Friday 10 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 35

ALFRIZZY YUDHA PRATAMA

[​IMG]



REVALIAN DWINSYIRAH

[​IMG]



HARDIAH DAMAYANTI SOPUTAN

[​IMG]


BAB 34 – I’M YOURS

Makassar…


“Terima kasih Pak sudah menginap di Hotel kami,” Ucap seorang gadis siang ini saat sepasang suami istri baru saja melakukan check out.

“Reva, jam kerja kamu harusnya sudah selesai kan? Sudah waktunya kamu pulang,” tegur seorang pria yang baru saja menghampirnya. Reza, GM Hotel Clarion baru saja menghampiri Reva karena biar bagaimana dia sangat paham bahwa gadis itu adalah gadis yang sedang dekat dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Tak bisa di pungkiri juga seorang Reza merasa sungkan terhadap Reva.

“Eh Pak Reza, iya pak… tapi bentar lagi lah Pak, gak enak ma teman-teman yang lain” Jawab Reva tersenyum.

“Ohh, ya sudah… aku tinggal dulu yah,” Ujar Reza dan akhirnya meninggalkan meja resepsionis untuk keluar dari Hotel.

Dari kejahuan, Reva melihat sebuah mobil Honda All New CRV baru saja menjemput Reza saat pria itu telah tiba di depan lobby. ”Hehe, paling itu ibu Rahma yang menjemputnya… hihihihi, pasti bahagia banget deh mereka sekarang” Batin gadis itu. Lalu tiba-tiba gadis itu terbayang wajah seorang pria yang selama ini mengganggu pikirannya. ”Memang jodoh itu udah di atur ama yang kuasa, hufhhhh…”.

Rahma saat ini sudah tidak bekerja lagi di Hotel Clarion. Berbagai pertimbangan di awal akhirnya ia pun mau mengikuti saran dari suaminya, yaitu mundur dari perusahaan dan fokus menjadi ibu rumah tangga.

Reza, sejak kejadian malam itu. Malam dimana seluruh keluarganya mengetahui siapa Al sebenarnya, telah berjanji dalam hati bahwa mulai saat itu ia akan mendedikasikan hampir seluruh waktunya untuk memajukan perusahaan yang saat ini ia pimpin.

Seringkali saat Reza mengikuti Telecon Meeting bareng Pak Toto dengan kantor pusat 3MP, meeting bulanan untuk membahas bisnis review semua Regional Area yang berada diseluruh Indonesia dan dimana semua Direktur yang berada di HO ikut hadir di meeting tersebut, tak terlihat sama sekali di diri Al menyimpan dendam terhadapnya. Bahkan beberapa waktu lalu, justru Al lah yang mengajukan ke Citra untuk penyesuaian gaji Reza. Dengan kata lain, saat ini income yang diterima oleh Reza sangat jauh lebih besar daripada sebelumnya.

“Ibu Indah, aku pamit dulu yah…” Ujar Reva setelah selesai membereskan semua pekerjaannya.

“Hemm, baiklah… thanks,” Jawab Indah tanpa menoleh ke Reva, karena masih fokus menyelesaikan laporannya.

Reva melangkahkan kakinya keluar dari Hotel. Gadis itu sesekali melihat ke layar ponselnya, sekedar ingin mengetahui ada tidaknya panggilan atau pun pesan masuk.

Nihil, tak satupun telepon atau pesan yang masuk ke ponselnya. ”Apakah ia sudah lupa ama janjinya? Apakah ia memang sangat sibuk sekarang?”. Beberapa kali gadis itu mencoba untuk berfikir positif terhadap Al.

Tiiinnn…Tiinnnn! “Hei Non, jangan melamun terus… ayo cepat masuk” teriak seorang gadis dari dalam mobil city car saat salah satu jendela terbuka yang berhenti di depannya.

“Astagaaa ci, kok repot-repot gini sih jemput Reva” Ujar Reva saat tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara melengking di dalam mobil.

“Kok muka loe ditekuk begitu?” tanya gadis berambut ikal yang sedang menyetir, tetapi orang yang ditanya tetap diam tak bergeming, bahkan tak ada respon satu katapun keluar dari mulutnya.

“Revaaaa… woiii Va” yang dipanggil masih tetap diam.

Tiba-tiba. Ciiitttttt bunya rem mobil yang diinjak secara paksa untuk menghentikan laju mobil di area jalan yang untungnya cukup sepi.

“Eh.. eh… kenapa Ci?” Tanya Reva sedikit terkejut.

“Ya elah nih anak… loe kok diem aja gue tanya” Jawab Eci sambil menggelengkan kepalanya.

“Hihihihi, gak ada apa-apa kok sayang… so, mau kemana?” Ujar Reva nyengir membuat Eci sedikit cemberut. “Dasar,” Balas Eci.

Akhirnya Eci kembali menjalankan city carnya menuju Apartemen tempat tinggal Reva, lalu mereka berdua akhirnya memilih untuk keluar bareng hanya sekedar jalan-jalan dimalam ini sekalian makan malam bersama.


~•○●○•~​



Malam hari…

Sebuah SUV Range rover berwarna merah, sedang melaju dengan kecepatan sedang menuju sebuah appartemen yang terletak di daerah Pettarani. Seorang pria yang mengendarai mobil tersebut sedang melamun tetapi matanya masih tetap fokus melihat jalan raya didepannya. Sebuah rasa rindu yang selama ini ia rasakan. Ingin segera bertemu dengan seorang gadis yang tak lain adalah Reva.

Al, memang selama ini ia sangat sadar karena sudah sangat keterlaluan. Sampai tidak mengangkat telfon dari Reva , akan tetapi dia mempunyai alasan tersendiri kenapa ia melakukan hal itu.

