tau nih," gumam Mamahnya pelan lalu melangkah naik ke lantai dua.

Tok...tok! "Eci..." teriak mamahnya setelah mengetuk pintu kamar anak bungsunya.

Kriekkk!

"Ada apa mah?" Tanya Eci saat membuka pintu kamar.

"Sini dulu" ujar Mamahnya menarik tubuh eci agar menjauh dari pintu kamar.

"Apaan sih Mamah, main narik-narik segala"

"Kakakmu mau datang," ujar Mamahnya membuat Eci terkejut.

"What?! Aduh, jadi gimana dong?!” Jawab Eci kaget.

"Duhhh… Ci, nak Reva gak bisa pulang aja sekarang?" tanya Mamahnya setelah memikirkan sesuatu.

"Masa iya Eci ngusir Reva sih Mah... Emangnya mamah gak bisa nelfon kak Yud sih bilang kita smua lagi gak dirumah?" ujar Eci menjelaskan, tapi sepertinya Mamahnya pun kebingungan dan mencoba berfikir langkah selanjutnya.

"Udah sih, tadi Mamah udah kasih alasan… tapi kamu tau sendiri kan kakak kamu... Dan mamah yakin, dia sekarang itu udah dijalan menuju kerumah... Duhhh gimana nih nak?!" ujar Mamahnya pusing.

"Duhhhh, gimana yah?"

Kriekkk!

"Ada apa mah, Ci?" tanya Reva yang baru saja keluar dari kamar dan melihat Eci dan Mamahnya kebingungan.

"Kamu aja jelasin..." bisik Mamahnya.

"Mamah aja deh... Ih kok Eci lagi sih," jawab Eci.

"Kenapa mah? Kamu juga Ci... Kok main bisik-bisik gitu?" tanya Reva melihat kedua orang dihadapannya seperti berbisik-bisik dengan raut wajah yang stress.

"Gak kok Nak," ujar Mamahnya. "Hmm, jadi gini... Kakaknya Eci yang paling tua itu ternyata lagi di Makassar... Dan sekarang lagi menuju kerumah" lanjutnya membuat Reva pun ikut terkejut.

Reva masih ingat ucapan wanita itu, beberapa kali wanita itu menyinggung bahwa dia pengen sekali menjodohkan putranya dengan Reva. "Trus Mah?" tanya Reva penasaran.

"Duhhhh, susah jelasinnya Va" jawab Mamahnya.

"Kakak gue itu orangnya gimana gitu Va... Ada baiknya loe nanti gak usah keluar-keluar kamar yah... Trus nanti kalau dia mau masuk kamar, loe sembunyi dimana gitu... Duhhhh kok Eci jadi ikutan pusing sih" terang Eci membuat Reva mengernyitkan alisnya.

"Segitunya yah Ci?" tanya Reva.

"Atau loe pulang dulu Va?" ujar Eci membuat mamahnya hanya mengangguk.

"Kok gitu, emangnya segalak apa sih Mah kakaknya Eci?" tanya Reva penasaran.

Saat ini gadis itu sangat penasaran siapa kakak Eci dan seperti apa orangnya. Beberapa hari ini sih, dia merasa heran karena di rumah kedua orang tua Eci kenapa foto-foto kakaknya yang paling tua tidak terpajang di ruang tamu maupun ruang tengah. Hanya ada foto Citra dan Eci beserta kedua orang tua Eci.

Tapi dia sungkan untuk bertanya, apalagi mengingat ke dua orang tua Eci yang menurut Reva sangat baik terhadapnya selama ini, membuatnya mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

"Emangnya Reva gak dikenalin yah Mah ama anak mamah yang paling tua? Hihihi..." ujar Reva bercanda.

"Ha?" Eci bengong.

"Gak Va... Eh maksudnya belum saatnya anak cantik... Hehehe, kan biar kamu penasaran dan nanti biar kamu ketemuannya saat kamu sudah menyetujui yang tuh hari Mamah bilang ke kamu." jawab Mamahnya dengan sedikit nada menggoda, membuat Reva sedikit terkejut.

Pernyataan Mamah Eci barusan membuat Reva bimbang. Di satu sisi, sudah ada Al yang bersemayam dihatinya. Walaupun mungkin kehidupan Al biasa saja, tapi Reva yakin akan bahagia bersama pria yang dicintainya. Namun, jika ia menerima tawaran mama Eci, kehidupannya akan terjamin dari sisi ekonomi. Hidup mewah bak seorang putrid raja. Tapi belum tentu akan nyaman dengan pria yang belum dikenalnya.

