Sebut saja namaku By. Aku bekerja di sebuah perusahaan di kawasan
segitiga emas di Jakarta. Sebagai seorang supervisor, aku sering
melakukan perjalanan ke luar kota untuk mengunjungi klien maupun
mengontrol penjualan. Nah, suatu hari aku kebetulan mendapat ijin untuk
masuk siang karena pada malam sebelumnya aku bertugas di luar kota.
Sekitar jam 10.00, pintu kamar kosku diketuk oleh Bi Minah (penjaga
kos). "Mas, ada tamu", panggil Bi Minah dari balik pintu. Dengan
malas-malasan aku beranjak dari tempat tidurku dan membuka pintu. Eh..,
di belakang Bi Minah berdiri Ati, teman sekantorku. Memang, dia berugas
di bagian pemasaran sehingga bisa dengan leluasa keluar kantor.
Setelah Bi Minah pergi, aku menyilakannya masuk.
"Ada apa nih?", tanyaku sambil mengucek-ucek mata. Maklum, kemarin malam aku sampai di Jakarta sekitar pukul 02.00 dinihari.
"Nggak, mau main aja", jawabnya sambil tersenyum.
Setelah ngobrol ngalor-ngidul tentang suasana kantor, aku minta ijin untuk mandi.
Sewaktu di kamar mandi, aku terus berpikir ada apa kok tiba-tiba dia
datang ke kosku. Selama ini aku hanya mengenalnya sepintas dan itu pun
hanya basa-basi. Bukannya sombong, tapi dia bukan anak buahku langsung.
Jadi, memang jarang bertemu. Tapi, jujur saja, Ati tergolong cantik.
Dengan kulitnya yang putih, gigi yang teratur rapi, plus rambut hitamnya
yang sebahu, siapa pun akan mengakui kecantikannya. Belum lagi dada dan
pantatnya yang memang aduhai.
Usai mandi, aku bergegas kembali ke kamar. Ternyata, dia sudah duduk di
tempat tidurku sambil membaca majalah. Pikiran kotorku segera bekerja,
"Pasti ada maunya nih". Dengan alasan akan mengambil baju yang
tergantung di balik pintu, aku menutup pintu dan menguncinya. Sedetik
kemudian, aku menemaninya duduk di ranjang.
Sambil ngobrol, dengan perlahan wajahku kudekatkan ke wajahnya. Dia
hanya diam saja dan tidak mencoba menghindar. Langsung saja kulumat
bibirnya dan ternyata responnya sangat mengejutkan. Ati membalas
ciumanku dengan bernafsu dan bibirnya makin terbuka saat lidahku bermain
di mulutnya. Cukup lama juga kami berpagutan, dan jelas burungku sudah
berontak hendak keluar dari sarangnya. Saat kami berciuman, dia
membisikkan bahwa dia sayang padaku.
Sambil lidahku menuruni lehernya yang jenjang dan wangi, tanganku segera
meraba dadanya yang kenyal. Dia menggelinjang saat tanganku meremas
buah dadanya yang berada di balik blouse putihnya. Dengan lembut
kulepaskan satu persatu kancing bajunya dan menyembullah buah dada yang
terbungkus bra putih. Dengan ukuran 36B, buah dada itu nampak hendak mau
tumpah dari cungkup branya. Segera saja kubenamkan wajahku ke dadanya.
Ati makin mendesah dan tangannya meremas-remas rambutku. Kujilati
dadanya dan dengan gentle aku menyusuri gunung kembarnya. Dengan
mulutku, kubuka cup branya dan tangan kiriku membuka kait bra di
punggungnya. Rupanya, kelembutanku sangat menyenangkan dia. Ati tertawa
kecil sambil mengelus rambutku.
Terlihatlah buah dada Atik yang menantang dengan puting berwarna coklat
pucat. Putingnya tidak seberapa besar, tapi lingkaran putingnya
benar-benar membuatku bernafsu. Lebar dan benar-benar bulat sempurna.