Pria itu sangat bingung dengan keadaannya yang sekarang, di satu sisi dimana saat ini Diah telah masuk di dalam kehidupannya. Namun ada satu hal yang membuat Al akhirnya mengetahui perbedaan antara Reva dan Diah.

Sudah cukup membuktikan perbedaan antara keduanya. Al awalnya merasa terhibur akan kehadiran Diah, karena sikap Diah yang manja dan mampu membuat Al tersenyum. Namun, Al merasakan sesuatu yang beda. Yang ia pun tak mampu menjawabnya. Apa lagi beberapa hari belakangan ini saat gadis itu telah bekerja di 3MP, selalu saja memperlihatkan perhatian penuh terhadapnya. Memang sih Al akui bahwa gadis itu sangat polos, manjanya bikin gemas. Tapi, kadang Diah tidak bisa melihat kondisi Al saat dimana ia sedang sibuk dan tak ingin diganggu.

Di tambah lagi, seringkalinya Diah mengajaknya keluar jalan padahal gadis itu tak mengetahui betapa sibuknya Al saat itu. Yang benar saja, hampir saja awalnya Al mengabaikan pekerjaannya hanya untuk menemani gadis itu sekedar berjalan-jalan. Tapi, itu hanya sesaat hingga akhirnya ia sadar bahwa semuanya hanyalah untuk menghilangkan rasa rindunya terhadap Reva. Semakin Diah menghiburnya, semakin besar rasa rindunya terhadap Reva. Gadis yang selama ini menunggunya untuk merealisasikan janjinya selama ini.

Kembali lagi pikirannya mengingat-ngingat berbagai hal yang telah ia lewati bersama. Reva, senyum khas yang rada centil dan manja mampu membuat Al melupakan semua pekerjaannya saat ini.

Maka ia putuskan hari ini ia wajib ke Makassar hanya untuk sekedar melepas rasa rindunya kepada Reva.

Saat mobilnya telah masuk ke parkiran apartemen, tiba-tiba ia melihat Reva baru saja melangkah masuk. Cahaya lampu mobil yang sudah jauh meninggalkan apartemen, membuat Al sedikit merasa sesak di hatinya.

Dugh! "Siapa yah yang mengantarnya tadi" batin Al.

Apakah ia cemburu?

Sebuah mobil baru saja mengantar Reva pulang, namun Al tak sempat melihat mobil apa yang mengantar gadis itu pulang.

Al turun dari mobilnya dan mengikuti langkah Reva untuk masuk ke apartemennya.

Berbeda dengan gadis itu, tiba-tiba perasaannya tak enak. Ia sadar bahwa sepertinya ada yang mengikutinya dari belakang. Namun ia enggan untuk berbalik dan malah mempercepat langkahnya untuk menuju lift.

Ting…tong! Pintu lift terbuka.

Lalu Reva melangkah masuk kedalam lift, namun tiba-tiba. “Eh!” ia terkejut saat menoleh karena pintu lift di tahan oleh tangan seseorang.

“Hai” Sapa Al dengan senyuman khasnya.

“Al… eh… kenapa kamu ada di..disini?” Tanya Reva karena terkejut akan kehadiran Al.

“Hehehe, emang gak boleh? Kan ini apartemenku juga” Jawab Al lalu menekan tombol lift. Pintu pun tertutup lalu pria itu membalikkan tubuhnya dan menatap wajah gadis itu.

Reva rupanya masih kesal terhadap Al, karena sudah 4 hari ini ia tak mendapatkan kabar dari Al. namun, rasa rindu yang begitu besar mengalahkan kekesalannya saat ini.

Al memiringkan wajahnya menatap wajah Reva yang cemberut dan sedang memanyunkan bibirnya.

“Ihhh apaan sih” Ujar Reva saat Al masih menatapnya.

“Why?” Tanya Al pelan.

“Benci… ihhhh kok gak ada kabar sih beberapa hari ini” Jawab Reva yang sudah menyerang tubuh Al dengan cubitan-cubitan kecil.

“Auw… hehehe, biar kangennya makin besar Va… bener gak?” Jawab Al menahan tangan Reva.

“Au Ah”

Sejujurnya Reva tidak bisa menutupi kebahagiaannya saat ini, sebuah keinginan untuk bertemu dengan Al. “Al, sampai kapan kamu di Makassar?” Ujar Reva tertunduk.

“Sampai kapan kamu mau?” Tanya Al tersenyum hangat.

“Kok?” Tanya Reva saat Al memegang kedua tangannya.

“Jujur, aku kangen kamu” Kejujuran yang terucap di bibir Al, sehingga tak terasa kedua mata Reva telah berkaca-kaca. “Eit, jangan cengeng gadis bodoh… aku gak suka kalau kamu cengeng seperti ini… bukan kamu banget nih” Lanjut Al menarik tubuh Reva ke pelukannya.

“Hik…hik…hik… Biarin, namanya juga cewek… hik…hik”

“Ya udah… aku akan dimakassar sampai kamu mengusirku dari kota ini” Ujar Al.

“Hahahaha, emang Reva gubernur Makassar gitu… Dasar” Tawa Reva setelah tangisnya mereda.

“Nah gitu donk… senyum lagi kek gitu, jangan nangis melulu” Ujar Al menguyel-uyel rambut Reva.


Ting…Tong! Pintu Lift terbuka. Dan keduanya akhirnya menuju ke dalam apartemen.


Saat mereka tiba di dalam ruangan, Reva segera menyalakan lampu ruang tengah. Lalu menoleh ke Al. sepertinya gadis itu tak sabar untuk melampiaskan semua kerinduannya selama ini terhadap pria itu.

“Haaaahhh, akhirnya bisa juga kembali kesini” Ujar Al meregangkan kedua tangannya menghirup udara hangat di dalam ruang tengah. Bersih dan wangi, sepertinya Reva sangat merawat apartemen Al selama ini. “Kok senyum-senyum?” Lanjut Al saat mendapati sebuah senyuman aneh di wajah Reva.