“Jadi gimana?” Tanya Reva.

“Ya udah… mending kamu di antar Eci aja yah sayang, atau kalian keluar kemana gitu” Jawab Mamahnya Eci.



Tiba-tiba…

Di saat orang-orang didalam rumah sedang berdiskusi, Al telah sampai didepan rumah orang tuanya. “Tumben sepi,” Gumam Al pelan saat melihat suasana rumahnya.

Sejenak sebelum turun dari mobil, Ponsel Al berdering.

“Ya halo Pak Toto” Jawab Al mengangkat telfonnya dari Pak Toto.

“Hemm, hari ini yah?”

“Ok, aku segera kesana sekarang”

Al menutup telfonnya dan melangkah mendekat ke pintu rumah.


Tok…tok…tok!

”Eh CI, siapa yang ngetuk di luar… buka gih” Sayup-sayup terdengar suara Mamahnya dari dalam rumah.

”Buruan… udah loe masuk ke kamar dulu sana”

Lagi-lagi keanehan dirasakan oleh Al. seperti ada orang lain di dalam rumahnya, selain Mamahnya dan Eci. Namun, Al menghiraukan hal itu. Mungkin ada teman Eci yang berkunjung, begitu pikiran Al.

Kriekkkk!

“Assalamualaikum…” Al mengucap salam sambil membuka pintu.

“Wa’alaikumsalam wr wb” Jawab Eci berjalan diruang keluarga, menghampiri Al.

“Kalian sedang ngapain di dalam?” Tanya Al yang saat ingin melangkah masuk ke dalam rumah.

“Ngak kok kak, tuh lagi bersih-bersih rumah” Jawab Eci.

“Ohh… ya udah, kalo gitu Kakak pergi dulu… mana Mamah? Ntar malam aja Kakak balik lagi” Ujar Al mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah karena mengingat ada urusan yang mendadak yang harus ia selesaikan sore ini.

“Maaaahhhh” Teriak Eci lalu wanita setengah baya itu menemui mereka.

“Loh kok?” Tanya Mamahnya heran karena melihat Al sepertinya akan keluar lagi.

“Ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan sekarang Mah” Jawab Al yang sudah membaca mimik wajah Mamahnya.

“Ohhh syukurlah kalau gitu,”

“Hufhhhhh…”

“Kok kalian kayak berysukur gitu kalo aku keluar lagi?” Tanya Al melihat ke anehan di antara kedua perempuan itu.

”Ada yang aneh… Batin Al, namun sepertinya ada hal penting lainnya yang harus ia selesaikan dari pada mencari tau keanehan antara Mamahnya dan juga Eci.

“Eh gak kok Nak, ya udah buruan sana… jangan telat makan yah sayang” Jawab Mamahnya mengalihkan pembicaraan. Lalu kemudian Al pun meninggalkan rumahnya untuk pergi ke Kantor cabang 3MP yang terletak di jalan Hertasing Baru.

“Hufhhh hamper saja” Ujar Mamahnya menarik nafas saat Al telah pergi meninggalkan rumahnya.

“Hampir saja rencana kita gagal yah Mah” Ujar Eci menimpali.

“Rencana apaan Ci?” Tanya Reva yang baru saja muncul ke ruang tamu. Sebetulnya Reva sedikit terlambat keluar kamar, andai saja ia lebih cepat maka ia akan mengetahui siapa Al sebenarnya.

“Eh kok loe dah turun sih..” Ujar Eci.

“Lagian masa iya Reva harus bersembunyi kayak maling aja sih Mah… hik..hik..hik berarti Reva bukan anak Mamah juga dong” Ujar Reva cemberut dan pura-pura menangis membuat Eci dan mamahnya tertawa akan tingkah Reva.

“Bukan gitu sayang… sini, belum saatnya kamu ketemu dengan calon suami kamu” Ujar Mamahnya yang sudah memeluk tubuh Reva. “Duduk dulu yuk”

“Eh…” Pekik Reva pelan saat mendengar ucapan wanita itu.

Ketiganya duduk di sofa ruang tamu dan memulai sebuah obrolan kecil sambil menunggu beduk adzan Magrib tiba.