Segera kukulum putingnya dan sesekali menggigitnya dengan mesra. Ati
makin liar dan tubuhnya terdorong ke belakang sampai rebah di ranjang.
Ini memudahkan pengembaraanku. Dengan posisi berbaring, aku lebih
leluasa mengulum kedua buah dadanya. Dengan kedua tanganku, kutangkupkan
kedua bukit indah itu dan lidahku menjilatinya bergantian. Kombinasi
permainan lidah dan remasan tanganku rupanya membuatnya makin bergairah.
"Terus, Mas.., terus.., aduh enaknya..", desisnya. Buah dada yang
tadinya lembut itu makin menegang putingnya dan dengan rakusnya kulahap.
Tangannya makin membenamkan wajahku ke buah dadanya.
Tangan Ati lalu menyusuri perutku dan jarinya masuk ke dalam celana
dalamku. Kemaluanku pun dipijat-pijatnya. Walaupun aku sudah tegang,
tapi penisku baru 70% ereksi. Bukannya sombong, tapi aku tergolong
lambat panas. Aku segera melepas celana dalamku dan dengan leluasa
tangannya mengocok penisku. Rasanya selangit deh, antara geli dan enak.
Walaupun tidak tergolong besar (panjang 15 cm, diamater 4 cm), tapi
stamina penisku cukup prima.
Aku tidak mau kalah dan mulutku pun mulai menuju perutnya. Lidahku
berhenti sejenak di pusarnya dan kumasuki lubang pusarnya dengan lidah.
Pinggul Ati langsung terangkat dan desahannya makin kencang. Lalu tangan
kananku mencari risleting roknya dan menurunkannya. Rok mini hijaunya
kupelorotkan dan kuciumi paha putihnya yang merangsang. Mulai dari balik
dengkul, sampai ujung paha kejelajahi dengan lembut. Ati terlihat
menggigit bibirnya sendiri sambil matanya merem melek keenakan.
Ketika kuciumi pangkal pahanya, terlihat beberapa bulu halus menyembul
keluar dari celana dalam satin hitamnya. Perlahan, jariku menyibak
pinggir celana dalamnya dan kujilati clitorisnya. Rupanya, sensasi
dengan cara kukulum clitorisnya ketika masih memakai celana dalam sangat
disukainya. Desis Ati bercampur nafas yang semakin memburu makin
membuatku gila. Dengan bernafsu kujilati seluruh vaginanya yang berwarna
merah muda. Lidahku turun naik menyusuri vagina wanginya dan dengan
gerakan liar kumainkan lidahku di lubang kemaluannya.
Setelah sekitar 5 menit, vagina indah itu sudah basah oleh lendir dan
dengan bernafsu semakin kujilati. Lalu, tiba-tiba Ati menarik lenganku
ke atas. "Ayo dong Mas, Ati udah nggak tahan. Masukin dong Mas..",
pintanya dengan mata memelas. Ia pun segera merenggangkan kedua pahanya
dan terlihat vaginanya yang sangat menggiurkan.
Aku segera mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. Sambil memeluk
tubuhnya dengan erat, perlahan kudorong penisku memasuki vaginanya.
Mulanya agak seret, tapi Ati malah mendorong pantatku. Akhirnya dengan
sebuah hentakan lembut seluruh penisku berhasil masuk. Bulu vagina Ati
yang lebat terasa menggesek bagian atas penisku dan membuatku makin
terangsang. Begitu berada di dalam liang vaginanya, penisku langsung
mengembang sempurna dan menjadi keras sekali. "Aduh, Mas.., enak banget
punyamu. Makin besar di dalam..", desahnya.
Langsung kulumat bibirnya dan serentak pinggulku mendorong penisku untuk
maju mundur. Alamak enaknya! Bagian dalam vaginanya mencengkeram erat
penisku yang tak henti-hentinya kugesek-gesekkan di bibir vaginanya.
"Benar-benar nikmat nih cewek", batinku. Ati pun mengimbangi gerakanku
dengan memutar-mutar pinggulnya.