“Hehehe… Gak kok, weekkkk” Jawab Reva menjulurkan lidahnya mengejek Al.

“Ya udah, aku mandi dulu yah Al… oh iya kamu bawa pakaian ganti atau tidak?”

“Ada di mobil Va, kenapa gitu?”

“Gak usah turun kebawah, pake kimono aja ntar tidurnya… hihihi” Ujar Reva mengulum mulutnya.

“Trus dalamanku gimana?”

"Au ah... Pokoknya gak boleh... Titik" jawab Reva manyunkan bibirnya.

Ingin sekali rasanya Al segera memeluk tubuh Reva dan menggendongnya untuk naik ke ranjang. Tapi, ia masih menahan perasaannya saat ini.

“Eh btw aku dulu dong yang mandi… gerah nih seharian dari Jakarta ke Makassar” Ujar Al.

“Bareng aja yuk… hihihi, kan dah lama gak mandi bareng” Jawab Reva tersenyum genit.

“Gak…” Jawab Al tegas. “Ya udah aku mandi dulu yah… bye” Ujar Al lalu meninggalkan Reva yang bengong di ruang tengah.

Saat Al berada di kamar mandi, tersirat sebuah senyum di wajah Reva mengartikan sesuatu. “Hemm, huhhhh pengen godain Al deh… hihihi, apa iya dia dah sembuh total?” Gumam Reva pelan. Lalu ia pun mengambil kotak kecil yang terletak di atas lemari kaca di dalam kamarnya. Sebuah G-string terbaru berwarna hitam lengkap dengan bra Brenda senada dengan warna g-stirng.

Reva segera berganti pakaian, lalu sejenak ia mematung di depan cermin menunjukkan tubuh sensual miliknya. “Masa iya kamu gak nafsu ma aku Al… hihihi” Gumamnya pelan saat meremas kedua payudaranya sendiri di depan cermin. Sebelumnya Reva tak lupa melilitkan handuk ke tubuhnya hanya untuk sekedar menutup tubuhnya saat ini yang hanya berbalut Bra dan Gstring. Kemudian Reva melangkah mendekat ke pintu kamar mandi.

Tok…Tok…! ”Yah kenapa Va?” Teriak Al dari dalam kamar mandi.

Krieeeekkk…! Pintu kamar mandi terbuka, Reva tanpa permisi segera masuk kedalam kamar mandi yang di dalamnya terdapat Jacuzzi di sudut kanan. Al terkejut melihat kedatangan Reva saat dirinya berendam di dalam jacuzzi. “Kok maen masuk aja sih Va... gak sopan kamu,” Ujar Al, namun pikirannya terganggu oleh pemandangan indah di depannya.

Reva membalikkan tubuhnya membelakangi Al, lalu perlahan-lahan menanggalkan lilitan handuk di tubuhnya. Sekejap, penampilan tubuh sensual milik gadis itu membuat Al menelan ludahnya. GLEK…!

“Hai Tampankuuu…” Ujar Reva berbisik dengan nada dibuat manja, sambil melangkah mendekat ke arah Al yang masih berendam di dalam Jacuzzi.

“Aneh kamu Va… mau mandi bareng?”

“Ciyusssss….menurut kamu?” Ujar Reva sudah berada di ujung Jacuzzi, lalu kaki kanannya masuk kedalam. “Ahhh gerah nih, aku buka yah nih Bra” Lanjut Reva memelintir kaitan Branya. Pelan-pelan gadis itu menggoda iman Al saat ini.

“Ja..jangan Va… nanti bi..bisa” Ujar Al gagu.

“Husssstttttt” Reva menutup mulut Al dengan mendekatkan telunjuk tangan kanannya di bibir Al.

“Kamu gak kangen yah sama aku Al?” Tanya Reva manja.

“I..iya kangen… tapi masa” Ujar Al terputus saat Reva mulai perlahan-lahan membuka kaitan Branya “Eh…” Glek!

“Aduhhh maaf Al, terbuka…” Goda Reva saat Branya terlepas dan melorot ke bawah. Gadis itu menutup kedua payudaranya dengan kedua telapak tangannya.

“Eh” Al terkejut saat gadis itu hamper saja terjatuh saat kaki satunya lagi akan naik ke atas Jacuzzi. Dengan cepat Al menangkap tubuh Reva biar tak terjatuh.

“Auuwww… Al nakal deh” Pekik reva saat tangan Al memegang payudara kanannya.

Al masih bengong, bingung dengan kejadian yang menurutnya sengaja gadis itu lakukan.

“Hihihi, kenapa Al?” Tanya Reva menggoda.

Namun Al segera meraih Bra gadis itu dan seakan ingin memasangkan kembali untuk menutup kedua payudara Reva yang masih tertutup kedua tangan gadis itu.

“Apa?? Gak usaaaahhhh aaahhh” Desah Reva meraih Bra nya lalu melemparnya jauh.

“Hadehhhh… kamu tuh kenapa?” Tanya Al.

“Kamu gak kasian apa ama aku Al?” Desah Reva yang sudah melepas kedua tangannya dan mengusap wajah Al.

Dua putting berwarnah merah jambu sudah menegang siap untuk di lumat. Al hanya menatap wajah Reva dan sesekali melirik ke arah payudara gadis itu.

Al akuin, malam ini adalah malam terberat baginya. Godaan begitu besar sedang ia hadapi. Melihat payudara Reva yang bulat dan sekal dihiasi dengan putting berwarna merah jambu membuat darahnya mengalir cepat hingga ke ujung batang kemaluannya yang masih terendam air. Al saat ini tak memakai sehelai benangpun. Reva melirik ke arah selangkangan Al, penis panjang milik pria itu sudah mengacung tegak siap menerkam mangsanya.