*“Horeee… bentar lagi Reva bakalan jadi kakak Ipar Eci nih… hihihihih” Ledek Eci membuat Reva bimbang. Antara senang atau sedih.

“Kok wajah kamu kelihatan sedih gitu nak?” Tanya mamahnya yang menyadari perubahan di wajah Reva.

“Eh… anu Mah. Gak apa-apa kok” Jawab Reva.

“Makanya cowok loe yang di Jakarta mending di putusin aja Va… hehehe, mending loe jadi kakak ipar gue aja” Ujar Eci membuat Reva menggelengkan kepalanya.

“Reva mencintainya Mah” Jawab Reva pelan. Membuat mamahnya tersenyum dalam hati karena ternyata gadis itu sangat mencintai putranya.

“Hufhhh, jadi kamu menolak dong jadi anak mantu mamah?” Tanya Mamahnya sambil membuat mimik mukanya seperti kecewa.

“Hik…hik…hik… Maafin Reva Mah” Ujar Reva yang sudah sesunggukan menahan isaknya saat ini. Sesak di dadanya tiba-tiba ia rasakan.

“Iya iya… sini sayang, gak usah nangis gitu ah… anak Mamah kok cengeng sih” Ujar Mamahnya mengusap lembut rambut gadis itu.

“Kamu bener-bener mencintainya yah?” Tanya mamahnya pelan.

“I..Iya Mah” Jawab Reva pelan.

“Walaupun kamu belum tau pekerjaannya seperti apa… dan masa depan kamu nantinya seperti apa?” Tanya Mamahnya dan Reva menjawab dengan anggukan pelan.

“Reva mencintai dia apa adanya Mah, biar dia berasal dari keluarga biasa-biasa aja, Reva gak masalah Mah… karena Reva mencintainya” sekali lagi Reva mempertegas pilihan hatinya, membuat Mamahnya sangat bersyukur akan mempunyai menantu yang begitu baik dan tak menilai apa yang dimiliki oleh putranya saat ini.

“Kok jadi melo gini sih loe ah… gak asyik banget” Celetuk Eci cemberut yang sedari tadi hanya diam melihat adegan dramatis antara Mamahnya dan Reva.

“Hehehehe, sorry Ci… kamu belum cukup umur untuk tau masalah kek gini” Ledek Reva di sela isak tangisnya.

“Kalo gitu, kapan dong kamu ngenalin pacar kamu ke Mamah?” Tanya Mamahnya membuat Reva tersenyum.

“Dia sekarang lagi di Makassar Mah, seriusan nih mamah pengen ketemu ma dia?”

“Iya dong… kapan kamu ajak kemari?” Tanya Mamahnya.

“Loe aja belum ngenalin ke gue Va, loe jahat,” Cemberut Eci yang dibuat-buat.

“Hehehehe, entar kamu jatuh cinta lagi ma dia Ci” Ujar Reva.

“Gak bakalan… weeeeekk” Eci menjulurkan lidahnya membuat ketiga perempuan itu tertawa bersamaan di ruang tengah.

Reva tersenyum bahagia mendapatkan keluarga baru dan begitu baik terhadapnya. Walaupun berat rasanya ia menolak dijodohkan dengan Putra sulung wanita itu, Namun Reva tetap bersyukur karena mengetahui bahwa wanita itu masih menyayanginya.

Tapi sejujurnya di hati kecilnya yang paling dalam, ia sangat penasaran terhadap kakak Eci yang paling tua. Bagaimana sosoknya, kenapa sampai saat ini tak ada gambaran sedikitpun tentang orang itu.

“Kok melamun sih Nak?” Tanya Mamahnya menyadarkannya.

“Eh gak… hehehehe,”

“Ya udah… tuh udah adzan, yuk sholat dulu” Ujar Mamahnya dan akhirnya mereka pun beranjak dari tempatnya untuk menunaikan kewajiban sebagai umat beragama.

Tahukah kalian apa yang disebut dengan bahagia? TS rasa banyak orang akan menjawab bahagia adalah ketika kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan sehingga bisa merasa begitu gembira dalam menjalani hidup ini.

Begitupun dengan Reva, dimana ia merasa sangat bahagia karena memiliki begitu banyak hal yang dianggap semua orang adalah sumber kebahagiaan. Kasih sayang keluarga barunya walaupun bukan keluarga aslinya, namun sikap dan perhatian keluarga Eci sudah membuatnya sangat bersyukur.