"Slap.., slap..", suara penisku yang sedang giat-giatnya memasuki
vaginanya terdengar dengan merdunya. "Terus Mass.., terus.., ah..,
enak..", jeritnya kecil. Aku semakin terangsang dan mempercepat gerakan
penisku. Kupandangi wajah cantik Ati yang kini penuh dengan keringat dan
mulutnya yang setengah terbuka. "Kubikin kamu bahagia Ati", bisikku.
Dia hanya tersenyum dan makin mempercepat gerakan pinggulnya. Sempat
kulirik penisku yang sedang beraksi memasuki liang kenikmatan Ati. Aku
pun makin terangsang.
Payudara Ati bergerak naik turun seirama nafsu yang makin memuncak.
Tidak berapa lama kemudian, kedua kakinya dilingkarkan di pinggangku dan
menjepit erat. Wajahnya sudah merah padam dan matanya sedikit terpejam.
Lagi-lagi bibirnya digigit sendiri dan tangannya mendorong pantatku
untuk masuk lebih dalam. Makin kubenamkan penisku dalam-dalam. Tanganku
meremas-remas payudaranya. Beberapa detik kemudian pantatnya diangkat
dan jepitan kakinya makin erat sampai aku susah bernafas. "Aaahh..", dia
berteriak dan tubuhnya menegang. Rupanya dia sedang mengalami orgasme.
Penisku terasa basah oleh cairan vaginanya. Tapi, tatap saja tidak
kulepas penisku dari jepitan vaginanya.
"Kamu hebat Mas", ujarnya di sela-sela desah nafasnya. Kucium bibirnya
dan segera kuangkat kedua pahanya tinggi-tinggi sampai ke dadanya.
Dengan bernafsu kugenjot lagi vaginanya. "Aih.., istirahat dulu dong
Mas..", pekiknya pelan sambil tersenyum. Segera kusumpal bibirnya dengan
mulutku dan makin kupercepat gerakan penisku memasuki liang vaginanya.
Gelinjangnya semakin liar. Sekitar 5 menit kemudian, dia mengerang lagi.
Aku pun sudah tidak tahan. "Di dalam saja Mas", bisiknya mesra.
Kupercepat gerakan penisku di dalam vaginanya dan.., "Crot.., crot..",
kubanjiri vaginanya dengan sperma kentalku. Kami berpelukan erat sambil
melakukan french kissing.
Ati meletakkan kepalanya ke dadaku sambil mengelus-elus penisku. "Hebat
ya punyamu Mas, aku udah puas banget", ujarnya dengan senyum manis.
Karena dielus-elus, penisku pun bangun lagi. Ati ternyata paham dan
langsung mengulum penisku di mulutnya. Hebat deh, nggak kena gigi!
Tangan kanannya mengocok penisku, sementara mulutnya dengan rakus
menjilati kepala penisku. Wow, nikmat sekali rasanya, serasa aku terbang
di langit ketujuh.
Tak sabar, aku segera duduk dan dia segera mengangkang. Kami pun
bercinta lagi dengan bersemangat. Dengan bergelora, dia memompa penisku
naik turun. Di depan mataku, payudara indahnya bergerak naik turun dan
segera saja kulahap keduanya. Dia makin gila, dan kedua tangannya
diangkat di kepala. "Bless.., bless.., bles..", penisku semakin cepat
dipompanya. "Barengan yuk", pintanya. Akhirnya, sambil memeluk tubuhku
erat-erat, dia menjambak rambutku dengan mata terpejam erat. Kali ini
aku tidak mau menahan-nahannya lagi, dan segera saja kusemburkan
spermaku sekali lagi. Tubuh Ati melengkung ke belakang manahan
kenikmatan yang tiada tara. Beberapa detik kami serasa di awang-awang.
Peluh membasahi tubuh kami berdua. Sejak saat itu, kami selalu
mengulangi persetubuhan yang indah itu, baik di tempat kosku, di rumah
Ati ataupun di hotel yang kami sewa.TAMAT.....
No comments:
Post a Comment