“Hihihihi… udah ngaceng aja tuh Al” Ujar Reva tersenyum. "Syukur deh, sepertinya kamu dah gak jadi Gay lagi... Hihihi"

“Va… jangan yah… uhhhkkkkk” Bisik Al menahan Reva, namun gadis itu tak menggubrisnya, malah sudah menggenggam penis pria itu lalu tubuhnya merapat ke tubuh Al.

“Apa yang akan kamu lakukan Va?” Ujar Al. tapi Reva segera melahap bibirnya. “Mmmfffhhhhhhh”

Ciuman mereka sangat hangat, melepas semua kerinduan yang selama ini mereka rasakan. Sadar bahwa tangan Al sudah mengelus lengannya, Reva menuntun tangan Al menuju ke payudaranya.

“Oughttt Al… sttttttttt” Desah Reva saat Al menurunkan ciumannya dari leher menuju ke payudaranya.

“Kamu gak nyesal va?” Tanya Al saat melepas bibirnya dari putting payudara milik Reva.

“Kan udah pernah juga Al…. hihihihi”

“Ahhhh dasar… kamu tuh gak pernah berubah tau”

“Biarin… oughhhttttt, aku mencintaimu Al….ukkhhhh” desah Reva saat Al kembali menghisap payudaranya.

Tangan Al mencari kaitan gstring gadis itu, lalu sekali tarik maka terlepas sudah Gstring milik Reva yang menjadi satu-satunya penutup tubuh gadis itu.

“Ahhhh… oughhtttt Al… gelii!” Pekik Reva saat jemari Al mulai menyentuh vaginanya yang juga sudah terendam di dalam air hangat.

Al mengangkat tubuh gadis itu untuk duduk di atas ujung Jacuzzi. Reva mengikuti kemauan Al dan segera melebarkan kedua pahanya memperlihatkan vaginanya yang merah merekah. “Akkkhhhhh sssttttt, Al…. I love youuu…” Reva melenguh, saat Al mulai memainkan vaginanya dengan lidah pria itu.

“Aghhhhhh pipiiisssss sayanaangggg” Teriak Reva, tubuhnya mengejang dan melengking ke atas. Kedua tangannya menekan wajah Al ke selangkangannya. Kakinya melemas dan cairan hangat mengalir di pahanya. Orgasme pertamanya akhirnya ia rasakan.

Wajah cantik Reva menatap wajah Al saat pria itu berhasil melepaskan wajahnya dari selangkangan gadis itu. Rona merah di pipi Reva sambil menatap wajah Al dengan liar membuat Al hanya menggelengkan kepalanya.

“Udah yah… gak usah diteruskan” Ujar Al di sela-sela gairahnya yang membara.

“Gak mau…. Ciummmmmmm buruaaannnn” Rengek Reva, Al segera berlutut di depan gadis itu dan mencium bibir Reva dengan lembut.

“Hash…hash… hehehe… giliran kamu yah sayang” Ujar Reva membuat Al bingung dan hampir saja ia berdiri namun segera Reva memegang penisnya.

“Eh”

Perlahan-lahan Reva menggenggam batang kemaluan Al. “Uhhkkk” Reva mendengar desis pria itu membuatnya tersenyum penuh kemenangan. Reva mendongak melirik wajah Al yang meringis menahan remasan lembut tangan Reva di batang kemaluannya.

“I love You Al juniorkuu, hihihihi” Ujar Reva pelan saat bibirnya sudah berjarak satu centi di ujung kemaluan Al. “Salah gak kalau aku mencintai tuanmu? Huh!”

“Uhkkk… udah yah Va” Ujar Al menahan kepala Reva yang akan mengulum penisnya.

“Berisik… udah, aku milikmu kok” Ujar Reva sesaat lalu bibirnya segera menyentuh ujung kemaluan Al.

“Oughttttt Va… isssshhhhhhh” Desah Al saat kemaluannya telah di kulum oleh gadis itu.

Mendapat perlakuan seperti itu, akhirnya pertahanan Al bobol juga. Dan tangannya akhirnya mengikuti keinginan otaknya, lalu mulai menyentuh payudara Reva yang tergelantung bebas di bawah selangkangannya. Al sedikit menunduk untuk meraih kedua payudara gadis itu.

“Mmfhhhhhhh” Desah Reva yang masih sibuk mengulum penis Al.

Keadaan makin memanas, Reva masih focus menjilat penis milik Al dari kepala sampai ke ¾ pangkalnya. Lalu lidahnya melanjutkan permainannya ke kedua bola yang tergelantung bebas dibawah batang kemaluan Al.

“Oughttttt Va…”

“Kenapa Al?” Tanya Reva saat Al menyuruh gadis itu melepaskan kulumannya.

“Yakin mau melakukannya?” Tanya Al.

“Udah seperti ini… masih sempat-sempatnya nanya… ihhhh dasar” Jawab Reva sedikit kesal.

“Ya udah… kita ke kamar aja yuk, capek kalau disini”

“Hihihihi, oke lah kalau begitu”

Saat tiba di depan ranjang, Al mendorong tubuh Reva pelan untuk rebahan di atas ranjang.

Reva melebarkan kedua pahanya, memperlihatkan vaginanya yang sudah sangat banjir oleh lendir kenikmatannya.

“Oughtttttt…” Desah Reva saat Al mulai mencumbui vaginanya dengan lidah.

Jilatan dan hisapan mulut Al benar-benar membuat gadis itu tak berdaya.*Tubuhnya semakin tak terkendali. Pinggulnya pun ikut meliuk-liuk dengan liarnya. Lalu sekejap, tubuh Reva mengejang kembali, seluruh aliran darahnya serasa terhenti. Sepertinya desakan yang kuat di ujung liang vaginanya seakan meledak sebentar lagi.