Dan satu lagi, Masa depan. Keputusannya memilih Al dan menolak permintaan Mamahnya Eci untuk dijodohkan dengan Kakak tertua Eci tidak membuat Reva merasakan sebuah penyelasan sedikit-pun atas keputusan tersebut. Walaupun Kakak Eci mempunyai segalanya, tapi bagi Reva kebahagiaan itu tidak diukur dari banyak tidaknya harta yang dimiliki. Akan tetapi, bagaimana cara mempertahankan cintanya kepada seorang pria yang selama ini membuatnya tersenyum dan memilih menolak sebuah tawaran yang mungkin semua orang memimpikannya. Memimpikan mempunyai suami kaya raya.

Ia mengenal Al sejak 6 bulan lalu, sejak kejadian yang menurutnya tanpa kesengajaan. Namun, ia sangat bersyukur telah mengenal sosok Al. sosok pria aneh yang sampai saat ini masih sulit ia percaya bahwa Al awalnya adalah seorang GAY. Bahkan sampai saat ini, ia belum menanyakan sedikitpun tentang keadaan pria itu.


~•○●○•~​


Besoknya…

Siang ini dan kebetulan jadwal Off Reva. Al dan Reva sedang janjian bertemu untuk sekedar nongkrong dan menghabiskan waktu seharian berkeliling kota Makassar. Karena sejak semalam mereka sudah merencanakannya.

Semalam, saat Reva pulang ke apartemen di antar oleh Eci awalnya kecewa karena tidak mendapati sosok Al di dalam apartemenya. Namun itu hanya sesaat, karena Al yang juga hanya selisih setengah jam darinya memutuskan untuk pulang ke apartemen.

Mereka bercanda satu sama lainnya di dalam apartemen, bermesraan melampiaskan rasa rindu yang tak akan ada habisnya. Namun, Al maupun Reva tak berfikir untuk melakukan hal yang seperti mereka lakukan dimalam pertama Al tiba.

Awalnya Reva ingin menceritakan tentang keluarga barunya, tapi ia merasa belum pantas ia menceritakan ke Al dan ditambah lagi tentang permintaan Mamah Eci untuk dijodohkannya dengan Kakak tertua Eci membuat Reva mengurungkan niatnya.

Pagi tadi, Al pamitan pagi-pagi sekali dengan alasan ada urusan penting yang harus ia selesaikan. Dan merekapun akhirnya saling janjian untuk ketemu di sebuah Café yang terletak di daerah Boulevard sebelum makan siang.

Beberapa saat kemudian, Al yang baru saja tiba. Tersenyum lebar ketika melihat sesosok gadis duduk meyendiri di sudut sebuah café sambil mengaduk-aduk es krim Chocomintnya. Al melonggarkan kemejanya dan menggulung lengan kemeja putihnya lalu mengambil posisi duduk tepat di depan gadis itu yang tak lain adalah Reva.

Satu colekan diberikan pada pipi gadis itu, membuat gadis itu menoleh dengan ekspresi kaget yang menurut Al lucu dan menggemaskan.

“Enak yah ice creamnya?” Tanya Al ke Reva.

“Hehehe, biasa aja sih” Ujar Reva membalas senyuman pria itu.

“Sorry nunggu lama,” Ujar Al. dan gadis itu hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya.

“Mba,” Ujar Al memanggil salah satu waiters. Dan setelah memesan sesuatu, kembali Al menatap ke gadis itu

Dan ternyata Reva sejak tadi menatap wajah Al. Penilaiannya terhadap Al adalah sosok pria muda yang berkharisma dan sopan. Walaupun pria itu bukan tipe orang yang banyak bicara atau bertingkah luar biasa, tapi Reva menganggap pribadinya begitu menarik. ”Senyumnya… Thanks for everything” Batin gadis itu yang tersenyum tak melepaskan tatapannya terhadap Al.

“Kamu kenapa Va?” Pertanyaan dari Al tak di gubris oleh gadis itu.

“Eh” Reva terkejut saat Al memegang tangan kanannya dan menggenggamnya erat.

Entah kenapa siang ini, Reva tiba-tiba merasa gugup disamping Al. tidak seperti biasanya, sehingga membuat Al hanya tersenyum melihat tingkah gadis di sampingnya.