“Auugghh..!” Reva menjerit lirih saat aliran cairan hangat itu mendobrak pertahanannya untuk kedua kalinya.

Sebuah senyuman kebahagiaan tersirat diwajah Al, saat merasakan cairan hangat menyembur tak tertahankan dari vagina gadis itu ke wajahnya.

“Hash…hash… udah… udah…” Ujar Reva melepaskan wajah Al dari selangkangannya lalu menarik tubuh Al untuk menindihnya. “I love you Al” Lanjutnya namun Al masih belum menjawabnya.

Dengan lembut Al mengusap wajah gadis itu. “Kamu yakin melakukannya?” Tanya Al lembut.

“I…iya… stttttttsssss” Jawab Reva mendesah saat ujung penis Al menyentuh bibir vaginanya.

“You are beautiful,” Bisik Al di telinga kiri Reva membuat Rea tersenyum. “Tahan yah” Lanjut Al lalu menciumi bibir gadis itu.

Reva malam ini tersihir oleh pesona Al yang begitu berkharisma. Cumbuannya malam ini begitu romantis hingga tak sadar reva mengucapkan sebuah janji bahwa kemanapun pria itu pergi, ia akan mengejarnya.

Reva menatap wajah Al dengan sayu, saat setelah bibir mereka terlepas.

“Al..?” panggil Reva.

“Yah Va” Jawab Al menghentikan gerakannya yang hampir memasukkan penisnya kedalam vagina gadis itu.

“Kamu mencintaiku?” Tanya Reva pelan.

“Sangat,” Jawab Al membuat Reva tersenyum lalu mengangguk menunjukkan bahwa dirinya telah siap sepenuhnya untuk melanjutkan permainan berikutnya.

Mata mereka saling menatap. Dan di bawah selangkangan mereka, Al memegang batang kemaluannya dan mencoba memasukkan ke dalam vagina gadis itu.

Slebhh..!“Nghh.. hhh..” erang gadis itu lembut merasakan batang penis Al menembus liang vaginanya perlahan-lahan.

“Erghhh..” Lenguh Al seiring desir nikmat di ujung penisnya.

Jlebhh..!Al menghentakkan penisnya dengan lembut makin masuk ke liang vagina Reva. Namun seperti biasa, tidak sepenuhnya batang tersebut masuk dan telah mentok di ujung rahim gadis itu.

Mata Reva membelalak menatap mata Al, lalu pelan-pelan matanya terpejam menikmati permainan selanjutnya.

Al mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan, menaik turunkan penisnya di dalam liang vagina Reva.

Plok…Plok…! Semakin membanjirnya cairan dalam liang vagina gadis itu, membuat penis Al keluar-masuk dengan lancarnya.

Reva mengimbangi dengan gerakan pinggulnya. Meliukkan perlahan, naik turun mengikuti irama tusukan penis Al di dalam liang vaginanya.

Gerakan mereka semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Al mengarahkan batangnya dengan tepat ke sasaran. Reva menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menikmati persetubuhan ini. Merasakan bagaikan berada di surga.

“Aduuhh.. auuffhh.. nngghh..” Reva merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini.

“Oughtttttt”

Plok…Plok! “Percepat Al…. oughttttttt” Erang Reva membuat Al bergerak makin cepat. Bertubi-tubi penisnya menusuk daerah-daerah sensitif di relung vagina Reva.

“Ukkhhhhh” Reva meregang, tak kuasa menahan desiran-desiran yang mulai berdatangan seperti gelombang yang sebentar lagi akan meletus.

Erangan demi erangan terdengar ditelinga Al, membuat pria itu semakin bersemangat. Reva mencoba meraih tubuh Al untuk mendekapnya. Dan di saat-saat kritis, akhirnya Reva berhasil memeluknya dengan erat. Reva merengkuh seluruh tubuhnya, sehingga tubuh mereka makin merapat. Reva merasakan tonjolan otot-otot yang begitu keras dan kuat disekujur tubuh pria itu.

Gadis itu membenamkan wajahnya di samping bahu kanan Al. mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi, sementara kedua tangan gadis itu menggapai buah pantat Al dan menekannya kuat-kuat.

“Akkhhhhhh Pipissss lagiiiii Al” Cruutt…Cruutt! Akhirnya semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diri gadis itu. Tubuhnya meregang merasakan puncak orgasmenya yang ke sekian kalinya.

“Hash..hash… kamu kok kuat banget Al” Ujar Reva mengatur nafasnya saat sisa-sisa orgasmenya telah selesai.

“Kan kamu yang ngajarin”

“Bohong banget”

Setelah Reva mulai agak rileks, pelan-pelan Al menggerakkan pinggulnya kembali. Lalu Al mengangkat kedua kaki Reva untuk melingkar ke pinggangnya. Reva merasakan kembali liang vaginanya yang banjir karena mendapatkan perlakuan seperti itu. Sehingga gairahnya mulai naik kembali. Dan tangannya dengan liar mengacak-acak rambut Al. kemudian gadis itu menarik wajah Al dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu.

Dinginnya AC tidak dapat meredakan bara nafsu di hati mereka. Peluh bercucuran membasahi tubuh keduanya. Serta ranjang yang lembut sudah basah oleh keringat keduanya.

“Gantian Al… oughtttttt” Desah Reva lalu merubah posisi dimana tubuhnya berada di atas tubuh Al.

Jlebhhhh…! “Akhhh uhhhhh nikmatttnya” Erang Reva saat memasukkan kembali penis Al ke liang vaginanya.

Plok..plok…! Pinggul dan tubuh Reva turun naik perlahan-lahan, dan melonjak-lonjak seperti sedang menunggang kuda.

“Oughtttttt” Erang Reva saat kedua tangan Al meremas kedua payudaranya yang tergantung dengan bebasnya.

“Hamiliiii aku Al… oughttttt aku siapppp jadi ibu buat anak-anakmu… akhhhhhh” Erangan demi erangan yang terlontar di bibir gadis itu. AL yang mendengarnya hanya tersenyum dan mengimbangi permainan gadis itu.

Pinggul Reva mengaduk-aduk lincah, Bergoyang liar tanpa henti. Dan kedua tangan Al mencengkram lembut kedua payudaranya.

Al lalu bangkit dan dengan posisi setengah duduk, wajahnya ia benamkan di dada Reva. Kemudian mencium kedua puting gadis itu bergantian membuat Reva makin liar menaik turunkan pantatnya di atas selangkangan Al.

Al merasakan di ujung penisnya terasa gatal, seakan ingin mengeluarkan sesuatu. Reva pun merasakan otot-otot vaginanya mulai berdenyut-denyut membuat gadis itu makin bersemangat meraih puncaknya.

Plok..plok! “Oughtttttt Al… pengennn pipiss lagiiii” Erang Reva.

“Samaaa Va…di dalam atau diluarrrrr oughtttt”

"Cabut Al…. aku lagi subur nih”

Cruttttt…crutttt! “Aku pipisssss” Teriak Reva yang duluan menyampai klimaksnya dan mengejang-ngejang di atas tubuh Al.

Al menahan puncaknya, lalu mencium bibir gadis itu. “Diluaaarrr ajaaa yahh oughtttt” Desah Al lalu mengangkat tubuh gadis itu.

Croot…Croottt! Semprotan sperma Al beberapa kali yang hampir saja tumpah di dalam vagina gadis itu, untung saja ia mencabutnya. Namun, sepertinya beberapa tetes tumpah di dalam sebelum ia mencabutnya.

Penis Al sudah lepas dari lubang kenikmatan Reva dan bersama-sama akhirnya mereka menghempaskan tubuh di ranjang.

“Hash..hash… Makasih Al” Ujar Reva.

“Me too honey”

Reva menoleh ke Al, dan terlihat matanya telah berkaca-kaca. “hik..hik… jangan pergi lagi yah”

“Iya… dan kamu akan ikut aku ke Jakarta” Jawab Al membuat Reva tersenyum.

“Yakin?” Tanya Reva.

“Sangat…”

Al meraih tubuh Reva dan memeluknya erat. “I’m Yours Va.. Always forever” Al mencium bibir gadis itu dengan lebut. Tak terasa air mata gadis itu telah mengalir dan tersenyum bahagia.


~•○●○•~​



Pagi yang cerah dengan sinar matahari memasuki ruang kamar Apartemen Al melalui jendela yang terbuka, semilir angin pagi yang begitu sejuk membuat terlena seorang pria yang masih betah meringkuk di atas ranjang empuknya. Merasa tiupan angin yang terasa dingin dan membuatnya sedikit merinding, pria itupun membuka matanya. Ia mendongak, melihat pemandangan gorden putih yang melambai-lambai tertiup angin dari pintu kaca balkon yang terbuka. Kemudian ia menyadari bahwa tidak ada lagi sosok gadis yang semalaman tidur di sebelahnya.

Ia bangkit dari ranjang lalu menutup tubuh telanjangnya memakai kimono. Pria itu berjalan menuju pintu yang mengarah ke balkon kamarnya sambil menyisir rambutnya dengan tangan hendak merapikannya. Sampai di depan pintu, ia melihat gadis itu berdiri di balkon sambil melihat pemandangan kota Makassar di pagi hari. Al, berjalan pelan kemudian memeluk gadis itu dari belakang.

“Morning Va?” gadis itu sesaat terkesiap, tak lama ia berusaha melepaskan pelukan itu.

“Kok melamun?” Tanya Al, membuat Reva berbalik menghadap ke pria itu. Reva tersenyum dan mengelus alis pria itu.

“Makasih… makasih udah datang” Ujar Reva.

Al membalikkan tubuh Reva kembali, dan memeluknya erat dari belakang. Mencium rambut gadis itu yang ternyata sudah beraroma shampo salah satu produk yang di distribusikan oleh 3MP.

"Va... Maaf," Ujar Al memecah keheningan.

“For what?” Ujar Reva masih memeluk erat lengan Al.

“Karena semalam… kenapa kita harus melakukannya lagi”

"Hihihi, biasa aja kali Al... Kan udah pernah sebelumnya" jawab Reva tersenyum hangat.

“Kamu gak takut kalau hamil?” Tanya Al pelan.

“Kan ada kamu tau, emang gak mau bertanggung jawab gitu?” Ujar Reva.

“Jelas mau… kamu tuh aneh”

“Ya udah, terus apa yang dikhawatirkan lagi?” Tanya Reva mendongak ke atas menatap wajah Al, mencari keseriusan diwajah pria itu. “Hehehehe, udah ah… kok wajah kamu jadi bingung gitu sih… lagian kan semalam gak dibuang di dalam”

“Iya sih… tapi” Ujar Al menggantung kata-katanya.

"Hemmm, tapi... Kalo nanti ternyata kejadian... Hemm, gimana?" Tanya Reva menyela ucapan Al. Tak ada penyesalan diwajah gadis itu, yang ada sebuah senyum bahagia karena telah bertemu dengan pria yang ia cintai.

"Yah kalo emang seperti itu," Al menggantung ucapannya.

"Kenapa?" Tanya Reva menoleh kembali kebelakang, menunggu lanjutan ucapan pria itu.

"Kita kawinnnn," Ujar Al lalu menggendong tubuh Reva untuk membawanya ke dalam kamar.

"Auwwww, nakallll si yayah ihhhhhh" pekik Reva.