“Gimana urusannya tadi?” Tanya Reva mencoba menutupi kegugupannya.

“Udah beres kok…hehehe” Jawab Al.

“Ohh, emangnya tadi ngurus apaan Al?” Tanya Reva sambil menikmati ice creamnya sambil tak melepaskan tatapannya terhadap pria itu.

“Ada panggilan interview… kan seperti yang kamu bilang, kalau aku harus nyari kerjaan di Makassar,” Jawab Al dan dibalas sebuah bibir manyun oleh gadis itu.

“Syukur deh kalau dah sadar… hihihi”

“Emang dari dulu aku sadar kok Va,”

“Alasan… ingat! Kalau kamu pergi lagi… aku bakalan ninggalin kamu dan memilih mencari cowok lain yang bisa hadir setiap saat aku butuhkan,” Ujar Reva membuat Al hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.

“Yakin?” Tanya Al malah membuat Reva kesal.

“Ihhh kamu tuh yah, aku serius nih.” Cemberut Reva.

“Serius dah bubar kali Va”

“Au Ah” gadis itu merajuk dan mengalihkan wajahnya ke arah jalan raya.

Akhirnya pesanan Al tiba, dan pria itu mulai menikmati cemilan Chicken Wings sebelum memesan makan siang. “Kamu gak makan?” Tanya Al kembali.

“Malas…”

“Kok kamu ngambek lagi sih, kan aku gak kemana-mana sekarang” Ujar Al mencoba menghibur Reva.

“Gak tau deh Al… itu urusan kamu kok, mau ninggalin aku lagi di Makassar… silahkan” Jawab Reva membuat Al mendekatkan tubuhnya ketubuh gadis itu.

“Trust me” Bisik Al pelan. Reva menoleh dan mendapatkan sebuah tatapan hangat dari pria itu. Reva pun membalas senyuman pria itu dan kembali menikmati ice creamnya yang sudah agak mencair.

Tawa kebahagian terlihat diwajah keduanya, kembali mengobrol biasa dan juga sesekali Reva mencubit lengan Al karena pria itu sering saja menggodanya. Tapi gombalan Al yang tidak dibuat-buat itu justru membuat Reva sering kali tersipu dihadapan Al.

Reva menggandeng lengan Al dan mengusap lengan pria itu dengan lembut sambil menunggu pesanan makan siang mereka yang baru saja mereka pesan ke salah satu waiters.

Saat makanan mereka tiba, Al dan Reva akhirnya langsung menyantapnya karena mengingat perut mereka memang sudah keroncongan.

“Habis ini mau kemana?” Tanya Al saat selesai menyantap makan siangnya.

“Hmm, nonton yuk.” Jawab Reva.

“Ok, ya udah habisin gih makannya” ujar Al dan Reva pun melanjutkan menghabiskan makan siangnya.

Setelah selesai menikmati makan siang, tiba-tiba HP Reva bordering adanya telfon masuk dari seseorang.

“Siapa Va?” Tanya Al.

“Sodara aku sayang… hehehe,” Jawab Reva lalu mengangkat Hpnya sambil menatap wajah Al dengan senyuman.

“Wa’alaikumsalam wr wb… Yah Di, ada apa?” Ujar Reva menjawab salam seseorang diseberang saat mengangkat telfonnya.


”Di??” Batin Al.

“Ha?? Kamu gak bohong kan?” Tanya Reva dan raut wajahnya berubah menjadi sedih.

”Ada apa sebenarnya” Batin Al melihat perubahan raut wajah gadis itu.

“Alhamdulillah… hik…hik…hik… “ Tiba-tiba Reva menangis membuat Al meraih tangannya dan memberikan kekuatan terhadap gadis itu. Al berfikir mungkin ada sesuatu yang menyedihkan sedang terjadi terhadap Reva. Atau ke orang yang sedang menelfon gadis itu.

“I..iya… secepatnya Reva akan ambil cuti dan berangkat kesana” Al mendengar ucapan Reva tiba-tiba mengernyitkan alisnya. Bingung dan juga masih sabar menunggu penjelasan dari gadis itu setelah selesai menelfon.

“Ya udah deh sayang… hik…hik… makasih yah Di atas bantuannya…hik…hik” Ujar Reva yang masih saja menangis dipelukan Al. “Wa’alaikumsalam wr wb”

Al mengusap belakang Reva, membuat gadis itu makin memeluk Al saat menutup telfonnya.

“Kalau belum yakin untuk bercerita, mungkin simpan saja dulu… nanti aja cerita ke aku apa masalah kamu,” Ujar Al saat Reva mendongak ke atas menatap wajah pria itu yang masih saja mengusap belakangya.

“I..ibu aku Al… hik…hik… Ibu aku Al ternyata pengen ketemu denganku… hik…hik” Jawab Reva yang kembali membenamkan wajahnya ke dada pria itu.

“Alhamdulillah… dimana Va,” Tanya Al.

“Kapan kamu ke Jakarta? hik…hik…” Reva tak menjawab pertanyaan Al, malah bertanya balik.

“Katanya aku disuruh nyari kerjaan di Makassar… kok sekarang malah nanya kapan aku balik Jakarta” Jawab Al tersenyum.

“Hik…hik..hik… Ibuku sekarang lagi di Jakarta Al… aku pengen ke Jakarta nemuin Ibu…hik..hik”

“Hehehe, iya iya Va… nanti aku temenin kamu ke Jakarta… kapan kamu mau ke Jakarta?” Tanya Al.

“Belum tau Al…pengen ngajuin cuti dulu ke Indah.” Jawab Reva setelah tangisnya reda.

Gadis itu merasakan bertambahnya rasa kebahagiaan di dirinya. Tak sabar ingin bertemu dengan ibunya dan tentu saja adiknya yang selama ini telah terpisah lama.

“Ada baiknya kamu ngajuin cutinya besok… lebih cepat lebih baik,” Ujar Al dan di iyakan oleh gadis itu. ”Mungkin sudah saatnya aku akan jujur ke kamu Va… siapa aku sebenarnya, saat kamu di Jakarta nanti” Batin Al sambil menatap wajah gadis itu dengan tatapan sendu.

“Makasih yah Al… nanti aku kenalin ama ibu aku sebagai calon suamiku kelak. Hehehe” Ujar Reva saat emosionalnya telah reda.

“Kamu yakin ibu kamu akan menerimaku nantinya?” Tanya Al.

“Insya allah sayang… hehehe, eh tapi kita emangnya udah jadian yah? Kan kamu belum nembak aku untuk jadi pacar kamu… lagian belum lewat satu purnama juga kan” Tanya Reva tersenyum.

“Penting gak” Jawab Al simple.

“Gak sih… hehehehe, kan udah ada dede di perutku. Week”

“Dasar…”

“Ya udah yuk Al… ntar telat lagi nontonnya.” Ajak Reva

Akhirnya mereka berdua meninggalkan café itu dan pergi ke Mall Panakukang untuk nonton sebuah film.

Saat tiba di dalam XXI, Al menghentikan langkahnya karena melihat dua orang yang tak begitu lama ia kenal. “Kenapa Al?” Tanya Reva heran.

“Bentar Va… sepertinya aku mengenal mereka” Jawab Al menunjuk ke arah dua orang tadi. Seorang pria dan wanita yang mungkin lebih tua sedikit dari Al sedang berjalan sambil bergandengan tangan. Terihat wanita itu begitu manjanya bergelayut mesra dilengan pria itu.

“Pak Pai” Sapa Al saat kedua orang itu berpapasan dengannya.

“Eh pak Al… “ Ujar pria itu terkejut. Begitu juga wanita itu yang tak kalah terkejutnya bertemu dengan Al saat ini.

Al bingung, takut identitasnya diketahui oleh Reva yang masih saja berdiri memperhatikannya. Jelas saja ia takut saat ini, karena belum siap akan apa yang akan terjadi jikalau Reva mengetahui siapa dia sebenarnya. Namun, sepertinya kekhawatirannya hilang seketika saat menoleh ke Reva yang sepertinya tak mengenali siapa wanita yang bersama pria dihadapannya yang tak lain adalah Bapak Paidi (hampir sama yah dengan nama kepala CS di kantor pusat 3MP, Hehehehe… tapi beda, karena di HO namanya paidikage, sedangkan pria yang saat ini bernama paidi doang). Bapak Paidi, pemilik PT. Painov Indonesia yang menjadi Mitra bisnis 3MP sebagai Sub distributor untuk mendistribusikan local produk dari perusahaan milik Al.