"Yayah? Hemmm..." Ujar Al saat menggendong tubuh Reva.

“Hehehehe, nanti si kecil manggil kamu itu Yayah… hehehe” Jawab Reva.

“Ya udah… kalo gitu kita bikin lagi yuk” Ujar Al saat tubuh mereka sudah rebahan di ranjang dan tubuh Al sedang menindih tubuh gadis itu.

“Gak mau… mandi dulu gih… ihhh bau jigong”

“Hahahaha, ya udah aku mandi dulu yah” Ujar Al lalu meninggalkan Reva untuk mandi.

Lalu tiba-tiba berdering suara HP Al tanda adanya panggilan masuk. Sesaat Al meraih HPnya dan melihat siapa yang menelfon pagi-pagi.

"Siapa Al?" tanya Reva karena pria itu tak menjawab telfonnya.

"Sudara Va... Hehehe, ya udah aku mandi dulu yah"

"Sudara? Kamu gak bohong kan?" batin gadis itu yang matanya masih menatap tubuh Al masuk kedalam kamar mandi.


~•○●○•~​



Jakarta, Beberapa hari kemudian…



Di kantor 3MP, saat ini Diah baru saja menyelesaikan kerjaannya. Dan setelah mengobrol dengan Elsya, akhirnya seorang pria dengan gaya khasnya yang rada tengil menghampir kedua gadis itu.

“Sore pak,” Sapa Elsya saat melihat Mr.Nos yang sudah berdiri dihadapan kedua gadis itu.

“Sore kakak,” Sapa Diah pun balas tersenyum. Namun, sepertinya Nos hanya membalas senyuman Diah dengan senyum seadanya. Kemudian pria itu menoleh kembali ke Elsya.

“Yuk neng, temanin aa nyari baju” Ujar Nos.

“Hemm, kan Elsya belum kelar kerjaannya” Jawab Elsya.

“Iya nih Kak Nos, masa iya mau ninggalin Diah sendiri di sini sih… mana Kak Al gak ada lagi,” Diah memotong pembicaraan Nos dan Elsya.

“Telpon aja si bos, kali aja dia gak sibuk,” Jawab Nos.

“Hehehe, dia gak angkat telfonnya kak” Jawab Diah, terlihat diwajahnya sedikit kesal karena mengingat Al sampai saat ini tidak pernah menjawab telfonnya.

“Ohhh, mungkin sibuk” Ujar Nos simple. “Ya udah, Diah gue tinggal dulu yah… ayo neng buruan, ntar tokonya tutup lagi” Lanjut Nos yang sudah menarik lengan Elsya dengan pelan.

“Aduhhh, masa iya tokonya mau tutup sore sih Pak” Ujar Elsya yang sungkan terhadap Diah.

“Nanti Diah bilangin loh ama Kak Al, bilang Kak Nos menyuruh bolos si Elsya... Hehehehe” Ujar Diah yang sepertinya hanya bercanda, namun terlihat di wajah Nos ketidaksukaan terhadap statemen yang baru saja ia dengar.

“SIlahkan…”Jawab Nos yang masih memaksa Elsya untuk meninggalkan pekerjaannya.

“Ya udah Di, Elsya tinggal dulu yah” Mau gak mau Elsya akhirnya mengikut kemauan Mr.Nos dan pergi meninggalkan Diah.

“Hehehe, hati-hati Kak… dipulangin tuh anak orang” Celetuk Diah, namun Nos tak menanggapinya dan tetap melangkah meninggalkan lobby karyawan.

Hening...

Diah mengirim BBM ke Al karena sedikit kesal terhadap pria itu yang tak pernah menjawab telfonnya maupun membalas pesannya.


Setelah mengirim BBM ke Al, Diah akhirnya berberes-beres karena ia pun sebetulnya sedang tak bersemangat hari ini untuk bekerja.


Beberapa saat kemudian…

Diah saat ini sedang nongkrong dikantin, wajahnya terlihat murung. Sesekali ia menatap layar HPnya berharap ada balasan dari pria yang tak mengabarinya seharian.

”Apa salah Diah yah? Kok semuanya pada berubah sih” Batinnya, terlihat wajahnya murung mengingat semua apa yang telah terjadi belakangan ini.

Sebetulnya selama ini Diah bersikap sewajarnya, dimana dia mulai mengakrabkan diri dengan Mr.Nos maupun Mr.L. namun, sikap yang selama ini ia anggap seperti biasa tapi sepertinya malah membuat Nos dan L menjadi aneh. Ia sangat merasakan perubahan sikap kedua pria itu.

Salahkah dia yang selama ini mengakrabkan diri dengan mereka?

Begitu juga dengan Al, sepertinya pria itu telah berubah. Padahal gadis itu telah berusaha memberikan perhatian penuh terhadapnya. Mulai dengan mengingatkan bahwa jangan lupa makan, jaga kesehatan dan lain-lain. Namun, sepertinya apa yang ia lakukan hanya sia-sia belaka.

”Apa yang harus aku lakukan ya Allah?’ Batin Diah.

Dari kejahuan terlihat seorang gadis dengan penampilan yang elegan baru saja tiba di kantin, Diah yang melihatnya langsung tersenyum terhadap gadis itu.

“Hi Diah, boleh join” Citra, siang ini baru saja memutuskan untuk makan di kantin belakang dan menyapa Diah yang sedang duduk murung.

“Eh, i..iya Kak” Jawab Diah tersenyum.

“Terima kasih,” Ujar Citra setelah memesan makanan akhirnya duduk berdampingan dengan Diah. “Are you Ok?”

“Hufhhh, iya kak… Diah gak kenapa-kenapa kok kak” Jawab Diah menarik nafas.

“Silahkan cerita, kali aja mau berbagi masalah dengan Citra” Ujar Citra tersenyum.