Dan wanita yang bersama pak Pai saat ini, adalah istri dari Pak Toto selaku Regional Business Director 3MP area East Indonesia. wanita itu bernama Ibu Indri.

“Maaf Pak Al… hehehe” Pai terkekeh antara kikuk dan bingung. Begitu juga Indri yang langsung melepaskan lengannya dan mengambil jarak dari Pai.

“Santai saja Pak… sudah biasa kok di jaman sekarang, hehehe” Ujar Al yang sudah mengetahui keadaan Pai dan Indri saat ini. Perselingkuhan, mungkin kata itulah yang lebih tepat buat mereka.

“Baik pak, kami duluan yah” Ujar Pai pamit.

“Ok deh Pak Pai… ibu Indri, see you again” Ujar Al.

“Eh Mas, Mpok Wanda kemana yah? Kok gak kelihatan?” Tanya Indri yang sedang celingak-celinguk mencari seseroang.

“Telfon aja sayang” Jawab Pai membuat Al yang mendengarnya hanya menggelengkan kepalanya.

“Nyari siapa Pak?” Tanya Al.

“Biasa Pak Al, PRT di rumah. Kebetulan saya menuruhnya untuk berbelanja perlengkapan rumah… maklum hidup bujang di Makassar jadinya kayak gini” Jawab pai.

Al hanya geleng-geleng kepala saat Pai maupun Indri kembali pamit dan meninggalkan Al maupun Reva.

“Siapa Al?” Tanya Reva saat mereka kembali melanjutkan langkahnya masuk kedalam XXI.

“Ohh, bekas bos aku di Jakarta dulu Va,” Jawab Al.

“Ohhh…” Sepertinya Reva memang tak mengenal Indri. Mungkin Pak Toto tak pernah membawa istrinya di Hotel selama ia menjawab jadi GM dulunya. Pikir Al setelah mengetahui bahwa Reva sepertinya cuek-cuek saja dan tak membahas lagi tentang kedua pasangan yang sedang selingkuh tadi.



~•○●○•~​


Di perjalanan pulang setelah menghabiskan waktu bersama Al seharian, Reva sedari tadi melamun menatap jalan raya di depannya. Ingatannya berputar ke beberapa tahun yang lalu.

Reva menahan napas dan jantungnya ikut berdetak cepat saat mengingat kembali kenangan masa lalunya. Mengingat rumah yang telah di ambil alih oleh rentenir, satu-satunya peninggalan almarhum ayahnya. Dua belas tahun yang lalu ayahnya mengalami kecelakaan lalu lintas saat pulang kerumah.

Selama itu, Reva tinggal bersama dengan ayahnya yang ternyata meninggalkan banyak hutang untuk membiayai kebutuhan mereka sehari-hari. Ayahnya memang seorang pengangguran dan kerjanya hanya bermain kupon putih untuk menguji peruntungannya. Kadang kalah, kadang pula menang banyak dan tetap saja kembali ke Nol. Uangnya hanya untuk membayar lagi hutang-hutangnya. Begitu seterusnya hingga tak terasa utang mereka pun menumpuk.

Sementara, Ibu dan adik satu-satunya sudah lama meninggalkan ayahnya dan juga Reva karena tak sanggup hidup dengan keadaan serba kekurangan saat itu. Kenangan buruk masa lampau tak akan pernah hilang dari ingatan gadis itu. Kenangan saat malam itu, pertengkaran kedua orang tuanya yang begitu hebat sampai-sampai ayahnya akhirnya memberikan pukulan berkali-kali ke tubuh ibunya. Dan setelah kejadian itu, akhirnya Ibunya memutuskan minggat dari rumah dan membawa adiknya yang hanya terpaut 2 tahun dari umurnya.

Kesedihan yang melingkupinya setelah ditinggal mati sang ayah, sedikit demi sedikit mulai terobati saat Reva mulai bekerja di Hotel Clarion. Saat ditinggalkan oleh ayahnya, Reva menjadi sosok seorang wanita yang kuat dan mandiri.

“Kenapa lagi Va?” Tanya Al mengagetkan Reva dari lamunannya.

“Gak kok Al” Jawab reva menggelengkan kepalanya dan tersenyum menatap wajah Al dari samping. “Makasih yah Al… Makasih atas semuanya” Al menjawabnya dengan anggukan kepala dan balas tersenyum hangat menatap wajah Reva.

“I love You Al,” Ucap Reva pelan.

“Love you too,” Jawab Al meraih jemari gadis itu dan menggenggamnya erat.

Reva menyandarkan kepalanya ke bahu Al yang masih sibuk menyetir. Karena memang mobil yang mereka kendarai adalah mobil matic, maka memudahkan Reva bermanja-manja di lengan Al, tanpa mengganggu konsentrasi Al yang sedang menyetir.

“Dasar gadis bodoh,” Bisik Al pelan menoleh sesaat.

“Biarin, tapi kamu suka kan” Jawab Reva mendongak ke atas.

“Muachhhh,” Reva mencium bibir Al, lalu tersenyum saat melepaskannya.

“Udah mau pulang?” Tanya Al.

“Belum…” Jawab Reva menggelengkan kepalanya.

“So, mau kemana?”

"Ke pantai aja yuk..." jawab Reva. Dan akhirnya Al menyetujui permintaan gadis itu dan melajukan mobilnya menuju Pantai Tanjung Bunga yang terletak di jalan Metro.


~•○●○•~​


Jakarta... Sehari kemudian…

Seorang wanita setengah baya baru saja tiba di sebuah rumah makan yang tidak begitu mewah, dan terlihat seorang gadis berparas oriental sedang menunggunya sedari tadi.

"Maaf nak, udah nunggu lama" ujar wanita itu saat menyapa gadis berparas oriental nan mempesona itu.

"Iya tan gak apa-apa... Lagian juga aku baru nyampe kok," jawab gadis itu tersenyum. "Duduk yuk tan."

Tak lupa gadis itu memanggil salah satu waites untuk memesankan minuman terhadap wanita tadi.

"Jadi gimana nak? Kamu udah telfon dia?" tanya wanita itu.

"Udah dong tan... Dan kayaknya dia senang banget pengen ketemu ma tante... Oh iya, si Puput kok gak diajak juga?" jawab gadis itu.

“Dia lagi gak enak badan nak… lagi istirahat dirumah” Jawab wanita itu. Terlihat wajah kesedihan di wajah gadis itu mengingat apa yang telah terjadi selama ini.

“Ohh, salam buat Puput yah Tan… dah lama juga gak ketemu,” Ujar gadis itu tersenyum.

“Kamu main aja kerumah sayang… lagian hanya tante ma puput doang dirumah” Jawab wanita itu kembali tersenyum.

“Iya deh tan… weekend ini aku main ke rumah tante yah,”

“Oh iya, terus kapan dia mau ke Jakarta?” Tanya kembali wanita itu.

“Katanya sih mau ngajuin cuti dulu… kenapa tante gak nelfon aja langsung”

“Tante takut sayang… biar saja nanti ketemunya di Jakarta aja.”

“Jangan sedih yah tan… yang lalu biarlah berlalu… lagian kayaknya nanti dia juga pengen ngenalin cowoknya ke tante deh… semalam habis telfon-telfonan tuh ma dia” Ujar gadis itu menghibur wanita itu yang sedang menahan isak tangisnya.

“Ohh dia udah punya cowok yah… baik gak cowoknya?”

“Iyalah tan… dia kan dah gede, jadi dah pantas punya cowok” jawab gadis itu. “Lagian aku juga belum pernah ketemu ma cowoknya… sempat sih liat fotonya di apartemen dulu… hmmm, ganteng lah pokoknya tan… hihihihi”

“Apartemen?” Tanya wanita itu.

“Iya tan… jadi cowoknya tuh kerja diJakarta. Jadi, daripada dia ngekos mending tinggal di apartemen cowoknya aja… hitung-hitung menghemat biaya,” Jawab gadis itu menjelaskan.

“Ohhh,”

“Tenang aja kok tan… aku yakin dia bisa jaga diri kok” gadis itu cepat-cepat menjelaskan karena tiba-tiba wanita itu sedang berfikir tentang sesuatu. Yang bisa ditebak oleh gadis itu.

“Semoga saja nak… karena jaman sekarang itu, pergaulan bebas sedang menyebar dinegara kita… khususnya seperti seumuran kalian gitu,” Ujar wanita itu. “Andai saja aden kenal ma dia… hufffhhhh”


“Aden?



Still Continued…

No comments:

Post a Comment