“Maaf kak, hufhhhhhh…”

“Udah, cerita aja… kali aja Citra bisa ngasih solusi” Jawab Citra.

“Apa Diah ada salah selama ini Kak?” Tanya Diah memangku wajahnya di meja dengan kedua tangannya.

“Hemm, kamu gak ada salah apa-apa kok” Jawab Citra yang telah membaca situasi hati gadis itu.

“Terus, kenapa semua orang sepertinya marah ke Diah kak?” Ucap Diah menoleh ke Citra, terbersik wajah kesedihan diwajah Diah. Citra membalasnya dengan senyuman hangatnya dan mengelus lengan Diah.

“Kamu gak salah, tapi mungkin caranya yang kurang tepat… ada baiknya kamu intropeksi diri, apa yang menurut kamu baik belum tentu diterima dengan baik oleh orang lain” Jawab Citra.

“Maksudnya kak?”

“Coba deh… kamu lihat Elsya?” Tanya Citra.

“Hu uh… kenapa Elsya kak? Ujar Diah bingung.

“Dia udah jelas telah menjadi tunangan Pak Nostra, dan seluruh karyawan di sini mengetahui bahwa sebentar lagi mereka akan menikah” Ujar Citra menggantung ucapannya dan menoleh ke Diah sambil tersenyum.

“Terus…?”

“Apakah sikapnya berubah terhadap Pak Nos?” Tanya Citra, namun sepertinya Diah masih rada belum paham maksud Citra. “Oke, jadi gini… Elsya tak sedikitpun merubah sikapnya dikantor… padahal dia tahu bahwa Pak Nos adalah salah satu direksi di perusahaan… namun, dia tetap low profile dan bersikap sewajarnya. Kamu paham sampai disini?” Lanjut Citra bertanya.

“Tapi kan Diah juga sama dengan Elsya kak… Bersikap sewajarnya dan tidak memperlihatkan di depan umum bahwa Diah dekat dengan Kak Al” Jawab Diah tetapi Citra membalas dengan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

“Kok?” Diah sedikit kaget atas apa yang Citra lakukan barusan.

“Itu menurut Diah… cobalah tenangkan pikiran kamu, dan intropeksi diri... Dan Citra harap kamu bisa mendapatkan jawabannya secepatnya sebelum semua terlambat” Terang Citra membuat Diah makin sedih.

“Masa sih Kak?”

“Intropeksi diri… dan berubahlah sebelum semuanya terlambat” Ujar Citra kembali mengingatkan dan beranjak dari duduknya. “Sepertinya Citra makan di ruangan aja yah.” Lanjutnya saat makanannya sudah ada dan memilih untuk naik ke ruangannya.

“Apa salah kalau Diah menyukai seseorang seperti Kak Al?” Ujar Diah keceplosan, namun sebetulnya Citra sudah mengetahuinya selama ini.

“Gak ada yang salah kok, Ingat! Jadilah diri sendiri, dan jangan terlalu mencintainya.” Jawab Cita kembali.

“Makasih Kak atas sarannya” Ujar Diah dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Citra.

Dengan perasaan sedih dan sedikit dongkol, Diah memutuskan meninggalkan kantin dan mungkin ada baiknya dia pun berjalan-jalan sejenak untuk mencari suasana menyenangkan di sekitar kantor.

Ada penyesalan di wajah Diah, menyesal karena apa yang telah ia lakukan ternyata sudah salah. Apakah masih ada waktu untuk memperbaikinya? Berkali-kali ia mengutuk dirinya seakan menganggap bodoh semua tindakannya selama ini.

Memang sih awalnya Diah tak habis pikir, kenapa ia bisa bertahan dengan pria yang bersikap cukup dingin setiap saat terhadapnya. Bahkan sampai saat ini, pria itu belum pernah memanggil namanya. Tetapi karena memang rasa cinta telah mengalahkan logikanya, maka ia pun bertahan dengan kondisi seperti ini. Pria tampan dan berkharisma, pengusaha, cerdas. apa lagi? Sepertinya sudah cukup jelas alasannya, bahwa semua perempuan pantas mencintai Al.


~•○●○•~​


"Beberapa hari kemudian..."

Bandara soekarno Hatta, siang ini Reva sedang menarik travel bagnya keluar dari pintu kedatangan.

Seorang gadis berparas oriental dengan senyuman menawannya, sedang menunggu kedatangan Reva saat ini.

"Hei... Welcome to Jakarta" ujar gadis itu saat Reva menghampirinya.

"Hehehe, sorry udah ngerepotin Di" ujar Reva.

"Santai aja Va... Hehehe"

"So, mau langsung ke rumah ibu atau?" tanya gadis menawan tersebut.

"Langsung aja deh Di... Hehehe" jawab Reva, tersirat diwajahnya sebuah rasa kerinduan terhadap ibunya. Sudah begitu lama mereka gak berjumpa. "Apa ibu masih mengenaliku yah?"

"Ya iyalah Va, kemarin aja dia nanya-nanya tentang kabar kamu"

"Hfhhhhh... Jadi gak sabar pengen meluk Ibu"

Beberapa saat kemudian, mobil yang mereka kendarai tiba di depan rumah mewah bergaya western yang terletak di perumahan elite di daerah Jakarta pusat.

"Yakin ini alamatnya?" tanya Reva mengernyitkan keningnya.

"Yakin banget, nanti aku antar masuk kedalam" jawab gadis yang mengantar Reva ke alamat orang tua kandungnya.

"Hehehe, makasih yah Di" ujar Reva.

"Anggap aku bayar utang ma kamu Va, kan tuh hari udah ngijinin nginap ditempat kamu selama 2 minggu"

"Hehehe, siap sayang"



"Rumah ibu kamu berada dibelakangnya Va"





Still Continued....

No comments:

Post a Comment